Ped Teknis Ambulan 2014 PDF
Ped Teknis Ambulan 2014 PDF
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
DIREKTORAT JENDERAL BINA UPAYA KESEHATAN
DIREKTORAT BINA PELAYANAN PENUNJANG MEDIK DAN SARANA KESEHATAN
TAHUN 2014
PEDOMAN TEKNIS AMBULANS
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
DIREKTORAT JENDERAL BINA UPAYA KESEHATAN
DIREKTORAT BINA PELAYANAN PENUNJANG MEDIK DAN SARANA KESEHATAN
TAHUN 2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas Rahmat dan
Karunia-Nya buku Pedoman Teknis Ambulans dapat diselesaikan dengan baik.
Fasilitas Pelayanan Kesehatan dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan
harus memberikan rasa aman baik bagian pasien maupun petugas dan lingkungan. Sistem
Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT) yang telah dicanangkan Kementerian
Kesehatan sejak tahun 2000 menyebabkan pentingnya ambulans sebagai salah satu sarana
evakuasi medik.
Penyusunan “Pedoman Teknis Ambulans” ini merupakan salah satu upaya untuk
mendukung Undang-Undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit, yaitu dalam rangka
memenuhi standar pelayanan dan persyaratan mutu, keamanan dan keselamatan.
Pedoman ini disusun dengan partisipasi berbagai pihak termasuk rumah sakit,
organisasi profesi penyelenggara ambulans, dan instansi terkait lainnya. Pedoman Teknis
Ambulans ini bertujuan untuk menjadi salah satu referensi teknis dalam
pengadaan/pembelian ambulans di Republik Indonesia baik pemerintah maupun masyarakat
sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan.
Pedoman teknis ini dimungkinkan untuk dievaluasi dan dilakukan penyempurnaan-
penyempurnaan terkait dengan perkembangan ilmu dan teknologi serta hal-hal lainnya yang
tidak sesuai lagi dengan kondisi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
Kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada
semua pihak yang telah membantu diterbitkannya Pedoman Teknis Ambulans. Diharapkan
Pedoman ini dapat menjadi petunjuk bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
Jakarta, 2014
Direktur Bina Pelayanan Penunjang Medik
dan Sarana Kesehatan
i
Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan, Ditjen.BUK, KEMKES- RI
SAMBUTAN
DIREKTUR JENDERAL BINA UPAYA KESEHATAN
Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas
rahmat dan hidayah-Nya Pedoman Teknis Ambulans dapat disusun.
Fasilitas Pelayanan Kesehatan dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan
harus memberikan rasa aman baik bagian pasien maupun petugas dan lingkungan. Sistem
Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT) yang telah dicanangkan Kementerian
Kesehatan sejak tahun 2000 menyebabkan pentingnya ambulans sebagai salah satu sarana
evakuasi medik.
Pedoman Teknis Ambulans ini bertujuan untuk menjadi salah satu referensi teknis
dalam pengadaan/pembelian ambulans di Republik Indonesia baik pemerintah maupun
masyarakat sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan.
Sesuai dengan Undang-Undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit, pasal 9(b)
menyatakan bahwa persyaratan teknis bangunan Rumah Sakit, sesuai dengan fungsi,
kenyamanan dan kemudahan dalam pemberian pelayanan serta perlindungan dan
keselamatan bagi semua orang termasuk penyandang cacat, anak-anak, dan usia lanjut.
Dengan demikian kami sangat mengharapkan peran bersama dari stake holder terkait,
yaitu asosiasi profesi, pengelola rumah sakit, konsultan perencanaan rumah sakit dan pihak
lainnya dalam membantu Kementerian Kesehatan mendukung amanat Undang-Undang
tersebut.
Kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada
semua pihak yang telah membantu diterbitkannya Pedoman Teknis Ambulans.
Demikian kami sampaikan, semoga bermanfaat dan dapat meningkatkan mutu
fasilitas rumah sakit di Indonesia.
Jakarta, 2014
Direktur Jederal Bina Upaya Kesehatan
ii
Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan, Ditjen.BUK, KEMKES- RI
PEDOMAN TEKNIS AMBULANS
Daftar Isi
Judul Halaman
Sambutan i
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Ketentuan Umum 1
1.2 Latar Belakang 1
1.3 Tujuan 2
1.4 Sasaran 2
1.5 Ruang Lingkup 2
BAB IV PENUTUP 12
BAB V LAMPIRAN
5.1 Tabel Spesifikasi Teknis 13
5.2 Contoh Gambar Ambulan Transport 31
5.3 Contoh Ambulans Gawat Darurat 32
Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan, Ditjen. BUK, KEMKES-RI iii
PEDOMAN TEKNIS AMBULANS
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 KETENTUAN UMUM
Di dalam Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 setiap orang mempunyai
hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau,
artinya setiap warga negara memiliki hak yang sama dalam pelayanan kesehatan. Hal ini
dirasakan bagi masyarakat kurang mampu yang bertempat tinggal di daerah yang jauh
dari perkotaan sehingga kebutuhan akan transportasi bagi orang sakit dirasakan kurang.
Sebagai amanat UU No. 44 Tahun 2009 tentang RS terutama pasal 11 ayat (1)
menerangkan bahwa Ambulans merupakan salah satu prasarana Rumah Sakit.
Suatu fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan
untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, prefentif, kuratif,
maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau
masyarakat. Salah satu pelayanan yang berbentuk kuratif adalah melakukan
penyembuhan penyakit pada pasien artinya melakukan penanganan cepat guna
penyembuhan bagi si pasien. Penanganan pasien dapat dilakukan pada suatu tempat
pelayanan kesehatan baik di rumah sakit maupun puskesmas.
Penanganan cepat pada pasien harus didukung oleh system rujukan yang baik. Salah
satu penunjang system rujukan adalah pelayanan ambulans. Pelayanan ambulans yang
baik tercermin dari mobil ambulans yang memenuhi persyaratan teknis, peralatan medis
yang terkalibrasi, petugas ambulans yang terlatih, dan Standar Pemeliharaan dan
Operasional yang terimplementasikan.
Data yang bersumber dari Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia menyatakan
bahwa jumlah korban luka berat dalam kecelakaan lalu lintas periode itu tahun 2012
sebanyak 36.710 orang, atau turun 0,15 % dibandingkan tahun 2011. Jumlah korban luka
ringan tahun 2012 sebanyak 118.152 orang atau naik 7,9 % dibandingkan tahun 2011.
Angka tersebut di atas menjelaskan salah satu kejadian akibat kecelakaan lalu lintas dan
belum dikaitkan dengan angka kematian yang disebabkan oleh penyakit.
Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan, Ditjen. BUK, KEMKES-RI 1
PEDOMAN TEKNIS AMBULANS
Data dari PPKK Kementerian Kesehatan tentang data kegawatdaruratan dan bencana di
Indonesia tahun 2004-2009; Tahun 2004 terdapat 37 kasus di 18 propinsi dan 81
kabupaten/kota dengan korban meninggal 129.103 orang, luka berat 173.452 orang, dan
luka ringan 570.185 orang; Tahun 2009 terdapat 415 kasus di 30 propinsi dan 493
kabupaten/kota denagn korban meninggal 310 orang, luka berat 16.955 orang, luka
ringan 250.010 orang, dan hilang 151 orang.
Pedoman teknis ambulans ini disusun untuk memenuhi standar pelayanan yang baik.
Pedoman teknis ini berdasarkan data dan masukan dari stake holder penyelenggara
pelayanan ambulans. Persyaratan teknis ambulans ini disusun karena perkembangan
ambulans, baik mobil ambulans maupun peralatan yang ada didalamnya, yang tidak
sesuai dengan kebutuhan pelayanan kesehatan sehingga perlu pengontrolan.
1.3 TUJUAN
Pedoman Teknis Ambulans ini bertujuan untuk menjadi salah satu referensi teknis dalam
pengadaan/pembelian ambulans di Republik Indonesia baik pemerintah maupun
masyarakat sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan.
1.4 SASARAN
Lingkup materi persyaratan teknis ambulans ini adalah berisi persyaratan teknis ambulans
darat sebagai berikut :
(1) Pendahuluan yang meliputi latar belakang, tujuan, sasaran dan lingkup materi
pedoman.
(2) Gambaran umum ambulans yang meliputi tujuan penggunaan ambulan dan jenis
ambulan baik darat, air, maupun udara.
(3) Persyaratan Teknis Ambulans darat yang meliputi ambulans transport dan
ambulan gawat darurat
(4) Lampiran yang berisi detail persyaratan teknis ambulans dan contoh gambar
ambulans
Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan, Ditjen. BUK, KEMKES-RI 2
PEDOMAN TEKNIS AMBULANS
BAB II
GAMBARAN UMUM AMBULANS
2.1 Definisi Ambulans
Secara terminologi ambulans adalah suatu kendaraan untuk memindahkan orang sakit
atau cidera ke suatu tempat untuk mendapatkan pengobatan. Kendaraan tersebut
dilengkapi dengan lampu tanda darurat dan sirine. Ambulans digunakan untuk
kepentingan urgen maupun non urgen dengan jenis kendaraan yang bervariasi, termasuk:
truck, van, bus, kereta api, station wagon, sepeda motor, helikopter, pesawat terbang, dan
kapal. Ambulans merupakan alat transportasi yang digunakan untuk mengangkut pasien
yang dilengkapi dengan peralatan medis sesuai dengan standar.
Pelayanan ambulans berada dalam Sistem Pelayanan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT)
khususnya pra Rumah sakit dan antar Rumah sakit. Sehingga semua kegiatan ambulans
harus terkoneksi dengan system tersebut dan ditunjang sistem komunikasi dan informasi
yang handal.
Jenis Ambulans yang digunakan harus mempertimbangkan jarak tempuh, waktu, cuaca,
dan intervensi medis yang harus dilakukan.
1. Ambulans Darat
a. Ambulans Transport
b. Ambulans Gawat Darurat/ medical emergency
c. Kereta Jenazah
2. Ambulans Air
3. Ambulans Udara
Ambulans darat juga dapat berupa bus, kereta api, dll. Ambulans Air dan Ambulans Udara
sama dengan ambulans transport dan untuk penanganan pasien gawat darurat akan
ditambah dengan peralatan dan SDM yang mempunyai spesifikasi teknis dan pelayanan
seperti Ambulans Gawat Darurat.
Pada pedoman ini dibahas hanya spesifikasi teknis mengenai ambulans transport darurat/
medical emergency, dan kereta jenazah. Sedangkan Ambulans Air dan Ambulans Udara
tidak dibahas secara detail dan untuk spesifikasi teknis baik interior maupun peralatan
kesehatan mengikuti persyaratan teknis Ambulans Darat. Petugas ambulans air dan
ambulans udara mempunyai spesifikasi khusus sesuai dengan peraturan perundang-
undangan berlaku.
Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan, Ditjen. BUK, KEMKES-RI 3
PEDOMAN TEKNIS AMBULANS
A. Ambulans Transport
Dalam keadaan tertentu ada Fly car/ respons unit/ quick response vehicle, seorang
petugas Ambulans dengan kendaraan yang akan melakukan penanganan di lokasi dan
tidak membawa pasien dengan kendaraannya, tetapi akan memanggil ambulans transport
ke tempat yang dituju. Kendaraan yang digunakan bisa van, mobil standar, kendaraan
roda dua, kuda, atau sesuai daerah masing-masing.
Ambulans transport juga bisa berupa ambulans khusus yang digunakan secara cuma-
cuma dari yayasan non profit tertentu yang disebut Charity ambulansce. Bariatic
ambulansce; kendaraan khusus sebagai ambulans transport diperuntukkan untuk pasien
gemuk/ obese dengan peralatan sesuai dengan keperluan pasien.
Ambulans Gawat Darurat/ medical emergency merupakan salah satu kendaraan yang
digunakan untuk mengantar pasien yang siap melakukan tindakan pertolongan life
support /life saving/ bantuan hidup.
2. Pengemudi yang sudah mendapatkan pengetahuan basic life support (BLS) dan
pelatihan mengemudi yang aman (Defensive Driving)
Di dalam ambulans gawat darurat , perawat harus ada dan siap melakukan tindakan
medis yang diperlukan.
Ambulans Gawat Darurat dapat dibedakan menjadi Ambulans Gawat Darurat General dan
Ambulans Gawat Darurat khusus.
Ambulans Gawat Darurat khusus adalah ambulans gawat darurat yang ditambah
peralatan medis khusus untuk pelayanan penyakit tertentu.
C. Kereta Jenazah
D. Ambulans Air
Ambulans air dapat berupa kapal (boat) dan Kapal laut (ship).
Kapal (boat) dapat dipakai sebagai ambulans untuk pelayanan antar pulau, atau daerah
dengan banyak kanal, jenis ambulans ini termasuk ambulans transport. Untuk pelayanan
kegawatdaruratan akan sulit dilakukan di boat karena faktor ombak.
Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan, Ditjen. BUK, KEMKES-RI 4
PEDOMAN TEKNIS AMBULANS
Kapal laut (ship) adalah ambulans biasanya di gunakan oleh militer untuk jarak jauh,
biasanya digunakan dalam keadaan perang. Pelayanan kegawatdaruratan dapat
dilakukan disini bahkan untuk kasus tertentu dapat digunakan juga sebagai rumah sakit .
E. Ambulans Udara
Ambulans udara dapat berupa helikopter maupun pesawat terbang. Ambulans udara
dapat berfungsi sebagai ambulans transport maupun ambulans gawat darurat tergantung
pelayanan yang dilakukan dan peralatan yang tersedia.
Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan, Ditjen. BUK, KEMKES-RI 5
PEDOMAN TEKNIS AMBULANS
BAB III
SPESIFIKASI TEKNIS AMBULANS
3.1 SPESIFIKASI TEKNIS AMBULANS TRANSPORT.
Ambulans Transport merupakan salah satu kendaraan yang digunakan prahospital untuk
mengantar pasien dari suatu tempat ke tempat yang lain.
Ambulans Transpor minimal mempunyai peralatan brankar, oksigen, emergency kit, obat-
obatan, dan alat komunikasi. Dan detail peralatan dapat dilihat dilampiran table 3.1.a
Kendaraan Ambulans Transport dapat berupa kendaraan jenis apa saja. Jenis Kendaraan
yang difungsikan sebagai Ambulans dapat menyesuaikan kondisi daerah. Dan dalam
kondisi bencana dapat menggunakan Bus atau Kereta Api.
a) Mobil
Basic kendaraan hanya bisa dibeli sesuai type yg di jual di wilayah Indonesia dan
harus dimodifikasi di Karoseri yg ada di wilayah Indonesia, sedangkan pembelian
ambulans secara utuh (built in) dapat terjadi jika mendapat hibah secara utuh dari
negara lain atau Goverment to Goverment.
Jenis Mobil yang digunakan dapat berupa Jenis 4x2 maupun Jenis 4x4 dengan
pilihan single cabin agar dapat mudah di modifikasi.
Jenis bahan bakar ambulans harus memiliki dua alternative bahan bakar dalam
satu kendaraan a.l: bensin, solar, gas, dll.
Mobil harus memiliki jaminan (garansi) sesuai dengan jenis kendaraan a.l:
Semua bentuk dan design ambulans akan dibuat sesuai kebutuhan dan peralatan
kesehatan dalam ambulans yang ada, agar efisien dan sesuai peruntukannya
Pembuatan bentuk atau karoseri terdiri dari pekerjaan interior maupun eksterior dengan
rincian pekerjaan sbb:
a) Interior
Pekerjaan lemari/kompartemen tempat obat atau alat kesehatan
penunjang ambulans
Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan, Ditjen. BUK, KEMKES-RI 6
PEDOMAN TEKNIS AMBULANS
b) Eksterior
Karoseri bentuk/body apabila basic unit kendaraan type chassis atau pick
up
Pekerjaan identitas ambulans
Pekerjaan pemasangan Lampu LED Flash/Blitz Light Bar, Speaker Sirine,
Lampu Hazard.
Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan, Ditjen. BUK, KEMKES-RI 7
PEDOMAN TEKNIS AMBULANS
Undang Lalu Lintas No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Umum)
Suara Sirene mengacu pada standar suara sirene “TWO TONE” (High
Low).
Detail spesifikasi teknis eksterior ambulans transport dapat dilihat di
lampiran tabel 3.1.c
Ambulans Gawat Darurat / medical emergency merupakan salah satu kendaraan yang
digunakan untuk mengantar pasien dengan peralatan medis khusus dan melakukan
tindakan pertolongan bantuan hidup/ life savety/ life support.
Ambulans Gawat Darurat merupakan salah satu Ambulans yang dilengkapi dengan
peralatan yang bisa menangani gangguan Airway, Breathing, Circulation, Disability dan
Eksposure. Peralatan yang tersedia di Ambulans Gawat Darurat terdiri dari Peralatan
pada Ambulans Transport ditambah minimal peralatan komplet otomatis/manual untuk
resusiatasi, Diagnostic monitor, Defibrilator, tool kit untuk minor surgery, dan Patient
Monitor.
Semua peralatan medic harus dapat terkoneksi sambungan AC/DC dan memiliki back up
battery.
Kendaraan Ambulans Gawat Darurat dapat berupa kendaraan jenis apa saja. Jenis
Kendaraan yang difungsikan sebagai Ambulans dapat menyesuaikan kondisi daerah. Dan
dalam kondisi bencana dapat menggunakan Bus atau Kereta Api.
a) Mobil
Basic kendaraan hanya bisa dibeli sesuai type yg di jual di wilayah Indonesia dan
harus dimodifikasi di Karoseri yg ada di wilayah Indonesia, sedangkan pembelian
ambulans secara utuh (built in) dapat terjadi jika mendapat hibah secara utuh dari
negara lain atau Goverment to Goverment.
Jenis Mobil yang digunakan dapat berupa Jenis 4x2 maupun Jenis 4x4 dengan
pilihan single cabin agar dapat mudah di modifikasi.
Jenis bahan bakar ambulans harus memiliki dua alternative bahan bakar dalam
satu kendaraan a.l: bensin, solar, gas, dll.
Mobil harus memiliki jaminan (garansi) sesuai dengan jenis kendaraan a.l:
Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan, Ditjen. BUK, KEMKES-RI 8
PEDOMAN TEKNIS AMBULANS
Semua bentuk dan design ambulans akan dibuat sesuai kebutuhan dan peralatan
kesehatan dalam ambulans yang ada, agar efisien dan sesuai peruntukannya
Pembuatan bentuk atau karoseri terdiri dari pekerjaan interior maupun eksterior dengan
rincian pekerjaan sbb:
a) Interior
b) Eksterior
Karoseri bentuk/body apabila basic unit kendaraan type chassis atau pick
up
Pekerjaan identitas ambulans
Pekerjaan pemasangan Lampu LED Flash/Blitz Light Bar, Speaker Sirine,
Lampu Hazard.
Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan, Ditjen. BUK, KEMKES-RI 9
PEDOMAN TEKNIS AMBULANS
III.3.1 Kendaraan
Kereta Jenazah dapat berupa kendaraan jenis apa saja. Jenis Kendaraan yang
difungsikan sebagai kereta jenazah dapat menyesuaikan kondisi daerah. Dan dalam
kondisi bencana dapat menggunakan Bus atau Kereta Api.
a) Mobil
Basic kendaraan hanya bisa dibeli sesuai type yg di jual di wilayah Indonesia dan
harus dimodifikasi di Karoseri yg ada di wilayah Indonesia, sedangkan pembelian
ambulans secara utuh (built in) dapat terjadi jika mendapat hibah secara utuh dari
negara lain atau Goverment to Goverment.
Jenis Mobil yang digunakan dapat berupa Jenis 4x2 maupun Jenis 4x4 dengan
pilihan single cabin agar dapat mudah di modifikasi.
Jenis bahan bakar ambulans harus memiliki dua alternative bahan bakar dalam
satu kendaraan a.l: bensin, solar, gas, dll.
Mobil harus memiliki jaminan (garansi) sesuai dengan jenis kendaraan a.l:
Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan, Ditjen. BUK, KEMKES-RI 10
PEDOMAN TEKNIS AMBULANS
Pembuatan bentuk atau karoseri terdiri dari pekerjaan interior maupun eksterior dengan
rincian pekerjaan sbb:
a) Interior
b) Eksterior
Karoseri bentuk/body apabila basic unit kendaraan type chassis atau pick
up
Pekerjaan identitas ambulans
Pekerjaan pemasangan Lampu LED Flash/Blitz Light Bar, Lampu Hazard.
Pekerjaan Suara Sirene
Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan, Ditjen. BUK, KEMKES-RI 11
PEDOMAN TEKNIS AMBULANS
BAB IV
PENUTUP
Pedoman persyaratan teknis ambulans ini diharapkan dapat dijadikan rujukan oleh
pengelola fasilitas pelayanan ambulans dalam merencanakan, mengadakan,
mengoperasikan, dan memelihara ambulans. Pesyaratan-persyaratan yang lebih spesifik
dan atau bersifat alternatif serta penyesuaian ”Persyaratan Teknis Ambulans” oleh
masing-masing daerah disesuaiakan dengan kondisi dan kesiapan kelembagaan di
daerah.
Persyaratan yang lebih spesifik dan bersifat alternatif serta penyesuaian dari pedoman
Persyaratan Teknis Ambulans ini oleh masing-masing daerah dapat disesuaikan dengan
kesiapan daerah.
Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan, Ditjen. BUK, KEMKES-RI 12
PEDOMAN TEKNIS AMBULANS
BAB V
LAMPIRAN
melakukan tindakan
pertolongan basic life
Tensimeter / Wall lebih spesifik
a. Umum Aneroid (tensimeter lapangan
Pemeriksaan
Sphygmomanometers menggunakan jarum)
Stetoskop (satu stetoskop dewasa
dan anak)
Reflex hammer
Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan, Ditjen. BUK, KEMKES-RI 13
PEDOMAN TEKNIS AMBULANS
Suction Electric/manual
Spuit
Head Immobilizer
Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan, Ditjen. BUK, KEMKES-RI 14
PEDOMAN TEKNIS AMBULANS
safety belt
otomatis
Kunci Inggris
g. Lain-lain
APD Handscoen
Masker
Apron
Cairan Disinfektan
Google
Rescue Tool Jas Hujan
Payung
Senter Rescue
Helm Rescue
Sepatu Boot
Urinal dan pispot
Perlengkapan Obat-
Obat
Tabel 3.1.b
Interior ambulans transport
Interior Keterangan
Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan, Ditjen. BUK, KEMKES-RI 16
PEDOMAN TEKNIS AMBULANS
Sistem Kelistrikan
Kapasitas minimum 1000 VA (sinus wave)
Inverter : Dilengkapi Overload Alarm (Alarm berbunyi
saat kelebihan beban)
Battery Lowshutdown (Battery Lemah
Otomatis Non Aktif)
Satu jenis suara high-low “TWO TONE”
Amplifier Sirene : Kompresi level suara : ≥ 40 - 200 dBA
(setara 200 – 10.000 Hz)
Terdapat Mic
Disediakan lampu penerangan pada plafon
Lampu Penerangan : Lampu plafon : TL/LED dengan output min
200 Lux
Lampu Halogen : 2 bh dengan masing-
masing outputnya min 500 Lux atau 50 W
Lampu Halogen dipasang pada plafond dan
dapat digeser-geser sesuai kebutuhan.
Perlengkapan pendukung
Berukuran 1 kg
Alat Pemadam Kebakaran : Jenis Alat Pemadam Api Ringan Water Mist
Berbahan Foam
Ditempelkan pada lemari obat bagian
belakang dekat pintu belakang kendaraan
Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan, Ditjen. BUK, KEMKES-RI 17
PEDOMAN TEKNIS AMBULANS
Tabel 3.1.c
Exterior ambulans transport
Jenis 4 x 2
Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan, Ditjen. BUK, KEMKES-RI 18
PEDOMAN TEKNIS AMBULANS
Parking sensor dan/atau spion : Spion kendaran original bawaan cabin asli,
belakang Parking sensor bisa Optional.
Kabin depan dan kabin belakang : kabin depan dan kabin belakang dipisahkan
terutama untuk ambulans pasien infeksi
Lampu Rotary/Blitz Light Bar Oval (warna
Light Bar : merah)
Termasuk Speaker
Mengikuti UU Nomor 22 Tahun 2009 tentang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Dipasang di sekeliling body mobil
Lampu Bantu Hazard : Mengikuti UU Nomor 22 Tahun 2009 tentang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Jenis 4 x 4
Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan, Ditjen. BUK, KEMKES-RI 19
PEDOMAN TEKNIS AMBULANS
Parking sensor dan/atau spion : Spion kendaran original bawaan cabin asli,
belakang Parking sensor bisa Optional.
Kabin depan dan kabin belakang : kabin depan dan kabin belakang dipisahkan
terutama untuk ambulans pasien infeksi
Lampu Rotary/Blitz Light Bar Oval (warna
Light Bar : merah)
Termasuk Speaker
Mengikuti UU Nomor 22 Tahun 2009 tentang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Dipasang disekeliling body mobil
Lampu Bantu Hazard Mengikuti UU Nomor 22 Tahun 2009 tentang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Tabel 3.2.a
Peralatan medis pada ambulans gawat darurat
Dapat melakukan
tindakan pertolongan
basic life
Tensimeter / Wall lebih spesifik
a. Umum Aneroid (tensimeter
/Pemeriksaan
Sphygmomanometer lapangan
menggunakan
jarum)
Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan, Ditjen. BUK, KEMKES-RI 20
PEDOMAN TEKNIS AMBULANS
Reflex hammer
Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan, Ditjen. BUK, KEMKES-RI 21
PEDOMAN TEKNIS AMBULANS
tubing dewasa
Rebreathing Mask Ukaran bayi-
dewasa
Non Rebreathing Ukaran bayi-
Mask dewasa
Tabung oksigen Minimal 2 tabung
portable ukuran 0.2 m3,
bahan aluminium,
dilengkapi regulator.
Ventilator Minimal terdapat
mobile/portable PEEP/CPAP
Patient Monitor Minimal parameter :
ECG, SpO2, NIBP
Pulse Oxymetri Minimal model
FingerTip
Infus set
d. Circulation set
IV kateter Ukuran 14, 16, 18,
20, 22
Cairan infus
Spuit
Defibrilator AED
Head Immobilizer
Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan, Ditjen. BUK, KEMKES-RI 22
PEDOMAN TEKNIS AMBULANS
Tabel 3.2.b
Interior ambulans gawat darurat
Interior Keterangan
Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan, Ditjen. BUK, KEMKES-RI 23
PEDOMAN TEKNIS AMBULANS
Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan, Ditjen. BUK, KEMKES-RI 24
PEDOMAN TEKNIS AMBULANS
Sistem Kelistrikan
Kapasitas minimum 1000 VA (sinus wave)
Inverter : Dilengkapi Overload Alarm (Alarm berbunyi
saat kelebihan beban)
Battery Lowshutdown (Battery Lemah
Otomatis Non Aktif)
Satu jenis suara high-low “TWO TONE”
Amplifier Sirene : Kompresi level suara : ≥ 40 – 200 dBA
(setara 200 – 10.000 Hz)
Terdapat Mic
Disediakan lampu penerangan pada plafon
Lampu Penerangan : Lampu plafon : TL/LED dengan output min
200 Lux
Lampu Halogen : 2 bh dengan masing-
masing outputnya min 500 Lux atau 50 W
Lampu Halogen dipasang pada plafond dan
dapat digeser-geser sesuai kebutuhan.
Perlengkapan pendukung
Berukuran 1 kg
Alat Pemadam Kebakaran : Jenis Alat Pemadam Api Ringan Water Mist
Berbahan Foam
Ditempelkan pada lemari obat bagian
belakang dekat pintu belakang kendaraan
Disediakan gantungan infus di atas pasien
Gantungan Infus : tepat dipasang di plafon, gantungan tersebut
dapat digeser-geser disesuaikan dengan
kebutuhan
Dilengkapi dengan strap/pengikat
Terbuat dari bahan stainless Steel
Berjarak minimal 90 cm dari strecher
Tabel 3.2.c
Exterior ambulans gawat darurat
Jenis 4 x 2
Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan, Ditjen. BUK, KEMKES-RI 26
PEDOMAN TEKNIS AMBULANS
Parking sensor dan/atau spion : Spion kendaran original bawaan cabin asli,
belakang Parking sensor bisa Optional.
Kabin depan dan kabin belakang : kabin depan dan kabin belakang dipisahkan
terutama untuk ambulans pasien infeksi
Lampu Rotary/Blitz Light Bar Oval (warna
Light Bar : merah)
Termasuk Speaker
Mengikuti UU Nomor 22 Tahun 2009 tentang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Dipasang di sekeliling body mobil
Lampu Bantu Hazard : Mengikuti UU Nomor 22 Tahun 2009 tentang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Jenis 4 x 4
Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan, Ditjen. BUK, KEMKES-RI 27
PEDOMAN TEKNIS AMBULANS
n
Parking sensor dan/atau spion : Spion kendaran original bawaan cabin asli,
belakang Parking sensor bisa Optional.
Kabin depan dan kabin belakang : kabin depan dan kabin belakang dipisahkan
terutama untuk ambulans pasien infeksi
Lampu Rotary/Blitz Light Bar Oval (warna
Light Bar : merah)
Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan, Ditjen. BUK, KEMKES-RI 28
PEDOMAN TEKNIS AMBULANS
Termasuk Speaker
Mengikuti UU Nomor 22 Tahun 2009 tentang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Dipasang disekeliling body mobil
Lampu Bantu Hazard Mengikuti UU Nomor 22 Tahun 2009 tentang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Tabel 3.3.a
Interior Kereta Jenazah
Interior Keterangan
Sistem Kelistrikan
Kompresi level suara : ≥ 40 – 200 db
Lampu dan Amplifier Sirene : Terdapat Mic
Lampu rotary/blitz light bar oval
Disediakan lampu penerangan pada plafon
Lampu Penerangan (disesuaikan : Lampu plafon : TL dengan output 2x5 W
dengan Peraturan Sarana atau 1x10 W
Prasarana Kesehatan)
Lampu Halogen : 2 bh dengan masing-
masing outputnya min 500 Lux
Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan, Ditjen. BUK, KEMKES-RI 29
PEDOMAN TEKNIS AMBULANS
Perlengkapan pendukung
Berukuran 1 kg
Alat Pemadam Kebakaran : Jenis Alat Pemadam Api Ringan Water Mist
Berbahan Foam
Tabel 3.3.b
Exterior Kereta Jenazah
Jenis 4 x 2
Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan, Ditjen. BUK, KEMKES-RI 30
PEDOMAN TEKNIS AMBULANS
Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan, Ditjen. BUK, KEMKES-RI 31
PEDOMAN TEKNIS AMBULANS
Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan, Ditjen. BUK, KEMKES-RI 32