Anda di halaman 1dari 5

Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Jantung Iskemik

Infark Miokard (MCI / Myocardial Infarction)3


Pemeriksaan laboratorium membantu klinik melengkapi syarat-syarat diagnostik pada
MCI terutama dalam stadium permulaan, dapat dibagi dalam 3 golongan :
1. Pemeriksaan darah rutin
2. Pemeriksaan enzim jantung
3. Pemeriksaan laboratorium lain untuk mencari keadaan/penyakit lain yang
sering menyertai MCI.
Sejumlah Pemeriksaan Penunjang yang Perlu Dilakukan
Setelah tadi kita menyimak mengenai beberapa gejala yang bisa dialami oleh
penderita tuberculosis, di bawah ini kita akan melanjutkan informasi mengenai
sejumlah pemeriksaan penunjang klinis untuk menegakkan diagnosis penyakit ini.

 Pemeriksaan bakteri
Ini merupakan pemeriksaan yang sangat baik untuk memastikan bahwa anda
terinfeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bahan pemeriksaan yang digunakan
adalah dahak dimana pemeriksaan ini harus dilakukan sebanyak 3 kali, yakni saat
pertama kali penderita TBC datang, keesokan paginya dan saat mengantarkan
dahak pagi tersebut ke tenaga kesehatan.
 Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan radiologis atau foto Rontgen juga merupakan salah satu pemeriksaan
penunjang yang bisa digunakan dokter untuk menegakkan diagnosis flek paru-paru
ini.
 Tes uji Tuberkulin
Pemeriksaan ini sering digunakan didaerah dengan angka kejadian tuberculosis
rendah, dimana penderita yang dicurigai menderita TBC akan dilihat reaksinya
terhadap kuman Mycobacterium tuberculosis yang sudah dilemahkan dan
disuntikkan ke kulit.
 Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah rutin sebenarnya bukan merupakan salah satu pemeriksaan
yang spesifik untuk menegakkan diagnosis tuberculosis, melainkan digunakan
sebagai pendeteksi keberhasilan pengobatan tuberculosis.

Dalam penegakan diagnosa penyakit-penyakit tersebut, umumnya memerlukan tidak hanya


tes darah saja, tetapi juga pemeriksaan penunjang lain seperti misalnya :
 pengambilan sampel cairan otak dan pemeriksaan cairan otak
 pemeriksaan pencitraan seperti :
 foto rontgen (hanya untuk tulang-tulang)
 CT scan
 MRI

Pemeriksaan darah untuk menguji fertilitas seorang pria adalah dengan mengukur kadar FSH dan
testosteron dalam darah. Pada pria, FSH berperan dalam spermatogenesis (pembentukan sperma).
Sedangkan testosteron berperan dalam spermatogenesis dan stimulasi libido.
Pengujian kadar hormon diindikasikan jika hasil analisis semen menunjukan abnormalitas,
terutama jika konsentrasi sperma kurang dari 10 juta per milimeter atau ada indikasi lain yang
mengarah pada kelainan hormonal. Biasanya, uji testosteron dan FSH yang pertama kali diukur.
Jika kadar testosteron rendah, kadar LH diukur. 4
Rendahnya kadar ketiga hormon tersebut menandakan diagnosis hipogonadotropik
hipogonadism. Kadar FSH yang tinggi dengan kadar hormon lain yang normal mengindikasikan
abnormalitas pada inisiasi produksi sperma. Hal tersebut dapat terjadi apabila testikel mengalami
defek berat, yang menyebabkan sindrom sel sertoli, sehingga sel perakit sperma tidak ada. 4
Kadar FSH normal pada pria adalah sebagai berikut.6
 Sebelum pubertas: 0-5,0 mIU / ml
 Selama pubertas: 0,3-10,0 mIU / ml
 Dewasa: 1,5-12,4 mIU / ml
Sementara itu, kadar testosteron normal pada pria adalah 300-1,200 ng/dL. Pada wanita jauh
lebih sedikit, hanya sekitar 30-95 ng/dL. 7

Nah, sekarang mari kita kenali berbagai metode yang lebih tepat untuk mendeteksi
keberadaan baru dalam saluran atau kandung empedu Anda.

Ultrasonografi/USG
Pemeriksaan batu empedu yang biasa dilakukan adalah dengan USG
(ultrasonografi). Pemeriksaan standar ini berguna untuk melihat lokasi keberadaan
batu empedu pada hati dan kandung empedu.

Selain itu, metode ini akan membantu dokter melihat apakah juga terjadi
penyumbatan, infeksi atau ruptur pada kandung empedu. Keakuratan pemeriksaan
ini mencapai 95 persen.

Apalagi, jika pemeriksaan dilakukan saat penderita sedang mengeluhkan gejalanya.


Selain biaya yang relatif lebih murah, keunggulan metode ini adalah tidak adanya
efek samping. Sedangkan, kelemahan metode pemeriksaan ini adalah kesulitan
untuk melihat batu jika letaknya berada di saluran dan muara saluran empedu.
Endoscopic Retrograde

Cholangio-

Pancreatography/ERCP
Metode ERCP digunakan untuk memastikan keberadaan batu, terutama pada
duktus koledokus. Prosedurnya dilakukan dengan memasukan pipa lentur melalui
mulut menuju lambung dan usus dua belas jari.

Setelah mencapai usus dua belas jari, pipa kecil (kanula) dimasukkan menuju
duktus koledokus setelah sebelumnya, zat kontras iodium disemprotkan ketika pipa
berada di pintu masuk duktus koledokus.

Bila keberadaan batu ditemukan dalam duktus koledokus, batu akan langsung
dikeluarkan saat itu juga. Karena itu, selain bersifat diagnostik, ERCP juga bersifat
terapi. Inilah keunggulan utamanya.

Meski begitu, dengan kemajuan yang pesat di bidang radiologi diagnostik,


pemeriksaan Magnetic Resonance Cholangio-Pancreatography (MRCP) lebih sering
digunakan untuk menggantikan metode ERCP sehingga kini, ERCP sering dilakukan
guna terapi saja.
Magnetic Resonance

Cholangio-

Pancreatography/MRCP
Magnetic Resonance Cholangio-Pancreatography (MRCP) merupakan pemeriksaan
pencitraan yang menggunakan resonansi gelombang elektromagnetik. Pemeriksaan
ini bisa mendeteksi batu di kandung empedu dan saluran empedu dengan sangat
baik, bahkan apabila ada kanker pada saluran empedu.

Tingkat keakuratan metode pemeriksaan ini mencapai 90% dan relatif aman.
Sayangnya, biaya pemeriksaan ini terbilang cukup mahal.

Pemeriksaan CT Scan
Pemeriksaan CT Scan yang dilakukan akan memperlihatkan lebih detail lagi
mengenai keberadaan batu, ada atau tidaknya sumbatan, dan pelebaran saluran
empedu serta berbagai komplikasi yang terjadi seperti peradangan maupun
kandung empedu yang pecah (ruptur). Sayangnya, metode pemeriksaan ini lebih
mahal dibandingkan metode pemeriksaan dengan USG.

Hepatobilliary Scan/HIDA
HIDA scan sebenarnya tidak secara spesifik diperuntukkan untuk mendeteksi
keberadaan batu empedu, namun hanya digunakan untuk memastikan apakah
terjadi penyumbatan di duktus sistikus atau tidak, baik itu karena adanya batu
maupun peradangan .
Selain itu, dengan metode ini, dokter dapat memastikan bagaimana fungsi ekskresi
hati Anda, misalnya untuk mengetahui apakah ada gangguan dalam proses
pengeluaran garam empedu atau tidak.

Sebagai tambahan, selain berbagai metode pemeriksaan baru empedu di atas,


pemeriksaan laboratorium juga dapat dilakukan sebagai pemeriksaan penunjang
guna mendeteksi kondisi lain akibat adanya batu seperti radang, gangguan fungsi
hati, gangguan fungsi pankreas dan lainnya.

Anda mungkin juga menyukai