Anda di halaman 1dari 13

REVIEW ARTICLE : CONNECTIVE TISSUE (JARINGAN IKAT)

Nabilah Rizky Amalia (1809511055), Maharani Lisna Wulandari (1809511056),


Hagai Deosiddhanta Widagdo (1809511057), Dwi Fortuna Hasiholanda
(1809511059), Ni Luh Mentari Saavitri Nesa (1809511060)

Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana

ABSTRAK

Sel merupakan komponen dasar dari tubuh. Sekumpulan sel membentuk suatu
jaringan, dimana sekelompok jaringan tersebut membentuk suatu organ. Ada
berbagai macam sel yang terdapat pada jaringan ikat sesuai dengan lokasi dan
jenis organ atau strukturnya. Jaringan ikat tersebar luas di seluruh bagian tubuh
dengan fungsi utama untuk menghubungkan berbagai komponen sel atau jaringan.
Hampir seluruh jaringan ikat embriologik berasal dari jaringan mesensimal
embrional. Perbedaan utama dari berbagai jenis jaringan ikat tersebut berdasarkan
susunan dan komposisi matriks intersel. Jaringan ikat terdiri dari dua komponen
dasar utama yaitu sel dan matriks intersel. Sel-sel jaringan ikat baik yang tetap
maupun yang bebas mempunyai fungsi khusus masing-masing yang saling
melengkapi untuk mempertahankan keutuhan histofisiologi jaringan ikat.

ABSTRACT

Cells are the basic component of the body. A network of cells build a tissue, which
are a network of tissues will build some organ. There are some kind of cells that
contained in the connective tissue that based on location and kind of the organ.
Connective tissue are wide spread in the whole body with the main function is to
connect various cells component or tissue. Almost all of the embryological
connective tissue come from embryonal mesensimal tissue. The main differences
of various types of connective tissue are based on the arrangement an
d composition of intercells matrix. Connective tissue consist of two types main
components namely cells an intercells matrix. Fix or free connective tissue have
some own special function that complement each other to maintain the
histophysiologycal connective tissue integrity.
PENDAHULUAN

Sel adalah unit terkecil organisme yang mampu melakukan kegiatan-kegiatan


hidup, seperti mencerna makanan, bernapas, mengeluarkan zat sisa, dan tumbuh.
Sekumpulan sel membentuk suatu organ. Antar organ terhubung melalui suatu
jaringan, yang disebut dengan jaringan ikat. Jaringan ikat adalah jaringan yang
memiliki fungsi untuk mengikat serta menyokong bagian jaringan yang lain.
Penyusun jaringan ikat adalah sel yang tersusun dalam suatu matriks ekstraseluler
dan tersusun menyebar. Matriks biasanya berupa cairan, benda kenyal seperti agar
dan padatan. Jaringan ikat berkembang dari mesenkim yang berasal dari lapisan
tengah embrio (mesoderm) pada saat proses pembuahan.
Jaringan ikat disusun oleh 2 komponen dasar, yaitu matriks dan sel-sel jaringan
ikat. Matriks adalah materi dasar yang terdapat dalam jaringan ikat yang berfungsi
untuk melekatkan atau mengikat jaringan-jaringan lain. Matriks tersusun dari 4
bahan utama, yaitu serat kolagen, serat elastis, serat retikuler, dan bahan dasar.
Selain tersusun atas matriks, jaringan ikat juga tersusun atas beberapa sel dari
jenis dan fungsi yang berbeda-beda, seperti :
1. Sel fibroblas adalah sel berbentuk serat yang berfungsi mensekresikan
kelebihan protein.
2. Sel makrofag adalah sel berbentuk tidak teratur yang berfungsi untuk
fagositosis dan pinositosis. Pinositosis adalah proses meminum partikel-
partikel berupa zat-zat buangan yang berupa cairan. Sementara, fagositosis
adalah proses memakan sel-sel mati atau bakteri.
3. Sel tiang adalah sel yang berfungsi sebagai penghasil zat pencegah
pembekuan darah (heparin) dan zat yang mampu meningkatkan
permeabilitas kapiler darah (histamin).
4. Sel lemak adalah sel yang berfungsi sebagai penyimpan lemak atau
pembentuk jaringan lemak (adiposa).
5. Sel plasma (sel darah putih) adalah sel berbentuk tidak teratur dan
berfungsi untuk melawan patogen berupa virus, bakteri, atau protozoa. Sel
ini banyak ditemukan di saluran pernafasan danorgan pencernaan manusia.
PEMBAHASAN
Jaringan ikat adalah jaringan yang berfungsi untuk mengikat, menyokong dan
menambat jaringan-jaringan maupun organ-organ penyusun tubuh manusia dan
hewan. Jaringan ikat menyediakan matriks yang menunjang dan secara fisik
menghubungkan jaringan dan sel lain secara bersama untuk membentuk organ
tubuh. Cairan interstisial jatingan ikat memberi tunjangan metabolik kepada sel
sebagai medium untuk difusi nutrien dan limbah ilmiah.
Berbeda dengan jenis jaringan lain (epitel, otot, dan saraf), yang terutama
terdiri atas sel, konstituen utama jaringan ikat adalah matriks ekstrasel (ekstra
seluler matrix, ECM). Matriks ekstrasel terdiri atas berbagai kombinasi serat
protein (serat kolagen dan elastin) dan substansi dasar (ground substance).
substansi dasar adalah kompleks proteoglikans hidrofilik anionik,
glikosaminoglikans (GAGs), dan glikoprotein multiadhesif (laminin, fibronektin,
dan lainnya). Glikoprotein membantu menstabilkan ECM dengan mengikat pada
komponen matriks lain dan pada integrin di membran sel. Air di dalam substansi
dasar ini memungkinkan pertukaran nutrien dan limbah metabolik antara sel dan
suplai darah.
Variasi jenis jaringan ikat dalam tubuh mencerminkan perbedaan komposisi
dan jumlah sel, serat, dan substansi dasar yang bersama-sama bertanggung jawab
atas keanekaragaman strujtur, fungsi dan patologi jaringan ikat yang bermakna.
Semua jaringan ikat berasal dari mesenkim embrional, jaringan yang
berkembang terutama dari lapis tengah embrio, yaitu mesoderm. Mesenkim
sebagian besar terdiri dari substansi dasar kental dengan sedikit serat kolagen.
(Gambar 5-1). Sel mesenkim belum berdiferensiasi, dengan inti besar, nukleoli
nyata dan kromatin halus. Mereka sering dikatakan berbentuk gelendong
("spindle-shaped"), dengan sitoplasmanya yang sedikit, terjulur sebagai dua atau
lebih juluran sitoplasma tipis. Sel mesodermal bermigrasi dari tempat asalnya
dalam embrio, mengelilingi dan menvusupi organ yang sedang berkembang.
Selain menghasilkan semua jenis jaringan ikat sejati dan jaringan ikat tulang dan
tulang rawan yang khusus, mesenkim embrional juga meliputi sel punca bagi
jaringan lain seperti darah, endotel vaskular, serta otot. Bab ini membahas ciri-ciri
jaringan ikat sejati yang suportif dan lunak.
Sel-sel Jaringan Ikat
Fibroblas
Fibroblas tersebar luas sebagai sel tetap pada berbagai jaringan ikat, berasal
dari sel mesensim yang belum berdiferensiasi dan berfungsi memroduksi matriks
ekstrasel jaringan ikat. Gambaran histologik fibroblas berupa sel besar berbentuk
gepeng dengan sitoplasma bercabang langsing, atau berbentuk gelendong atau
fusiformis. Inti lonjong atau memanjang dengan satu atau dua buah anak inti,
batas sel tidak jelas, sitoplasma homogen bersifat basofil karena terdapat banyak
retikulum endoplasma granular (menunjukkan aktifitas sintesis untuk
menghasilkan matriks ekstrasel); beberapa penulis menggunakan istilah fibroblas
aktif. Bila aktivitas sintesis fibroblas berkurang, maka struktur selnya akan
berubah. Sitoplasma menjadi basofil lemah dan mengandung sedikit retikulum
endoplasma granuler, tetapi ribosom bebas banyak, juga inti menjadi lebih padat
dan gepeng; sel ini dinamakan fibrosit atau fibroblas inaktif. Kedua jenis sel ini
dapat mengalami transisi, yaitu dari fibroblas menjadi fibrosit atau sebaliknya,
sehingga beberapa penulis menggunakan istilah fibroblas saja (Gambar 1).
Fibroblas dikenal sebagai
sel tetap pada jaringan ikat,
tetapi sel ini masih dapat
melakukan pergerakan
pada jaringan ikat dan
berperan pada regenerasi

Gambar 1. Fibroblas jaringan yang rusak akibat


peradangan atau trauma (contoh: luka bedah) dengan membentuk jaringan parut.
Miofibroblas merupakan suatu variasi fibroblas dimana sitoplasmanya
mengandung miofilamen yang dapat berkontraksi. Sel-sel ini terdapat pada
permukaan luka dan berfungsi untuk menutup luka dengan cara berkontraksi.
Adiposit
Adiposit atau sel lemak berasal dari sel mesensim. Dahulu diduga bahwa
dalam keadaan tertentu sel fibroblas dapat berdiferensiasi menjadi sel lemak. Sel
lemak telah mengalami diferensiasi akhir dan tidak dapat membelah lagi. Fungsi
sel ini yaitu sintesis dan menyimpan trigliserida. Secara histologik terdapat dua
jenis sel lemak yaitu sel lemak unilokuler yang membentuk jaringan lemak putih,
dan sel lemak multilokuler yang membentuk jaringan lemak coklat. Sel lemak
unilokuler memiliki satu tetesan lemak yang besar dengan inti terdorong ke tepi
dan sitoplasma tipis yang memberi gambaran seperti cincin cap (signet ring cell).
Sel-sel lemak ini dapat berdiri sendiri atau dalam kelompok kecil; biasanya
terdapat di sepanjang kapiler. Sel-sel lemak yang berkelompok besar dinamakan
jaringan lemak. Sel lemak multilokuler memiliki banyak tetesan lemak dan inti
biasanya tidak terdorong ke tepi. Dalam tubuh manusia lemak putih jauh lebih
banyak dari lemak coklat (Gambar 2). Sel lemak unilokuler merupakan
sel bulat besar dengan diameter
dapat mencapai 120 μm. Di
bawah mikroskop, pada jaringan
lemak sel-sel lemak ini terlihat
berbentuk polihedral. Dalam
sitoplasmanya yang tipis terdapat
Gambar 2. Sel lemak putih kompleks Golgi jukstanuklear
kecil, beberapa mitokondria berbentuk filamen, kadang terdapat sisterna dari rough
endoplasmic reticulum (RER) dan sejumlah ribosom bebas. Pada sel lemak imatur,
tetesan lemak masih berupa tetesan-tetesan lemak kecil yang belum berfusi dan
dikelilingi oleh satu lapisan filamen intermedia vimentin berukuran sekitar 10 nm
(Gambar 3). Sel lemak
multilokuler berbeda dengan sel
lemak unilokuler dimana selnya
lebih kecil, berbentuk lebih
poligonal dan lemak tersimpan
dalam sejumlah vakuol-vakuol

Gambar 3. Sel lemak coklat yang lebih kecil. Dalam


sitoplasma terdapat banyak mitokondria tetapi sedikit polirobosom bebas. Jumlah
RER sedikit, tetapi terdapat sejumlah smooth endoplasmic reticulum (SER).
Makrofag
Pada jaringan ikat yang tersebar di seluruh bagian tubuh manusia terdapat
kelompok sel-sel yang dapat bergerak dan memiliki kapasitas fagositosis; sel-sel
ini dinamakan makrofag atau histiosit. Dalam keadaan normal makrofag berfungsi
secara terus menerus untuk memfagositosis berbagai bahan asing atau yang sudah
tidak lagi diperlukan oleh tubuh, seperti sel-sel mati dan sisa sel, dengan cara
menghancurkannya melalui sistem enzim lisosom yang terdapat dalam sitoplasma
sel makrofag. Secara histologik makrofag berbentuk tidak beraturan,
berpenampang sekitar 10 – 30 μm, permukaan sel tidak rata dan memiliki
tonjolan-tonjolan seperti jari. Makrofag aktif mempunyai membran plasma yang
berlipat-lipat; hal ini menunjukkan konsekuensi sifat sel yang dapat bergerak dan
memfagositosis. Dalam sitoplasma yang basofil terdapat sejumlah vesikel kecil
serta granula kecil dan padat. Inti berbentuk oval atau ginjal, terletak eksentrik,
serta lebih kecil dan lebih gelap dibandingkan dengan fibroblas (Gambar 4).
Dengan mikroskop elektron tampak kompleks
Golgi yang berkembang baik, serta RER dan
banyak lisosom yang pada mikroskop cahaya
hanya terlihat sebagai granula padat dan kecil.
Sel makrofag berasal dari sel stem sumsum
tulang yang masuk ke dalam sirkulasi sebagai
Gambar 4. Struktur ultra makrofag monosit, kemudian ke jaringan ikat. Setelah
diaktivasi oleh macrophage colony-stimulating factor (MCSF) sel tersebut
menjadi matang sebagai makrofag, dengan masa hidup normal sekitar dua bulan.
Secara histologik makrofag digolongkan dalam dua jenis:
 Makrofag bebas: sel berbentuk tidak teratur, sitoplasma bertonjol-tonjol,
inti berlekuk (sifat sel yang mobil) dengan kromatin yang lebih padat dari
fibroblas.
 Makrofag tetap: inti sel berbentuk lonjong (sifat sel tidak mobil), dan
sel-sel ini tersebar di sepanjang serat-serat yang terdapat di jaringan ikat.
Pada beberapa organ, makrofag diberi nama khusus, seperti: sel Kupffer (hati), sel
mikroglia (sistem saraf pusat), sel Langerhans (kulit), sel septa (paru-paru) dan sel
osteoklas (tulang), yang memiliki struktur dan fungsi yang berbeda.
Sel Mast
Sel mast merupakan salah satu sel besar
pada jaringan ikat, berdiameter 20-30 μm,
berbentuk lonjong tidak teratur dengan
pseudopodia pendek serta inti kecil
(diameter 10-13 μm).
Sitoplasma penuh dengan granula
Gambar 5. Sekresi sel mast
berdiameter 0,3-2,0 μm yang mengandung heparin
(atau kondroitin sulfat) yaitu sejenis glikosaminoglikan
sulfat yang bersifat polianion; hal ini yang
menyebabkan granula sel mast bersifat metakromasia.
Selain itu, granula sel mast juga mengandung histamin
(atau kondroitin sulfat), neutral protease (triptase,

chymase, karboksilpeptidase), aryl sulfatase


(γglukoronidase, kinino-genase, peroksidase dan
superoksida dismutase), eosinophil chemotactic factor
of anaphylaxis (ECF-A) dan neutrophil chemotactic

Gambar 6. Sel mast


factor (NCF). Bahan-bahan farmakologik di atas ini
dinamakan mediator primer (preformed mediator). Disamping substansia di atas,
sel mast juga terlibat dalam sintesis sejumlah mediator derivat asam arahidonik
dari membran sel; oleh karena itu sel mast juga menyintesis beberapa mediator
lainnya seperti: leukotrin (C4, D4, E4), tromboksan (TXA2 dan TXB2) dan
prostaglandin (PGD2). Sel mast juga melepaskan beberapa sitokin lainnya yang
bukan berasal dari asam arahidonik, yaitu antara lain platelet-activating factor
(PAF), bradikinin, interleukin (IL-4, IL-5, IL-6) dan tumor necrosis factor (TNF-
α); bahanbahan ini sering dimanakan mediator sekunder (newly
synthesized). Pelepasan bahan mediator dari granula sel mast akan menyebabkan
reaksi alergi yang dinamakan reaksi hipersensitivitas segera (immediate
hypersensitivity reaction), sebab reaksi yang terjadinya hanya selang beberapa
saat setelah antigen masuk ke dalam tubuh, contoh syok anafilaktik.
Serabut (Fiber)

Serabut Kolagen
Pada manusia, Kolagen terdiri dari
satu-sepertiga dari total protein, menyumbang
tiga perempat dari berat kering kulit dan
merupakan komponen paling lazim dari
matriks ekstraseluler (ECM). Dua puluh
delapan jenis kolagen yang terdiri dari
setidaknya 46 rantai polipeptida yang berbeda
telah diidentifikasi pada vertebrata, dan
mengandung banyak protein lain collagenous

Gambar 7. Kolagen tipe 1 domains.36, kolagen fibril dibentuk terutama


dari jenis satu kolagen (semua fibros kecuali tulang rawan) dan fibril terbentuk
sebagian besar dari tipe II kolagen (tulang rawan) memiliki struktur yang sedikit
berbeda.

Serat Elastik
Serat elastis adalah makromolekul matriks ekstraseluler penting yang
terdiri dari inti elastin yang dikelilingi oleh mantel mikrofibril kaya fibrillin.
Fleksibilitas jaringan dan diperpanjang adalah persyaratan penting dalam evolusi
organisme multisel.

Gambar 8. Serat elastis


Serabut Retikulum
Serat retikuler memberikan kerangka kerja pendukung konstituen selular
dari berbagai jaringan dan organ. Serat retikulum dan kolagen tipe I memiliki ciri
menonjol. Keduanya terdiri dari kolagen dan fibril. Tidak seperti serat kolagen,
serat retikuler terdiri dari kolagen tipe III.

Gambar 9. Serat retikulum

JENIS JARINGAN IKAT

Jaringan Ikat Dewasa


Secara garis besar digolongkan sebagai ”longgar” atau “padat. Jaringan
ikat longgar umum terdapat, membentuk lapisan di bawah epitel pelapis banyak
organ dan mengisi celah di antara serat-serat otot dan saraf. Juga disebut jaringan
areolar, jaringan ikat longgar secara khas mengandung sel, serat, dan substansi
dasar dalam jumlah yang kurang lebih sama. Banyaknya kolagen disini
melindungi organ dan memperkuat strukturnya.

Gambar 10. Jaringan ikat longgar


Pada jaringan ikat padat tidak teratur, berkas serat kolagen tampak teranyam
secara acak, tanpa orientasi jelas.

Gambar 11. Jaringan ikat padat tidak teratur


Jaringan ikat padat teratur sebagian besar terdiri atas berkas kolagen tipe I dan
fibroblas yang tersusun paralel agar kuat menahan tarikan berulang dan
berkepanjangan dari arah yang sama.

Gambar 12. Jaringan ikat padat teratur

JARINGAN IKAT EMBRIONIK

1. Mesenkim

Hanya ditemukan pada jaringan embryo dan terdiri dari sel mesenkim,
memiliki penjuluran panjang saling berhubungan membentuk jalinan tiga dimensi.
Matriks jaringan ikat cukup banyak dan pada
tahap-tahap awalnya adalah cairan yang
dapat mengental tetapi kemudian
mengandung serabut-serabut halus. Sel
mesenkim mempunyai inti lonjong. Sel
mesenkim dapat menumbuhkan organ tubuh.

Gambar 13. Jaringan ikat


mesenkim

2. Jaringan Ikat Mukosa

Selnya membentuk jalinan, matriknya diisi oleh massa gel terutama


mengandung asam hyaluronat. Jaringan ikat ini telah mengandung serabut kolagen
terutama tipe I dan III serta fibroblast. Jaringan ikat ini dikenal juga dengan nama
Wharton’s jelly. Terdapat pada hipodermis embrio dan tali pusar. Pada dewasa
terdapat pada lipatan omasum dan glans penis.
Jaringan Retikular
Jaringan ini ditandai oleh banyak serabut kolagen tipe III, membentuk
anyaman halus yang menunjang berbagai jenis sel. Kolagen ini juga di kenal
sebagai retikulin dan diproduksi oleh fibroblas yang dimodifikasi, yang sering
disebut sel retikular yang tetap berhubungan dan menutupi sebagian serat.

Gambar 14. Jaringan retikular

Jaringan Mukoid
Jaringan Ikat Mukoid (atau mukus) adalah komponen utama pada tali pusat
fetal. Dengan banyak substansi dasar
terutama terdiri atas hialuronan,
jaringan mukoid gelatin, dengan
sedikit serat kolagen dan sebaran
fibroblast. Diantara sel-sel fibroblas
terdapat banyak sel punca
Gambaryang
mesenkim, 15. Jaringan Mukoid
potensinya dipelajari

dalam kedokteran regeneratif.


DAFTAR PUSTAKA
Prineas JW. Wright PG. 1978. Macrophages, Lymphocyytes, and Plasma Cells in
The Perivascular Compartment in Chronic Multiple Sclerosis.
38(4)409-421
Kannus P. 2008. Structure of The Tendon Connective Tissue. 356
Hashimi, G S. 2015. SarwarHystology and Function of Connetive Tissuee.1:1-2
Armitage, G C. Svanberc, G K. Harald L. 1977. Microscopic Evaluation of Clinical
Measuremets of Connective Tissue Attachment Levels. 4
Wangko, S. Karundeng, R. 2014. Komponen Sel Jaringan Ikat. 6:1-7

Anda mungkin juga menyukai