Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN UJIAN AKHIR SEMESTER

PERANCANGAN FTTH (FIBER TO THE HOME) DI


PERUMAHAN MANGGA RAYA RESIDENCE 1, GG.
MAWAR, JL. BANGAU SAKTI, PEKANBARU

Oleh:

Indah Permata Sari


NIM : 1507123547

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO S1


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
2018
I. FIBER TO THE HOME
Fiber To The Home (FTTH) adalah sistem penyediaan akses jaringan fiber optik
dimana titik konversi optik berada di rumah pelanggan1.  Titik konversi optik
merupakan ujung jaringan fiber optik di sisi client yang berfungsi
sebagai tempat konversi sinyal optik ke sinyal elektrik sebelum diakses oleh
berbagai perangkat. 

Arsitektur jaringan komunikasi fiber optik yang digunakan dalam FTTH


adalah Passive Optical Network (PON). PON merupakan jaringan point-to-
multipoint yang tidak memiliki komponen aktif selain di sisi Central Office (CO)
dan sisi pelanggan / user. Dengan kata lain, sinyal optik dikirimkan hanya melalui
komponen pasif yaitu fiber optik, splices, dan splitter/combiner. Konfigurasi umum
FTTH berbasis PON ditunjukkan oleh gambar berikut :

Gambar 1. Konfigurasi umum FTTH

 OLT adalah ujung fiber optik pada bagian CO yang menghubungkan jaringan
ke backbone Metro Ethernet (ME) atau ke jaringan yang lain.
 ONU atau ONT adalah ujung fiber optik pada sisi pelanggan, dimana terdapat
titik konversi optik
 Daerah Akses Fiber (DAF) atau bagian ODN yang dibagi menjadi 4 segmen
berdasarkan jenis kabel fiber optik yang digunakan, yaitu:
 Segmen 1 : kabel feeder menghubungkan Optical Distribution Frame (ODF)
dan Optical Distribution Cabinet (ODC)
 Segmen 2 : kabel distribusi dan Optical Distribution Point (ODP). ODC dan
ODP merupakan lokasi sambungan (splice) dan splitter
 Segmen 3 : kabel drop dan Optical Terminal Premises (OTP)
 Segmen 4 : kabel indoor yang diletakkan dalam rumah dan Optical Indoor
Outlet (Roset)

1
G. D. Hantoro and Karyada, Fiber Optik : Teknologi, Material, Instalasi, dan Implementasi, Bandung:
Informatika, 2015.
Skema jaringn FTTH sedang digemari karena walau sedikit mahal, teknologi
fiber optik akan mampu bertahan lama dan merupakan investasi yang
menjanjikan. Tidak hanya untuk akses internet, saat ini televisi kabel (IPTV)
dan Wireless (Wi-Fi) juga mulai diintegrasikan kedalam komunikasi fiber
optik. 

II. PERANCANGAN FTTH

1. Penentuan Lokasi Perumahan, OST dan ODC


Langkah awal dalam melakukan perancangan jaringan FTTH adalah
penentuan lokasi perancangan dimana lokasi yang dipilih adalah perumahan
Mangga Raya Residence 1 yang terletak di Gg. Mawar, Jl. Kamboja, Panam,
Pekanbaru. Perancangan ini dilakukan dengan mendesain FTTH pada wilayah
perumahan menggunakan Google Earth.

Gambar 2. Denah Lokasi Perumahan

Keterangan:
 Blok A : 8 Unit; Blok B : 8 Unit; Blok C : 8 Unit;
 Blok D : 8 Unit; Blok E : 6 Unit; Blok F : 8 Unit;
 Total : 46 Unit.

Sesuai dengan standarisasi yang ditentukan oleh PT. Telkom, jarak


terjauh transmisi harus kurang dari 17 Km sehingga pemilihan STO yang tepat
adalah dengan mempertimbangkan penarikan kabel STO dengan jarak terdekat
dengan perancangan. STO yang terdekat dari lokasi perumahan adalah STO
Arengka Pasar Pagi dengan jarak 6,88 Km. Dari STO Arengka, rute kabel
diarahkan menuju lokasi pelanggan yang akan didistribusikan terlebih dahulu
menggunakan kabel feeder menuju ke Optical Distribution Cabinet (ODC). ODC
yang terdekat dari perumahan terletak di gg. Kamboja, Jl Bangau Sakti, yaitu ODC-
ARK FKB.

Gambar 3. Penentuan STO dan ODC

2. Penentuan Peletakan ODP


Penentuan jumlah ODP yang di butuhkan disesuaikan dengan jumlah
kebutuhan homepass yang ada agar nantinya kebutuhan layanan ke seluruh
perumahan dapat terpcukupi. Pada penempatan ODP dilakukan dengan
mempertimbangkan jarak penggunaan kabel drop ke customer premises, yang
hanya memperbolehkan jarak ±100 meter sesuai rekomendasi PT. Telkom.

Berdasarkan hasil pengukuran kabel distribusi dengan menggunakan google


earth, pengukuran pada jarak ODC ke setiap ODP juga dilakukan untuk
mengetahui jarak pada masing masing ODP yang akan terhubung ke pelanggan
dimana hasil pengukuran ditunjukkan pada tabel dibawah.

Tabel 1. Pengukuran Jarak ODC ke ODP


ODP Jarak ODC ke ODP (Meter)
ODP 1(BLOK A) 315
ODP 2 (BLOK B) 370
ODP 3 (BLOK C) 427
ODP 4 (BLOK D) 432
ODP 5 (BLOK F) 458
ODP 6 (BLOK E) 518

Tata letak dan jarak perangkat yang didapat dalam perancangan di tentukan
berdasarkan banyaknya homepasses, dimana ODP yang telah dirancang pada
sekitar perumahan, akan memiliki kapasitas yang berbeda beda dengan tujuan
mampu memenuhi kebutuhan seluruh pelanggan pada area tersebut. Di
perumahan Mangga Raya Residence 1 terdapat 46 unit rumah yang di bagi
dengan kapasitas ODP yaitu 8 port, sehingga di dapatkan jumlah ODP
sebanyak 6 buah. Pada ODP dengan kapasitas 8 port menggunakan 1 buah
splitter dari splitter 1:8. Peletakan ODP dapat dilihat pada gambar 4. Kapasitas
ODP dapat dilihat pada table 2 dibawah ini.

Tabel 2. Kapasitas ODP


Kapasitas Banyak
ODP
ODP rumah
ODP 1 1:8 8
ODP 2 1:8 8
ODP 3 1:8 8
ODP 4 1:8 8
ODP 5 1:8 8
ODP 6 1:8 6

Gambar 4. Peletakan ODP

3. Penentuan Perangkat dan Spesifikasi


Pemilihan perangkat dan spesifikasinya harus terpenuhi sesuai dengan standar
yang telah di tetapkan oleh PT. Telkom karena akan mempengaruhi terhadap
parameter-parameter yang akan digunakan dalam pengujian rancangan.

 Serat Optik
Serat optik yang digunakan sesuai dengan standar ITU-T G.652.D dan
G.657.A. Pada perancangan ini kabel distribusi menggunakan standar ITU-T
G.652.D dengan merek corning SMF-28. Data sheet serat optik yang
digunakan dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Data Sheet Kabel Serat Optik yang digunakan2
Attribute Wavelenght (nm) Maximum Value (dB/km)
1310 nm 0.32 dB/km
1490 nm 0.21 dB/km
Attenuation coefficient
1550 nm 0.18 dB/km
1625 nm 0.20 dB/km
M 20 cables
PMD coefficient
Q 0.01%
Maximum PMDQ 0.10 ps/ km
λ 0 min 1304 nm
Chromatic dispersion
λ 0 max 1324 nm
coefficient
s0 max 0.092 ps/nm2 × km

 Passive Splitter
Passive splitter yang diletakkan pada ODC maupun ODP harus sesuai dengan
spesifikasi dari Telekomunikasi yaitu Single Mode Optical Splitter dengan type
PLC (Planar Lightwave Circuit) sepeti yang terlihat pada gambar 5.

Gambar 5. PLC splitter (PT.Telkom Akses, 2013)

Untuk jenis splitter yang digunakan terdapat 2 jenis dalam


pengaplikasinya yaitu bisa one stage (1:32) maupun two stage (1:4 dan 1:8).
Penggunaan splitter dalam perancangan ini akan mengikuti rekomendasi dari
PT. Telkom Indonesia yaitu menggunakan two stage dimana penggunaan
splitter 1:8 akan diletakkan di ODC dan pada splitter 1:8 diletakkan di ODP.

Pengunaan two stage bertujuan untuk mengefisiensikan penggunaan


perangkat dan biaya yang butuhkan dalam merancang jaringan FTTH. Dalam
penggunaannya splitter memiliki redaman yang cukup tinggi tergantung pada
kapasitas yang akan digunakan. Semakin besar kapasitas splitter maka semakin
tinggi redaman yang akan dihasilkan oleh splitter tersebut seperti yang
dijelaskan pada tabel 4 berikut.

2
Corning SMF-28 Ultra Optical Fiber Product Information. 2014. https://www.corning.com, diakses tanggal 12
Mei 2018
Tabel 4. Datasheet Passive Splitter yang akan digunakan (PT. Telkom Akses,
2013)

 Connector
Terdapat dua jenis konektor yang biasa dipasang pada ujung core optik yaitu
Konektor SC/UPC atau SC/APC. Konektor tersebut biasanya digunakan pada
kabel feeder, distribusi, drop maupun indoor. pemilihan konektor sangat
berpengaruh terhadap nilai redaman pada perancangan jaringan FTTH.

Gambar 6. Rekomendasi konektor

Dari gambar 6, konektor yang biasa dipakai dalam jaringan FTTH adalah UPC
dan APC yang memiliki jenis single mode dengan merek furukawa seperti yang
dijelaskan dalam tabel 4.

Tabel 5. Datasheet Konektor yang akan digunakan (PT. Telkom Akses, 2013)

 Optical Line Terminal (OLT)


OLT merupakan transmitter yang memberikan layanan akses kepada pelanggan.
OLT yang digunakan dalam perancangan ini sesuai dengan standard ITU-T
G.984 dan yang direkomendasikan oleh PT. Telkom Indonesia. Spesifikasi
perangkat OLT dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 6. Spesifikasi Perangkat OLT (PT. Telkom Akses, 2013)


 Optical Network Terminal (ONT)
Berdasarkan ITU-T G.984, ONT GPON memiliki laju downstream sebesar 2,4
Gbps dan laju upstream sebesar 1,2 Gbps. ONT merupakan receiver yang
diletakkan pada customer premises. Untuk spesifikasi ONT dapat dilihat pada
tabel 6.
Tabel 7. Spesifikasi ONT
4. Perancangan dengan Optic System

Rangkaian Downstream

Pengukuran selanjutnya dilakukan dengan menggunakan BER Analyzer untuk


mengetahui nilai bit error dalam simulasi. Pengukuran dilakukan dengan rancangan yang
sama dan cara yang sama. Pengukuran BER dengan daya pacar OLT sebesar 5 dBm dapat di
lihat pada gambar dibawah ini.

Jika nilai BER lebih kecil dari 10-9, maka sinyal yang diterima akan semakin jelas perbedaan
antara bit 1 dan 0. Semakin terbuka eye diagram maka nilai BER akan semakin kecil.
Sedangkan jika eye diagram tertutup atau abstrak, maka nilai bit 1 dan 0 susah dibedakan dan
terdapat banyak error sehingga sinyal tidak dapat diterima dengan baik. Nilai jarak pada kabel
sangat berpengaruh pada BER, semakin jauh jarak feeder, semakin jelek BER nya.
Sebaliknya, jika jaraknya dekat maka BER akan semakin baik. Nilai Q atau qualiti factor
berpengaruh terhadap BER. Semakin besar nilai Q maka nilai BER akan semakin baik.
Rendahnya nilai Q mengakibatkan BER yang tidak baik.

Rangkaian Upstream

Anda mungkin juga menyukai