Anda di halaman 1dari 4

HASIL PENELITIAN

Pola Tatalaksana Diare Akut


pada Anak Usia 1-24 Bulan
di Poliklinik Puskesmas Tanjung Pinang
Ivan Halim
Rumah Sakit Umum Daerah Tanjung Pinang,
Provinsi Kepulauan Riau, Indonesia

ABSTRAK
Latar Belakang: Diare merupakan penyebab kedua terbesar kematian anak berusia di bawah lima tahun. Akan tetapi, hanya 39% anak
dengan diare di negara berkembang yang mendapatkan pengobatan sesuai rekomendasi WHO. Tujuan: Menilai pola tatalaksana diare
akut pada anak. Metode: Uji observasional dengan metode potong lintang secara prospektif di puskesmas rawat jalan Tanjung Pinang
sejak 15 September 2013 – 15 Januari 2014 pada 91 pasien diare akut berumur 1-24 bulan yang berobat di poli rawat jalan. Hasil: Dari 91
anak, didapatkan 53 (58,3%) anak laki-laki sebanyak 81 (89%) anak diare tanpa dehidrasi, 10 (11%) anak dehidrasi ringan-sedang, dan tidak
didapatkan dehidrasi berat. Rentang usia tertinggi adalah pada usia 12-24 bulan, yaitu sebanyak 56 (61,5%) anak. Hanya 69 (75,8%) anak yang
mendapatkan cairan rehidrasi oral, dan hanya 70 (76,9%) anak yang mendapatkan suplementasi zinc. Antibiotik digunakan pada 25 (27,5%)
anak, dan antidiare pada 15 (16,5%) anak. Anjuran untuk melanjutkan makan seperti biasa pada 25 (27,5%) anak, yang mendapat anjuran
untuk tetap melanjutkan susu formula sebanyak 4 (4,4%) anak; dari 42 anak yang menggunakan susu formula, semuanya tidak mengguna-
kan susu formula khusus selama diare akut berlangsung. Informasi tanda kegawatan diberikan kepada 31 (34,1%) orang, dan pemberian
probiotik pada 2 (2,2%) anak. Pemberian ASI hanya didapatkan pada 35 (38,5%) anak, dilanjutkan pada 18 (51,4%) anak, sedangkan 17 (48,6%)
anak tidak mendapat anjuran mengenai pemberian ASI selama diare akut berlangsung. Simpulan: Tatalaksana diare akut di puskesmas
rawat jalan Tanjung Pinang kurang sesuai dengan pedoman WHO.

Kata kunci: Anak, diare akut, tatalaksana diare akut menurut WHO

ABSTRACT
Background: Diarrhoea is the second biggest cause of death among children under five years. However, only 39% children with diarrhoea in
developing countries managed with WHO recommended treatments. Objective: To evaluate the management acute diarrhoea in children.
Method: Research with consecutive cross-sectional methods was done in Tanjung Pinang public health centre, Riau Islands province on 91
children (1 -24 months) with acute diarrhoea who came to Tanjung Pinang public health centre from September 15th 2013 until January
15th 2014. Result: From 91 children, 53 (58,3%) are male, 81 (89%) children had diarrhoea without dehydration, 10 (11%) children with mild-
moderate dehydration, and none had severe dehydration. Most children are 12-24 months of age, total of 56 children (61,5%). Only 69 (75,8%)
children got oral rehydration fluid, and 70 (76,9%) children got zinc supplementation. Antibiotics was used in 25 (27,5%) children, and anti-
diarrhoea was used in 15 (16,5%) children. Nutritional advice was found only in 25 (27,5%) children, advice to continue cow milk consumption
was found in 4 (4,4%) children, and from 42 children who used cow milk, none was recommended to use special formula milk during acute
diarrhoea. Information on sign of emergency was given to 31 (34,1%) children, and probiotics use was found in 2 (2,2%) children. Breastfeeding
found in 35(38,5%) children, only 18 (51,4%) were recommended to continue breastfeeding while diarrhoea occur, and 17 (48,6%) children
were not recommended to continue breastfeeding while diarrhoea occur. Conclusion: Management of acute diarrhoea in Tanjung Pinang
public health centre do not conform with WHO guidelines. Ivan Halim. Management of Acute Diarrhea among 1-24 Month-old in
Puskesmas Tanjung Pinang.

Keywords: Acute diarrhoea, children, WHO management of acute diarrhoea

LATAR BELAKANG kematiannya yang masih tinggi. Lebih dari 2,3 lima tahun di seluruh dunia. Asia Tenggara
Diare merupakan salah satu sumber masalah milyar kasus dan 1,5 juta anak di bawah lima memberikan kontribusi besar, yaitu 38%.1,2
kesehatan di negara berkembang, termasuk tahun meninggal karena diare, mencakup Di Indonesia, berdasarkan data Riskesdas
di Indonesia, karena tingkat kesakitan dan sekitar 16% seluruh kematian anak di bawah (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2007, angka

Alamat korespondensi email: ivanhalim.dr@gmail.com

CDK-227/ vol. 42 no. 4, th. 2015 247


HASIL PENELITIAN

kematian karena diare pada anak di bawah Tabel 1. Karakteristik sampel di puskesmas Tanjung Derajat dehidrasi didapatkan tanpa dehidrasi
lima tahun sebesar 17,2%.3 Sedangkan di Pinang 81 (89%) anak, dehidrasi ringan-sedang 10
Kepulauan Riau, angka kejadian diare 7% (11%) anak, dan tidak didapatkan pasien
Variabel ∑(n=91) Mean ± SD
dari total angka kejadian diare di seluruh diare akut dengan dehidrasi berat (tabel 1).
Indonesia.4 Usia (bulan) 14,75
1-6 13 (14,3%) Dari seluruh pasien, hanya 69 (75,8%) anak
Mengingat tingginya angka kesakitan dan >6-12 22 (24,2%) yang mendapatkan cairan rehidrasi oral,
kematian disebabkan diare, World Health >12-24 56 (61,5%) dan hanya 70 (76,9%) anak mendapatkan
Association (WHO) mengeluarkan pedoman Jenis Kelamin
suplementasi zinc (tabel 2). Antibiotik
tatalaksana diare. Penggunaan cairan digunakan pada 25 (27,5%) anak, dan anti-
Laki-laki 53 (58,3%)
rehidrasi oral (CRO) sebagai terapi dan diare pada 15 (16,5%) anak. Anjuran untuk
Perempuan 38 (41,7%)
pencegahan dehidrasi, serta suplementasi melanjutkan makan seperti biasa hanya
zinc diharapkan dapat mengurangi angka Derajat Dehidrasi didapatkan oleh 25 (27,5%) anak, yang
kematian akibat diare.5 Kementerian Ke- Tanpa dehidrasi 81 (89%) mendapat anjuran untuk tetap melanjutkan
sehatan Republik Indonesia telah menge- Dehidrasi ringan- susu formula sebanyak 4 (4,4%) anak; dari
10 (11%)
luarkan pedoman yang mencakup aspek sedang 42 anak yang menggunakan susu formula,
yang lebih luas, dikenal dengan LINTAS diare.6 Dehidrasi berat 0 (0%) tidak didapatkan penggunaan susu formula
LINTAS diare adalah rehidrasi, suplementasi khusus selama diare akut berlangsung.
zinc, dukungan nutrisi, pemberian antibiotik Tabel 2. Data distribusi pola tatalaksana diare akut pada Informasi tanda kegawatan hanya diberikan
selektif, dan edukasi. Akan tetapi menurut anak berdasarkan variabel-variabel penelitian kepada 31 (34,1%) anak, dan probiotik hanya
data WHO, hanya sekitar 39% anak dengan diberikan pada 2 (2,2%) anak. ASI hanya
Pertanyaan ∑ (N=91)
diare di negara berkembang yang mendapat didapatkan pada 35 (38,5%) anak, pemberian
pengobatan sesuai rekomendasi WHO.5 ASI ASI dilanjutkan pada 18 (51,4%) anak,
Di Indonesia, data tatalaksana diare sesuai Ya 35 (38,5%) sedangkan 17 (48,6%) anak tidak mendapat
rekomendasi WHO sangat terbatas. Tidak 56 (61,5%) anjuran mengenai pemberian ASI selama
Anjuran Dokter Mengenai diare akut berlangsung.
SUBJEK DAN METODE Pemberian ASI Selama Diare

Penelitian dilakukan di puskesmas rawat ASI tetap dianjurkan 18 (51,4%) DISKUSI


jalan Tanjung Pinang, yang merupakan Stop pemberian ASI 17 (48,6%) Penelitian ini dilakukan karena keterbatasan
puskesmas terbesar di kota Tanjung Pinang. Pemberian CRO data tenaga kesehatan yang melakukan
Data berasal dari data kuesioner dan rekam Ya 69 (75,8%) tatalaksana diare sesuai rekomendasi WHO.
medis pasien dalam kurun waktu 3 bulan, Tidak 22 (24,2%) Pemilihan rentang usia 1-24 bulan karena
sejak 15 September 2013 - 15 Januari 2014. insiden terbanyak diare pada rentang usia
Pemberian Zinc (sesuai dosis dan
Sejumlah 91 anak diikutsertakan dalam lama pemberian) tersebut. Pada dua tahun pertama kehidupan,
penelitian ini. Ya 70 (76,9%) sistem pertahanan saluran cerna bayi belum
Tidak 21 (23,1%)
matang, sekresi asam lambung belum
Data yang dikumpulkan meliputi identitas sempurna saat lahir, dibutuhkan waktu
Anjuran Mengenai Nutrisi Selama
lengkap pasien dan informasi tatalaksana Diare hingga beberapa bulan untuk mendapat
diare akut, yaitu derajat dehidrasi, pem- Tetap diberikan makanan seperti kadar bakterisidal pH <4, barier mukosa
25 (27,5%)
berian cairan rehidrasi oral (CRO), pemberian biasa usus yang berkembang sesuai usia akan
zinc, penggunaan antibiotik dan anti-diare, Tetap melanjutkan susu formula 4 (4,4%) mempengaruhi risiko diare. Selain itu, efek
pemberian edukasi mengenai asupan Tidak diberikan informasi 62 (68,1%) penurunan kadar antibodi ibu, kurangnya
nutrisi selama diare, dan pemberian in- Pemberian Informasi Mengenai
kekebalan aktif bayi, pengenalan makanan
formasi mengenai tanda-tanda kegawatan. "Tanda-tanda Kegawatan" yang mungkin terpapar bakteri, dan kontak
Penggunaan ASI dan susu formula selama Diberikan informasi 31 (34,1%) langsung dengan tinja manusia atau binatang
diare berlangsung juga turut dinilai. Tidak diberikan informasi 60 (65,94%) saat bayi mulai merangkak juga merupakan
faktor - faktor yang dapat berpengaruh.
Pemberian Antibiotik
HASIL
Ya 25 (27,5%)
Total pasien diare akut yang datang ber- Berbeda dengan penelitan Pramita, dkk.7
Tidak 66 (72,53%)
obat ke poli rawat jalan puskesmas Tanjung yang mendapatkan insiden tertinggi diare
Pemberian Antidiare
Pinang selama 15 September 2013 – 15 akut pada rentang usia 6-12 bulan, insiden
Januari 2014 sebanyak 91 kasus, 53 (58,3%) Ya 15 (16,5%) tertinggi pada penelitian ini didapat
anak lelaki dan 38 (41,7%) anak perempuan, Tidak 76 (83,5%) pada usia 12-24 bulan (61,5%), mungkin
dengan rentang usia 1-24 bulan. Proporsi Pemberian Probiotik disebabkan karena adanya faktor-faktor
rentang usia tertinggi yaitu pada rentang Ya 2 (2.2%) lain, seperti faktor ekonomi, faktor higiene-
usia 12-24 bulan, sebanyak 56 (61,5%) anak. Tidak 89 (97,8%) sanitasi, dll.

248 CDK-227/ vol. 42 no. 4, th. 2015


HASIL PENELITIAN

Bayi yang diberi ASI lebih terlindungi dari ranannya dalam fungsi imunitas seluler. Zinc (antibiotics induced diarrhea) dan juga
infeksi, terutama diare, karena banyaknya berperan menjaga integritas mukosa usus dapat menyebabkan resistensi.6,8,15 Pem-
komponen penting di dalam ASI. Menurut melalui fungsinya dalam regenerasi sel dan berian antidiare dapat menyebabkan bakteri
Shams, dkk. pemberian ASI akan menurun- stabilitas membran sel. Pemberian zinc efektif tumbuh di dalam usus yang justru dapat
kan insiden diare karena adanya intestinal cell mengurangi durasi diare. Rekomendasi WHO memperburuk kondisi pasien.6,8
growth promoting factor, sehingga villi usus ataupun UKK Gastro-hepatologi IDAI (2009)
cepat mengalami penyembuhan setelah menganjurkan pemberian tablet zinc selama Probiotik hanya diberikan pada 2,2% kasus,
rusak karena diare. Selain itu, kolostrum 10-14 hari dengan dosis 10 mg pada usia karena probiotik belum tersedia di apotek
kaya akan secretory IgA, laktooksidase, dan kurang dari 6 bulan, dan 20 mg bila usia lebih puskesmas Tanjung Pinang. Probiotik me-
juga asam neuraaminik yang mempunyai dari 6 bulan.6,8,12,14 miliki banyak manfaat, meskipun belum di-
sifat antibakterial terhadap E. coli dan rekomendasikan; pemberian probiotik tidak
Staphylococcus. Adanya laktoferin dan lyzosim Anjuran asupan nutrisi seperti biasa selama mengurangi intensitas diare, tetapi hanya
yang merupakan komponen imunitas diare (27,5%) dan edukasi mengenai tanda akan mengurangi kejadian diare.16 Probiotik
saluran cerna, serta faktor bifidus yang ber- kegawatan (34,1%) masih jarang diberikan, adalah mikroorganisme hidup sebagai
fungsi menjaga keasaman flora usus dan padahal dua hal ini tidak kalah pentingnya suplemen makanan yang memberikan pe-
menghambat pertumbuhan bakteri untuk mencegah dehidrasi yang lebih ngaruh pada pejamu dengan memperbaiki
patogen juga sangat berpengaruh.6,8,9 berat. Diet pada penderita diare bertujuan keseimbangan mikroorganisme usus. Strain
Pada penelitian ini, kurangnya pemberian memberikan nutrisi dengan jumlah dan yang digunakan sebagai probiotik biasa-
informasi mengenai asupan ASI selama komposisi yang adekuat, sehingga dapat nya dipilih dari flora komersial. Lactobacillus
diare (48,6%) masih sering dijumpai. Padahal, mencukupi metabolisme rumatan dengan atau bifidobacterium adalah mikroorganisme
protokol penanggulangan diare menurut jumlah dan komposisi adekuat, serta yang paling banyak digunakan dan telah
WHO sangat jelas untuk tetap memberikan mampu menyelamatkan pertumbuhan sejak lama digunakan sebagai probiotik.
asupan ASI sejak diare dimulai.10 dan kerusakan yang terjadi. Pemberian Probiotik akan meningkatkan kolonisasi
diet dilakukan segera setelah diare teratasi bakteri probiotik dalam lumen saluran cerna,
Pada penelitian ini, dari 91 kasus didapatkan dan pemberian ASI harus tetap dilanjutkan sehingga akan terjadi persaingan tempat
hanya 75,8% anak yang mendapat selama diare berlangsung. reseptor permukaan usus, produksi bahan-
cairan rehidrasi oral formula baru. Hal ini bahan antibiotik, peningkatan pertahanan
menunjukkan bahwa manfaat dan penting- Edukasi terhadap orang tua mengenai imun inang (efek adjuvan, peningkatan
nya cairan rehidrasi oral untuk mencegah tanda kegawatan juga sangat penting produksi IgA polimerik, stimulasi sitokin) dan
dan mengatasi dehidrasi belum dipahami diberikan untuk mencegah keterlambatan kompetisi dengan patogen untuk nutrisi
dan dipraktekkan secara luas. Rehidrasi oral penanganan. Buang air besar (BAB) cair yang luminal. 8,11,17
menjadi pilihan utama untuk menggantikan lebih sering, muntah berulang, anak sangat
cairan dan elektrolit yang hilang; pemberian haus, makan dan minum sangat sedikit, SIMPULAN
cairan oralit formula baru yang osmolaritas- demam, BAB berdarah, dan diare belum Pola tatalaksana diare akut di puskesmas
nya mendekati osmolaritas plasma diharap- membaik dalam tiga hari merupakan hal-hal rawat jalan Tanjung Pinang dinilai belum
kan mengurangi kejadian hipernatremia yang yang perlu diperhatikan. sesuai dengan rekomendasi WHO. Oralit
sering terjadi pada pemberian oralit formula formula baru dan suplementasi zinc yang
lama. Pemberian cairan rehidrasi oral formula Pemberian antibiotik golongan sulfonamid belum sepenuhnya digunakan, pemberian
baru ini terbukti memperpendek durasi (27,5%) dan juga pemberian antidiare antibiotik dan anti-diare, dan juga minimnya
diare dan mengurangi penggunaan cairan golongan attapulgite (16,5%) masih dijumpai. edukasi mengenai asupan nutrisi selama diare
intravena untuk rehidrasi.6,8,11-13 Menurut Santos, dkk. pemberian antibiotik berlangsung dan tanda – tanda kegawatan
pada diare akut seharusnya dihindari, masih dijumpai pada penatalaksanaan diare
Hanya 76,9% anak yang mendapatkan terapi karena sebagian besar kasus diare akut di- akut di puskesmas Tanjung Pinang. Untuk me-
suplemen zinc. Pada diare, pemberian zinc sebabkan oleh rotavirus, yang self limited. ngurangi angka kesakitan dan juga angka
dapat berpengaruh langsung terhadap Sebaliknya, antibiotik dapat memberikan kematian anak terhadap diare, evaluasi pola
sistem gastrointestinal atau melalui pe- efek negatif seperti memperburuk diare tatalaksana diare akut sangat dianjurkan.

DAFTAR PUSTAKA
1. World Heath Organization. Diarrhoea: Why children are still dying and what can be done. Geneva: WHO Press; 2009
2. World Heath Organization. Clinical management of acute diarrhoea. Geneva: WHO Press; 2004
3. Laporan hasil riset kesehatan dasar [Internet]. 2007 [cited 2013 July 14]. Available from: http://www.docstoc.com/docs/19707850/Laporan-Hasil-Riset-Kesehatan-Dasar-%28RISKESDAS%29-
Nasional-2007.
4. Kementrian Kesehatan RI. Situasi diare di Indonesia. Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan. 2011.
5. World Heath Organization. Diarrhoea treatment guidelines [Internet]. 2005 [cited 2013 June 16]. Available from: http://whqlibdoc.who.int/publications/2009/9789241598415_eng.pdf
6. Departemen Kesehatan RI. Buku saku petugas kesehatan: Lintas diare. Jakarta: Ditjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Depkes RI. 2011.
7. Dwipoerwantoro PG, Hegar B, Witjaksono PAW. Pola tatalaksana diare akut di beberapa rumah sakit di Jakarta; apakah sesuai dengan protokol WHO? Sari Pediatri [Internet]. 2005 [cited

CDK-227/ vol. 42 no. 4, th. 2015 249


HASIL PENELITIAN

2013 June 16]. Available from: http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/6-4-8.pdf


8. Subagyo B, Santoso NB. Buku ajar gastroenterologi-hepatologi. 1st ed. Jakarta: UKK- Gastroenterologi- Hepatologi IDAI; 2009. p.90-125.
9. Arifeen S, Black RE, Antelman G, Baqui A, Caulfield L, Becker S. Exclusive breastfeeding reduce acute respiratory infection and diarrhea among infants in Dhaka Slums. Pediatrics
2001;108(4):E67.
10. World Heath Organization. Treatment of diarhoea: A manual for physicians [Internet]. 2005 [cited 2013 June 16]. Available from: http://whqlibdoc.who.int/publications/2005/9241593180.
pdf
11. Ghiskhan FK. Nelson textbook of pediatrics. 19th ed. Philadelphia: WB Saunders Co; 2007:1276-81.
12. World Heath Organization. Pocket book of hospital care for children. 2nd ed. Geneva: World Health Organization; 2013:126-43.
13. World Heath Organization. Oral rehydration salt [Internet]. 2006 [cited 2013 June 16]. Available from: http://whqlibdoc.who.int/hq/2006/WHO_FCH_CAH_06.1.pdf
14. World Heath Organization. Implementing the new recommendations on the clinical management of diarrhoea [Internet]. 2006 [cited 2013 June 16]. Available from: http://whqlibdoc.
who.int/publications/2006/9241594217_eng.pdf
15. Diniz-Santos DR, Silva LR, Silva N. Antibiotics for empirical treatment of acute infectious diarrhea in children. Braz J Infect Dis. 2006;10(3):217-27.
16. Agustina R, Kok FJ, Van de rest O, Fahmida U, Firmansyah A, Lukito W, et al. Randomized trial of probiotics and calcium on diarrhea and respiratory tract infection in Indonesian children.
Pediatrics 2012;129(5):e1155-64.
17. NASPGHAN Nutrition Report Comitte. Clinical eficacy of probiotics: Review of the evidence with focus on children. J Pediatr Gastroenterol Nutr. 2006; 43(4): 550-7.

250 CDK-227/ vol. 42 no. 4, th. 2015

Anda mungkin juga menyukai