Anda di halaman 1dari 10

BAB I

TINJAUAN TEORI
1.1 Pengertian
Tindakan pemasangan kateter urin dilakukan dengan memasukan selang
plastik atau karet melalui uretra ke dalam kandung kemih. Kateter
memungkinkan mengalirnya urin yang berkelanjutan pada klien yang tidak
mampu mengontrol perkemihan atau klien yang mengalami obstruksi. Kateter
juga menjadi alat untuk mengkaji haluaran urin per jam pada klien yang status
hemodinamiknya tidak stabil (Potter dan Perry, 2002 ).
Kateterisasi urin membantu pasien dalam proses eliminasinya.
Pemasangan kateter menggantikan kebiasaan normal dari pasien untuk
berkemih. Penggunaan kateter intermiten dalam waktu yang lama dapat
menyebabkan pasien mengalami ketergantungan dalam berkemih (Craven dan
Zweig, 2000).

1.2 Tipe Kateter


 Kateter Sementara
Pemasangan kateter sementara dilakukan dengan cara kateter lurus
yang sekali pakai dimasukkan sampai mencapai kandung kemih yang
bertujuan untuk mengeluarkan urin. Tindakan ini dapat dilakukan selama 5
sampai 10 menit. Pada saat kandung kemih kosong maka kateter kemudian
ditarik keluar, pemasangan kateter intermitten dapat dilakukan berulang
jika tindakan ini diperlukan, tetapi penggunaan yang berulang
meningkatkan resiko infeksi (Potter dan Perry, 2002 ).
Pemasangan kateter sementara dilakukan jika tindakan untuk
mengeluarkan urin dari kandung kemih pasien dibutuhkan. Efek samping
dari penggunaan kateter ini berupa pembengkakan pada uretra, yang
terjadi saat memasukkan kateter dan dapat menimbulkan infeksi (Thomas,
2007).

1.3 Indikasi Pemasangan Kateter


Kateterisasi sementara digunakan pada penatalaksanaan jangka panjang
klien yang mengalami cidera medulla spinalis, degenerasi neuromuscular, atau
kandung kemih yang tidak kompeten, pengambilan spesimen urin steril,

1|
pengkajian residu urin setelah pengosongan kandung kemih dan meredakan
rasa tidak nyaman akibat distensi kandung kemih (Perry dan Potter, 2005).
Menurut Hidayat (2006) kateterisasi sementara diindikasikan pada klien yang
tidak mampu berkemih 8-12 jam setelah operasi, retensi akut setelah trauma
uretra, tidak mampu berkemih akibat obat sedative atau analgesic, cidera pada
tulang belakang, degerasi neuromuscular secara progresif dan pengeluaran
urin residual.

1.4 Kontraindikasi
 Prostatitis akut
 Kecurigaan trauma uretra

1.5 Tujuan Pemasangan Kateter


1. Menghilangkan ketidak nyamanan karena distraksi kandung kemih
2. Mendapat urine steril untuk spesement
3. Mengkaji residu urine
4. Penatalaksanaan pasien yang dirawat karena trauma medula spinalis,
gangguan neuromuskuler atau inkompeten kemih, serta paskah operasi
besar
5. Mengatasi obstrukasi aliran urine
6. Mengatasi retensi perkemihan

1.6 Persiapan
a. Alat
1. Bak instrument steril berisi : pinset anatomis, duk, kassa
2. Kateter sesuai ukuran
3. Sarung tangan steril 2 pasang
4. Desinfektan dalam tempatnya
5. Spuit 10 cc
6. Cairan NaCl
7. Pelumas / jelly
8. Urine bag
9. Plaster dan gunting
10. Selimut mandi
11. Perlak dan pengalas
12. Bengkok
13. Tempat specimen (bila perlu)
b. Lingkungan
1. Menciptakan suasana yang tenang dan nyaman
2. Menjaga privasi klien
3. Menyingirkan barang yang tidak digunakan
c. Pasien

2|
1. Menjelaskan prosedur tindakan
2. Meminta persetujuan dari klien atau keluarga klien

1.7 Cara kerja/ Langkah kerja


Tahap Pra Interaksi
1. Mengucapkan salam terapeutik
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan pada klien dan keluarga tentang prosedur dan tujuan
tindakan yang akan dilaksanakan.
4. Penjelasan yang disampaikan dimengerti klien/keluarganya
5. Selama komunikasi digunakan bahasa yang jelas, sistematis serta tidak
mengancam.
6. Klien/keluarga diberi kesempatan bertanya untuk klarifikasi
7. Privacy klien selama komunikasi dihargai.
8. Memperlihatkan kesabaran , penuh empati, sopan, dan perhatian serta
respek selama berkomunikasi dan melakukan tindaka.
9. Membuat kontrak (waktu, tempat dan tindakan yang akan dilakukan)

Tahap Orientasi
1. Memperkenalkan diri
· Mengucapkan salam terapeutik dan memeprkenalkan diri
· Validasi data : nama klien dan data lain terikat
2. Meminta persetujuan tindakan
· Menyampaikan/menjelaskan tujuan tindakan
· Menyampaikan/menjelaskan langkah-langkah prosedur
3. Membuat kontrak dan kesepakatan untuk pelaksanaan tindakan

Tahap Interaksi
1. Memberikan sampiran dan menjaga privacy
2. Mengatur posisi pasien (wanita:posisi dorsal recumbent, pria:posisi
supine dan melepaskan pakaian bawah
3. Memasang perlak, penglas di bawah bokong pasien
4. Menutup area pinggang dengan selimut pasien serta menutup bagian
ekstremitas bawah dengan selimut mandi sehingga hanya area perineal
yang terpajan
5. Meletakkan nierbekken di antara paha pasien
6. Menyiapkan cairan antiseptic ke dalam kom
7. Gunakan sarung tangan bersih
8. Membersihkan genetalia dengan cairan antiseptic
9. Buka sarung tangan dan simpan nierbekken atau buang ke kantong
plastic yang telah disediakan

3|
10. Buka bungkusan luar set kateter dan urin bag dan kemudian simpan di
alas steril. Jika pemasangan kateter dilakukan sendiri, maka siapkan KY
jelly di dalam bak steril. Jangan menyentuh area steril
11. Gunakan sarung tangan steril
12. Buka sebagian bungkusan dalam kateter, pegang kateter dan berikan
jelly pada ujung kateter (dengan meminta bantuan atau dilakukan sendiri)
dengan tetap mempertahankan teknik steril
13. Posisikan penis tegak lurus 900 dengan tubuh pasien
14. Dengan menggunakan pinset atau tangan dominan, masukkan kateter
perlahan-lahan hingga ujung kateter. Anjurkan pasien untuk menarik
nafas saat kateter dimasukkan. Kaji kelancaran pemasukan kateter jika
ada hambatan berhenti sejenak kemudian dicoba lagi. Jika masih ada
tahanan kateterisasi dihentikan.
15. Pastikan nierbekken yang telah disiapkan berasa di ujung kateter agar
urine tidak tumpah. Setelah urin mengalir, ambil specimen urin bila
diperlukan. Lalu segera sambungkan kateter dengan urine bag
16. Kembangkan balon kateter dengan aquadest/NaCl steril sesuai volume
yang tertera pada label spesifikasi kateter yang dipakai
17. Tarik kateter keluar secara perlahan untuk memastikan balon kateter
sudah terfiksasi dengan baik dalam vesika urinaria.
18. Bersihkan jelly yang tersisa pada kateter dengan kasa
19. Fiksasi kateter: Pada pasien laki-laki difiksasi dengan plester pada
abdomen
20. Menempatkan urine bag di tempat tidur pada posisi yang lebih rendah
dari kandung kemih
21. Lepaskan duk dan pengalas serta bereskan alat
22. Lepaskan sarung tangan
23. Rapihkan kembali pasien

Tahap Terminasi
1. Menginformasikan hasil tersebut kepada klien dan evaluasi tujuan
2. Kontrak pertemuan selanjutnya dan mengucapkan salam terminasi
3. Merapikan alat dan mengembalikan ke tempat semula (ruang
penyimpanan).
4. Mencuci tangan

Tahap Evaluasi

4|
1. Mengobservasi respon klien selama dan sesudah prosedur pemasangan
kateter.
2. Mengevaluasi produksi urine

Tahap Dokumentasi
1. Mencatat prosedur dan respon klien selama prosedur
2. Mencatat waktu tindakan (hari tanggal, jam).
3. Mencatat nama perawat yang melakukan tindakan/tanda tangan

BAB II
TINJAUAN KASUS

2.1 Pengakajian

5|
a. Tempat : Ruang Penyakit Dalam Pria (Ruang Melati)
b. Tanggal dan Jam : 18 Juli 2018, pukul 09.00 WIB
c. Biodata Pasien :
Nama : Tn "A"
Umur : 73 th
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Alamat : Karang asri , Ngawi
Tanggal Masuk : 17 Juli 2018, Pukul 14.00 WIB
Tanggal Pulang :-
d. Diagnosa Medik : Diabetes Melitus & Hiperosteoarthritis
1. Keluhan Utama : Badan lemes, Nyeri lutut
2. Riwayat penyakit:
Pengkajian data
a. Data subjektif : Pasien mengatakan bagian skrotum merasa lembab
dan perih saat terkena air seni , Kulit skrotum
berwarna kemerahan
b. Data Objektif :
Keadaan umum : Composmetis
TD : 110/ 90 mmHg
Suhu : 36,4 C°
Nadi : 94 x/menit (Reguler)
Rr : 20 x/menit (Reguler, Dangkal)
e. Tindakan : Pemasangan kateter folley jangka panjang

2.2 Pelaksanaan Tindakan


a. Persiapan
1. Lingkungan
a. Ruangan yang bersih, terang dan nyaman

6|
b. Menjaga privasi klien
2. Pasien
a. Persiapan diri pasien
b. Lakukan informed consent
3. Alat
a. Baki
b. Spuit 10 cc
c. Urobag
d. Jelly
e. Kateter steril sesuai ukuran
f. Handscoon Steril
g. NaCl 8 cc
b. Cara kerja/ Langkah kerja
1. Menyiapkan alat
2. Perkenalan diri kepada klien
3. Pastikan identitas klien
4. Jelaskan prosedur dan alasannya dilakukan tindakan
5. Mendekatkan alat-alat
6. Mencuci tangan
7. Menanggalkan pakaian bagian bawah
8. Menyiapkan posisi klien
9. Mencuci tangan dan memakai sarung tangan
10. Memegang penis dengan tangan kiri
11. Mengambil kateter, ujungnya di beri jelly 20 cm
12. Pastikan selang kateter terpasang dengan selang urobag
13. Memasukkan kateter perlahan-lahan jedala uretra 20 cm sambil
penis diarahkan ke atas, jika kateter tertahan jangan di paksakan.
Usahakan penis lebih di keataskan, sedikit dan pasien di anjurkan
menarik nafas panjang dan memasukkan kateter perlahan-lahan
sampai urine keluar.
14. Bila urin sudah keluar masukan NaCl 8 cc ( sesuai ukuran kateter)

7|
15. Mengikat urobag pada sisi tempat tidur
16. Membereskan alat. dan mencuci tangan.

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Pembahasan

8|
Pelaksanaan perasat/ tindakan pemasangan kateter pada pria secara teori
dan praktek ada sedikit perbedaan pada persiapan alat dan penggunaan alat.
Secara teori ada alat seperti pinset anatomis, duk steril,duk lobang,kassa.
Namun di dalam pelaksanaan di rumah sakit alat tersebut tidak digunakan
dikarenakan untuk efisiensi waktu dalam pemberian tindakan kepada pasien.
Dalam teori penyambungan selang kateter dengan urobag dilakukan setelah
urine keluar baru disambungkan, tetapi dalam praktek sebelum memasukkan
kateter kedalam penis selang kateter dengan urobag sudah disambungkan
terlebih dahulu.
Dalam teori fiksasi untuk pemasangan kateter pada pria dalam teori
difikasasi di abdomen, tetapi dalam praktek tidak difiksasi.

3.2 Evaluasi
1. Pemasangan dilakukan pada tanggal 18 Juli 2018, pukul 09.00
2. Pasien merasa nyaman
3. Akan mengobservasi jumlah urine setiap 24 jam sekali

DAFTAR PUSTAKA

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/25132/Chapter
%20II.pdf?sequence=4&isAllowed=y PDF [Diakses pada tanggal 21
Agustus 2018, pukul 21.00]

Craven dan Zweig, 2000

Thomas, 2007

Hidayat (2006)

Potter, Perry. 2000. Buku Saku Keterampilan dan Prosedur Dasar, Edisi

9|
3. Jakarta : EGC
Patricia, Potter A. 1996. Pocket Guide to Health Asessment, Edisi 3.
Jakarta : EGC

http://www.scrib.com/doc/52297240/LP-Kateter [ diakses pada tanggal 22


Agustus 2018, pukul 09.00 ]

10 |

Anda mungkin juga menyukai