Anda di halaman 1dari 3

PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN (PMT)

PADA BALITA
Masalah gizi dapat terjadipada setiap siklus kehidupan, dimulai sejak janin. Hingga
menjadi bayi, anak, dewasa hingga usia lanjut. Saat ini Indonesia menghadapi masalah gizi
ganda yaitu gizi kurang dalam bentukkurang energy protein, kurang vitamin A, anemia dan
gangguan akibat kurang Iodium dan gizi lebih berkaitan dengan timbulnya
penyakitdegenerative seperti Diabetes Mellitus, jantung, hipertensi, dll. Masalah gizi kurang
merupakan salah satu faktor penyebab kematian bayi. Keadaan tersebut secara langsung
disebabkan oleh asupan gizi yang kurang mencukupi gizi balita. Oleh sebab itu untuk
membantu mencukupi kebutuhan gizi masyarakat tentang anak balita, pemerintah
mengembangkan program Pemberian Makanan Tambahan (PMT).

Pemberian Makanan Tambahan (PMT) ada dua macam yaitu Pemberian Makanan
Tambahan (PMT) pemulihan dan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) penyuluhan.
Memiliki tujuan yang sama yaitu untuk memenuhi kebutuhan zat gizi yang dibutuhkan oleh
balita.

Makanan tambahan pemulihan dapat berupa pabrikan dan lokal. PMT pemulihan
pabrikan merupakan yaitu makanan pendamping ASI dalam bentuk biskuit yang mengandung
10 vitamin dan 7 mineral. Biskuit hanya untuk anak usia 12 – 24 bulan melalui pengadaan
Departemen Bina Gizi Masyarakat Depkes RI, dengan nilai gizi: energi total 180 kkal, lemak
6 gram, protein 3 gram. Jumlah persaginya mengandung 29 gr karbohidrat total, 2 gr serat
pangan, 8 gr gula dan 120 mg natrium.

PMT penyuluhan adalah makanan tambahan yang diberikan kepada balita yang
disediakan oleh kader posyandu. Tujuan PMT penyuluhan adalah sebagai sasaran penyuluhan
kepada orang tua balita tentang makanan kudapan (snack) yang baik diberikan untuk balita,
sebagai sarana untuk membantu mencukupi kebutuhan gizi balita, dan sebagai sarana untuk
menggerakkan peran serta masyarakat dalam mendukung kesinambungan penyelenggaraan
posyandu.
Terkait dengan masalah gizi kurang, berikut beberapa pengertian yang harus dipahami:

1. Balita sasaran adalah bayi usia 6-59 bulan.


2. Balita gizi kurang adalah balita dengan status gizi kurang yang berdasarkan
indikator BB/U dengan nilai z-score : -2 SD sampai dengan <-3 SD.
3. Balita kurus adalah balita dengan status gizi kurang yang berdasarkan indikator
BB/PB atau BB/TB dengan nilai z-score : -2 SD sampai dengan <-3 SD.
4. Balita 2 T adalah balita dengan hasil penimbangan yang tidak naik berat
badannya 2 kali berturut-turut pada Kartu Menuju Sehat (KMS).
5. Balita Bawah Garis Merah (BGM) adalah balita yang berat badannya berada di
bawah garis merah pada KMS.
6. Balita pasca perawatan gizi buruk adalah balita yang telah dirawat sesuai Tata
Laksana Gizi Buruk yang sudah berada di kondisi gizi kurang (BB/TB dengan
nilai z score -2 SD sampai dengan <-3 SD) dan tidak ada gejala klinis gizi buruk.
7. Ibu hamil yang berisiko KEK adalah ibu hamil yang mempunyai ukuran Lingkar
Lengan Atas (LiLA) < 23,5 cm.
8. Makanan tambahan adalah makanan bergizi sebagai tambahan selain makanan
utama bagi kelompok sasaran guna memenuhi kebutuhan gizi.
9. Makanan Tambahan Pemulihan bagi balita adalah makanan bergizi yang
diperuntukkan bagi balita usia 6-59 bulan sebagai makanan tambahan untuk
pemulihan gizi.
10. Makanan Tambahan Pemulihan bumil KEK adalah makanan bergizi yang
diperuntukkan bagi ibu hamil sebagai makanan tambahan untuk pemulihan gizi.
11. Makanan lokal adalah bahan pangan atau makanan yang tersedia dan mudah
diperoleh di wilayah setempat dengan harga yang terjangkau.
12. Makanan pabrikan adalah makanan jadi hasil olahan pabrik
13. Hari Makan Anak (HMA) adalah jumlah hari makan balita usia 6-59 bulan yang
mendapat makanan tambahan pemulihan berbasis makanan lokal yakni sekali
sehari selama 90 hari berturut¬turut.
1.14. Hari Makan Bumil (HMB) adalah jumlah hari makan ibu hamil yang
mendapat makanan tambahan pemulihan berbasis makanan lokal yakni sekali
sehari selama 90 hari berturut-turut.

Adapun prinsip- prinsip pada pemberian PMT pemulihan sebagai berikut:


1. Diberikan dalam bentuk makanan atau bahan makanan lokal dan tidak diberikan
dalam bentuk uang.
2. Hanya sebagai tambahan terhadap makanan yang dikonsumsi oleh balita dan ibu
hamil sasaran sehari-hari, bukan sebagai pengganti makanan utama.
3. Dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan gizi balita dan ibu hamil sasaran
sekaligus sebagai proses pembelajaran dan sarana komunikasi antar ibu dari balita
sasaran.
4. Merupakan kegiatan di luar gedung puskesmas dengan pendekatan pemberdayaan
masyarakat yang dapat diintegrasikan dengan kegiatan lintas program dan sektor
terkait lainnya.

Sedangkan persyaratan Jenis dan Bentuk Makanan Tambahan yang dapat diberikan
antara lain:

1. Makanan tambahan pemulihan diutamakan berbasis bahan makanan atau


makanan lokal. Jika bahan makanan lokal terbatas, dapat digunakan makanan
pabrikan yang tersedia di wilayah setempat dengan memperhatikan kemasan,
label dan masa kadaluarsa untuk keamanan pangan,
2. Makanan tambahan pemulihan diberikan untuk memenuhi kebutuhan gizi balita
dan ibu hamil sasaran.
3. PMT Pemulihan merupakan tambahan makanan untuk memenuhi kebutuhan gizi
balita dan ibu hamil sasaran.
4. Makanan tambahan balita dan ibu hamil sasaran diutamakan berupa sumber
protein hewani maupun nabati (misalnya ikan/telur/daging/ayam, kacang-
kacangan dan hasil olahannya seperti tempe dan tahu ) serta sumber vitamin dan
mineral yang terutama berasal dari sayur-sayuran dan buah-buahan setempat.
5. Makanan tambahan diberikan sekali sehari selama 90 hari berturut-turut.
6. Makanan tambahan pemulihan untuk balita berbasis makanan lokal ada 2 jenis
yaitu berupa: a. MP-ASI (untuk bayi dan anak berusia 6-23 bulan); b. Makanan
tambahan untuk pemulihan anak balita usia 24-59 bulan berupa makanan
keluarga.
1.7.Makanan tambahan pemulihan untuk ibu hamil berbasis makanan lokal dapat
diberikan berupa makanan keluarga atau makanan kudapan lainnya.

Anda mungkin juga menyukai