Anda di halaman 1dari 47

BUKU AJAR

STRUKTUR DAN PERKEMBANGAN HEWAN

DOSEN PEMBIMBING

SATRIANI, S.Pd.,M.P.d.

DISUSUN OLEH

NAMA : ARYANI

JURUSAN : PENDIDIKAN BIOLOGI

SEMESTER : II

STKIP YAPTI JENEPONTO


2018/2019
PRAKATA

Syukur Alhamdulillah buku ajar Struktur dan Perkembangan Hewan telah dapat
diselesaikan. Buku ini disusun demi memenuhi kewajiban sebagai mahasiswa melalui tugas
yang diberi oleh dosen pembimbing.

Penulis menyadari bahwa buku ajar ini belum sempurna, sehingga kritik dan saran
demi kesempurnaannya sangat diharapkan dari segala pihak. Demikian Buku ajar Struktur
dan Perkembangan Hewan ini dibuat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya diri
saya sendiri dalam memahami buku ajar ini.

Jeneponto, 23 Mei 2019

Penulis
BAB I
JARINGAN IKAT

A. Pendahuluan

Tubuh hewan terdiri atas jaringan-jaringan atau sekelompok sel yang mempunyai
struktur dan fungsi yang sama. Jaringan dengan struktur yang khusus memungkinkan mereka
mempunyai fungsi yang spesifik.
Ilmu yang mempelajari jaringan disebut histologi. Definisi jaringan itu sendiri yaitu
gabungan dari beberapa atau banyak sel yang memiliki fungsi yang sama dalam suatu ikatan.
Jaringan didalam tubuh hewan mempunyai sifat yang khusus dalam melakukan fungsinya,
seperti peka dan pengendali (jaringan saraf), gerakan (jaringan otot), penunjang dan pengisi
tubuh (jaringan ikat), absorbsi dan sekresi (jaringan epitel), bersifat cair (darah) dan lainnya.
Masing-masing jaringan dasar dibedakan lagi menjadi beberapa tipe khusus sesuai dengan
fungsinya. Pada saat perkembangan embrio, lapisan kecambah (germ layers) berdiferensiasi
(dengan proses yang disebut histogenesis) menjadi empat macam jaringan utama, yaitu
jaringan epitel, jaringan pengikat, jaringan otot, dan jaringan saraf.

Penulisan buku ini bertujuan untuk mengenal tipe-tipe jaringan dasar yang ditemukan
pada hewan terutama pada jaringan ikat. Ada pun tujuan sesungguhnya yaitu
1. Untuk mengetahui macam-macam jaringan pengikat
2. Untuk mengetahui fungsi jaringan pengikat
3. Sel-sel yang terdapat pada jaringan pengikat
4. Lokasi terdapatnya jaringan pengikat
5. Serta untuk memenuhi tugas terstruktur mata kuliah histology.

B. Struktur Jaringan Ikat

Jaringan ikat berkembang dari mesenkim. Mesenkim berasal dari mesoderm, yaitu lapisan
tengah embrio.
Jaringan ikat ini sering disebut juga jaringan penyokong dan penyambung. Letak sel-sel
jaringan ikat ini tidak berhimpitan rapat, tetapi berpencar-pencar, dan jika berhubungan
hanya pada ujung-ujung protoplasmanya.
Jaringan ikat adalah jaringan yang berfungsi mengikat antar bagian tubuh. Jaringan ini yang
mengikat berbagai jaringan menjadi organ dan mengikat berbagai organ menjadi system
organ. Jaringan ikat ini juga berfungsi melindungi jaringan dan organ, serta berfungsi sebagai
penghubung bagian tubuh yang satu dengan yang lain.

Ciri khusus jaringan ikat adalah memiliki komponen interseluler yang disebut
matriks. Matriks disekresikan oleh sel-esl jaringan ikat. Dengan demikian secara garis besar,
jaringan ikat terdiri atas sel-sel jaringan ikat dan matriks. Bentuk sel-sel jaringan ikat tidak
teratur, sitoplasma bergranula dan inti selnya menggelembung. Apabila sel ini menyusun
tulang rawan, maka sel ini disebut kondrosit, jika menyusun tulang disebut osteosit, dan jika
menyusun jaringan konektif yang longgar maka disebut fibroblas.
Berikut ini adalah matriks dan sel-sel yang terdapat pada matriks.

1. Matriks
Matriks tersusun dari serat-serat dan bahan dasar.
a. Serat
Berdasarkan bentuk dan reaksi kimianya serat pada matriks dapat dibedakan menjadi tiga
jenis, yaitu serat kolagen, elastis, dan retikuler.
- Serat kolagen
Serat kolagen berwarna putih dan bentuknya berupa berkas yang beraneka ragam. Sifat serat
kolagen dalah mempunyai daya rengang yang sangat tinggi dengan elastisitas yang rendah.
Kolagen terdapat pada tendon.
- Serat elastin
Serat elastin berwarna kuning dan lebih tipis daripada kolagen. Sifat serat elastin adalah
mempunyai elastisitas tinggi. Bentuk serat ini seperti bengunan yang bercabang-cabang dan
tebal, tersusun dari protein dan mukopolisakarida. Semakin bertambah usia seseorang. Daya
elatisitas serat elastin akan semakin menurun. Serat elastin antara lain terdapat dalam
pembuluh darah dan ligamen.
- Serat retikuler
Serat retikuler hampir sama dengan seart kolagen, akan tetapi ukurannya lebih kecil. Serat ini
berperan penting dalam menghubungkan jaringan ikat dan jaringan lain. Khususnya di
membrane antara jaringan epithelium dan jaringan ikat.
b. Bahan dasar
Bahan dasar penyusun matriks adalah mukopolisakarida sulfat dan asam hialuronat.
Bentuk bahan dasar ini adalah homogen setengan cair. Jika kandungan asam hialuronat tinggi
maka sifat matriks menjadi lentur. Namun jika kandungan mukopolisakarida sulfatnya tingi,
matriks menjadi kaku. Bahan dasar ini jika terdapat didalam sendi bersifat kental dan jika
terdapatdidalam tulang punggung bersifat padat.
2. Sel-sel Jaringan Ikat
Ada berbagai jenis sel yang tertanam dalam matriks dan memiliki berbagai fungsi,
diantaranya adalah sebagai berikut.
a. Fibroblas
Berfungsi mensekresikan protein, khususnya fibroblas yang berbentuk serat.
b. Makrofag
Makrofag berbentuk stidak teratur dan khusus terdapat didekat pembuluh darah, makrofag
dapat digerakkan jiak terjadi peradangan ditempat lain(jaringan lain).
c. Sel tiang
Berfungsi menghasilkan substansi heparin dan histamine. Herapin berfungsi mencegah
pembekuan darah, sedangkan histamine berfuungsi meningkatkan permeabeilitas kapiler
darah.
d. Sel lemak
Sel lemak adalah sel yang terspesialisasi khusus untuk menyimpan lemak. Jika jaringan ikat
banyak mengandung sel lemak, maka disebut jaringan adiposa.
e. Berbagai jenis sel darah putih
Sel darah putih berfungsi melawan pathogen, yang berupa bakteri, virus atau protozoa
yangmenimbulkan penyakit. Sel-sel ini dapat bergerak bebas secara diapedesis diantara
darah, limfa, atau jaringan ikat untuk membersihkan pathogen. Ada dua jenis sel darah putih
yaitu yang bergranula (granulosit), terdiri atas limfosit dan monosit.

C. Jenis-jenis Jaringan Ikat

Jaringan ikat dibagi menjadi dua tipe dasar, yaitu jaringan ikat longgar dan jaringan
ikat padat.
1. Jaringan Ikat Longgar
Jaringan ikat longgar dicirikan oleh susunan secara serat-seratnya yang longgar.
Jaringan ikat longgar memiliki banyak subtansi dasar dan memiliki sejumlah sel dengan
berbagai tipe.
Jaringan ikat longgar dibentuk oleh sel-sel mesenkim. Sel-sel ini berasal dari jaringan
embrional. Dalam perkembangannya, sel-sel mesenkim akan berubah bentuk seperti
gelondong membentuk struktur yang disebut fibrosit. Fibrosit berkembang menjadi serabut
elastin dan serabut kolagen. Sel pembentuk jaringan ikat longgar yang lain adalah hidrosit.
Serabut-serabut ini merupakan pengisi martiks jaringan. Sel ini berfungsi menghancurkan
benda-benda asing. Serabut-serabut ini mengisi matriks jaringan ikat dalam keadan longgar
sehingga jaringan ikat longgar bersifat lentur.
Fungsi jaringan ikat longgar adalah sebagai berikut:
- Memberi bentuk organ-organ daalm, misalnya kelenjar limfa, sumsum tulang, dan hati.
- Menyokong, mengelilingi, dan menghubungkan elemen dari seluruh jaringan lain,
misalnya: Menyelubungi serat-serat otot, melekatkan jaringan dibawah kulit, membentuk
membrane yang membatasi jantung dan rongga perut, membentuk membrane yang disebut
mesenteris yang berfungsi menempatkan organ pada posisi yang tepat.
Contoh jaringan ikat longgar adalah jaringan penghubung antara jaringan kulit dan
jaringan otot dibawahnya, serta antara jaringan pembuluh darah dan jaringan saraf.
2. Jaringan Ikat Padat
Jaringan ikat padat hampir mempunyai susunan yang sama dengan susunan jaringan
ikat longgar, tetapi matriksnya berisi lebih banyak serabut dengan susunan yang teratur dan
kompak. Jaringan ikat padat dicirikan dengan susunan serat-serat yang padat. Jaringan ini
hanya memiliki sedikit subtansi dasar dan sedikit sel-sel jaringan ikat.
Komponen utama penyusun jaringan ikat padat adalah kolagen berwarna putih
sehingga jaringan ini sering pula disebut jaringan ikat serabut putih. Jaringan ikat padat
bersifat tidak elastis, tetapi cukup fleksibel.
Contoh jaringan ikat padat adalah tendon, ligamen, dan fasia. Adapun fasia adalah
jaringan ikat yang berfungsi melapisi jaringan otot dan berbentuk lambaran.
Jaringan ikat padat dibagi menjadi dua jenis yaitu jarinagn ikat padat teratur dan tak
teratur.
a. Jaringan ikat padat tak teratur
Jaringan ikat padat tak teratur mempunyai pola yang tidak teratur. Jaringan ini terdapat pada
bagian dermis kulit dan pembungkus tulang.
b. Jaringan ikat padat teratur
Jaringan iakt padat teratur mempunyai pola yang teratur. Jarinagn ini terdapat pada tendon
yang merupakan bagian yang menghubungkan jaringan otot dan jarinagn tulang, dan ligamen
berupa penghubung antar tulang yang berbentuk terpilin.
Selain menyusun dua tipe jarinagn ikat dasar, jaringan ikat juga menyusun tulang rawan dan
tulang.
3. Tulang rawan (kartilago)
Tulang rawan merupakan spesialisasi dari jaringan ikat berserat tebal dengan matriks
elastis. Matriks tulang rawan merupakan merupakan campuran protein dengan polisakarida
yang disebut kondrin. Oleh karena itu, sel tulang rawan disebut kondrosit. Kondrosit dibentuk
oleh kondroblas. Kondrosit terletak dalam lakuna yang terdapat dalam perikondrion.
Pada manusia tulang rawan terdapat di hidung, telinga, laring, trakea, antar ruas
tulang belakang, permukaan hubungan tulang,dan ujung tulang rusuk. Siafat tulang rawan
kuat dan lentur karena perpaduan antara serat kolagen dan kondrin.
Ada tiga jenis tulang rawan, yaitu hialin, elastic, dan fibrosa.
a. Tulang rawan hialin
Tulang rawan hialin merupakan bentuk tulang rawan yang terbanyak dibandingkan dengan
bentuk lainnya. Matriksnya memiliki serat kolagen yang tersebar dalam bentuk anyaman
halus dan rapat. Tulang rawan hialin terdapat pada saluran pernafasan, dan ujung tulang
rusuk. Tulang rawan hialin bening seperti kaca.
b. Tulang rawan elastic
Susunan perikondrium, matriks, sel, dan lakuna tulang rawan elastik sama dengan tulang
rawan hialin. Akan tetapi, serat kolagen tulang rawan elastic tidak tersebar dan nyata seperti
pada tulang hialin. Bentuk serat-serat elastic begelombabng. Tulang rawan elastic terdapat
pada epiglottis dan bagian luar telinga.
c. Tulang rawan fibrosa (fibrokartilago)
Matriks tulang rawan fibrosa mengandung serabut kolagen kasar dan tidak teratur, terletak di
perlekatan ligamen, sambungan tulang belakang, simfisis pubis. Sifat khas dari tulang rawan
fibrosa adalah laukuna-lakunanya bulat telur dan berissi sel-sel(kondrosit).
4. Tulang(Osteon)
Tulang merupakan jaringan ikat yang termineraliasasi atau mengandung mineral. Sel
tulang disebut osteosit. Osteosit dibentuk osteoblas. Osteosit terletak didalam lacuna. Antara
osteosit yang satu dengan yang lain dihubungkan oleh kanalikuli.
Matriks penyusun tulang adalah kolagen dan kalsium fosfat yang memperkeras
matriks sehingga tulang lebih keras dari pada tulang rawan.
Bila dilihat secara mikroskopis, tulang tersusun atas unit-unit, masing-masing unit
dinamakan sistem havers. Setiap system Havers mengandung pembuluh darah yang
merupakan penyuplai zat makanan bagi tulang dan saraf. Tulang dihubungkkan oleh selaput
pembungkus tulang yang disebut periosteum.
Fungsi tulang adalah sebagai penyokong tubuh, sebagai alat gerak, dan pelindung
organ-organ dalam.

D. Rangkuman
Jaringan ikat adalah jaringan yang berfungsi mengikat antar bagian tubuh. Jaringan ini
yang mengikat berbagai jaringan menjadi organ dan mengikat berbagai organ menjadi system
organ. Jaringan ikat ini juga berfungsi melindungi jaringan dan organ, serta berfungsi sebagai
penghubung bagian tubuh yang satu dengan yang lain. Ciri khusus jaringan ikat adalah
memiliki komponen interseluler yang disebut matriks. Matriks disekresikan oleh sel-esl
jaringan ikat.
Sel-sel jaringan ikat terdiri dari fibroblast, makrifag, sel tiang, sel lemak, dan berbagai
jenis sel darah putih.
Jenis jaringan ikat dibagi menjadi dua yaitu:
1. Jaringan ikat longgar yang dicirikan oleh susunan serat-seratnya yang longgar.
2. Jaringan ikat padat yang dicirikan dengan susunan serat-seratnya yang padat
3. Jaringan ikat padat dibagi menjadi dua jenis yaitu jarinagn ikat padat teratur dan tak
teratur.
BAB II
JARINGAN EPITEL

A. Pendahuluan

Semua mahluk hidup terdiri atas unit yang disebut “sel”. Jelasnya sel merupakan unit
struktural terkecil yang melaksanakan proses yang berkaitan dengan kehidupan, misalnya
mampu mengambil nutrisi, tumbuh dan berkembangbiak, bereaksi terhadap rangsangan, dan
sebagainya.
Jaringan tersusun oleh sel-sel yang memilikibentuk dan fungsi yang sama. Perubahan sel
menjadi jaringan terjadi melalui proses spesialisasi. Jaringan penyusu tubuh hewan ada empat
macam yaitu:
1. Jaringan epitelium
2. Jaringan ikat
3. Jaringan otot
4. Jaringan saraf

Jaringan tersusun oleh sel-sel yang memilikibentuk dan fungsi yang sama. Perubahan
sel menjadi jaringan terjadi melalui proses spesialisasi. Jaringan penyusu tubuh hewan ada
empat macam yaitu:
1. Jaringan epitelium, merupakan jaringan yang melapisi permukaan tubuh dan
membatasi rongga tubuh
2. Jaringan ikat, merupakan jaringan yang mengikat dan menyokong bagian-bagian
tubuh.
3. Jaringan otot, merupakan jaringan yang menggerakan bagian-bagian tubuh.
4. Jaringan saraf, merupakan jaringan yang menanggapi rangsang (impuls) dari bagian
tubuh yang satu ke bagian tubuh lainnya.

B. Pengertian Jaringan Epitelium


Jaringan Epitelium adalah jaringan pembatas dan pelapis yang menyelubungi atau
melapisi permukaan organ, rongga, dan saluran, baik di luar maupun di dalam tubuh.
Jaringan Epitelium tersusun atas lapisan sel-sel yang sangat rapat susunannya, serta dapat
membatasi rongga-rongga dalam tubuh.
Jaringan Epitelium mempunyai jaringan regenerasi yang sangat cepat. Misalnya,saat
kulit kita terluka secara cepat jaringan epithelium dapat mengganti sel-sel yang rusak dengan
sel-sel yang masih hidup dengan cara pembelahan mitosis. Umumnya jaringan epitelium
berasal dari lapisan
embrional: eksoterm dan endoterm, kecuali endothelium dan mesoteliumberasal dari lapisan
mesoderm.
Jaringan Epitelium yang melapisi lapisan luar tubuh disebut epidermis;
jaringan epithelium yang melapisi lapisan dalam disebut endothelium, jaringan epithelium
yang membatasi rongga disebut mesotelium. Sel-sel jaringan epitelium melekat pada
membran dasar yang terbuat dari jaringan ikat.membran dasar mengandung serat kolagen
yang tertanam dalam matriks. Fungsi membrane dasar adalah utuk menyokong jaringan
epitel.
C. Ciri-Ciri Jaringan Epitelium

Jaringan Epitelium memiliki cirri-ciri khusus yang membedakannya dengan jaringan


lain. CirI jaringan epithelium adalah sebagai berikut :
1. Sel-selnya tersusun rapat sehingga tidak ada ruang antar sel
2. Jaringan epithelium tidak mengandung pembuluh darah, tetapi mengandung ujung
saraf. Sel epithelium mendapat makanan dari kapiler darah yang terdapat pada
jaringan ikat .
3. Jaringan epithelium memiliki kemampuan regenerasi yang cukup tinggi. Ada
epithelium yang rawan terhadap gesekan sehingga permukaan sel akan aus. Adapula
yang akan rusak akibat zat yang diakibatkan oleh bakteri, asam, atau asap. Selama sel
epitalium mendapat cukup nutrien, sel epithelium akan cepat menggati sel-sel yang
rusak tersebut melalui pembelahan sel.

D. Klasifikasi Jaringan Epitelium

Klasifikasi Jaringan epithelium dibadakan menurut :


1. Bentuk sel yang membangunnya
2. Jumlah lapisan yang menyusunnya
Berdasarkan lapisan dan bentuknya, epithelium dibadakan menjadi :
1. Jaringan epithelium selapis
Epitelium selapis tersusun atas selapis sel yang sama. Epitelium selapis terdiri dari
epithelium pipih selapis, kubus selapis, silindris selapis, batang selapis, dan batang berlapis
semu.
a. Epithelium pipih selapis
Epitelium pipih selapis terdiri atas selapis sel berbentuk pipih. Epitelium tipe ini tipis
dan bersifat permiabel (dapat tembus) untuk dilalui ion terlarut atau difusi. Peranannya dalam
proses difusi O2 maupun CO2 serta filtrasi darah pada proses pembentukan urin. Epitelium
pipih selapis terdapat pada dinding kapiler tempat terjadinya proses pertukaran nutrient dan
zat sisa antara darah dan jaringan tubuh. Epitelium pipih selapis juga terdapat pada alveolus,
yang tempat terjadinya pertukaran gas.
Epitelium pipih selapis ada yang bersifat licin. Contohnya adalahendothelium yang licin
yang meminimalisasikan gesekan pada organ sirkulasi seperti pada pembuluh darah,
pembuluh limfa, dan jantung. Contoh lainnya adalah mesotelium yang melapisi rongga perut,
membrane paru-paru, dan membrane jantung.
b. Epitelim kubus selapis
Epitelium kubus selapis terdiri atas selapis sel yang berbentuk kubus. Epitelium kubus
selapis terdapat pada saluran kelenjar ludah, kelenjar keringat, dan saluran pada ginjal yang
berperan dalam sekresi dan absorpsi.
c. Epithelium silindris selapis
Bentuk epithelium silindris selapis dilihat dari permukaan tampak seperti epithelium
kubus selapis. Sedangkan dari samping tampak seperti pilar-pilar yang berhimpitan tegak
lurus dengan inti yang tampak lonjong atau oval agak proksimal terhadap membrane basal.
Contohnya pada dinding usus, saluran telur atau oviduct, serta pada saluran pelepasan pada
beberapa macam kelenjar.
d. Epithelium batang selapis
Terdiri atas selapis sel berbentuk memanjang. Epitelium ini berfungsi dalam gerakan
aktif molekul, seperti absorpsi, sekresi, dan transport ion. Epitelium batang selapis melapisi
saluran pencernaan mulai dari lambung sampai anus, serta pada kelenjar dan diselingi
sel goblet. Sel goblet adalah sel yang menghasilkan lendir atau mucus. Contohnya apada usus
halus. Epitelium batang selapis ada yang memiliki silia, misalnya yang terdapat pada lapisan
sebelah dalam saluran rahim. Silia membantu ovum bergerak menuju rahim.
e. Epithelium batang berlapis semu
Tinggi epithelium batang berlapis semu bervariasi. Semua sel melekat pada membrane
dasar tetapi hanya sel yang tinggi yang mencapai permukaan apical epithelium. Nukleus sel
terdapat pada ketinggian yang berbeda sehingga tampak pada ketinggian yang berbeda
sehingga tampak seolah-olah epithelium tersebut berlapis. Sel ini terdapat pada bagian dalam
saluran pernapasan dan berfungsi mengeluarkan debu yang terperangkap pada lendir dari
paru-paru.

2. Jaringan epithelium berlapis


a. Epitelium pipih berlapis
Epitelium pipih berlapis terdiri dari banyak lapisan sel dan sel di permukaannya
berbentuk pipih. Sel-sel dilapisi yang lebih dalam berbentuk kubus atau batang. Dari semua
tipe epithelium, epithelium pipih berlapis yang paling tebal dan paling sesuai untuk fungsi
perlindungan. Tipe ini membentuk epidermis kulit, bagian dalam mulut, esophagus, dan
vagina.
b. Epitelium kubus dan batang berlapis
Epithelium jenis ini hanya ada di saluran besar dari beberapa kelenjar, misalnya
kelenjar susu, kelenjar ludah, dan pangkal esophagus. Dan berperan sebaga sekresi.
c. Epithelium silindris berlapis
Epithelium silindris berlapis jarang sekali ditemukan dalam tubuh, contohnya terdapat
pada bagian kavernosum dari uretra, faring, epiglotis, serta pada saluran pelepasan yang
besar dari bermacam-macam kelenjar pada permukaan yang bebas sel-selnya berbentuk
silindris yang agak gemuk, sedangkan sel-sel basalya berbentuk kubus.
Pada poletum mole di dalam laring dan dalam esofagus dari foetus, sel silindris yang
berbatasan dengan rongga bersilia.
d. Epithelium transisional
Epitalium transisional merupakan jaringan epitel berlapis yang bentuk selnya dapat
berubah-ubah. Epithelium jenis ini terdapat padaorgan urinari, misalnya ureter dan bagian
dalam ginjal. Beberapa organ, misalnya kantong kemih, akan mengembang jika berisi urin.
Saat pitelium transisional mengembang, pitelium akan menipis. Ketebalannya akan
berkurang dari sekitar enam sel menjadi tiga sel, dan bagian atasnya akan memipih dari
bentuk bulat menjadi bentuk pipih sehingga epitelium mengalami perubahan bentuk (transisi
bentuk). Epitelium ini juga mebentuk penghalang impermeable (tidak dapat ditembus)
sehingga urin tidak menembus dinding kantong kemih.

e. Epithelium kelenjar
Epitelium kelenjar adalah epitelium yang terdapat pada kelenjar. Kelenjar terbagi
kepada dua bagian yaitu kelenjar endokrin, kelenjar eksokrin dan kelenjar campuran.
Kelenjar

Kelenjar adalah suatu sel atau beberapa sel tubuh yang menghasilkan substansi khusus
untuk bagian lain dari tubuh.
Kelenjar ini mempunyai saluran keluar untuk mengangkut hasil kelenjarnya dan
selanjutnya bermuara pada permukaan dalam dan luar tubuh. Secara morfologik kelenjar
eksokrin dapat digolongkan menurut dasar tertentu.
Berdasarkan jumlah sel yang menyusunnya, kelenjar eksokrin dapat digolongkan ke dalam
dua bagian:
a) Kelenjar uniseluler
Kelenjar jenis ini tidak memiliki saluran keluar, karena biasanya terdapat pada epitel
permukaan, misalnya pada epitel usus sebagai sel piala.
b) Kelenjar multiseluler
kelenjar multiseluler adalah lembaran epitel yang terdiri atas sel-sel sekretoris, akan tetapi
sebagian besar kelenjar multiseluler merupakan invaginasi lembaran epitel ke dalam jaringan
ikat di bawahnya.
Berdasarkan letak kelenjarnya terhadap epitel permukaan, maka jenis kelenjar ini
dibedakan menjadi :
· Kelenjar intraepithelial
Yaitu kelenjar yang membentuk kelompok sel kelenjar pada epitel permukaan tanpa saluran
kelenjar. Kelenjar jenis ini dapat dijumpai pada epitel selaput lendir lambung dan rongga
hidung.
· Kelenjar ekstraepitelial
Jenis kelenjar ini merupakan kelenjar yang terdapat dalam jaringan pengikat. Jenis kelenjar
ini dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu :
1. Pars secretoria, yaitu bagian yang menghasilkan sekret
2. Ductus excretorius, yaitu saluran yang menampung sekret dari pars secretoria.
Dengan memperhatikan bentuk pars secretoria dan ductus excretorius dalam tubuh
dikenal berbagai jenis kelenjar yaitu :

1) Kelenjar tubuler sederhana (simple tubular gland)


a. Kelenjar tubuler lurus (kelenjar usus besar)
b. Kelenjar tubuler bergelung (glandula subdorifera)
c. Kelenjar tubuler bercabang (glandula uterina)
d. Kelenjar tubuloalveoler sederhana (simple tubuloalveoler gland)

2) Kelenjar alveolar sederhana (simple alveolar gland)


Contoh kelenjar ini yaitu glandula sebacea yang terdapat pada kulit dan merupakan kelenjar
polyptyche yang mempunyai modifikasi pada kelopak mata sebagai glandula meibomi yang
termasuk sebagai kelenjar alveolar sederhana bercabang .

3) Kelenjar tubuler kompleks (compound tubular gland)


Kelenjar ini mempunyai pars secretoria berbentuk tubuler dengan saluran keluarnya yang
bercabang dan akhirnya bermuara dalam satu saluran utama contohnya testis.
Berdasarkan sifat sekretnya, kelenjar eksokrin dapat dibedakan menjadi :
kelenjar sitogen, yaitu kelenjar yang menghasilkan sel-sel sebagai sekretnya (misalnya testis
dan ovarium) dan kelenjar nonsitogen, yaitu kelenjar yang hasilnya tidak mengandung sel-
sel.Kelenjar nonsitogen ini dapat dibagi lagi menjadi tiga bagian yaitu :
1. Kelenjar mukosa
Sekret kelenjar mukosa bersifat kental. Bentuk sel kelenjarnya pyramidal dengan bagian
puncaknya berisi tetes-tetes bahan musinogen atau premusin sebagai pembentuk lendir.
2. Kelenjar serosa
Sekret kelenjar serosa bersifat encer, jernih yang berbentuk sebagai albumin. Terkadang
sekret tersebut mengandung enzim seperti pada kelenjar pancreas dan parotis.
Sel kelenjar serosa berbentuk pyramidal dengan inti berbentuk bulat yang terletak agak
ditengah. Pada bagian basal sel terdapat glanular endoplaspic reticulum sehingga pada
pengamatan dengan menggunakan mikroskop cahaya tampak gambaran yang bergaris-garis.
3. Kelenjar campuran
Merupakan kelenjar campuran dari sel-sel kelenjar mukosa dan serosa. Kadang-kadang
sel serosa terdesak oleh sel mukosa sehingga membentuk gambaran bulan sabit yang
dinamakan demiluna gianuzzi. Contoh dari kelenjar ini adalah glandula submandibularis dan
glandula sublingualis.
Berdasarkan cara sekresinya, dikenal tiga macam kelenjar yaitu :
1. Kelenjar merokrin
Pada saat sekresi tidak akan terjadi kerusakan pada selnya ataupun tidak ada bagian sel yang
ikut disekresikan (glandula subdorifera).
2. Kelenjar apokrin
Kelenjar jenis ini pada saat sekresi, ada sebagian dari puncak sel ikut bersama-sam
disekresikan sehingga tampak adanya tonjolan-tonjolan di bagian pucak sel kelenjar
(glandula axillaris dan glandula circumanale).
3. Kelenjar holokrin
Kelenjar jenis ini akan mengalami kerusakan pada waktu melangsungkan sekresi sehingga
sekretnya bercampur dengan bagian sel yang telah mati (glandula sebacea).

E. Sel Mio Epitel

Sel ini berasal dari epitel tetapi bersifat kontraktil seperti sel otot. Sel tersebut terletak
diantara membrane basalis dan sel-sel epitel kelenjarnya. Sel mio-epitel diduga berfungsi
untuk membantu mendorong sekret kelenjar ke dalam duktus excretorius, terlihat adanya
tonjolan-tonjolan sitoplasma yang panjang mengelilingi pars secretoria membentuk anyaman
sebagaikeranjang.

F. Kelenjar Endokrin
Kelenjar ini tidak memiliki saluran keluar, disebut juga dengan kelenjar buntu. Hasil dari
kelenjar ini diangkut oleh pembuluh darah atau pembuluh limfe. Pada umumnya kelenjar
endokrin terdapat anyaman kapiler yang berhubungan langsung dengan sel-sel kelenjar.
Susunan sel-sel kelenjar dapat tersebar dalam anyaman kapiler atau membentuk kelompok-
kelompok.
Oleh karena hormon sebagai hasil kelenjar endokrin dalam kadar yang sangat rendah sudah
menunjukkan pengaruhnya, maka hormon tersebut tidak selalu harus diangkut oleh pembuluh
darah, namun harus di timbun terlebih dahulu. Penimbunan pada hormon pada tingkat
pertama dapat dilakukan intraseluler sebagai butir-butir sekresi yang selanjutnya dapat
ditimbun ekstraseluler di dalam celah-celah antar sel kelenjar atau dibatasi dalam suatu
bentuk ruang yang dinamakan folikel (glandula thyroidea).
Tidak semua kelenjar endokrin disusun dalam kesatuan kelenjar khusus, melainkan
tersebar dalam suatu organ (testis, ovarium, dan selaput lendir usus). Sebagian kelenjar
endokrin membentuk suatu kesatuan yang dibungkus oleh jaringan pengikat (hypophisis
cerebri).
Ada bentuk khusus dari kelenjar endokrin yang merupakan campuran kelenjar endokrin-
eksokrin. Jenis kelenjar ini terdapat pada pancreas dimana kelenjar endokrin sebagai pulau-
pulau diantara kelenjar eksokrin. Kelenjar endokrin sebagai insula langerhans.

G. Rangkuman

Jaringan Epitelium adalah jaringan pembatas dan pelapis yang menyelubungi atau
melapisi permukaan organ, rongga, dan saluran, baik di luar maupun di dalam tubuh.
Jaringan epitelium memiliki cirri-ciri sebagai berikut :
1. Sel-selnya tersusun rapat sehingga tidak ada ruang antar sel
2. Jaringan epithelium tidak mengandung pembuluh darah, tetapi mengandung ujung saraf.
3. Jaringan epithelium memiliki kemampuan regenerasi yang cukup tinggi.
Klasifikasi Jaringan epithelium dibadakan menurut :
1. Bentuk sel yang membangunnya
2. Jumlah lapisan yang menyusunnya
Berdasarkan lapisan dan bentuknya, epithelium dibadakan menjadi :
1. Jaringan epithelium selapis
a. Epithelium pipih selapis
b. Epitelim kubus selapis
c. Epithelium silindris selapis
d. Epithelium batang selapis
e. Epithelium batang berlapis semu
2. Jaringan epithelium berlapis
a. Epitelium pipih berlapis
b. Epitelium kubus dan batang berlapis
c. Epithelium silindris berlapis
d. Epithelium transisional
e. Epithelium kelenjar

BAB III
JARINGAN OTOT DAN SARAF

A. Pendahuluan

Jaringan otot adalah jaringan yang terdiri atas serabut-serabut otot (myofibril) yang
tersusun atas sel-sel otot yang dibungkus oleh membran sarkolema. Jaringan otot berfungsi
sebagai alat gerak aktif dan terdapat pada anggota gerak maupun organ-organ dalam tubuh.
Sel otot disebut juga serat-serat otot. Serat otot mengandung filament (benang) aktin dan
miosin yang merupakan protein kontraktil sehingga memungkinkan otot memendek dan
memanjang.
Jaringan otot tersusun atas sel-sel membujur dan miofibril. Miofibril tersusun atas
protein kontraktil yang terdapat di sepanjang sel dan tampak jelas pada otot rangka dan otot
jantung. Batas antara sel otot terlihat jelas karena adanya sarkolema. Sarkolema adalah
lapisan membran yang mengelilingi sel otot.

B. Jenis-Jenis Otot

Di dalam tubuh Hewan ada tiga jenis otot, yaitu otot polos (viseral), otot lurik
(rangka), dan otot jantung.
a) Otot polos
Otot polos terdiri atas sel-sel berbentuk seperti gelendong yang panjangnya antara
30-200 milimikron. Otot polos memiliki satu inti yang terletak dibagian tengah sel. Sel otot
polos dipersarafi oleh system saraf autonom. Kontraksi sel otot polos tidak dibawah pengaruh
kesadaran sehingga disebut otot involunter.

Otot polos
Aktifitas otot polos tidak menimbulkan kelelahan meskipun aktifitas terjadi dalam
jangka waktu yang lama. Untuk berkontraksi, otot polos memerlukan waktu anatar 3 detik
samai 3 menit. Otot polos terdapat pada rongga tubuh seperti saluran pencernaan makanan,
kantung kemih, organ reproduksi, pembuluh darah, dan saluran pernafasan.
b) Otot lurik
Otot lurik merupakan otot yang menempel pada rangka. Oleh karena itu, sering
disebut juga otot rangka. Otot lurik terdiri atas sel berbentuk silinder yang panjang dan tidak
bercabang. Panjang sel bervariasi antara 3-4 cm. Otot untuk lurik memiliki banyak inti sel
yang terletak di bagian tepi sel. Miofibril terletak sejajar dengan serabut otot membentuk
daerah terang (isotrop) dan gelap (anisotropy) sehingga tampak seperti garis-garis melintang.

Otot lurik
Sel otot lurik di persarafi oleh sistem saraf pusat. Kontraksi otot lurik dibawah
kesadaran sehingga disebut otot volunteer. Kontraksi otot lurik cepat dan kuat serta dapat
menimbulkan kelelahan.
Fungsi Otot lurik Untuk menggerakkan tulang pada artikulasinya (kontraksi dan
relaksasi).
· Mempertahankan sikap tubuh.
· Menstabilkan sendi Mengekalkan postur.
c) Otot jantung
Otot jantung yaitu otot yang kerjanya tidak disadari. Akan tetapi, otot jantung
berbeda dengan otot polos. Struktur otot jantung menyerupai otot lurik. Perbedaannya
terletak pada percabangan dan intinya. Sel-sel otot jantung membentuk rantai dan sering
bercabang dua atau lebih membentuk sinsitium. Sel otot jantung memiliki satu atau dua inti
sel yang terletak di bagian tengah sel. Sel otot jantung dipersarafi oleh system saraf autonom.
Kontraksi otot jantung tidak dibawah pengaruh kesadaran (involunter) dan tidak
menimbulkan kelelahan. Otot jantung hanya terdapat di jantung. Fungsi otot jantung, Otot ini
bekerja di luar kesadaran dan hanya terdapat di miokardium jantung. Otot jantung ini hanya
berfungsi mengatur kontraksi kerja jantung.
C. Jaringan Saraf

Jaringan saraf adalah jaringan yang sangat rumit (kompleks). Namun pada dasarnya
jaringan ini terdiri dari dua jenis sel saja, yaitu neuron (sel saraf) dan neuroglia (penyokong
neuron).
a. Neuron adalah sel yang berfungsi sebagai pembawa dan pengirim pesan/rangsang/sinyal
(impuls saraf) dan merupakan unit utama dari sistem saraf.
b. neuroglia adalah sel yang tidak ikut berperan dalam transmisi impuls, tetapi
menunjang kerja neuron.
Neuron merupakan perantara komunkasi antara otak dan tubuh. Rangsangan dari
organ rangsang akan melewati neuron sebelum mencapai saraf pusat. Rangsangan secara
spontan dibangkitkan di otak dan disalurkan ke organ tubuh (efektor) lewat saraf tepi.

D. Struktur sel saraf (Neuron)

Sitoplasma neouron mengandung ribosom, badan golgi, retikulum endoplasma, dan


mitokondria. Neuron mendapatkan suplai makanan melalui sel neuroglia yang
menyelubunginya. Neuron tersusun dari badan sel, dendrit, dan akson.

struktur sel saraf

Badan sel adalah bagian utama neuron yang mengandung inti. Badan sel saraf dapat
terletak di sistem saraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang), dapat pula di luar sistem

saraf pusat. Pada kasus pertama, disebut inti, sedangkan kumpulan badan sel di luar sistem
saraf pusat disebut ganglion (simpul saraf). Dendrit merupakan kumpulan serabut sitoplasma
yang befungsi membawa rangsangan menuju ke badan sel. Akson merupakan serabut
sitoplasma tunggal. Akson berfungsi membawa rangsangan meninggalkan badan sel.

E. Jenis sel saraf


Neuron digolongkan berdasarkan pada cara neuron memindahkan dan posisi yang
ditempati neuron. Berdasarkan kedua hal tersebut, ada tiga jenis neuron, yaitu neuron sensori,
neuron intermediet, dan neuron motor.

a. Neuron sensorik (neuron aferen)


Neuron sensori yaitu neuron yang menyampaikan rangsangan dari organ penerima
rangsang (reseptor) kepada sistem saraf pusat (otak dan susmsum tulang belakang). Oleh
karena itu neuron ini disebut juga neuron indera karena dendrit neuron ini berhubungan
dengan alat indera untuk menerima impuls sedangkan aksonnya berhubungan dengan neuron
lain. Badan sel neuron sensori bergerombol membentuk ganglion yang berlanjut ke sumsum
tulang belakang. Akson neuron sensori membawa rangsangan menuju ke jaringan saraf pusat.

b. Neuron intermediet (interneuron)


Interneuron atau saraf penghubung ialah sel sraf yang terdapat di pusat saraf, yang
berfungsi untuk meneruskan rangsangan dari neuron sensorik ke neuron motorik. Neuron ini
disebut neuron penghubung atau perantara karena ujung dendrit neuron yang satu
berhubungan dengan ujung akson neuron yang lain. Neuron intermidiet juga merupakan
neuron berkutub banyak (multipolar) yang memiliki banyak dendrit dan akson.

c. Neuron motorik (neuron eferen)


Neuron motorik berfungsi mengirimkan impuls dari sistem saraf pusat ke otot dan
kelenjar yang akan melakukan respons tubuh. Neuron ini disebut neuron penggerak karena
neuron motorik dendritnya berhubungan dengan akson lain sedangkan aksonnya
berhubungan dengan efektor yang berupa otot.

F. Rangkuman

Jaringan otot adalah jaringan yang terdiri atas serabut-serabut otot (myofibril)
yang tersusun atas sel-sel otot yang dibungkus oleh membran sarkolema. Jaringan otot
berfungsi sebagai alat gerak aktif dan terdapat pada anggota gerak maupun organ-
organ dalam tubuh.

Jenis-jenis otot ada 3 yakni :


1. Otot polos
2. Otot lurik
3. Otot jantung

Jaringan saraf adalah jaringan yang sangat rumit (kompleks). Namun pada
dasarnya jaringan ini terdiri dari dua jenis sel saja, yaitu neuron (sel saraf) dan
neuroglia (penyokong neuron).

Neuron digolongkan berdasarkan pada cara neuron memindahkan dan posisi


yang ditempati neuron. Berdasarkan kedua hal tersebut, ada tiga jenis neuron, yaitu
neuron sensori, neuron intermediet, dan neuron motor.
1. Neuron sensorik (neuron aferen)
Neuron sensori yaitu neuron yang menyampaikan rangsangan dari organ
penerima rangsang (reseptor) kepada sistem saraf pusat (otak dan susmsum tulang
belakang).
2. Neuron intermediet (interneuron)
Interneuron atau saraf penghubung ialah sel sraf yang terdapat di pusat saraf,
yang berfungsi untuk meneruskan rangsangan dari neuron sensorik ke neuron
motorik.
3. Neuron motorik (neuron eferen)
Neuron motorik berfungsi mengirimkan impuls dari sistem saraf pusat ke otot
dan kelenjar yang akan melakukan respons tubuh.

BAB IV
SISTEM INTEGUMEN

A. Pendahuluan

Sistem integumen adalah sistem organ yang membedakan, memisahkan, melindungi,


dan menginformasika hewan terhadap lingkungan sekitarnya. Sistem ini seringkali
merupakan bagian sistem organ yang terbesar yang mencakup kulit, rambut, bulu, sisik,
kuku, kelenjar keringat dan produknya (keringat atau lendir). Kata ini berasal dari bahasa
Latin “integumentum”, yang berarti “penutup”.
Secara ilmiah kulit adalah lapisan terluar yang terdapat diluar jaringan yang terdapat pada
bagian luar yang menutupi dan melindungi permukaan tubuh, kulit merupakan organ yang
paling luas permukaan yang membungkus seluruh bagian luar tubuh sehingga kulit sebagai
pelindung tubuh terhadap bahaya bahan kimia.
Cahaya matahari mengandung sinar ultra violet dan melindungi terhadap
mikroorganisme serta menjaga keseimbangan tubuh. misanya menjadi pucat, kekuning-
kunigan, kemerah-merahan atau suhu kulit meningkat.
Ganguan psikis juga dapat mengakibatkan kelainan atau perubahan pada kulit misanya karna
stres, ketakutan, dan keadaan marah akan mengakibatkan perubahan pada kulit wajah.
Sistem integumen merupakan Sistem organ yang membedakan, memisahkan,
melindungi, dan menginformasikan hewan terhadap lingkungan sekitarnya yang mencakup
kulit, rambut, bulu, sisik, kuku, kelenjar keringat dan produknya (keringat atau lendir). Kulit
merupakan lapisan jaringan yang terdapat pada bagian luar menutupi danmelindungi
permukaaan tubuh, berhubungan dengan selaput lendir yang melapisi rongga-rongga, lubang-
lubang masuk. Pada permukaan kulit bermuara kelenjar keringat dan kelenjar mukosa.
Kulit merupakan organ yang paling luas sebagai pelindung tubuh terhadap bahaya
bahan kimia, cahaya matahari, mikroorganisme dan menjaga keseimabangan tubuh dengan
lingkungan.

B. Lapisan Kulit

Kulit dapat dibedakan menjadi dua lapisan utama yaitu kulit ari (epidermis) dan kulit
jangat (dermis). Kedua lapisan ini berhubungan dengan lapisan yang ada di bawahnya dengan
perantaraan jaringan ikat bawah kulit (hipodermis/subkutis). Untuk lebih jelasnya, lapisan
kulit tersebut tertera pada gambar di bawah ini:
1. Epidermis
Kulit ari atau epidermis adalah lapisan paling luar yang terdiri dari lapisan epitel
gepeng unsur utamanya adalah sel-sel tanduk (keratinosit) dan sel melanosit.lapisan
epidermis ini akan terkelupas atau gugur. Lapisan ini terus tumbuh karena lapisan sel induk
yang berada di bawahnya terus bermitosis. Lapisan ini terdiri dari lima lapis yaitu:
• Stratum korneum: terdiri dari banyak sel lapisan sel tanduk, gepeng, dan tidak berinti.
Sitoplasma diisi dengan serat keratin, makin keluar letak sel makin gepeng seperti
sisik lalu terkelupas dari tubuh, yang terkelupas digantikan oleh sel yang lain.
• Stratum lusidium: terdiri dari beberapa lapis sel yang bening. Lapisan ini ditemukan
pada kulit tubuh yang berkulit tebal.
• Stratum granulosum: terdiri dari sel poligonal, inti di tengah, dan sitoplasma berisi
butiran granula keratohialin. Lapisan ini menghalangi masuknya benda asing, kuman
dan bahan kimia ke dalam tubuh.
• Stratum spinosum: lapisan ini untuk menahan gesekan dan tekanan dari luar, sehingga
harus tebal dan terdapat di daerah tubuh yang banyak bersentuhan atau menahan
beban dan tekanan seperti tumit dan pangkal telapak kaki.
• Stratum malfighi: sel ini aktif bermitosis sampai individu meninggal. Sebanding
dengan terkelupasnya sel pada stratum korneum.
Gabungan stratum malfhigi dan stratum spinosum disebut stratum germinatifum.
Gabungan ini terletak bergelombang karena lapisan dermis di bawahnya membentuk
tonjolan yang disebut papila.

2. Dermis
Merupakan lapisan kedua dari kulit, batas dengan epidermis dilapisi olehmembran basalis
dan di sebelah bawah berbatasan dengan sub kutis. Lapisan dermis lebih tebal daripada
epidermis, Banyak terdapat jaringan saraf & ujung-ujung saraf reseptor sensori somatik .
Banyak terdapat pembuluh darah regulasi suhu tubuh . Dermis terdiri dari dua lapisan:
Lapisan papila: terdiri dari jaringan ikat longgar yang tersusun dari serabut-serabut :
serabutkolagen, serabut elastis, serabut retikulus. Serabut ini saling beranyaman danmasing-
masing mempunyai tugas yang berbeda : Serabut kolagen, untuk memberikan kekuatan
kepada kulit, Serabut elastic, untuk memberikankelenturan pada kulit, dan retikulus, terdapat
terutama disekitar kelenjar danfolikel rambut dan memberikan kekuatan pada alat tersebut.
Lapisan retikulosa: mengandung jaringan pengikat rapat dan serat kolagen. Dalam lapisan ini
ditemukan sel-sel fibrosa, sel histiosit, pembuluh darah, pembuluh getah bening, saraf,
kandung rambut kelenjar sebasea, kelenjar keringat, sel lemak, dan otot penegak rambut.

3. Hipodermis
Terdiri dari kumpulan sel-sel lemak dan diantara gerombolan ini berjalan serabut-serabut
jaringan ikat dermis. Sel-sel lemak ini bentuknya bulat dengan intinya terdesak ke pinggir
sehingga membentuk seperti cincin. Lapisan lemak ini disebutpenikulus adiposus, yang
berfungsi untuk mempertahankan suhu, penimbunan kalori, dan tambahan untuk kecantikan
tubuh .

C. Kelenjar-Kelenjar Pada Kulit

Kelenjar kulit meliputi kelenjar sebasea dan kelenjar keringat.


1. Kelenjar sebasea, berfungsi mengontrol sekresi minyak ke dalam ruang antara folikel
rambutdan batang rambut yang akan melumasi rambut sehingga menjadi halus lentur
dan lunak
2. Kelenjar keringat, Kelenjar ini paling banyak terdapat pada telapak tangan dan telapak
kaki. Terdapat dua macam kelenjar keringat, yaitu:
3. Kelenjar ekrin: tersebar si seluruh kulit tubuh kecuali kulup penis, bagian dalam
telinga luar, telapak tangan, telapak kaki dan dahi. Melepaskan keringat sebagai reaksi
peningkatan suhu lingkungan dan suhu tubuh.
4. Kelenjar apokrin: kelenjar keringat yang besar hanya terdapat pada ketiak, kulit
puting susu, kulit sekitar alat kelamin dan dubur. Kelenjar ini aktif pada masa
pubertas,pada wanita akan membesar danberkurang pada siklus haid. Kelenjar
Apokrin memproduksi keringat yang keruh seperti susu yang diuraikan oleh bakteri
menghasilkan bau khas pada aksila.

D. Pelengkap Kulit

1. Kuku
Kuku merupakan lempeng yang membentuk pelindung pembungkus permukaan dorsal falang
jari tangan dan jari kaki. Lempeng kuku terdiri dari sisik epidermis yang menyatu erat dan
tidak mengelupas. Badan kuku berwarna bening sehingga kelihatan kemerah-merahan karena
ada pembuluh kapiler darah di dalam dasar kuku.
2. Rambut
Terdapat di seluruh kulit kecuali telapak tangan kaki dan bagian dorsal dari falang distal jari
tangan, kaki, penis, labia minora dan bibir. Terdapat 2 jenis rambut :
a. rambut terminal ( dapat panjang dan pendek.)
b. Rambut velus( pendek, halus dan lembut).
Fungsi rambut :
1. Melindungi kulit dari pengaruh buruk : Alis mata melindungi mata dari keringatagar tidak
mengalir ke mata, bulu hidung (vibrissae)
2. Menyarig udara.
3. Sebagai pengatur suhu,
4. Pendorong penguapan kerngat dan
5. Indera peraba yang sensitive.
Rambut terdiri dari akar ( sel tanpa keratin) dan batang ( terdiri sel keratin ). Bagian dermis
yang masuk dalam kandung rambut disebut papil. Terdapat 2 fase:
a. Fase pertumbuhan (Anagen)kecepatan pertumbuhan rambut bervariasi rambut janggut
tercepat diikuti kulitkepela. Berlangsung sampai dengan usia 6 tahun.90 % dari 100.000
folikel rambut kulit kepala normal mengalami fasepertumbuhan pada satu saat.
b. Fase Istirahat( Telogen)Berlangsung ± 4 bulan, rambut mengalami kerontokan 50 – 100
helai rambut rontok dalam tiap harinya.

E. Fungsi Kulit

1. Sebagai pengatur panas


Suhu tubuh tetap stabil meskipun terjadi perubahan suhu lingkungan. Hali ini karena adanya
penyesuaian antara panas yang dihasilkan oleh pusat pengatur panas, medulla oblongata.
Pengendalian persarafan dan vasomotorik dari arterial kutan ada 2 cara :
Vasodilatasi ; kapiler melebar, kulit menjadi panas, dan kelebihan panasdipancarkan ke
kelenjar keringat sehingga terjadi penguapan cairan pad apermukaan tubuh.
Vasokonstrinsik ; pembuluh darah mengkerut, kulit menjadi pucat dan dingin,hilangnya
keringat dibatasi dan panas tubuh tidak dikeluarkan.
2. Sebagai indera peraba
Panca indera peraba terdapat pada kulit disamping itu kulit juga sebagai pelepaspanas yang
ada pada tubuh. Kulit mempunyai banyak ujung-ujung saraf perabayang menerima
rangsangan dari luar diteruskan ke pusta saraf di otak. Sensasikulit terdiri dari rasa, raba,
tekana, panas, dingin dan rasa sakit.
Sebagai penyimpan air kulit dan kelenjar di bawahnya bekerja sebagai tempat penyimpanan
air, jaringanadipose di bawah kulit penyimpan lemak yang utama pada tubuh. Kemampuan
melindungi kulit :
Menghindari hilangnya cairan dari jaringan dan menghindari masuknya air kedalam jaringan.
Menghalangi cedera pada struktur di bawahnya.
Mencegah bahaya dehidrasi yang lebih parah jika epidermis mengalami kerusakan.

F. Rangkuman

Sistem integumen adalah suatu sistem organ yang membedakan, memisahkan,


melindungi, dan menginformasikan hewan terhadap lingkungan sekitarnya. Komponen dari
Sistem ini merupakan bagian sistem organ yang terbesar,yakni
Mencakup :
1. Kulit, merupakan lapisan terluar pada tubuh manusia. Terdiri dari dua bagia yaitu
kulit tipis dan kulit tebal.
2. Rambut merupakan organ seperti benang yang tumbuh di kulit hewan, terutama
mamalia.
3. Bulu merupakan struktur keratin yang karakteristiknya terdapat pada bangsa aves,
dan di anggap sebagai modifikasi dari sisik.
4. Kuku, adalah bagian tubuh binatang yang terdapat atau tumbuh di ujung jari. Kuku
tumbuh dari sel mirip gel lembut yang mati, mengeras, dan kemudian terbentuk saat
mulai tumbuh dari ujung jari.
5. Kelenjar keringat. Kelenjar keringat berupa saluran melingkar dan bermuara pada
kulit ari dan berbentuk pori-pori halus.
· Sistem integument memiliki fungsi antara lain :
1. Pelindung dari kekeringan, invasi mikroorganisme, sinar ultraviolet, & mekanik,
kimia, atau suhu
2. Penerima sensasi; sentuhan, tekanan, nyeri, dan suhu
3. Pengatur suhu; menurunkan kehilangan panas saat suhu dingin dan meningkatkan
kehilangan panas saat suhu panas
4. Fungsi metabolik, menyimpan energi melelui cadangan lemak, sintesis vitamin D.
5. Ekskresi dan absorpsi

BAB V
SISTEM PENCERNAAN PADA HEWAN

A. Pendahuluan

Hewan adalah makhluk hidup yang dapat bergerak dan melakukan kegiatan hidup
tetapi tidak mampu berfikir (kamus pintar biologi, Tim perkamusan ilmiah citra wahana).
Untuk melakukan kegiatan hewan juga butuh asupan makanan, dan secara tidak langsung
hewan juga mengalami proses pencernaan makanan.
Pada makhluk hidup tingkat tinggi, terjadi proses pemecahan makanan berbeda-beda.
Untuk makhluk hidup tingkat rendah, proses pemecahan makanan terjadi di dalam sel
sebaliknya pada makhluk hidup tingkat tinggi proses pemecahan makanan terjadi di luar sel.
Hal ini dimungkinkan dengan adanya system pencernaan yang tersusun oleh saluran
pencernaan dan kelenjar pencernaan.
Fungsi utama system pencernaan makanan adalah untuk menyederhanakan atau
memproses suatu bahan-bahan makanan yang berguna, sehingga dapat di manfaatkan bagi
tubuh. Bila di tinjau dari prosesnya maka system pencernaan meliputi organ yang
berhubungan dengan pengambilan makanan, mekanismenya dan penyediaan zat-zat makanan
serta pengeluaran sisa-sisa hasil pencernaan keluar dari tubuh.
System pencernaan makanan dibangun oleh saluran-saluran yang sangat muskuler,
dimulai dari rongga mulut sampai ke anus, yang terdiri dari rongga mulut, faring, osefagus,
lambung, usus halus, usus kasar, dan usus buntu yang tumbuh rudimenter.
Struktur alat pencernaan berbeda-beda dalam berbagai jenis hewan, tergantung pada
tinggi rendahnya tingkat organisasi sel hewan tersebut serta jenis makanannya. pada hewan
invertebrata alat pencernaan makanan umumnya masih sederhana, dilakukan secara
fagositosis dan secara intrasel, sedangkan pada hewan-hewan vertebrata sudah memiliki alat
pencernaan yang sempurna yang dilakukan secara ekstrasel.

B. Sistem Pencernaan Pada Hewan Invertebrata


Sistem pencernaan pada hewan invertebrata umumnya dilakukan secara intrasel,
seperti pada protozoa, porifera, dan Coelenterata. Pencernaan dilakukan dalam alat khusus
berupa vakuola makanan, sel koanosit dan rongga gastrovaskuler. Selanjutnya, pada cacing
parasit seperti pada cacing pita, alat pencernaannya belum sempurna dan tidak memiliki
mulut dan anus. pencernaan dilakukan dengan cara absorbs langsung melalui kulit.
1. Sistem Pencernaan Makanan Pada Cacing Tanah
Makanan cacing tanah berupa daun-daunan serta sampah organik yang sudah lapuk. Cacing
tanah dapat mencerna senyawa organik tersebut menjadi molekul yang sederhana yang dapat
diserap oleh tubuhnya. Sisa pencernaan makanan dikeluarkan melalui anus.

2. Sistem Pencernaan Pada Serangga Sebagaimana pada cacing tanah, serangga


memiliki sistem pencernaan makanan yang sudah sempurna, mulai dari mulut,
kerongkongan, lambung, usus sampai anus.Pencernaan pada serangga dilakukan
secara ekstrasel.
C. Sistem Pencernaan Pada Hewan vertebrata

Organ pencernaan pada hewan vertebrata meliputi saluran pencernaan (tractus


digestivus) dan kelenjar pencernaan (glandula digestoria)

1. Sistem Pencernaan Pada Ikan (Pisces)


Saluran pencernaan pada ikan dimulai dari rongga mulut (cavum oris). Di dalam
rongga mulut terdapat gigi-gigi kecil yang berbentuk kerucut pada geraham bawah dan lidah
pada dasar mulut yang tidak dapat digerakan serta banyak menghasilkan lendir, tetapi tidak
menghasilkan ludah (enzim).
Dari rongga mulut makanan masuk ke esophagus melalui faring yang terdapat di
daerah sekitar insang. Esofagus berbentuk kerucut, pendek, terdapat di belakang insang, dan
bila tidak dilalui makanan lumennya menyempit. Dari kerongkongan makanan di dorong
masuk ke lambung, lambung pada umumnya membesar, tidak jelas batasnya dengan usus.
Pada beberapa jenis ikan, terdapat tonjolan buntu untuk memperluas bidang
penyerapan makanan. Dari lambung, makanan masuk ke usus yang berupa pipa panjang
berkelok-kelok dan sama besarnya. Usus bermuara pada anus.

1. Saluran Pencernaan (Tractus Digestivus)


a. Mulut
Bagian terdepan dari mulut adalah bibir, pada ikan-ikan tertentu bibir tidak
berkembang dan malahan hilang secara total karena digantikan oleh paruh atau rahang
b. Rongga mulut (cavum oris)
Di bagian belakan mulut terdapat ruang yang disebut rongga mulut. Rongga mulut ini
berhubungan langsung dengan segmen faring. Secara anatomis organ yang terdapata pada
rongga mulut adalah gigi, lidah dan organ palatin. Permukaan rongga mulut diselaputi oleh
lapisan sel permukaan (epitelium) yang berlapis. Pada lapisan permukaan terdapat sel-sel
penghasil lendir (mukosit) untuk mempermudah masuknya makanan. Disamping mukosit, di
bagian mulut juga terdapat organ pengecap (organ penerima rasa) yang berfungsi menyeleksi
makanan.
c. Faring
Lapisan permukaan faring hampir sama dengan rongga mlut, masih ditemukan organ
pengecap, Sebagai tempat proses penyaringan makanan.
d. Esofagus
Permulaan dari saluran pencernaan yang berbentuk seperti pipa, mengandung lendir
untuk membantu penelanan makanan. Pada ikan laut, esofagus berperan dalam penyerapan
garam melalui difusi pasif menyebabkan konsentrasi garam air laut yang diminum akan
menurun ketika berada di lambung dan usus sehingga memudahkan penyerapan air oleh usus
belakang dan rectum (proses osmoregulasi)
e. Lambung
Lambung merupakan segmen pencernaan yang diameternya relatif lebih besar bila
dibandingkan dengan organ pencernaan yang lain. Besarnya ukuran lambung berkaitan
dengan fungsinya sebagai penampung makanan

f. Pilorus
Pilorus merupakan segmen yang terletak antara lambung dan usus depan. Segmen ini
sangat mencolok karena ukurannya yang mengecil/menyempit.
g. Usus ( intestinum)
Merupakan segmen yang terpanjang dari saluran pencernaan. Intestinum berakhir dan
bermuara keluar sebagai anus. Merupakan tempat terjadinya proses penyerapan zat makanan
h. Rektum
Rektum merupakan segmen saluran pencernaan yang terujung. Secara anatomis sulit
dibedakan batas antara usus dengan rektum. Namun secara histologis batas antara kedua
segmen tersebut dapat dibedakan dengan adanya katup rektum.
i. Kloaka
Kloaka adalah ruang tempat bermuaranya saluran pencernaan dan saluran urogenital.
Ikan bertulang sejati tidak memiliki kolaka, sedangkan ikan bertulang rawan memiliki organ
tersebut.
j. Anus
Anus merupakan ujung dari saluran pencernaan. Pada ikan bertulang sejati anus
terletak di sebelah depan saluran genital. Pada ikan yang bentuk tubuhnya memanjang, anus
terletak jauh dibelakang kepala bedekatan dengan pangkal ekor.
2. Kelenjar pencernaan (Glandula Digestoria)
Kelenjar pencernaan pada ikan, meliputi hati dan pankreas. Hati merupakan kelenjar
yang berukuran besar, berwarna merah kecoklatan, terletak di bagian depan rongga badan dan
mengelilingi usus, bentuknya tidak tegas, terbagi atas lobus kanan dan lobus kiri, serta bagian
yang menuju ke arah punggung. Fungsi hati menghasilkan empedu yang disimpan dalam
kantung empedu untuk membanfu proses pencernaan lemak. Kantung empedu berbentuk
bulat, berwarna kehijauary terletak di sebelah kanan hati, dan salurannya bermuara pada
lambung. Kantung empedu berfungsi untuk menyimpan empedu dan disalurkan ke usus bila
diperlukan. Pankreas merupakan organ yang berukuran mikroskopik sehingga sukar dikenali,
fungsi pankreas, antara lain menghasilkan enzim – enzim pencernaan dan hormon insulin.
2. Sistem Pencernaan Pada Amfibi

Sistem pencernaan makanan pada amfibi, hampir sama dengan ikan, meliputi saluran
pencernaan dan kelenjar pencernaan. salah satu binatang amphibi adalah katak. Makanan
katak berupa hewan-hewan kecil (serangga).

1. Saluran pencernaan (Tractus Digestivus)


a. rongga mulut: terdapat gigi berbentuk kerucut untuk memegang mangsa dan lidah untuk
menangkap mangsa,
b. esofagus; berupa saluran pendek,
c. ventrikulus (lambung), berbentuk kantung yang bila terisi makanan menjadi lebar. Lambung
katak dapat dibedakan menjadi 2, yaitu tempat masuknya esofagus dan lubang keluar menuju
usus,
d. intestinum (usus): dapat dibedakan atas usus halus dan usus tebal. Usus halus meliputi:
duodenum. jejenum, dan ileum, tetapi belum jelas batas-batasnya.
e. Usus tebal berakhir pada rektum dan menuju kloata, dan
f. kloaka: merupakan muara bersama antara saluran pencernaan makanan, saluran reproduksi,
dan urine.
2. Kelenjar pencernaan (Glandula Digestoria)
Kelenjar pencernaan pada amfibi, terdiri atas hati dan pankreas. Hati berwarna merah
kecoklatan, terdiri atas lobus kanan yang terbagi lagi menjadi dua lobulus. Hati berfungsi
mengeluarkan empedu yang disimpan dalam kantung empedu yang berwarna kehijauan.
pankreas berwarna Kekuningan, melekat diantara lambung dan usus dua belas jari
(duadenum). pankreas berfungsi menghasilkan enzim dan hormon yang bermuara pada
duodenum.
3. Sistem Pencernaan Pada Reptil

Sebagaimana pada ikan dan amfibi, sistem pencernaan makanan pada reptil meliputi
saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. Reptil umumnya karnivora (pemakan daging).

1. Saluran pencernaan (Tractus Digestivus)


a. rongga mulut: bagian rongga mulut disokong oleh rahang atas dan bawah, asing-masing
memiliki deretan gigi yang berbentuk kerucut, gigimenempel pada gusi dan sedikit
melengkung ke arah rongga mulut. Pada rongga mulut juga terdapat lidah yang melekat pada
tulang lidah dengan ujung bercabang dua

b. esofagus (kerongkongan),
c. merupakan saluran di belakang rongga mulut yang menyalurkan makanan dari rongga
mulut ke lambung. Di dalam esophagus tidak terjadi proses pencernaan.
d. ventrikulus(lambung),
merupakan tempat penampungan makanan dan pencernaan makanan berupa saluran
pencernaan yang membesar dibelakang esophagus. Disini makanan baru mengalami proses
pencernaan. Pada bagian fundus pylorus makanan dicerna secara mekanik dan kimia.
e. intestinum: terdiri atas usus halus dan usus tebal yang bermuara pada anus.
2. Kelenjar pencernaan (Glandula Digestoria)
Kelenjar pencernaan pada reptil meliputi hati, kantung empedu, dan pankreas. Hati
pada reptilia memiliki dua lobus (gelambirf dan berwarna kemerahan. Kantung empedu
terletak pada tepi sebelah kanan hati. Pankreas berada di antara lambung dan duodenum,
berbentuk pipih kekuning-kuningan.
4. Sistem Pencernaan Pada Burung (Aves)
Organ pencernaan pada burung terbagi atas saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan.
Makanan burung bervariasi berupa biji-bijian, hewan kecil, dan buah-buahan.
1. Saluran pencernaan (Tractus Digestivus)
a. paruh: merupakan modifikasi dari gigi,
b. rongga mulut: terdiri atas rahang atas yang merupakan penghubung antara rongga mulut
dan tanduk,
c. faring: berupa saluran pendek, esofagus: pada burung terdapat pelebaran pada bagian ini
disebut tembolok, berperan sebagai tempat penyimpanan makanan yang dapat diisi dengan
cepat

d. lambung terdiri atas: Proventrikulus (lambung kelenjar): banyak menghasilkan enzim


pencernaan, dinding ototnya tipis. Ventrikulus (lambung pengunyah/empedal): ototnya
berdinding tebal. Pada burung pemakan biji-bijian terdapat kerikil dan pasir yang tertelan
bersama makanan vang berguna untuk membantu pencernaan dan disebut sebagai ” hen’s
teeth”,
b. Intestinum: terdiri atas usus halus dan usus tebal yang bermuara pada kloaka.
Usus halus pada burung terdiri dari duodenum, jejunum dan ileum.
2. Kelenjar pencernaan (Glandula Digestoria)
Kelenjar pencernaan burung meliputi: hati, kantung empedu, dan pankreas. Pada
burung merpati tidak terdapat kantung empedu.
5. Sistem Pencernaan pada Hewan Mamah Biak (Ruminansia)
Hewan-hewan herbivora (pemakan rumput) seperti domba, sapi, kerbau disebut
sebagai hewan memamah biak (ruminansia). Sistem pencernaan makanan pada hewan ini
lebih panjang dan kompleks. Makanan hewan ini banyak mengandung selulosa yang sulit
dicerna oleh hewan pada umumnya sehingga sistem pencernaannya berbeda dengan sistem
pencernaan hewan lain.
Perbedaan sistem pencernaan makanan pada hewan ruminansia, tampak pada struktur
gigi, yaitu terdapat geraham belakang (molar) yang besar, berfungsi untuk mengunyah
rerumputan yang sulit dicerna. Di samping itu, pada hewan ruminansia terdapat modifikasi
lambung yang dibedakan menjadi 4 bagian, yaitu: rumen (perut besar), retikulum (perut jala),
omasum (perut kitab), dan abomasum (perut masam).
Dengan ukuran yang bervariasi sesuai dengan umur dan makanan alamiahnya.
Kapasitas rumen 80%, retlkulum 5%, omasum 7-8%, dan abomasums 7-8′/o.Pembagian ini
terlihat dari bentuk gentingan pada saat otot spingter berkontraksi. Abomasum merupakan
lambung yang sesungguhnya pada hewan ruminansia.
Makanan dari kerongkongan akan masuk rumen yang berfungsi sebagai gudang
sementara bagi makanan yang tertelan. Di rumen terjadi pencernaan protein, polisakarida,
dan fermentasi selulosa oleh enzim selulase yang dihasilkan oleh bakteri dan jenis protozoa
tertentu. Dari rumen, makanan akan diteruskan ke retikulum dan di tempat ini makanan akan
dibentuk menjadi gumpalan-gumpalan yang masih kasar (disebut bolus). Bolus akan
dimuntahkan kembali ke mulut untuk dimamah kedua kali. Dari mulut makanan akan ditelan
kembali untuk diteruskan ke ornasum. Pada omasum terdapat kelenjar yang memproduksi
enzim yang akan bercampur dengan bolus. Akhirnya bolus akan diteruskan ke abomasum,
yaitu perut yang sebenarnya dan di tempat ini masih terjadi proses pencernaan bolus secara
kimiawi oleh enzim.
Hewan herbivora, seperti kuda, kelinci, dan marmut tidak mempunyai struktur
lambung seperti halnya pada sapi untuk fermentasi selulosa. Proses fermentasi atau
pembusukan yang dilakukan oleh bakteri terjadi pada sekum yang banvak mengandung
bakteri. proses fermentasi pada sekum tidak seefektif fermentasi yang terjadi dilambung.
Akibatnya, kotoran kuda, kelinci, dan marmut lebih kasar karena pencernaan selulosa hanya
terjadi satu kali, yaitu pada sekum. Sedangkan pada sapi, proses pencernaan terjadi dua kali,
yaitu pada lambung dan sekum keduanya dilakukan oleh bakteri dan protozoa tertentu.
Adanya bakteri selulotik pada lambung hewan memamah biak merupakan bentuk simbiosis
mutualisme yang dapat menghasilkan vitamin B serta asam amino. Di samping itu, bakteri ini
dapat ,menghasilkan gas metan (CH4), sehingga dapat dipakai dalam pembuatan biogas
sebagai sumber energi altematif.

D. Rangkuman

Proses pencernaan merupakan suatu proses yang melibatkan organ-organ pencernaan dan
kelenjar-kelenjar pencernaan. Antara proses dan organ-organ serta kelenjarnya merupakan
kesatuan sistem pencernaan. Sistem pencernaan berfungsi memecah bahan-bahan makanan
menjadi sari-sari makanan yang siap diserap dalam tubuh.

Struktur alat pencernaan berbeda-beda dalam berbagai jenis hewan, tergantung pada
tinggi rendahnya tingkat organisasi sel hewan tersebut serta jenis makanannya. pada hewan
invertebrata alat pencernaan makanan umumnya masih sederhana, dilakukan secara
fagositosis dan secara intrasel, sedangkan pada hewan-hewan vertebrata sudah memiliki alat
pencernaan yang sempurna yang dilakukan secara ekstrasel.
BAB VI
HISTOLOGI DAN ANATOMI VERTEBRATA

A. Sistem Rangka Pisces (Ikan)


1. Struktur Histologis
Bentuk tubuh ikan merupakan interaksi antara sistem rangka dengan sistem otot serta
evolusi dalam adaptasi kedua sistem tersebut terhadap lingkungannya. Rangka yang menjadi
penegak tubuh ikan terdiri dari tulang rawan dan atau tulang sejati. Osteichthyes terdiri dari
tulang sejati. Sebagian besar tulang Osteichthyes pada permulaannya terbentuk melalui tahap
tulang rawan, kemudian materialnya menjadi tulang sejati dalam bentuk bentuk yang khusus
melalui osifikasi. Osifikasi merupakan proses perubahan tulang rawan menjadi tulang sejati
atau tulang keras (Ville,. dkk, 1999).
Tulang tengkorak pada ikan berfungsi untuk membungkus atau melindungi otak
karena otak merupakan organ yang lembut, tetapi mempunyai peranan yang besar bagi
kehidupan ikan. Tengkorak ikan Elasmobranch terbentuk dari satu tulang rawan yang disebut
chondrocranium dan dilengkapi branchiocranium beserta derivate-derivatnya.
Chondrocranium pada ikan elasmobranch memiliki kotak-kotak yang membentuk atap otak
yang tidak komplek. Sedangkan tengkorak ikan bertulang sejati tersusun atas dua bagian
yaitu neurocranium dan branchiocranium. Neurocranium terdiri dari bagian endosteal yang
membentuk lantai kotak otak dan ectosteal yang membentuk atap otak. Bentuk atap otaklah
yang nantinya mempengaruhi bentuk wajah dari ikan tersebut (Ville,. dkk, 1999).

2. Struktur Anatomi
Secara garis besar tubuh ikan tersusun atas tiga bagian, yaitu kepala, batang tubuh dan
ekor. Pada tubuh ikan yang berbentuk simetri, yaitu terdiri atas dua belahan yang sama
apabila tubuh dibelah dua menjadi dua belahan yang sama, dari kepala ke sampai ekor
dengan arah punggung perut. Pada ujung depan terdapat mulut, diatas mulut terdapat cekung
hidung yang sebelah-menyebelah, pada bagian kepala terdapat sepasang mata dan tutup
insang. Pada tubuh ikan tertutup oleh selaput tipis yang tembus oleh sinar, kulitnya banyak
mengandung kelenjar lendir yang berfungsi untuk menghindarkan goresan pada saat ikan
berenang dengan cepat.
Rangka ikan berdasarkan letaknya dapat dibedakan menjadi 2, yaitu eksoskeleton dan
endoskeleton. Sisik dan sirip ikan merupakan eksoskleton, sedang endoskeleton terdiri atas
tulang tempurung kepala, columna vertebralis, cingulum pectoralis, tulang-tulang kecil
tambahan yang menyokong sirip.

Struktur rangka pisces terdiri atas 2 bagian, yaitu rangka aksial dan rangka
apendikular. Rangka aksial pisces terdiri dari tulang-tulang tengkorak (terdiri 180 tulang),
dan kolumna vertebralis. Tulang-tulang tempurung kepala terdiri atas cranium sebagai tempat
otak, capsula untuk tempat beberapa pasang organon sensoris (olfactory, optic, auditory) dan
skeleton viceralis, yang merupakan bagian pembentuk tulang rahang dan penyokong lidah
insang untuk mekanisme. Tengkorak (tempurung) kepala melekat dekat sekali dengan
columna vertebralis, oleh karena itu ikan tidak bisa memutar kepalanya. Gigi biasanya
terdapat pada tulang premaxillary dentary, vomer dan tulang palatine (Jasin, 1984).

Kolumna vertebralis pada pisces hanya terbagi menjadi vertebra badan dan vertebra
ekor yang tersusun dari belakang tengkorak sampai ke pangkal ekor. Daerah abdominal
(badan) memiliki tulang rusuk (kosta) kiri dan tulang rusuk (kosta) kanan. Kosta berguna
untuk melindungi organ-organ di dalam rongga badan. Ikan Telostei primitif mempunyai 2
rangkaian rusuk yang berhubungan dengan masing-masing sentrum kolumna vertebralis,
yaitu rusuk dorosal dan rusuk ventral. Rusuk ventral kiri dan kanan pada bagian ekor bertemu
dibawah arteri dan vena ekor untuk membentuk lengkung hemal (Tenzer, dkk, Tanpa tahun).
Rangka apendikular tersusun dari gelang pektoral dan gelang pelvis. Gelang pektoral
pada ikan bertulang terdiri dari korakoid dan skapula yang biasanya tereduksi. Struktur dari
tulang membran (tulang dermal) meliputi klavikula yang tereduksi, kleitrum dan supra
kleitrum. Gelang pelvis pada ikan terdiri dari keeping-keping pelvis bertulang atau bertulang
rawan yang bersendian dengan sirip pelvis. Pada ikan bertulang rawan, keping-keping
tersebut bertemu dibagian tengah membentuk simfisis pubis (Tenzer, dkk, Tanpa tahun).
Tulang-tulang anggota badan bebas pada ikan (extremis liberare) berupa sirip (pinna).
Terdapat 2 macam sirip pada ikan, yaitu sirip tunggal dan sirip berpasangan (Tenzer, dkk,
Tanpa tahun).
1. Sirip tunggal pada ikan disebut juga sirip median. Sirip ini terdiri dari:
• Sirip dorsal atau sirip punggung (pinnal dorsalis); terdapat pada sepanjang garis
medio dorsal.
• Sirip anal (pinna analis); terdapat diantara anus dan ekor.
• Sirip ekor (pinna kaudalis); terdapat pada ujung ekor.
Fungsi sirip dorsal dan sirip anal adalah menjaga agar posisi tubuh tidak terbalik atau
oleng ketika berenang, sedangkan sirip ekor berfungsi sebagai kemudi.
Terdapat 4 tipe sirip ekor, yaitu:
• Tipe protoserkal; kolumna vertebralis bagian dorosal dan ventral terbagi hampir
sama, ujung ekor membulat dan biasanya terdapat pada siklostomata dewasa.
• Tipe difiserkal; kolumna vertebralis lurus ke ujung ekor. Ekor terbagi simetris dari
luar maupun dalam, ujung ekor meruncing, dan biasanya terdapat pada ikan paru-
paru.
• Tipe heteroserkal; kolumna vertebralis ke ekor agak membelok kebagian dorsal,
sehingga ekor terbagi asimetris baik dari dalam maupun luar, dan biasanya terdapat
pada Selachei dan Ganoidae.
• Tipe homoserkal; kolumna vertebralis berhenti pada pangkal ekor. Ekor terbagi
simetris dari luar, asimetris dari dalam, dan biasanya terdapat pada ikan berangka
tulang.

Tipe sirip ekor pada ikan dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar 2.1 Tipe Sirip Ekor
Sumber: (Tenzer, dkk, tanpa tahun)
2. Sirip berpasangan terdiri dari:
• Sirip dada (pinnae torakales/pektorales).

• Sirip pelvis atau sirip perut (pinnae abdominales). Sirip ini tidak dimiliki oleh
belut.
Sirip berpasangan juga berfungsi sebagai penyeimbang tubuh.

Berdasarkan letaknya rangka ikan dibagi menjadi 6 bagian, yaitu:


• tulang tengkorak
• tulang punggung
• tulang rusuk
• tulang penyokong insang, disebut rangka visceral
• tulang penyokong sirip, disebut rangka appendicular
• tulang-tulang penutup insang; terbagi menjadi 4 bagian, yaitu:
o Operculum
o sub operculum – di bawah
o pre operculum – di depan
o interculum – diantara

Struktur rangka pisces/ikan dapat dilihat pada gambar dibawah ini.


Gambar 2.2 Kerangka Ikan

Sumber: upp-rohul.clubdiscussion.com

B. Sistem Rangka Amfibi (Katak)


1. Struktur Histologis
Rangka katak tersusun atas endoskeleton yang disokong oleh bagian yang lunak. Pada
fase berudu tulangnya masih lunak dan menjadi keras pada fase dewasa. Pada sambungan-
sambungan tulang masih tetap lunak dengan permukaan yang licin (Ahmad, 2013).
Pada katak, tulang yang panjang dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu bagian atas pada
bagian central yang disebut diaphyse dan kedua ujung yang disebut epiphyse. Pada diaphyse
dan epiphyse terdapat hubungan yang tidak teratur dan terkunci oleh sutura. Sutura tersebut
masih berupa tulang rawan yang masih dapat tubuh terus, sedangkan pada burung dan
sebagian besar mammalia, masing-masing sutura menjadi tulang keras pada saat tertentu
sehingga pertumbuhan tidak terjadi (Ahmad, 2013).

2. Struktur Anatomi
Skeleton pada katak/amfibi dibagi menjadi 2, yaitu:
a. Skeleton aksial: tempurung kepala, vertebrae, dan sternum.
b. Skeleton apendikular : kaki.
Tempurung kepala yang besar dan pipih terdiri atas:
a. cranium yang sempit,
b. beberapa pasang kapsula sensoris dari hidung kapsula pendengaran dan kapsula yang
besar untuk mata, dan
c. tulang-tulang rahang yang terdiri dari os hyoid dan tulang rahang dari larynx (skeleton
viseral).
Amfibi mempunyai tengkorak yang tebal dan luas secara proporsional. Tengkorak
amfibi modern mempunyai tulang-tulang premaksila (rahang atas), nasal (tulang hidung),
frontal, parietal, dan skuamosa. Tidak ada langit-langit atau palatum sekunder pada amfibi.
Akibatnya, neres internal lebih maju di dalam langit-langit mulut. Di bagian ventral otak
ditutupi oleh tulang dermal yang dinamakan parasfenoid. Gigi amfibi terletak pada
premaksila, maksila, palatine, vomer, parasfenoid, dan tulang dental (Ahmad, 2013).
Ada beberapa amfibi yang sama sekali tidak memiliki gigi, atau gigi pada rahang
bawah mereduksi. Jumlah vertebra atau ruas tulang belakang pada amfibi bervariasi dari 10
ruas pada Salientia sampai 200 pada Gymnophiona. Tengkorak bersendi dengan tulang
tengkuk, jumlah vertedrata kaudalnya bervariasi (Ahmad, 2013).
Bangsa Amphibia merupakan vertebrata yang pertama mempunyai sternum (tulang
dada) tetapi perkembangannya kurang sempurna. Tulang iga hanya pendek dan kurang
berkembang sehingga tidak berhubungan dengan sternum seperti yang terjadi pada reptil,
burung, atau mamalia (Ahmad, 2013).
Sebagian besar amfibi mempunyai dua pasang tungkai dengan 4 jari (digiti) kaki pada
kaki depan dan 5 jari pada jari belakang. Jumlah digiti pada amfibi mungkin ada yang
berkurang 2 buah. Tungkai belakang berkurang seperti pada salamander, dan pasangan
tungkai tidak ada pada Caecillia. Tungkai biasanya tidak mempunyai kuku, tetapi ada
semacam tanduk pada jari-jarinya. Tulang punggung bersambung dengan kepala dan
ekstrimitas berfungsi menyokong tubuh dan melindungi sumsum, terdiri atas 9 columna

vertebralis dan urostyle. Masing-masing vertebrae merupakan satu segmen pendek yang
fleksibel. Tiap-tiap vertebrae terdiri dari centrum atau corpus yang memiliki lengkung atas
(archus neuralis) sebagai tempat semsum. Sebelah atasnya terdapat cuatan neuralis yang
terdapat pada sepasang processus articularis yang membuat vertebrae sedikit bergerak
(Ahmad, 2013). Namun, beberapa amfibi memliki tulang tempurung kepala bersenyawa yang
tidak dapat digerak-gerakkan (Ahmad, 2013).
Struktur rangka katak dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar 2.3 Sistem Rangka Katak

C. Sistem Rangka Reptil (Kadal)


1. Struktur Histologis
Sistem rangka pada kadal kebun dapat di bedakan menjadi dua bagian yaitu
endoskeleton dan ensoskeleton (Puspita, 2013).
a. Eksoskeleton; berasal dari epidermis, berupa sisik (squama) menanduk yang
menyelubungi permukaan tubuhnya dan posisi seperti sususnan genting. Bentuk
squama kadal berbeda antara bagian kepala, badan, ekor.
b. Endoskeleton; terdiri dari sekeleton aksial dan apendikular. Sekeleton aksial terdiri
tengkorak, kolumna vertebralis, sternum dan rusuk.
Vertebrae ekor pada kadal tidak menulang secara sempurna, ekor mudah putus, tetapi
dapat mengalami regenerasi. Kolumna vertebralis kadal terbagi menjadi servikal, torax,
lumbar, sakral, dan kaudal. Pada kadal juga terdapat tulang rusuk yang bebas. Sebagian
tulang-tulang reptil terdiri atas kartilago. (Puspita, 2013).
2. Struktur Anatomi
Tubuh kadal kebun terdiri dari tiga bagian yaitu: caput (kepala), serviks (leher),
truncus (badan), dan kaudal (ekor). Bagian caput berbentuk seperti pyramid dan bila

dibandingkan dengan tubuhnya, ukurannya relatif kecil. Mulutnya berbentuk celah melebar.
Terdapat sepasang mata yang terletak pada bagian dorsolateral. Masing-masing mata
memiliki dua pelupuk yang dapat digerakkan dan terdapat membran niktitans yang
transparans (terletak pada ujung anterior mata). Membran ini berfungsi untuk membersihkan
kornea pada saat diperlukan. Pada bagian sisi lateral terdapat celah dangkal berbentuk oval
yang merupakan lubang telinga luar (Puspita, 2013).
1. Caput
Caput adalah bagian tubuh pada daerah anterior. Bagian-bagian dari caput adalah
sebagai berikut.
1. Rima oris terletak diantara anterior caput
2. Labium superior dan inverior
3. Organon visus, yang dilengkapi dengan adanya palpebra superior dan inferior yang
keduanya dapat digerakkan. Disamping itu dijumpai pula adanya membrane
melintang disudut anterior orbita.
4. Sepasang nares anterior yang terletak diujung depan maksila.
5. Porus acusticus eksternum, terletak dibelakang mata.
2. Truncus
Truncus berbentuk memanjang yang ditutup oleh squama (sisik) yang berbentuk
heksagonal. Pada truncus juga dijumpai adanya extrimitas (anggota badan bebas) yang
terbagi atas extremitas cranialis (posterior) dan extremitas anterior. Extremitas ini terbentuk
oleh branchium, antribrancium, manus. Pada bagian extremitas memiliki falcula (jari-jari)
yang berjumlah 5 buah dibagian anterior (poluks, socundus, medium, numulus dan minimus)
dan yang berada dibagian posterior berjumlah 3 falcula (femur, crus, pes) yang memiliki 5
buah digiti (jari-jari) bervakuola, yang nama jari-jarinya sama dengan extremitas anterior
kecuali pada urutan pertama disebut hallux (Puspita, 2013).
3. Serviks
Serviks atau leher merupakan bagian yang dapat digerakkan. Bagian serviks panjang
dan berlanjut dengan badan, bagian serviks ini hanya ditandai oleh adanya lekukan saja.
4. Caudal
Caudal berbentuk silindris dengan panjang hampir dua kali panjang badan
ditambahkan dengan panjang kepala. Pada bagian pangkalnya tebal dan makin meruncing ke
arah distal. Pada bagian badan terdapat dua pasang alat gerak yaitu bagian anterior dan
bagaian posterior. Pada bagian ventral terdapat lubang kloaka yang berbentuk celah
melintang. Pada jenis kadal yang ditemukan di India (Uromastix), terdapat beberapa lubang
preanofemoral yang terdapat pada bagian pangkal alat gerak bagian belakang (Puspita, 2013).
Selain morfologi yang disebutkan di atas, sebagaimana galibnya reptil, kadal kebun
berdarah dingin (itu sebabnya kadal kebun kerap berjemur) dan mempunyai sisik-sisik yang
beraneka bentuknya yang terbangun dari zat tanduk. Beberapa jenis kadal mempunyai sisik-
sisik yang halus berkilau, terkesan licin atau seperti berminyak, walaupun sebenarnya sisik-

sisik itu amat kering karena kadal tidak memiliki pori di kulitnya untuk mengeluarkan
keringat atau minyak Beberapa spesies kadal kebun tak berkaki, seperti ular kaca misalnya,
memiliki struktur gelangan bahu dan panggul dalam tubuhnya, meski tak ada tungkainya.
(Puspita, 2013).
Struktur rangka reptil dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar 2.4 Kerangka Kadal (Anonim. 2010)

D. Sistem Rangka Aves (Burung)


1. Struktur Histologis
Struktur rangka pada burung banyak mengalami diferensiasi, misalnya pada bagian
kolumna vertebralis atau tulang belakang. Vertebra pada burung (misalnya burung dara)
dibagi menjadi 4 bagian, yaitu vertebra torakalis terakhir (posterior), vertebra lumbalis,
vertebra sakralis dan vertebra kaudalis anterior. Keempat vertebra tersebut bersatu
membentuk sinsakrum (Mutiara, 2011).
Tidak hanya pada bagian vertebra, bagian sternum (dada) berdiferensiasi menjadi
lebar dan kuat, yang disebut karina sterni. Sternum tersebut berfungsi untuk perlekatan otot-
otot pektoral yang kuat, yang berperanan penting untuk terbang. Rusuk sterna (rusuk ventral)
pada aves tersusun dari jaringan tulang rawan (Rani, 2012).
Pada aves terdapat tulang-tulang gelang bahu yang meliputi pola dasar gelang
pektoral yang terdiri dari tulang-tulang pengganti (berasal dari tulang rawan), meliputi
korakoid dan skapula, dan tulang-tulang membran (berasal dari jaringan ikat), yaitu
klavikula. Pada aves yang dapat terbang, kedua klavikula bersatu dibagian tengah dengan
interklavikula, membentuk furkula yang berbentuk huruf V. Bagian ujung furkula dilekatkan
dengan sternum oleh suatu ligamen. Aves memiliki korakoid sepasang, kokoh, dan

bersendian dengan sternum, sedangkan skapula tersusun sepasang, panjang, dan bersendian
dengan kosta (Mutiara, 2011).

2. Struktur Anatomi
Kerangka burung sangat beradaptasi untuk terbang. Kerangka tersebut sangat ringan,
namun cukup kuat untuk menahan tekanan pada saat lepas landas, terbang, dan mendarat.
Salah satu kunci adaptasi yakni tergabungnya tulang dalam osifikasi tunggal. Hal ini
membuat burung memiliki jumlah tulang yang sedikit dibanding vertebrata lain yang hidup di
darat. Burung juga tidak memiliki gigi bahkan rahang, namun memiliki paruh yang lebih
ringan. Paruh pada anak burung memiliki "gigi telur" yang digunakan untuk membantu
keluar dari cangkang telur (Mutiara, 2011).
Burung memiliki banyak tulang yang berongga yang saling bersilang untuk
menambah kekuatan struktur tulang. Jumlah tulang berongga bervariasi antarspesies,
meskipun burung yang terbang dengan melayang atau melambung cenderung memiliki tulang
berongga yang lebih banyak. Kantung udara dalam sistem pernapasan sering membentuk
kantung-kantung udara dalam tulang semi berongga pada kerangka burung. Beberapa burung
yang tidak mampu terbang seperti penguin atau burung unta hanya memiliki tulang yang
padat, hal ini membuktikan hubungan antara kemampuan terbang burung dengan adaptasi
pada sistem rongga pada tulang (Rani, 2012).
Rangka aves terdiri dari rangka aksial dan rangka apendikular. Rangka aksial yang
tersusun atas caput (kepala), kolumna vertebralis (tulang belakang), truncus (badan), dan
kosta (tulang-tulang rusuk), sedangkan rangka apendikular pada aves tersusun atas extremitas
(tulang-tulang anggota gerak).
Pada bagian caput terdapat tulang-tulang tengkorak kepala yang terdiri dari beberapa
tulang, yaitu rostum (paruh), cranium (tulang kotak otak), nares (lubang hidung), dan tulang
rongga mata. (Staf dosen Universitas Yogyakarta, 1990). Rostum terdiri dari 2 bagian, yaitu
os premaksila (paruh bagian atas yang langsung berhubungan dengan nares) dan mandibula
(paruh bawah). Kranium terdiri dari os frontal (tengkorak bagian atas), os parietal, dan os
oksipital. Tengkorak burung normal biasanya beratnya sekitar 1% dari berat badan
keseluruhan burung. Mata burung menempati sebagian besar tengkorak dan dikelilingi oleh
cincin mata-sklerotik, cincin tulang kecil yang mengelilingi mata.
Sistem tulang belakang (kolumna vertebralis) aves dapat dibagi menjadi 5 bagian,
yaitu vertebra servikalis (leher), vertebra torakalis (bagian badan), synsacrum (menyatu pada
tulang punggung, juga menyatu pada pinggul), vertebra kaudalis (ekor), dan pygostyle (ujung
ekor). Ruas pertama pada vertebra servikalis disebut tulang atlas, sedangkan ruas kedua
disebut tulang aksis. Burung memiliki tulang leher (bagian collum/cervix) yang lebih banyak
dibanding binatang lainnya. Kebanyakan burung memiliki tulang leher yang sangat fleksibel
yang terdiri dari 13 - 25 tulang.
Pada bagian truncus, tepatnya bagian sternum (dada) terdapat cinglum anterior/
cinglum pektoral (gelang bahu) yang dibentuk oleh tulang-tulang frucula (tulang garpu),

korakoid (tulang leher), dan skapula (tulang belikat). Ketiga tulang tersebut bersama-sama
membentuk pektoral korset. Sisi dada dibentuk oleh tulang rusuk, yang bertemu di tulang
dada (Hasan, 2012). Frucula berfungsi sebagai penopang otot pada saat terbang, atau serupa
pada penguin untuk menopang otot pada saat berenang. Adaptasi ini tidak dimiliki oleh
burung yang tidak bisa terbang seperti burung unta. Menurut catatan, burung perenang
memiliki tulang dada yang lebar, burung yang berjalan memiliki tulang dada yang panjang
atau tinggi, sementara burung yang terbang memiliki tulang dada yang panjang dan tingginya
mendekati sama (Mutiara, 2011).
Burung memiliki bengkokan tulang rusuk yang merupakan perpanjangan tulang yang
membengkok yang berfungsi untuk menguatkan tulang rusuk dengan saling bertumpang
tindih. Fitur ini juga ditemukan pada Sphenodon. Sphenodon juga memiliki tulang panggul
tetradiate yang memanjang seperti pada beberapa reptil. Sphenodon memiliki tengkorak
diapsid seperti pada reptil dengan lekukan air mata. Tengkoraknya memiliki oksipital
kondilus tunggal (Hasan, 2012).
Pada bagian kosta (tulang-tulang iga) terdapat kosta servikalis yang melekat pada
vertebra servikalis dan kosta torakalis yang melekat pada vertebra torakalis (Staf dosen
Universitas Yogyakarta, 1990).
Extremitas anterior pada aves tersusun atas tulang bahu yang terdiri dari skapula
(tulang belikat), korakoid (tulang leher), dan humerus (tulang lengan atas). Humerus
bergabung dengan radius (tulang pengumpil) dan ulna (tulang hasta) untuk membentuk siku.
Tulang-tulang karpal dan metakarpal membentuk karpometakarpus (Rani, 2012).
Pinggul aves terdiri dari panggul yang meliputi tiga tulang utama: Illium (atas
pinggul), iskhium (bagian posterior), dan pubis (bagian anterior). Ketiga tulang ini menyatu
menjadi satu membentuk tulang innominate. Tulang innominate merupakan evolusi yang
signifikan yang memungkinkan burung untuk bertelur. tulang innominate bertemu di
acetabulum (soket pinggul) dan mengartikulasikan dengan femur (tulang paha), yang
merupakan tulang pertama dari kaki belakang (Hasan, 2012).
Extremitas posterior aves berupa kaki. Bagian atas terdiri dari os femur (tulang paha).
Pada sendi lutut (patella), femur menghubungkan ke tibiotarsus (tulang tibia yang bersatu
dengan bagian proksimal dari tulang tarsal) dan fibula (sisi tungkai bawah). Tarsometatarsus
(persatuan antara tulang-tulang tarsal bagian distal
dengan metatarsal) membentuk bagian atas kaki aves,
serta jari (digiti) yang membentuk kaki. Tulang kaki
burung merupakan tulang yang paling berat,
berkontribusi pada rendahnya titik berat burung. Hal
ini membantu dalam penerbangan. Sebuah kerangka
burung terdiri dari hanya sekitar 5% dari total berat
badan burung (Rani, 2012).
Struktur rangka Aves dapat dilihat pada
gambar 2.5 di samping.

Keterangan Gambar 2.5.


1. Kranium 10. Tibiotarsus
19. Skapula
2. Servikal vertebralis 11. Fibia 20. Lumbar vertebrae
3. Frucula 12. Femus 21. Humerus
4. Korakoid 13. Iskhium 22. Ulna
5. Sternum 14. Pubis 23. Radius
6. Keel 15. Illium 24. Karpus
7. Patela 16. Vertebral kaudalis 25. Metakarpus
8. Tarsometatarsus 17. Pygostyle 26. Digiti
9. Digiti 18. Synsacrum 27. Alula

Selain itu, kaki burung diklasifikasikan menjadi anisodactyl, zygodactyl, heterodactyl,


syndactyl atau pamprodactyl. Anisodactyl merupakan bentuk kaki burung yang paling umum,
dengan tiga jari di depan dan satu di belakang. Bentuk seperti ini banyak ditemui di burung
penyanyi, burung pengicau, elang, rajawali, dan falkon.
Beberapa burung memiliki bentuk kaki syndactyl yakni bentuk kaki yang menyerupai
anisodactyl namun jari ke tiga dan ke empat atau ketiga jari depan menyatu seperti yang
terdapat pada burung raja udang. Jenis kaki ini merupakan karakteristik burung dari ordo
Coraciiformes.
Zygodactyl (dari bahasa Yunani ζυγον, kuku) adalah bentuk kaki burung, dengan dua
jari kaki menghadap ke depan (jari 2 dan 3) dan dua jari menghadap ke belakang (jari 1 dan
4). Pengaturan ini paling sering terjadi pada spesies arboreal, terutama spesies yang naik
batang pohon atau memanjat melalui dedaunan. Bentuk kaki zygodactyl dapat dijumpai pada
burung bayan, burung pelatuk dan beberapa burung hantu. Dari hasil penelusuran, zygodactyl
telah ditemukan dari peride 120 - 110 juta tahun yang lalu (awal jaman kapur), 50 juta tahun
sebelum fosil zygodactyl pertama kali di identifikasikan (Mutiara, 2011).
Heterodactyl menyerupai zygodactyl, yang membedakan hanya pada heterodactyl jari
3 dan 4 menghadap ke depan sedang jari 1 dan 2 menghadap ke belakang. Bentuk kaki
seperti ini hanya ditemukan pada trogon, sedangkan pamprodactyl adalah susunan jari kaki
dimana keempat jari dapat menghadap ke depan, atau burung dapat memutar kedua jari
belakang. Bentuk kaki seperti ini merupakan karakteristik dari burung walet (Hasan, 2012).

Berikut ini gambar berbagai jenis kaki pada burung.


Gambar 2.6 Jenis kaki Aves (Anonim, 2010)

E. Sistem Rangka Mamalia


1. Struktur Histologis
Tulang tengkorak mamalia hanya terdiri dari 35 tulang atau kurang dari itu. Meskipun
berjumlah lebih sedikit, tetapi tulang-tulang tengkorak mamalia lebih kuat dan lebih padat.
Rangka tengkorak terdiri dari tulang-tulang kotak otak (kranium) dan tulang-tulang wajah.
Kolumna vertebralis (tulang belakang) dari kebanyakan vertebrata tersusun atas
serangkaian vertebra bertulang atau bertulang rawan yang memanjang dari bawah kepala
sampai ujung ekor. Masing-masing ruas tulang belakang (vertebra) terdiri atas tiga bagian
utama, yaitu badan vertebra (sentrum), lengkung neural (arkus neuralis) dan taju neural
(spina/prosesus neuralis). Penonjolan vertebra ke arah lateral disebut prosesus
transversus/artikularis. Vertebra-vertebra yang berdekatan selalu bersambungan pada bagian
sentrumnya. Di samping itu vertebra tetrapoda saling berhubungan melalui tonjolan-tonjolan
dari lengkung neural yang disebut zigapofisis (prezigapofisis dan poszigapofisis).
Pada reptilia dan mamalia, kolumna vertebralis dibagi menjadi 5 bagian, yaitu
vertebra servikalis (leher), vertebra torakalis (punggung), vertebra lumbalis (pinggang),
vertebra sakralis (sakral atau pelvis), dan vertebra kaudalis (ekor). Ruas vertebra servikalis
pertama disebut tulang atlas, dan ruas yang kedua disebut tulang aksis.
Strenum berfungsi untuk memperkuat dinding tubuh, melindungi organ-organ visera
di dalam rongga dada, sebagai tempat melekatnya otot-otot pektoral, dan untuk membantu
gerakan pernafasan paru-paru (pada beberapa amniota). Macam strenum pada mamalia

adalah manubrium, korpus sternum (sternebrae), dan sifisternum (prosesus sifoideus) yang
berupa tulang rawan.
Mamalia mempunyai rusuk vertebral yang berkepala dua (bisipital). Kepala bagian
dorsal disebut tuberkulum, melekat pada diapofisis dari vertebra. Kelapa bagian ventral
disebut kapitulum, melekat pada parapofisis dari vertebra.

2. Struktur Anatomi
Struktur anatomi mamalia (marmot “Cavia cobaya”) terdiri dari 4 bagian utama,
yaitu caput (kepala), serviks (leher), truncus (badan), dan extremitas (anggota gerak).
1. Kepala (caput).
Pada bagian caput terdapat rima oris (celah mulut) yang dibatasi oleh labium (bibir)
yang terdiri dari labium superior (bibir atas) dan labium inferior (bibir bawah). Di atas mulut
terdapat nares anteriores (lubang hidung luar) atau nares yang merupakan dua celah condong.
Organon visus (mata) dilindungi oleh kelopak mata atas (pelpebrae superior atau frontalis)
dan kelopak mata bawah (palpebrae inferior). Di sekitar moncong dan mata terdapat vibrissae
berupa rambut-rambut kasar dan panjang. Umumnya memiliki rambut halus, membrane
nictitans pindah di sudut dekat hidung dari biji mata atau sering sudah disebut pilica
seminularis. Di belakang organon visus terdapat pinna auricularis (daun telinga) sebagai
corong dari porus acusticus externa (lubang telinga luar) yang selanjutnya ke alat pendengar
(Staf dosen Universitas Yogyakarta, 1990).
2. Leher (servix)

3. Badan (truncus)
Bagian truncus terdiri atas thorox (dada), dorsum (punggung), abdomen (perut),
glutea (pantat), perineum (daerah antara kelamin luar dan anus), dan cauda yaitu bagian
ekor (Staf dosen Universitas Yogyakarta, 1990).

4. Anggota gerak (Extremitas).


Cavia memiliki anggota gerak depan (extremitas anterior atau cranialis) yang berjari
empat dan anggota gerak belakang (extremitas posterior atau caudalis) yang berjari empat
(Raharjo, 2009). Tulang pada bagian extremitas anterior marmot sama dengan tulang pada
bagian extremitas superior pada manusia, sedangkan tulang pada bagian extremitas posterior
marmot sama dengan extremitas inferior pada manusia.
Extremitas cranialis marmot terdiri dari:
• Brachium (lengan atas) berupa os humerus.
• Antibracium (lengan bawah) berupa os radius dan os ulna.

• Manus (tangan) berupa digiti yang berupa ossa karpal (tulang pergelangan tangan), ossa
metakarpal (tulang telapak tangan) dan phalangus (ruas jari-jari).
• Cingulum pelvicus berupa tulang pinggul yang menempel secara kokoh ada sacrum dan
masing-masing setengah tulang pinggul itu terdiri atas: os iskhium (sebelah posterior)
dan os pubis (sebelah ventral). Pertemuan ketiga tulang itu membentuk manglokan yang
terkenal sebagai anterior dorsalis bersatu secara senyawa, disebelah ventral dibagian
vertebrae.
Extremitas caudalis terdiri dari:
• Femur sebagai tungkai atas.
• Crus sebagai tungkai bawah terdiri atas tulang tibia dan fibula.
• Pes (kaki) terdiri atas ossa tersalia (tulang pergelangan tangan), ossa metacarpalia
(telapak kaki) dan phalangus (ruas jari-jari). Jari ada yang berfucula (cakar) dan
berunggula (telacak) (Raharjo, 2009).
Struktur rangka mamalia dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 2.7 Kerangka Kelinci (Anonim, 2012)

F. Rangkuman
1. Secara histologis, rangka pisces (ikan) ada yang terbentuk dari satu tulang rawan yang
disebut chondrocranium dan dilengkapi branchiocranium beserta derivate-derivatnya,
misalnya pada bagian tengkorak ikan Elasmobranch dan pada tengkorak ikan bertulang
sejati tersusun atas dua bagian yaitu neurocranium dan branchiocranium. Sedangkan
secara anatomi, rangka pisces tersusun atas 3 bagian, yaitu kepala, batang tubuh dan ekor.
2. Secara histologis, rangka amfibi (katak) tersusun atas endoskeleton yang disokong oleh
bagian yang lunak. Tulang yang panjang dibedakan atas bagian central yang disebut
diaphyse sedang kedua ujungnya disebut epiphyse. Sedangkan secara anatomi, rangka
katak dibagi menjadi 2, yaitu skeleton axiale (terdiri dari tempurung kepala, vertebra, dan
sternum) dan skeleton appendiculare (contohnya pada kaki).
3. Secara histologis, rangka reptil (kadal) tersusun atas eksoskeleton (berasal dari epidermis,
berupa sisik menanduk) dan endoskeleton (terdiri dari sekeleton aksial dan apendikular).
Sedangkan secara anatomi, rangka kadal terbagi menjadi 4, yaitu caput, truncus, serviks,
dan caudal.
4. Secara histologis, rangka aves (burung) tersusun atas jaringan tulang rawan, jaringan
tulang keras dan jaringan ikat. Sedangkan secara anatomi, rangka aves tersusun 2 bagian,
yaitu rangka aksial (terdiri dari caput, lolumna vertebralis, truncus, dan kosta) dan rangka
apendikular (tersusun atas extremitas).
5. Secara histologis, rangka mamalia umumnya tersusun atas tulang rawan dan tulang-tulang
pengganti tulang rawan (tulang keras). Sedangkan secara anatomi, rangka mamalia
(marmot “Cavia cobaya”) terdiri dari 4 bagian utama, yaitu caput (kepala), serviks
(leher), truncus (badan), dan extremitas (anggota gerak)
Daftar Pustaka

Rosita Abidin, 2012, Makalah Jaringan Epitelium,


http://ocythaabidin.blogspot.com/2012/11/blog-post.html 24 Mei 2019

Anonim, 2013, Sistem Integumen,


https://kelasabiologysciencecomunity.wordpress.com/2013/10/09/sistem-integumen/ 24 Mei 2019

HASMIRAH, 2014, Sistem Pencernaan,


https://indomaterikuliah.blogspot.com/2014/10/makalah-sistem-pencernaan-hewan.html 24 Mei
2019

Anonim, 2017, Jaringan Otot dan Jaringan Saraf, http://biologi-


hayati.blogspot.com/2017/01/jaringan-otot-dan-jaringan-saraf-pada.html 24 Mei 2019

Anda mungkin juga menyukai