M Auuuuu LLLLL
M Auuuuu LLLLL
A. Aspek Manajemen
Aspek manajemen dalam upaya menanggulangi medication error, meliputi :
1. Pemilihan Perbekalan Farmasi
Jumlah item obat dan penggunaan sesuai formularium.
2. Pengadaan
Untuk menjamin kualitas pelayanan kefarmasian maka pengadaan sediaan farmasi
harus melalui jalur resmi sesuai peraturan perundangundangan yang berlaku.
3. Melalukan training terhadap karyawan
Training merupakan metode yang dipercaya dapat mengurangi medication error
4. Penggunaan teknologi informasi
Sistem komputer dapat mengurangi kesalahan baca penulisan resep dan kebingungan
membaca singkatan. Berdasarkan penelitian, sistem komputerisasi dapat menurunkan
kesalahan dari 142 per 1000 menjadi 26,6 per 1000. Selain itu,juga dapat digunakan
barcode
5. Labelling Obat
Pelabelan dapat mencegah medication error terutama untuk obat-obatan, misal :
dopamine dan dobutamine dilabel menjadi DOPamine dan DOBUTamine
6. Administrasi
Administrasi dibagi menjadi dua, yaitu administrasi umum dan administrasi
pelayanan. Administrasi umum, meliputi pencatatan, pengarsipan, pelaporan
narkotika, psikotropika dan dokumentasi sesuai ketentuan yang berlaku. Administrasi
pelayanan, melputi pengarsipan resep, pengarsipan catatan pengobatan pasien,
pengarsipan hasil monitoring penggunaan obat
B. Aspek Klinik
a. Skrining Resep
Identifikasi pasien minimal dengan dua identitas, misal nama dan nomor rekam
medic. Interpretasi resep jika tidak jelas dikomunikasikan dengan dokter sebagai penulis
resep. Informasi pasien harus didapatkan sebagai petunjuk pengambilan keputusan, data
demografi, data klinis, hasil pemeriksaan pasien.
b. Dispensing
Peracikan merupakan kegiatan menyiapkan menimbang, mencampur, mengemas, dan
memberikan etiket pada wadah. Dalam melaksanakan peracikan obat harus dibuat suatu
prosedur tetap dengan memperhatikan dosis, jenis, dan jumlah obat serta penulisan etiket
yang benar. Etiket harus jelas dan dapat dibaca. Obat hendaknya dikemas dengan rapi
dalam kemasan yang cocok sehingga terjaga kualitasnya.
Prosedur umum penyiapan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan:
- Menyiapkan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan sesuai dengan permintaan
resep.
- Menghitung kesesuaian dosis dan tidak melebihi dosis maksimum.
- Mengambil obat dengan menggunakan sarung tangan/alat/spatula/sendok.
- Menutup kembali wadah obat setelah pengambilan dan mengembalikan ke tempat
semula.
- Meracik obat (timbang, campur, kemas).
- Mengencerkan sirup kering sesuai dengan takaran dan menggunakan air yang layak
untuk diminum.
- Menyiapkan etiket.
- Menuliskan nama dan cara pemakaian obat pada etiket sesuai dengan permintaan
pada resep
Konseling
Konseling adalah suatu proses komunikasi dua arah yang sistematik antara apoteker
dan pasien untuk mengidentifikasi dan memecahkan masalah yang berkaitan dengan obat
dan pengobatan.
Apoteker harus memberikan konseling, mengenai sediaan farmasi, pengobatan dan
perbekalan kesehatan lainnya, sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup pasien atau
yang bersangkutan terhindar dari bahaya penanggulangan atau penggunaan obat yang
salah.
Untuk penderita penyakit tertentu seperti kardiovaskular, diabetes, TBC, asma, dan
penyakit kronis lainnya, apoteker harus memberikan konseling secara berkelanjutan.
d. Penggunaan Obat
Sejumlah pasien dapat mengalami cedera atau insiden pada saat memperoleh layanan
kesehatan, khususnya terkait penggunaan obat yang dikenal dengan medication error. Di
rumah sakit dan sarana pelayanan kesehatan lainnya, kejadian tersebut dapat dicegah atau
diturunkan tingkat insidennya apabila melibatkan pelayanan farmasi klinik dari apoteker
yang sudah terlatih, mengingat keberadaannya terbukti memiliki kontribusi yang cukup
besar. Kegiatan farmasi klinik sangat diperlukan terutama pada pasien yang menerima
pengobatan dengan risiko tinggi.
Salah satu fokus dan upaya dalam pencegahan medication error adalah perhatian
terhadap waktu pemberian obat kepada pasien. Selain itu, terdapat pedoman yang berisi
hal-hal lain, dimana perlu dilaksanakan apoteker dan perawat selama penyiapan dan
pemberian obat kepada pasien sehingga diharapkan dapat membantu meningkatkan
keamanan dan keselamatan pasien serta orang yang menyiapkan dan memberikan obat
tersebut kepada pasien. Pedoman tersebut adalah :
1. Tepat pasien
Nama pasien harus lengkap pada order dokter, gelang identitas pasien, kartu
pengobatan, dan identitas pada tempat tidur pasien yang meliputi nama minimal
terdiri dari dua kata, tanggal lahir, dan nomor dari rekam medik pasien. Sebelum
menyiapkan obat, perawat mengecek order dokter, kartu pengobatan, dan etiket
pada kemasan obat. Sebelum pemberian obat, kartu pengobatan pasien
disesuaikan dengan gelang identitas pasien dan identitas pada tempat tidur pasien.
2. Tepat Obat
Order dokter menyatakan nama obat dengan jelas dan sebaiknya dalam nama
generik resmi. Order atau resep obat yang diterima IFRS adalah order asli, bukan
yang disalin kembali oleh perawat. Dispensing obat dilakukan menurut teknik
dispensing obat yang baik. Hasil dispensing obat diserahkan kepada perawat
melalui sistem distribusi obat yang telah ditetapkan. Perawat menyiapkan obat
pasien sesuai waktu yang ditetapkan dalam order obat. Setelah melaksanakan
tahapan pada butir “Tepat Pasien”, perawat menyesuaikan nama obat pada etiket
wadah dengan nama obat yang tertera pada tembusan dokter.
3. Tepat dosis
Dosis obat dinyatakan dalam order atau resep obat pasien. Agar dapat tepat dosis,
para apoteker harus menghitung dosisnya dengan benar dan tepat, apabila terdapat
penyimpangan, diharapkan dapat dikonsultasikan kembali dengan dokter. Untuk
mencegah kesalahan pemberian obat kepada pasien, sebaiknya diterapkan sistem
distribusi unit dosis obat, yaitu dosis yang telah disiapkan oleh IFRS untuk siap
pakai dan selanjutnya diberikan kepada pasien baik secara langsung oleh apoteker
ataupun oleh perawat. Obat oral, apabila belum mungkin dibuat unit dosis,
apoteker wajib menyediakan sendok dengan ukuran yang tepat, misalnya sendok
makan 15 mL dan sendok teh 5 mL. Selain itu diharapkan perawat dapat menakar
obat dengan benar dan mengawasi pasien sewaktu memakannya. Obat berupa
suspensi dan emulsi harus selalu diberi label “kocok dahulu” dan dikocok dahulu
sebelum ditakar dan diberikan kepada pasien. Untuk obat yang harus
direkonstitusi terlebih dahulu, sebaiknya dilakukan di IFRS agar lebih akurat dan
untuk meringankan tugas perawat.
Perhatian khusus terhadap pasien yang masih anak-anak, usia lanjut, dan gagal
ginjal yang memang harus diperhatikan dosisnya jangan sampai terlalu berlebihan
atau malah kurang sehingga tidak memberikan efek.
6. Tepat teknik
Teknik pembuatan obat tersebut haruslah sesuai dan tepat serta terhindar dari
kontaminasi ataupun inkompatibilitas, terutama untuk obat-obat intravena karena
akan berhubungan langsung dengan sirkulasi sistemik. Pencampuran obat
intravena harus dilakukan oleh IFRS dalam suatu ruangan khusus. Perawat harus
membaca etiket secara teliti tentang komposisi campuran tersebut dan mengecek
kartu pengobatan sewaktu mengambil obat yang telah tersedia. Apoteker
diharapkan memberikan informasi kepada perawat mengenai campuran yang
terdapat di dalam obat intravena tersebut.
7. Tepat informasi
Pemberian obat harus disertai dengan informasi yang tepat terhadap pasien rawat
inap mengenai obat, hasil yang diharapkan, cara penggunaan, hal-hal yang boleh
dilakukan dan tidak dilakukan pada saat penggunaan obat.
8. Tepat pendekatan
Pada tepat pendekatan, cara berkomunikasi dengan pasien dilakukan dengan cara
yang baik sehingga dapat mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya dari
pasien. Pengetahuan mengenai umur, diagnosis, dan pola perilaku pasien
diperlukan untuk memilih pendekatan yang tepat bagi pasien dalam hal pemberian
obat, terutama untuk pasien anak-anak ataupun orang yang sudah lanjut usia.
9. Tepat pemantauan
Pemantauan atau monitoring terhadap pasien dilakukan setelah diberikan obat
atausewaktu-waktu jika diperlukan. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah efek
samping, toksisitas, alergi, dan hal-hal lainnya. Jika terjadi efek samping yang
parah, diharapkan segera menghubungi dokter yang bersangkutan.
Dengan adanya pedoman seperti yang telah disebutkan, diharapkan dapat
meningkatkan keamanan dan kesalamatan pasien dari medication error.