Anda di halaman 1dari 4

MASALAH PSIKOSOSIAL PADA LANJUT USIA

Kartinah *
Agus Sudaryanto **

Abstract
Elderly population now is tenderly to be higher than 5 or 10 years ago. In the future population of elderly
people in Indonesia will in high amount. The great number of elderly population in this nation have some
consequency for example: economic, social, demografik, and helath care system. Ministry of Health have
program to maintain health status of elderly people. One of common health problem in elderly was
psikososial problem. Elderly people can suffer from many psikososial problem. Psikosial problem in elderly is
varied, for example : depression, low of support system from family and society, Dimensia and other health
problem. Nurses as helath care personil must aware about psikososial aspect or psikososial problem in
elderly, so they can give some direction to family or society.

Key word : elderly , psikososial.

* Kartinah
Dosen Jurusan Keperawatan FIK UMS Jalan A yani Tromol Pos 1 Pabelan Kartasura
**Agus Sudaryanto
Dosen Jurusan Keperawatan FIK UMS jalan A yani Tromol Pos I pabelan Karatsura

PENDAHULUAN

Proses menua (aging) adalah proses kuratif dan rehabilitatif serta psikososial yang
alami yang disertai adanya penurunan kondisi menyertai kehidupan lansia.
fisik, psikologis maupun sosial yang saling Ada ciri-ciri yang dapat dikategorikan
berinteraksi satu sama lain. Keadaan itu sebagai pasien Geriatri dan Psikogeriatri,
cenderung berpotensi menimbulkan masalah yaitu : Keterbatasan fungsi tubuh yang
kesehatan secara umum maupun kesehatan berhubungan dengan makin meningkatnya
jiwa secara khusus pada lansia. usia Adanya akumulasi dari penyakit-
Masalah kesehatan jiwa lansia penyakit degeneratif
termasuk juga dalam masalah kesehatan yang Lanjut usia secara psikososial yang
dibahas pada pasien-pasien Geriatri dan dinyatakan krisis bila : a) Ketergantungan
Psikogeriatri yang merupakan bagian dari pada orang lain (sangat memerlukan
Gerontologi, yaitu ilmu yang mempelajari pelayanan orang lain), b) Mengisolasi diri
segala aspek dan masalah lansia, meliputi atau menarik diri dari kegiatan
aspek fisiologis, psikologis, sosial, kultural, kemasyarakatan karena berbagai sebab,
ekonomi dan lain-lain (Depkes.RI, 1992) diantaranya setelah menajalani masa pensiun,
Geriatri adalah cabang ilmu setelah sakit cukup berat dan lama, setelah
kedokteran yang mempelajari masalah kematian pasangan hidup dan lain-lain.
kesehatan pada lansia yang menyangkut aspek Lanjut usis mengalami berbagai
promotof, preventif, kuratif dan rehabilitatif permasalah psikologis yang perlu
serta psikososial yang menyertai kehidupan diperhatikan oleh perawat, keluarga maupun
lansia. Sementara Psikogeriatri adalah cabang petugas kesehatan lainnya. Penanganan
ilmu kedokteran jiwa yang mempelajari maslah secara dini akan membantu lanjut usia
masalah kesehatan jiwa pada lansia yang dalam melakukan strategi pemecahan amsalah
menyangkut aspek promotof, preventif,

Masalah Psikososial Pada Lanjut Usia ( Kartinah dan Agus Sudaryanto ) 93


tersebut dan dalam beradaptasi untuk dengan kondisi psikologik maupun sosial,
kegiatan sehari hari (Miller, 1995) sehingga mau tidak mau harus ada usaha
untuk mengurangi kegiatan yang bersifat
MASALAH PSIKOSOSIAL PADA memforsir fisiknya. Seorang lansia harus
LANJUT USIA mampu mengatur cara hidupnya dengan baik,
misalnya makan, tidur, istirahat dan bekerja
Hal-hal yang dapat menimbulkan secara seimbang.
gangguan keseimbangan (homeostasis)
sehingga membawa lansia kearah kerusakan / Faktor psikologis yang menyertai lansia
kemerosotan (deteriorisasi) yang progresif antara lain :
terutama aspek psikologis yang mendadak, a. Rasa tabu atau malu bila
misalnya bingung, panik, depresif, apatis dsb. mempertahankan kehidupan seksual
Hal itu biasanya bersumber dari munculnya pada lansia
stressor psikososial yang paling berat, b. Sikap keluarga dan masyarakat yang
misalnya kematian pasangan hidup, kematian kurang menunjang serta diperkuat
sanak keluarga dekat, terpaksa berurusan oleh tradisi dan budaya
dengan penegak hukum, atau trauma psikis. c. Kelelahan atau kebosanan karena
Ada beberapa faktor yang sangat kurang variasi dalam kehidupannya
berpengaruh terhadap kesehatan jiwa lansia. d. Pasangan hidup telah meninggal
Faktor-faktor tersebut hendaklah disikapi Disfungsi seksual karena perubahan hormonal
secara bijak sehingga para lansia dapat atau masalah kesehatan jiwa lainnya misalnya
menikmati hari tua mereka dengan bahagia. cemas, depresi, pikun dsb.
Adapun beberapa faktor yang dihadapi para Perubahan Aspek Psikososial
lansia yang sangat mempengaruhi kesehatan Pada umumnya setelah orang
jiwa mereka adalah sebagai berikut: memasuki lansia maka ia mengalami
a. Penurunan Kondisi Fisik penurunan fungsi kognitif dan psikomotor.
b. Penurunan Fungsi dan Potensi Seksual Fungsi kognitif meliputi proses belajar,
c. Perubahan Aspek Psikososial persepsi, pemahaman, pengertian, perhatian
d. Perubahan yang Berkaitan Dengan dan lain-lain sehingga menyebabkan reaksi
Pekerjaan dan perilaku lansia menjadi makin lambat.
e. Perubahan Dalam Peran Sosial di Sementara fungsi psikomotorik (konatif)
Masyarakat meliputi hal-hal yang berhubungan dengan
f. Penurunan Kondisi Fisik dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan,
Setelah orang memasuki masa lansia koordinasi, yang berakibat bahwa lansia
umumnya mulai dihinggapi adanya kondisi menjadi kurang cekatan.
fisik yang bersifat patologis berganda Dengan adanya penurunan kedua
(multiple pathology), misalnya tenaga fungsi tersebut, lansia juga mengalami
berkurang, energi menurun, kulit makin perubahan aspek psikososial yang berkaitan
keriput, gigi makin rontok, tulang makin dengan keadaan kepribadian lansia. Beberapa
rapuh, dsb. Secara umum kondisi fisik perubahan tersebut dapat dibedakan
seseorang yang sudah memasuki masa lansia berdasarkan 5 tipe kepribadian lansia sebagai
mengalami penurunan secara berlipat ganda. berikut:
Hal ini semua dapat menimbulkan gangguan a. Tipe Kepribadian Konstruktif
atau kelainan fungsi fisik, psikologik maupun (Construction personalitiy), biasanya tipe
sosial, yang selanjutnya dapat menyebabkan ini tidak banyak mengalami gejolak,
suatu keadaan ketergantungan kepada orang tenang dan mantap sampai sangat tua.
lain. b. Tipe Kepribadian Mandiri (Independent
Dalam kehidupan lansia agar dapat tetap personality), pada tipe ini ada
menjaga kondisi fisik yang sehat, maka perlu kecenderungan mengalami post power
menyelaraskan kebutuhan-kebutuhan fisik sindrome, apalagi jika pada masa lansia

94 Berita Ilmu Keperawatan ISSN 1979-2697, Vol. I. No.1., Juni 2008 93-96
tidak diisi dengan kegiatan yang dapat negatif akan mengganggu kesejahteraan hidup
memberikan otonomi pada dirinya lansia. Agar pensiun lebih berdampak positif
c. Tipe Kepribadian Tergantung (Dependent sebaiknya ada masa persiapan pensiun yang
personalitiy), pada tipe ini biasanya sangat benar-benar diisi dengan kegiatan-kegiatan
dipengaruhi kehidupan keluarga, apabila untuk mempersiapkan diri, bukan hanya
kehidupan keluarga selalu harmonis maka diberi waktu untuk masuk kerja atau tidak
pada masa lansia tidak bergejolak, tetapi dengan memperoleh gaji penuh. Persiapan
jika pasangan hidup meninggal maka tersebut dilakukan secara berencana,
pasangan yang ditinggalkan akan menjadi terorganisasi dan terarah bagi masing-masing
merana, apalagi jika tidak segera bangkit orang yang akan pensiun. Jika perlu dilakukan
dari kedukaannya. assessment untuk menentukan arah minatnya
d. Tipe Kepribadian Bermusuhan (Hostility agar tetap memiliki kegiatan yang jelas dan
personality), pada tipe ini setelah positif. Untuk merencanakan kegiatan setelah
memasuki lansia tetap merasa tidak puas pensiun dan memasuki masa lansia dapat
dengan kehidupannya, banyak keinginan dilakukan pelatihan yang sifatnya
yang kadang-kadang tidak diperhitungkan memantapkan arah minatnya masing-masing.
secara seksama sehingga menyebabkan Misalnya cara berwiraswasta, cara membuka
kondisi ekonominya menjadi morat-marit. usaha sendiri yang sangat banyak jenis dan
e. Tipe Kepribadian Kritik Diri (Self Hate macamnya. Model pelatihan hendaknya
personalitiy), pada lansia tipe ini bersifat praktis dan langsung terlihat hasilnya
umumnya terlihat sengsara, karena sehingga menumbuhkan keyakinan pada
perilakunya sendiri sulit dibantu orang lansia bahwa disamping pekerjaan yang
lain atau cenderung membuat susah selama ini ditekuninya, masih ada alternatif
dirinya. lain yang cukup menjanjikan dalam
menghadapi masa tua, sehingga lansia tidak
Perubahan yang berkaitan dengan membayangkan bahwa setelah pensiun
pekerjaan Pada umumnya perubahan ini mereka menjadi tidak berguna, menganggur,
diawali ketika masa pensiun. Meskipun tujuan penghasilan berkurang dan sebagainya.
ideal pensiun adalah agar para lansia dapat Perubahan dalam peran sosial di
menikmati hari tua atau jaminan hari tua, masyarakat Akibat berkurangnya fungsi
namun dalam kenyataannya sering diartikan indera pendengaran, penglihatan, gerak fisik
sebaliknya, karena pensiun sering diartikan dan sebagainya maka muncul gangguan
sebagai kehilangan penghasilan, kedudukan, fungsional atau bahkan kecacatan pada lansia.
jabatan, peran, kegiatan, status dan harga diri. Misalnya badannya menjadi bungkuk,
Reaksi setelah orang memasuki masa pensiun pendengaran sangat berkurang, penglihatan
lebih tergantung dari model kepribadiannya kabur dan sebagainya sehingga sering
(Kuntjoro, 2007) menimbulkan keterasingan. Hal itu sebaiknya
Bagaimana menyiasati pensiun agar tidak dicegah dengan selalu mengajak mereka
merupakan beban mental setelah lansia? melakukan aktivitas, selama yang
Jawabannya sangat tergantung pada sikap bersangkutan masih sanggup, agar tidak
mental individu dalam menghadapi masa merasa terasing atau diasingkan. Karena jika
pensiun. Dalam kenyataan ada menerima, ada keterasingan terjadi akan semakin menolak
yang takut kehilangan, ada yang merasa untuk berkomunikasi dengan orang lain dan
senang memiliki jaminan hari tua dan ada kdang-kadang terus muncul perilaku regresi
juga yang seolah-olah acuh terhadap pensiun seperti mudah menangis, mengurung diri,
(pasrah). mengumpulkan barang-barang tak berguna
Masing-masing sikap tersebut sebenarnya serta merengek-rengek dan menangis bila
punya dampak bagi masing-masing individu, ketemu orang lain sehingga perilakunya
baik positif maupun negatif. Dampak positif seperti anak kecil. (Kuntjoro, 2007)
lebih menenteramkan diri lansia dan dampak

Masalah Psikososial Pada Lanjut Usia ( Kartinah dan Agus Sudaryanto ) 95


Melihat masalah – masalah yang telah KESIMPULAN DAN SARAN
dikemukakan sudah sewajarnya bahwa
kelompok lansia perlu mendapat pembinaan
untuk meningkatkan derajat kesehatan dan Para lanjut usia dengen berbagai
mutu kehidupan untuk mencapai masa tua gangguan yang ada mempunyai permaslahan
yang bahagia dan berfuna bagi kehidupan psikosial. Permasalahan psikosialpada lanjut
keluarga dan masyarakat sesuai dengan usia memerlukan penanganan secara baik dan
eksistensinya dalam strata kemasyarakatan. berkualitas.
Direktorat Binkes Keluarga mengeluarkan Panti Werdha sebagai tempat untuk
beberapa acuan untuk pembinaan usia lanjut pemeliharaan dan perawatan bagi lansia di
(Depkes 1992). samping sebagai long stay rehabilitation yang
Permasalah psikologis pada lanjut usia tetap memelihara kehidupan bermasyarakat.
cenderung menjadi beban kehidupan yang Disisi lain perlu dilakukan sosialisasi
menjadi hambatan dalam aktifitas sehari hari kepada masyarakat bahwa hidup dan
dan aktifitas social. Pengkajian dini dan kehidupan dalam lingkungan sosial Panti
penanganan yang tepat terhadap Werdha adalah lebih baik dari pada hidup
permasalahan psikologis ini akan sangat sendirian dalam masyarakat sebagai seorang
berguna (Keltner dan Schwecke,1995). lansia.

DAFTAR PUSTAKA

Deartemen Kesehatan RI, 1992 . Pedoman pelayanan kesehatan Jiwa Usia Lanjut. Cetakan kedua. Jakarta :
Depkes Ditjen Pelayanan medik

Miller, 1995. Nursing Care of Older Adult : Theory and Practise. Second edition. Philadelphia : J.B.
Lippincott.

Keltner, Schwecke, ( 1995). Psychiatri Nursing. Second edition. Philadelphia : Mosby Year Book

Kuntjoro, Zainuddin (2007), Masalah Kesehatan Jiwa Lansia. http://www.e psikologi.com


/epsi/lanjutusia_detail.asp?id=182

96 Berita Ilmu Keperawatan ISSN 1979-2697, Vol. I. No.1., Juni 2008 93-96

Anda mungkin juga menyukai