Anda di halaman 1dari 12

PROPOSAL ADVOKASI

REFRESHING KADER TENTANG


PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN

Disusun Oleh:

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN GIZI
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV GIZI
MALANG
2016
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang-undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 Bab VIII pasal 141


menyatakan bahwa upaya perbaikan gizi bertujuan untuk meningkatkan mutu
gizi perseorangan dan masyarakat, peningkatan mutu gizi yang dimaksud
dilakukan melalui perbaikan pola konsumsi makanan, perbaikan perilaku
sadar gizi, dan peningkatan akses dan mutu pelayanan gizi dan kesehatan
sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi. Upaya perbaikan gizi
dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan sesuai dengan
pentahapan dan prioritas pembangunan nasional (.

Penyakit KEP (Kurang Energi Protein) merupakan salah satu penyakit


gangguan gizi yang penting di Indonesia. Prevalensi tertinggi salah satunya
yaitu pada anak berumur di bawah lima tahun (balita). Keparahan KEP diukur
dengan menggunakan parameter antropometri karena tanda dan gejala klinis,
serta pemeriksaan laboratorium biasanya tidak menunjukkan perubahan,
terkecuali jikan penyakit ini telah sedemikian parah (Arisman, 2009). Terdapat
tiga indeks yang digunakan untuk mengetahui status gizi balita yaitu: 1) BB/U
yang menggambarkan status gizi sekarang, 2) TB/U menggambarkan status
gizi masa lau dan 3) BB/TB menggambarkan masalah gizi yang sifatnya akut
sebagai akibat dari peristiwa yang terjadi dalam waktu yang tidak lama
(singkat).

Riskesdas tahun 2013 melaporkan bahwa terdapat 19,6% balita


kekurangan gizi yang terdiri dari 5,7% balita dengan gizi buruk dan 13,9%
berstatus gizi kurang. Selain itu terdapat 37,2% balita dengan tinggi badan di
bawah normal yang terdiri dari 18,0% balita sangat pendek dan 19,2% balita
pendek. Pada tahun yang sama terdapat 12,1% balita wasting (kurus) yang
terdiri dari 6,8% balita kurus dan 5,3% sangat kurus. Anak yang memiliki
status gizi kurang atau buruk (underweight) berdasarkan pengukuran berat
badan terhadap umur (BB/U) dan pendek atau sangat pendek (stunting)
berdasarkan pengukuran tinggi badan terhadap umur (TB/U) yang sangat
rendah dibanding standar WHO mempunyai resiko kehilangan tingkat
kecerdasan atau intelligence quotient (IQ) sebesar 10-15 poin.

Untuk mengatasi kekurangan gizi yang terjadi pada kelompok usia balita
perlu diselenggarakan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Pemulihan.
PMT Pemulihan bagi anak usia 6-59 bulan dimaksudkan sebagai tambahan,
bukan sebagai pengganti makanan utama sehari-hari. PMT Pemulihan
dimaksud berbasis bahan makanan lokal dengan menu khas daerah yang
disesuaikan dengan kondisi setempat.
Menurut analisa situasi setempat kader posyandu di aerah Puskesmas
Janti Kota Malang asih memberikan PMT kepada balita dalam bentuk
makanan pokok semisal nasi dengan soto, nasi campur, dll. Dari masalahh
latar belakang tersebut diperlukannya edukasi pada kader bagaimana peilihan
PMT yang benar untuk balita di wilayah Pusksmas Janti dengan mengadakan
refreshing untuk para kader di 71 posyandu.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Melakukan advokasi kepada Kepala Puskesmas Janti Kota Malang agar
mengoptimalkan program PMT pada kader untuk balita.

2. Tujuan Khusus
- Mendapatkan keputusan dari kepala Puskesmas Janti untuk dapat
melaksanakan refreshing pada kader tentang PMT balita
- Mendapatkan dana yang diharapkan untuk terlaksananya refreshing
pada kader tentang PMT balita
- Memberikan informasi tentang Prinsip Dasar PMT Pemulihan
- Memberikan informasi tentang penyelenggaraan PMT Pemulihan
berbasis bahan makanan lokal bagi balita gizi kurang 6 59 bulan.

C. Sasaran
- Kepala Puskesmas Janti Kota Malang
BAB II
TAHAPAN ADVOKASI

A. Analisis Situasi
- Riskesdas tahun 2013 melaporkan bahwa terdapat 19,6% balita
kekurangan gizi yang terdiri dari 5,7% balita dengan gizi buruk dan 13,9%
berstatus gizi kurang. Selain itu terdapat 37,2% balita dengan tinggi
badan di bawah normal yang terdiri dari 18,0% balita sangat pendek dan
19,2% balita pendek. Pada tahun yang sama terdapat 12,1% balita
wasting (kurus) yang terdiri dari 6,8% balita kurus dan 5,3% sangat kurus.
- Pada tahun 2015 prevalensi status gizi sangat kurang di Pusksmas Janti
sebanyak 0,5% dan status gizi kurang sebanyak 5.2 %
- PMT yang diberikan oleh kader masih diberikan makanan pokok seperti
nasi dan lauk pauk yang seharusnya PMT diberikan adalah makanan
selingan.

B. Analisa Masalah
- Pada tahun 2015 prevalensi status gizi sangat kurang di Pusksmas Janti
sebanyak 0,5% dan status gizi kurang sebanyak 5.2 %.
- Kader masih belum menerapkan PMT yang ditetapkan oleh kementerian
kesehatan
Hal-hal yang tersebut di atas memerlukan perhatian khusus dari
Puskesmas Janti dalam menyelesaikan masalah tersebut.

C. Prioritas Masalah
a) Faktor Pendorong (kekuatan) :
- UU 36 th 2009 tentang; kesehatan Pasal 48 (peningkatan kesehatan dan
pencegahan penyakit) merupakan salah satu dari 18 upaya kesehatan
sehingga UU tersebut dapat menjadi dasar hukum untuk melakukan
kegiatan advokasi PMT ibu hamil KEK di Puskesmas Janti.
- Buku Panduan Pemberian PMT bagi Balita dari Kementerian Kesehatan
Indonesia
- Para kader aktif melaksanakan posyandu
- Kader mampu menyelenggarakan PMT secara mandiri
- Variasi menu PMT yang diberikan saat refreshing banyak sehingga bisa
dijadikan patokan untuk dibuat kader.
- Waktu pengolahan PMT balita relatif lebih ingkat dibandingkan makanan
pokok

b) Faktor Penghambat (kelemahan) :


- Biaya yang dikeluarkan lebih banyak
- PMT Pemulihan hanya sebagai tambahan terhadap makanan yang
dikonsumsi oleh balita sasaran seharihari, bukan sebagai pengganti
makanan utama.

c) Peluang
- Terdapat anggaran PMT baik goverment maupun perusahaan swasta
atau Lembaga Swadaya Masyarakat setempat.
- Pemberdayaan masyarakat tentang pengolahan PMT untuk balita.

d) Ancaman
- PMT balita KEK tidak dimakan oleh ibu hamil KEK melainkan dimakan
oleh anggota keluarga yang lain.

D. Pesan Advokasi
1. Definisi
a. Balita sasaran adalah balita usia 6-59 bulan.
b. Balita gizi kurang adalah balita dengan status gizi kurang berdasarkan
indikator BB/U dengan nilai zscore : -2 SD sampai dengan <-3 SD.
c. Balita kurus adalah balita dengan status gizi kurang berdasarkan
indikator BB/PB atau BB/TB dengan nilai z-score : -2 SD sampai
dengan <-3 SD.
d. Balita 2 T adalah balita dengan hasil penimbangan yang tidak naik
berat badannya 2 kali berturut-turut pada Kartu Menuju Sehat (KMS).
e. Balita Bawah Garis Merah (BGM) adalah balita yang berat badannya
berada di bawah garis merah pada KMS.
f. Balita pasca perawatan gizi buruk adalah balita yang telah dirawat
sesuai Tata Laksana Gizi Buruk yang sudah berada di kondisi gizi
kurang (BB/TB dengan nilai z score -2 SD sampai dengan <-3 SD) dan
tidak ada gejala klinis gizi buruk. 7. Makanan tambahan adalah
makanan bergizi sebagai tambahan selain makanan utama bagi
kelompok sasaran guna memenuhi kebutuhan gizi. 8. Makanan
Tambahan Pemulihan bagi balita adalah makanan bergizi yang
diperuntukkan bagi balita usia 6- 59 bulan sebagai makanan tambahan
untuk pemulihan gizi.
g. Makanan lokal adalah bahan makanan atau makanan yang tersedia
dan mudah diperoleh di wilayah setempat dengan harga yang
terjangkau.
h. Makanan pabrikan adalah makanan jadi hasil olahan pabrik
2. PRINSIP DASAR PMT PEMULIHAN
A. Prinsip
1. PMT Pemulihan diberikan dalam bentuk makanan atau bahan
makanan lokal dan tidak diberikan dalam bentuk uang.
2. PMT Pemulihan hanya sebagai tambahan terhadap makanan yang
dikonsumsi oleh balita sasaran seharihari, bukan sebagai pengganti
makanan utama.
3. PMT Pemulihan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan gizi balita
sasaran sekaligus sebagai proses pembelajaran dan sarana
komunikasi antar ibu dari balita sasaran.
4. PMT pemulihan merupakan kegiatan di luar gedung puskesmas
dengan pendekatan pemberdayaan masyarakat yang dapat
diintegrasikan dengan kegiatan lintas program dan sektor terkait
lainnya.
5. PMT Pemulihan dibiayai dari dana Bantuan Operasional Kesehatan
(BOK). Selain itu PMT pemulihan dapat dibiayai dari bantuan lainnya
seperti partisipasi masyarakat, dunia usaha dan Pemerintah Daerah.

B. Komponen Pembiayaan
Dana BOK kegiatan PMT Pemulihan dapat digunakan untuk pembelian
bahan makanan dan atau makanan lokal termasuk bahan bakar guna
menyiapkan PMT pada saat memasak bersama. Transport petugas
puskesmas dan atau kader dalam rangka penyelenggaraan PMT Pemulihan
dapat menggunakan dana operasional posyandu.
C. Persyaratan Jenis dan Bentuk Makanan
1. Makanan tambahan pemulihan diutamakan berbasis bahan
makanan atau makanan lokal. Jika bahan makanan lokal terbatas,
dapat digunakan makanan pabrikan yang tersedia di wilayah
setempat dengan memperhatikan kemasan, label dan masa
kadaluarsa untuk keamanan pangan.
2. Makanan tambahan pemulihan diberikan untuk memenuhi
kebutuhan gizi balita sasaran.
3. PMT Pemulihan merupakan tambahan makanan untuk memenuhi
kebutuhan gizi balita dari makanan keluarga.
4. Makanan tambahan balita ini diutamakan berupa sumber protein
hewani maupun nabati (misalnya telur/ ikan/daging/ayam, kacang-
kacangan atau penukar) serta sumber vitamin dan mineral yang
terutama berasal dari sayur-sayuran dan buah-buahan setempat.
5. Makanan tambahan diberikan sekali sehari selama 90 hari
berturut-turut.
6. Makanan tambahan pemulihan berbasis bahan makanan
/makanan lokal ada 2 jenis yaitu berupa:
i. MP-ASI (untuk bayi dan anak berusia 6-23 bulan)
ii. Makanan tambahan untuk pemulihan anak balita usia 24-
59 bulan berupa makanan keluarga.
7. Bentuk makanan tambahan pemulihan yang diberikan kepada
balita dapat disesuaikan dengan pola makanan sebagaimana
tabel 1.
3. Parameter
1. Hardware

Penggalaan kegiatan penyuluhan telah diatur pemerintah melalui UU


No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan. PMT Pemulihan yang diselenggarakan
dibiayai dari dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK). Selain itu PMT
pemulihan dapat dibiayai dari bantuan lainnya seperti partisipasi masyarakat,
dunia usaha dan pemerintah daerah.
. Kebutuhan sarana dan prasarana disiapkan oleh pelaksana program
dibantu dengan pemerintah setempat seperti kepala desa, RW, RT maupun
kader. Kegiatan dapat dilaksanakan di fasilitas-fasilitas kesehatan terdekat
atau tempat dimana memudahkan masyarakatnya untuk berkumpul, seperti:
puskesmas, puskesmas pembantu, posyandu, balaidesa, balai RW.

2. Software

Berdasarkan UU No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal 141 ayat 1


yang berbunyi: Upaya perbaikan gizi masyarakat ditujukan untuk
peningkatan mutu gizi perseorangan dan masyarakat. Cara-cara
peningkatan mutu gizi perseorangan atau masyarakat dapat dilakukan
dengan cara:

a. Perbaikan pola konsumsi makanan yang sesuai dengan gizi seimbang;


b. Perbaikan perilaku sadar gizi, aktivitas fisik, dan kesehatan;
c. Peningkatan akses dan mutu pelayanan gizi yang sesuai dengan
kemajuan ilmu dan teknologi; dan
d. Peningkatan system kewaspadaan pangan dan gizi.

Peningkatan akses dan mutu pelayanan gizi yang sesuai dengan


kemajuan ilmu dan teknologi dapat dilakukan dengan penyuluhan secara
terorganisir atau berkelompok. Hal ini sesuai dengan UU No 36 tahun 2009
tentang Kesehatan Pasal 62 ayat 1 yang berbunyi: Peningkatan kesehatan
merupakan segala bentuk upaya yang dilakukan oleh Pemerintah,
pemerintah daerah, dan/atau masyarakat untuk mengoptimalkan kesehatan
melalui kegiatan penyuluhan, penyebar luasan informasi, atau kegiatan lain
untuk menunjang tercapainya hidup sehat. Maka dari itu kegiatan
penyuluhan PMT balita perlu dilakukan untuk peningkatan kesehatan balita
yang mana sebagian besar mengalami kekurangan energy kronik(KEK).
4. Anggaran Dana
a. Sumber Dana
ESTIMASI DANA
No. SUMBER
(Rp)
1. BOK 6.260.000
TOTAL 6.260.000

b. Penggunaan Dana Kegiatan


No. ITEM VOLUME HARGA JUMLAH
SATUAN (Rp) (Rp)
1. Pembuatan 4 25.000 100.000
Proposal
2. Pembuatan Leaflet 500 2000 100.000
3 Transport Kader 71 x 2 30.000 4.260.000
4 Konsumsi 150 10.000 1.500.000
6. ATK 100.000
7. Lain-lain 200.000
TOTAL 6.260.000

E. Cara Komunikasi dalam Advokasi


- Presentasi
- Loby
- Diskusi
F. Materi Advokasi

Tabel 1. Materi Advokasi

Sasaran Bentuk Kegiatan Topik

1. Kepala - Presentasi - Data tentang Analisa situasi


Puskesmas - Loby posyandu di Puskesmas
Janti Kota - Diskusi Janti
Malang - Program kegiatan yang akan
diberikan
- Anggaran dana dan sarana
yang dibutuhkan
G. Media yang Digunakan
- Slide PowerPoint
- Proposal

H. Indikator Keberhasilan
- Adanya kebijakan tertulis tentang refreshing kader
- Tersedianya dana yang dialokasikan untuk kegiatan refreshing kader
posyandu tentang PMT balita
- Tersedianya saranan untuk kegiatan refreshing kader posyandu tentang
PMT balita.

I. Rencana Kegiatan Advokasi

Hari,Tanggal : Senin, 2 Mei 2016


Pukul : 08.00-selesai
Tempat : Puskesmas Janti
Tema : Refreshing Kader tentang PMT balita
Acara : Presentasi dan Diskusi
J. Rencana Biaya Advokasi

Penggandaan Materi dan Undangan Rp. 500.000,-


Konsumsi (10 orang) Rp. 200.000,-
Total Rp. 700.000,-

K. Rencana Monitoring dan Evaluasi Advokasi


a. Kepala Puskesmas menyetujui rencana Refreshing kader tentang PMT
Balita
b. Anggaran dapat terealisasikan
DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Kesehatan. 2012. Panduan Pemberian Makanan Tambahan


untuk Balita dan Ibu Hamil -BOK-4-Jan-2012.

Kementerian Kesehatan RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013. Badan


Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian
Kesehatan RI: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai