PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
mortalitas dan morbiditas perinatal masih sangat tinggi yang bersumber dari:
intra uterin, bayi kecil untuk masa gestasi), asfiksia karena persalinan
perdarahan intra krani, infeksi intra sampai ekstra uterin, terjadi kelainan
Kematian Bayi (AKB) adalah 34 per 1000 kelahiran hidup. AKB di Indonesia
yaitu Singapura 3 per 1000 KH, Brunei Darussalam 8 per 1000 KH, Malaysia
10 per 1000 KH, Vietnam18 per 1000 KH dan Thailand 20 per 1000 KH.
Dari hasil survei Dinas kesehatan Provinsi Riau tahun (2009) tercatat
Angka Kematian Bayi sebesar 10,58 per 1000 kelahiran hidup. Dalam upaya
melakukan intervensi sesuai dengan empat pilar Safe Motherhood yang terdiri
dari keluarga berencana, antenatal care, persalinan bersih dan aman serta
(Manuaba, 1998).
2
yang terbanyak dipicu oleh ganguan pernapasan (35,9%). Lalu disusul oleh
49-60%, infeksi 24-34%, prematur 15-20%, trauma persalinan 2-7% dan cacat
bawaan 1-3% (Manuaba,1998). Hal ini menjadi dorongan kuat bagi penulis,
besar bayi yang meninggal dalam minggu pertama ialah bayi premature
(Prawirohardjo, 2005).
kehamilan kurang dari 37 minggu atau berat bayi kurang dari 2500 gr
persalinan prematur adalah faktor ibu, faktor kehamilan, faktor janin dan faktor
dengan kejadian prematur adalah umur, paritas, dan status gizi. Umur ibu yang
kehamilan yang kurang dari 2 tahun, dan anemia merupakan faktor kehamilan
Rumah sakit rujukan yang menerima rujukan dari semua Kabupaten/kota yang
ada di Provinsi Riau. Data yang diperoleh dari ruang kebidanan RSUD Arifin
3
Achmad tahun 2009 total persalinan adalah 2.635 kasus. Dari Total persalinan
didapat 220 kasus persalinan premature atau sebanyak 8,2% dari total
persalinan. Dengan cara kelahiran 103 kasus Persalinan Spontan dan 117 kasus
persalinan Seksio Caesarea. Dari 220 kasus persalinan prematur terdapat bayi
tahun. Maka dari itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Tujuan Khusus
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis
yaitu dari segi umur, paritas, dan status gizi pada ibu bersalin di RSUD Arifin
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis
20-37 minggu) atau dengan berat janin kurang dari 2500 gr (Saifuddin,
et.al, 2006).
persalinan pada umur kehamilan <37 minggu atau berat badan lahir
2. Etiologi
darah
Hamil ganda
Perdarahan antepartum
Cacat bawaan
3. Klasifikasi
negara yang belum atau sedang berkembang. Bayi dengan masa gestasi
minggu. Pada golongan ini kesanggupan untuk hidup jauh lebih baik
hari juga lebih ringan, asal saja pengelolaan terhadap bayi ini betul-
betul intensif.
sifat-sifat prematur dan matur. Biasanya beratnya seperti bayi matur dan
2005).
4. Gambaran Klinis
Berat badan kurang dari 2500 garam, panjang badan kurang atau
kurang dari 33 cm. Masa gestasi kurang dari 37 minggu. Tampak luar
sangat bergantung pada maturitas atau lamanya masa gestasi itu. Kepala
dan labia minora belum tertutup oleh labia mayora. Pembuluh darah kulit
banyak terlihat dan peristaltik usus pun dapat terlihat. Rambut biasanya
tipis, halus, dan teranyam sehingga sulit terlihat satu persatu. Tulang
9
rawan dan tulang telinga belum cukup, sehingga elastisitas daun telinga
masih kurang. Jaringan mama belum sempurna, demikian pula puting susu
belum terbentuk dengan baik. Bayi kecil, posisinya masih posisi fetal,
belum teratur dan sering terdapat serangan apnu. Otot masih hipotonik,
sehingga sikap selalu dalam keadaan kedua tungkai dalam abduksi, sendi
lutut dan sendi kaki dalam fleksi dan kepala menghadap kesatu jurusan.
”Tonic neck reflek” biasanaya lemah, refleks moro dapat positif. Reflek
dalam waktu 3 hari tanda kelaparan ini tidak terdapat, kemungkinan besar
bayi menderita infeksi atau perdarahan intrakranial. Dalam hal ini penting
5. Patofisiologi
uterus, serviks terbuka lebih dari 1cm pada kehamilan 32 minggu, serviks
10
risiko mayor atau bila ada 2 atau lebih faktor resiko minor atau bila
6. Prognosis
yang terkait kematian dan morbiditas bayi. Sebagian besar bayi yang
pada umur kurang dari 1 bulan. Jika berat bayi kurang dari 1.000g
anoksia.
g. Prognosis untuk kesehatan fisik dan intelektual pada bayi berat badan
7. Diagnosis
preterm, yaitu:
c. Perdarahan bercak
persalinan preterm
8. Komplikasi
yang matang sangat penting bagi bayi baru lahir. Agar bisa bernafas
dengan bebas, ketika lahir kantung udara (alveoli) harus dapat terisi
oleh udara dan tetap terbuka. Alveoli bisa membuka lebar karena
kelainan lainnya dan pada beberapa kasus bisa berakibat fatal. Kepada
cedera .
bayi muntah.
retrolental).
e. Displasia bronkopulmoner.
f. Penyakit jantung.
g. Jaundice.
Setelah lahir, bayi memerlukan fungsi hati dan fungsi usus yang
pencernaan bayi.
14
(sepsis) pada bayi prematur lebih tinggi. Bayi prematur juga lebih
i. Anemia.
9. Penatalaksanaan
oleh permukaan tubuh bayi yang relatif lebih luas bila dibandingkan
diusahakan lingkungan yang cukup hangat untuk bayi dan dalam keadaan
istirahat konsumsi oksigen paling sedikit, sehingga suhu tubuh bayi tetap
normal. Bila bayi dirawat didalam inkubator, maka suhunya untuk bayi
dengan berat badan kurang dari 2 kg dalam 350C dan untuk bayi dengan
dengan memasang lampu petromaks didekat tempat tidur bayi. Cara lain
ditempelkan dikulit bayi. Bayi dalam inkubator hanya dipakai popok. Hal
b. Makanan bayi: Pada bayi prematur refleks isap, telan dan batuk belum
dan tinggi kalori (110 kal/kg/hari), agar berat badan bertambah sebaik-
lambung. Hal ini perlu untuk mengetahui ada tidaknya atresia esofagus
minum berikutnya. Pada umumnya bayi dengan berat lahir 2000 gram atau
lebih dapat menyusu pada ibunya. Bayi dengan berat kurang dari 1500
gram kurang mampu mengisap air susu ibu atau susu botol, terutama pada
hari-hari pertama. Sesudah 5 hari di coba menyusu pada ibunya. Bila daya
16
isap cukup baik maka pemberian air susu diteruskan. Ada kalanya daya
isap bayi kecil ini lebih baik dibandingkan dengan dot dibandingkan
dengan puting susu ibu. Pada keadaan ini air susu ibu di pompa dan
c. Infeksi: Bayi prematur mudah sekali diserang infeksi. Ini disebabkan oleh
karena daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang, relatif belum sanggup
yang sering terjadi ialah infeksi silang melalui para dokter, perawat, bidan
dan petugas lain yang berhubungan dengan bayi. Untuk pencegahan ini
para petugas perlu disadarkan akan bahaya infeksi pada bayi. Selanjutnya
perlu: 1) diadakan pemisahan antara bayi yang kena infeksi dan bayi yang
tidak kena infeksi, 2) mencuci tangan setiap kali sebelum dan sesudah
sendiri, 7) setiap petugas dibangsal bayi harus memakai pakaian yang telah
bayi, 9) kulit dan tali pusat bayi harus dibersihkan, 10) para pengunjung
orang sakit hanya boleh melihat bayi dari belakang kaca (Winkjosastro,
et.al, 2005).
17
prematur :
a. Umur
yang aman dari berbagai resiko akibat kehamilan dan persalinan adalah
20 – 35 tahun dibandingkan usia <20 tahun atau >35 tahun karena terjadi
Pada umur <20 tahun alat reproduksinya masih belum siap untuk
menurun menjadi 1,75% pada ibu-ibu usia 18-19 tahun dan 1,1% pada
usia 20-24 tahun. Presentase ini kembali meningkat pada ibu yang berusia
b. Paritas
juga berhubungan dengan keadaan anatomi uterus, servik yang lebih muda
menyebutkan bahwa wanita yang telah melahirkan lebih dari tiga kali
dibandingkan dengan paritas yang kurang dari tiga. Sedangkan dari hasil
Kota Kediri menyatakan bahwa partus prematur banyak terjadi pada ibu
primipara).
19
c. Status gizi
kekurangan Fe, kekurangan asam folat dan gangguan penyerapan zat besi.
kejadian bayi lahir prematur, kematian janin, dan kelainan pada sistem
darah pada wanita yang tidak hamil dan kurang dari 11 gr% ml darah
dibawah 6,5 gr/dl. Studi lain menunjukkan bahwa resiko kejadian BBLR,
B. Penelitian terkait
C. Kerangka Konsep
Umur Ibu
Persalinan Prematur
Paritas
Status Gizi
D. Hipotesa Penelitian
BAB III
22
METODE PENELITIAN
A. DESAIN PENELITIAN
1. Lokasi penelitian
Ahmad Pekanbaru
2. Waktu Penelitian
Oktober 2010.
Notoatmodjo, 2005).
D. TEKNIK SAMPLING
populasi kasus persalinan yang tercatat pada bagian Rekam Medik RSUD
E. BESAR SAMPEL
n = N
1 + N (d2)
n = 2635
1 + 2635 (0,052)
n = 2635
7,5875
n = 347,2
n = 347
Keterangan :
N = Besar Populasi
n = Besar Sampel
(Notoatmodjo, 2005)
24
F. ETIKA PENELITIAN
1. Anonimity.
observasi.
2. Kerahasiaan
sekunder yaitu data yang diambil dari dokumentasi medik ibu bersalin di
Ahmad Pekanbaru
baru maka peneliti mohon izin kepada Kepala Ruang Kebidanan dan
izin penelitian.
I. INSTRUMEN PENELITIAN
J. DEFINISI OPERASIONAL
Tabel 3.2
DEFINISI OPERASIONAL
a. Editing
b. Coding
Coding adalah pemberian kode jawaban dengan angka atau kode lain
seperti kode angka satu, dua, dan lain – lain untuk setiap jawaban
Data yang telah ter kumpul dicoding satu per satu mengenai jawaban
c. Entry data
menggunakan SPSS 17
d. Tabulating
2. Cleaning
kembali data yang sudah di-entry apakah ada kesalahan atau tidak.
L. ANALISA DATA
1. Analisa Univariat
variable.
P = F / N x 100%
Keterangan :
P : Presentasi
F : Frekwensi
N : jumlah responden
2. Analisa Bivariat
variabel depedent.
29
b. Berdasarkan probabilitas :
Dengan rumus :
( fo fe) 2
x2
fo
( fo fe) 2
x 2
fo
Keterangan :
BAB IV
HASIL PENELITIAN
06 -12 Oktober 2010. Penelitian ini dilakukan dengan mengambil 347 rekam
A. Analisa Univariat
1. Umur
Tabel 4.1 :
Distribusi Frekuensi Umur Ibu Bersalin di RSUD Arifin Ahmad
Pekanbaru Tahun 2009
1. <20 th 51 14.7
2. 20-35th 193 55.6
3. >35 th 103 29.7
Total 347 100
Dari table 4.1 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden berada
2. Paritas
Tabel 4.2 :
Distribusi Frekuensi Paritas Ibu Bersalin di RSUD Arifin Ahmad
Pekanbaru Tahun 2009
mempunyai anak dengan paritas lebih dari 3 anak yaitu 125 responden
(36%).
3. Status Gizi
Tabel 4.3 :
Distribusi Frekuensi Status Gizi Ibu Bersalin di RSUD Arifin Ahmad
Pekanbaru Tahun 2009
Dari table 4.3 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden adalah
dengan status gizi (Hb) < 11 gr% dengan 187 responden (53,9%).
4. Jenis Persalinan
Tabel 4.4 :
Distribusi Frekuensi Jenis Persalinan Ibu Bersalin di RSUD Arifin
Ahmad Pekanbaru Tahun 2009
Dari tabel 4.4. dapat dilihat bahwa sebagian besar responden mengalami
B. Analisa Bivariat
b. Umur
Tabel 4.5 :
Pengaruh Faktor Umur terhadap Kejadian Persalinan Premature
Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Tahun 2009
Jenis Persalinan
Pengaruh Faktor Umur
Persalinan Persalinan
terhadap Kejadian Total P value
Persalinan Premature non Prematur
Prematur
Umur <20 th Frekuensi 17 34 51
% 33.3% 66.7% 100.0%
20-35th Frekuensi 176 17 193
% 91.2% 8.8% 100.0%
0,00
>35 th Frekuensi 59 44 103
% 57.3% 42.7% 100.0%
Frekuensi 252 95 347
Total
% 72.6% 27.4% 100.0%
X2 = 85.260
Hasil uji statistik didapatkan nilai p=0,00 (p < 0,05) berarti dapat
c. Paritas
Tabel 4.6 :
Pengaruh Faktor paritas terhadap Kejadian Persalinan Premature Di
RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Tahun 2009
Jenis Persalinan
Pengaruh Faktor paritas
Persalinan Persalinan
terhadap Kejadian Persalinan Total P value
Premature non Prematur
Prematur
Paritas 1 anak Frekuensi 75 24 99
% 75.8% 24.2% 100.0%
2-3 anak Frekuensi 102 21 123
% 82.9% 17.1% 100.0%
0,00
> 3 anak Frekuensi 75 50 125
% 60.0% 40.0% 100.0%
Frekuensi 252 95 347
Total
% 72.6% 27.4% 100.0%
X2 = 17.075
Hasil uji statistik didapatkan nilai p=0,00 (p < 0,05) berarti dapat
d. Status Gizi
Tabel 4.7 :
Pengaruh Faktor Status Gizi terhadap Kejadian Persalinan
Premature Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Tahun 2009
Hasil uji statistik didapatkan nilai p= 0,09 (p < 0,05) berarti dapat
Ratio) = 0,4, artinya ibu dengan status gizi < 11gr% berpeluang 0,4 kali
11gr%.
Tabel 4.8
Faktor yang paling berpengaruh menyebabkan kejadian Persalinan
Prematur di RSUD Arifin Achmad Tahun 2009
Dari tabel 4.8 dapat dilihat bahwa variabel yang paling berpengaruh
BAB V
PEMBAHASAN
Pekanbaru tahun 2009 yang ditinjau dari kenyataan yang ditemui dan
berikut:
Pembahasan Penelitian
1. Analisa Univariat
a. Umur
Mayoritas umur ibu bersalin Di RSUD Arifin Achmad
Pekanbaru Tahun 2009 dapat dilihat dari table 4.1 yaitu 193 orang
(55,6%) ibu dengan usia 20-35 th, 103 orang (29,7%) ibu berusia > 35
teori bahwa usia reproduksi yang aman dari berbagai resiko akibat
b. Paritas
prematur yaitu pada ibu dengan paritas > 3 anak 125 orang ( 36 %).
Kemudian diikuti dengan ibu berparitas 2-3 anak yaitu 123 orang
dapat terjadi karena ibu yang mempunyai paritas > 3 anak akan lebih
prematur.
37
c. Status Gizi
kekurangan zat besi) yaitu 187 orang (53,9 %) dan 160 orang (
d. Jenis Persalinan
Hal ini sesuai dengan data yang ada Di RSUD Arifin Achmad
2. Analisa Bivariat
bahwa mayoritas usia ibu yang mengalami prematur adalah ibu yang
Hal ini terjadi karena pada usia > 35 th fungsi reproduksi ibu
sangat beresiko baik pada saat kehamilan maupun persalinan. Usia >
karena terjadinya degenerasi sel ovum pada umur lebih dari 35 tahun.
Presentase ini menurun menjadi 1,75% pada ibu-ibu usia 18-19 tahun
dan 1,1% pada usia 20-24 tahun. Presentase ini kembali meningkat
pada ibu yang berusia diatas 40 tahun atau primigravida dengan usia
hamil pada usia muda masih sangat membutuhkan zat-zat gizi untuk
anak dan jumlah terendah adalah ibu dengan paritas 2-3 anak. Jumlah
ini kembali meningkat pada ibu yang mempunyai satu orang anak.
(Wiknjosastro, 2002).
dari tiga kali mempunyai risiko 4 kali lebih besar mengalami partus
Ratio) = 0,4, artinya ibu dengan status gizi < 11gr% berpeluang 0,4
gizi ≥ 11gr%.
10,4gr/dl (Amirudin,2004).
42
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil uji statistik yang dilakukan oleh peneliti di RSUD Arifin
disimpulan bahwa :
B. Saran
kesehatan sesuai dengan empat pilar Safe Motherhood yang terdiri dari
mahasiswa sehingga mahasiswa dapat lebih baik dan lebih terarah dalam