KEROHANIAN
TANDA
NAMA KETERANGAN TANGGAL
TANGAN
Kepala Bidang
Keperawatan
i
PERATURAN DIREKTUR
RSU ANNA MEDIKA MADURA
NOMOR: /II/2019
TENTANG
PANDUAN PELAYANAN KEROHANIAN
MEMUTUSKAN
Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR RSU ANNA MEDIKA MADURA
TENTANG PANDUAN PELAYANAN KEROHANIAN
Pertama : Panduan Pelayanan Kerohanian sebagaimana tercantum dalam
lampiran Peraturan ini.
ii
Kedua : Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya, dan apabila
dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini
akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : BANGKALAN
Pada tanggal : 16 Februari 2019
DIREKTUR
iii
Lampiran
Peraturan Direktur RSU Anna Medika Madura
Nomor : /II/2019
Tanggal : 16 Februari 2019
KATA PENGANTAR
Pengertian sehat merupakan interaksi antara jasmani, rohani dan spiritual. Pelayanan
kesehatan yang dilakukan di rumah sakit, tidak hanya aspek jasmani melainkan juga
aspek rohani dan spiritual. Keterbatasan gerak pasien yang disebabkan oleh kondisi
fisik yang memerlukan perawatan di rumah sakit, tidak perlu menghalangi keinginan
pasien untuk tetap mendapatkan pelayanan rohani dan spiritual oleh para pemuka
agama masing-masing.
Rumah Sakit diharapkan dapat mengambil bagian dalam pelayanan rohani atas
pasien yang sedang dirawat inap di rumah sakit, mengingat hak pasien untuk tetap
dapat melaksanakan kewajiban dan keinginannya untuk beribadah dan mendapatkan
pendampingan rohani dan spiritual dari pemuka agama.
Panduan ini diharapkan dapat dipergunakan untuk memberikan pelayanan rohani
kepada pasien yang sedang dirawat inap di rumah sakit. Ketenangan batin dan
kesehatan rohani dan spiritual, diharapkan mampu mendukung kemampuan fisik
pasien dalam mencapai kesembuhannya.
iv
DAFTAR ISI
v
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
812/Menkes/SK/VII/2007 tentang Kegiatan Perawatan Paliatif merupakan dasar
pendekatan dari pelayanan kerohanian. Esensi kebijakan ini bertujuan
memperbaiki kualitas hidup pasien dan keluarga yang menghadapi masalah yang
berhubungan dengan penyakit yang dapat mengancam jiwa, melalui pencegahan,
peniadaan, identifikasi dini dan penilaian serta penyelesaian masalah-masalah
fisik, psikososial, dan spiritual. Sedangkan kualitas hidup pasien adalah keadaan
pasien yang dipersepsikan sesuai dengan konteks budaya dan sistem nilai yang
dianutnya termasuk tujuan hidup, harapan, dan niatnya.
Menurut Larsoniv berbagai penelitian tentang relevansi klinis dari agama dan
spiritualis dapat dikategorikan ke dalam empat golongan antar lain: 1) mengenai
pencegahan penyakit (illness prevention), 2) mengenai penyusuaian terhadap
penyakit (coping with illness), 3) mengenai kesembuhan dari operasi (recovery
from surgery) dan 4) meningkatkan hasil pengobatan (improving treatment
outcomes).
Penelitian Clark, Firedman dan Martin dikutip dari Subandi dan Hasnat
menjelaskan bahwa pasien yang cenderung religius memiliki perasaan bahagia
dibanding dengan pasien yang kurang religius. Kemudian Javis Northcott dalam
Wood dan Irosonv menyatakan pelayanan rohani memungkinkan mengurangi
resiko sakit dan kematian. Pargement, Cole, Vandevreek, Belavick, Brant dan
Perezvi menyatakan bahwa beberapa pengaruh religius dapat menumbuhkan
perilaku koping untuk menjalani atau mengatasi sumber-sumber stres pada
keadaan normal atau sakit (illness).
Melihat pentingnya pelayanan rohani dalam mendukung kesembuhan penyakit
pasien, Rumah Sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan melaksanakannya
dengan tujuan mencapai kepuasan pasien dalam upaya memenuhi harapan
kerohanian serta menghhormati budaya, suku, nilai-nilai kepercayaan serta agama
yang dianut pasien.
B. TUJUAN
1. Sebagai pedoman pelaksanaan tugas dalam kepedulian terhadap hak pasien
sehingga dapat dilaksanakan dengan baik.
2. Agar kebutuhan pasien untuk melaksanakan ibadah dapat dipenuhi sehingga
mempunyai kekuatan dan ketenangan jiwa.
3. Terlaksananya pelayanan kerohanian.
4. Terwujudnya pelayanan doa yang optimal berdasarkan agama dan
kepercayaan yang resmi.
5. Setiap pasien mendapatkan doa sesuai dengan agama dan kepercayaannya.
6. Setiap pasien bisa mendapatkan sakramen khusus sesuai dengan
keinginannya.
7. Setiap staf Rumah Sakit mengerti dan memahami pelayanan yang bisa
diberikan oleh tim pelayanan kerohanian.
C. PENGERTIAN
1. Pengertian agama
Pengertian agama menurut berbagai agama:
1
a. Agama menurut agama Islam ialah, kata Islam berasal dari kata: salam
yang artinya selamat, aman sentosa, sejahtera: yaitu aturan hidup yang
dapat menyelamatkan manusia di dunia dan di akhirat.
b. Agama menurut agama Kristen ialah segala bentuk hubungan manusia
dengan yang suci. Terhadap yang suci ini manusia tergantung, takut karena
sifatnya yang dahsyat dan manusia tertarik karena sifat-sifatnya yang
mempesonakan.
c. Agama menurut agama Hindu ialah Satya, Arta, Diksa, Tapa, Brahma dan
Yajna. Satya berarti kebenaran yang absolute. Arta adalah dharma atau
perundang-undangan yang mengatur hidup manusia. Diksa adalah
penyucian. Tapa adalah semua perbuatan suci. Brahma adalah doa atau
mantra-mantra. Yajna adalah kurban. Pengertian lain ialah dharma atau
kebenaran abadi yang mencakup seluruh jalan Kehidupan manusia. Jadi
agama menurut agama Hindu ialah kepercayaan hidup pada ajara-ajaran
suci dan diwahyukan oleh Sang Hyang Widi yang kekal abadi.
d. Agama menurut agama Budha ialah suatu kepercayaan atau perwujudan
atau kepercayaan manusia akan adanya daya pengendalian yang istimewa
dan terutama dari suatu manusia yang harus ditaati dan pengaruh
pemujaan tadi atas perilaku manusia.
e. Pengertian lain dari agama adalah suatu badan dari ajaran kesusilaan dan
filsafat dan pengakuan berdasarkan keyakinan terhadap pelajaran yang
diakui baik yang ajaran yang budha yang sangat mulia. Dalam pengertian
yang lain bahwa agama adalah cara tertentu untuk pemujaan kepada para
dewa, dewa agung yaitu adanya kekuatan gaya tak terlihat yang menguasai
alam semesta.
2. Pelayanan kerohanian
Pelayanan kerohanian yang dilaksanakan di Rumah Sakit, meliputi:
a. Pelayanan kerohanian bagi pasien yang beragama Islam, Katolik,
Protestan, Hindu atau Budha.
b. Dilaksanakan minimal satu kali dalam satu minggu, secara bergiliran
minimal dua ruangan, kepada beberapa orang pasien sesuai situasi dan
kondisi
Pelayanan kerohanian pada pasien atau pendampingan orang sakit merupakan
salah satu bentuk layanan konseling untuk membantu pasien yang tengan
bergulat dengan pengalaman batas daya tersebut. Situasi batas daya yang
kerap menatapkan pasien pada fakta kematian (kegelapan maut): harus
meninggalkan dunia dan tidak tahu akan menuju kemana. Dalam proses
pendampingan, konselor menunjukkan rasa simpati dan dukungan empatik
kepada pasien supaya dapat “berjumpa” dengan Allah yang hadir dalam
situasinya yang terbatas itu. Pasien dibimbing untuk hidup dengan bersandar
pada kebaikan Tuhan Yang Maha Esa semata, sehingga daya Illahi dapat
dijadikan sumber kekuatannya untuk “meloncat” ke luar dari situasi pengalaman
batas daya menuju kepada Tuhan Yang Maha Esa (meskipun dalam
kegelapan), karena percaya bahwa penyerahannya itu akan disambut Tuhan.
3. Pendamping pelayanan
Kata pendampingan pelayanan adalah gabungan dua kata yang mempunyai
makna pelayanan. Istilah pendampingan berasal dari kata kerja “mendampingi”.
Mendampingi merupakan suatu kegiatan menolong orang lain yang karena
sesuatu sebab perlu didampingu. Orang yang melakukan kegiatan
mendampingi disebut “pendamping”. Antara yang didampingi dan pendamping
terjadi suatu interaksi sejajar atau relasi timbal balik. Pihak yang paling
2
bertanggung jawab (sejauh mungkin sesuai dengan kemampuan) adalah pihak
yang didampingi. Dengan demikian, istilah pendampingan memiliki arti kegiatan
kemitraan, bahu membahu, menemani, membagi atau berbagi dengan tujuan
saling menumbuhkan dan mengutuhkan.
Peran agama:
1. Peran agama terhadap kondisi psikologis
Orang yang merasa dirinya dekat dengan Tuhan, akan timbul rasa tenang dan
aman. Hal ini merupakan ciri sehat mental, yaitu:
a. Mengatur pola hidup individu dengan kebiasaan hidup sehat.
b. Membiasakan persepsi ke arah positif.
c. Memiliki cara penyelesaian masalah yang spesifik.
d. Mengembangkan emosi positif.
2. Peran agama terhadap kondisi sosial
Umumnya kegiatan ibadah atau kegiatan sosial lainnya dilakukan secara
bersama-sama (berjamaah) dan dilaksanakan secara berulang, sehingga dapat
3
menimbulkan rasa kebersamaan dan meningkatkan rasa solidaritas antar
jemaah.
Orang dengan kondisi religiusnya tinggi pada umumnya dapat membina
keharmonisan keluarga dan dapat membina hubungan yang baik antar
manusia.
E. PERKEMBANGAN SPIRITUAL
Perkembangan spiritual seseorang menurut Westerhoff’s dibagi ke dalam empat
tingkatan berdasarkan kategori umur, yaitu:
1. Usia anak-anak
Merupakan tahap perkembangan kepercayaan berdasarkan pengalaman.
Perilaku tahap yang didapat, antara lain: adanya pengalaman dari interaksi
dengan orang lain dengan keyakinan atau kepercayaan yang dianut. Pada
masa ini, anak belum mempunyai pemahaman salah atau benar. Kepercayaan
atau keyakinan yang ada pada masa ini mungkin hanya mengikuti ritual atau
meniru orang lain, seperti berdoa sebelum tidur dan makan, dan lain-lain. Pada
masa prasekolah, kegiatan keagamaan yang dilakukan belum bermakna pada
dirinya, perkembangan spiritual mulai mencontoh aktivitas keagamaan orang
sekelilingnya, dalam hal ini keluarga. Pada masa ini anak-anak biasanya sudah
mulai bertanya tentang pencipta, arti doa, serta mencari jawaban tentang
kegiatan keagamaan.
2. Usia remaja akhir
Merupakan tahap perkumpulan kepercayaan yang ditandai dengan adanya
partisipasi aktif pada aktivitas keagamaan. Pengalaman dan rasa takjub
membuat mereka semakin merasa memiliki dan berarti akan keyakinannya.
Perkembangan spiritual pada masa ini sudah mulai pada keinginan akan
pencapaian kebutuhan spiritual seperti keinginan melalui meminta atau berdoa
kepada penciptanya, yang berarti sudah mulai membutuhkan pertolongan
melalui keyakinan atau kepercayaan. Bila pemenuhan kebutuhan spiritual tidak
terpenuhi akan timbul kekecewaan.
3. Usia awal dewasa
Merupakan masa pencarian kepercayaan dini, diawali dengan proses
pertanyaan akan ke yakinan atau kepercayaan yang dikaitkan secara kognitif
sebagai bentuk yang tepat untuk mempercayainya. Pada masa ini, pemikiran
sudah bersifat rasional dan keyakinan atau kepercayaan terus dikaitkan dengan
rasional. Segala pertanyaan tentang kepercayaan harus dapat dijawab secara
rasional. Pada masa ini, timbul perasaan akan penghargaan terhadap
kepercayaannya.
4. Usia pertengahan dewasa
Merupakan tingkatan kepercayaan dari diri sendiri. Perkembangan ini diawali
dengan semakin kuatnya kepercayaan diri yang dipertahankan walaupun
menghadapi perbedaan keyakinan yang lain dan lebih mengerti akan
kepercayaan dirinya.
4
2. Pasien ketakutan dan cemas
Adanya ketakutan atau kecemasan dapat dapat menimbulkan perasaan kacau,
yang dapat membuat pasien membutuhkan ketenangan pada dirinya, dan
ketenangan yang paling besar adalah bersama Tuhan.
3. Pasien menghadapi pembedahan
Menghadapi pembedahan adalah sesuatu yang sangat mengkhawatirkan
karena akan timbul perasaan antara hidup dan mati. Pada saat itulah
keberadan pencipta dalam hal ini adalah Tuhan sangat penting sehingga pasien
selalu membutuhkan bantuan spiritual.
4. Pasien yang harus mengubah gaya hidup
Perubahan gaya hidup dapat membuat seseorang lebih membutuhkan
keberadaan Tuhan (kebutuhan spiritual). Pola gaya hidup dapat membuat
kekacauan keyakinan bila kea rah yang lebih buruk. Akan tetapi bila perubahan
gaya hidup kearah yang lebih baik, maka pasien akan lebih membutuhkan
dukungan spiritual.
5
BAB II RUANG LINGKUP
B. UNIT TERKAIT
1. Hubungan internal
a. Unit Rawat Inap
b. Unit Humas
2. Hubungan eksternal
a. Pemuka agama di sekitar rumah sakit yang bekerjasama dengan rumah
sakit
C. PENANGGUNG JAWAB
1. Kepala Bidang SDM
2. Kepala Bidang Keperawatan
3. Kepala Bidang Pemasaran
4. Kepala Unit Humas
6
BAB III TATA LAKSANA
7
7. Form Permintaan Pelayanan Kerohanian harus ditandatangani oleh pembuat
pernyataan dan adanya saksi dari pihak keluarga ataupun pasien.
8. Pelayanan kerohanian kepada pasien dilakukan oleh pemuka agama yang
disediakan oleh Rumah Sakit.
9. Pemuka agama yang sesuai dengan agama pasien akan segera dihubungi oleh
petugas.
10. Unit rawat inap bertanggung jawab untuk menjamin ketertiban jelang pelayanan
rohani dengan memberikan pengertian kepada pasien dan keluarga pasien
yang seruangan dengan pasien dan keluarga pasien peminta pelayanan
bimbingan kerohanian.
11. Setelah melaksanakan pelayanan kerohanian, petugas pelayanan mengisi data
pelayanan dan memberi tanda tangan pada lembaran Form Permintaan
Pelayanan Kerohanian dan buku pelayanan sebagai tanda pelayanan telah
seselai dilaksanakan.
8
3. Bentuk kerjasama yang dilakukan tertuang dalam kesepakatan bersama dan
saling menghargai diantara keduanya.
4. Perawat yang bertugas akan mengatur dan berkoordinasi dengan pemuka
agama yang sesuai dengan kebutuhan pasien.
5. Seluruh kegiatan yang dilakukan pemuka agama selama proses memberikan
pelayanan kepada pasien menjadi tanggung jawab petugas kerohanian.
9
ALUR PELAYANAN KEROHANIAN
PERMINTAAN BIMBINGAN
KEROHANIAN
UNIT KEROHANIAN
MENGHUBUNGI PEMUKA
AGAMA
PELAKSANAAN BIMBINGAN
KEROHANIAN
PENCATATAN
PELAKSANAAN BIMBINGAN
Pemuka
Nama No Telp Alamat
Agama
Islam
Kristen
Katolik
Hindu
Budha
10
BAB IV PANDUAN PELAYANAN (DOA)
11
Datanglah kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu, di atas bumi seperti di dalam surga.
Berikanlah kami rezeki pada hari ini, dan ampunilah kesalahan kami seperti
kamipun mengampuni yang bersalah kepada kami.
Dan janganlah masukkan kami ke dalam percobaan, tetapi bebaskanlah kami dari
yang jahat.
Amin
(Doksologi: sebab Tuhanlah Raja yang mul dan berkuasa untuk selama-lamanya)
12
Ya Tuhan penguasa hidup, pada saat kematian ini semoga ia mengingat
Vijaksara Suci Om, semoga ia mengingat Engkau yang mana nasa dan kekal
abadi.
Ingat pula kepada karmanya. Semoga ia mengetahui bahwa Atma adalah abadi
dan badan ini akhirnya hancur menjadi abu. Om santih santih santih.
13
BAB V DOKUMENTASI
Proses dokumentasi dilakukan dengan melakukan pengisian data dari formulir yang
telah diisi dan diitanda tangani oleh pasien atau keluarganya. Bukti dokumentasi dapat
dilampirkan pada lembar berkas rekam medis dan lembar/catatan khusus petugas
kerohanian dari Rumah Sakit, meliputi :
1) Formulir permintaan pelayanan kerohanian
2) Buku pencatatan pelaksanaan pelayanan kerohanian
3) Lembar asesmen pasien/dokumen pengkajian keperawatan yang mencantumkan
pengkajian agama/kepercayaan
4) MOU kerjasama dengan pemuka agama
Direktur
RSU Anna Medika Madura
14