Anda di halaman 1dari 37

PEDOMAN TEKNIS AMBULANS

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
DIREKTORAT JENDERAL BINA UPAYA KESEHATAN
DIREKTORAT BINA PELAYANAN PENUNJANG MEDIK DAN SARANA KESEHATAN
TAHUN 2014
PEDOMAN TEKNIS AMBULANS

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
DIREKTORAT JENDERAL BINA UPAYA KESEHATAN
DIREKTORAT BINA PELAYANAN PENUNJANG MEDIK DAN SARANA KESEHATAN
TAHUN 2014
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas Rahmat dan
Karunia-Nya buku Pedoman Teknis Ambulans dapat diselesaikan dengan baik.
Fasilitas Pelayanan Kesehatan dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan
harus memberikan rasa aman baik bagian pasien maupun petugas dan lingkungan. Sistem
Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT) yang telah dicanangkan Kementerian
Kesehatan sejak tahun 2000 menyebabkan pentingnya ambulans sebagai salah satu sarana
evakuasi medik.
Penyusunan “Pedoman Teknis Ambulans” ini merupakan salah satu upaya untuk
mendukung Undang-Undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit, yaitu dalam rangka
memenuhi standar pelayanan dan persyaratan mutu, keamanan dan keselamatan.
Pedoman ini disusun dengan partisipasi berbagai pihak termasuk rumah sakit,
organisasi profesi penyelenggara ambulans, dan instansi terkait lainnya. Pedoman Teknis
Ambulans ini bertujuan untuk menjadi salah satu referensi teknis dalam
pengadaan/pembelian ambulans di Republik Indonesia baik pemerintah maupun masyarakat
sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan.
Pedoman teknis ini dimungkinkan untuk dievaluasi dan dilakukan penyempurnaan-
penyempurnaan terkait dengan perkembangan ilmu dan teknologi serta hal-hal lainnya yang
tidak sesuai lagi dengan kondisi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
Kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada
semua pihak yang telah membantu diterbitkannya Pedoman Teknis Ambulans. Diharapkan
Pedoman ini dapat menjadi petunjuk bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
Jakarta, 2014
Direktur Bina Pelayanan Penunjang Medik
dan Sarana Kesehatan

dr. Deddy Tedjasukmana B., Sp.KFR(K), MARS, MM


NIP. 196004301989011001

i
Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan, Ditjen.BUK, KEMKES- RI
SAMBUTAN
DIREKTUR JENDERAL BINA UPAYA KESEHATAN

Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas
rahmat dan hidayah-Nya Pedoman Teknis Ambulans dapat disusun.
Fasilitas Pelayanan Kesehatan dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan
harus memberikan rasa aman baik bagian pasien maupun petugas dan lingkungan. Sistem
Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT) yang telah dicanangkan Kementerian
Kesehatan sejak tahun 2000 menyebabkan pentingnya ambulans sebagai salah satu sarana
evakuasi medik.
Pedoman Teknis Ambulans ini bertujuan untuk menjadi salah satu referensi teknis
dalam pengadaan/pembelian ambulans di Republik Indonesia baik pemerintah maupun
masyarakat sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan.
Sesuai dengan Undang-Undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit, pasal 9(b)
menyatakan bahwa persyaratan teknis bangunan Rumah Sakit, sesuai dengan fungsi,
kenyamanan dan kemudahan dalam pemberian pelayanan serta perlindungan dan
keselamatan bagi semua orang termasuk penyandang cacat, anak-anak, dan usia lanjut.
Dengan demikian kami sangat mengharapkan peran bersama dari stake holder terkait,
yaitu asosiasi profesi, pengelola rumah sakit, konsultan perencanaan rumah sakit dan pihak
lainnya dalam membantu Kementerian Kesehatan mendukung amanat Undang-Undang
tersebut.
Kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada
semua pihak yang telah membantu diterbitkannya Pedoman Teknis Ambulans.
Demikian kami sampaikan, semoga bermanfaat dan dapat meningkatkan mutu
fasilitas rumah sakit di Indonesia.

Jakarta, 2014
Direktur Jederal Bina Upaya Kesehatan

Prof. Dr. dr. Akmal Taher, Sp.U(K)


NIP 195507271980101001

ii
Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan, Ditjen.BUK, KEMKES- RI
PEDOMAN TEKNIS AMBULANS

Daftar Isi

Judul Halaman
Sambutan i
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Ketentuan Umum 1
1.2 Latar Belakang 1
1.3 Tujuan 2
1.4 Sasaran 2
1.5 Ruang Lingkup 2

BAB II GAMBARAN UMUM AMBULANS


2.1 Definisi Ambulans 3
2.2 Tujuan Penggunaan Ambulans 3
2.3 Jenis Ambulans 3

BAB III SPESIFIKASI TEKNIS AMBULANS


3.1 Spesifikasi Ambulans Transport 6
3.2 Spesifikasi Ambulans Gawat Darurat 8
3.3 Spesifikasi Kereta Jenazah 10

BAB IV PENUTUP 12

BAB V LAMPIRAN
5.1 Tabel Spesifikasi Teknis 13
5.2 Contoh Gambar Ambulan Transport 31
5.3 Contoh Ambulans Gawat Darurat 32

Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan, Ditjen. BUK, KEMKES-RI iii
PEDOMAN TEKNIS AMBULANS

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 KETENTUAN UMUM
Di dalam Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 setiap orang mempunyai
hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau,
artinya setiap warga negara memiliki hak yang sama dalam pelayanan kesehatan. Hal ini
dirasakan bagi masyarakat kurang mampu yang bertempat tinggal di daerah yang jauh
dari perkotaan sehingga kebutuhan akan transportasi bagi orang sakit dirasakan kurang.
Sebagai amanat UU No. 44 Tahun 2009 tentang RS terutama pasal 11 ayat (1)
menerangkan bahwa Ambulans merupakan salah satu prasarana Rumah Sakit.

Undang-Undang Penanggulangan Bencana Nomor 24 Tahun 2007 menerangkan bahwa


prinsip-prinsip dalam penanggulangan bencana adalah: cepat dan tepat, prioritas,
koordinasi dan keterpaduan, berdaya guna dan berhasil guna, transparansi dan
akuntabilitas, kemitraan, pemberdayaan, nondiskriminatif, dan nonproletisi. Berdasarkan
Undang-Undang diatas maka ambulans adalah salah satu sarana penanggulangan
bencana yang sesuai prinsip-prinsip di atas.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2013 Pasal 20 menerangkan bahwa


manfaat non medis menyangkut akomodasi dan ambulans. Ambulans hanya diberikan
untuk pasien rujukan dari fasilitas pelayanan kesehatan dengan kondisi tertentu yang
ditetapkan BPJS. Hal tersebut juga diperkuat dengan Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 71 Tahun 2013 Pasal 29 yang berbunyi Pelayanan Ambulans merupakan
pelayanan transportasi rujukan dengan kondisi tertentu antar fasilitas pelayanan
kesehatan disertai dengan upaya atau kegiatan menjaga kestabilan kondisi pasien untuk
kepentingan keselamatan pasien.

Keputusan Menteri Kesehatan RI Nemor 106/Menkes/SK/I/2004 tentang Sistem


Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT) dan Pelatihan Penanggulangan
Penderita Gawat Darurat (PPGD)/ General Emergency Life Support (GELS) Tingkat
Pusat. Dan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
882/Menkes/SK/X/2009 tentang Pedoman Penanganan Evakuasi Medik adalah salah
satu dasar dikeluarkannya Pedoman Persyaratan Teknis Ambulans ini.
1.2 LATAR BELAKANG

Suatu fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan
untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, prefentif, kuratif,
maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau
masyarakat. Salah satu pelayanan yang berbentuk kuratif adalah melakukan
penyembuhan penyakit pada pasien artinya melakukan penanganan cepat guna
penyembuhan bagi si pasien. Penanganan pasien dapat dilakukan pada suatu tempat
pelayanan kesehatan baik di rumah sakit maupun puskesmas.

Penanganan cepat pada pasien harus didukung oleh system rujukan yang baik. Salah
satu penunjang system rujukan adalah pelayanan ambulans. Pelayanan ambulans yang
baik tercermin dari mobil ambulans yang memenuhi persyaratan teknis, peralatan medis
yang terkalibrasi, petugas ambulans yang terlatih, dan Standar Pemeliharaan dan
Operasional yang terimplementasikan.

Data yang bersumber dari Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia menyatakan
bahwa jumlah korban luka berat dalam kecelakaan lalu lintas periode itu tahun 2012
sebanyak 36.710 orang, atau turun 0,15 % dibandingkan tahun 2011. Jumlah korban luka
ringan tahun 2012 sebanyak 118.152 orang atau naik 7,9 % dibandingkan tahun 2011.
Angka tersebut di atas menjelaskan salah satu kejadian akibat kecelakaan lalu lintas dan
belum dikaitkan dengan angka kematian yang disebabkan oleh penyakit.

Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan, Ditjen. BUK, KEMKES-RI 1
PEDOMAN TEKNIS AMBULANS

Data dari PPKK Kementerian Kesehatan tentang data kegawatdaruratan dan bencana di
Indonesia tahun 2004-2009; Tahun 2004 terdapat 37 kasus di 18 propinsi dan 81
kabupaten/kota dengan korban meninggal 129.103 orang, luka berat 173.452 orang, dan
luka ringan 570.185 orang; Tahun 2009 terdapat 415 kasus di 30 propinsi dan 493
kabupaten/kota denagn korban meninggal 310 orang, luka berat 16.955 orang, luka
ringan 250.010 orang, dan hilang 151 orang.

Data-data tersebut menjelaskan banyaknya kejadian kegawatdaruratan angka korban


dapat diminimalisir dengan penanganan korban yang lebih tepat. Salah satu sarana
kesehatan dalam menunjang pelayanan pasien pada saat kejadian kegawatdaruratan di
tempat adalah ambulans.

Di Indonesia, banyak penderita cedera, keracunan, serangan jantung atau


kegawatdaruratan lain yang meninggal di rumah atau dalam perjalanan ke rumah sakit
karena penatalaksanaan yang tidak memamadai. Padahal angka kematian di rumah atau
dalam perjalanan ke rumah sakit dapat dikurangi jika ada pelayanan gawat darurat yang
dapat segera menghampiri penderita, dan dalam perjalanan penderita kemudian
didampingi oleh petugas dan ambulans yang memadai.

Pedoman teknis ambulans ini disusun untuk memenuhi standar pelayanan yang baik.
Pedoman teknis ini berdasarkan data dan masukan dari stake holder penyelenggara
pelayanan ambulans. Persyaratan teknis ambulans ini disusun karena perkembangan
ambulans, baik mobil ambulans maupun peralatan yang ada didalamnya, yang tidak
sesuai dengan kebutuhan pelayanan kesehatan sehingga perlu pengontrolan.

1.3 TUJUAN

Pedoman Teknis Ambulans ini bertujuan untuk menjadi salah satu referensi teknis dalam
pengadaan/pembelian ambulans di Republik Indonesia baik pemerintah maupun
masyarakat sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan.

1.4 SASARAN

Pedoman Teknis Ambulans ditujukan kepada penyelenggara pelayanan ambulans baik


pemerintah maupun nonpemerintah.

1.5 RUANG LINGKUP

Lingkup materi persyaratan teknis ambulans ini adalah berisi persyaratan teknis ambulans
darat sebagai berikut :

(1) Pendahuluan yang meliputi latar belakang, tujuan, sasaran dan lingkup materi
pedoman.
(2) Gambaran umum ambulans yang meliputi tujuan penggunaan ambulan dan jenis
ambulan baik darat, air, maupun udara.
(3) Persyaratan Teknis Ambulans darat yang meliputi ambulans transport dan
ambulan gawat darurat
(4) Lampiran yang berisi detail persyaratan teknis ambulans dan contoh gambar
ambulans

Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan, Ditjen. BUK, KEMKES-RI 2
PEDOMAN TEKNIS AMBULANS

BAB II
GAMBARAN UMUM AMBULANS
2.1 Definisi Ambulans

Secara terminologi ambulans adalah suatu kendaraan untuk memindahkan orang sakit
atau cidera ke suatu tempat untuk mendapatkan pengobatan. Kendaraan tersebut
dilengkapi dengan lampu tanda darurat dan sirine. Ambulans digunakan untuk
kepentingan urgen maupun non urgen dengan jenis kendaraan yang bervariasi, termasuk:
truck, van, bus, kereta api, station wagon, sepeda motor, helikopter, pesawat terbang, dan
kapal. Ambulans merupakan alat transportasi yang digunakan untuk mengangkut pasien
yang dilengkapi dengan peralatan medis sesuai dengan standar.

Pelayanan ambulans berada dalam Sistem Pelayanan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT)
khususnya pra Rumah sakit dan antar Rumah sakit. Sehingga semua kegiatan ambulans
harus terkoneksi dengan system tersebut dan ditunjang sistem komunikasi dan informasi
yang handal.

2.2 Tujuan Pembuatan Ambulans

Tujuan penggunaan ambulans adalah :


1. Pertolongan Penderita Gawat Darurat Pra Rumah Sakit dan antar Fasilitas
Pelayanan Kesehatan.
2. Pengangkutan penderita gawat darurat dari lokasi kejadian ke tempat tindakan
definitive atau ke Rumah Sakit
3. Sebagai kendaraan transport rujukan

2.3 Jenis Ambulans

Jenis Ambulans yang digunakan harus mempertimbangkan jarak tempuh, waktu, cuaca,
dan intervensi medis yang harus dilakukan.

Ambulans dibagi menjadi 3 (tiga) jenis yaitu :

1. Ambulans Darat
a. Ambulans Transport
b. Ambulans Gawat Darurat/ medical emergency
c. Kereta Jenazah
2. Ambulans Air
3. Ambulans Udara

Ambulans darat juga dapat berupa bus, kereta api, dll. Ambulans Air dan Ambulans Udara
sama dengan ambulans transport dan untuk penanganan pasien gawat darurat akan
ditambah dengan peralatan dan SDM yang mempunyai spesifikasi teknis dan pelayanan
seperti Ambulans Gawat Darurat.

Pada pedoman ini dibahas hanya spesifikasi teknis mengenai ambulans transport darurat/
medical emergency, dan kereta jenazah. Sedangkan Ambulans Air dan Ambulans Udara
tidak dibahas secara detail dan untuk spesifikasi teknis baik interior maupun peralatan
kesehatan mengikuti persyaratan teknis Ambulans Darat. Petugas ambulans air dan
ambulans udara mempunyai spesifikasi khusus sesuai dengan peraturan perundang-
undangan berlaku.

Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan, Ditjen. BUK, KEMKES-RI 3
PEDOMAN TEKNIS AMBULANS

A. Ambulans Transport

Ambulans transport (patient transport ambulansce) adalah ambulans yang tidak


dilengkapi dengan peralatan untuk bantuan hidup/ life support, dengan kru yang sedikit
memiliki kualifikasi. kendaraan ini hanya digunakan untuk mengantar pasien dari satu
tempat ke tempat yang lain untuk mendapatkan pengobatan.

Dalam keadaan tertentu ada Fly car/ respons unit/ quick response vehicle, seorang
petugas Ambulans dengan kendaraan yang akan melakukan penanganan di lokasi dan
tidak membawa pasien dengan kendaraannya, tetapi akan memanggil ambulans transport
ke tempat yang dituju. Kendaraan yang digunakan bisa van, mobil standar, kendaraan
roda dua, kuda, atau sesuai daerah masing-masing.

Ambulans transport juga bisa berupa ambulans khusus yang digunakan secara cuma-
cuma dari yayasan non profit tertentu yang disebut Charity ambulansce. Bariatic
ambulansce; kendaraan khusus sebagai ambulans transport diperuntukkan untuk pasien
gemuk/ obese dengan peralatan sesuai dengan keperluan pasien.

B. Ambulans Gawat Darurat/ medical emergency

Ambulans Gawat Darurat/ medical emergency merupakan salah satu kendaraan yang
digunakan untuk mengantar pasien yang siap melakukan tindakan pertolongan life
support /life saving/ bantuan hidup.

Ambulans Gawat Darurat merupakan bagian dari rangkaian pelayanan kedaruratan/


emergency medical service.

Kru Ambulans terdiri dari :

1. Petugas Ambulans sudah mendapatkan pelatihan life saving.

2. Pengemudi yang sudah mendapatkan pengetahuan basic life support (BLS) dan
pelatihan mengemudi yang aman (Defensive Driving)

Di dalam ambulans gawat darurat , perawat harus ada dan siap melakukan tindakan
medis yang diperlukan.

Ambulans Gawat Darurat dapat dibedakan menjadi Ambulans Gawat Darurat General dan
Ambulans Gawat Darurat khusus.

Ambulans Gawat Darurat khusus adalah ambulans gawat darurat yang ditambah
peralatan medis khusus untuk pelayanan penyakit tertentu.

C. Kereta Jenazah

Kereta jenazah adalah kendaraan yang digunakan untuk mengangkut jenazah

D. Ambulans Air

Ambulans air dapat berupa kapal (boat) dan Kapal laut (ship).

Kapal (boat) dapat dipakai sebagai ambulans untuk pelayanan antar pulau, atau daerah
dengan banyak kanal, jenis ambulans ini termasuk ambulans transport. Untuk pelayanan
kegawatdaruratan akan sulit dilakukan di boat karena faktor ombak.

Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan, Ditjen. BUK, KEMKES-RI 4
PEDOMAN TEKNIS AMBULANS

Kapal laut (ship) adalah ambulans biasanya di gunakan oleh militer untuk jarak jauh,
biasanya digunakan dalam keadaan perang. Pelayanan kegawatdaruratan dapat
dilakukan disini bahkan untuk kasus tertentu dapat digunakan juga sebagai rumah sakit .

E. Ambulans Udara

Ambulans udara dapat berupa helikopter maupun pesawat terbang. Ambulans udara
dapat berfungsi sebagai ambulans transport maupun ambulans gawat darurat tergantung
pelayanan yang dilakukan dan peralatan yang tersedia.

Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan, Ditjen. BUK, KEMKES-RI 5
PEDOMAN TEKNIS AMBULANS

BAB III
SPESIFIKASI TEKNIS AMBULANS
3.1 SPESIFIKASI TEKNIS AMBULANS TRANSPORT.

Ambulans Transport merupakan salah satu kendaraan yang digunakan prahospital untuk
mengantar pasien dari suatu tempat ke tempat yang lain.

3.1.1 Peralatan Medik

Ambulans Transpor minimal mempunyai peralatan brankar, oksigen, emergency kit, obat-
obatan, dan alat komunikasi. Dan detail peralatan dapat dilihat dilampiran table 3.1.a

3.1.2 Kendaraan Ambulans

Kendaraan Ambulans Transport dapat berupa kendaraan jenis apa saja. Jenis Kendaraan
yang difungsikan sebagai Ambulans dapat menyesuaikan kondisi daerah. Dan dalam
kondisi bencana dapat menggunakan Bus atau Kereta Api.

Proses pembuatan ambulans terdiri dari 2 (dua) proses, antara lain:

a) Mobil

Basic kendaraan hanya bisa dibeli sesuai type yg di jual di wilayah Indonesia dan
harus dimodifikasi di Karoseri yg ada di wilayah Indonesia, sedangkan pembelian
ambulans secara utuh (built in) dapat terjadi jika mendapat hibah secara utuh dari
negara lain atau Goverment to Goverment.

 Jenis Mobil yang digunakan dapat berupa Jenis 4x2 maupun Jenis 4x4 dengan
pilihan single cabin agar dapat mudah di modifikasi.

 Jenis bahan bakar ambulans harus memiliki dua alternative bahan bakar dalam
satu kendaraan a.l: bensin, solar, gas, dll.

 Mobil harus memiliki jaminan (garansi) sesuai dengan jenis kendaraan a.l:

 Jaminan usia kendaraan; minimal 10 tahun.

 Jaminan warna cat; minimal 5 tahun.

 Jaminan peralatan listrik; minimal 5 tahun.

 Proses pembelian mobil ambulans pada K/L/D/I dan menggunakan


APBN/APBD maka dapat menggunakan referensi e-catalog yang dikeluarkan
oleh Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP).

b) Pembuatan bentuk atau karoseri

Semua bentuk dan design ambulans akan dibuat sesuai kebutuhan dan peralatan
kesehatan dalam ambulans yang ada, agar efisien dan sesuai peruntukannya

Pembuatan bentuk atau karoseri terdiri dari pekerjaan interior maupun eksterior dengan
rincian pekerjaan sbb:
a) Interior
 Pekerjaan lemari/kompartemen tempat obat atau alat kesehatan
penunjang ambulans

Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan, Ditjen. BUK, KEMKES-RI 6
PEDOMAN TEKNIS AMBULANS

 Pekerjaan landasan stretcher.


 Pekerjaan tempat duduk untuk para medik dan keluarga pasien
 Pemasangan Stretcher multi fungsi
 Pekerjaan Instalasi gas medis.
 Pekerjaan Sistem Komunikasi Ambulans.
 Pemasangan amply sirine & saklar light bar
 Pekerjaan lampu sorot interior
 Pekerjaan electrical system.
 Pekerjaan pengelolaan sampah medik

b) Eksterior

 Karoseri bentuk/body apabila basic unit kendaraan type chassis atau pick
up
 Pekerjaan identitas ambulans
 Pekerjaan pemasangan Lampu LED Flash/Blitz Light Bar, Speaker Sirine,
Lampu Hazard.

Ambulans Transport mempunyai rincian spesifikasi teknis sebagai berikut:


a) Interior
 Interior ambulans harus dari bahan non porosif dan mudah dibersihkan.
 Lemari/kompartemen tempat obat atau alat kesehatan penunjang
ambulans harus dapat memuat obat dan alat kesehatan yang diperlukan;
untuk ambulans transport lebih kecil dari ambulans gawat darurat.
 Landasan stretcher yang dilengkapi dengan laci untuk menyimpan
peralatan medis (Long Spine Board / Scoop Stretcher) cover base stretcher
dilapisi vinyl dan kuncian berbahan stainless.
 Tabung gas medis harus diberi pengaman atau indikator untuk menjaga
kestabilan waktu ambulans sedang berjalan.
 Pemasangan dan penggunaan amply sirine & saklar light bar harus
mengikuti peraturan terkait yang berlaku.
 Sistem komunikasi ambulans harus terintegrasi dengan fasilitas pelayanan
kesehatan dan penyelengara pelayanan ambulans dan ditunjang dengan
teknologi tepat guna. Sistem komunikasi harus dua arah. Pemakaian
frekuensi yang digunakan akan diatur pada peraturan perundang-
undangan yang lain.
 Sistem kelistrikan harus dapat digunakan oleh peralatan medis yang
dipakai, sumber listrik (UPS) harus terpisah antara yang dipakai oleh
kendaraan dan yang dipakai oleh peralatan medis.
 Detail spesifikasi teknis interior ambulans transport dapat dilihat di lampiran
tabel 3.1.b
b) Eksterior
 Kendaraan harus mampu menampung peralatan medis yang diperlukan.
 Warna ambulans putih dan penulisan nama ambulans mengikuti
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
882/Menkes/SK/X/2009 tentang Pedoman Penanganan Evakuasi Medik.
 Pekerjaan pemasangan Lampu LED Flash/Blitz Light Bar warna merah
lengkap dengan Speaker (warna disesuaikan, berdasarkan Undang-

Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan, Ditjen. BUK, KEMKES-RI 7
PEDOMAN TEKNIS AMBULANS

Undang Lalu Lintas No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Umum)
 Suara Sirene mengacu pada standar suara sirene “TWO TONE” (High
Low).
 Detail spesifikasi teknis eksterior ambulans transport dapat dilihat di
lampiran tabel 3.1.c

3.2 SPESIFIKASI TEKNIS AMBULANS GAWAT DARURAT / MEDICAL


EMERGENCY

Ambulans Gawat Darurat / medical emergency merupakan salah satu kendaraan yang
digunakan untuk mengantar pasien dengan peralatan medis khusus dan melakukan
tindakan pertolongan bantuan hidup/ life savety/ life support.

3.2.1 Peralatan Medik

Ambulans Gawat Darurat merupakan salah satu Ambulans yang dilengkapi dengan
peralatan yang bisa menangani gangguan Airway, Breathing, Circulation, Disability dan
Eksposure. Peralatan yang tersedia di Ambulans Gawat Darurat terdiri dari Peralatan
pada Ambulans Transport ditambah minimal peralatan komplet otomatis/manual untuk
resusiatasi, Diagnostic monitor, Defibrilator, tool kit untuk minor surgery, dan Patient
Monitor.

Semua peralatan medic harus dapat terkoneksi sambungan AC/DC dan memiliki back up
battery.

Mengenahi detail peralatan dapat dilihat di table 3.2.a

III.2.2 Kendaraan Ambulans

Kendaraan Ambulans Gawat Darurat dapat berupa kendaraan jenis apa saja. Jenis
Kendaraan yang difungsikan sebagai Ambulans dapat menyesuaikan kondisi daerah. Dan
dalam kondisi bencana dapat menggunakan Bus atau Kereta Api.

Proses pembuatan ambulans terdiri dari 2 (dua) proses, antara lain:

a) Mobil

Basic kendaraan hanya bisa dibeli sesuai type yg di jual di wilayah Indonesia dan
harus dimodifikasi di Karoseri yg ada di wilayah Indonesia, sedangkan pembelian
ambulans secara utuh (built in) dapat terjadi jika mendapat hibah secara utuh dari
negara lain atau Goverment to Goverment.

 Jenis Mobil yang digunakan dapat berupa Jenis 4x2 maupun Jenis 4x4 dengan
pilihan single cabin agar dapat mudah di modifikasi.

 Jenis bahan bakar ambulans harus memiliki dua alternative bahan bakar dalam
satu kendaraan a.l: bensin, solar, gas, dll.

 Mobil harus memiliki jaminan (garansi) sesuai dengan jenis kendaraan a.l:

 Jaminan usia kendaraan; minimal 10 tahun.

 Jaminan warna cat; minimal 5 tahun.

 Jaminan peralatan listrik; minimal 5 tahun.

Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan, Ditjen. BUK, KEMKES-RI 8
PEDOMAN TEKNIS AMBULANS

 Proses pembelian mobil ambulans pada K/L/D/I dan menggunakan


APBN/APBD maka dapat menggunakan referensi e-catalog yang dikeluarkan
oleh LKPP.

b) Pembuatan bentuk atau karoseri

Semua bentuk dan design ambulans akan dibuat sesuai kebutuhan dan peralatan
kesehatan dalam ambulans yang ada, agar efisien dan sesuai peruntukannya

Pembuatan bentuk atau karoseri terdiri dari pekerjaan interior maupun eksterior dengan
rincian pekerjaan sbb:

a) Interior

 Pekerjaan lemari/kompartemen tempat obat atau alat kesehatan penunjang


ambulans
 Pekerjaan landasan stretcher.
 Pekerjaan tempat duduk untuk para medik dan keluarga pasien
 Pemasangan Stretcher multi fungsi
 Pekerjaan Instalasi gas medis.
 Pekerjaan Sistem Komunikasi Ambulans.
 Pemasangan amply sirine & saklar light bar
 Pekerjaan lampu sorot interior
 Pekerjaan electrical system.
 Pekerjaan pengelolaan sampah medik

b) Eksterior

 Karoseri bentuk/body apabila basic unit kendaraan type chassis atau pick
up
 Pekerjaan identitas ambulans
 Pekerjaan pemasangan Lampu LED Flash/Blitz Light Bar, Speaker Sirine,
Lampu Hazard.

Ambulans Gawat Darurat mempunyai rincian spesifikasi teknis sebagai berikut:


a) Interior
 Interior ambulans harus dari bahan non porosif dan mudah dibersihkan.
 Lemari/kompartemen tempat obat atau alat kesehatan penunjang
ambulans harus dapat memuat obat dan alat kesehatan yang diperlukan.
 Landasan stretcher yang dilengkapi dengan laci untuk menyimpan
peralatan medis (Long Spine Board / Scoop Stretcher) cover base stretcher
dilapisi vinyl dan kuncian berbahan stainless.
 Tabung gas medis harus diberi pengaman untuk menjaga kestabilan waktu
ambulans.
 Pemasangan dan penggunaan amply sirine & saklar light bar harus
mengikuti peraturan terkait yang berlaku.
 Sistem komunikasi ambulans harus terintegrasi dengan fasilitas pelayanan
kesehatan dan penyelengara pelayanan ambulans dan ditunjang dengan
teknologi tepat guna. Pemakaian frekuensi yang digunakan akan diatur
pada peraturan perundang-undangan yang lain.

Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan, Ditjen. BUK, KEMKES-RI 9
PEDOMAN TEKNIS AMBULANS

 Sistem kelistrikan harus dapat digunakan oleh peralatan medis yang


dipakai, sumber listrik (UPS) harus terpisah antara yang dipakai oleh
kendaraan dan yang dipakai oleh peralatan medis.
 Detail spesifikasi teknis interior ambulans gawat darurat dapat dilihat di
lampiran tabel 3.2.b
b) Eksterior
 Kendaraan harus mampu menampung peralatan medis yang diperlukan.
 Warna ambulans putih dan penulisan nama ambulans mengikuti
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
882/Menkes/SK/X/2009 tentang Pedoman Penanganan Evakuasi Medik.
 Dilengkapi dengan tanda cross of life sebagai tanda bahwa pada ambulans
tersebut terdapat penanganan bantuan hidup/ life support/ life savety
 Pekerjaan pemasangan Lampu LED Flash/Blitz Light Bar warna merah
lengkap dengan Speaker (warna disesuaikan, berdasarkan Undang-
Undang Lalu Lintas No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Umum)
 Suara Sirene mengacu pada standar suara sirene “TWO TONE” (High
Low).
 Detail spesifikasi teknis eksterior ambulans transport dapat dilihat di
lampiran tabel 3.2.c

3.3 SPESIFIKASI TEKNIS KERETA JENAZAH

Kereta jenazah adalah kendaraan yang digunakan untuk mengangkut jenazah

III.3.1 Kendaraan

Kereta Jenazah dapat berupa kendaraan jenis apa saja. Jenis Kendaraan yang
difungsikan sebagai kereta jenazah dapat menyesuaikan kondisi daerah. Dan dalam
kondisi bencana dapat menggunakan Bus atau Kereta Api.

Proses pembuatan ambulans terdiri dari 2 (dua) proses, antara lain:

a) Mobil

Basic kendaraan hanya bisa dibeli sesuai type yg di jual di wilayah Indonesia dan
harus dimodifikasi di Karoseri yg ada di wilayah Indonesia, sedangkan pembelian
ambulans secara utuh (built in) dapat terjadi jika mendapat hibah secara utuh dari
negara lain atau Goverment to Goverment.

 Jenis Mobil yang digunakan dapat berupa Jenis 4x2 maupun Jenis 4x4 dengan
pilihan single cabin agar dapat mudah di modifikasi.

 Jenis bahan bakar ambulans harus memiliki dua alternative bahan bakar dalam
satu kendaraan a.l: bensin, solar, gas, dll.

 Mobil harus memiliki jaminan (garansi) sesuai dengan jenis kendaraan a.l:

 Jaminan usia kendaraan; minimal 10 tahun.

 Jaminan warna cat; minimal 5 tahun.

 Jaminan peralatan listrik; minimal 5 tahun.

Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan, Ditjen. BUK, KEMKES-RI 10
PEDOMAN TEKNIS AMBULANS

 Proses pembelian mobil ambulans pada K/L/D/I dan menggunakan


APBN/APBD maka dapat menggunakan referensi e-catalog yang dikeluarkan
oleh Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP).

Pembuatan bentuk atau karoseri

Pembuatan bentuk atau karoseri terdiri dari pekerjaan interior maupun eksterior dengan
rincian pekerjaan sbb:

a) Interior

 Pekerjaan landasan stretcher.


 Pekerjaan tempat duduk untuk para medik dan keluarga pasien
 Pemasangan amply sirine & saklar light bar
 Pekerjaan electrical system.
 Pekerjaan pengelolaan sampah medik

b) Eksterior

 Karoseri bentuk/body apabila basic unit kendaraan type chassis atau pick
up
 Pekerjaan identitas ambulans
 Pekerjaan pemasangan Lampu LED Flash/Blitz Light Bar, Lampu Hazard.
 Pekerjaan Suara Sirene

Kereta Jenazah mempunyai rincian spesifikasi teknis sebagai berikut:


a) Interior
 Interior ambulans harus dari bahan non porosif dan mudah dibersihkan.
 Kereta jenazah harus dilengkapi kantong jenazah (body bag) dengan
spesifikasi khusus untuk jenazah yang infeksius.
 Untuk kereta jenazah untuk pelayanan jenazah infeksius harus ditambah
penutup antara kabin belakang dan kabin depan.
 Pemasangan dan penggunaan amply sirine & saklar light bar harus
mengikuti peraturan terkait yang berlaku.
 Detail spesifikasi teknis interior ambulans gawat darurat dapat dilihat di
lampiran tabel 3.3.a
b) Eksterior
 Warna ambulans hitam dan penulisan nama kereta jenazah mengikuti
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
882/Menkes/SK/X/2009 tentang Pedoman Penanganan Evakuasi Medik.
 Pekerjaan pemasangan Lampu LED Flash/Blitz Light Bar dan Lampu
Hazard di sekeliling body warna merah lengkap dengan Speaker (warna
disesuaikan, berdasarkan Undang-Undang Lalu Lintas No. 22 Tahun 2009
tentang Lalu Lintas dan Angkutan Umum)
 Suara Sirene mengacu pada standar suara sirene “TWO TONE” (High
Low).
 Detail spesifikasi teknis eksterior kereta jenazah dapat dilihat di lampiran
tabel 3.3.b

Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan, Ditjen. BUK, KEMKES-RI 11
PEDOMAN TEKNIS AMBULANS

BAB IV
PENUTUP
Pedoman persyaratan teknis ambulans ini diharapkan dapat dijadikan rujukan oleh
pengelola fasilitas pelayanan ambulans dalam merencanakan, mengadakan,
mengoperasikan, dan memelihara ambulans. Pesyaratan-persyaratan yang lebih spesifik
dan atau bersifat alternatif serta penyesuaian ”Persyaratan Teknis Ambulans” oleh
masing-masing daerah disesuaiakan dengan kondisi dan kesiapan kelembagaan di
daerah.

Persyaratan yang lebih spesifik dan bersifat alternatif serta penyesuaian dari pedoman
Persyaratan Teknis Ambulans ini oleh masing-masing daerah dapat disesuaikan dengan
kesiapan daerah.

Sebagai pedoman/petunjuk pelengkap, dapat digunakan Standar Nasional Indonesia


(SNI) terkait lainnya

Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan, Ditjen. BUK, KEMKES-RI 12
PEDOMAN TEKNIS AMBULANS

BAB V
LAMPIRAN

5.1 TABEL SPESIFIKASI TEKNIS


Tabel 3.1.a
Peralatan medis pada ambulans transport

Jenis Alat Nama Alat Spesifikasi teknis

melakukan tindakan
pertolongan basic life
 Tensimeter / Wall  lebih spesifik
a. Umum Aneroid (tensimeter lapangan
Pemeriksaan
Sphygmomanometers menggunakan jarum)
 Stetoskop  (satu stetoskop dewasa
dan anak)

 Reflex hammer 

 Senter  minimal dengan


pencahayaan halogen
 Pemeriksaan gula darah 
dengan stick
 Termometer digital

 Neck Collar  Ukuran bayi sampai


b. Airway set dewasa
 Orophrengael Airway set  Ukuran bayi sampai
dewasa
 Endotracheal Tube  Ukuran bayi sampai
Airway set dewasa
 Forcep Magill  Bahan stainless steel

 Tongue Spatel  Bahan stainless steel

 Nasoparingeal Airway  Ukuran bayi sampai


dewasa
 Mouth gauge 

 Laryngoscope set bayi  terdiri dari handle dan


blade berbagai ukuran
 Laryngoscope set  terdiri dari handle dan
dewasa blade berbagai ukuran
 Canule Suction  Ukuran bayi sampai
dewasa, bahan soft
 Laringeal Mask Airway  Ukuran anak- dewasa

Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan, Ditjen. BUK, KEMKES-RI 13
PEDOMAN TEKNIS AMBULANS

 Stylet/mandrain  Ukuran bayi-dewasa

 Suction Electric/manual 

 Bag Valve Mask +  Ukaran bayi-dewasa


c. Breating set reservoir  bahan silicone
 CPR Mask  Ukuran dewasa

 Canule bag  Ukaran bayi-dewasa

 Nasal Canule  Ukaran bayi-dewasa

 Simple Mask  Ukaran bayi-dewasa

 Rebreathing Mask  Ukaran bayi-dewasa

 Non Rebreathing Mask  Ukaran bayi-dewasa

 Tabung oksigen portable  Minimal 2 tabung


ukuran 0.2 m3, bahan
aluminium, lengkap
dengan regulator
 Infus set
d. Circulation set
 IV kateter Ukuran 14, 16, 18, 20,
22
 Cairan infus

 Folley Kateter + urine


bag
 Alat bandaging set

 Spuit

 Long Spine Board Minimal dilengkapi


e. Alat Stabilisasi dengan 3 buah webbing
dan Ekstrikasi
pengikat dengan buckle,
Set
X-Ray Translucent
 Scoope Stretcher

 Extrication device Soft case

 Head Immobilizer

 Wound toilet set Terdiri atas gunting, perban,


elastic perban, mitela, kasa
steril, balut cepat, plester
 Spalk 3 ukuran : 25, 50 dan 100
cm
 Safety belt

 Stretcher/ Brankard  Roll in Cot / chair in cot


f. Transport Ambulansce
Evakuasi
 Dilengkapi matras dan

Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan, Ditjen. BUK, KEMKES-RI 14
PEDOMAN TEKNIS AMBULANS

safety belt
 otomatis
 Kunci Inggris 
g. Lain-lain
 APD  Handscoen
 Masker
 Apron
 Cairan Disinfektan
 Google
 Rescue Tool  Jas Hujan
 Payung
 Senter Rescue
 Helm Rescue
 Sepatu Boot
 Urinal dan pispot 

 Obstetic Set  Partus Set


 Penghisap lender bayi
 Sarung tangan
 Handuk
 Laken

Perlengkapan Obat-
Obat

Tabel 3.1.b
Interior ambulans transport

Interior Keterangan

Lantai :  Bahan lantai dari non porosif, anti bakteri dan


mudah dibersihkan.

 Penutup mesin yang terdapat di ruang


pasien dilapisin bahan non porosif, anti
bakteri dan mudah dibersihkan.

Langit-langit : Plafon standar karoseri, bahan dari non porosif,


anti bakteri dan mudah dibersihkan.
 Penempatan pada sisi kanan kabin pasien.
Lemari Peralatan dan Obat :  Ukuran disesuaikan dengan media interior
kendaraan
 Berbahan non porosif dan mudah
dibersihkan.
 Minimal playwood tebal 15mm dan dilapis
dengan acrylic
 pintu sliding berbahan mika
 dapat menampung oksigen central,
peralatan pendukung dan obat-obatan
 Digunakan untuk meletakkan
Landasan Strecher (Base : /mendudukkan stretcher di dalam ambulans
Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan, Ditjen. BUK, KEMKES-RI 15
PEDOMAN TEKNIS AMBULANS

Strecher)  Reel & Stopper dari Stainless Steel


 Cover base dilapisi Vinyl dan penutup
Stainless Steel lengkap dengan pengunci
stretcher
 Terdapat ruang untuk penyimpanan Long
Spinal Board atau Scoop Stretcher
 Bahan jok disesuaikan dengan karoseri
Tempat Duduk Depan :  Dilengkapi dengan seatbelt untuk
penumpang depan 2 buah

Tempat duduk multifungsi untuk :  Disediakan tempat duduk multifungsi untuk


petugas/pendamping. petugas/pendamping di sebelah pasien
(stretcher), ukuran menyesuaikan, model box
dapat dibuka/ditutup dengan mudah dan
terdapat ruang yang dapat digunakan untuk
penyimpanan alat-alat.

 Bahan lentur, mudah dibersihkan, anti


kuman, dan nyaman (minimal plywood
dengan busa dan dilapisi bahan kulit sintetis)
 Bahan jok disesuaikan dengan karoseri
Tempat Duduk Belakang (Putar) :  Minimal berjumlah 1 buah (khusus untuk
petugas)

Sistem Gas Medik


 Tabung oksigen sebanyak minimal 1 tabung
Oxygen Portable : dengan kapasitas/volume minimal 0.5 m3
 Regulator Oksigen dilengkapi dengan
Flowmeter yang dapat diatur :0 - 15lpm
 Tabung oksigen harus diberikan pengikat
agar tidak jatuh apabila kendaraan sedang
berjalan.
 Silinder/tabung oksigen disarankan
berbahan aluminium
 Tabung oksigen minimal sebanyak 2
Oxygen Central : tabung, dengan kapasitas/volume minimal 1
m3
 Terdapat minimal Regulator High pressure
2 bh
 Dapat dioperasikan dengan valve On/Off
secara manual dan dianjurkan terdapat
alarm/indikator saat Oksigen akan habis.
 Selang oksigen tekanan tinggi dengan
konektor sistem press sebanyak 1 set
 Flowmeter dan humidifier sebanyak 1 set,
dipasang pada wall outlet, dilengkapi
dengan tulisan OXYGEN.
 Penyimpanan tabung oksigen terletak
dalam lemari yang dilengkapi dengan pintu
dan diikat dengan sabuk agar tidak

Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan, Ditjen. BUK, KEMKES-RI 16
PEDOMAN TEKNIS AMBULANS

bergerak saat kendaraan berjalan

Sistem Pengelolaan Limbah

Tempat Sampah Medis  Sesuai Permenkes No.1204 Tahun 2004,


mengenai wadah dan pewarnaannya

Sistem Kelistrikan
 Kapasitas minimum 1000 VA (sinus wave)
Inverter :  Dilengkapi Overload Alarm (Alarm berbunyi
saat kelebihan beban)
 Battery Lowshutdown (Battery Lemah
Otomatis Non Aktif)
 Satu jenis suara high-low “TWO TONE”
Amplifier Sirene :  Kompresi level suara : ≥ 40 - 200 dBA
(setara 200 – 10.000 Hz)
 Terdapat Mic
Disediakan lampu penerangan pada plafon
Lampu Penerangan :  Lampu plafon : TL/LED dengan output min
200 Lux
 Lampu Halogen : 2 bh dengan masing-
masing outputnya min 500 Lux atau 50 W
Lampu Halogen dipasang pada plafond dan
dapat digeser-geser sesuai kebutuhan.

Lampu Sorot : Model Spotlight dipasang pada kabin pasien


bagian belakang dan bisa berputar

UPS : Sesuai dengan kebutuhan ambulans transport

Sistem Informasi dan komunikasi


 Frekuensi yang dipakai sesuai peraturan
Sistem Komunikasi : perundangan yang berlaku.
 Terkoneksi dengan SPGDT
 Sesuai dengan system komunikasi yang
Outlet Antenna Coax dipakai.
 Ada komunikasi interkom antara kabin
Intercom depan dan belakang (untuk ambulans
pasien air borne infeksi)
 Minimal dapat menampilkan keberadaan
GPS ambulans pada suatu daerah.

Sistem Tata Udara

AC (Air Conditioner) : Minimal Double Blower

Perlengkapan pendukung
 Berukuran 1 kg
Alat Pemadam Kebakaran :  Jenis Alat Pemadam Api Ringan Water Mist
Berbahan Foam
 Ditempelkan pada lemari obat bagian
belakang dekat pintu belakang kendaraan

Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan, Ditjen. BUK, KEMKES-RI 17
PEDOMAN TEKNIS AMBULANS

 Disediakan gantungan infus di atas pasien


Gantungan Infus : tepat dipasang di plafon, gantungan tersebut
dapat digeser-geser disesuaikan dengan
kebutuhan
 Dilengkapi dengan strap/pengikat
 Terbuat dari bahan stainless Steel
 Berjarak minimal 90 cm dari strecher

Tabel 3.1.c
Exterior ambulans transport

 Jenis 4 x 2

Spesifikasi Kendaraan Keterangan

Model : Minibus Modifikasi Ambulans (dapat


menampung peralatan)

Dimensi (lebar, panjang, tinggi) : Dapat menampung peralatan dan


memungkinkan petugas kesehatan melakukan
tindakan

Landasan : Sertifikat Uji type landasan untuk mobil


penumpang (basic kendaraan chassis atau pick
up).

Instansi yang mengeluarkan pengesahan Uji


Type Landasan kendaraan dan Emisi adalah
Kementerian Perhubungan Dirjen Perhubungan
Darat.

warna : Putih (mengikuti permenkes No.882/2009)

System Kemudi : Power steering (original Bawaan Chasis)

untuk ukuran ambulans Medium sebaiknya


dipasang Stabilizer (Optional) untuk
mengimbangi stabilitas dan optimal saat
kendaraan dioprasionalkan.

Pintu Belakang :  Model Hatchback

 Tersedia Bumper Guard terbuat dari


stainless steel berguna untuk pelindung
benturan apabila stretcher dimasukkan ke
dalam ambulans, ukuran disesuaikan

Logo dan Tulisan : Mengikuti permenkes No.882/2009 tentang


Pedoman Penanganan Evakuasi Medik, bahan
cutting stiker type reflektif

Lain-Lain (Assesoris) Keterangan

Kaca : Tempered min 3mm

Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan, Ditjen. BUK, KEMKES-RI 18
PEDOMAN TEKNIS AMBULANS

Kaca Film kabin pasien : Gelap ( 80 % )

Kaca depan dan samping kiri : Transparan


kanan pengemudi

Parking sensor dan/atau spion : Spion kendaran original bawaan cabin asli,
belakang Parking sensor bisa Optional.

Kabin depan dan kabin belakang : kabin depan dan kabin belakang dipisahkan
terutama untuk ambulans pasien infeksi
 Lampu Rotary/Blitz Light Bar Oval (warna
Light Bar : merah)
 Termasuk Speaker
 Mengikuti UU Nomor 22 Tahun 2009 tentang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
 Dipasang di sekeliling body mobil
Lampu Bantu Hazard :  Mengikuti UU Nomor 22 Tahun 2009 tentang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

Lampu tembak : Dapat menjangkau sudut-sudut sulit dalm


ambulans
 Tool kit
perlengkapan kendaraan  Dongkrak
 Ban cadangan

 Jenis 4 x 4

Spesifikasi Kendaraan Keterangan

Model : Minibus Modifikasi Ambulans (dapat


menampung peralatan)

Dimensi (lebar, panjang, tinggi) : Dapat menampung peralatan dan


memungkinkan petugas kesehatan melakukan
tindakan

Landasan : Dilakukan Uji Landasan.

Instansi yang mengeluarkan pengesahan Uji


Type Landasan kendaraan dan Emisi adalah
Kementerian Perhubungan Dirjen Perhubungan
Darat.

warna : Putih (mengikuti permenkes No.882/2009)

Pintu Belakang :  Model Hatchback/kupu-kupu

 Tersedia Bumper Guard terbuat dari


stainless steel berguna untuk pelindung
benturan apabila stretcher dimasukkan ke
dalam ambulans, ukuran disesuaikan

Roda : Off Road velg Minimal 15” Alloy Wheel

Ban :  Standar ban radial tubeless

Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan, Ditjen. BUK, KEMKES-RI 19
PEDOMAN TEKNIS AMBULANS

 Handal di segala medan

Logo dan Tulisan : Mengikuti permenkes No.882/2009 tentang


Pedoman Penanganan Evakuasi Medik, bahan
cutting stiker type reflektif

Lain-Lain (Assesoris) Keterangan

System Kemudi : Power steering (original Bawaan Pabrik)

Kaca : Tempered min 3mm

Kaca Film kabin pasien : Gelap ( 80 % )

Kaca depan dan samping kiri : Transparan


kanan pengemudi

Parking sensor dan/atau spion : Spion kendaran original bawaan cabin asli,
belakang Parking sensor bisa Optional.

Kabin depan dan kabin belakang : kabin depan dan kabin belakang dipisahkan
terutama untuk ambulans pasien infeksi
 Lampu Rotary/Blitz Light Bar Oval (warna
Light Bar : merah)
 Termasuk Speaker
 Mengikuti UU Nomor 22 Tahun 2009 tentang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
 Dipasang disekeliling body mobil
Lampu Bantu Hazard  Mengikuti UU Nomor 22 Tahun 2009 tentang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

Lampu tembak : Dapat menjangkau sudut-sudut sulit dalam


ambulans

Sling/winch : Bawaan Pabrik


 Tool kit
Perlengkapan kendaraan  Dongkrak
 Ban cadangan

Tabel 3.2.a
Peralatan medis pada ambulans gawat darurat

Jenis Alat Nama Alat Spesifikasi teknis

Dapat melakukan
tindakan pertolongan
basic life
 Tensimeter / Wall  lebih spesifik
a. Umum Aneroid (tensimeter
/Pemeriksaan
Sphygmomanometer lapangan
menggunakan
jarum)

Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan, Ditjen. BUK, KEMKES-RI 20
PEDOMAN TEKNIS AMBULANS

 Stetoskop  (satu stetoskop


dewasa dan anak)

 Reflex hammer 

 Senter  minimal dengan


pencahayaan
halogen
 Pemeriksaan gula 
darah dengan stick
 Termometer digital

 Neck Collar  Ukuran bayi sampai


b. Airway set dewasa
 Orophrengael Airway  Ukuran bayi sampai
set dewasa
 Endotracheal Tube  Ukuran bayi sampai
Airway set dewasa
 Forcep Magill  Bahan stainless
steel
 Tongue Spatel  Bahan stainless
steel
 Nasoparingeal Airway  Ukuran bayi sampai
dewasa
 Mouth gauge 

 Laryngoscope set  terdiri dari handle


bayi dan blade berbagai
ukuran
 Laryngoscope set  terdiri dari handle
dewasa dan blade berbagai
ukuran
 Canule Suction  Ukuran bayi sampai
dewasa, bahan soft
 Laringeal Mask  Ukuran anak-
Airway dewasa
 Stillet/mandrain  Ukuran bayi-
dewasa
 Suction 
Electric/manual
 Bag Valve Mask +  Ukaran bayi-
c. Breating set reservoir dewasa
 CPR Mask  Ukuran dewasa

 Canule bag  Ukaran bayi-


dewasa
 Nasal Canule  Ukaran bayi-
dewasa
 Oxygen Mask with  Ukaran bayi-

Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan, Ditjen. BUK, KEMKES-RI 21
PEDOMAN TEKNIS AMBULANS

tubing dewasa
 Rebreathing Mask  Ukaran bayi-
dewasa
 Non Rebreathing  Ukaran bayi-
Mask dewasa
 Tabung oksigen  Minimal 2 tabung
portable ukuran 0.2 m3,
bahan aluminium,
dilengkapi regulator.
 Ventilator  Minimal terdapat
mobile/portable PEEP/CPAP
 Patient Monitor  Minimal parameter :
ECG, SpO2, NIBP
 Pulse Oxymetri  Minimal model
FingerTip
 Infus set
d. Circulation set
 IV kateter Ukuran 14, 16, 18,
20, 22
 Cairan infus

 Folley Kateter + urine


bag
 Alat bandaging set

 Spuit

 Defibrilator AED

 Long Spine Board Minimal dilengkapi


e. Alat Stabilisasi dan dengan 3 buah
Ekstrikasi Set
webbing pengikat
dengan buckle, X-
Ray Translucent
 Scoope Stretcher

 Extrication device Soft case

 Head Immobilizer

 Wound toilet set Terdiri atas gunting,


perban, elastic perban,
mitela, kasa steril, balut
cepat, plester
 Spalk 3 ukuran : 25, 50 dan
100 cm
 Safety belt

 Stretcher/ Brankard  Roll in Cot/ chair in


f. Transport Ambulan cot Ambulansce
Evakuasi
 Dilengkapi matras

Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan, Ditjen. BUK, KEMKES-RI 22
PEDOMAN TEKNIS AMBULANS

dan safety belt


 otomatis
 Baby Incubator  Kontrol suhu ± 27
: Transport Portable s/d 38ºC
 Dilengkapi alarm
 Dilengkapi UPS
 Disesuaikan
Folding Trolley
 Sumber Listrik
berasal dari AC/DC
 Kunci Inggris 
g. Lain-lain
 APD  Handscoen
 Masker
 Apron
 Cairan Disinfektan
 Google
 Rescue Tool  Jas Hujan
 Payung
 Senter Rescue
 Helm Rescue
 Sepatu Boot
 Urinal dan pispot 

 Obstetric Set  Partus Set


 Penghisap lender
Bayi
 Sarung Tangan
 Handuk
 Laken
 Obat bantuan hidup/
Perlengkapan Obat- life support/ life
Obat
savety
 Tergantung dari jenis
Peralatan Khusus pelayanan yang
untuk ambulans
dilakukan
gawat darurat
khusus

Tabel 3.2.b
Interior ambulans gawat darurat

Interior Keterangan

Lantai : Bahan lantai dari non porosif, anti bakteri dan


mudah dibersihkan.

Penutup mesin yang terdapat di ruang pasien


dilapisin bahan non porosif, anti bakteri dan
mudah dibersihkan.

Langit-langit : Plafon standar karoseri, bahan dari non porosif,

Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan, Ditjen. BUK, KEMKES-RI 23
PEDOMAN TEKNIS AMBULANS

anti bakteri dan mudah dibersihkan.


 Penempatan pada sisi kanan kabin pasien.
Lemari Peralatan dan Obat :  Ukuran disesuaikan dengan media interior
kendaraan
 Berbahan non porosif dan mudah
dibersihkan.
 Minimal playwood tebal 15mm dan dilapis
dengan acrylic
 pintu sliding berbahan mika
 dapat menampung oksigen central,
peralatan pendukung dan obat-obatan
 Digunakan untuk meletakkan
Landasan Strecher (Base : /mendudukkan stretcher di dalam ambulans
Strecher)
 Reel & Stopper dari Stainless Steel
 Cover base dilapisi Vinyl dan penutup
Stainless Steel lengkap dengan pengunci
stretcher
 Terdapat ruang untuk penyimpanan Long
Spinal Board atau Scoop Stretcher
 Khusus Untuk kelas mesin 1500 cc (system
pemasangan incubator portable dan
stretcher tidak bersamaan) maka base
stretcher harus dilengkapi dengan “kunci”
trolley incubator.
 Bahan jok disesuaikan dengan karoseri
Tempat Duduk Depan :  Dilengkapi dengan seatbelt untuk
penumpang depan 2 buah

Tempat duduk multifungsi untuk : Disediakan tempat duduk multifungsi untuk


petugas/pendamping. petugas/pendamping di sebelah pasien
(stretcher), ukuran menyesuaikan, model box
dapat dibuka/ditutup dengan mudah dan
terdapat ruang yang dapat digunakan untuk
penyimpanan alat-alat.

Bahan lentur, mudah dibersihkan, anti kuman,


dan nyaman (minimal plywood dengan busa dan
dilapisi bahan kulit sintetis)
 Bahan jok disesuaikan dengan karoseri
Tempat Duduk Belakang (Putar) :  Minimal berjumlah 1 buah (khusus untuk
petugas)

Sistem Gas Medik


 Tabung oksigen sebanyak minimal 1 tabung
Oxygen Portable : dengan kapasitas/volume minimal 0.5 m3
 Regulator Oksigen dilengkapi dengan
Flowmeter yang dapat diatur :0 – 15lpm
 Tabung oksigen harus diberikan pengikat
agar tidak jatuh apabila kendaraan sedang
berjalan.

Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan, Ditjen. BUK, KEMKES-RI 24
PEDOMAN TEKNIS AMBULANS

 Silinder/tabung oksigen disarankan


berbahan aluminium
 Tabung oksigen minimal sebanyak 2
Oxygen Central : tabung, dengan kapasitas/volume minimal 1
m3
 Terdapat minimal Regulator High pressure
2 bh
 Dapat dioperasikan dengan valve On/Off
secara manual dan dianjurkan terdapat
alarm/25ntercom25 saat Oksigen akan
habis.
 Selang oksigen tekanan tinggi dengan
konektor 25nterc press sebanyak 1 set
 Flowmeter dan humidifier sebanyak 1 set,
dipasang pada wall outlet, dilengkapi
dengan tulisan OXYGEN.
 Penyimpanan tabung oksigen terletak
dalam lemari yang dilengkapi dengan pintu
dan diikat dengan sabuk agar tidak
bergerak saat kendaraan berjalan

Sistem Pengelolaan Limbah

Tempat Sampah Medis  Sesuai Permenkes No.1204 Tahun 2004,


mengenai wadah dan pewarnaannya

Sistem Kelistrikan
 Kapasitas minimum 1000 VA (sinus wave)
Inverter :  Dilengkapi Overload Alarm (Alarm berbunyi
saat kelebihan beban)
 Battery Lowshutdown (Battery Lemah
Otomatis Non Aktif)
 Satu jenis suara high-low “TWO TONE”
Amplifier Sirene :  Kompresi level suara : ≥ 40 – 200 dBA
(setara 200 – 10.000 Hz)
 Terdapat Mic
Disediakan lampu penerangan pada plafon
Lampu Penerangan :  Lampu plafon : TL/LED dengan output min
200 Lux
 Lampu Halogen : 2 bh dengan masing-
masing outputnya min 500 Lux atau 50 W
Lampu Halogen dipasang pada plafond dan
dapat digeser-geser sesuai kebutuhan.

Lampu Sorot : Model Spotlight dipasang pada kabin pasien


bagian belakang dan bisa berputar

UPS : Sesuai dengan kebutuhan ambulans transport

Sistem Informasi dan komunikasi


 Frekuensi yang dipakai sesuai peraturan
Sistem Komunikasi :
Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan, Ditjen. BUK, KEMKES-RI 25
PEDOMAN TEKNIS AMBULANS

perundangan yang berlaku.


 Terkoneksi dengan SPGDT
 Sesuai dengan system komunikasi yang
Outlet Antenna Coax dipakai.
 Ada komunikasi 26ntercom antara kabin
Intercom depan dan belakang (untuk ambulans
pasien air borne infeksi)
 Minimal dapat menampilkan keberadaan
GPS ambulans pada suatu daerah.

Sistem Tata Udara

AC (Air Conditioner) : Minimal Double Blower

Perlengkapan pendukung
 Berukuran 1 kg
Alat Pemadam Kebakaran :  Jenis Alat Pemadam Api Ringan Water Mist
Berbahan Foam
 Ditempelkan pada lemari obat bagian
belakang dekat pintu belakang kendaraan
 Disediakan gantungan infus di atas pasien
Gantungan Infus : tepat dipasang di plafon, gantungan tersebut
dapat digeser-geser disesuaikan dengan
kebutuhan
 Dilengkapi dengan strap/pengikat
 Terbuat dari bahan stainless Steel
 Berjarak minimal 90 cm dari strecher

Tabel 3.2.c
Exterior ambulans gawat darurat

 Jenis 4 x 2

Spesifikasi Kendaraan Keterangan

Model : Minibus Modifikasi Ambulans (Dapat


menampung peralatan dan memungkinkan
petugas kesehatan melakukan tindakan)

Dimensi (lebar, panjang, tinggi) : Dapat menampung peralatan dan


memungkinkan petugas kesehatan melakukan
tindakan

Landasan :  Sertifikat Uji type landasan untuk mobil


penumpang (basic kendaraan chassis atau
pick up).

 Instansi yang mengeluarkan pengesahan Uji


Type Landasan kendaraan dan Emisi adalah
Kementerian Perhubungan Dirjen
Perhubungan Darat.

Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan, Ditjen. BUK, KEMKES-RI 26
PEDOMAN TEKNIS AMBULANS

Warna : Putih (mengikuti permenkes No.882/2009)

System Kemudi : Power steering (original Bawaan Chasis)

untuk ukuran ambulans Medium sebaiknya


dipasang Stabilizer (Optional) untuk
mengimbangi stabilitas dan optimal saat
kendaraan dioprasionalkan.

Pintu Belakang :  Model Hatchback

 Tersedia Bumper Guard terbuat dari


stainless steel berguna untuk pelindung
benturan apabila stretcher dimasukkan ke
dalam ambulans, ukuran disesuaikan

Logo dan Tulisan :  Mengikuti permenkes No.882/2009 tentang


Pedoman Penanganan Evakuasi Medik,
bahan cutting stiker type reflektif

 Terdapat symbol cross of life

Lain-Lain (Assesoris) Keterangan

Kaca : Tempered min 3mm

Kaca Film kabin pasien : Gelap ( 80 % )

Kaca depan dan samping kiri : Transparan


kanan pengemudi

Parking sensor dan/atau spion : Spion kendaran original bawaan cabin asli,
belakang Parking sensor bisa Optional.

Kabin depan dan kabin belakang : kabin depan dan kabin belakang dipisahkan
terutama untuk ambulans pasien infeksi
 Lampu Rotary/Blitz Light Bar Oval (warna
Light Bar : merah)
 Termasuk Speaker
 Mengikuti UU Nomor 22 Tahun 2009 tentang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
 Dipasang di sekeliling body mobil
Lampu Bantu Hazard :  Mengikuti UU Nomor 22 Tahun 2009 tentang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

Lampu tembak : Dapat menjangkau sudut-sudut sulit dalm


ambulans
 Tool kit
perlengkapan kendaraan  Dongkrak
 Ban cadangan

 Jenis 4 x 4

Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan, Ditjen. BUK, KEMKES-RI 27
PEDOMAN TEKNIS AMBULANS

Spesifikasi Kendaraan Keterangan

Model : Minibus Modifikasi Ambulans (Dapat


menampung peralatan dan memungkinkan
petugas kesehatan melakukan tindakan)

Dimensi (lebar, panjang, tinggi) : Dapat menampung peralatan dan


memungkinkan petugas kesehatan melakukan
tindakan

Landasan : Dilakukan Uji Landasan.

Instansi yang mengeluarkan pengesahan Uji


Type Landasan kendaraan dan Emisi adalah
Kementerian Perhubungan Dirjen Perhubungan
Darat.

Warna : Putih (mengikuti permenkes No.882/2009)

Pintu Belakang :  Model Hatchback/kupu-kupu

 Tersedia Bumper Guard terbuat dari


stainless steel berguna untuk pelindung
benturan apabila stretcher

 n

Roda : Off Road velg Minimal 15” Alloy Wheel

Ban :  Standar ban radial tubeless

 Handal di segala medan

Logo dan Tulisan :  Mengikuti permenkes No.882/2009 tentang


Pedoman Penanganan Evakuasi Medik,
bahan cutting stiker type reflektif

 Terdapat symbol cross of life

Lain-Lain (Assesoris) Keterangan

System Kemudi : Power steering (original Bawaan Pabrik)

Kaca : Tempered min 3mm

Kaca Film kabin pasien : Gelap ( 80 % )

Kaca depan dan samping kiri : Transparan


kanan pengemudi

Parking sensor dan/atau spion : Spion kendaran original bawaan cabin asli,
belakang Parking sensor bisa Optional.

Kabin depan dan kabin belakang : kabin depan dan kabin belakang dipisahkan
terutama untuk ambulans pasien infeksi
 Lampu Rotary/Blitz Light Bar Oval (warna
Light Bar : merah)

Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan, Ditjen. BUK, KEMKES-RI 28
PEDOMAN TEKNIS AMBULANS

 Termasuk Speaker
 Mengikuti UU Nomor 22 Tahun 2009 tentang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
 Dipasang disekeliling body mobil
Lampu Bantu Hazard  Mengikuti UU Nomor 22 Tahun 2009 tentang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

Lampu tembak : Dapat menjangkau sudut-sudut sulit dalam


ambulans

Sling/winch : Bawaan Pabrik


 Tool kit
perlengkapan kendaraan  Dongkrak
 Ban cadangan

Tabel 3.3.a
Interior Kereta Jenazah

Interior Keterangan

Lantai : Bahan lantai dari non porosif, anti bakteri dan


mudah dibersihkan.

Langit-langit : Bahan lantai dari non porosif, anti bakteri dan


mudah dibersihkan.
 Ukuran disesuaikan dengan media interior
Lemari : kendaraan
 Berbahan non porosif dan mudah
dibersihkan.
 Terdapat Minimal 10 Kantong Jenazah
dengan spesifikasi khusus.

Tempat duduk Belakang :  Minimal 2 orang


 Bahan jok disesuaikan dengan karoseri
Tempat Duduk Depan :  Dilengkapi dengan seatbelt untuk
penumpang depan 2 buah

Sistem Kelistrikan
 Kompresi level suara : ≥ 40 – 200 db
Lampu dan Amplifier Sirene :  Terdapat Mic
 Lampu rotary/blitz light bar oval
Disediakan lampu penerangan pada plafon
Lampu Penerangan (disesuaikan :  Lampu plafon : TL dengan output 2x5 W
dengan Peraturan Sarana atau 1x10 W
Prasarana Kesehatan)
 Lampu Halogen : 2 bh dengan masing-
masing outputnya min 500 Lux

Lampu Sorot : Model Spotlight dipasang pada belakang


kendaraan dan bisa berputar

Sistem Informasi dan Komunikasi

Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan, Ditjen. BUK, KEMKES-RI 29
PEDOMAN TEKNIS AMBULANS

 Frekuensi yang dipakai sesuai peraturan


Sistem Komunikasi : perundangan yang berlaku.
 Terkoneksi dengan SPGDT

Sistem Tata Udara

AC (Air Conditioner) : Minimal Double Blower

Perlengkapan pendukung
 Berukuran 1 kg
Alat Pemadam Kebakaran :  Jenis Alat Pemadam Api Ringan Water Mist
Berbahan Foam

Tabel 3.3.b
Exterior Kereta Jenazah

 Jenis 4 x 2

Spesifikasi Kendaraan Keterangan

Model : Minibus Modifikasi Ambulans

Warna Mobil :  Hitam

Pintu Belakang :  Model Hatchback

Pengunci keranda :  Dapat digunakan untuk menjaga agar


keranda mayat tetap stabil

Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan, Ditjen. BUK, KEMKES-RI 30
PEDOMAN TEKNIS AMBULANS

5.2 Contoh Gambar Ambulans Transport

Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan, Ditjen. BUK, KEMKES-RI 31
PEDOMAN TEKNIS AMBULANS

5.3 Contoh Gambar Ambulans Gawat Darurat

Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan, Ditjen. BUK, KEMKES-RI 32

Anda mungkin juga menyukai