Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN DAN STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN

KEPERAWATAN PADA KLIEN HARGA DIRI RENDAH

Oleh

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNVERSITAS JEMBER
2016
LAPORAN PENDAHULUAN DAN STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN
KEPERAWATAN PADA KLIEN HARGA DIRI RENDAH

diajukan sebagai pemenuhan tugas mata kuliah Keperawatan Klinik VIII


dengan dosen: Ns. Emi Wuri Wuryaningsih, M.Kep., Sp.Kep.J

Oleh

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNVERSITAS JEMBER
2016
LAPORAN PENDAHULUAN PADA KLIEN DENGAN HARGA DIRI RENDAH

I. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Harga Diri Rendah

II. TINJAUAN TEORI


A. PENGERTIAN
a) Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti, danrendah diri
yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiridan
kemampuan diri (Keliat, 2006).
b) Harga diri rendah dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri
sendiri termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri. Harga dirirendah dapat
terjadi secara situasional(trauma) atau kronis (kritik diri yangtelah berlangsung
lama) dapat diekspresikan secara langsung atau tidak langsung (Stuart &
Sundeen, 2006)
c) Harga Diri Rendah Situasional adalah perkembangan persepsi negatif tentang
harga diri sebagai respon terhadap situasi saat ini (NANDA, 2011:226).
d) Harga diri rendah situasional adalah evaluasi diri negatif yang berkembang
sebagai respons terhadap hilangnya atau berubahnya perawatandiri seseorang
yang sebelumnya mempunyai evaluasi diri positif (NANDA, 2005).
e) Harga Diri Rendah Situasional adalah suatu keadaan ketika individu yang
sebelumnya memiliki harga diri positif mengalami perasaan negatif mengenai
diri dalam berespons terhadap suatu kejadian (kehilangan, perubahan)
(Carpenito, 2007:424).
f) Harga diri rendah situasional yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba,misalnya harus
operasi, kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putushubungan kerja,
perasaan malu karena sesuatu terjadi (korban perkosaan, dituduh KKN,
dipenjara tiba-tiba ) (Dalami dkk, 2009).

B. FAKTOR PREDISPOSISI DAN PRESIPITASI


a) Privacy yang kurang diperhatikan, misalnya pemeriksaan fisik yang
sembarangan pemasangan yang tidak sopan (pengukuran pubis, pemasangan
kateler pemeriksaan perincal)
b) Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena
dirawat /sakit /penyakit
c) Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai, misalnya berbagai
pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan, tindakan tanpa persetujuan. Harga
diri rendah biasanya terjadi karena adanya kritik dari dirisendiri dan orang lain,
yang menimbulkan penurunan produktifitas berkepanjangan, yang dapat
menimbulkan gangguan dalam berhubungan dengan orang lain dan dapat
d) menimbulkan perasaan ketidakmampuan dari dalam tubuh, selalu merasa
bersalah terhadaporang lain, selalu berperasaan negatif tentang tubuhnya
sendiri.
 Faktor Predisposisi
a. Biologi
Faktor herediter, riwayat penyakit atau trauma kepala
b. Psikologis
1) Penolakan dan harapan orang tua yang tidak realistis
2) Kegagalan berulang
3) Kurang mempunyai tanggungjawab personal
4) Ketergantungan pada orang lain
5) Ideal diri yang tidak realistis
6) Penilaian negatif pasien terhadap gambaran diri, krisis identitas,
peran yang terganggu, ideal diri yang tidak realistis
7) Pengaruh penilaian internal individu
c. Faktor Sosial Budaya
1) Penilaian negatif dari lingkungan terhadap pasien yang
mempengaruhi penilaian pasien
2) Sosial ekonomi rendah
3) Riwayat penolakan lingkungan pada tahap tumbuh kembang anak
4) Tingkat pendidikan rendah

 Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi dapat disebabkan oleh faktor dari dalam atau faktor dari
luar individu (eksternal or internal sources) yang dibagi lima kategori:
a. Ketegangan peran adalah stress yang berhubungan dengan frustasi yang
dialami individu dalam peran atau posisi yang diharapkan. Terdapat tiga
jenis transisi peran yaitu perkembangan, situasi dan sehat-sakit
b. Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan
kejadian yang mengancam kehidupan.
Sepanjang kehidupan individu sering menghadapi transisi peran yang
dapat menimbulkan stres tersendiri bagi individu. Stuart dan Sundeen,
1998 mengidentifikasi transisi peran menjadi 3 kategori, yaitu:
a. Transisi Perkembangan
Setiap perkembangan dapat menimbulkan ancaman pada identitas.
Setiap tahap perkembangan harus dilalui individu dengan
menyelesaikan tugas perkembangan yang berbeda-beda. Hal ini
dapat merupakan stresor bagi konsep diri.
b. Transisi Peran situasi.
Transisi peran situai terjadi sepa njang daur kehidupan, bertambah
atau berkurang orang yang berarti melalui kelahiran atau kematian,
misalnya status sendiri menjadi berdua atau menjadi orang tua.
Perubahan status menyebabkan perubahan peran yang dapat
menimbulkan ketegangan peran, yaitu konflik peran tidak jelas atau
peran berlebihan.
c. Transisi Peran Sehat-Sakit
Stresor pada tubuh dapat menyebabkan gangguan gambaran diri dan
berakibat perubahan konsep diri. Perubahan tubuh dapat
mempengaruhi semua komponen konsep diri yaitu gambaran diri,
identitas diri, peran dan harga diri.

D. RENTANG RESPONS

Rentang Respon Konsep Diri menurut Stuart & Sundeen (2006)


Rentang Respon Konsep Diri
Respon Adaptif Respon Maladaptif

Aktualisasi Konsep Diri Positif HDR Keracunan Identitas Depersonalisasi

Keterangan:
a) Aktualisasi diri: pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan latar
belakang pengalaman nyata yang sukses dan diterima.
b) Konsep diri: apabila individu mempunyai pengalaman yang positif dalam
beraktualisasi diri.
c) Harga diri rendah: transisi antara respon konsep diri adaptif dengan konsep diri mal
adiptif
d) Keracunan identitas: kegagalan aspek individu mengintergrasikan aspek-aspek
identitas masa kanak-kanak ke dalam kematangan aspek psikososial, kepribadian
pada masa dewasa yang harmonis.
e) Depersonalisasi: perasaan yang tidak realistik dan asing terhadap diri sendiri yang
berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat
membedakan dirinya dengan orang lain.

A. Proses Terjadinya Harga Diri Rendah (Stuart, 1998)


Individu yang kurang mengerti akan arti dan tujuan hidup akan gagal
menerima tanggung jawab untuk diri sendiri dan orang lain. Ia akan tergantung
pada orang tua dan gagal mengembangkan kemampuan sendiri ia mengingkari
kebebasan mengekspresikan sesuatu termasuk kemungkinan berbuat kesalahan dan
menjadi tidak sabar, kasar dan banyak menuntut diri sendiri, sehingga ideal diri
yang ditetapkan tidak tercapai.
Sedangkan stresor yang mempengaruhi harga diri rendah dan ideal diri
adalah penolakan dan kurang penghargaan diri dari orang tua dan orang yang
berarti, pola asuh yang tidak tepat, misalnya terlalu dilarang, dituntut, dituruti,
persaingan dengan saudara. Kesalahan dan kegagalan yang terulang, cita-cita yang
tidak tercapai, gagal bertanggung jawab terhadap diri sendiri.
Harga diri rendah dapat terjadi karena adanya kegagalan atau berduka
disfungsional dan individu yang mengalami gangguan ini mempunyai koping
yangtidak konstruktif atau kopingnya maladaptif. Resiko yang dapat terjadi pada
individu dengan gangguan harga diri rendah adalah isolasi sosial: menarik diri
karena adanya perasaan malu kalau kekurangannya diketahui oleh orang lain.

B. Pohon Masalah

Risiko perilaku kekerasan

Gnagguan persepsi sensori

Harga diri rendah Isolasi Sosial: Menarik Diri

Koping individu tidak efektif

Traumatik tumbuh kembang


III. PERUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN
Menurut NANDA 2012-2014, diagnosa tunggal yang dapat dirumuskan adalah
harga diri rendah situasional berhubungan dengan kurang penghargaan ditandai dengan:
 BATASAN KARAKTERISTIK
DS:
a. Klien menganggap dirinya tidak berdaya dan tidak berguna
b. Klien mengatakan malu dan bersalah
DO:
a. Klien terlihat sering menyalahkan diri sendiri
b. Klien sulit membuat keputusan
 TANDA MAYOR
1. Kekambuhan episodik dari penghargaan diri negatif dalam berespon terhadap
kejadian kehidupan pada seorang individu dengan evaluasi diri positif sebelumnya.
2. Pengungkapan perasaan negatif, mengenai diri ( ketidak berdayaan, kegunaan )
 TANDA MINOR
1. Pengungkapan diri yang negatif
2. Ekpresi malu
3. Evaluasi diri sebagai tidak mampu menangani situasi-situasi / kejadian
4. Kesukaran mengambil keputusan Gelisah
5. Pengabaian diri
6. Isolasi sosial

IV. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


a. Tujuan Umum
Setelah dilakukan asuhan keperawatan jiwa, klien mampu mengatasi masalah
gangguan harga diri rendah situasional
b. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan asuhan keperawatan jiwa, klien mampu:
a. Membina hubungan saling percaya
b. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
c. Menilai kemampuan yang dapat digunakan
d. Menetapkan atau memilih kegiatan yang sesuai kemampuan
e. Melatih kegiatan yang telah dipilih sesuai kemampuan
f. Merencanakan kegiatan yang telah dilatih

V. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


1. BHSP kepada klien
a) Ucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan klien
b) Perkenalkan diri kepada klien dan tanyakan nama panggilan klien yang disukai
c) Buat kontrak asuhan keperawatan yang akan perawat lakukan bersama klien,
lamanya waktu, dan tempat pelaksanaan asuhan.
d) Tanyakan perasaan dan keluhan klien saat ini.
e) Yakinkan bahwa perawat akan merahasiakan informasi yang diperoleh untuk
kepentingan terapi.
f) Tunjukkan sikap empati terhadap klien.
2. Identifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien
a) Ketahui kekuatan pribadai klien
b) Tanyakan kegiatan yang mampu dilakukan klien untuk mengatasi situasi saat ini
c) Diskusikan kemampuan melakukan kegiatan dan aspek positif klien
3. Bantu klien menilai kemampuan yang dimiliki klien
a) Bantu klien menilai kegiatan yang dapat dilakukan saat ini
b) Bantu klien menyebutkannya dan memberi penguatan terhadap kemampuan diri
yang diungkapkan klien.
4. Bantu pasien untuk dapat memilih atau menetapkan kegiatan
a) Diskusikan kegiatan yang akan dipilih untuk dilatih saat pertemuan.
b) Bantu klien memberikan alasan terhadap pilihan yang telah dia tetapkan.
c) Susun daftar aktivitas yang sudah dilatihkan bersama klien dan keluarga
d) Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah dilatih
e) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan tingkat toleransi dan perubahan setiap
aktivitas
5. Berikan reinforcement positif pada klien
a) Kaji perubahan-perubahan terbaru pada klien yang dapat berpengaruh terhadap
harga diri.
b) Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya setelah pelaksanaan
kegiatan
c) Berikan dukungan dan pujian yang nyata setiap kemajuan yang diperlihatkan
klien

DAFTAR PUSTAKA

Capernito-moyet, Lnyda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 10. Jakarta:
EGC

Dalami, dkk. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan Masalah Psikososial. Jakarta:
Trans Info Media
Keliat Budi Anna, dkk. 2006. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC

Keliat Budi Anna, dkk. 2009. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC

NANDA Internasional. 2012. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2012-


2014. Jakarta: EGC

NANDA. 2005. Diagnosis keperawatan:definisi dan Klasifikasi 2003-2005. Jakarta: EGC

NANDA. 2011. Diagnosis keperawatan:definisi dan Klasifikasi 2009-2011. Jakarta: EGC

Stuart. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi : Lima. Jakarta : EGC

Stuart. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi : Lima. Jakarta : EGC

Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan
Kriteria Hasil NOC. Jakarta: EGC

STRATEGI PELAKSANAAN (SP) 1 HDR

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
Klien sedang duduk di atas tempat tidur sambil menunduk. Klien merasa malu dan
tidak mau bercakap-cakap dengan orang lain. Ia merasa tidak berdaya dan tidak
berguna lagi untuk orang lain.
2. Diagnosis keperawatan :
Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah Situasional
3. Tujuan khusus (TUK) :
a. Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
b. Pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
c. Pasien dapat memilih kegiatan yang sesuai dengan kemampuan yang dimiliki
d. Pasien dapat melatih kegiatan yang dipilih sesuai dengan kemampuan
4. Tindakan keperawatan :
a. Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
1) Diskusikan tentang sejumlah kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
pasien seperti kegiatan pasien di rumah sakit, dan di rumah, adanya keluarga
dan lingkungan terdekat dari pasien
2) Berikan pujian yang realistik dan hindari penilaian yang negatif kepada
pasien
b. Pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
1) Diskusikan dengan pasien mengenai kemampuannya yang masih dapat
digunakan saat ini
2) Bantu pasien menyebutkannya dan beri penguatan terhadap kemampuan diri
yang diungkapkan pasien
3) Perlihatkan respon yang kondusif dan upayakan menjadi pendengar yang
aktif
c. Pasien dapat memilih kegiatan yang sesuai dengan kemampuan yang dimiliki
1) Diskusikan dengan kegiatan yang akan dipilih sebagai kegiatan yang akan
pasien lakukan sehari-hari
2) Bantu pasien untuk memilih kegiatan yang dapat pasien lakukan dengan
mandiri ataupun dengan bantuan minimal
d. Pasien dapat melatih kegiatan yang dipilih sesuai dengan kemampuan
1) Diskusiakan dengan pasien langkah-langkah pelaksanaan kegiatan yang
telah dipilih
2) Bersama pasien, peragakan kegiatan yang telah ditetapkan
3) Berikan dukungan dan pujian pada setiap kegiatan yang dapat dilakukan
pasien

B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN


KEPERAWATAN (SP)
1. Mengidenfikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien
2. Membantu pasien menilai kemampuan pasien yang masih dapat digunakan
3. Membantu pasien memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan kemampuan
pasien
4. Melatih pasien sesuai kemampuan yang dipilih
5. Memberikan pujian yang wajar terhadap keberhasilan pasien
6. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

ORIENTASI
1. Salam Terapeutik:
”Selamat pagi! Bagaimana keadaan Ibu hari ini?”
2. Evaluasi/ Validasi:
Pasien terlihat segar dan nampak sedikit murung
3. Kontrak: Topik, waktu, dan tempat
”Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang kemampuan dan kegiatan yang
pernah Ibu lakukan? Setelah itu kita akan nilai kegiatan mana yang masih dapat Ibu
lakukan di rumah sakit. Kemudian setelah kita nilai, kita akan pilih satu kegiatan
untuk kita latih.”
”Kalau begitu, dimana kita bisa duduk sambil ngobrol? Bagaimana kalau diruang
tamu? Berapa lama kontrak waktu yang bisa kita gunakan? Bagaimana kalau 15
menit?

KERJA (Langkah-Langkah Tindakan Keperawatan)


”Menurut Ibu, apa saja kemampuan yang Ibu miliki?
”Bagus, apa lagi bu? Saya buat daftar ya.”
” Lalu, kegiatan rumah tangga apa yang biasanya Ibu lakukan di rumah? Bagaiman
dengan merapikan tempat tidur? Mencuci piring? Menyapu dan seterusnya.”
”Wah, bagus sekali bu. Ternyata ada lima kemampuan dan kegiatan yang Ibu
miliki.”
”Nah, dari kelima kegiatan atau kemampuan ini, kegiatan mana sih yang masih bisa
dikerjakan dirumah sakit?”
”Bagus sekali ya, ada tiga jenis kegiatan yang masih bisa ibu lakukan di rumah
sakit ini”
”Sekarang, coba Ibu pilih salah satu kegiatan yang masih bisa dikerjakan di rumah
sakit”
”Baik kegiatan yang nomor satu ya bu? Merapikan tempat tidur?”
”Kalau begitu, bagaimana kalau sekarang kita mulai untuk latihan merapikan
tempat tidur?”
”Nah,, menurut Ibu, apa yang harus kita lakukan pertama ketika kita akan
merapikan tempat tidur?”
”Benar sekali bu, hal pertama yang kita lakukan ketika kita memulai merapikan
tempat tidur adalah dengan memindahkan terlebih dahulu bantal dan selimutnya.”
”Bagus! Kemudian kita angkat spreinya dan kasurnya dibalik”.
”Yang kita lakukan selanjutnya adalah dengan memasang spreinya kembali. Kita
mulai dari arah atas ya bu?”
”Ya bagus bu, Sekarang sebelah kaki, tarik dan masukkan ujung spreinya kebawah
kasur. Lalu sebelah pinggir dimasukkan juga ya bu!”
”Sekarang kita ambil bantal ya bu, kemudian rapikan, dan letakkan disebelah atas
atau bagian kepala.”
”Yang terakhir, mari kita lipat selimut ya bu.”
”Ya bagus.”
”Ibu kan sudah merapikan tempat tidur dengan sangat baik. Coba Ibu bandingkan
bagaimana keadaan sebelum dan sesudah tempat tidur Ibu dirapikan?”
”Bagus sekali bu. Coba Ibu lakukan kegiatan ini setiap hari dan jangan lupa Ibu
memberi tanda di kertas daftar kegiatan ini. Beri tanda M kalau Ibu bisa melakukan
kegiatan merapikan tempat tidur ini sendiri, tanda B apabila dalam melakukan
kegiatan ini Ibu masih memerlukan bantuan dari orang lain, dan tanda T apabila Ibu
tidak melakukan kegiatan ini (sambil memberikan kertas berisi daftar kegiatan
harian)”.

TERMINASI
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan:
Subyektif:
”Bagaimana perasaan Ibu setelah kita bercakap-cakap dan latihan merapikan
tempat tidur?”
Obyektif:
”Ya, ternyata Ibu memiliki banyak sekali kemampuan yang dapat dilakukan di
rumah sakit ini. Salah satunya adalah dengan merapikan tempat tidur, yang salah
saunya sudah kita praktikkan dengan baik sekali.”
2. Tindak lanjut klien (apa yang perlu dilatih klien sesuai dengan hasil tindakan yang
telah dilakukan):
”Nah, kemampuan ini dapat dilakukan juga dirumah setelah Ibu pulang kerumah
nantinya. Sekarang, mari kita masukkan kegiatan ini dalam jadwal harian Ibu. Ibu
mau berapa kali sehari melakukan kegiatan merapikan tempat tidur ini?”
”Bagus, 2 kali ya bu, jam berapa ?
”Lalu bisa ditambahkan sehabis istirahat, atau sekitar jam 4 sore.”
3. Kontrak yang akan datang (Topik, waktu, dan tempat):
”Bagaimana kalau besok pagi kita melakukan latihan dari kemampuan Ibu yang
kedua. Ibu masih ingat tidak apa saja yang bisa masih bisa Ibu lakukan di rumah
sakit selain merapikan tempat tidur?”
”Ya, bagus sekali, mencuci piring ya bu?”
”Baik kalau begitu, kita bisa melakukan latihan cuci piring di dapur ruangan ini
jam 8 pagi setelah sarapan ya bu?”
”Oh iya bu, berhubung kontrak waktu kita telah habis,, untuk pertemuan kita hari
ini sampai disini dulu ya, besok kita akan bertemu lagi di jam yang sama dan dalam
waktu 15 menit. Baik, saya permisi duluu ya bu, jika Ibu membutuhkan saya,
silahkan hubungi saya di ruang perawat, selamat pagi”

Anda mungkin juga menyukai