KELAS/KELOMPOK: TT4A/01
No Alat Jumlah
1 OPM 2
2 Light Source 1
3 OLT 1
4 ODC 1
5 ODP 3
6 ONT/ODU 5
7 Kabel FO Feeder Secukupnya
8 Router 1
9 Switch 1
10 Modem 1
11 IP Cam 1
4. DASAR TEORI
Pada ini akan diuraikan mengenai konsep dasar yang berkaitan dan
menunjang pembahasan yang berkenaan dengan judul TA ini, yaitu “Manajemen
IP untuk Sistem yang Terhubung dengan Jaringan Fiber To The Home (FTTH) di
Laboratorium Telekomunikasi Politeknik Negeri Jakarta”. Adapun teori-teori
dasar pada bab ini adalah sebagai berikut:
Untuk saat ini biaya pengembangan FTTH telah mengalami penurunan. Pada
tahun 1980-an biaya instalasi dari tiap pelanggan untuk FTTH sebesar US$3000
dan untuk FTTC hampir setengahnya. Sesuai dengan dilakukannya studi oleh
Bellcore pada awal 1996 rentang dari biaya instalasi untuk tiap pelanggan telah
menyusut ke $230 pada jaringan akses narrowband dan $480 pada broadband
akses. Konsumsi daya dari jaringan optik dipertimbangkan lebih kecil dari coaxial
dan twisted pairs. Biaya pemeliharaan sangat kecil sejak semua jaringan plastik
bebas terhadap korosi yang mana dapat terjadi pada kabel metalik. Bellcore
mensimulasi penghematan biaya pemeliharaan dari FTTH dibandingkan dengan
FTTC dan HFC melalui jangka 20 tahun.
a) Pertama, direct fiber dimana satu fiber dihubungkan langsung pada satu
user yang biasa disebut sebagai jaringan point-to-point (PTP). Jaringan dapat
menyediakan bandwith yang sangat besar karena langsung tersambung dengan
sentral office. Namun, biaya instalasi jaringan ini cukup mahal karena harus
menyediakan sejumlah besar fiber dan kemampuan mesin yang ada di kantor pusat
harus selalu bagus. Konfigurasi ini biasannya digunakan pada cakupan daerah yang
sangat kecil dan dekat dengan sentral office. Jaringan PTP kadang mengacu pada
all-optical ethernet networks (AOEN). Gambar 2.2 mengilustrasikan beberapa
contoh aplikasi aristektur PTP. (Suci, dkk, 2008)
Fiber dihubungkan ke pelanggan dan perangkat aktif (switch) pada central office
(CO) untuk perumahan, provider telekomunikasi, dan operator kabel TV (CATV).
Switch harus diberi daya agar bisa berfungsi dengan maksimal. Teknologi single
mode atau multimode fiber dapat digunakan untuk keseluruhan jaringan. Jaringan
PTP memiliki perangkat aktif elektronik yang mudah penggunaannya, kaya akan
fiber, dan bandwith yang melewati satu fiber hanya untuk satu pengguna.
b) Kedua, shared fiber dimana satu fiber dihubungkan dengan menggunakan
splitter yang dibagi untuk beberapa user, yaitu sekitar 16 sampai 32 user. Secara
teknis, pembagian akan dilakukan pada saat fiber sudah mendekati user. Jenis ini
terbagi khusus menjadi dua yaitu : jaringan optik pasif (PON) dan jaringan optik
aktif (AON). Gambar 2.3 menunjukkan perbedaan tipe jaringan optik aktif (AON)
dan pasif (PON) (Suci, dkk, 2008). Tipe AON menunjukkan star network yang
memiliki beberapa cabang. Tipe PON menunjukkan star network yang mempunyai
banyak splitter pada tempat yang sama.
Perangkat yang terdapat pada AON yaitu berupa beberapa perlengkapan
daya listik yang mendistribusikan sinyal, seperti switch, router, atau multiplexer.
Tiap sinyal yang meninggalkan sentral office diarahkan hanya kepada user yang
meminta. Sinyal yang datang dari user terhindar benturan pada persimpangan jalan
karena telah tersedia buffer. Sampai tahun 2007, tipe AON yang biasa digunakan
disebut sebagai ethernet, yang merupakan tipe dari ethernet in the first mile (EFM).
Ethernet aktif menggunakan optical ethernet switches untuk mendistribusikan
sinyal.
PON tidak menggunakan komponen daya listrik untuk membagi sinyal.
Sebaliknya, sinyal didistribusikan menggunakan beam splitters. Tiap splitter
membagi fiber menjadi 16, 32 atau 64 fiber, tergantung dari pembuatan, dan
beberapa splitter dapat di satukan dalam satu tempat atau cabinet. Splitter dapat
membagi fiber satu sampai 32 kali dengan konsekuensi bahwa semakin besar
pembagian fiber maka semakin besar pula loss data terjadi. Oleh karena itu,
penggunaan splitter dibatasi karena akan berpengaruh terhadap kinerja dari
jaringan.
b. Elemen pada ODN antara lain yaitu serat optik, splitter, splice, dan konektor.
2.3 Router
Router adalah peningkatan kemampuan dari bridge. Router mampu
menunjukan rute/jalur dan memfilter informasi pada jaringan yang berbeda.
Beberapa router mampu secara otomatis mendeteksi masalah dan mengalihkan
jalur informasi dari area yang bermasalah. Router menggunakan alamat lengkap
paket untuk menentukan router atau workstation mana yang menerima paket.
Berdasarkan peta jaringan yang disebut “table routing”, router dapat memastikan
bahwa paket berjalan melalui jalur yang paling efisien ketujuan. Jika jalur antara
kedua router gagal, router pengirim dapat memilih rute alternatif agar traffic tetap
berjalan. Router juga menyediakan jalur antar jaringan yang menggunakan protocol
yang berbeda. Router tidak hanya menghubungkan jaringan pada satu lokasi atau
satu gedung tetapi juga menyediakan interface (Mora dan Syamsu, 2010).
Perangkat Router dapat dilihat pada Gambar 2.4.
Gambar 2.4 Router
Sumber: Caesar, Yulius. 2014.
2.3.1 Mikrotik
Dahulu mikrotik adalah sebuah perusahaan kecil berkantor pusat di Latvia,
bersebelahan dengan Rusia. Pembentukannya diprakarsai oleh John Trully dan
Arnis Riekstin. Mikrotik RouterOS, merupakan router operasi Linux base yang
diperuntukan sebagai network router. Didesain untuk memberikan kemudahan bagi
penggunanya. Administrasinya bisa dilakukan melalui WinBox yaitu aplikasi mode
GUI untuk meremote dan mengkonfigurasi mikrotik RouterOS, selain itu instalasi
dapat dilakukan pada personal computer. Fitur PC router mikrotik ini mencakup
load balancing untuk membagi beban akses jaringan, fasilitas tunneling untuk
membuat akses aman VPN (Virtual Private Network), bandwith manajemen untuk
mengatur berbagai protocol dan port, serta memiliki kemampuan untuk
dikombinasikan dengan jaringan nirkabel. Mikrotik juga menyediakan fasilitas
firewall untuk melindungi akses dari berbagai ancaman yang tersebar di internet
serta mendukung VLAN IEEE802.1q untuk jaringan ethernet dan wireless.
Kelebihan router mikrotik adalah mudah dalam pengoperasian. Disebut
mudah bila kita bandingkan dengan router OS lain seperti Cisco dan lainnya.
Kemudahan pengoperasian router berbasis Mikrotik OS salah satunya adalah
berkat tersedianya fitur GUI. Jadi kita bisa setup router tidak hanya melalui
tampilan text yang biasa digunakan OS router lain, tapi juga bisa dilakukan melalui
sebuah aplikasi remote berbasis GUI bernama Winbox. Kelebihan lain dari
mikrotik router OS adalah banyaknya fitur yang didukung. Fitur-fitur network yang
terdapat pada mikrotik OS tersebut adalah:
1. Routing – Static Routing
2. Hotspot
3. Simple Tunnels
4. Web Proxy
5. DHCP
6. VRRP
7. NTP
8. SNMP
9. MNDP
10. Firewall
2.4 MobaXterm
MobaXterm merupakan salah satu aplikasi open source Secure Shell (SSH)
Client untuk sistem operasi windows. MobaXterm menyediakan banyak fungsi
remote SSH yang dirancang untuk Programmer, Webmaster, Server Administrator,
dan hampir untuk semua pengguna. MobaXterm mendukung berbagai tipe koneksi
seperti SSH, Rlogin, Remote Desktop Protocol (RDP), Virtual Network Computing
(VNC), XDMCP, File Transfer Protocol (FTP), SFTP dan Serial sessions.
MobaXterm menyediakan banyak sekali plugin pendukung yang dapat digunakan.
MobaXterm tersedia dalam 2 versi, yaitu gratis dan berbayar. Versi gratis diberikan
beberapa batasan-batasan fitur, seperti batasan maksimal session, batasan maksimal
SSH tunnel dan batasan-batasan lainnya. Untuk versi berbayar memiliki harga 69U
SD (Erik, 2016). Tampilan awal software MobaXterm dapat dilihat pada Gambar
2.5.
1. Sebagai alat identifikasi host atau antarmuka pada jaringan komputer. Fungsi ini
diilustrasikan seperti nama orang sebagai suatu metode untuk mengenali siapa
orang tersebut dalam jaringan komputer berlaku hal yang sama.
2. Sebagai alamat lokasi jaringan komputer. Fungsi ini dapat diibaratkan seperti
alamat rumah kita yang menunjukkan lokasi kita berada. Untuk memudahkan
pengiriman paket data, maka IP address memuat informasi keberadaannya. Ada
rute yang harus dilalui agar dapat sampai ke komputer yang dituju.
Suatu IP address dinyatakan dalam struktur bilangan biner yang terdiri atas
32 bit dengan bentuk sebagai berikut.
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
Misalnya, 11000000000010100001111000000010
Agar kita mudah membaca IP address, maka 32 bit bilangan itu dibagi ke
dalam 4 segmen yang masing-masing berisi 8 bit. Kedelapan bit itu bisa
disebut oktat seperti pada Gambar 2.5 Contoh tampilan setting TCP/IP.
Gambar 2.6 Contoh tampilan setting TCP/IP
Misalnya :
11000000 = 192
00001010 = 10
00011110 = 30
00000010 = 2
Adapun nilai dari 8 bit adalah 11111111 atau sama dengan 225. Dengan
demikian, jumlah IP address seluruhnya adalah 225 x 225 x 225 x 225.
Struktur IP address terdiri atas dua bagian yaitu bagian network ID dan host
ID seperti pada Gambar 2.16 IP address pada sebuah komputer (Ahmad, 2016).
Network ID menunjukkan ID alamat jaringan tempat host yang berada,
sedangkan host ID adalah bagian yang menunjukkan host itu berada.
Sederhananya, network ID seperti nama jalan sedangkan host ID adalah nomor
rumah dijalan tersebut.
Gambar 2.7 IP address pada sebuah komputer
xxxxxxxx.xxxxxxxx.xxxxxxxx.xxxxxxxx
Setiap tanda simbol “x” dapat kita gantikan oleh angka 0 dan 1, misal :
11000000.10101000.00000000.00000001
Notasi IP address dengan bilangan biner seperti di atas tidak mudah kita baca dan
hafalkan. Oleh karena itu, untuk memudahkan dalam membaca dan mengingat
suatu alamat IP dalam jaringan, IP address sering ditulis sebagai 4 bilangan desimal
yang masing-masing dipisahkan oleh sebuah titik. Setiap bilangan desimal tersebut
merupakan nilai dari satu oktet (8 bit) IP address, misalnya:
11000000.10101000.00000000.01101100 yaitu 192 . 168 . 0 . 108
IP address dapat dipisahkan menjadi dua bagian, yaitu host ID dan network
ID. host ID berfungsi untuk mengidentifikasi host dalam suatu jaringan.
Sedangkan network ID berfungsi untuk mengidentifikasikan suatu jaringan dari
jaringan yang lain. Hal ini berarti seluruh host yang tersambung di dalam
jaringan yang sama memiliki network ID yang sama pula. Sebagian dari bit-bit
bagian awal dari IP address merupakan network ID atau network number,
sedangkan sisanya untuk host. Garis pemisah antara bagian network dan host
tidak tetap (konstan), tergantung pada kelas network yang kita gunakan.
2.5.1 IP Class
Terdapat beberapa kelas IP address yang digunakan dalam TCP/IP dalam
suatu jaringan, yaitu kelas A, kelas B, kelas C, kelas D, dan kelas E. Berikut ini
pembagian kelas dalam IP address :
a. Class A
IP address kelas A terdiri atas 8 bit untuk network ID dan sisanya 24 bit
digunakan untuk host ID, sehingga IP address kelas A digunakan untuk jaringan
dengan jumlah host sangat besar. Pada bit pertama diberikan angka 0 sampai dengan
127.
a) Format : 0NNNNNNN.HHHHHHHH.HHHHHHHH.HHHHHHHH
b) Bit pertama 0
c) Network ID : 8 bit
d) Host ID : 24 bit
e) Oktat pertama : 0 – 127
f) Jumlah network : 126 (untuk 0 dan 127 dicadangkan)
g) Rentang IP : 1.x.x.x - 126.x.x.x
h) Jumlah IP address : 16.777.214
Contoh :
IP address 120.31.45.18, maka :
1) Network ID = 120
2) Host ID = 31.45.18
Jadi, IP di atas mempunyai host dengan nomor 31.45.18 pada jaringan 120.
b. Class B
IP address kelas B terdiri atas 16 bit untuk network ID dan sisanya 16 bit
digunakan untuk host ID, sehingga IP address kelas B digunakan untuk jaringan
dengan jumlah host tidak terlalu besar. Pada 2 bit pertama, diberikan angka 10.
a) Format : 10NNNNNN.NNNNNNNN.HHHHHHHH.HHHHHHHH
b) Bit pertama : 10
c) Network ID : 16 bit
d) Host ID : 16 bit
e) Oktat pertama : 128 – 191
f) Jumlah network : 16.384
g) Rentang IP : 128.1.x.x - 191.255.x.x
h) Jumlah IP address : 65.534
Contoh :
1) Network ID = 150.70
2) Host ID = 60.56
Jadi, IP diatas mempunyai host dengan nomor 60.56 pada jaringan 150.70
c. Class C
IP address kelas C terdiri atas 24 bit untuk network ID dan sisanya 8 bit
digunakan untuk host ID, sehingga IP address kelas C digunakan untuk jaringan
berukuran kecil. Kelas C biasanya digunakan untuk jaringan Local Area Network
atau LAN. Pada 3 bit pertama, diberikan angka 110.
1) Network ID = 192.168.1
2) Host ID =1
Jadi, IP diatas mempunyai host dengan nomor 1 pada jaringan 192.168.1
d. Class D
IP address kelas D digunakan untuk keperluan IP multicasting. 4 bit pertama
IP address kelas D di set 1110. Bit-bit berikutnya diatur sesuai keperluan multicast
group yang menggunakan IP address ini. Dalam multicasting tidak dikenal network
bit dan host bit.
e. Class E
IP address kelas E tidak digunakan untuk umum. 4 bit pertama IP address ini
dengan set 1111.
a) Format : 1111RRRR.RRRRRRRR.RRRRRRRR.RRRRRRRR
b) 4 bit pertama 1111
c) Bit cadangan : 28 bit
d) Byte inisial : 248-255
e) Kelas E adalah ruang alamat yang dicadangkan untuk keperluan
eksperimental.
Selain network ID, istilah lain yang digunakan untuk menyebut bagian IP
address yang menunjukkan jaringan ialah Network Prifix. Biasanya dalam
menuliskan network prefix suatu kelas IP address digunakan tanda garis miring
(slash) “/” yang diikuti dengan angka yang menunjukkan panjang network prefix
dalam bit.
1. IP Private adalah suatu IP address yang digunakan oleh suatu organisasi yang
diperuntukkan untuk jaringan lokal. Sehingga organisasi lain dari luar
organisasi tersebut tidak dapat melakukan komunikasi dengan jaringan lokal
tersebut. Contoh pemakaiannya adalah pada jaringan intranet.
Sedangkan Range IP Private adalah sebagai berikut :
5. LANGKAH KERJA
1) Melakukan pengukuran redaman di ONT, OLT, ODP dan ODC
menggunakan OPM
2) Membuat manajemen IP adrres menggunkan Laptop
3) Pengujian di ONT/ONU 3 party : video (menggunakan perangkat TV),
suara (telepon digital) dan melakukan pertukaran data internet (laptop atau
hp)
4) Mengukur Kualiatas jaringan yang anda sudah buat.
5) Memasang Kamera CCTV dan koneksikan dengan jaringan internet dari
FTTH , remote CCTV menggunakan HP dan TV
6. HASIL PERCOBAAN
Data Pengukuran Redaman
Alat Jumlah
OLT 1 : 32
ODC 1:8
ODP 1:4
ONT 1
7. ANALISA
Pada percobaan FTTH ini telah terhubung OLT pada ruang Lab Instalasi
Jaringan Fiber Optik, kemudian juga terhubung dengan ODC yang ada di lantai
3 Gedung Lab Telekomunikasi. Lalu dilakukan penyambungan melakukan
splitter 1:4 terlebih dahulu dari ODC yang ada pada lantai 3.
Dilanjutkan dengan penyambungan dari ODC lantai 3 ke ODP yang ada
pada lantai 2 dengan menggunakan kabel splitter. Dari ODP disambungkan
kabel feeder sepanjang 15m dengan tujuan titik akhir ONT berada pada lab
instalasi jaringan Fiber Optik. Setelah dilakukan penarikan kabel maka ujung
kabel dipasang dengan konektor terlebih dahulu agar dapat disambungkan ke
ONT. Sehingga didapatkan redaman sebesar 01.54 dBm dengan wavelenght
850nm menggunakan Optical Light Source yang dipasang pada OLT.
Lalu dilakukan konfigurasi IP sebelum ONT digunakan. Di tempat yang
sama IP Camera juga dipasang dengan menggunakan jaringan dari ONT yang
sudah kita sambungkan sebelumnya. Tetapi pada percobaan ini kami tidak
mendapatkan jaringan dikarenakan terdapat kesalahan pada OLT yang ada pada
Lab Instalasi Jaringan Fiber Optik sehingga OLT tidak dapat menyalurkan
internet.
8. KESIMPULAN