Anda di halaman 1dari 18

MINI PROJECT

TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT


DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WAIHAONG
TENTANG DIABETES MELLITUS TIPE II
BESERTA PROMOSI KESEHATANNYA

Laporan Mini Project ini diajukan dalam rangka


memenuhi tugas internship di Puskesmas

Diajukan kepada Yth:

dr. Augie J
(Dokter Pendamping Internship)

Disusun oleh :
Dokter Internship Puskesmas Waihaong
Periode Oktober 2018 sampai Februari 2019

Puskesmas Waihaong
Ambon 2019

1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas sumber
daya manusia yang dilakukan secara berkelanjutan. Tujuan pembangunan tersebut
dapat dicapai dengan menyelenggarakan program pembangunan nasional secara
berkelanjutan, terencana dan terarah. Pembangunan kesehatan merupakan bagian
integral dari pembangunan nasional. Visi pembangunan nasional yang ingin dicapai
melalui pembangunan kesehatan adalah mewujudkan Indonesia sehat tahun 2010.
Tujuan diselenggarakannya pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang optimal. (Depkes RI, 2004).
Menurut American Diabetes Association (ADA) 2003, diabetes melitus
merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia
yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya.
Hiperglikemia kronik pada diabetes berhubungan dengan kerusakan jangka panjang,
dan disfungsi beberapa organ tubuh, terutama mata, ginjal, saraf, jantung, dan
pembuluh darah. Diabetes melitus adalah suatu penyakit metabolik yang ditandai
adanya hiperglikemia yang disebabkan karena defek sekresi insulin, gangguan kerja
insulin atau keduanya.
Di Indonesia, prevalensi DM mencapai 15,9-32,73%, dimana diperkirakan
sekitar 5 juta lebih penduduk Indonesia menderita DM. Di masa mendatang, diantara
penyakit degeneratif diabetes adalah salah satu diantara penyakit tidak menular yang
akan meningkat jumlahnya di masa mendatang. WHO membuat perkiraan bahwa
pada tahun 2000 jumlah pengidap diabetes di atas umur 20 tahun berjumlah 150 juta
orang dan dalam kurun waktu 25 tahun kemudian, pada tahun 2025 jumlah tersebut
akan membengkak menjadi 300 juta orang (Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III,
2006).

1.2. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai pada mini project ini, meliputi :
1. Mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas
Waihaong terhadap diabetes mellitus sehingga dapat dilakukan promosi
kesehatan sebagai pencegahan primer atau sekunder bagi masyarakat yang
2
tidak menderita diabetes mellitus tetapi memiliki faktor resiko ataupun untuk
masyarakat yang menderita diabetes mellitus tetapi tidak berobat rutin
2. Mengetahui pola aktivitas dan makan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas
Waihaong yang menjadi faktor resiko diabetes mellitus sehingga dapat
dilakukan promosi kesehatan terutama secara individual.

1.3. Manfaat
2. Bagi penulis, mini project ini menjadi pengalaman yang berguna dalam
menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh sebelum internship.
3. Bagi masyarakat, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
masukan tentang pentingnya pencegahan diabetes mellitus dan perlunya
mengenali diabetes mellitus lebih dini untuk menekan prevalensi penyakit
diabetes mellitus di masyarakat.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Etiologi Diabetes Mellitus
Beberapa ahli berpendapat bahwa dengan meningkatnya umur, maka
intoleransi terhadap glukosa juga meningkat. Peningkatan kadar gula darah pada
usia lanjut dapat disebabkan oleh :
a) Fungsi sel pankreas dan sekresi insulin yang berkurang
b) Resistensi insulin
c) Aktivitas fisik yang berkurang, banyak makan, badan kegemukan.
d) Keberadaan penyakit lain, sering menderita stress, operasi.
e) Sering menggunakan bermacam-macam obat-obatan.
f) Adanya faktor keturunan

2.2. Patofisiologi Diabetes Mellitus


Pengolahan bahan makanan dimulai dari mulut kemudian ke lambung dan
selanjutnya ke usus. Supaya berfungsi, maka bahan makanan harus dioleh dalam
proses yang dinamakan metabolisme. Dalam proses ini, dibutuhkan insulin yang
berfungsi memasukkan glukosa ke dalam sel yang digunakan sebagai bahan
bakar.
Pada DM tipe 1 terjadi kelainan sekresi insulin oleh sel beta pankreas. Pada
DM tipe 2 jumlah insulin normal tetapi jumlah reseptor insulin yang terdapat
pada permukaan sel yang kurang sehingga glukosa yang masuk ke dalam sel
sedikit dan glukosa dalam darah menjadi meningkat.

2.3. Gambaran Klinis Diabetes Mellitus


Keluhan umum pada pasien DM seperti poliuria, polidipsia, dan polifagia.
Keluhan lain yang dapat ditemukan antara lain :
a) Gangguan penglihatan: katarak
b) Kelainan kulit: gatal dan bisul-bisul
c) Kesemutan, rasa baal
d) Kelemahan tubuh
e) Luka atau bisul yang tidak sembuh-sembuh
f) Infeksi saluran kemih. Kelainan kulit berupa gatal, biasanya terjadi di daerah
genital ataupun daerah lipatan kulit akibat jamur.
4
g) Penurunan berat badan yang drastis sering terjadi pada gejala awal.

Kriteria diagnostik diabetes mellitus dan gangguan toleransi glukosa menurut


WHO 1985:
a) Kadar glukosa darah sewaktu (plasma vena) >= 200mg/ dl, atau
b) Kadar glukosa darah puasa (plasma vena) >= 126 mg/dl, atau
c) Kadar glukosa plasma >= 200 mg/dl pada 2 jam sesudah beban glukosa 75
gram pada TTGO.

2.4 Komplikasi Diabetes Mellitus


Komplikasi diabetes mellitus yang dapat ditemukan, antara lain :
a) Hipoglikemia. Merupakan salah satu komplikasi akut yang tidak jarang terjadi
dan ditandai dengan kadar gula darah di bawah 50-60 mg/dl.
b) Infeksi. Pengidap diabetes, cenderung terkena infeksi karena bakteri tumbuh
baik jika kadar glukosa darah tinggi dan pertahanan tubuh rendah.
c) Komplikasi kronis penyakit jantung dan pembuluh darah.
d) Kerusakan pada ginjal (Nefropati). Adanya gagal ginjal dibuktikan dengan
kenaikan kadar kreatinin atau ureum serum yang berkisar antara 2% sampai
7,1% pasien diabetes melitus. Adanya proteinuria yang persisten tanpa adanya
kelainan ginjal yang lain merupakan salah satu tanda awal nefropati diabetik.
e) Kerusakan saraf (Neuropati)
f) Kerusakan pada mata (Retinopati)

2.5 Penatalaksanaan Diabetes Mellitus


Diperkirakan 25-50 % dari DM lanjut usia dapat dikendalikan dengan
baik hanya dengan diet saja, 3 % membutuhkan insulin dan 20-45 % dapat
diobati dengan anti diabetik oral dan diet saja. Para ahli berpendapat bahwa
sebagian besar DM pada lanjut usia adalah tipe II dan
dalam penatalaksanaannya perlu diperhatikan secara khusus, baik cara hidup
pasien, keadaan gizi dan kesehatannya, penyakit lain yang menyertai serta ada
atau tidaknya komplikasi DM.
Pedoman penatalaksanaan diabetes antara lain :
a) Menilai penyakitnya secara menyeluruh dan memberikan pendidikan
kepada pasien dan keluarganya.
5
b) Menghilangkan gejala-gejala akibat hiperglikemia.
c) Lebih bersifat konservatif, usahakan agar glukosa darah tidak terlalu tinggi
(200-220 mg/dl) dan tidak terlampau rendah karena bahaya terjadinya
hipoglikemia
d) Mengendalikan glukosa darah dan berat badan sambil menghindari resiko
hipoglikemi.
e) Pengelolaan DM dimulai dengan pengaturan makan dan latihan jasmani
selama 2-4 minggu jika tidak terkontrol gula darahnya maka diberikan obat
anti diabetes oral.
f) Pilar Pengelolaan DM, antara lain :
a. Edukasi, meliputi : pemahaman tentang DM, obat-obatan, olahraga,
perencanaan makan dan masalah yang mungkin dihaapi.
b. Perencanaan Makan dengan karbohidrat 45-60%, protein 10-20%,
dan lemak 20-25%.
c. Latihan jasmani 3 kali seminggu selama 30 menit disesuaikan
dengan umur dan status kesegaran jasmani.
d. Farmakologis, apabila tidak berhasil dengan pengaturan makan dan
olahraga.

2.6 Strategi Pencegahan Diabetes Mellitus


Dalam jangka waktu 30 tahun penduduk Indonesia akan naik sebesar 40%
dengan peningkatan jumlah pasien diabetes yang jauh lebih besar yaitu 86-
138% yang disebabkan oleh karena :

a) faktor demografi, antara lain :


 jumlah penduduk meningkat
 penduduk usia lanjut bertambah banyak
 urbanisasi makin tak terkendali
b) gaya hidup yang kebarat-baratan
 penghasilan per kapita tinggi dan restoran siap santap
 sedentary life style
c) berkurangnya penyakit infeksi dan kurang gizi
d) meningkatnya pelayanan kesehatan hingga umur pasien diabetes
semakin panjang

6
Mengingat jumlah pasien yang akan membengkak dan besarnya biaya
perawatan diabetes yang terutama disebabkan oleh karena komplikasinya, maka
upaya yang baik adalah pencegahan. Menurut WHO tahun 1994, upaya
pencegahan pada diabetes ada tiga jenis, antara lain :

a) Pencegahan primer. Semua aktivitas yang digunakan untuk mencegah


timbulnya hiperglikemia pada inividu yang beresiko mengidap diabetes
mellitus atau pada populasi.
b) Pencegahan sekunder. Menemukan pengidap DM sedini mungkin,
misalnya dengan tes penyaringan. Dengan demikian pasien diabetes
yang sebelumnya tidak terdiagnosis dapat terjaring.
c) Pencegahan tersier. Semua upaya untuk mencegah komplikasi atau
kecacatan akibat komplikasi tersebut. Usaha ini meliputi :
 mencegah timbulnya komplikasi
 mencegah progresi dari komplikasi
 mencegah kecacatan tubuh

Strategi pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan melalui pendekatan


masyarakat yang bertujuan untuk mengubah perilaku masyarakat umum dan
pendekatan individu beresiko tinggi yang dilakukan pada individu yang beresiko
mengidap diabetes.
a) Pendekatan populasi/masyarakat
Bertujuan untuk mengubah perilaku masyarakat umum, antara lain mendidik
masyarakat agar menjalankan cara hidup sehat dan menghindari cara hidup
beresiko. Upaya ini ditujukan tidak hanya untuk mencegah diabetes tetapi
untuk mencegah penyakit lain sekaligus. Upaya ini sangat berat karena target
populasinya sangat luas, oleh karena itu harus dilakukan tidak hanya oleh
profesi tetapi juga oleh seluruh lapisan masyarakat.
b) Pendekatan individu beresiko tinggi
Semua upaya pencegahan yang dilakukan pada individu yang beresiko
mengidap diabetes mellitus. Antara lain :
a. umur > 40 tahun
b. gemuk
c. hipertensi

7
d. riwayat keluarga DM
e. riwayat melahirkan bayi >4 kg
f. riwayat DM pada saat kehamilan
g. dislipidemia
Pencegahan primer adalah cara yang paling sulit karena yang menjadi sasaran
adalah orang-orang yang belum sakit artinya mereka masih sehat. Cakupannya
menjadi sangat luas. Yang bertanggung jawab bukan hanya profesi tetapi seluruh
lapisan masyarakat. Pada pencegahan sekunder, penyuluhan tentang perilaku sehat
seperti pada pencegahan primer pun harus dilakukan, ditambah dengan peningkatan
pelayanan kesehatan primer di pusat-pusat pelayanan kesehatan mulai dari rumah
sakit sampai puskesmas. Pada tahun 1994, WHO menyatakan bahwa pendeteksian
pasien baru dengan cara skrining dimasukkan ke dalam upaya pencegahan sekunder
agar supaya bila diketahui lebih dini komplikasi dapat dicegah. (Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid III, 2006).

2.7 Kerangka Konsep

tingkat
status gizi
konsumsi

pengetahuan
Faktor
Determinan
aktivitas status gizi

genetik

8
II.8 Kerangka Pengumpulan Data

pengetahuan gejala

riwayat
keluarga

pasien / masyarakat
sekitar yang datang aktivitas
ke Puskesmas

pola makan

status gizi

9
BAB III
METODE MINI PROJECT

3.1 Rancangan Mini Project


Mini project ini dilakukan dengan pengumpulan data melalui wawancara
terstruktur kemudian edukasi secara individual terutama pada subjek yang tidak
mengerti tentang diabetes mellitus tetapi memiliki faktor resiko menderita
penyakit tersebut. Pada mini poject ini ditujukan sebagai sarana
mengaplikasikan pencegahan primer dalam penyakit diabetes mellitus.

3.2 Waktu dan Tempat Mini Project


Mini project ini dilaksanakan pada bulan September 2012 di Puskesmas
Waihaong dan wilayah sekitarnya.

3.3 Populasi Mini Project


Populasi mini project adalah masyarakat yang tinggal di sekitar wilayah
Puskesmas Waihaong diambil secara acak yaitu masyarakat yang berobat ke
Puskesmas Waihaong (acak).

3.4 Subjek Mini Project


Subjek mini project diambil dari masyarakat yang tinggal di sekitar wilayah
Puskesmas Waihaong yang berobat ke Puskesmas dan diambil secara acak.
Subjek terdiri dari 12 orang laki-laki dan 88 orang perempuan. Subjek dengan
usia 20-30 tahun berjumlah 26 orang, yang berusia > 30-40 tahun berjumlah 34
orang, yang berusia > 40-50 tahun berjumlah 23 orang, yang berusia > 50-60
tahun berjumlah 10 orang dan > 60 tahun berjumlah 7 orang. Subjek mini
project didapatkan dengan teknik mengambil sampel secara acak dari pasien
yang berobat di Puskesmas Waihaong.

10
BAB IV
HASIL

Berdasarkan hasil yang diperoleh didapatkan bahwa dari total 88 orang subjek
perempuan dan 12 orang subjek laki-laki yang dilakukan wawancara terstruktur,
didapatkan bahwa 69 orang diantaranya tidak mengetahui apa itu diabetes mellitus/
kencing manis dan bagaimana gejalanya. Sementara itu, sejumlah 31 orang mengerti
apa itu diabetes mellitus/ kencing manis dan mengetahui gejala pernyertanya.
Seperti yang dibahas pada bab teori, disebutkan bahwa diabetes mellitus atau
kencing manis adalah penyakit yang terjadi akibat gangguan metabolisme sehingga
kadar gula darah dalam tubuh melebihi normal. Diabetes mellitus memiliki gejala-
gejala, diantaranya sering buang air kecil terutama malam hari, sering haus, sering
lapar, luka tidak sembuh-sembuh, kesemutan, berat badan menurun meskipun nafsu
makan meningkat, sering mengantuk/ lemas, gatal-gatal terutama di daerah kemaluan,
dan impoten. Dari 31 orang subjek yang mengetahui gejala kencing manis, 15 orang
menyebutkan gejalanya adalah sering buang air kecil terutama pada malam hari, 12
orang menyebutkan lemas/mengantuk, 8 orang menyebutkan keluhan sering lapar
meskipun sudah banyak makan, 6 orang menyebutkan keluhan sering haus, 2 orang
menyebutkan keluhan luka yang tidak sembuh-sembuh, dan masing-masing 1 orang
menyebutkan keluhan berat badan menurun, impoten, kesemutan, dan gatal di seluruh
tubuh terutama daerah kemaluan.
Menurut teori, banyak faktor yang menjadi penyebab terjadinya diabetes
mellitus. Salah satu faktor yang tidak dapat iubah adalah keturunan. Namun demikian,
yang paling menentukan seseorang mengidap diabetes mellitus atau tidak adalah
faktor pola makan dan aktivitas. Berdasarkan hasil wawancara dengan 100 orang
subjek di atas, didapatkan pada 31 orang subjek yang mengerti tentang penyakit
diabetes mellitus terdapat 14 orang subjek yang memiliki riwayat keluarga penderita
diabetes mellitus. Untuk faktor pola makan, dari 100 orang subjek yang diwawancara
menyebutkan bahwa sebanyak 36 orang mengaku tidak pernah berolah raga
(sedentary life style) dan 17 orang mengaku setiap hari setidaknya mengkonsumsi
gula 1 sendok makan, dan 14 orang diantaranya memiliki status gizi yang berlebih/
gemuk.

11
BAB V
DISKUSI

Menurut American Diabetes Association (ADA) 2003, diabetes melitus


merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia
yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya.
Hiperglikemia kronik pada diabetes berhubungan dengan kerusakan jangka panjang,
dan disfungsi beberapa organ tubuh, terutama mata, ginjal, saraf, jantung, dan
pembuluh darah.
Di Indonesia, prevalensi DM mencapai 15,9-32,73%, dimana diperkirakan
sekitar 5 juta lebih penduduk Indonesia menderita diabetes mellitus. Menurut
penelitian epidemiologi yang sampai saat ini dilaksanakan di Indonesia, kekerapan
diabetes di Indonesia berkisar antara 1,4 dengan 1,6%. Terjadi tendensi kenaikan
kekerapan diabetes secara global terutama disebabkan oleh karena peningkatan
kemakmuran suatu populasi, maka dengan demikian dapat dimengerti bila suatu saat
atau lebih tepat lagi dalam kurun waktu 1 atau 2 dekade yang akan datang kekerapan
DM di Indonesia akan meningkat dengan drastis. Indonesia akan menempati
peringkat nomor 5 sedunia dengan jumlah pengidap diabetes sebanyak 12,4 juta orang
pada tahun 2025, naik 2 tingkat dibanding tahun 1995. Pilar Pengelolaan DM, antara
lain :

a ) Edukasi, meliputi : pemahaman tentang DM, obat-obatan, olahraga,


perencanaan makan dan masalah yang mungkin dihadapi.
b ) Perencanaan Makan dengan karbohidrat 45-60%, protein 10-20%, dan lemak
20-25%.
c ) Latihan jasmani 3 kali seminggu selama 30 menit disesuaikan dengan umur
dan status kesegaran jasmani.
d ) Farmakologis, apabila tidak berhasil dengan pengaturan makan dan olahraga.
Komplikasi diabetes mellitus yang dapat ditemukan, antara lain :
hipoglikemia, infeksi, komplikasi kronis penyakit jantung dan pembuluh darah,
kerusakan pada ginjal (nefropati), kerusakan saraf (neuropati), dan kerusakan pada
mata (retinopati).
Jika melihat dari segi teori di atas, bahwa jelas jika mencegah lebih baik
daripada mengobati. Hal ini juga dikarenakan banyak komplikasi yang terjadi pada

12
penyakit diabetes mellitus. Pada seseorang yang mengidap penyakit diabetes mellitus,
maka penatalaksanaan yang pertama kali dilakukan adalah edukasi tentang perjalanan
penyakitnya, olah raga dan perencanaan makan. Untuk itu, dalam hal ini peran
promosi kesehatan sangatlah penting dalam mencegah penyakit diabetes mellitus.
Dari total 88 orang subjek perempuan dan 12 orang subjek laki-laki yang
dilakukan wawancara, didapatkan bahwa 69 orang diantaranya tidak mengetahui apa
itu diabetes mellitus/ kencing manis dan bagaimana gejalanya. Sementara itu,
sejumlah 31 orang mengerti apa itu diabetes mellitus/ kencing manis dan mengetahui
gejala pernyertanya. Oleh karena itu, sangat diperlukan promosi kesehatan sebagai
usaha pencegahan primer terhadap penyakit diabetes mellitus. Mengingat jika
promosi kesehatan dilakukan secara serentak dengan mengumpulkan kader atau
masyarakat di suatu ruangan kurang efektif, maka perlunya dilakukan promosi
kesehatan secara individual terutama bagi masyarakat yang saat diwawancara sama
sekali tidak mengerti apa itu diabetes mellitus.
Berdasarkan hasil wawancara dengan 100 orang subjek di atas, didapatkan
pada 31 orang subjek yang mengerti tentang penyakit diabetes mellitus terdapat 14
orang subjek yang memiliki riwayat keluarga penderita diabetes mellitus. Untuk
faktor pola makan, dari 100 orang subjek yang diwawancara menyebutkan bahwa
sebanyak 36 orang mengaku tidak pernah berolah raga (sedentary life style) dan 17
orang mengaku setiap hari setidaknya mengkonsumsi gula 1 sendok makan, dan 14
orang diantaranya memiliki status gizi yang berlebih. Jika melihat hasil wawancara
ini, maka sebagian masyarakat di sekitar wilayah kerja Puskesmas Ampenan memiliki
faktor resiko diabetes mellitus. Oleh karena itu, penting jika dilakukan pencegahan
primer agar penderita diabetes mellitus di Indonesia tidak semakin meningkat.
Pendekatan populasi/masyarakat bertujuan untuk mengubah perilaku
masyarakat umum, antara lain mendidik masyarakat agar menjalankan cara hidup
sehat dan menghindari cara hidup beresiko. Upaya ini ditujukan tidak hanya untuk
mencegah diabetes tetapi untuk mencegah penyakit lain sekaligus oleh karena itu
penulis menganggap pentingnya dilakukan pendekatan individu, terutama pada
individu yang beresiko tinggi, yang berarti semua upaya pencegahan yang dilakukan
pada individu yang beresiko mengidap diabetes mellitus, antara lain umur > 40 tahun,
gemuk, hipertensi, riwayat keluarga DM, riwayat melahirkan bayi >4 kg, riwayat DM
pada saat kehamilan, dan dislipidemia.

13
Tetapi mengingat keterbatasan waktu dan lokasi, serta jumlah pasien yang
banyak penulis melakukan pendekatan individu tanpa memandang seseorang itu
beresiko atau tidak (dipilih secara acak) dengan maksud sasaran pencegahan primer
akan lebih sampai kepada setiap orang yang belum mengerti mengenai apa itu
diabetes mellitus dan bagaimana pencegahannya. Dengan begitu, penulis dapat
melakukan penyuluhan/ promosi secara individual tentang diabetes mellitus dan
mengedukasi jika menemukan keluarga/tetangga dengan gejala seperti itu segera
diperiksakan ke Puskesmas. Penulis melakukan promosi kesehatan dengan
menggunakan pamphlet bergambar agar lebih menarik dan memberikannya kepada
subjek yang sudah diedukasi. Dengan cara seperti ini diharapkan sasaran pencegahan
primer dan sekunder akan lebih berhasil karena menggunakan pendekatan individual.
Dalam mini project kali ini, penulis juga menemukan 2 orang subjek yang
menderita diabetes mellitus/ kencing manis tetapi tidak berobat secara rutin. Pada
kasus ini, penulis melakukan pencegahan sekunder berupa upaya untuk mencegah
komplikasi dengan edukasi agar rutin berobat, olah raga, dan pengaturan pola makan.
Diharapkan prevalensi diabetes mellitus kedepannya dapat ditekan jika seluruh
lapisan masyarakat ikut serta dalan pencegahan primer ataupun sekunder.

14
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1. Tingkat pengetahuan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Ampenan
terhadap diabetes mellitus belum merata. Oleh karena itu, diperlukan adanya
promosi kesehatan sebagai upaya pencegahan primer dan sekunder terhadap
kejadian penyakit diabetes mellitus, tidak hanya oleh petugas kesehatan
melainkan juga masyarakat umum.
2. Pola aktivitas dan makan sebagian masyarakat di wilayah kerja Puskesmas
Ampenan menjadi faktor resiko diabetes mellitus. Oleh karena itu, promosi
kesehatan primer nampaknya akan lebih bermanfaat jika dilakukan secara
individual (seperti konseling) dibandingkan jika dilakukan melalui pendekatan
populasi.

5.2 Saran
Jumlah pasien diabetes dalam kurun waktu 25-30 tahun yang akan datang
akan sangat meningkat akibat kemakmuran, perubahan pola demografi, dan
urbanisasi. Pencegahan baik perimer, sekunder, ataupun tersier merupakan upaya
yang paling tepat dalam mengantisipasi ledakan jumlah ini dengan melibatkan
berbagai pihak, tidak hanya petugas kesehatan melainkan juga masyarakat umum. Di
wilayah sekitar Puskesmas Ampenan perlu dilakukan promosi kesehatan terutama
sebagai upaya pencegahan primer dan sekunder dalam masyarakat terhadap penyakit
diabetes mellitus.

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI, 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid III Edisi IV. Jakarta : Penerbit FK UI.
2. Ikatan Dokter Indonesia, 2011. Indonesian Doctor’s Compendium. Jakarta :
CV Matoari Citra Media.
3. Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI, 2000. Penatalaksanaan
Kedaruratan di Bidang Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Penerbit FK UI.
4. http://www.metris-community.com/penyebab-dan-gejala-diabetes/
5. http://majalahkesehatan.com/tanda-tanda-kencing-manis/
6. http://www.scribd.com/doc/76881746/Bab-14-Diabetes-Mellitus-Word
7. http://indodiabetes.com/
8. http://www.klikdokter.com/diabetes/read/2010/07/05/112/gejala-diabetes-
melitus
9. http://obatpenyakit.biz/uncategorized/gejala-diabetes-melitus/

16
LAMPIRAN

17
18

Anda mungkin juga menyukai