Anda di halaman 1dari 44

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kanker serviks merupakan kanker ginekologi yang paling sering terjadi

pada wanita, penyebab utamanya adalah adanya infeksi virus, yaitu oleh

human papilloma virus (HPV) terutama pada tipe 16 dan 18. Infeksi ini

terjadi pada transformasi c sel epitel serviks, pada mulanya terjadi lesi pre

kanker kemudian menjadi frank cancer (Hyacinth et al., 2012).

World Health Organization(WHO) pada tahun 2012 menyatakan bahwa

kanker merupakan penyakit tidak menular yang mengakibatkan kematian

terbanyak di dunia. Dalam hal ini kanker menempati urutan nomor dua

penyakit mematikan setelah penyakit jantung dan pembuluh darah. Setiap

tahunnya terdapat 12 juta penderita kanker serviks dan 7,6 juta jiwa

diantaranya meninggal dunia (Depkes, 2012).

Globacan yang merupakan salah satu proyek dari International Agency

for Reasearch on Cancer(IARC) yang juga melaporkan pada tahun 2008,

bahwa kanker serviks menempati urutan kedua setelah kanker payudara.

Dengan kejadian rata-rata 15 per 100.000 wanita, dan sebesar 7,8 % per tahun

meninggal dunia akibat kanker serviks pada seluruh wanita di dunia

(Globocan, 2012).

Data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2010 menunjukkan jumlah

wanita Indonesia yang berusia 30-50 tahun sejumlah 35.950.765 orang.

Sampai dengan tahun 2012 dari 575.503 orang telah melakukan skrining
2

inspeksi visual asam asetat (IVA), terdapat 25.805 orang dengan hasil IVA

positif (Depkes, 2012).

Kanker serviks hingga saat ini masih merupakan masalah kesehatan

yang terjadi dengan angka kejadian dan kematian yang semakin tinggi di

Indonesia. Keterlambatan diagnosis pada stadium lanjut dan keadaan umum

yang lemah, serta lemahnya status sosial ekonomi yang terjadi pada sebagian

besar pengidap kanker serviks mempengaruhi prognosis dari penderita kanker

serviks. Tinggi rendahnya prognosis pada penderita kanker serviks juga

dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan kurangnya pengetahuan mengenai

kanker serviks yang sebenarnya dapat dideteksi secara dini sebagai tindakan

preventive bagi wanita yang telah aktif dalam aktivitas seksual seperti

menggunakan Pap Smears dan inspeksi visual asetat (IVA) (Rasjidi dan

Sulistiyanto, 2008 ; Rositch et al., 2012).

Dinas kesehatan Provinsi Jawa Tengah melalui profil kesehatan

provinsi Jawa Tengah tahun 2012 melaporkan bahwa kanker serviks

merupakan satu dari lima jenis kanker yang banyak diderita oleh penduduk

Indonesia. Lima jenis kanker yang banyak diderita oleh penduduk Indonesia

adalah kanker serviks, kanker payudara, kanker rektum, kanker kelenjar getah

bening, kanker kulit. Pada tahun 2012 kasus penyakit kanker serviks sebesar

2.259 (19,92 %) kasus dari total kasus kanker yaitu sebesar 11.341 kasus.

Faktor resiko yang berpengaruh terhadap terjadinya kanker serviks

adalah aktivitas seksual pada usia dini (< 16 tahun), memiliki banyak partner

sexual, penderita HIV ataupun, seseorang yang selain terinfeksi HPV juga
3

mengalami penekanan kekebalan (immunosuppression) dan wanita perokok

aktif (Prawirohardjo, 2011).

Terbukti berdasarkan data Riskesdas 2007, prevalensi merokok di

Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Jumlah prevalensi

merokok yang semakin tinggi akan menambah besar resiko untuk terkena

kanker serviks. Sebanyak 35,4 % pada penduduk berumur >15 tahun

diketahui sebagai perokok aktif (65,3 % laki-laki dan 5,6 % wanita), yang

artinya terdapat 2 diantara 3 laki-laki adalah perokok aktif (Depkes, 2012).

Faktor resiko yang berhubungan dengan kanker serviks selain merokok

adalah penderita HIV. Data dari Departemen Kesehatan pada profil kesehatan

provinsi jawa tengah tahun 2012, bahwa terdapat 607 kasus infeksi HIV.

Sedangkan untuk kasus AIDS sebanyak 797 kasus dan jumlah kematian

AIDS di Jawa Tengah mencapai 149 kasus pada tahun 2012, lebih banyak

dibanding tahun 2011 (89 kasus). Data dari hasil penelitian yang dilakukan

Eka Setyarini (2009) pada pasien rawat jalan poli obsgyn Rumah Sakit

Dokter Moewardi (48 responden) , diketahui bahawa kanker leher rahim

menyerang sebagian besar responden berusia >35 tahun yaitu sebanyak 21

responden, 14 responden yang menggunakan kontrasepsi oral dalam jangka

waktu >4 tahun, 21 responden yang melakukan aktivitas seksual petama kali

pada usia ≤ 20 tahun serta 22 responden dengan paritas >3 kali ( 20 % ).

Berdasarkan data dari registrasi kunjungan harian di bagian rekam

medik Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Moewardi tahun 2011 sampai

dengan 2013 penderita kanker serviks berjumlah 2.838. Pada tahun 2013
4

terdapat 1.027 pasien kanker serviks yang meningkat dari tahun 2012 yaitu

sebanyak 832 pasien kanker serviks. Sedangkan pada tahun 2011 pasien

kanker serviks sebanyak 979 pasien. Jumlah penderita kanker serviks pada

tahun 2012 di Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Moewardi yang mencapai

angka 832 pasien. Kasus kanker serviks memempati peringkat pertama

dengan jumlah pasien terbanyak diantara keseluruhan layanan Gynecology di

Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Moewardi. Berdasarkan uraian diatas,

maka peneliti ingin melakukan analisis profil penderita pasien kanker serviks

di Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Moewardi

Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk menyusun

Laporan Kasus yang berjudul Asuhan Keperawatan pada Ny N dengan Ca

Servik di Ruang Camar III RSUD Arifin Achmad Pekanbaru”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk menyusun

Laporan Kasus yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Ny N dengan Ca

Servik di Ruang Camar III RSUD Arifin Achmad”.

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Mampu memberikan dan melaksanakan Asuhan Keperawatan

dengan masalah Ca Servik pada ny. N di Ruang Camar III RSUD Arifin

Achmad Pekanbaru.
5

2. Tujuan khusus

a. Agar perawat memahami dalam melakukan intervensi pada klien Ny

N dengan Ca Servik.

b. Agar perawat memahami dalam melakukan Implementasi pada

klien Ny N dengan Ca Servik.

c. Agar Perawat memahami dalam melakukan evaluasi pada klien

Ny N dengan Ca Servik.

D. Metode Penulisan

Dalam penulisan laporan ini penulis menggunakan metode sebagai

berikut :

1. Study kasus yaitu buku-buku dan bacaan yang berhubungan dengan mata

kuliah keperawatan Maternitas.

2. Study dokumentasi yaitu dokumentasi klien yang berada Ruang Camar

III RSUD Arifin Achmad.

3. Wawancara langsung dengan klien di Ruang Camar III RSUD Arifin

Achmad.

E. Proses Pembuatan Makalah

Berdasarkan data yang diperoleh dari Ruang Tulip RSUD Arifin

Achmad, didapatkan jumlah keseluruhan klien di ruang Tulip berjumlah 10

orang, klien yang mengalami ca Ovarium 2 orang, klien yang mengalami Ca

Servik 4, klien yang Ca endomatrium 2 orang, klien yang mengalami Chanio

carunoma 2 orang.
6

Makalah ini disusun berdasarkan kasus Ny. N (52 tahun) yang dirawat

di ruang Tulip RSUD Arifin Achmad dari tanggal 05 januari 2019.

Pengkajian terhadap Ny.N dilakukan mulai tanggal 22 Januari 2019. Dalam

makalah ini sumber data yang digunakan yaitu data primer dan data sekunder.

Data primer di peroleh langsung dari klien dan data sekunder di peroleh dari

status kesehatan, medical record dan tim kesehatan lain. Teknik pengumpulan

data yang digunakan yaitu dengan wawancara, observasi langsung terhadap

klien mengenai tanda dan gejala yang nampak serta mempelajari dokumentasi

yang ada hubungannya dengan klien.


7

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar

1. Defenisi

Kanker servik (kanker leher rahim) adalah tumbuhnya sel-sel

tidak normal pada leher rahim (Nasir, 2008). Kanker servik adalah

pertumbuhan sel yang bersifat abnormal yang terjadi pada servik uterus,

yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antar rahim

(uterus) dengan liang senggama atau di kenal dengan leher rahim

(Andrijono, 2009).

Kanker servik adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah

mulut rahim sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang

tidak terkontrol dan merusak jaringan normal disekitarnya (FKUI).

Kanker merupakan salah satu penyakit yang menyebabkan kematian

terbesar pada abad ini. Pada tahun-tahun ini tampak adanya

peningkatan adanya kasus kanker karena disebabkan oleh pola hidup

diantaranya adalah seperti kebiasan merokok, minum-minuman yang

mengandung alkhohol, makanan yang mengandung lemak jenuh,

kehidupan sek bebas dan lain-lain.

Kanker merupakan suatu jenis penyakit yang di tandai

dengan pertumbuhan abnormal dan tidak terkendali dari sel-sel tubuh


8

(Hembing, 2005). Kanker servik sering terjadi pada usia reproduktif yaitu

dialami pada usia 30-40 tahun, akan tetapi pada saat ini kanker

servik menyerang pada usia dini yaitu 18 tahun.

Hal tersebut terjadi karena salah satu penyebab kanker servik

adalah telah melakukan hubungan seksual pada usia dini yaitu di bawah

20 tahun sudah melakukan hubungan seksual, jumlah pasangan seksual

yang banyak (>4 orang) dan adanya riwayat pernah menderita

kondiloma. Melakukan hubungan seksual di bawah usia 20 tahun

memiliki hubungan yang erat dengan infeksi human papiloma virus,

wanita yang menderita penurunan sistem imun atau menggunakan obat

untuk menekan sistem imunya sangat berisiko untuk terjadinya kanker

mulut rahim, selain faktor itu, ada faktor lain yaitu bahan

karsinogenik spesifik dari tembakau yang dijumpai dalam lendir dari

mulut rahim pada wanita perokok. Bahan ini dapat merusak DNA

sel epitel skuamosa dan bersama infeksi human papiloma virus dapat

mencetuskan transformasi keganasan (Rasjidi,2010)

Adapun diagnosis dapat ditemukan setelah hasil pap smear

di sertai dengan adanya displai, atau sel-sel atipik persisten, yang

diikuti dengan hasil biopsi yang mengidentifikasiadanya neoplasia

intra epitel (CIN) atau lesi intra epitel skuamosa tingkat tinggi

(HGSIL). Istilah ini digunakan dalam mengklasifikasi lesi servikal

prmaligman. Infeksi HPV biasanya menyulitkan kondisi ini. Temuan

biopsi dapat juga mengidentifikasi kanker dinsitu.


9

Kanker servikal dapat dideteksi ketika pasien mengeluh

adanya rabas, perdarahan tidak teratur, atau perdarahan setelah

melakukan hubungan seksual, tetapi biasanya penyakit ini tidak

menimbulkan gejala. Rabas vagina pada kanker servik lanjut

meningkat secara bertahap dan menjadi lebih encer dan akhirnya

berwarna lebih gelap dan sangat berbau akibat nekrosis dan infeksi

tumor (Brunner & Suddarth, 2001).

Perdarahan yang terjadi pada interval yang tidak teratur antara

periode menstruasi (metroagia), atau setelah menopose, mungkin

hanya sedikit bercak darah (hanya cukup tampak pada celana

dalam), dan biasanya terjadisetelah trauma ringan (seperti

hubungan seksual, irigasi, atau defekasi). Sejalan dengan

berlajutnya penyakit, perdarahan dapat menetap dan meningkat.

Infeksi serviks kronis dapat berperan signifikan dalam kanker servik.

Tanda-tanda klinis penyakit termasuk pertumbuhan besar, kemerahan

atau crater yang mengalami ulserasi cukup dalam sebelum pasien

mengalami gejala.

Berkembangnya kanker, jaringan diluar servik dapat terkena,

termasuk kelenjar limfe anterior ke sakrum. Pada sepertiga pasien

dengan kanker servikal invasif, penyakit ini juga menyerang fundus uteri.

Saraf-saraf region ini dapat terkena, yang menyebabkan nyeri tajam

pada punggung dan tungkai yang hilang hanya dengan analgesik

opioid dengan dosis besar. Tahap akhir jika penyakit ini tidak
10

diobati, menyebabkan emasiasi ekstrim dan anemia, biasanya

disertai dengan demam akibat infeksi sekunder dan abses pada

massa yang mengalami ulserasi dan pembentukan fistula (Brunner &

Suddarth, 2001).

2. Etiologi

Penyebab terjadinya kelainan pada sel-sel servik tidak diketahui

secara pastitetapi terdapat beberapa faktor resiko yang berpengaruh

terhadap kejadian kanker servik di antaranya (Nanda, 2013) :

a. HPV(Human Papiloma Virus) adalah virus penyebab kutil genetalis

kondiloma akuminata) yang ditularkan melalui hubungan seksual.

Varian yang sangat berbahaya adalah HPV tipe 16, 18, 45, dan 56.

b. Merokok tembakau merusak sistem kekeb alan dan mempengaruhi

kemampuana tubuh untuk melawan infeksi HPV pada servik.

c. Hubungan seksual pertama yang di lakukan pada usia dini.

d. Berganti-ganti pasangan seksual.

e. Suami / pasangan seksualnya melakukan hubungan seksual pertama

pada usia dibawah 18 tahun, berganti-ganti pasangan dan pernah

menikah dengan wanita dengan yang menderita kanker servik.

f. Pemakaian DES (dietilstilbestrol) pada wanita hamil untuk

mencegah keguguran (banyak digunakan pada tahun 1940-1970).

g. Gangguan sistem kekebalan.

h. Pemakaian pil KB.

i. Infeksi herpes genitalis atau infeksi klamidia menahun.


11

j. Golongan ekonomi lemah (karena tidak mampu melakukan pap

smear secara rutin). Pap smear merupakan pemeriksaan yang

dilakukan untuk mendeteksi dini gejala prakanker servik.

Pemeriksaan ini di anjurkan oleh departement kesehatan

menganjurkan bahwa semua wanita yang telah berhubungan seksual

yang berusia 20-60 tahun harus melakukan pap smear.

3. Manifestasi Klinis

Kanker merupakan salah satu penyakit yang menyebabkan

kematian terbesar pada abad ini, tanda dan gejala kanker serviks di

antaranya (Nanda, 2013):

a. Keputihan yang makin lama makin berbau akibat infeksi dan

nekrosis jaringan.

b. Perdarahan yang terjadi diluar senggama (tingkat II dan III).

c. Perdarahan yang dialami segera setelah senggama (75-80%).

d. Pedarahan spontan saat defekasi.

e. Perdarahan spontan pervagina.

f. Anemi akibat perdarahan berulang.

g. Rasa nyeri akibat infiltrasi sel tumor ke serabut saraf.

4. Patofisiologi

Kanker serviks timbul di batas antara epitel yang melapisi

ektoservik (portio) dan endoserviks yang disebut sebagai Squamo-

Columnas Junction (SCJ). Pada wanita muda, SCJ berada di luar osteum
12

uteri eksterna sedang pada wanita berumur 35 tahun SCJ ini berada di

kanalis serviks.

Tumor dapat tumbuh :


a. Eksofilik
Mulai dari SCJ ke arah lumen vagina sebagai masa poliferatif
yang mengalami infeksii sekunder dan nekrosis.
b. Endofilik
Mulai dari SCJ tumbuh ke dalam stroma serviks dan cenderung
untuk mengadakan infiltrasi menjadi ulkus.
c. Ulseratif
Mulai dari SCJ daan cenderung merusak jaringan serviks
dengan melibatkan awal pornises vagina untuk menjadi ulkus yang
luas.
Serviks yang normal secara alamiah mengalami proses
metaplasia. Dengan masuknya mutagen, proses tersebut dapat
berkembang ke arah displasia. Tingkatan displasia :
1) Ringan (NIS I) : kelainan epitel terbatas pada lapisan basal
2) Sedang (NIS II) : lesi epitel lebih dari setengah bagian
3) Berat (NIS III) : seluruh lapisan epitel terkena

Perubahan displasia dapat terjadi karena trauma mekanik atau


kimiawi, infeksi virus/bakteri, dan gangguan keseimbangan hormon.

Kanker serviks dapat menyebar melalui tiga cara, yaitu :


 Perkontinuatum ke alat-alat tubuh sekitarnya
 Dari serviks ke ostium uteri internum kemudian ke segmen
bawah uterus dan mengenai dinding fundus. Menyebar ke
kandung kemih, vagina, dan rektum.
 Limfogen Ke kelenjar paraservikalis, hipogastrika dan iliaka
eksterna, Hematogen Tumor metastasis ke alat-alat tubuh yang
jauh, paru-paru, hati sumsum tulang dan lain-lain.
13

WOC

Faktor Predisposisi: Paparan HPV tipe 16 & 18


- Faktor Genetik
- Faktor
Lingkungan
E6 + p53 E7 + TSG Rb
- Perilaku seksual
- Hygine
- Hormon p53 hilang fungsi E2F lepas
- Merokok
- dll
Perbaikan DNA & apoptosis tidak terjadi,siklus sel tidak terkontrol

Displasia; pertumbuhan aktif disertai gangguan pematangan epitel serviks

CIN I – CIN II – CIN


III
KANKER
SERVIKS

Vaskularisasi Sel Menembus sel epitel Merusak struktur jar. serviks

Peradangan endo & eksoserviks Struma serviks Menginvasi organ lain

Nekrosis jaringan Meluas ke jaringan


Rektum Vagina
Gg. Konsep diri: Pembuluh limfe dan vena
Harga Diri Rendah Fistula Infiltrasi
Dinding pembuluh darah terdesak rektum ke uretra

Perdarahan spontan Infiltrasi


Gg Eliminasi
ke saraf
Urin/ BAK
Defisit Volume Cairan

Gg Rasa Nyaman: Nyeri

Pembedahan Non Pembedahan


5. Pencegahan Ca Servik
Histerektomi
Kemoterapi Radiasi

Luka perdarahan
Mual Muntah Rusaknya Jar. Tubuh

Jaringan terbuka
Penurunan BB Kulit Kering

Resiko Tinggi
Resiko Nutrisi
Infeksi Kurang Gg. Integritas Kulit
Dari Kebutuhan
14

Berikut adalah beberapa hal yang dapat dilakukan

kaum perempuan dalam hal mencegah kanker servik agar tidak menimpa

dirinya menurut Departemen Kesehatan RI (2009):

a. Pencegahan yang utama adalah tidak berperilaku seksual

beresiko untuk terinfeksi HVP seperti tidak brganti-ganti

pasangan seksual dan tidak melakukan hubungan seksual pada

usia dini (kurang dari 18 tahun).

b. Menghindari fakrot resiko lain yang dapat memicu terjadinya

kanker seperti paparan asap rokok, dan meningkatkan daya tahan

tubuh dengan mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang

dan banyak mengandung vitamin C, A dan asam folat c.

c. Melakukan skrining atau penapisan untuk menentukan apakah

mereka telah terinfeksi HPV atau mengalami lesi pra kanker

yang harus dilanjutkan dengan pengobatan yang sesuai bila

ditemukan lesi. Penapisan harus dilakukan karena kanker leher

rahim adalah jenis kanker kedua yang paling sering terjadi

prempuan diseluruh dunia, juga termasuk di Indonesia. Selain itu,

kanker leher rahim merupakan salah satu kanker yang dapat

deketahui sejak dini bahkan belum calon kanker pada keadaan lesi

pra kanker. Adapun yang dianjurkan untuk melakukan

penapisan adalah semua perempuan yang telah melakukan

hubungan seksual secara aktif, terutama yang telah berusia 30-50

tahun. Dianjurkan untuk melakukan penapisan 5 tahun sekali,


15

dan bila memungkinkan 3 tahun sekali. Berikut beberapa tes

penapisan untuk Kanker Leher Rahim:

1) Tes HPV Tes HPV merupakan tes penapisan dengan

menggunakan teknik pemeriksaan molekuler, DNA yang

sudah terkait dengan HPV diuji dari sebuah contoh sel yang

diambil dari leher rahim.

2) Tes Pap/Pap Smear Tes Pap Smear merupakan pemeriksaan

sitologis dari apusan sl-sel yang diambil dari leher rahim.

Slide diperiksa oleh tekni sitology atau dokter ahli yang

mengindikasikan terjadinya inflamasi, dysplasia atau kanker.

3) Tes IVA Tes IVA merupakan pemeriksaan inspeksi visual dengan

mata telanjang (tanpa pembesaran) seluruh permukaan

leher rahim dengan bantuan asam asetat/cuka yang diencerkan.

Pemeriksaan dilakukan tidak dalam keadaan hamil maupun haid.

4) Servikografi Tes servikografi merupakan kamera khusus

digunakan untuk memfoto leher rahim. Film dicetak dan foto

diinterpretasi oleh petugas terlatih. Pemeriksaan ini terutama

digunakan sebagai tambahan dari deteksi dini dengan

menggunakan IVA, tetapi dapat juga sebagai metode panapisan

primer.

5) Kolposkopi Tes kolposkopi Merupakan pemeriksaan visual

bertenaga tinggi (pembesaran) untuk melihat leher rahim,

bagian luar dan kanal bagian leher rahim. Biasanya disertai


16

biopsy jaringan ikat yang tampak abnormal.Terutama diunakan

untuk mendiagnosa

d. Vaksinasi HPV yang saat ini telah dikembangkan untuk

beberap tipe yaitu bivalea (tipe 16 dan 18) atau kuadrivalen

(tipe 6, 11, 16, 18). Namun kendala utama pelaksaan vaksin

saat ini adalah kendala biaya. Dari beberapa tes diatas yaitu tes

IVA atau Pap dapat dilakukan di Rumah Sakit, Puskesmas atau

bidan/dokter atau jajaran kesehatan lainya

6. Stadium Ca Servik

Stadium Kanker Serviks Penentuan diagnosis stadium kanker

servikssangat penting untuk pengobatan atau penanganan yang tepat.

Stadium kanker serviks dibedakan menjadi 5 jenis. Menurut Cancer

Research UK tentang jenis kanker serviks diberikan sebagai berikut :

a. Normal Pada stadium ini disebut juga “Carsinoma In Situ (CIS)”

yang berarti bahwa beberapa sel serviks mengalami perubahan.

Namun sel-sel abnormal mulai terdapat dan terkandung dalam

lapisan permukaan serviks dan masih pada tempatnya.

Carsinoma in situ bukan kanker tetapi pada beberapa wanita

perubahan akan berkembang menjadi kanker setelah beberapa

tahun.

b. Stadium 1 Stadium satu ditandai dengan sel kanker yang hanya

ada di serviks dan ukuran kelainannya kurang dari 3 mm. Stadium


17

ini berarti bahwa kanker hanya terdapat dalam leher rahim.

Biasanya dibagi menjadi 2 tahap pada stadium ini, yaitu:

1) Stadium 1A

Pada stadium 1A pertumbuhan sangat kecil hanya dapat

dilihat dengan mikroskop. berarti kanker telah tumbuh antara 3

dan 5 mm ke dalam jaringan serviks, tetapi masih kurang dari

7mm lebarnya

2) Stadium 1B

Stadium 1B daerah kanker mulai meluas, tetapi kanker

masih hanya dalam jaringan serviks dan belum menyebar.

Biasanya dapat dilihat tanpa mikroskop,tetapi tidak selalu

terlihat.

c. Stadium 2 kanker telah mulai menyebar di luar leher rahim ke

dalam jaringan sekitarnya. Namun belum tumbuh ke dalam otot

atau ligamen yang melapisi pelvis (dinding panggul) maupun

bagian bawah vagina. Tahapan ini di bagi menjadi dua, yaitu :

1) Stadium 2A kanker telah menyebar ke dalam bagian atas vagina.

2) Stadium 2B kanker tersebar sampai ke jaringan di sekitar leher

rahim.

d. Stadium 3 Kanker serviks telah menyebar keluar rahim tapi

masih berada didalam rongga panggul dan belum masuk sampai

kandung kemih atau rektum. Namun kelenjar getah bening

sudah bisa mengandung sel kanker. Kanker pada stadium ini


18

adalah kanker yang tingkat dan gejalanya sudah semakin parah.

Stadium 3 ini dibagi menjadi dua, yaitu :

1) Stadium 3A sel kanker telah menyebar ke sepertiga bagian

bawah vagina namun belum sampai ke dinding panggul.

2) Stadium 3B, sel kanker telah menyebar ke dinding panggul

bahkan sudah bisa memblokir ureter karena ukurannya

yang sudah membesar. Sumbatan ini bisa menyebabkan ginjal

berhenti bekerja.

e. Stadium 4 Kanker serviks stadium 4 telah menyebar ke kandung

kemih, rektum atau yang lainnya. Stadium 4 juga dibagi menjadi

dua, yaitu :

1) Stadium 4A telah menyebar ke kandung kemih, rektum serta

kelenjar getah bening.

2) Stadium 4B Stadium 4B, kanker telah menyebar keluar

panggul dan kelenjar getah bening lain selain panggul seperti

hati, perut, paru-paru, saluran pencernaan, tulang.

7. Pemeriksaan
19

Pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya pembengkakan

kelenjar limfe supraklavikuler dan pembesaran hepar. Pada pemeriksaan

spekulum didapatkan lapisan-lapisan besar selaput lendir mudah lepas

dan mudah berdarah waktu disuap spatel.

Adanya warna kemerahan di sekitar ostium eksternum servikalis

uteri.

a. Inspeksi
 Perdarahan
 Keputihan
 Palpasi
 nyeri abdomen

 nyeri punggung bawah

b. Pemeriksaan Diagnostik

Ada beberapa cara memeriksakan kanker serviks, diantaranya:

1) Mendeteksi kanker serviks dengan Pap smear

Wanita yang dianjurkan untuk melakukan tes pap smear

biasanya mereka yang tinggi aktivitas seksualnya. Namun tidak

menjadi kemungkinan juga wanita yang tidak mengalami

aktivitas seksualnya memeriksakan diri. Berikut ini adalah

wanita-wanita sasaran tes pap smear:

2) IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat)

Merupakan cara sederhana untuk mendeteksi kanker leher

rahim sedini mungkin dengan menggunakan asam asetat 3-5%.


20

Alat ini begitu sederhana sebab saat memeriksakannya tidak

perlu ke laboratorium dan dapat dilakukan oleh bidan.

3) Mendiagnosis serviks dengan kolposkopi

Koloskopi merupakan suatu pemeriksaan untuk melihat

permukaan leher rahim. Pemeriksaan ini menggunakan

mikroskop berkekuatan rendah yang memperbesar permukaan

leher rahim. Perbesarannya dari 10-40 kali dari ukuran normal.

Ini dapat membantu mengidentifikasi area permukaan leher

rahim yang menunjukkan ketidaknormalan.

4) Vagina inflammation self test card

Vagina inflammation self test card adalah alat pendeteksian

yang dapat menjadi “warning sign”. Yang ditest dengan alat ini

adalah tingkat keasaman (pH), test ini cukup akurat, sebab pada

umumnya apabila seorang wanita terkena infeksi, mioma, kista

bahkan kanker serviks, kadar pHnya tinggi. Dengan begitu maka

melalui tets ini paling tidak wanita dapat mengetahui kondisi

vagina mereka secara kasar.

5) Schillentest

Cara kerja pemeriksaan ini adalah:

a) Serviks diolesi dengan larutan yodium

b) Sel yang sehat warnanya akan berubah menjadi coklat

c) Sedangkan sel yang abnormal warnanya menjadi putih atau

kuning.
21

d) Jika terkena karsinoma tidak berwarna

e) Kolpomikroskopi

Kolpomikroskopi adalah pemeriksaan yang bergabung

dengan pap smear. Kolpomikroskopi dapat melihat hapusan

vagina (Pap Smear) dengan pembesaran sampai 200 kali.

8. Penatalaksanaan

a. Terapi local

Terapi local dilakukan pada penyakit prainvasif, yang meliputi

biopsy, cauterasi, terapi laser, konisasi, dan bedah buku.

b. Histerektomi

Histerektomi mungkin juga dilakukan tergantung pada usia

wanita, status anak, dan atau keinginan untuk sterilisasi.

Histerektomi radikal adalah pengangkatan uterus, pelvis dan nodus

limfa para aurtik.

c. Pembedahan dan terapi radiasi

1) Pembedahan dilakukan untuk pengangkatan sel kanker.

2) Dilakukan pada kanker serviks invasive

3) Pada terapi batang eksternal bertujuan mengatahui luas dan lokasi

tumor serta mengecilkan tumor

d. Radioterapi batang eksternal

1) Dilakukan jika nodus limfe positif terkena dan bila batas-batas

pembedahan itu tegas.


22

2) Untuk terapi radiasi ini biasanya para wanita dipasang kateter

urine sehingga tetap berada di tempat tidur, makan makanan

dengan diet ketat dan memakan obat untuk mencegah defekasi,

karena pada terapi ini biasanya terpasang tampon (aplikator)

e. Eksenterasi pelvic

1) Dilakukan jika terjadi kanker setempat yang berulang

2) Dapat dilakukan pada bagian anterior, posterior, atau total

tergantung organ yang diangkat ditambah dengan uterus dan

nodus limfa disekitarnya.

f. Terapi biologi

Yaitu dengan memperkuat system kekebalan tubuh (system imun)

g. Kemoterapi

Dengan menggunakan obat-obatan sitostastik.

B. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap pengumpulan data yang berhubungan

dengan pasien secara sistematis. (Doenges, Moorhouse, & Burley, 2000).

Menurut Wijaya & Putri (2013), data yang dikaji pada pengkajian

mencakup data yang dikumpulkan melalui riwayat kesehatan, pengkajian

fisik, pemeriksaan laboraturium dan diagnostik, serta review catatan

sebelumnya. Langkah-langkah pengkajian yang sistematik adalah

pengumpulan data, sumber data, klasifikasi data, anaisa data dan

diagnose keperawatan.
23

a. Identitas

b. Keluhan utama.

 Perdarahan dan keputihan

c. Riwayat penyakit sekarang

Klien datang dengan perdarahan pasca coitus dan terdapat

keputihan yang berbau tetapi tidak gatal. Perlu ditanyakan pada

pasien atau keluarga tentang tindakan yang dilakukan untuk

mengurangi gejala dan hal yang dapat memperberat, misalnya

keterlambatan keluarga untuk memberi perawatan atau membawa ke

Rumah Sakit dengan segera, serta kurangnya pengetahuan keluarga.

d. Riwayat penyakit terdahulu.

Perlu ditanyakan pada pasien dan keluarga, apakah pasien

pernah mengalami hal yang demikian dan perlu ditanyakan juga

apakah pasien pernah menderita penyakit infeksi.

e. Riwayat penyakit keluarga

Perlu ditanyakan apakah dalam keluarga ada yang menderita

penyakit seperti ini atau penyakit menular lain.

f. Riwayat psikososial

Dalam pemeliharaan kesehatan dikaji tentang pemeliharaan gizi

di rumah dan bagaimana pengetahuan keluarga tentang penyakit

kanker serviks.
24

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan suatu tahap perumusan

masalah yang didapat dari data pengkajian yang telah dianalisa.

(Doenges, Moorhouse, & Burley, 2000). Menurut Nurarif & Kusuma

(2013), diagnosa yang mungkin muncul pada pasien Ca Servik adalah :

a. Nyeri berhubungan dengan infiltrasi saraf akibat infiltrasi metastase

neoplasma.

b. Gangguan perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan

dengan anoreksia pasca tindakan kemoterapi.

c. Ketakutan/cemas berhubungan dengan ancaman perubahan status

kesehatan serta ancaman kematian.

d. Gangguan interaksi sosial berhungan dengan rasa malu sekunder bau

busuk nekrosis jaringan cerviks.

e. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan efek radiasi dan

kemoterapiPerencanaan

3. Perencanaan

Perencanaan merupakan bagian proses keperawatan yang

mengidentifikasi masalah/ kebutuhan pasien, tujuan/ hasil perawatan, dan

intervensi untuk mencapai hasil yang diharapkan dan menangani

masalah/ kebutuhan pasien. (Doenges, Moorhouse, & Burley, 2000).

Menurut Nurarif & Kusuma (2013); Geissler, Doenges &

Moorhouse (1999); Wijaya & Putri (2013) menjelaskan bahwa


25

perencanaan yang dapat diberikan pada pasien dengan Ca Serviks adalah

1. Diagnosa

1) Diagnosa 1 Nyeri berhubungan dengan infiltrasi saraf akibat

infiltrasi metastase neoplasma.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien akan

mampu mengurangi rasa nyeri.

Kriteria hasil :

a) Pasien merasa nyaman. Nyeri berkuran Mampu

mendemonstrasik an keterampilam relaksasi.

Intervensi :

a) Kaji tingkat nyeri. Berikan rasa nyaman pada

pasien dengan pengaturan posisi dan aktivitas

hiburan (musik). Ajarkan teknik manajemen nyeri

(relaksasi, visualisasi, distraksi). Kolaborasi

pemberian analgetik

Rasional :

a) Untuk mengkaji data dasar. Mengalihkan

fokus perhatian. Meningkatkan relaksasi untuk

mengurangi nyeri. Memungkinkan

pasien berpartisipasi aktif dalam kontrol nyeri.

Kontrol nyeri maksimumMemungkinkan pasien


26

untuk berpartisipasi secara aktif dan meningkatkan

rasa control.

2) Diagnosa 2 Gangguan perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan

berhubungan dengan anoreksia pasca tindakan kemoterapi

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan

ebutuhan nutrisi dapat tercukupi.

Kriteria hasil :

a) Pasien mengungkapkan pentingnya nutrisi.

Peningkatan BB progresif.

Intervensi :

a) Pantau intake dan output makanan tiap hari. Ukur BB

tiap hari.

b) Dorong pasien untuk diet tinggi protein.

Rasional :

a) Identifikasi defisiensi nutrisi.

b) Memantau peningkatan BB.

c) Kebutuhan jaringan metabolik adekuat oleh nutrisi

3) Diagnosa 3 Ketakutan/cemas berhubungan dengan ancaman

perubahan status kesehatan serta ancaman kematian

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan ketakutan/

kecemasan berkurang sampai menghilang.


27

Kriteria hasil :

a) Pasien mendemonstrasik an koping efektif dalam

pengobatan. Pasien tampak rileks dan melaporkan

cemas berkurang.

Intervensi :

a) Dorong pasien untuk mengungkapkan pikiran dan

perasaan.

b) Berikan lingkungan yang aman dan nyaman.

c) Komunikasi terapeutik dan kontak sering

dengan pasien.

d) Bantu mengembang-kan koping menghadapi rasa

takutnya.

Rasional :

a) Memberikan kesempatan untuk mengungkapkan

ketakutannya.

b) Membantu mengurangi kecemasan.

c) Meningkatkan kepercayaan pasien. Meningkatkan

kemampuan kontrol cemas.

2. Implementasi

Implementasi merupakan tahap keempat dari proses perawatan

diamana rencana perawatan dilaksanakan, melaksanakan intervensi/

aktivitas yang telah ditentukan. (Doenges, Moorhouse, & Burley,

2000).
28

3. Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan, yakni

proses yang dilakukan secara terus-menerus dan penting untuk

menjamin kualitas serta ketepatan perawatan yang diberikan dan

dilakukan dengan meninjau respon untuk menentukan keefektifan

rencana perawatan dalam memenuhi kebutuhan pasien. (Doenges,

Moorhouse, & Burley, 2000


29

BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian

1. Identitas
a. Identitas pasien
Nama : Ny. N
Umur : 52 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Status Pernikahan : Kawin
Alamat : Pt. Mui Duri XIII/ Mandau Bengkalis
No. Medical rcord : 00 50 41
Suku : Mandailing
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Tanggal Pengkajian : 22 Januari 2019
2. Penanggung Jawab
Nama : Kudorat Pasaribu
Pekerjaan : Satpam
Alamat : Pt. Mui Duri XIII/ Mandau Bengkalis
3. Data Saat Masuk Rumah sakit
Tgl Masuk RS : 22 Januari 2019
Jam Masuk Rs : 12.10 WIB
Rujukan : RSUD Duri
Diagnose medis : Ca Serviks
Ruang Rawat : Tulip
Diagnosa Medis Pengkajian : Ca Serviks
Alasan Masuk :

Pasien mengeluhkan benjolan di perut bawah lebih kurang 1

tahun sebelum masuk rumah sakit, pasien dibawa berobat ke RSUD


30

Duri dan di diagnosis dengan Ca. Serviks. Lalau pasien dirujuk ke

RSUD Arifin Achmad, terdapat darah yang keluar dari kemaluan,

keputihan sejak satu hari yang lalu nyeri dan merasakan pusing

4. Riwayat Kesehatan Sekarang

a. Keluhan Utama :

Klien mengatakan panas melilit di sekitar perut dan

pinggang, keputihan berbau amis, darah yang keluar sudah sedikit,

terdapat pembengkakan pada kaki sebelah kiri, klien juga

mengeluhkan pinggangnya sakit.

b. Keadaan Klien Saat pengkajian :

Klien tampak pucat dan lemas, klien juga kepanasan di

bagian perut dan pinggangnya serta susah untuk mendengar.

5. Riwayat Kehamilan Dan Persalinan

a. Yang Lalu :

Klien mengatakan anaknya ada 8 orang, anak yang pertama

usia kehamilan Aterm dengan tindakan spontan di tolong bidan

tetapi meninggal begitu juga dengan anak kedua. anak ke tiga aterm

hidup, jenis kelamin perempuan, anak yang ke 4 ditolong dukun

tetapi meninggal dan anak ke 5 dan ke 6 sam dengan sebelumnya

tetapi hidup dan anak ke 7 mengalami abortus, anak ke 8 aterm

dengan persalinan spontan.


31

b. Saat Ini

Klien terakhir melahirkan pada tahun 2008, jadi untuk saat

ini tidak ada yang bisa dikaji.

6. Riwayat Kesehatan Keluarga

Klien mengatakan tidak ada keluarganya yang mengalami penyakit

seperti yang di alami klien.

7. Riwayat Ginekologi

a. Masalah Ginekologi

Klien mengatakan mengalami Ca Serviks

b. Riwayat Kh

Klien mengatakan semenjak tidak memakai KB lagi menstruasinya

juga tidak ada. Pada awalnya perut klien mulai sakit, keluarnya

darah dari kemaluan dan keputihan mulai banyak dan berbau amis

8. Riwayat Kesehatan Yang Lalu

Klien mengatakan semenjak tidak memakai KB lagi menstruasinya

juga tidak ada. Pada awalnya perut klien mulai sakit, keluarnya darah

dari kemaluan dan keputihan mulai banyak dan berbau amis.

9. Pemeriksaan Fisik Head To Toe

a. Keadaan Umum : Baik

b. Tingkat Kesadaran : CM

c. Tanda-tanda Vital :

TD : 120/80mmHg Suhu : 36.5 0C

Nadi : 80/ Menit Pernafasan : 20/ Menit


32

d. Kepala

1) Rambut : Pendek

2) Mata : Ikterik

3) Hidung : Tidak Ada Masalah

4) Mulut : Tidak Ada masalah

5) Telinga : Terpasang Alat Bantu pendengaran

e. Leher : Tidak ada masalah

f. Dada

1) Payudara : Payudara klien terlihat simetris, tidak ada benjolan

dan massa

2) ASI : Untuk Saat ini klien tidak ada mengluarkan asi.

g. Tangan : Utuh ( Tidak ada Masalah Keperawatan)

h. Abdomen :

1) Inspeksi : Tampak bengkak

2) Palpasi : adanya nyeri tekan

3) Perkusi : Bunyi Timpani

4) Auskultasi : Bising Usus terdengar 8/Menit

i. Genitalia

1) Vagina : Terdapat darah segar yang keluar dari vagina

2) Kebersihan : Kebersihan Genitalia bersihterkadang jika

terjadinya perdarahan vagina akan terlihat kotor

3) Varises : tidak ada terlihat varises di bagian genitalia

4) Keputihan : Ada
33

Jenis/warna : Kuning

Kosistensi : encer\

Bau : Amis

5) Hemoroid : Tidak

j. Kaki : Utuh, Edema, terdapat edema di kaki sebelah kiri.

k. Eliminasi

1) Urine : BAK Sering dan Bewarna kuning, berbau amis

terkadang BAK bercampur darah.

2) BAB : BAB 1 x kali dalam sehari, bewarna kuning

kosistensi lunak.

l. Istirahat dan kenyamanan

Keluhan Istirahat dan tidur : Tidak ada maslah istirahat dan tidur

m. Mobilitas fisik dan latihan

Tingkat mpbilitas : klien tidak ada melakukan apapun selama

sakit.

n. Nutrisi dan cairan

Asupan Nutrisi : Klien makan 3 X sehari

Asupan cairan : Klien minum air putih dan teh lebih kurang 600

Ml dalam sehari

o. Personal Hygiene

1) Mandi : 1 X Sehari

2) Gosok Gigi : 1 X Sehari

3) Cuci Rambut : 1 X sehari


34

4) Potong Kuku : 1 X Seminggu

5) Hambatan Pemenuhan hygiene : Tidak Ada

10. Data Psikologis

a. Konsep Diri : Klien segan dan malu pada orang lain karena bau

dari keputihan yang amis

b. Koping : klien ingin pulang dan berkumpul keluarganya

c. Kecemasan : Klien cemas dengan penyakit yang dialaminya.

d. Penerimaan Kondisi Saat Ini : Klien sudah menerima kondisi yang

dialaminya saat ini.

11. Kepercayaan

Klien percaya pada Allah Swt , selama sakit klien jarang sholat

karena keterbatasan gerak.

12. Catatan Khusus

a. Apakah klien mengerti tentang penyakit yang dialaminya : Ya

b. Apakah ada pertanyaan yang di ajukan : Ya

13. Hasil Pemeriksaan laboratorium dan Diagnostik

 Hb :8 Basofil : 0.3

 Leukosit : 15.99 Eosonofil : 2.1

 Trombosit : 358 Deutrofil : 83.8

 Eritrosit : 3.06 Limfosit : 8.3

 Hematokrit : 25.1 Monosit : 5.4

 MCV : 82.0

 MCH : 26.1
35

14. Medikasi/ obat-obatamn yang diberikan

a. Cefixime 500 Mg 2X1

b. Diclofenac Sodium 50 Mg 2X1

c. Kalnex 500 Mg 2X1

d. Phytomenadione 10 Mg 3X1

B. Analisa Data

Berdasarkan data diatas maka analisa data pada klien adalah sebagai

berikut :

DATA MASALAH

ETIOLOGI KEPERAWATAN

Ds

 Klien mengatakan keluar

darah dari vaginanya

 Klien mengatakan darah

yang keluar bewarna merah Resiko Tinggi

segar Perdarahan kekurangan

Do volume darah.

 Keluar darah (+), TD :

120/80mmHg, N : 80/i, RR

20/i, Suhu : 36.50C


36

Ds

 Klien mengatakan cemas Kurangnya

mendengar penyakit yang pengetahuan

dialaminya tentang Ansietas

Do penyakit yang

 Klien metampak cemas dideritanya

khawatir

Ds

 Klien mengatakan nyeri di Nyeri akibat

sekitar perut dan pinggang penekanan Ca Nyeri kronis

Do servik yang

 Klien tampak kesakitan dideritanya

C. Diagnosa keperawatan

1. Kekurangan volume cairan B/d kehilangan Volume cairan secara aktif

akibat perdarahan

2. Ansietas B/d kurangnya informasi mengenai Ca servik

3. Nyeri kronis B/d nekrosis jaringan pada servik akibat penyakit Ca

Serviks
37
38

E. Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi (CPPT)

Nama Klien : Ny N Umur : 52 tahun

Ro RM : 00 50 41 Ruang : Tulip

No.
Hari/Tgl IMPLEMENTASI EVALUASI
DX
Kamis, 15-12-18  Mengawasi S : klien mengatakan
masukan dan pendarahan masih
haluaran, ukur ada tetapi berkurang
volume darah yang O : perdarahan masih
keluar melalui ada tetapi sudah
perdarahan berkurang
I
Membatasi A : masalah teratasi
pengunjung yang
sebagian
datang
P : lanjutkan intervensi
 Mencatat kehilangan
darah ibu
 memantau ttv
Senen, 19-11-18  Memrikan informasi S : klien mengatakan
mengenai Ca sudah memahami
Serviks meliputi “ penyakit yang
pengertian, diderita
penyebab, proses O : klien sudah terlihat
serta penanganannya agak tenang
II dengan jelas. A : masalah teratasi
 Menjelaskan P : lanjutkan Intervensi
kemungkinan
pengaruh terhadap
kondisi kesehatan.
 Mengkaji tingkat
pengetahuan klien
Rabu, 21-11-18  Melakukan S : klien mengatakan
pengkajian skala nyeri sudah mulai
nyeri secara berkurang
komprehensif, O : skala nyeri
mencatat keluhan berkurang dari
lokasi nyeri, A : masalah teratasi
III
frekuensi, lakukan P : lanjutkan Intervensi
teknik relaksasi
nafas dalam
 memberikan posisi
yang nyaman sesua
kebutuhan klien
39

BAB IV

PEMBAHASAN

Setelah kelompok melakukan tindakan keperawatan terhadap klien

dengan Ca Servik di Ruang Tulip RSUD arifin Achmad dari tanggal 22

januari sampai selesainya kelompok melakukan praktek di ruang Tulip,

kelompok menemukan ada kesenjangan-kesenjangan antara konsep teoritis

dengan studi dilapangan yang dilakukan oleh kelompok. Maka dari itu

kelompok akan membahas kesenjangan tersebut. Adapun kesenjangan-

kesenjangan tersebut adalah sebagai berikut :

A. Pengkajian

Pada pengkajian, pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan

format pengkajian keperawatan Maternitas yang telah ditetapkan. Data yang

di kumpulkan dengan wawancara langsung dengan klien. Pengumpulan data

yang dilakukan hanya melalui wawancara klien, observasi dan dari

pendokumentsian keperawata di ruang Tulip.

Didalam tinjauan teori terdapat pengkajian riwayat kesehatan, keluhan

utama yang sering dirasakan pada penderita Ca Servik adalah pada fase awal

adalah keputihan yang makin lama makin berbau akibat infeksi dan nekrosis

jaringan. Klien tidak menyadari bahwa keputihan yang berkelanjutan dapat

menyebabkan Ca servik, selain itu banyaknya remaja yang melakukan

hubungan suami istri yang berumur dibawah 18 tahun yang juga dapat
40

memicu terjadinya ca servik. Pada wanita dengan keluhan keputihan

disarankan untuk ke dokter mengetahui penyebab dari keputihannya

Tanda dan gejala lanjut dari ca servik perdarahan yang terjadi di luar

senggama, perdarahan yang dialami setelah senggama, perdarahan spontan

saat defikasi, perdarahan pervagina, anemis akibat kekurangan darah, serta

rasa nyeri akibat infiltrasi sel tumor ke seranut saraf. Pada pengkajian juga di

temukan keluhan dan tanda gelaja sesuai teori yang hampir semuanya di

temukan pada klien saat dilakukan pengkajian..

Dari hasil obsevasi dan wawancara yang dilakukan kelompok terhadap

klien, ditemukan tanda dan gejala yang tidak jauh berbeda dengan gejala

teoritis.

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang muncul secara teoritis dengan diagnosa

yang muncul dari tinjauan kasus terdapat perbedaan dan persamaan . Adapun

masing-masing diagnosa yang muncul adalah sebagai berikut :

1. Diagnosa Teoritis

a. Nyeri berhubungan dengan infiltrasi saraf akibat infiltrasi metastase

neoplasma.

b. Gangguan perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan

dengan anoreksia pasca tindakan kemoterapi.

c. Ketakutan/cemas berhubungan dengan ancaman perubahan status

kesehatan serta ancaman kematian.


41

d. Gangguan interaksi sosial berhungan dengan rasa malu sekunder bau

busuk nekrosis jaringan cerviks.

e. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan efek radiasi dan

kemoterapiPerencanaan

2. Diagnosa tinjauan kasus

a. Kekurangan volume cairan B/d kehilangan Volume cairan secara aktif

akibat perdarahan

b. Ansietas B/d kurangnya informasi mengenai Ca servik

c. Nyeri kronis B/d nekrosis jaringan pada servik akibat penyakit Ca

Serviks

3. Persamaan Diagnosa

Pada diagnosa teoritis dan diagnosa kasus terdapat beberapa

persamaan diagnosa antara lain :

a. Ketakutan/cemas berhubungan dengan ancaman perubahan status

kesehatan serta ancaman kematian.

b. Nyeri berhubungan dengan infiltrasi saraf akibat infiltrasi metastase

neoplasma.

Dalam tinjauan kasus dan diagnosa teoritis terdapat beberapa

persamaan diagnosa meskipun begitu ada beberapa diagnosa yang tidak

ditemukan pada diagnosa teoritis yang ada pada diagnosa kasus dikarenakan

kondisi klien dan faktor lainnya.


42

C. Tindakan Keperawatan

Tindakan keperawatan yang dilaksanakan sesuai dengan rencana

keperawatan yang ditetapkan, dari diagnosa yang telah di temukan ditarik

intervensi yang akan dilakukan dalam bentuk implementasi dalam setiap kali

melakukan interaksi dengan klien. Adapun diagnosa yang muncul berjumlah

3 (Tiga) diagnosa yang dilakukan pengkajian dari tanggal 22 Januari 2019

dapat dilaksanakan dengan baik sesuai dengan kriteria yang diinginkan

sampai roling ke ruangan yang selanjutnyam, sedangkan implementasi yang

tidak tercapai akan dilanjutkan oleh perawat ruangan Tulip..


43

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Proses keperawatan merupakan metode ilmiah dalam menjalankan

proses keperawatan dan menyelesaikan masalah secara sistematis yang

digunakan oleh perawat dan peserta didik keperawatan, penerapan proses

keperawatan dapat meningkatkan otonomi, percaya diri, cara berfikir yang

baik, ilmiah, sistematis memperlihatkan tanggung jawab dan pengembangan

diri perawat. Disamping itu klien dapat melaksanakan mutu pelayanan

keperawatan yang baik, khususnya pada pasien dengan Ca Servik. Maka

dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Pengkajian yang dilaksanakan tidak banyak berbeda dengan pengkajian

secara teoritis.

2. Dalam usaha mengatasi masalah yang dihadapi klien, penulis menyusun

tindakan keperawatan sesuai dengan teoritis.

3. Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan disesuaikan dengan

perencanaan dan dapat dilaksanakan walaupun belum optimal.

4. Pada tahap evaluasi terhadap tindakan keperawatan, masalah yang

dihadapi klien sebagian teratasi dan sebagian tidak teratasi dikarenakan

waktu yang tidak memungkinkan


44

B. Saran

1. Mahasiswa

a. Hendaklah mahasiswa/i dapat melakukan asuhan keperawatan sesuai

dengan tahapan-tahapan protap dengan baik dan benar yang

diperoleh selama masa pendidikan dan dilapangan.

b. Tingkatkan semangat individu dan kerjasama kelompok agar dapat

memberi asuhan keperawatan secara profesional.

c. Mempersiapkan dari baik fisik maupun materi sebelum praktek

khususnya dalam bidang keperawatan Maternitas .

2. Keluarga

a. Agar keluarga selalu memberikan motivasi kepada klien dengan ca

servik agar dapat menumbuhkan percaya dirin kembali.

3. Ruang rawat inap

a. Meningkatkan peralatan dan pelayanan serta memberikan asuhan

keperawatan yang dapat meningkatkan proses penyembuhan klien.

Anda mungkin juga menyukai