Anda di halaman 1dari 52

LAPORAN INDIVIDU

ASUHAN KEBIDANAN ANAK SEHAT


PADA An. “M” USIA 41 BULAN 23 HARI
DI TKIT AR-ROHMAH SELOSARI
Dosen Pengampu : Budi Joko Santosa, Skm., M.Kes

Disusun oleh :
Ratih Catur Wahyuntari
P27824217035

KEMENTERIAN KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN KEBIDANAN
PRODI DIII KEBIDANAN KAMPUS MAGETAN
MAGETAN
TAHUN 2019
LAPORAN INDIVIDU
ASUHAN KEBIDANAN ANAK SEHAT
PADA An. “M” USIA 41 BULAN 23 HARI
DI TKIT AR-ROHMAH SELOSARI
Dosen Pengampu : Budi Joko Santosa, Skm., M.Kes

Disusun oleh :
Ratih Catur Wahyuntari
P27824217035

KEMENTERIAN KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN KEBIDANAN
PRODI DIII KEBIDANAN KAMPUS MAGETAN
MAGETAN
TAHUN 2019
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Individu Asuhan Kebidanan yang disusun oleh mahasiswa semester IV


Prodi DIII Kebidanan Kampus Magetan Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes
Surabaya tahun akademik 2017 dengan judul “ASUHAN KEBIDANAN ANAK
SEHAT PADA An.”M”USIA 41 BULAN 23 HARI” ini sesuai dengan keadaanya
yang sebenarnya.

Pembimbing Pendidikan

Budi Joko Santosa, SKM., M.Kes


NIP.196103291985031003
BAB I
LANDASAN TEORI

1.1 Landasan Teori Anak Sehat


1.1.1 Pengertian
1. Anak Sehat adalah anak yang kelihatan gembira dan menarik perhatian
pada sekeliling serta suatu keadaan anak yang sehat terbebas dari penyakit
sehingga dapat melakukan segala aktivisnya tanpa hambatan fisik.
Seseorang dikatakan sehat jika ia memiliki kesehatan baik secara fisik
(organ tubuh) maupun psikis (mental, emosional, sosial, dan spiritual)
(Soegeng, Santoso, 2008).
2. Pertumbuhan (growth) adalah berkaitan dengan masalah perubahan dalam
besar, jumlah, ukuran, atau dimensi tingkat sel organ maupun individu
yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kg), ukuran panjang
(cm, m), ukuran tulang dan keseimbangan metabolik. (Soetjiningsih, 2012:
1)
3. Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur
dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat
diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. (Soetjiningsih, 2012: 1).

1.1.2 Teori Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak


Periode penting dalam tumbuh kembang adalah masa balita karena pada masa
ini pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan
perkembangan anak selanjutnya, emosional dan intelegensia berjalan sangat
cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya. Perkembangan
moral serta dasar-dasar kepribadian juga dibentuk pada masa ini.
1. Deteksi Dini Tumbuh Kembang
Deteksi dini tumbuh kembang anak adalah pemeriksan untuk menemukan
secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang pada balita dan anak
prasekolah, sehingga intervensi akan lebih mudah dilakukan. Bila
penyimpangan terlambat diketahui, maka intervensinya akan lebih sulit
dan hal ini akan berpengaruh pada tumbuh kembang anak.
Ada 3 jenis deteksi tumbuh kembang yang dapat dikerjakan oleh tenaga
kesehatan di tingkat puskesmas dan jaringannya berupa:
a. Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan, yaitu untuk
mengetahui/menemukan status gizi kurang/buruk/ dan
makro/mikrosefali
b. Deteksi dini penyimpangan perkembangan, yaitu untuk
mengetahui/menemukan gangguan perkembangan anak
(keterlambatan), gangguan daya lihat, gangguan daya dengar.
c. Deteksi dini penyimpangan mental emosional, yaitu untuk
mengetahui adanya masalah mental emosional, autisme dan
gangguan pemusatan perhatian hiperaktivitas.
Adapun jadwal kegiatan dan jenis skrining/deteksi dini adanya
penyimpangan tumbuh kembang pada balita dan anak prasekolah oleh
tenaga kesehatan adalah sebagai berikut:
Jenis Deteksi Tumbuh Kembang Yang Harus Dilakukan
Deteksi Dini Deteksi Dini
Umur Deteksi Dini Penyimpangan
Penyimpangan Penyimpangan
Anak Mental Emosional
Pertumbuhan Perkembangan
BB/TB LK KPSP TDD TDL KMME CHAT* GPPH*
0 Bulan √ √
3 Bulan √ √ √ √
6 Bulan √ √ √ √
9 Bulan √ √ √ √
12 Bulan √ √ √ √
15 Bulan √ √
18 Bulan √ √ √ √ √
21 Bulan √ √ √
24 Bulan √ √ √ √ √
30 Bulan √ √ √ √
36 Bulan √ √ √ √ √ √ √ √
42 Bulan √ √ √ √ √ √
48 Bulan √ √ √ √ √ √ √
54 Bulan √ √ √ √ √ √
60 Bulan √ √ √ √ √ √ √
66 Bulan √ √ √ √ √ √
72 Bulan √ √ √ √ √ √ √
Keterangan:
Tanda * Deteksi dilakukan atas indikasi.

2. Deteksi Dini Penyimpangan Pertumbuhan


a. Pengukuran Berat Badan Terhadap Tinggi Badan (BB/TB)
1) Tujuan pengukuran BB/TB adalah untuk menentukan status gizi
anak, normal, kurus, kurus sekali atau gemuk.
2) Pengukuran Berat Badan (BB)
a) Menggunakan timbangan injak
 Letakkan timbangan di lantai yang datar sehingga tidak
mudah bergerak.
 Lihat posisi jarum atau angka, harus menunjuk ke angka
0.
 Anak sebaiknya mamakai baju sehari-hari yang tipis,
tidak memakai alas kaki, jaket, topi, jam tangan, kalung,
dan tidak memegang sesuatu.
 Anak berdiri di atas timbangan tanpa dipegangi.
 Lihat jarum timbangan sampai berhenti.
 Baca angka yang ditunjukkan oleh jarum timbangan atau
angka timbangan.
 Bila anak terus menerus bergerak, perhatikan gerakan
jarum, baca angka di tengah-tengah antara gerakan jarum
ke kanan dan ke kiri.
3) Pengukuran Tinggi Badan
Cara mengukur dengan posisi bediri:
 Anak tidak memakai sandal atau sepatu.
 Berdiri tegak menghadap ke depan.
 Punggung, pantat dan tumit menempel pada tiang
pengukur.
 Turunkan batas atas pengukur sampai menempel di
ubun-ubun.
 Baca angka pada batas tersebut.
4) Penggunaan Tabel BB/TB (Direktorat Gizi Masyarakat 2002):
 Ukur tinggi dantimbang berat badan anak, sesuai cara di
atas.
 Lihat kolom Tinggi/ Panjang Badan anak yang sesuai
dengan hasil pengukuran.
 Pilih kolom Berat Badan untuk laki-laki (kiri) atau
perempuan (kanan) sesuai jenis kelamin anak, cari angka
berat baan yang terdekat dengan berat badan anak.
 Dari angka berat badan tersebut, lihat bagian atas kolom
untuk mengetahui angka Standar Deviasi (SD)
 Interpretasi
Normal : -2 SD s/d 2 SD atau Gizi baik.
Kurus : <-2 SD s/d -3SD atau Gizi Kurang
Kurus sekali : <-3 SD atau Gizi buruk
Gemuk : > 2 SD atau Gizi lebih.
5) Pengukuran Lingkaran Kepala Anak (LKA)
 Tujuan pengukuran lingkaran kepala anak adalah untuk
mengetahui lingkaran kepala anaka dalam batas normal
atau diluar batas normal.
 Cara mengukur Lingkaran Kepala:
 Alat pengukur dilingkarkan pada kepala anak melewati
dahi, menutupi alis mata, di atas kedua telinga, dan
bagian belakang kepala yang menonjol, tarik agak
kencang.
 Baca angka pada pertemuan dengan angka 0.
 Tanyakan tanggal lahir bayi/anak, hitung umur anak/
bayi.
 Hasil pengukuran dicatat pada grafik lingkaran kepala
menurut umur dan jenis kelamin anak.
 Buat garis yang menghubungkan antara ukuran yang lalu
denga ukuran yang sekarang.
a) Interpretasi:
 Bila ukuran lingkaran kepala anak berada di dalam “jalur
hijau” maka lingkaran kepala anak normal.
 Bila ukuran lingkaran kepala anak berada di luar “jalur
hijau” maka lingkaran kepala anak tidak normal.
 Lingkaran kepala anak tidak normal ada 2 (dua), yaitu
makrosefal bila berada di ats “jalur hijau”
b) Intervensi
 Bila ditemukan makrosefal maupun mikrosefal segera
dirujuk ke rumah sakit.
3. Deteksi Dini Penyimpangan Perkembangan Anak
Skrining/ pemeriksaan perkembangan anak menggunakan Kuesioner Pra
Skrining Perkembangan (KPSP)
a. Tujuan skrining/ pemeriksaan perkembangan anak menggunakan
KPSP adalah untuk mengetahui perkembangan anak normal atau ada
penyimpangan.
b. Jika anak belum mencapai umur skrining, minta ibu datang kembali
pada umur skrining yang terdekat untuk pemeriksaan rutin.apabila
orang tua datang dengan keluhan anaknya mempunyai masalah
tumbuh kembang, sedangkan umur anak bukan umur skrining maka
pemeriksaan menggunakan KPSP untuk umur skrining terdekat yang
lebih muda.
c. Alat/instrumen yang digunakan adalah:
1) Formulir KPSP menurut umur.
2) Alat bantu pemeriksaan berupa: pensil, kertas, bola sebesar bola
tenis, kerincingan, kubus berukuran sisi 2,5 cm sebanyak 8 buah,
kismis, kacang tanah, botongan biskuit kecil berukuran 0,5 – 1
cm.
d. Cara menggunakan KPSP:
1) Pada waktu pemeriksaan, anak harus dibawa.
2) Tentukan umur anak dengan menanyakan tanggal bulan dan
tahuan anak lahir. Bila umur anak lebih 16 hari dibulatkan
menjadi 1 bulan..
3) Setelah menentukan umur anak, pilih KPSP yang sesuai dengan
umur anak.
4) KPSP terdiri ada 2 macam pertanyaan, yaitu:
a) Pertanyaan yang dijawab oleh ibu / pengasuh anak.
b) Perintah kepada ibu/pengasuh anak atau petugas untuk
melaksanakan tugas yang tertulis pada KPSP.
5) Jelaskan pada orang tua agar tidak ragu-ragu atau takut
menjawab, oleh karena itu pastikan ibu anak mengerti apa yang
ditanyakan kepadanya.
6) Tanyakan pertanyaan tersebut secara berurutan, satu persatu.
Setiap pertanyaan hanya ada satu jawaban. Ya atau Tidak. Catat
jawaban tersebut pada formulir.
7) Ajukan peranyaan yang berikutnya setelah ibu anak menjawab
pertanyaan terdahulu.
8) Teliti kembali apakah semua pertanyaan sudah di jawab.
e. Interpretasi hasil KPSP:
1) Hitunglah berapa jumlah jawab Ya.
2) Jawaban Ya, bila ibu anak menjawab: anak bisa atau pernah atau
sering atau kadang-kadang melakukannya.
3) Jawaban Tidak, bila ibu anak menjawab: anak belum pernah
melakukan atau tidak pernah atau ibu tidak tahu.
4) Jumlah jawaban ‘Ya’ = 9 atau 10, perkembangan anak sesuai
dengan tahap perkembangannya (S).
5) Jumlah jawaban ‘Ya’ = 7 atau 8, perkembangan anak meragukan
(M)
6) Jumlah jawaban ‘Ya’ = 6 atau kurang, kemungkinan ada
penyimpangan (P).
7) Untuk jawaban ‘Tidak’, perlu di rinci jumlah jawaban ‘Tidak’
menurut jenis keterlambatan (gerak kasar, gerak halus, bicara dan
bahasa, sosialisasi dan kemandirian).
8) Intervensi
a) Beri perkembangan anak sesuai umur (S), lakukan tindakan
sebagai berikut
 Beri pujian kepada ibu karena telah mengasuh anaknya
denganbaik.
 Teruskan pola asuh anak sesuai dengan tahap
perkembangan anak.
 Beri stimulasi perkembangan anak setiap saat, sesuai
dengan umur dan kesiapan anak.
 Ikutkan anak pada kegiatan penimbanagn dan pelayanan
kesehatan di posyandusecara teratur sebulan 1 kali dan
setiap ada kegiatan BKB. Jika anak sudah memasuki usia
prasekolah, anak dapat diikutkan pada kegiatan di
PADU, kelompok bermain, dan TK.
 Lakukan pemeriksaan rutin menggunakan KPSP setiap 3
bulan pada anak usia kurang adari 24 bulan dan setiap 6
bulan pada anak usia 24-72 bulan.
b) Bila perkembangan anak meragukan (M), lakukan tindakan
berikut:
 Beri petunjuk pada ibu agar melakukan stimulasi
perkembangan pada anak lebih sering lagi,.
 Ajarkan ibu cara melakukan intervensi stimulasi
perkembangan pada anak untuk mengatasi
penyimpangan/ mengejar ketertinggalannya.
 Lakukan pemeriksaan kesehatan untuk mencari
kemungkinan aanya penyakit yang menyebabkan
penyimpangan perkembangannya.
 Lakukan penilaian ulang KPSP 2 minggu kemudian
dengan menggunakan daftar KPSP yang sesuai dengan
umur anak.
 Jika hasil KPSP ulang jawaban ‘Ya’ tepat 7 atau 8 maka
kemungkinan ada penyimpangan.
 Bila tahapan perkembangan terjadi penyimpangan (P),
lakukan tindakan berikut:
 Rujukan ke Rumah Sakit dengan menuliskan jenis dan
jumlah penyimpangan perkembangan (gerak kasar, gerak
halus, bicara dan bahasa, sosialisasi dan kemandirian).
4. Tes Daya Dengar
a. Tujuan tes daya dengar adalah untuk menemukan gangguan
pendengaran sejak dini, agar dapat segera ditindaklanjuti untuk
meningkatkan kemampuan daya dengan dan bicara anak.
b. Alat/sarana yang diperlukan adalah:
1) Instrumen TDD menurut umur anak.
2) Gambar binatang (ayam, anjing,kucing), manusia
3) Mainan (boneka, kubus, sendok, cangkir, bola)
c. Cara melakukan TDD:
1) Tanyakan tanggal, bulan dan tahun anak lahir, hitung umur anak
dalam bulan.
2) Pilih daftar pertanyaan TDD yang sesuai dengan umur anak.
3) Pada anak umur kurang dari 24 bulan:
 Semua pertanyaan harus dijawab oleh orang tua / pengasuh
anak. Tidak usah ragu-ragu atau takut menjawab, karena
tidak untuk mencari siapa yang salah.
 Bacakan pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu
per satu, berurutan.
 Tunggu jawaban dari orangtua/ pengasuh anak.
 Jawaban YA jika menurut orangtua/ pengasuh, anak dapat
melakukannya dalam satu bulan terakhir.
 Jawaban TIDAK jika menurut orangtu/pengasuh anak tidak
pernah, tidak tahu atau tak dapat melakukannya dalam satu
bulan terakhir.
4) Pada anak umur 24 bulan atau lebih:
 Pertanyaan-pertanyaan berupa perintah melalui
orangtua/pengasuh untuk dikerjakan oleh anak.
 Amati kemampuan anak dalam melakukan perintah
orangtua/pengasuh.
 Jawaban YA jika anak dapat melakukan perintah orangtua/
pengasuh.
 Jawaban TIDAK jika anak tidak dapat atau tidak mau
melakukan perintah orangtua/pengasuh.
d. Interpretasi:
1) Bila ada satu atau lebih jawaban TIDAK, kemungkinan anak
mengalami gangguan pendengaran.
2) Catat dalam buku KIA atau kartu kohort bayi/balita atau
status/catatan medik anak, jenis kelainan.
e. Intervensi:
1) Tindak lanjut sesuai dengan buku pedoman yang ada.
2) Rujuk ke RS bila tidak dapat ditanggulangi.

5. Tes Daya Lihat


a. Tujuan tes daya lihat adalah untuk mendetaksi secara dini kelainan
daya lihat agar segera dapat dilakukan tindakan lanjutan sehingga
esempatan untuk memperoleh ketajaman daya lihat menjadi lebih
besar.
b. Alat/sarana yang diperlukan adalah:
1) Ruangan yang bersih, tenang dengan penyinaran yang baik.
2) Dua buah kursi, 1 untuk anak, 1 untuk pemeriksa.
3) Poster “E” untukdigantung dan kartu “E” untuk dipegang anak.
4) Alat penunjuk.
c. Cara melakukan TDD:
1) Pilih suatu ruangann yang bersih dan tenang, dengan penyinaran
yang baik.
2) Gantungan poster “E” setinggi mata anak pada posisi duduk.
3) Letakkan sebuah kursi sejauh 3 meter dari poster “E”, menghadap
ke poster “E”.
4) Letakkan sebuah kursi lainnya di samping poster “E” untuk
pemeriksa.
5) Pemeriksa memberikan kartu “E” pada anak. Latih anak dalam
mengarahkan kartu “E” menghadap ke atas, bawah, kiri, dan
kanan; sesuai yang ditunjuk pada poster “E” oleh pemeriksa. Beri
pujian setiap kali anak mau melakukannya. Lakukan hal ini
sampai anak dapat mengarahkan kartu “E” dengan benar.
6) Selanjutnya, anak diminta menutup sebelah matanya dengan
buku/kertas.
7) Dengan alat penunjuk, tunjuk huruf “E” pada poster, satu persatu,
mulai baris pertama sampai baris kempat atau baris “E” terkecil
yang masih dapat dilihat.
8) Puji anak setiap kali dapat mencocokkkan posisi kartu “E” yang
dipegangnya dengan huruf “E” pada poster.
9) Ulangi pemeriksaan tersebut pada mata satunya dengan cara yang
sama.
10) Tulis baris. “E” terkecil yang masih dapat dilihat, pada kertas
yang telah disediakan:
Mata kanan : ............... Mata kiri : ........................
d. Interpretasi:
Anak prasekolah umumnya tidak mengalami kesulitan melihat sampai
baris ketiga pada poster “E”. Bila kedua mata anak tidak dapat melihat
baris ketiga poster “E”, artinya tidak dapat mencocokkan arah kartu
“E” yang dipegangnya dengan arah “E” pada baris ketiga yang
ditunjuk oleh pemeriksa, kemungkinan anak mengalami gangguan
daya lihat.
e. Intervensi:
Bila kemungkinan anak mengalami gangguan daya lihat, minta anak
datang lagi untuk pemeriksaan ulang. Bila pada pemeriksaan
berikutnya, anak tidak dapat melihat sampai baris yang sama, atu tidak
dapaat melihat baris yang sama dengan kedua matanya, rujuk ke RS
dengan menuliskan mata yang mengalami gangguan (kanan, kiri, atau
keduanya).
6. Deteksi Penyimpangan Mental Emosional
Adalah kegiatan/pemeriksaan untuk menemukan secara dini adanya
masalah mental emosional, autisme dan gangguan pemusatan perhatian
dan hiperaktivitas pada anak, agar dapat segera dilakukan tindakan
intervensi. Bila penyimpangan mental emosional terlambat diketahui,
maka intervensinya akan lebih sulit dan hal ini akan berpengaruh pada
tumbuh kembang anak.
Ada beberapa jenis alat yang digunakan untuk mendeteksi secara dini
adanya penyimpangan mental emosional pada anak, yaitu:
a. Deteksi Dini Masalah Mental Emosional Pada Anak Prasekolah
(Kuesioner Masalah Mental Emosional / KMME bagi anak umur 36
bulan sampai 72 bulan.)
b. Tujuannya adalah untuk mendeteksi secar dini adanya penyiimpangan
masalah mental prasekolah.
c. Alat yang digunakan adalah KMME yang terdiri dari 12 pertanyaan
untuk mengenali problem mental emosional anak umur 36 bulan
sampai 72 bulan.
d. Cara melakukan:
1) Tanyakan setiap pertanyaan dengan lambat, jelas, dan nyaring,
satu persatu perilaku yang tertulis pada KMME kepada orangtua /
pengasuh anak
2) Catat jawaban YA, kemudian hitung jumlah jawaban YA.
e. Interpretasi
Bila ada jawaban YA, maka kemungkinan anak mengalami masalah
mental emosional
f. Intervensi
1) Bila Jawaban YA hanya 1
a) Lakukan konseling kepada orang tua menggunakan Buku
Pedoman Pola Asuh Yang Mendukung Perkembangan Anak.
b) Lakukan evaluasi setelah 3 bulan, bila tidak ada perubahan
rujuk ke RS yang memiliki fasilitas kesehatan jiwa/ tumbuh
kembang anak.
2) Bila Jawaban YA ditemukan 2 atau lebih:
Rujuk ke RS yang memiliki fasilitas kesehatan jiwa/ tumbuh
kembang anak. Rujukan harus disertai informasi mengenai jumlah
dan masalah mental emosional yang ditemukan
7. Deteksi Dini Autis Pada Anak Prasekolah
a. Tujuannya adalah untuk mendeteksi secara dini adanya autis pada
umur 18 bulan sampai 36 bulan.
b. Alat yang digunakan adalah CHAT (Checklist for Autism in
Toddlers).
c. Ada 9 pertanyaan yang dijawab oleh orangtua/ pengasuh anak.
d. Pertanyaan diajukan secara berurutan, satu persatu. Jelaskan kepada
orangtua untuk tidak ragu-ragu atautakut menjawab.
e. Ada 5 perintah bagi anak, untuk melaksanaan tugas seperti yang
tertulis CHAT
f. Cara menggunakan CHAT:
1) Ajukan pertanyaan dengan lambat, jelas, dan nyaring, satu persatu
perilaku yang tertulis pada CHAT kepada orangtua atau pengasuh
anak.
2) Lakukan pengamatan kemampuan anak sesuai dengan tugas pada
CHAT.
3) Catat jawaban orangtua/pengasuh anak dan kesimpulan hasil
pengamatan kemampuan anak, YA atau TIDAK. Teliti kembali
apakah semua pertanyaan telah di jawab.
g. Interpretasi:
1) Resiko tinggi menderita autis :bila jawaban “Tidak” pada
pertanyaan A5, A7, B2, B3, dan B4.
2) Resiko pernah menderita autis: bila jawaban “Tidak” pada
pertanyaan A7 dan B4.
3) Kemungkinan gangguan perkembangan lain: bila jawaban
“Tidak” jumlahnya 3 atau lebih untuk pertanyaan A1-A4; A8-A9;
B1; B5.
4) Anak dalam batas normal bila tidak termasuk dalam kategori 1, 2,
dan 3.
h. Intervensi:
Bila anak resiko menderita autis atau kemungkinan ada gangguan
perkembangan, rujuk ke RS yang memiliki fasilitas kesehatan
jiwa/tumbuh kembang anak.
8. Deteksi Dini Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH)
pada Anak Prasekolah.
a. Tujuannya adalah untuk mengetahui secara dini adanya Gangguan
Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) pada anak umur 36
bulan ke atas.
b. Alat yang digunakan adalah formulir deteksi dini GPPH
c. Cara menggunakan formulir deteksi dini GPPH:
1) Ajukan pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu persatu
perilaku yang tertulis pada formulir deteksi dini GPPH. Jelaskan
pada orangtua/pengasuh anak untuk tidak ragu-ragu atau takut
menjawab.
2) Lakukan pengamatan kemampuan anak sesuai dengan pertanyaan
pada formulir deteksi dini GPPH.
3) Keadaan yang ditanyakan/ diamati pada anak dimanapun anak
berada.
4) Catat jawaban dan hasil pengamatan perilaku anak selama
dilakukan pemeriksaan. Teliti kembali apakah semua pertanyaan
telah dijawab.
d. Interpretasi:
1) Beri nilai pada masing-masing jawaban sesuai dengan “bobot
nilai” berikut ini dan jumlahkan nilai masing-masing jawaban
menjadi nilai total.
2) Nilai 0: jika keadaan tersebut tidak ditemukan pada anak.
3) Nilai 1: jika keadaan tersebut kadang-kadang ditemukan pada
anak
4) Nilai 2: jika keadaan tersebut sering ditemukan pada anak.
5) Nilai 3: jika keadaan tersebut selalu ditemukan pada anak.
6) Bila nilai total 13 atau lebih anak kemungkinan dengan GPPH.
e. Intervensi:
1) Anak dengan kemungkinan GPPH perlu dirujuk ke RS yang
memiliki fasilitas kesehatan jiwa/tumbuh kembang anak.
2) Batas nilai total kurang dari 13 tetapi anda ragu-ragu, jadwalkan
pemeriksaan ulang 1 bulan kemudian. Ajukan pertanyaan kepada
orang-orang terdekat dengan anak.
1.1.3 Menurut Frankenburg dkk (1981) melalui DDST (Denver Developmental
Screening Test) ada 4 parameter perkembangan :
1. Personal sosial (kepribadian/tingkah laku sosial)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri bersosialisasi dan
berinteraksi dengan lingkungan.
2. Fine motor adaptive (gerakan motorik halus)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan untuk mengamati sesuatu,
melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja
dan dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat,
misal : kemampuan untuk menggambar sesuatu benda.
3. Language (bahasa)
Kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara, mengikuti
perintah dan berbicara spontan.
4. Gross motor (perkembangan motorik kasar)
Aspek yang berhubungan dengan gerak dan sikap tubuh (Soetjiningsih,
2012: 29-30)
Sedangkan pelaksanaan tes DDST itu sendiri adalah sebagi berikut:
1. Semua item harus diujikan sesuai dengan prosedur yang terstandarisasi.
(sesuai prosedur pelaksanaan per item)
2. Perlu kerjasama yang aktif dari anak.
3. Harus terbina kerja sama yang baik anatra kedua belah pihak. Caranya
dengan berkenalan terlebih dahulu dengan orang tua, baru kemudian
mendekati anak agar ia mersa lebih nyaman dengan kehadiran orang
baru.
4. Ruangan cukup luas, ventilasi baik dan beri kesan yang menyenangkan
dan santai.
5. Orangtua diberitahu bahwa tes ini bukan tes IQ, tetapi untuk melihat
perkembangan anak. Diberitahu bahwa anak tidak selalu dapat
melaksanakan semua tugas yang diberikan.
6. Menyajikan item sebaiknya bersifat fleksibel, tetapi dianjurkan:
a. Item yang kurang aktif, sebaiknya sektor personal sosial dulu
kemudian sektor motorik halus-adaptif.
b. Item yang mudah didahulukan, kemudian anak dipuji bila ia dapat
melakukannya sehingga anak tidak segan untuk aitam selanjutnya.
c. Hanya alat-alat yang akan digunakan saja yang akan diletakkan di
atas meja.
d. Item yang menggunakan alat yang sama sebaiknya dilakukan
berurutan.
e. Pelaksanaan tes pada bayi dalm posisi berbaring sebaiknya
dilakukan secara berurutan.
f. Pelaksanaan tes semua sektor dimulai dengan item terletak di
sebelah kiri garis umur, lalu dilanjutkan ke item di sebelah kanan
garis umur.
7. Jumlah item yang ad bergantung pada lama waktu yang tersedia, yang
terpenting pelaksanaannya mengacu pada tujuan tes, yaitu
mengidentifikasi perkembangan anak dan menentukan kemampuan anak
yang relatif lebih tinggi.
a. Identifikasi perkembangan.
b. Menentukan kemampuan yang relatif lebih.
8. Untuk menentukan bila seorang anak ada resiko perkembangan
identifikasi perkembangan dilakukan:
Langkah 1:
Pada tiap sektor dilakukan paling sedikit 3 aitem tes yang paling dekat di
sebelah kiri garis umur serta tiap aitem tes yang ditembus/berpotongan
dengan garis umur.
Langkah 2:
Bila anak tidak mampu untuk melakukan salah satu aitem pada langkah
1, berikan aitem tambahan di sebelah kiri pada sektor yang sama sampai
anak dapat melewati 3 aitem berturut-turut.
9. Untuk menentukan kemampuan anak yang relatif lebih, dilakukan:
Langkah 1:
Pada tiap sektor dilakukan paling sedikit 3 aitem tes yang paling dekat di
sebelah kiri garis umur serta tiap aitem tes yang ditembus/berpotongan
dengan garis umur.
Langkah 2:
Lanjutkan melakukan aitem ke kanan dari tiap aitem yang lewat dalam
satu sektor hingga tercapai 3 “gagal” berturut-turut.
Interpretasi terhadap DDST:
1. Penilaian Individual
a) Penilaian item “lebih” / Advanced
Bila anak “lulus” pada aitem tes yang terletak di kanan garis
umur, dinyatakan perkembangan anak lebih pada tes tesebut,
karena anak “lulus” pada tes dimana kebanyakan anak tidak
lulus sampai umurnya lebih tua.
b) Penilaian aitem “normal”
Aitem individual yang gagal atau ditolak, tidak perlu
menunjukkan sebuah keterlambatan dalam perkembangan.
Sebagai contoh, bila anak “gagal”/ “menolak” melakukan suatu
aitem tes di sebelah kanan garis umur, maka perkembangan
anak normal. Ini dikarenakan anak berumur lebih muda daripada
umur dimana hanya 25% anak-anak pada sampel standar dapat
melakukan aitem ini sehingga anak tidak diharapkan “lewat”
sampai umur lebih tua.
c) Penilaian aitem “peringatan” / caution = P
Sebuah peringatan (P) pada aitem individual perlu diperhatikan
saat mennginterpretasikan hasil tes. Bila anak
“gagal”/”menolak” melakukan aitem tes dimana garis umur
terletak pada atau antara 75% dan 90% maka diskor dengan P.
Ini menunjukkan lebih dari 75% anak-anak pada sampel standar
dapat “lewat pada umur lebih muda dibandingkan usia anak
yang sedang di tes. Setelah itu tulislah P di sebelah kanan kotak
segipanjang.
d) Penilaian aitem “keterlambatan” / Delayed=T
Sama seperti peringatan, aitem individual yang terlambat perlu
diperhatikan saat menginterprestasikan tes. Aitem
diinterprestasikan “terlambat” bila anak “gagal”/ “menolak”
melakukan aitem tes yang terletak jelas berada di sebelah kiri
garis umur. Hal ini disebabkan anak telah gagal atau menolak
pada aitem tes dimana 90% anak-anak pada sampel standar
dapat “lewat” pada umur lebih muda. Keterlambatan ditandai
dengan memberi warna pada tepi akhir kotak.
e) Penilaian Tidak ada kesempatan
Pada aitem tes yang orangtua melaporkan bahwa anak tidak ada
kesempatan untuk melakukan atau mencoba di skor sebagi
“Tak” untuk tidak ada kesempatan.
2. Penilaian Tes
Normal
a. Bila tidak ada “keterlambatan” / Delayed=T dan paling banyak 1
“caution”
b. Lakukan ulangan pemeriksaan pada kontrol kesehatan
berikutnya.
Suspek
a. Bila didapatakan dua atau lebih “caution” dan / atau satu atau
lebih delays.
b. Lakukan uji ulang dalam 1-2 minggu untuk menghilangkan
faktor sesaat.

Tidak dapat diuji


a. Bila ada skor menolak pada satu aitem tes atau lebih total di
sebelah kiri garis umur atau menolak pada lebih dari satu aitem
tes yang ditembus garis umur pada daerah 75%-90%
b. Lakukan uji ulang dalam 1-2 minggu.
Namun ada juga teori lain yang digunakan untuk menilai tumbuh
kembang anak, antara lain sebagai berikut:
1. Ukuran Antropometik
Dalam ukuran ini dibedakan menjadi 2 kelompok :
a. Tergantung umur
1) BB terhadap umur
2) TB terhadap umur
3) Lingkar kepala terhadap umur
4) Lila terhadap umur
b. Tidak tergantung umur
5) BB terhadap TB
6) Lila terhadap TB
Lain-lain : LILA dibandingkan dengan standar/baku,
lipatan kulit, pada trisep, subskapular, abdominal
dibandingkan dengan baku, kemudian hasil pengukuran
antropometrik dengan suatu baku tertentu misalnya
baku Harvard, NCHS atau baku nasional (Soetjiningsih,
2012 : 37 – 38)
2. Berat badan (BB)
Indikator BB dimanfaatkan untuk :
a. Bahan informasi menilai keadaan gizi baik yang akut
maupun kronis tumbuh kembang dan kesehatan.
b. Memonitor keadaan kesehatan, misalnya pada pengobatan
penyakit.
c. Dasar penghitung dosis obat dan makan yang perlu
diberikan (Soetjiningsih, 2012: 38)
Untuk memperkirakan BB anak dapat digunakan rumus diikuti
oleh Behrman, 1992 yaitu :
Perkiraan BB dalam kg
1) Lahir : 3,25 kg
umur (bulan)  9
2) 3 – 12 bulan :
2
3) 1 – 6 bulan : umur (tahun) x 2 + 8
4) 6 – 12 tahun : umur (tahun) x 7 - 5
3. Tinggi badan (TB)
Merupakan ukuran antrompmetri kedua yang terpenting,
keistimewaannya adalah pada masa pertumbuhan meningkat
terus sampai tinggi maksimal dicapai. Kenaikan TB
berfluktuasi, dimana meningkat pesat pada masa bayi, kemudian
melambat pesat kembali (Adolesen) melambat lagi dan berhenti
umur 18 – 20 tahun.
Tinggi rata-rata pada waktu lahir = 50 cm
Secara garis besar tinggi badan anak dapat diperkirakan sebagai
berikut :
a. 1 tahun :1,5 x TB lahir
b. 4 tahun : : 2 x TB lahir
c. 6 tahun : : 1,5 x TB lahir
d. 13 tahun : 3 x TB lahir
e. Dewasa : 3,5 x TB lahir (2 x TB 2 tahun)
Perkiraan tinggi badan dalam centimeter
a. Lahir : 50 cm
b. Umur 1 tahun : 75 cm
c. 2 – 12 tahun : umur (tahun) x 6 + 77 (Soetjiningsih, 2012:
21)
4. Lingkar kepala
a. Lingkar kepala saat lahir ± 34 cm
b. Pada umur 6 bulan ± 44 cm
c. Pada umur 1 tahun 47 cm
d. Pada umur 2 tahun 49 cm
e. Dewasa 54 cm
Pertumbuhan tulang kepala mengikuti perkembangan otak,
demikian pula sebaliknya. Pada bayi baru lahir berat otaknya ¼
berat otak dewasa, tapi jumlah selnya sudah mencapai 2/3
jumlah sel orang dewasa. (Soetjiningsih, 2012: 23)
5. Gigi
a. Gigi pertama tumbuh pada umur 5-9 bulan. Pada umur 1
tahun sebagian besar anak mempunyai 6-8 gigi susu.
Selama tahun kedua gigi tubuh 8 lagi, sehingga jumlah
seluruhnya sekitar 14-16 gigi dan pada umur 2,5 tahun
sudah terdapat 20 gigi susu.
b. Erupsi gigi tetap.
Menurut Soetjiningsih, (2012: 24) erupsi gigi tetap terdiri:
1) Molar pertama 6-7 tahun
2) Incisor 7-9 tahun
3) Premolar 9-11 tahun
4) Kaninus 10-12 tahun
5) Molar kedua 12-16 tahun
6) Molar ketiga 17-25 tahun.
6. Jaringan lemak
Selain otot, jaringan lemak juga menentukan ukuran dan bentuk
tubuh seseorang. Penambahan jumlah sel lemak meningkat pada
trimester II kehamilan sampai pertengahan masa bayi. Setelah
itu sel lemak tidak banyak bertambah dan besarnya sel lemak
menentukan gemuk atau kurusnya seseorang. Pertumbuhan
jaringan lemak akan bertambah lagi pada anak perempuan umur
8 tahun dan pada anak laki-laki umur 10 tahun hingga awal
menjelang pubertas. Seteah itu pada pria mengurang, tapi anak
wanita bertambah sampai dewasa. (Soetjiningsih, 2012: 24-25)
7. Organ-organ tubuh
Menurut Soetjiningsih (2012: 25-26) ,pertumbuhan organ-organ
tubuh mengikuti polanya sendiri-sendiri secara ummum terdapat
4 pola pertumbuhan yaitu:
a) Pola umum (general pattern)
Yang mengikuti pertumbuhan pola umum adalah tulang
panjang. Otot skelet (pada neonatus 20-25% berat badan,
setelah dewasa 40% berat badan). Sistem pencernaan,
pernafasan, peredaran.
b) Pada neural (brain dan head pattern)
Perkembangan otak bersama-sama tulang tengkorak yang
melindunginya, mata dan tenaga berlangsung lebih dini.
c) Pola limfoid
Pertumbuhan jaringan limfoid agak bebeda dari jaringan
tubuh lainnya, pertumbuhan mencapai maksimum sebelum
adolesensi kemudian menurun hingga mencapai ukuran
dewasa.
d) Pola genetal
Organ-organ reproduksi mengikuti pola genetal, dimana
pertumbuhannya lambat pada pra remaja, kemudian disusun
pacu adolesensi yang pesat
1.2 Teori Asuhan Anak Sehat
A. Pengkajian Data
1. Data Subyektif
a. Biodata anak
1) Umur
Dalam kurun reproduksi sehat dikenal usia aman untuk kehamilan
dan persalinan adalah 20-30 tahun. Kematian maternal pada wanita
hamil dan melahirkan pada usia di bawah 20 tahun ternyata 2-5 kali
lebih tinggi daripada kematian maternal yang terjadi pada usia 20-
29 tahun. Kematian maternal meningkat kembali setelah usia 30-35
tahun (Prawirohardjo, 2006: 23).
2) Suku/bangsa
Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari-hari
(Anggraini, 2010: 135).
3) Pendidikan
Pendidikan yang baik bagi orang tua akan memudahkan informasi
dari luar baik mengenai kesehatan anak, pengasuhan anak yang
baik, juga pendidikan anak (Ngastiyah, 2005 : 7).
Diperhitungkan, faktor pendidikan dan ekonomi dapat
menimbulkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan janin
dalam rahim (Manuaba, 2010: 242).
4) Pekerjaan
Putus kerja, karena berbagai alasan sehingga menambah sulitnya
masalah sosial ekonomi (Manuaba, 2010 : 235).
5) Penghasilan
Jika penghasilan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan anak,
misalnya pemenuhan gizi, pendidikan, dan lainnya tentu
mengakibatkan ganguan tumbuh kembang anak (Ngastiyah, 2005 :
7).
6) Umur menikah
Penyakit pada kehamilan remaja lebih tinggi dibandingkan kurun
waktu reproduksi sehat antara umur 20 sampai 30 tahun
(Prawirohardjo, 2006: 23).
7) Alamat
Radiasi pada janin sebelum umur 18 minggu kehamilan dapat
menyebabkan kematian janin, kerusakan otak, mikrosefali, atau
cacat bawaan lainnya. Seperti yang terjadi pada eristiwaa Hirosima,
Nagasaki, dan Chernobyl. Efek radiasi pada orang laki-laki dapat
menyebabkan cacat bawaan pada anaknya (Ngastiyah, 2005: 3).
Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila diperlukan
(Anggraini, 2010: 135).
b. Riwayat Kesehatan Anak Sekarang
Anak yang menderita penyakit menahun akan terganggu tumbuhnya
dan pendidikannya disamping itu anak juga mengalami stress yang
berkepanjangan akibat dari penyakitnya (Soetjiningsih, 1995 : 7).
c. Riwayat kesehatan ibu
Gizi ibu yang jelek sebelum hamil maupun saat hamil lebih sering
mengakibatkan berat badan lahir rendah (BBLR) atau lahir mati, tapi
jarang menyebabkan kelainan bawaan. Selain itu, dapat juga
mnyebabkan hambatan pertumbuhan otak janin, anemia pada bayi
baru lahir, BBLR mudah mendapat infeksi, abortus dan sebagainya.
Anak yang lahir dari ibu kurang gizi pula dan anak mudak mendapat
infeksi. Jika bayi tersebut wanita, akan menghasilkan wanita dewasa
yang berat dan tingginya kurang pula. Ini merupakan lingkaran setan
di negara yang miskin. Radiasi pada janin sebelum umur 18 minggu
kehamilan dapat menyebabkan kematian janin, kerusakan otak,
mikrosefali, atau cacat bawaan lainnya. Seperti yang terjadi pada
eristiwaa Hirosima, Nagasaki, dan Chernobyl. Efek radiasi pada orang
laki-laki dapat menyebabkan cacat bawaan pada anaknya. Bila ibu
saat pranatal mengalami trauma dan cairan ketuban yng kurang dapat
menyebabkan kelainan bawaan pada bayi yang dilahirkan. Juga posisi
janin dala uterus dapat mengakibatkan talipes, dislokasi panggul,
tortikolis kongenital, paralisis fasialis atau tabung otak. Masa
organogenesis adalah masa yang sangat peka terhadap zat-zat
teratogen. Misalnya seperti obat-obatan sperti taladomid, fentoin,
metadion, dan obat-obatan anti kanker yang menyebabkan kelainan
bawaan. Demikian ibu hamil yang perokok berat/peminum alkohol
kronis sering melahirkan bayi berat badan lahir rendah, lahir mati,
cacat atau retardasi mental. Keracunan logam berat misalnya makan
ikan yang terkontaminasi merkuri dapat menyebakan mikrosefali dan
aralisis serebralis seperti di jepang yang disebut penyakit Minamata.
Infeksi intrauterin yang sering menyebabkan cacat bawaan adalah
TORCH (toksoplasmosis, rubella, sitomegalovirus, herpes simpleks).
Sedangkan infeksi lain yang juga menyebabkan penyakit pada janin
ialah: varisela, coxsackie echovirus, malaria, lues, HIV, polio,
campak, leptospira, listeriosis, mikoplasma, virus influenza dan virus
hepatitis. Diduga stiap hiperpireksia pada ibu hamil dapat merusak
janin. Ibu hamil yang mengalami stres dapat mempengaruhi tumbuh
kembang janin seperti cacat bawaan, kelainan kejiwaan, dan lain-lain.
Rhesus atau ABO inkompatibilitas sering menyebabkan abortus,
hidrops fetalis, kernikterus (atau lahir mati). Akibat gangguan pada
plasenta atau tali pusat yang menyebabkan menurunnya oksigenasi
janin dapat menyebabkan berat badan lahir rendah (Ngastiyah, 2005 :
3-4).
d. Riwayat Perinatal
Trauma kepala akibat pesalinan akan berpengaruh besar dan dapat
meninggalkan cacat permanen. BBLR yang disertai asfiksia berat
dapat terjadi paralisis serebralis, hiperbilirubinemia disertai
kernikterus, IRDS (idiophatic respiratory distress syndrome) asidosis
metabolik, dan meningitis atau ensefalitis (Ngastiyah, 2005 : 4).
e. Riwayat Postnatal
Pemberian ASI sedini mungkin segera bayi setelah lahir
merupakan stimulus dini terhadap tumbuh kembang anak. Keuntungan
bagi bayi selain nilai gizi yang tinggi ASI juga mengandung zat anti
yang melindungi bayi dari berbagai macam infeksi. Di samping itu,
bayi juga merasakan sentuhan, kata-kata, dan tatapan kasih sayang dari
ibunya serta mendapatkan kehangatan yang penting untuk tumbang
bayi. Keuntungan bagi ibu, juga adanya sekresi hormon oksitosin yang
mempercepat berhentinya pendarahan setelah melahirkan, dan
prolaktin akan mencegah terjadinya ovulasi yang mempunyai efek
menarangkan kehamilan. Makanan memegang peranan penting dalam
tumbuh kembang anak. Kebutuhan anak berbeda dengan orang dewasa
karena makanan diperlukan juga untuk prtumbuhan. Dalam hal ini,
diperlukan kecukupan tersedianya makanan dan keamanan pangan
(food safety) ialah terbebasnya makanan dari berbagai racun fisika,
kimia, dan biologis yang dapat mengancam kesehatan anak. Untuk
mempertahankan agar bayi/anak tetap sehat dilakukan pemeriksaan
dan penimbangan berat badan secara rutin setiap bulan dipelayanan
kesehatan (dokter, puskesmas). Dengan pemberian imunisasi
diharapkan anak terhindar dari penyakit. Dianjurkan agar sebelum bayi
umur satu tahun mendapat imunisasi BCG, polio 3 kali, DPT 3x,
hepatitis B 3 kali dan campak 3 kali. Selain itu gizi juga penting untuk
mennjang ketahanan tubuh. Anak yang menderita sakit kronis akan
terganggu tumbuh kembang dan pendidikannya. Disamping itu anak
juga menderita stres akibat penyakit yang berkepanjangan. Karena ada
perbedaan yang mendasar dalam proses metabolisme anak dalam
berbagai umur, maka kebutuhan nutrien harus diperhitungkan dengan
tepat. Hormon-hormon yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang
anak adalah hormon pertubuhan, tiroid, hormon sek, insulin IGF dan
hormon yang dihasilkan oleh kelenjar andrenal. Kemarau panjang dan
bencana alam yang menyebabkan gagal panen menyebabkan anak
kurang gizi. Gondok endemik terdapat di daerah pegunungan yang air
tanahnya kurang mengandung iodium. Kebersihan yang krang baik,
lingkungn maupun perorangan dapat menyebabkan gangguan tumbuh
kembang karena anak mudah mendapat infeksi. Rumah perlu cukup
ventilasi agar pertukaran udara baik dan sinar mata hari perlu untuk
kesehatan pula. Penghuni yang banyak kurang menjamin kesehatan.
Akibat radiasi yang tinggi dapat menggangu tumbuh kembang anak.
Stimulasi merupakan hal yang penting dalam tumbuh kembang anak.
Anak yang mendapat stimulasi yang terarah dan teratur akan lebih
cepat berkembang dibanding anak yang tidak atau kurang mendapat
stimulasi. Motivasi belajar dapat diciptakan sjak dini dengan
meyediakan lingkungan yang kondusif untuk belajar. Ganjaran
diberikan pada anak jika berbuat kebajikan atau mencapai
keberhasilan. Ganjaran berupa pujian, ciuman, belaian, tepuk tangan,
dsb. Akan tetapi menghukum dengan wajar pada anak yang salah dapat
dibenarkan. Menghukum tidak boleh dilakukan dengan melampiaskan
kebenjian atau kejengkelan pada anak. Hukuman harus bersifat
objektif dengan memberikan pengertian tujuan hukuman tersebut agar
anak tidak mengulangi lagi. Untuk proses sosialisasi dengan
lingkungan, anak memerlukan teman sebaya. Orang tua harus tetap
memperhatikan dan memantau dengan siapa anak bergaul. Stres pada
anak juga berpegaruh pada tumbuh kembangnya karena dapat
menyebabkan anak menarik diri, rendah hati, terlambat bicara, dsb.
Salah satu hak anak adalah untuk dicintai dan dilindungi kasih sayang
dan perlakuan yang adil dari orang tuanya sangat diperlukan untuk
anak agar dikemudian hari tidak menjadi anak yang sombong dan akan
memberikan kasih sayangnya pada sesama. Jika penghasilan tidak
cukup untuk memenuhi kebutuhan anak, misalnya pemenuhan gizi,
pendidikan, dan lainnya tentu mengakibatkan ganguan tumbuh
kembang anak (Ngastiyah, 2005 : 4-7).
f. Riwayat Kesehatan Keluarga
Dalam keluarga bila ada yang menderita sakit menular dapat
menularkan pada bayinya, juga factor genetic merupakan modal dasar
mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang (Soetjiningsih, 1995 : 2).
Ada juga berbagai penyakit keturunan yang disebabkan oleh kelainan
kromosom seperti sindrom down, sindrom turner, dll (Ngastiyah, 2005
: 2).
Pada anak yang menderita jantung bawaan didapatkan anak terlihat
pucat, banyak berkeringat bercucuran, ujung-ujung jari hiperemik.
g. Riwayat Tumbuh Kembang
Dengan mengetahui tumbuh kembang, dapat mendeteksi berbagai
hal yang berhubungan dengan segala upaya untuk menjaga dan
mengoptimalkan tumbuh kembang anak baik fisik, mental dan sosial,
juga menegakkan diagnosa dini setiap kelainan tumbuh kembang dan
kemungkinan penanganan yang efektif serta mencegah dan mencari
penyebabnya (Soetjiningsih, 1995 : 7).
h. Riwayat imunisasi
Dengan pemberian imunisasi diharapkan anak terhindar dari penyakit-
penyakit tertentu yang bisa menyebabkan kecacatan dan kematian.
Dianjurkan sebelum anak berumur 1 tahun sudah mendapat imunisasi
lengkap. (Soetjiningsih, 2012: 7)
Umur Jenis Imunisasi
0-7 hari HB 1
1 bulan BCG
2 bulan HB2, DPT1, polio 1
3 bulan HB3, DPT2, polio 2
4 bulan DPT3, polio 3
9 bulan Campak, polio 4
(Depkes RI, 1997:27)
i. Pola kebiasaan sehari-hari
1) Nutrisi
Pemberian nutrisi pada anak harus cukup baik dari segi kuantitas
maupun kualitasnya, seperti : protein, lemak, karbohidrat dan
mineral serta vitamin. (Pusdiknakes, 1992 : 10 – 11)
a) Kebutuhan
Kebutuhan zat gizi menurut poedyasmoro, DKK
Kebutuhan energi
1000 + (100 x 2,25) =1225 kalori
Kebutuhan protein
10 % x 1225 = 122,5 kal
Kebutuhan lemak
20 x 1225 = 245 kal
b) Kualitas / komposisi
Karbohidrat : nasi, roti, ubi.
Protein : hewani, meliputi: ayam, telur, daging, ikan. Dan
nabati, meliputi: tempe, tahu.
Vitamin : sayuran dan buah-buahan.
Mineral : sayuran.
Lemak : diperoleh dari sumber protein.
Air / ditambah 1 gelas susu.
c) Kuantitas
Berikan makanan pada anak 3 kali sehari dengan komposisi
nasi, sayur, lauk-pauk, buah-buahan dan air atau satu gelas
susu.
 Waktu pemberian
Berikan makan pada anak pada saat pagi, siang dan sore.
Pagi sekitar pukul 06.00 – 07.00, siang 12.00 – 13.00 dan
malam hari pukul 18.00 – 20.00.
 Makanan tambahan / selingan
Berikan makanan selingan antara makan pagi dan makan siang
antara pukul 10.00 dan antara makan siang dan makan malam
sekitar pukul 16.00. Makanan yang diberikan bisa berupa
makanan yang disukai anak tanpa mengesampingkan
kebutuhan gizinya.
2) Pola eliminasi BAB/BAK
Anak umur 1 ½ - 2 tahun berhenti mengompol pada siang hari 2 ½
- 3 tahun berhenti mengompol pada malam hari. Anak perempuan
lebih dulu berhenti mengompol, bila umur 3 – 4 tahun masih
mengompol. Dicari penyebabnya. Toilet training (latihan defekasi
perlu dimulai penyebabnya agar evakuasi sisa makanan dilakukan
secara teratur yang mempermudah kelancaran pemberian
makanan).
3) Istirahat dan tidur
Anak yang sudah mulai besar akan berkurang waktu istirahatnya,
karena kegiatan fisiknya meningkat seperti bermain.
Kebutuhan tidur : 2 -3 jam tidur siang, 7 – 8 jam tidur malam
(Suryanah, 1996 : 80)
4) Olahraga dan rekreasi
Olahraga akan meningkatkan sirkulasi, aktivitas fisiologis dan
stimulasi perkembangan otot-otot. (Pusdiknakes, 1993 : 16)
5) Personal hygiene
Anak mandi 2x sehari, keramas 3x seminggu potong kuku 1x,
membersihkan mulut dan gigi untuk bayi yang sudah tumbuh
giginya dengan pasta gigi dan sikat sesuai umur.Kebersihan
lingkungan perlu diperhatikan karena anak suka bermain di lantai.
6) Riwayat ketergantungan
a) Menghisap jempol merupakan salah satu bentuk manipulasi
atas tubuh yang normal yang terjadi pada usia dini. Hal ini
dapat menjadi berlebihan pada keadaan akibat aktivitas dalam
usia yang masih dini atau karena suatu regrasi bila anak sedang
lelah atau tegang.
b) Menggunakan empeng/kempongan akan menggangu rahang.
2. Data Subyektif
a. Pemeriksaan fisik
1) Tanda-tanda vital
a) Suhu
Nilai normal suhu anak rata-rata
Usia Nilai suhu derajat (oC)
3 bulan 37,5
6 bulan 37,5
1 tahun 37,7
3 tahun 37,2
5 tahun 37
7 tahun 36,8
9 tahun 36,7
11 tahun 36,7
13 tahun 36,6
Keterangan
Frekuensi kenaikan suhu pada bayi sering berbeda sekitar 0,5-
1oC, masih dalam batas normal (Pusdiknakes, 1993 : 8).

b) Nadi
 Dapat diukur pada arteri radialis dan arteri femoralis bagi
anak umur lebih 1 tahun, sedangkan pada bayi
menggunakan stetoskop pada apex jantung. Nadi dihitung
dengan waktu satu menit, dan kemungkinan iramanya
kurang teratur.
 Nilai nadi pada anak (denyut permenit)
Usia Waktu bangun Tidur Demam
Bayi baru lahir 100-180 80-160 > 220
1 minggu 3 bln 100-220 80-200 > 220
3 bln-2 tahun 80-150 70-120 > 200
2-10 tahun 70-110 60-90 > 200
10 thn-dewasa 50-90 50-90 >200
(Pusdiknakes, 1993 : 9)
c) Pernafasan
Pernafasan anak dihitung sama dengan pada orang dewasa,
kecuali pada bayi dhitung dari gerakan diafragma, atau gerakan
abdominal, pernafasan tersebut dihitung dalam waktu 1 menit
Nilai pernafasan rata-rata setiap menit sesuai umur :
Umur Nilai pernafasan/menit
Bayi baru lahir 35
1-11 bulan 30
2 tahun 25
4 tahun 23
6 tahun 21
8 tahun 20
10-12 tahun 19
14 tahun 18
16 tahun 17
18 tahun 16-18
(Pusdiknakes, 1993 : 9)
d) Tekanan darah
Merupakan pengukuran tanda-tanda vital yang biasanya diukur
pada anak 3 tahun keatas. Pada pengukuran tekanan darah anak
harus tenang dan rileks, pada bayi dan anak-anak lebih tenang
bila dipasang oleh orang tuanya. Akurat tidaknya pengukuran
tekanan darah tergantung dari ukuran manset tensi meternya.
Lebar manset harus mencukupi 2/3 lengan atas, sedangkan
panjang manset harus cukup melingkari lengan (Pusdiknakes,
1993 : 9)
Dalam periode neonatal rata-rata tekanan darah sistolik adalah
70 mmHg. Sejak usia enam minggu hingga usia 10 tahun, rata-
rata tekanan darah sistolik tetap berada di sekitar 95 mm Hg,
dan sebagian besaranak-anak akan memiliki tekanan darah
sistolik kurang dari 115 mm Hg. Rata-rata tekanan darah
sistolik adalah 125 mm Hg saat usia mencapai 16 tahun.
(Meadow, 2005: 39)
2) Ukuran pertumbuhan anak
BB: disesuaikan dengan usia anak
TB: disesuaikan dengan usia anak
LK: disesuaikan dengan usia anak

b. Pemeriksaan umum
1) Kepala : Rambut diperiksa pertumbuhannya, warna,
diameter (teabal atau tipis), sifat (lurus atau
keriting) dan akar rambut (mudah dicabut atau
tidak) (Moersintowarti, 2002: 60).
2) Mata : Konjungtiva tidak anemis, berwarna merah
muda, sclera putih, simetris, tidak ada rabun
senja akibat kurang vitamin A.
3) Hidung : Tampak Bersih, Tidak ada polip, tidak ada
secret/cairan.
4) Mulut dan gigi : Tidak ada luka atau sakit di sekitar bibir, Tidak
ada caries, bibir tidak pecah-pecah, tidak ada
stomatitis, mulut tidak berbau (Meadow, 2005:
39)
5) Telinga : Bersih, simetris, tidak ada serumen, tidak ada
edema, dan sekresi kelenjar mukosa (Meadow,
2005: 37)
6) Leher : Tidak ada pembengkakan pada kelenjar tyroid,
vena jugularis dan kelenjar limfe.
7) Dada : Dada simetris, tidak ada retraksi interkosta,
wheezing dan ronchi (-).
8) Abdomen : Abdomen tidak buncit, hernia (-), tidak ada
nyeri tekan,
9) Kulit : Bersih, turgor baik, elastis dan tidak cyanosis.
10) Ekstremitas
a) Atas : Bentuk simetris, gerak aktif, kuku tampak
bersih, tidak ada kelainan seperti sindaktili,
polidaktili.
b) Bawah : Bentuk simetris, tidak ada kelainan, gerakan
aktif.
11) Genetalia : Bersih
a) Pada anak laki-laki : penis bentuknya normal, uretra berada
pada ujung penis, testis sudah turun, tidak ada pembengkakan
pada scrotum (Meadow, 2005: 40- 41).
b) Pada anak perempuan: labia mayor sudah menutupi labia
minor, pada vulva tidak ada rasa sakit, luka, pengeluaran cairan
atau abnormalitas. (Meadow, 2005: 41)
12) Anus : Bersih, terdapat lubang anus, tidak ada luka
pada anus

3. Analisa Data
Menurut Depkes RI (1995 : 29) Data yang terkumpul kemudian dianalisa
dengan metode sebagai berikut :
a. Menentukan hubungan antara fakta yang satu dengan lainnya.
b. Untuk mencari hubungan sebab akibat
c. Menentukan masalah yang terjadi
d. Menentukan penyebab utamanya
e. Menentukan tingkat masalah

B. Diagnosa Kebidanan
Anak sehat, umur tahun, jenis kelamin, status gizi ..., fase tumbuh kembang
sesuai umur, keadaan umum baik,.
Dengan kemungkinan masalah :
1. Tertambahnya perkembangan motorik sehubungan dengan kurangnya
kesempatan anak belajar.
2. Resiko sakit sehubungan dengan penurunan daya tahan tubuh.
3. Potensial cidera sehubungan dengan tumbuh kembang anak
C. Perencanaan
1. Diagnosa : Anak sehat, umur……, jenis kelamin…….., status gizi………,
pertumbuhan……., perkembangan……..
Tujuan : Tumbuh kembang anak optimal
Kriteria : a) Anak sehat, bertambah umur bertambah tinggi dan besar
b) Tumbuh kembang anak sesuai dengan umurnya
Intervensi
a. Beri pujian kepada ibu karena telah mengasuh anaknya dengan baik
R/ ibu merasa dihargai dan bangga karena mampu mengasuh anaknya.
b. Anjurkan pada ibu untuk meneruskan pola asuh anak sesuai dengan
tahap perkembangan anak
R/ mengetahui tumbuh kembang anak sesuai umurnya
c. Anjurkan ibu untuk memberi stimulasi perkembangan anak setiap saat,
sesering mungkin, sesuai dengan umur dan kesiapan anak
R/ ibu memantau secara dini tumbuh kembang anak sesuai umurnya
d. Anjurkan ibu untuk mengikutkan anak pada kegiatan penimbangan dan
pelayanan kesehatan di Posyandu secara teratur setiap sebulan 1 kali
dan setiap ada kegiatan Bina Keluarga Balita (BKB). Jika anak sudah
memasuki usia prasekolah (36-72 bulan), anak dapat diikutkan pada
kegiatan PAUD atau TK.
R/ mengetahui pertumbuhan dan perkembangan anaknya
e. Anjurkan ibu untuk melakukan pemeriksaan rutin dan melakukan
pemeriksaan kembali pada tgl. 03 Juli 2014
R/ memantau dan deteksi dini tumbuh kembang anak

2. Masalah I : Terlambatnya perkembangan motorik sehubungan dengan


kurangnya kesempatan belajar.
Tujuan : Perkembangan motorik tercapai
Kriteria : a) Anak mampu menolong diri sendiri
b) Anak dpat memakai baju tanpa bantuan
c) Anak dapat mengancing baju
Intervensi
a. Jelaskan pada ibu tentang keterlambatan perkembangan motorik anak.
R/ Keterlambatan motorik anak dipengaruhi ibu dalam
pengasuhannya.
b. Anjurkan pada ibu untuk memberikan kesempatan anak belajar
menolong diri sendiri.
R/ Kesempatan belajar menstimulasi organ motorik untuk
berkembang.
c. Anjurkan pada ibu untuk mengajari anak sendiri.
R/ Motivasi mandiri mempengaruhi proses perkembangan motorik.
3. Masalah II : Potensial cidera sehubungan dengan aktifitas bermain anak.
Tujuan : Tidak terjadi cidera sesame masa bermain
Kriteria : Anak dapat melewati masa perkembangannya tanpa
mengalami cidera.
Intervensi
a. Jelaskan pada ibu bahwa masa-masa bermain merupakan masa yang
harus dilalui anak.
R./ Bermain merupakan salah satu cara mencapai fungsi
perkembangan.
b. Jangan melarang anak untuk bermain. Tetapi berilah pengawasan dari
orang tua.
R./ Melarang anak sama dengan mengekang daya kreatifitas anak.
c. Anjurkan pada ibu untuk menyediakan ruangan/tempat bermain yang
aman.
R./ Tempat yang aman menjauhkan anak dari cidera.
d. Anjurkan ibu untuk menyediakan anak alat permainan sesuai umurnya.
R./ Alat permainan yang sesuai dapat merangsang kreaktifitas anak.
4. Masalah III : Resiko sakit sehubungan dengan penurunan daya tahan tubuh
Tujuan : Anak tidak jatuh dalam kondisi sakit.
Kriteria : Anak sehat dan daya tahan tubuh kuat.
Intervensi
a. Jelaskan pada ibu tentang akibat penurunan daya tahan tubuh.
R/ Daya tahan tubuh yang menurun memudahkan masuknya penyakit
pengaruh dari luar seperti kuman penyakit.
e. Anjurkan ibu untuk menjaga anaknya dari pengaruh cuaca.
R/ Cuaca yang tidak dalam adaptasi lingkungan, sehingga jika kondisi
turun menimbulkan sakit.
f. Anjurkan ibu memberikan makanan bergizi.
R/ Meningkatkan kekebalan tubuh anak terhadap penyakit
D. Pelaksanaan
Pada langkah ini, rencana asuhan menyeluruh dilaksanakan secara efisien dan
aman. Realisasi dari perencanaan dapat dilakukan oleh bidan, pasien atau
anggota keluarga yang lain. Jika bidan tidak melakukannya sendiri, ia tetap
memikul tanggung jawab atas terlaksananya seluruh perencanaan. Manajemen
yang efisien akan menyingkat waktu, biaya dan meningkatkan mutu asuhan
(Purwanti, 2012: 97).
E. Evaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi, keefektifan dan asuhan yang sudah
diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar
telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi
didalam diagnosa dan masalah.
Langkah evaluasi dalam asuhan kebidanan didokumentasikan dalam bentuk
SOAP (Pusdiknakes-WHO-JPIEGO, 2001 : 1-41)

S : Data Subjektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data
melalui anamnese.
O : Data Objektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil lab dan tes diagnostic
lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung
assessment
A : Assessment
Menggambarkan pendukomentasian hasil analisa data dan
interprestasi S dan O dalam suatu identifikasi
- Diagnosa masalah
- Antisipasi diagnosa lain/masalah potensial
P : Planning
Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan dan evaluasi
berdasarkan assessment
BAB II
TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN DATA
Tempat Pengkajian: TKIT Ar-Rohmah Selosari
Tanggal Pengkajian: 14 Juni 2019, pukul 08.00 WIB
1. Pengumpulan Data
a. Data Subyektif
1) Biodata Anak
Nama : An. “M”
Umur : 41 bulan 23 hari
TTL : 22-12-2015
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Anak ke :3
Biodata Orang tua
Ibu Ayah
Nama : Ny. “S” Tn. “S”
Umur : 34 tahun 36 tahun
Agama : Islam Islam
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMA STM
Pekerjaan : Guru Wiraswasta
Penghasilan : Rp.1.500.000 Rp.2.000.000,00
Alamat : Jln, Hasanudin 2/6 Selosari Magetan
2) Keluhan Utama
Ibu mengatakan anak dalam kondisi sehat dan tidak mempunyai
keluhan apapun.
3) Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Kesehatan Dulu
Ibu mengatakan sejak lahir sampai sekarang anak tidak
pernah menderita sakit yang menganggu pertumbuhan dan
perkembangannya. Anak pernah menderita pernah
mengalami batuk,flu,demam. Bila, batuk, flu ibu biasanya
membawanya ke bidan atau dibelikan obat di apotik anak
sudah sembuh.
b) Riwayat Prenatal
Ibu mengatakan selama hamil ibu rutin periksa ke bidan.
Ibu tidak ada pantangan makanan. Ibu tidak mengalami
penyulit apapun hanya mual saat hamil muda. Selama
hamil ibu mendapat multivitamin dan tablet tambah darah
tealh dimunum sesuai petunjuk. Ibu juga mendapatkan
penyuluhan tentang nutrisi selama hamil dan ibu
mengatakan melaksanakan anjuran bidan. Ibu juga tidak
pernah mengalami trauma fisik (benturan pada perutnya)
seperti terpeleset, benturan karena kecelakaan yang bisa
mengganggu kehamilannya. Dan juga tidak pernah
mengalami kekerasan psikologi seperti KDRT selama
hamil. Ibu juga tidak pernah menderita penyakit TORCH,
PMS, DM. Ibu pernah melakukan pemeriksaan dengan
USG saat usia kehamilan 8 bulan.
c) Riwayat Natal
Ibu mengatakan saat melahirkan usia kehamilan ibu 9
bulan. Ibu melahirkan anak ”M” pada tanggal 22-12-2015
ditolong oleh bidan. Bayi lahir sontan langsung menangis
BB lahir 3400 gram, PB 50 cm. Plasenta lahir spontan 22-
12-2015 lengkap, tidak mengalami perdarahan yang hebat
setelah melahirkan.
d) Riwayat post natal
Nifas ibu dilalui normal tanpa adanya penyulit dan tidak
mengalami post partum blues. Masa nifas dilalui dalam
waktu 40 hari, lochea keluar sesuai harinya ibu tidak
mengalami komplikasi. Bayi setelah persalinan tidak
mengalami ikterus, tidak mengalami asfiksia, tidak
mengalami hipoglikemi, tidak ada cephal dan caput, tidak
hipotermi, tidak mengalami trauma kepala. Tidak
meningitis/encefalitis yang terjadi 6 bulan pertama
kehidupan. Setelah lahir bayi diberi ASI dan disambung
dengan susu formula.
e) Riwayat kesehatan sekarang
Ibu mengatakan satu minggu ini anaknya tidak sedang
menderita penyakit demam, batuk, pilek, tidak sedang
menderita penyakit dengan gejala batuk yang lama tidak
sembuh dalam 1 bulan, berkeringat dimalam hari (TBC),
nafsu makan berkurang, kencing berwarna kuning
keclokatan seperti teh, mata kuning (Hepatitis), nafsu
makan berkurang, berat badan berkurang drastis, mudah
sakit dan lam sembuhnya (AIDS), sering kencing, banyak
makan dan minum (DM). Mudah lelah, konjungtiva
palpebra pucat (Anemia), bila terluka darah sulit membeku
(Hemofillia) dan ibu tidak pernah mempunyai bunatang
peliharaan kucing dirumah (TORCH). Anak dalam keadaan
sehat.
f) Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada yang menderita
penyakit menular seperti TBC, hepatitis, tidak ada yang
menderita penyakit menurun seperti hipertensi dan penyakit
kencing manis, tidak ada yang menderita penyakit menahun
seperti penyakit jantung
g) Riwayat tumbuh kembang
Ibu mengatakan anaknya sudah bisa:
 Pada umur 3 bulan, bayi bisa: Miring.
 Pada umur 4 bulan, bayi bisa : ngoceh
 Pada umur 5 bulan, bayi bisa: Tengkurap
 Pada umur 7 bulan, bayi bisa: Duduk
h) Riwayat imunisasi
Ibu mengatakan anaknya sudah mendapatkan imunisasi
lengkap.
i) Kebutuhan sehari-hari
 Nutrisi
Anak mendapat ASI dan susu formula, lalu ASI berhenti
diberikan pada usia 2 tahun. Sampai saat ini anak masih
masih dibiasakan untuk minum susu formula sebelum
berangkat sekolah dan saat anak ingin dibuatkan susu.
Anak makan 3 x sehari dengan komposisi nasi, sayur
(sop, bobor,oseng kangkung, sayur bening) lauk (tempe,
tahu, daging, ayam,telur) dan minum air putih 5-6 gelas
perhari.
 Eliminasi
BAB 1x sehari, kadang 2 hari sekali, konsistensi lunak,
warna kuning trengguli, bau khas. BAK 4-5 kali sehari,
warna jernih, bau khas tidak ada keluhan.
 Istirahat dan tidur
Anak jarang tidur siang, jika mau tidur biasanya anak
tidur 1-2 jam. mulai pukul 12.00-14.00 WIB, tidur
malam pukul 21.00-06.00 WIB. Dan anak jarang
terbangun pada malam hari.
 Personal hygiene
Anak mandi 2x sehari, gosok gigi 2x sehari, keramas 2
hari sekali, ganti baju tiap kali mandi, ibu selalu
memotong kukunya bila kuku sudah mulai panjang.
j) Riwayat ketergantungan
Ibu mengatakan anak tidak mempunyai ketergantungan
terhadap obat-obatan tertentu
k) Riwayat spiritual dan psikososial
Anak tumbuh dalam lingkungan keluarga yang
menyayanginya, anak tinggal bersama orang tua dan kedua
kakaknya. Ibu mengatakan anaknya saat bertemu dengan
orang baru akan diam karena belum kenal bila sudah kenal
anak akan senang dan mengajaknya main.

b. Data Obyektif
1) Pemeriksaan Umum
Keadaan umum baik, kesadaran composmentis
2) Pemeriksaan Antropometri
BB : 14 kg
TB : 97 cm
LIKA : 50 cm
Status gizi (BB/TB) : baik/ normal
3) Tanda-tanda vital
S : 36,7oC
N : 90 x/menit, teratur.
R : 20 x/menit, teratur.
4) Pemeriksaan fisik
Kepala : Rambut bersih, warna kecoklatan, penyebaran
merata, tidak mudah rontok, tidak mudah
dicabut, tidak ada benjolan di kepala, tidak ada
bekas luka, kulit kepala bersih.
Muka : Tidak sembab, tidak pucat.
Mata : Simetris, konjungtiva palpebra merah muda,
sklera putih, penglihatan baik.
Hidung : Simetris, tidak ada sekret, tidak ada polip.
Telinga : Simetris, tidak ada seruman, pendengaran baik,
tidak otitis media furulenta.
Mulut dan Gigi: Tidak sianosis, bibir lembab, tidak ada stomatitis,
bersih, terdapat tidak ada caries pada gigi, lidah
bersih, mulut tidak berbau.
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, limfe dan
pembendungan vena jugularis.
Dada : Simetris, tidak ada pembesaran kelenjar limfe
diketiak, pernafasan teratur, denyut jantung
teratur, tidak ada wheezing dan ronchi.
Abdomen : Tidak kembung, tidak ada benjolan.
Punggung : Tidak ada kelainan
Kulit : warna kulit sawo matang, lembab, tidak kering,
turgor baik
Genetalia : Tidak terkaji.
Anus : Tidak terkaji.
Ekstremitas
Atas : Simetris, tidak ada odem pada jari-jari tangan,
tidak ada kelainan bawaan seperti polidaktili,
sindaktili, adaktili, kuku pendek dan bersih.
Bawah : Simetris, tidak odem, tidak ada pas varus dan pas
vagus, kuku pendek dan bersih.
5) Pemeriksaan penunjang
Denver Development Skrining Test (DDST)
Kesimpulan pemeriksaan DDST adalah anak interpretasi tidak
dapat disimpulkan dengan 0T dan 0P
- Personal sosial : normal
- Motorik halus : normal
- Bahasa : normal
- Motorik kasar : normal
6) Pemeriksaan pertumbuhan
BB/TB : 14kg/ 97 cm, interpretasi normal atau gizi normal

LK : 50 cm interpretasi normal

KPSP : jawaban “YA” = 9 dari 9 pertanyaan, interpretasi sesuai

TDD : jawaban “YA” = 3 dari 3 pertanyaan, interpretasi normal

2. Analisa data
No Diagnosa/masalah Data dasar
1. Anak sehat, usia 41 DS :
bulan 23 hari bulan, - Ibu mengatakan anak dalam keadaan
jenis kelamin laki-laki, sehat
status gizi baik, - Ibu mengatakan anaknya lahir pada
pertumbuhan normal, tanggal 22-12-2015
perkembangan DO:
normal,keadaan umum Ukuran antropometri
baik. BB : 14 kg
TB : 97 cm
LIKA : 50 cm
Denver Development Skrining Test
(DDST)
Kesimpulan pemeriksaan DDST adalah
anak interpretasi tak dapat disimpulkan
dengan hasil 0 T dan 0 P
Pemeriksaan pertumbuhan
BB/TB : 14kg/ 97 cm, interpretasi
normal atau gizi normal

LK : 50 cm interpretasi normal
No Diagnosa/masalah Data dasar
KPSP : jawaban “YA” = 9 dari 9
pertanyaan, interpretasi sesuai

TDD : jawaban “YA” = 3 dari 3


pertanyaan, interpretasi normal

B. Diagnosa Kebidanan
Anak sehat, usia 41 bulan 23 hari bulan, laki-laki, status gizi normal,
perkembangan normal, keadaan umum baik, prognosa baik.

C. Perencanaan
Tanggal 14 Juni 2019, pukul 08.40 WIB
Diagnosa : Anak sehat, usia 41 bulan 23 hari bulan, laki-laki, status gizi
normal, perkembangan normal, keadaan umum baik, prognosa
baik.
Tujuan : Tumbuh kembang anak optimal dan sesuai
Kriteria : a) Anak sehat, bertambah umur bertambah tinggi dan besar
b) Tumbuh kembang anak sesuai dengan umurnya
Intervensi:
1. Jelaskan tentang SDIDTK.
Rasional: Ibu menjadi tidak khawatir lagi jika anak mengalami
kegagalan saat dites, tapi sebaiknya diberi rangsangan atau stimulasi.
2. Beri pujian kepada ibu karena telah mengasuh anaknya dengan baik
Rasional: Ibu merasa dihargai dan bangga karena mampu mengasuh
anaknya.
3. Anjurkan pada ibu untuk meneruskan pola asuh anak sesuai dengan
tahap perkembangan anak
Rasional: Mengetahui tumbuh kembang anak sesuai umurnya
4. Anjurkan ibu untuk memberi stimulasi perkembangan anak setiap saat,
sesering mungkin, sesuai dengan umur dan kesiapan anak
Rasional: Ibu memantau secara dini tumbuh kembang anak sesuai
umurnya
5. Anjurkan ibu untuk mengikutkan anak pada kegiatan penimbangan dan
pelayanan kesehatan di Posyandu secara teratur setiap sebulan 1 kali
sampai usia 72 bulan. Anjurkan ibu untuk selalu mengikutkan anaknya
ke tempat pendidikannya yaitu Taman Kanak - Kanak.
Rasional: perkembangan anak terpantau
6. Anjurkan ibu untuk melakukan stimulasi pada anaknya dan melakukan
pemeriksaan kembali 5 bulan lagi pada usia 48 bulan.
Rasional: Memantau dan deteksi dini tumbuh kembang anak

7. Jelaskan pada ibu tentang gizi pada anak.


Rasional:Ibu bisa meningkatkan kebutuhan gizi anaknya

D. Pelaksanaan
Tanggal 12 Juni 2019, pukul 09.10 WIB.
Diagnosa : Anak sehat, usia 41 bulan 23 hari bulan, laki- laki, status gizi
normal, perkembangan normal, keadaan umum baik.
Implementasi:
1. Menjelaskan pada ibu tentang hasil pemeriksaan SDIDTK, bahwa
perkembangan anak sesuai
2. Memberi pujian kepada ibu karena telah mengasuh anaknya dengan baik
3. Menganjurkan ibu untuk meneruskan pola asuh anak sesuai dengan tahap
perkembangan anak
4. Menganjurkan ibu untuk memberi stimulasi perkembangan anak setiap
saat, sesering mungkin, sesuai dengan umur dan kesiapan anak
5. Menganjurkan ibu untuk mengikutkan anak pada kegiatan penimbangan
dan pelayanan kesehatan di Posyandu secara teratur setiap sebulan 1 kali
sampai usia 72 bulan. Anjurkan ibu untuk selalu mengikutkan anaknya ke
tempat pendidikannya yaitu Taman Kanak-Kanak.
6. Menganjurkan ibu untuk melakukan stimulasi pada anaknya dan
melakukan pemeriksaan kembali 5 bulan lagi pada usia 48 bulan.
7. Menjelaskan pentingnya makanan bergizi dan seimbang untuk anak.
Seperti makanan yang mengandung karbohidrat (nasi, roti, ubi, jagung),
protein (telur, daging, ikan, kacang-kacangan, tempe tahu, susu), lemak
(daging, telur, ikan, kelapa), vitamin (sayuran hijau dan Ibuah), dan air.

E. Evaluasi
Tanggal 14 Juni 2019, pukul 09.35 WIB.
Diagnosa : Anak sehat, usia 41 bulan 23 hari bulan, laki-laki, status gizi
normal, perkembangan normal, keadaan umum baik.
S : - Ibu mengatakan mengerti tentang tujuan pengkajian tumbuh kembang
anaknya.
- Ibu mengatakan mengerti tentang penjelasan yang diberikan oleh
petugas dan ibu akan melaksanakan semua anjuran dari petugas.
O : - Ibu dan anak bisa diajak kerjasama
- Ibu dapat mengulang kembali penjelasan yang telah diberikan
- Hasil DDST kesimpulan 0P 0T
- Hasil SDIDTK semua normal dan sesuai dengan perkembangan anak
A : Masalah teratasi sebagian
P : - Pantau tumbuh kembang anak berikutnya.
- Anjurkan tetap memberikan stimulasi pada anak sesering mungkin.
- Anjurkan ibu untuk memberikan makanan bergizi dan seimbang pada
anak.
- Anjurkan ibu untuk membawa anak ke posyandu tiap bulan.
14 Juni 2019

Ratih Catur W.
DAFTAR PUSTAKA

Kemenkes RI. 2012. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan intervensi


Dini Tumbuh Kembang anak Ditingkat Pelayanan Kesehatan Dasar.
Jakarta: Depkes RI.
Nugroho, Heru Santoso W. 2013. Petunjuk Praktis Denver Development
Screening Test. Magetan: EGC.
Pusdiknakes. 1992. Asuhan Kebidanan Dalam Konteks Keluarga. Jakarta :
Depkes RI.
Pusdiknakes. 1993. Asuhan Kebidanan Dalam Konteks Keluarga. Jakarta :
Depkes RI.
Pusdiknakes. 1995. Manajemen Kebidanan. Jakarta : Depkes RI.
Soetjiningsih. 2012. Tumbuh kembang Anak.. Jakarta : EGC.
Surjanah. 1996. Keperawatan untuk Siswa SPK. Jakarta : EGC.

Ngastiyah. 2005. Perawatan anak sakit. EGC: Jakarta.

Moersintowarti. 2002. Tumbuh kembang anak dan remaja. Sagung Seto: Jakarta.

Meadow, Roy., 2005. Pediatrika. PMS. Erlangga: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai