Anda di halaman 1dari 50

A.

Pendahuluan
Pertemuan pertama seorang dokter dengan penderita merupakan peristiwa yang penting, oleh
karena pada saat tersebut tidak hanya dilakukan penilaian yang teliti dan pemeriksaan yang
lengkap tetapi juga merupakan kesempatan untuk membangun hubungan rasa saling percaya
dan rasa saling pengertian sehingga tujuan pengobatan yang maksimal dapat dicapai. Seorang
dokter sebaiknya memberikan kesan sebagai orang yang ingin bergabung dengan penderita
untuk mencari tahu apa yang secara normal ada dan apa yang secara abnormal terjadi pada
penderita.
Sebagaimana bidang ilmu lainnya, pengobatan bedah ortopedi hanya dapat berhasil dengan
baik bila sebelumnya dapat ditegakkan suatu diagnosis yang baik. Suatu diagnosis ditegakkan
melalui beberapa tahapan pemeriksaan dan untuk itu seorang dokter dituntut untuk memiliki ilmu
pengetahuan, keterampilan disamping pengalaman yang baik.
Pemeriksaan diawali dengan menanyakan riwayat penderita (anamnesis) dan dilanjutkan
dengan pemeriksaan fisik serta pemeriksaan-pemeriksaan tertentu berdasarkan kebutuhan yang
diperlukan.
Data yang dihasilkan kemudian dipadukan dan dianalisa sehingga suatu diagnosis yang baik
dapat ditegakkan, yang merupakan dasar/tuntunan dalam melakukan pengobatan pada
penderita. Pemeriksaan yang dilakukan dalam menegakkan suatu diagnosis meliputi :

Riwayat Penderita Pemeriksaan Radiologis

Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan Neurologi Pemeriksaan Khusus

B. Tujuan
Tujuan pembelajaran yang ingin dicapai yaitu :
1. Mahasiswa mampu melakukan anamesis yang baik pada kasus musculoskeletal
2. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan fisik dengan tepat pada kasus musculoskeletal.

C. Alat dan Bahan


Alat yang dibutuhkan yaitu :
1. Stetoskop 5. Kapas
2. Reflex hammer 6. Jarum kecil
3. Pensil untuk kulit (marker) 7. Senter saku
4. Meteran 8. Goniometer

1
D. Dasar Teori
1. RIWAYAT PENDERITA
Di dalam riwayat penderita dicantumkan dengan jelas data pribadi yang meliputi
nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan serta alamat yang jelas. Sebagian dari kelainan
ortopedi dapat terdiagnosis melalui
anamnesis yang baik dan teratur, sehingga BAGAN SKEMATIK PENGAMBILAN

seorang dokter harus meluangkan waktu RIWAYAT PENDERITA

yang cukup dalam melakukan anamnesis, RIWAYAT PENDERITA

tekun dan menjadikannya kebiasaan.  Data pribadi meliputi :

Untuk memperoleh data yang baik, o Nama :

maka kita harus menjadi pendengar yang o Umur :

baik dan memberikan pertanyaan yang o Jenis Kelamin :

terarah tanpa memberikan tekanan kepada o Pekerjaan :

penderita. Berilah waktu dan kesempatan o Alamat :

yang cukup kepada penderita untuk  Tanggal Pemeriksaan

memberikan tanggapan dengan  Keluhan Utama


mempergunakan kata-katanya sendiri, oleh  Riwayat Penyakit Sekarang
karena dengan cara demikian, maka  Riwayat Penyakit Lainnya
perasaan yang terkandung di dalam dirinya  Riwayat Sebelum Sakit
akan terungkap melalui ekspresi maupun o Riwayat Penyakit Dahulu
kata-kata yang digunakannya. o Riwayat Trauma
Pada penderita bayi dan anak- o Riwayat Pengobatan
anak, umumnya diperlukan bantuan orang o Riwayat Operasi
tua atau keluarga untuk memperoleh  Riwayat Sistem Tubuh Lainnya
anamnesis yang baik.  Riwayat Keluarga
Pertanyaan yang tidak sepantasnya  Latar Belakang Sosial dan Pekerjaan
diucapkan misalnya “Apa yang salah pada
Anda?”. Pertanyaan yang sebaiknya diajukan adalah “Apakah yang Anda rasakan/ketahui
tidak sesuai dengan biasanya?”. Percakapan-percakapan ini juga akan memberikan hasil
yang baik kalau dilangsungkan seperti percakapan-percakapan lain, yaitu mulai dengan
masalah-masalah yang bersifat umum dan dilanjutkan dengan persoalan-persoalan yang
bersifat khusus. Arahkanlah pertanyaan-pertanyaan dengan cara yang makin lama makin
khusus sampai kita mencapai titik yang menentukan.
Untuk memperoleh data yang baik diperlukan metode anamnesis yang sistematik
seperti skema yang tertera di samping ini.
Gejala-gejala serta tanda-tanda khusus yang ditemukan, lebih lanjut harus kita
tetapkan dengan menguraikan misalnya waktu mulai timbulnya, lamanya, timbulnya
kekambuhan, periodisitasnya, sifat sensasi yang ditimbulkan, lokasinya, penjalarannya,
faktor-faktor yang dapat menimbulkan eksaserbasi atau penyembuhan, gejala-gejala kegiatan
lain yang ada kaitannya dan respon yang diberikan terhadap pengobatan.

2
Rasa nyeri misalnya digambarkan dengan menyatakan dimana tempatnya,
penyebarannya, sifatnya (tajam, bersifat kolik, membakar, tumpul), tingkat kehebatan rasa
nyeri tersebut (sehingga memaksa penderita harus menggunakan morfin, menyebabkan
penderita harus melipatkan badannya atau penderita sampai menangis), lamanya (terus-
menerus, intermiten) dan saat timbulnya perasaan nyeri tersebut. Perlu diketahui hubungan
antara timbulnya rasa nyeri dengan makanan (berkurang, bertambah berat atau bahkan
ditimbulkan oleh makan), hubungannya dengan fungsi tubuh, dengan kerja dan istirahat,
dengan panas dan dingin, dan pengobatan-pengobatan yang diberikan; hubungan yang
terdapat antara rasa nyeri dengan gejala-gejala lain (misalnya perasaan mual, muntah-
muntah, diare, menggigil, demam, batuk, berkeringat); dan gangguan-gangguan yang
ditimbulkan oleh rasa nyeri terhadap pekerjaan, waktu tidur atau makan penderita.
 Keluhan Utama
Beberapa gejala/keluhan muskuloskeletal yang membuat penderita datang untuk
diperiksa adalah :

1. Trauma 6. Instabilitas sendi


2. Nyeri 7. Kelemahan otot
3. Kekakuan pada sendi 8. Gangguan sensibilitas
4. Pembengkakan 9. Gangguan atau hilangnya fungsi
5. Deformitas 10. Jalan pincang

1. Trauma
Hal-hal yang perlu diketahui mengenai trauma :
 Waktu terjadinya trauma
 Cara terjadinya trauma
 Lokalisasi trauma
2. Nyeri
Nyeri merupakan gejala yang tersering ditemukan pada kelainan bedah ortopedi dan
perlu diketahui secara lengkap tentang sifat-sifat dari nyeri. Rasa nyeri berbeda dari satu
individu ke individu yang lain berdasarkan atas ambang nyeri dan toleransi nyeri masing-
masing penderita.
Sifat-sifat nyeri yang perlu diketahui adalah :
 Lokasi nyeri; harus ditunjukkan dengan tepat oleh penderita
 Karakter nyeri; apakah sifatnya tumpul, tajam
 Gradasi rasa nyeri (1-4)
 Intensitas nyeri; apakah nyeri berkurang apabila beristirahat
 Agravation; apakah nyeri bertambah berat bila beraktivitas, pada aktivitas mana nyeri
bertambah apakah pada saat batuk, bersin, berdiri dan berjalan
 pada umumnya nyeri akan bertambah berat apabila ada gerakan setempat dan
berkurang apabila istirahat

3
 variasi sehari-hari; apakah pada waktu pagi/malam lebih nyeri atau lebih baik
 tekanan pada saraf atau akar saraf akan memberikan gejala nyeri yang disebut
radiating pain misalnya pada skiatika dimana nyeri menjalar mulai dari bokong
sampai anggota gerak bawah sesuai dengan distribusi saraf
 Nyeri lain yang disebut nyeri kiriman atau referred pain adalah nyeri pada suatu
tempat yang sebenarnya akibat kelainan dari tempat lain misalnya nyeri lutut akibat
kelainan pada sendi panggul. Kelainan pada saraf akan memberikan gangguan
sensibilitas berupa hipestesia, anesthesia, parestesia, hiperestesia.
3. Kekakuan Pada Sendi
Kelainan ini bisa bersifat umum misalnya pada artritis rheumatoid, ankilosing spondylitis
atau bersifat lokal pada sendi-sendi tertentu. Locking merupakan suatu kekakuan sendi
yang terjadi secara tiba-tiba akibat blok secara mekanis pada sendi oleh tulang rawan
atau meniscus.
4. Pembengkakan
Pembengkakan dapat terjadi pada jaringan lunak, sendi atau tulang. Penting untuk
diketahui riwayat pembengkakan yang terjadi apakah setelah suatu trauma atau tidak,
apakah terjadi secara perlahan-lahan misalnya pada hematoma/hemartrosis atau
progresif dalam beberapa waktu. Pembengkakan dapat disebabkan oleh infeksi, tumor
jinak atau ganas.
5. Deformitas
Deformitas dapat terjadi pada sendi, anggota gerak, atau tempat-tempat lain. Deformitas
dapat pada satu sendi atau lebih dari satu sendi (bersifat umum). Pada suatu trauma
dimana terjadi fraktur, tulang bergeser dari tempatnya sehingga terjadi deformitas
(kelainan bentuk).
Ada beberapa deformitas yang merupakan variasi dari suatu keadaan normal misalnya
ukuran tubuh yang kecil (cebol) atau panggul yang lebar.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan tentang deformitas adalah :
 Waktu; sejak kapan deformitas terjadi
 Perubahan; apakah deformitas makin bertambah setelah selang waktu tertentu
 Karakter/sifat-sifat deformitas; apakah bertambah dengan adanya inflamasi dan
kekakuan sendi
 Kecacatan; apakah deformitas menimbulkan kecacatan dan seberapa jauh
keadaan ini menimbulkan gangguan pada aktivitas sehari-hari
 Herediter; apakah ada riwayat keluarga misalnya ditemukan kelainan yang sama
pada anggota keluarga yang lain
 Riwayat pengobatan; apakah deformitas terjadi setelah suatu pengobatan
6. Ketidakstabilan Sendi
Perlu diketahui apakah kelainan yang ada menyebabkan ketidakstabilan sendi dan
ditelusuri pula penyebabnya apakah karena kelemahan otot atau kelemahan/robekan
pada ligament dan selaput sendi.

4
7. Kelemahan Otot
Kelemahan otot dapat bersifat umum misalnya pada penyakit distrofi muskuler atau
bersifat lokal oleh karena gangguan neurologis pada otot misalnya pada Morbus Hansen,
adanya paralisis peroneal atau pada penyakit poliomyelitis.
Yang perlu diperhatikan pada kelainan otot adalah :
 Waktu dan sifatnya; apakah terjadi secara bertahap atau secara tiba-tiba
 Perlu diketahui batas dari bagian tubuh yang mengalami kelemahan otot, apakah
kelainan ini mengenai badan atau tungkai
 Bersifat regresi atau spontan
 Apakah disertai dengan kelainan sensoris misalnya parestesia, hipestesia atau
hiperestesia
 Apakah kontrol sfingter terganggu
 Apakah kelainan ini menimbulkan kecacatan
 Riwayat pengobatan sebelumnya
8. Gangguan Sensibilitas
Gangguan sensibilitas terjadi bila ada kerusakan saraf pada upper/lower motor neuron
baik bersifat lokal maupun menyeluruh. Gangguan sensibilitas dapat pula terjadi bila ada
trauma atau penekanan pada saraf. Perlu diketahui apakah gangguan ini bertambah
berat atau malah makin berkurang
9. Gangguan atau Hilangnya Fungsi
Gejala ini merupakan gejala yang sering ditemui pada kelainan bedah ortopedi.
Gangguan atau hilangnya fungsi baik pada sendi maupun pada anggota gerak dapat
disebabkan oleh berbagai sebab seperti gangguan fungsi karena nyeri yang terjadi
setelah trauma, adanya kekakuan sendi atau kelemahan otot.
10. Jalan Pincang
Kelainan ini memerlukan anamnesis dan pemeriksaan yang teliti untuk mengetahui
adanya kelainan bawaan, trauma, infeksi atau sebab-sebab lain sebelumnya.
 Riwayat Penyakit Sekarang
Setelah kita mengetahui keluhan utama, terutama keluhan yang disebutkan di atas
sehingga penderita datang kepada kita, maka kita harus melakukan anamnesis yang teratur
dan terarah tentang kemungkinan penyakit yang diderita mengenai beberapa hal, seperti
lamanya keluhan, apakah keluhan ini terus-menerus atau sewaktu mengalami aktivitas,
apakah ada hubungannya dengan organ lain.
 Riwayat Penyakit Lainnya
Perlu ditanyakan tentang penyakit-penyakit lainnya yang diderita oleh penderita
apakah terjadi sebelumnya atau bersamaan dengan penyakit yang ada sekarang ini.
 Riwayat Sebelum Sakit
Riwayat sebelum sakit yang perlu diketahui adalah keadaan umum sebelumnya,
apakah ada penurunan berat badan atau tidak, serta hal-hal lain yang dialami sebelum sakit,
yaitu:

5
 Riwayat penyakit dahulu
Perlu diketahui penyakit-penyakit yang dialami sebelumnya yang kemungkinan
mempunyai hubungan dengan penyakit yang diderita sekarang.
 Riwayat trauma
Perlu diketahui dari penderita apakah pernah mengalami trauma yang kemungkinan
trauma ini memberikan gangguan pada muskuloskeletal baik berupa kelainan maupun
komplikasi-komplikasi lain yang dialami saat ini.
 Riwayat pengobatan
Penelusuran tentang obat-obatan yang digunakan oleh penderita sebelumnya perlu
dilakukan karena dapat menimbulkan komplikasi misalnya pemakaian kortison dapat
menimbulkan nekrosis avaskuler pada panggul. Selain itu ditanyakan pula pada
penderita tentang adanya riwayat alergi terhadap obat-obatan.
 Riwayat operasi
Riwayat operasi penderita perlu ditanyakan karena kemungkinan ada hubungannya
dengan keluhan sekarang seperti operasi karsinoma prostat, karsinoma mammae yang
dapat memberikan metastasis ke tulang dengan segala komplikasinya.
 Riwayat Sistem Tubuh Lainnya
Secara sistematis dilakukan penelusuran pada organ-organ tubuh lainnya tentang
adanya keluhan, kelainan-kelainan atau penyakit-penyakit yang diderita sebelumnya.
 Riwayat Keluarga
Penelusuran riwayat keluarga sangat penting, karena beberapa penyakit
muskuloskeletal berkaitan dengan kelainan genetic dan dapat diturunkan.
 Latar Belakang Sosial dan Pekerjaan
Riwayat sosial penderita yang perlu diketahui adalah keadaan ekonomi keluarga
serta lingkungannya dan juga kebiasaan-kebiasaan lain seperti peminum alcohol. Sedangkan
riwayat pekerjaan perlu diketahui karena ada pekerjaan-pekerjaan tertentu yang dapat
menimbulkan cedera yang khusus atau kelainan-kelainan yang khusus pula.

2. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik mempunyai arti yang penting dalam menguatkan data-data yang
kita temukan dalam anamnesis dan sekaligus memberikan kepada kita pilihan terhadap
pemeriksaan-pemeriksaan khusus/tambahan lainnya yang perlu kita lakukan.
Pada bidang ilmu bedah ortopedi, pemeriksaan fisik pada dasarnya terbagi atas dua jenis,
yaitu :
1) Pemeriksaan fisik umum
2) Pemeriksaan fisik ortopedi
a) Pemeriksaan fisik ortopedi umum
b) Pemeriksaan fisik ortopedi regional
Pemeriksaan skrining untuk kelainan musculoskeletal (GALS)
Pemeriksaan singkat, yang memakan waktu 1-2 menit, telah dianjurkan untuk dipakai
pada penilaian klinis rutin. Hal ini telah ditunjukkan sangat sensitive dalam mendeteksi

6
abnormalitas yang signifikan dari sistem musculoskeletal. Hal ini melibatkan menginspeksi
secara hati-hati pembengkakan sendi dan postur abnormal, demikin juga dalam menilai
gerakan normal sendi.
Pemeriksaan screening ini dikenal dengan akronim ‘GALS’, yang kepanjangannya
adalah Gait, Arms, Legs and Spine. Urutan keempat elemen ini diperiksa dapat bervariasi –
dalam praktik, biasanya lebih nyaman untuk menyelesaikan elemen-elemen tersebut dimana
pasien dalam posisi weight-bearing terlebih dahulu sebelum meminta pasien untuk naik ke
atas tempat tidur.
Gait
 Minta pasien untuk berjalan beberapa langkah, berbalik dan berjalan kembali. Amati
gait pasien untuk kesimetrisan, kehalusan dan kemampuan untuk berbalik dengan
cepat
 Dengan pasien berdiri pada posisi anatomis, amatidari belakang, samping, dan dari
depan untuk: bentuk dan kesimetrisan otot bahu, gluteal, quadriceps dan betis; limb
alignment; susunan atau bentuk tulang belakang; level yang sama dari iliac crest;
kemampuan untuk sepenuhnya mengekstensi siku dan lutut; pembengkakan
popliteal; abnormalitas pada kaki seperti tinggi berlebihan atau yang terlalu rendah
dari profil arcus, clawing/retraksi dari telunjuk kaki dan/atau adanya hallux valgus.
Arms
 Minta pasien untuk menaruh tangan mereka dibelakang kepala. Nilai abduksi bahu
dan rotasi eksternal, dan fleksi siku (hal-hal ini biasanya yang sering terpengaruh
pertama kali pada masalah bahu).
 Dengan lengan pasien diluruskan, telapak tangan menghadap bawah, jari-jari
diluruskan, nilai punggung tangan untuk pembengkakan sendi dan deformitas.
 Minta pasien untuk membalikan lengannya. Lihat telapak tangan untuk penonjolan
otot dan untuk tanda-tanda visual abnormalitas lainnya.
 Minta pasien untuk mengepalkan tangannya. Secara visual nilai kekuatan
menggenggam, fungsi tangan dan pergelangan tangan, dan range of movement jari-
jari tangan.
 Minta pasien untuk meremas jari Anda. Nilai kekuatan menggenggam.
 Minta pasien menyentuhkan setiap ujung jari lain ke ujung jari ibu jari. Nilai ketepatan
cubitan (hal ini penting secara fungsional).
 Dengan lembut remas sepanjang sendi metacarpophalangeal (MCP) untuk
mengecek nyeri tekan yang menunjukkan penyakit inflamasi sendi. (pastikan untuk
memperhatikan wajah pasien untuk tanda-tanda non-verbal dari ketidaknyamanan.)

7
Legs

 Dengan pasien berbaring di tempat tidur, nilai fleksi dan ekstensi penuh kedua lutut,
rasakan adanya krepitasi.
 Dengan panggul dan lutut difleksikan 90°, pegang lutut dan pergelangan kaki untuk
menuntun gerakan, nilai rotasi internal dari setiap sendi panggul dalam keadaan
fleksi (hal ini yang sering terkena pertama kali jika adalah masalah pada panggul).
 Lakukan pattelar tap untuk mengecek efusi lutut. Gesekan tangan Anda ke bawah
sepanjang paha untuk menekan bantalan suprapatellar supaya efusi apapun dipaksa
masuk di belakang patella. Ketika Anda mencapai bagian atas patella, tetp letakkan
tangan Anda dan jaga tekanannya. Gunakan dua atau tiga jari dari tangan lainnya
untuk menekan patella ke bawah dengan halus (lihat figure 7). Aakah ia memantul
dan ‘tap’? Hal ini mengindikasikan adanya efusi.
 Dari bagian bawah tempat tidur, inspeksi kaki untuk pembengkakan, deformitas, dan
kalus pada telapak kaki.
 Remas sepanjang sendi metatarsophalangeal (MTP) untuk mengecek nyeri tekan
yang menunjukkan penyakit sendi akibat inflamasi. (Pastikan memperhatikan wajah
pasien untuk tanda-tanda ketidaknyamanan.)

8
Spine

 Dengan pasien berdiri, inspeksi tulang belakang dari belakang untuk bukti adanya
scoliosis, dan dari samping untuk lordosis atau kifosis.
 Minta pasien untuk menolehkan kepalanya ke tiap sisi, membawa telinga kearah
bahu. Nilai fleksi lateral dari leher (hal ini sensitive pada deteksi dari masalah awal
pada leher).
 Minta pasien untuk membungkuk untuk menyentuh ibu jari kakinya. Pergerakkan ini
penting secara fungsional (utuk berpakaian) tapi juga dapat dicapai bila ada fleksi
panggul yang baik, jadi sangatlah penting untuk mempalpasi untuk pergerakan
normal dari vertebra. Nilai fleksi tulang belakang lumbar dengan menempatkan dua
atau tiga jari pada vertebra lumbar. Jari anda haru bergerak terpisah ketika fleksi dan
kembali bersama ketika ekstensi. (figure 8)

9
Melakukan pemeriksaan regional dari sistem musculoskeletal (REMS)
REMS mengarah pada pemeriksaan yang lebih detail yang harus dilakukan ketika abnormalitas telah
terdeteksi entah melalui anamnesis atau melalui pemeriksaan screening (GALS). REMS melibatkan
pemeriksaan dari kelompok-kelompok sendi yang dihubungkan menurut fungsi, dan mungkin
memerlukan pemeriksaan neurologis dan vascular yang mendetail.
REMS muncul karena keinginan menstandarisasi pemeriksaan sistem musculoskeletal. Hal ini
dikembangkan melalui consensus nasional yang melibatkan konsultan di UK di rheumatologi,
ortopedi dan perawat lansia dan dokter umum terpilih. Disepakati skill inti yang dapat dilihat di
belakang. Penting untuk diingat, bagaimanapun juga, sejumlah tes spesifik lainnya dapat digunakan
oleh praktisi musculoskeletal sebagai tambahan REMS.
Ada lima kunci yang perlu dituntaskan selama pemeriksaan:

 Perkenalkan diri anda


 Lihat sendinya
 Rasakan sendinya
 Gerakan sendinya
 Nilai fungsi sendinya

Perkenalan (introduction)
Sangatlah penting utuk memperenalkan diri Anda, jelaskan pada pasien apa yang hendak dilakukan,
uuntuk mendapatkan persetujuan verbal untuk pemeriksaan, dan minta pasien untuk memberitahu
Anda jika Anda menyebabkan rasa sakit atau tidak nyaman pada mereka. Dalam semua hal, penting
untuk membuat pasien merasa nyaman diperiksa. Pemeriksaan musculoskeletal yang baik

10
bergantung pada kooperasi pasien, dalam hal merelaksasi otot-otot mereka, agar tanda klinis penting
tidak dilewatkan.

Lihat (look)
Pemeriksaan harus selalu dimulai dengan inspeksi visual dari area yang terekspos saat istirahat.
Bandingkan masing-masing sisi, periksa kesimetrisannya. Anda harus lihat secara spesifik untuk
perubahan kulit, tonjolan otot, dan pembengkakan pada dan sekitar sendi. Lihat juga adanya
deformitas dalam hal alignment dan postur sendi.

Rasakan (feel)
Dengan menggunakan punggung tangan Anda, rasakan temperature kulit sepanjang sendi dan pada
tempat terdekat yang berhubungan. Pembengkakan apapun harus dinilai untuk fluktuasi dan
mobilitasnya. Pembengkakan yang keras seperti tulang pada osteoarthritis harus dibedakan dari
pembengkakan yang lunak dan kenyal pada penyakit sendi inflamasi. Nyeri tekan merupakan tanda
klinis penting untuk diperhatikan – baik pada sendi maupun sekitar sendi. Mengidentifikasi inflamasi
pada sendi (sinovitis) bergantung pada mendeteksi trias hangat, bengkak dan nyeri tekan.

Gerakan (move)
Range of movement penuh dari sendi harus dinilai. Bandingkan kedua sisi. Sesuai dengan aturan
umum, baik gerakan aktif (digerakan oleh pasien sendiri) maupun gerakan pasif (digerakan oleh
pemeriksa) harus dilakukan. Jika ada kehilangan gerakan aktif, tapi gerakan pasif tidak terpengaruh,
hal ini dapat menunjukkan masalah pada otot, tendon, atau saraf lebih daripada sendi, atau itu juga
dapat berakibat dari nyeri pada sendi. Pada keadaan tertentu sendi dapat bergerak melebihi yang
diharapkan – hal ini disebut hipermobilitas.
Sangatlah penting untuk melihat kehilangan fleksi penuh atau ekstensi penuh dapat mempengaruhi
fungsi. Kehilangan gerakan harus dicatat sebagai ringan, sedang atau berat. Kuaitas gerakan harus
dicatat, dengan referensi pada abnormalitas seperti peningkatan tonus otot atau adanya krepitasi.

Fungsi (function)
Sangatlah penting untuk membuat penilaian fungsional pada sendi – sebagai contaoh, pada kasus
terbatasnya fleksi siku, apakah ini membuat pasien kesulitan membawa tangannya ke mulut? Dalam
hal anggota gerak bawah, fungsi sebagian besar melibatkan gait dan kemampuan pasien untuk
bangun dari kursi.

1) Pemeriksaan Fisik Umum


Pemeriksaan fisik ini dilakukan sebagaimana pemeriksaan fisik bidang kedokteran lainnya dan
bertujuan untuk mengevaluasi keadaan fisik penderita secara umum serta melihat apakah ada
indikasi penyakit lainnya selain kelainan muskuloskeletal. Pemeriksaan dilakukan secara
sistematik karena sebagian penderita yang datang adalah penderita yang sudah berumur dan
biasanya mempunyai kelainan lain selain kelainan muskuloskeletal yang dikeluhkan.

11
Pada beberapa penderita kadang-kadang dilakukan tindakan operasi dengan pembiusan
sehingga perlu dipertimbangkan pemeriksaan secara teliti mengenai sistem kardiovaskuler,
pernapasan, saluran kemih dan saluran pencernaan untuk keamanan dan kelancaran operasi.
2) Pemeriksaan Fisik Ortopedi
a) Pemeriksaan Fisik Ortopedi Umum
Pemeriksaan fisik pada penderita memerlukan beberapa prinsip pemeriksaan. Teknik
pemeriksaan secara alami bervariasi pada setiap individu, tetapi pada dasarnya dibutuhkan
suatu pemeriksaan yang rutin atau baku, tahap demi tahap agar pemeriksaan tidak berulang,
misalnya penderita yang memerlukan penanganan darurat maka pemeriksaan fisik yang
dilakukan seperlunya saja sesuai kebutuhan yang ada.
1. Status Generalis
Dalam pemeriksaan ortopedi secara umum, saat penderita datang pada kita sudah
merupakan suatu pemeriksaan awal menyeluruh secara sambil lalu dengan melihat postur
dan cara berjalan penderita.
Pemeriksaan fisik ortopedi yang dilakukan meliputi :
 Pemeriksaan bagian dengan keluhan utama
Pemeriksaan bagian dengan keluhan utama yang dikeluhkan dilakukan secara teliti.
Tetapi harus diingat bahwa keluhan pada suatu tempat mungkin akibat dari kelainan di
tempat lain, sehingga tidak cukup hanya dengan memeriksa pada tempat dengan
keluhan utama.
 Pemeriksaan kemungkinan nyeri kiriman dari sumber di tempat lain (referred pain)

Prinsip-prinsip dasar pemeriksaan ini terdiri atas :

 Perlu cahaya yang baik atau terang dan bagian tubuh yang diperiksa tidak tertutup atau
telanjang. Anggota gerak yang sehat diperiksa dan harus terbuka.
 Jangan memeriksa secara tergesa-gesa dan hadapkan muka pemeriksa ke muka
penderita untuk memberikan kepercayaan
 Selalu menyiapkan perlengkapan pemeriksaan
 Pemeriksaan bagian badan secara hati-hati, sistematik dan terarah
 Periksa tempat lain yang mungkin ada hubungannya
 Pemeriksaan secara cepat di daerah lain yang mungkin ada hubungannya untuk
menegakkan diagnostik

12
Pemeriksaan fisik sebenarnya sudah dimulai ketika penderita datang ke dokter dengan
mengamati penampakan umum penderita, raut muka, cara berjalan, cara duduk dan cara
tidur, proporsi tinggi badan terhadap anggota tubuh lainnya, keadaan simetris bagian tubuh
kiri dan kanan, cara berjalan dan tingkah laku, ekspresi wajah, kecemasan serta reaksi
emosional lainnya untuk melihat aspek-aspek emosional dan somatis dari penderita.
Pemeriksaan fisik mempunyai nilai yang paling penting di dalam memperkuat
penemuan-penemuan yang berhasil kita dapatkan dari riwayat/anamnesis yang telah kita
buat dan menambah atau mengurangi pilihan diagnosis yang dapat kita lakukan.

2. Status Lokalis
Pemeriksaan dilakukan secara sistematis dengan urut-urutan sebagai berikut :
 Inspeksi (Look)
 Palpasi (Feel)
 Kekuatan otot (Power)
 Penilaian gerakan sendi baik pergerakan aktif maupun pasif (Move)
 Auskultasi
 Uji-uji fisik khusus

Inspeksi (Look)

Inspeksi sebenarnya telah dimulai ketika penderita memasuki ruangan periksa. Pada
inspeksi secara umum diperhatikan raut muka penderita, apakah terlihat kesakitan. Cara
berjalan sekurang-kurangnya 20 langkah, cara duduk dan cara tidur.

Inspeksi dilakukan secara sistematik dan perhatian terutama ditujukan pada :

a. Kulit, meliputi warna kulit dan tekstur kulit


b. Jaringan lunak, yaitu pembuluh darah, saraf, otot, tendo, ligament, jaringan lemak,
fasia, kelenjar limfe
c. Tulang dan sendi
d. Sinus dan jaringan parut
 Apakah sinus berasal dari permukaan saja, dari dalam tulang atau dalam sendi
 Apakah jaringan parut berasal dari luka operasi, trauma atau supurasi

13
Palpasi (Feel)

Yang perlu diperhatikan pada palpasi adalah :

a. Suhu kulit, apakah lebih panas/dingin dari biasanya, apakah denyutan arteri dapat
diraba atau tidak
b. Jaringan lunak; palpasi jaringan lunak dilakukan untuk mengetahui adanya spasme
otot, atrofi otot, keadaan membrane synovia, penebalan membran jaringan synovia,
adanya tumor dan sifat-sifatnya, adanya cairan di dalam/ di luar sendi atau adanya
pembengkakan
c. Nyeri tekan; perlu diketahui lokalisasi yang tepat dari nyeri, apakah nyeri setempat atau
nyeri yang bersifat kiriman dari tempat lain (referred pain)
d. Tulang; diperhatikan bentuk, permukaan, ketebalan, penonjolan dari tulang atau
adanya gangguan di dalam hubungan yang normal antara tulang yang satu dengan
lainnya
e. Pengukuran panjang anggota gerak; terutama untuk anggota gerak bawah dimana
adanya perbedaan panjang merupakan suatu hal yang penting untuk dicermati.
Pengukuran juga berguna untuk mengetahui adanya atrofi/pembengkakan otot dengan
membandingkannya dengan anggota gerak yang sehat
f. Penilaian deformitas yang menetap; pemeriksaan ini dilakukan apabila sendi tidak
dapat diletakkan pada posisi anatomis yang normal.

Kekuatan Otot (Power)

Pemeriksaan kekuatan otot penting artinya untuk diagnosis, tindakan, prognosis serta hasil
terapi. Penilaian dilakukan menurut Medical Research Council dimana kekuatan otot dibagi
dalam Grade 0-5 :

- Grade 0 : Tidak ditemukan adanya kontraksi pada otot


- Grade 1 : Kontraksi otot yang terjadi hanya berupa perubahan dari tonus otot
yang dapat diketahui dengan palpasi dan tidak dapat menggerakkan
sendi
- Grade 2 : Otot hanya mampu menggerakkan persendian tetapi kekuatannya
tidak dapat melawan pengaruh gravitasi
- Grade 3 : Di samping dapat menggerakkan sendi, otot juga dapat melawan C
pengaruh gravitasi tetapi tidak kuat terhadap tahanan yang diberikan
oleh pemeriksa
- Grade 4 : Kekuatan otot seperti pada grade 3 disertai dengan kemampuan otot
terhadap tahanan yang ringan
- Grade 5 : Kekuatan otot normal

Pergerakan (Move)
Pada pergerakan sendi dikenal dua istilah yaitu pergerakkan yang aktif merupakan
pergerakan sendi yang dilakukan oleh penderita sendiri dan pergerakan pasif yaitu
pergerakan sendi dengan bantuan pemeriksa.
Pada pergerakan dapat diperoleh informasi mengenai :

14
a. Evaluasi gerakan sendi secara aktif dan pasif
 Apakah gerakan ini menimbulkan rasa sakit
 Apakah gerakan ini disertai dengan adanya krepitasi
b. Stabilitas sendi
Terutama ditentukan oleh integritas kedua permukaan sendi dan keadaan ligamen
yang mempertahankan sendi. Pemeriksaan stabilitas sendi dapat dilakukan dengan
memberikan tekanan pada ligamen dan gerakan sendi diamati.
c. Pemeriksaan ROM (Range Of joint Movement)
Pemeriksaan batas gerakan sendi harus di catat pada setiap pemeriksaan ortopedi
yang meliputi batas gerakan aktif dan batas gerakan pasif.
Setiap sendi mempunyai nilai batas gerakan normal yang merupakan patokan untuk
gerakan abnormal dari sendi. Dikenal beberapa macam gerakan pada sendi, yaitu :
abduksi, adduksi, ekstensi, fleksi, rotasi eksterna, rotasi interna, pronasi, supinasi,
fleksi lateral, dorso fleksi, plantar fleksi, inversi dan eversi.
Gerakan sendi sebaiknya dibandingkan dengan mencatat gerakan sendi normal dan
abnormal secara aktif dan pasif.

Auskultasi
Pemeriksaan auskultasi pada bidang bedah ortopedi jarang dilakukan dan biasanya
dilakukan bila ada krepitasi misalnya pada fraktur atau untuk mendengar bising fistula
arteriovenosa.

b) Pemeriksaan Fisik Ortopedi Regional


Beberapa Terminologi Dalam Ortopedi
Untuk memudahkan pemahaman maka sebelum pemeriksaan regional ortopedi dibahas, akan
dijelaskan terlebih dahulu beberapa terminologi yang sering digunakan dalam bidang ilmu bedah
ortopedi, yaitu :
1. Terminologi dari gerakan sendi
ROM merupakan istilah baku untuk menyatakan batas/besarnya gerakan sendi dan sebagai
dasar untuk menetapkan adanya kelainan atau menyatakan besarnya gerakan sendi yang
abnormal. Sebagaimana telah disinggung sebelumnya, dikenal gerakan sendi aktif dan pasif
sehingga penilaian ROM juga terbagi dua yaitu ROM pada gerakan sendi aktif dan ROM
pada gerakan sendi pasif.
2. Terminologi klinik yang berpasangan dalam bedah ortopedi
Abduksi dan Adduksi
Gerakan abduksi dan adduksi dapat ditemukan pada sendi bahu, panggul, sendi
metacarpophalangeal dan metatarso-phalangeal. Abduksi adalah gerakan yang menjauhi
garis tengah tubuh. Adduksi adalah gerakan yang mendekati garis tengah tubuh. Pada
tangan dan kaki, garis tengah terletak pada jari tengah tangan dan kaki.
Dorso Fleksi dan Plantar-Palmar Fleksi
Dorso fleksi adalah gerakan dari jari-jari kaki atau ibu jari kaki dengan arah permukaan ke
dorsal sedangkan gerakan dorso fleksi pada jari-jari tangan dan pergelangan tangan juga
terhadap permukaan dorsal. Plantar fleksi adalah gerakan pada jari kaki dan ibu jari kaki ke
arah permukaan plantar kaki. Palmar fleksi adalah gerakan pada jari tangan ke arah
permukaan palmar.

15
Inversi dan Eversi
Gerakan inversi dan eversi terjadi secara simultan pada sendi subtalar dan midtarsal kaki.
Eversi adalah gerakan berputar permukaan plantar kaki ke arah luar terhadap tungkai
bawah. Inversi adalah gerakan berputar permukaan plantar kaki ke arah dalam terhadap
tungkai bawah.
Rotasi Interna dan Rotasi Eksterna
Rotasi interna/rotasi media dan rotasi eksterna/lateral dapat terjadi pada sendi bahu,
panggul dan sedikit pada lutut. Rotasi interna adalah gerakan berputar dari permukaan
depan anggota gerak ke dalam/ke medial. Rotasi eksterna adalah gerakan berputar dari
permukaan anggota gerak ke arah luar/lateral.
Pronasi dan Supinasi
Gerakan pronasi dan supinasi terjadi pada anggota gerak lengan bawah melalui sendi siku
dan sendi pergelangan tangan serta pada kaki depan (Forefoot) melalui sendi midtarsal.

3. Terminologi beberapa deformitas pada anggota gerak


Beberapa terminologi deformitas yang biasa dipergunakan di klinik pada deformitas sendi
adalah :
Deformitas Postural
Deformitas postural adalah suatu deformitas yang terjadi karena kebiasaan sikap/posisi
tubuh. Deformitas ini dapat dikoreksi oleh aksi dari otot penderita sendiri. Deformitas statik
terjadi oleh karena peranan gravitasi dari tubuh dalam keadaan tidak bergerak. Deformitas
dinamik terjadi oleh karena aksi dari otot penderita sendiri dan biasanya terjadi akibat
ketidakseimbangan otot. Deformitas terfiksasi atau struktural adalah deformitas yang tidak
dapat dikoreksi dengan bantuan secara pasif.
Kalkaneus dan Ekuinus
Deformitas ini hanya terjadi pada pergelangan kaki. Kalkaneus adalah deformitas pada kaki
dimana telapak kaki dalam posisi dorso fleksi sehingga beban tubuh (weight bearing) hanya
ditopang oleh tumit sewaktu menapak pada lantai. Sedangkan ekuinus adalah deformitas
pada kaki dalam keadaan fleksi plantar sehingga beban tubuh hanya ditopang oleh kaki
bagian depan sewaktu menapak pada lantai.
Kavus dan Planus
Deformitas ini hanya terjadi pada kaki yang disebut sebagai Pes Kavus dan Pes Planus.
Pes Kavus adalah lengkung telapak kaki meninggi dibandingkan dengan yang normal.
Kombinasi antara kalkaneus dan kavus disebut Kalkaneokavus. Pes Planus adalah
hilangnya arcus kaki menjadi rata sehingga membentuk kaki yang disebut kaki ceper (Flat
Feet).
Torsi Interna dan Torsi Eksterna
Deformitas ini menunjukkan adanya perputaran aksis longitudinal dari tulang dan biasanya
ditemukan pada femur dan tibia. Pada torsi interna, aspek anterior dari bagian distal tulang
berputar ke arah dalam/ medial terhadap aspek anterior dari tulang proksimal misalnya torsi
tibia interna atau torsi femoral interna.
Pada torsi eksterna, aspek anterior dari bagian distal tulang panjang berputar ke luar/lateral
terhadap aspek anterior bagian proksimal ini, misalnya torsi femoral eksterna dan torsi tibial
eksterna.

16
Anteversi dan Retroversi
Deformitas ini menjelaskan hubungan antara leher dan batang femur. Disebut anteversi
femoral bila lutut menghadap ke depan dan leher femur mengarah ke depan dalam derajat
tertentu. Disebut retroversi femoral bila lutut menghadap ke depan dan leher femur
mengarah ke posterior dalam derajat tertentu.
Varus dan Valgus
Istilah varus dan valgus dipergunakan untuk angulasi abnormal dari anggota gerak.
Deformitas ini biasanya terjadi pada sendi atau tulang dekat sendi.
 Varus
Varus adalah angulasi secara imajiner yang menunjukkan lingkaran imajiner dimana
penderita berada.
o Koksa vara adalah berkurangnya sudut leher femur dan batang femur dari normal
biasanya sudutnya 900 (normal = 1300).
o Kubitus varus adalah berkurangnya sudut normal dari sendi siku.
o Genu varum (Bow legs) adalah lutut berjauhan apabila kaki berdekatan.
o Talipes ekuinovarus
Deformitas ini terjadi bersamaan dengan deformitas plantar fleksi dari pergelangan kak.
Kombinasi ini misalnya pada ekuinus varus bawaan.
o Metatarsus varus (metatarsus adduktus)
Deformitas adduksi dari kaki depan terhadap kaki belakang
o Haluks varus
Adalah deformitas adduksi dari ibu jari kaki terhadap sendi metatarsophalangeal.
 Valgus
Valgus adalah angulasi secara imajiner yang tidak ada hubungannya dengan lingkaran
imajiner dimana penderita ditempatkan.
o Kubitus valgus
Adalah bertambahnya carrying angle dari sendi siku.
o Koksa valga
Adalah bertambahnya sudut leher dan femur melebihi normal (130 0) misalnya 1700.
o Genu valgum (knock knees)
Adalah bila lutut didekatkan maka kaki akan berjauhan.
o Metatarsus abduktus
Adalah deformitas adduksi dari kaki depan terhadap kaki belakang.
o Hip valgus
Adalah bertambahnya sudut antara aksis dari tungkai dan tumit dalam posisi eversi.
o Talipes kalkaneovalgus
Adalah deformitas eversi pada kaki disertai dengan kalkaneus atau deformitas
dorsofleksi dari pergelangan kaki.
o Haluks valgus
Adalah deformitas abduksi dari ibu jari kaki terhadap metatarsophalangeal.

17
Pemeriksaan Regional
Pemeriksaan ortopedi regional terdiri atas :

 Pemeriksaan Tulang Belakang


o Pemeriksaan Leher dan Vertebra Servikalis
o Pemeriksaan Vertebra Torakal dan Lumbal
 Pemeriksaan Sendi Bahu
 Pemeriksaan Lengan Atas dan Sendi Siku
 Pemeriksaan Lengan Bawah, Pergelangan Tangan dan Jari-Jari Tangan
 Pemeriksaan Sendi Panggul
 Pemeriksaan Lutut
 Pemeriksaan Tungkai Bawah, Pergelangan Kaki dan Jari-Jari Kaki

I. Pemeriksaan Tulang Belakang


1. Pemeriksaan Leher dan Vertebra Servikalis
Kelainan yang paling sering ditemukan pada leher adalah degenerasi vertebra servikalis
dan osteoarthritis sekunder pada diskus intervertebral servikalis yang dapat mengakibatkan
prolapsus dari diskus dan spondilosis servikal. Kelainan pada vertebra servikalis sering
disertai dengan kelainan pada pangkal pleksus brakialis yang menyebabkan nyeri,
kelemahan otot atau gangguan sensibilitas pada anggota gerak yang bersangkutan.

Tabel. Pemeriksaan Klinik Rutin Pada Kelainan Di Daerah Leher


1. Pemeriksaan lokal leher disertai pemeriksaan neurologik dan survei vaskuler dari
anggota gerak atas

Inspeksi Pergerakan
 Kontur tulang apakah terjadi deformitas  Fleksi – ekstensi 1300
 Kontur jaringan lunak  Fleksi lateral 450
 Warna dan tekstur kulit  Rotasi 800
 Ada jaringan parut atau sinus  Apakah ada rasa nyeri pada saat digerakkan
 Apakah ada krepitasi bila digerakkan
Palpasi
 Suhu kulit Status neurologic anggota gerak atas
 Kontur tulang  System muskuler
 Kontur jaringan lunak  System sensoris
 Keringat
Status vaskuler anggota gerak atas  Reflex
 Warna
 Suhu
 Nadi

2. Pemeriksaan gejala yang bersifat simptomatik pada leher


Gangguan pada leher dapat berasal dari kelainan pada telinga atau tenggorokan. Gejala pada
anggota gerak atas melibatkan pleksus brakialis berupa gangguan pada bahu, siku, atau saraf

18
torakal bagian perifer
3. Pemeriksaan umum
Pemeriksaan daerah bagian tubuh lainnya juga perlu dilakukan. Gangguan pada leher bisa
akibat manifestasi klinis dari suatu penyakit sistemik.

- ANAMNESIS
Yang perlu ditanyakan pada anamnesis adalah :
 Adakah hubungan antara gejala sekarang dengan keluhan pada leher sebelumnya
 Apakah ada trauma pada leher
 Apakah ada gejala kekakuan pada leher yang merupakan gejala awal prolapsus diskus
intervertebra servikalis
 Nyeri pada anggota gerak atas harus diketahui sumbernya. Tekanan saraf pada
daerah servikal memberikan gambaran klinis sesuai dengan distribusi sarafnya. Nyeri
ini menjalar ke lengan atas dan bawah pada satu jari atau lebih. Gejala saraf bisa
berupa parestesia, rasa kram atau rasa seperti tertusuk jarum di tangan.

- PEMERIKSAAN
Pada pemeriksaan leher, baju harus dibuka dan harus terlihat jelas bagian leher secara
keseluruhan. Pemeriksaan ini dapat dilakukan dalam keadaan penderita berdiri ataupun
duduk.

- DEFORMITAS
Kolumna vertebra servikalis biasanya sedikit lordosis ke depan. Perubahan kurva ini
menjadi lurus atau melengkung ke belakang (kifosis) merupakan tanda adanya kelainan
yang mencurigakan. Juga diperhatikan deformitas vertebra ke lateral atau rotasi.
- PERGERAKAN
Gerakan pada leher yang diperiksa meliputi rotasi, fleksi lateral ke kanan/ke kiri, fleksi-
ekstensi. Gerakan fleksi dan ekstensi maksimal terjadi pada sendi oksipito-atlantoid.

- PEMERIKSAAN NEUROLOGIK ANGGOTA GERAK ATAS


Pemeriksaan neurologik perlu dilakukan pada kelainan di daerah leher karena lesi pada
daerah servikal sering menyebabkan gangguan pada pleksus brakhialis.
 Sistem muskuler
Otot bahu, lengan atas, lengan bawah dan tangan harus diperiksa apakah ada
kelemahan atau fasikulasi otot. Pemeriksaan meliputi tonus dan kekuatan terdiri dari
setiap otot dan membandingkannya dengan anggota gerak yang berlawanan.
 Sistem sensoris
Pemeriksaan sensibilitas penderita meliputi rasa raba dan tusuk. Pada kasus tertentu
juga dilakukan uji sensibilitas stimulus yang dalam, posisi sendi, vibrasi, rasa panas dan
dingin. Daerah lesi sesuai dengan distribusi saraf yang mengalami gangguan sehingga
bila terdapat gangguan sensoris pada daerah tertentu, maka kita dapat memperkirakan
lesi terjadi pada saraf yang mana sesuai dengan percabangan/distribusi dari saraf yang
mengalami gangguan.
 Kelenjar keringat
Keringat timbul bila terjadi hubungan serabut saraf sudomotor.

19
 Refleks
Pemeriksaan refleks otot dilakukan dengan membandingkan refleks biseps (C6), triseps
(C7) dan brakhioradialis (C6) dari lengan kiri dan kanan. Refleks yang ditemukan
menentukan apakah ada gangguan neurologis dan jika ada apakah jenis upper motor
neuron atau lower motor neuron dan asal dari akar atau cabang saraf

- PEMERIKSAAN VASKULER ANGGOTA GERAK ATAS


Kadang-kadang kelainan pada leher terjadi akibat gangguan pada arteri subklavia. Sistem
sirkulasi yang efisien dari tiap anggota gerak atas diperhatikan, dibandingkan warna dan
rasa hangat pada kedua sisi lengan, tangan dan jari, denyut radialis kiri dan kanan dimana
pemeriksaan pertama-tama pada saat anggota gerak dalam keadaan diam, kemudian bahu
ditekan dan dilakukan rotasi pada kaput anggota gerak yang diperiksa.

- GANGGUAN EKSTRINSIK YANG MENYEBABKAN GANGGUAN PADA LEHER


Kadang-kadang gangguan pada daerah sekitar leher misalnya pada telinga, tenggorokan
dapat menyebabkan rasa nyeri pada leher dan disebut nyeri kiriman (referred pain). Untuk
itu pemeriksaan daerah sekitar leher dilakukan sebagai pemeriksaan rutin bila ditemukan
kelainan pada leher. Gangguan pada anggota gerak atas juga dapat bermanifestasi pada
leher yang melibatkan pleksus brakialis.

Tabel. Klasifikasi Gangguan Pada Leher Dan Servikal


Artritis sendi spinal
Deformitas  Artritis reumatoid
 Tortikolis infantil  Ankilosing spondilitis
 Kelainan bawaan leher pendek  Osteoartritis vertebra servikal (spondilosis
 Kelainan bawaan skapula tinggi servikal)
Gangguan mekanik
Infeksi tulang  Prolapsus diskus intervertebralis
 Tuberkulosis servikal  Kosta servikal
 Infeksi piogenik vertebra servikal  Spondilolistesis servikal

Tumor
 Tumor jinak dan ganas yang ada hubungannya dengan vertebra servikal dan akar saraf

- PEMERIKSAAN RADIOLOGIS
Pemeriksaan radiologis rutin vertebra servikal berupa foto polos AP dan lateral.
Pemeriksaan radiologis tambahan dilakukan bila dibutuhkan gambaran yang lebih
jelas. Untuk mempelajari densitas diperlukan foto polos AP dengan tehnik khusus.
Foto oblik dilakukan untuk melihat foramina intervertebra dan permukaan sendi serta
melihat ukuran dan bentuk regio servikal yang lebih rendah. Pada kasus dimana
tomografi sulit dilakukan, maka dibandingkan foto lateral posisi fleksi dan ekstensi.
Dapat pula dilakukan sineradiografi atau stereoskopik radiografi. Mielografi dilakukan
bila terjadi lesi intraspinal. Pemeriksaan radiologis lainnya adalah radioisotope
scanning, CT-scan dan MRI dilakukan pada keadaan-keadaan tertentu.

20
2. Pemeriksaan Vertebra Torakal dan Lumbal
Nyeri pada punggung terutama punggung bawah merupakan kelainan yang sering
ditemukan dalam praktek bedah ortopedi sehari-hari.

Tabel. Pemeriksaan Klinik Rutin Gangguan Pada Punggung


1. Pemeriksaan lokal punggung dan survei neurologis anggota gerak bawah
a. Penderita berdiri Palpasi
Inspeksi  Suhu kulit
 Kontur tulang  Kontur tulang
 Kontur jaringan lunak  Kontur jaringan lunak
 Warna dan tekstur kulit  Nyeri lokal
 Adanya jaringan parut atau sinus Sendi kostovertebral
Pergerakan  Jarak indikasi ekspansi dada
Sendi spinal
 Fleksi 800 Sendi sakroiliaka
 Ekstensi 300  Nyeri pada pergerakan
 Fleksi lateral 350
 Rotasi 450 Status neurologis anggota
- Nyeri pada pergerakan gerak bawah
- Spasme otot  Uji Straight Leg Raising (SLR)
 Pemeriksaan sistem muskuler
b. Penderita berbaring  Pemeriksaan sistem sensoris
Palpasi fossa iliaka  Pemeriksaan refleks
 Pemeriksaan khusus abses atau adanya
massa

2. Pemeriksaan ekstrinsik punggung dan skiatika


Hal ini perlu bila tidak ditemukan kelainan pada pemeriksaan lokal.
Pemeriksaan meliputi :
 Pemeriksaan anggota gerak
 Pemeriksaan abdomen
bawah
 Pemeriksaan pelvis termasuk pemeriksaan
 Pemeriksaan sistem vaskuler
rektal
perifer
3. Pemeriksaan umum
Pemeriksaan umum bagian-bagian tubuh yang lain. Gejala lokal dapat merupakan
salah satu manifestasi klinis dari suatu penyakit sistemik

Sebagian dari kelainan ini gambarannya jelas sehingga penyebab, diagnosis dan
pengobatan yang tepat dapat dilakukan. Sebagian lagi tidak dapat diketahui dengan jelas
penyebabnya baik melalui pemeriksaan fisik maupun radiologis sehingga hasil pemeriksaan
tidak jelas. Dalam kelompok ini termasuk chronic ligamentous strain atau postural back
pain. Nyeri punggung bawah sering disertai penjalaran nyeri ke bokong, tungkai atas dan
tungkai bawah baik unilateral maupun bilateral. Nyeri yang bersifat menjalar ini disebut
skiatika.

21
- ANAMNESIS
Perhatian utama harus ditujukan pada perlangsungan/onset penyakit, apakah bersifat
periodik atau menetap, bertambah buruk atau bertambah baik dan hal-hal apa yang
dapat menyebabkan nyeri bertambah/berkurang. Lokalisasi dari nyeri punggung serta
sifat-sifatnya juga harus ditentukan secara jelas.

- TANDA-TANDA SKIATIKA
Nyeri skiastika ditandai dengan penjalaran nyeri sepanjang persarafan nervus skiatika
pada tungkai bawah. Ada dua jenis skiatika yang diketahui. Apabila nyerinya hebat dan
menjalar dengan arah dan lokalisasi yang jelas pada kulit, apalagi bila disertai kelainan
motoris, sensoris dan refleks, maka hampir pasti ini merupakan kelainan mekanik yang
memberikan gangguan dari serabut saraf pleksus lumbalis atau sakralis. Jenis skiatika
lain berupa rasa nyeri yang tidak jelas dan lebih menyerupai suatu nyeri kiriman akibat
kelainan sendi/ligamen.

- PENILAIAN DEFORMITAS
Setiap kelainan bentuk yang ditemukan baik pada inspeksi maupun palpasi harus dicatat
dengan baik. Deformitas tulang belakang dapat berbentuk kifosis, lordosis atau skoliosis.

Tabel. Klasifikasi Gangguan Pada Vertebra Torakal Dan Lumbal


Kelainan Kongenital Gangguan Mekanik
 Variasi lumbal dan sakral  Prolapsus diskus lumbal
 Hemivertebra  Lumbago akut
 Spina bifida  Spondilolisis
Deformitas  Spondilolistesis
 Skoliosis  Stenosis spinal
 Kifosis Tumor
 Lordosis  Tumor yang ada hubungannya dengan
Infeksi Tulang kolumna vertebralis, batang dan akar saraf
 Tuberkulosis torakal atau lumbal medula spinalis
 Infeksi piogenik torakal atau lumbal Kronik Strain
Artritis Sendi Spinal  Kronik strain ligamentum lumbal
 Artritis reumatoid  Koksidinia
 Osteoartritis Lain-lain
 Ankilosing spondilitis  Osteoporosis senil
Lokalisasi Lain Pada Tulang Gangguan Pada Sendi Sakroiliaka
 Kifosis Scheuermann  Tuberkulosis sendi sakroiliaka
 Kompresi vertebra Calve  Ankilosing spondilitis
 Jenis artritis yang lain
 Strain ligamentum sakroiliaka

- PEMERIKSAAN RADIOLOGIS
a. Pemeriksaan Foto Rontgen

22
Foto polos AP dan lateral dilakukan jika gejala vertebra torakal bersifat lokal. Foto
polos AP dan lateral dilakukan tidak hanya mencakup daerah vertebra lumbal, tetapi
juga mencakup sendi sakroiliaka, panggul dan sendi panggul. Bila terdapat keragu-
raguan maka dilakukan foto oblik untuk melihat sendi sakroiliaka dan faset posterior
sendi intervertebra dari vertebra lumbal. Pada keadaan yang meragukan
pemeriksaan tomografi dapat bermanfaat. Bila ada kecurigaan tumor spinal, dapat
dilakukan mielografi atau radikulografi.

b. Pemeriksaan radiologis lain yang dapat membantu adalah :


- Radioisotope bone scanning
- CT-scan
- MRI
- Diskografi

Pemeriksaan tulang belakang secara umum


Lihat

 Amati saat pasien beridi. Perhatikan dari kelainan yang jelas seperti muscle wasting,
ketidaksimetrisan, atau scoliosis tulang belakang.
 Lihat dari samping untuk lordosis cervical, kifosis torakalis, dan lordosis lumbar normal.

Rasakkan

 Rasakkan processus spinosus dan sepanjang sendi sacroiliaca untuk susunannya san
nyeri tekan.
 Palpasi otot paraspinaluntuk nyeri tekan.

Gerakkan

 Nilai fleksi dan ekstensi lumbardengan menempatkan dua atau tiga jari pada lumbar.
Minta pasien untuk menunduk dan menyentuh jari kaki mereka. Jari Anda haru bergerak
terpisah selama fleksi dan kembali bersama ketika ekstensi (figure 8).
 Minta pasien untuk menjalankan tiap tangannya ke bawah sepanjang kaki untuk
memeriksa fleksi lateral tulang belakang.
 Berikutnya, nilai pergerakkan cervical. Minta pasien: menolehkan kepala mereka ke tiap
sisi, membawa telinga dekat ke bahu yang sejajar (fleksi lateral); palingkan kepala
mereka untuk melihat tiap bahu (rotasi); membawa dagu mereka ke arah dada mereka
(fleksi); dan mengangkat kepala ke arah belakang (ekstensi).
 Dengan pasien duduk pada tepi tempat tidur untuk memfiksasi panggul mereka dan
lengan tersilang di depan mereka, nilai rotasi torakalis (dengan tangan Anda pada bahu
pasien untuk menuntun gerakkan) (figure 19).
 Dengan pasien berbaring serata mungkin, lakukan straight leg raising (figure 20).
Dorsofleksikan kaki dengan tungkai terangkat dapat mengeksaserbasi nyeri dari
penjepitan atau iritasi radiks saraf seperti akibat diskus intervertebral yang prolapse.
 Nilai reflex anggota gerak (atas dan bawah) dan dorsofleksikan ibu jari kaki.

23
II. Pemeriksaan Sendi Bahu
Sendi bahu merupakan suatu sendi yang secara mekanik sangat kompleks dan terdiri atas
tiga komponen persendian yaitu sendi glenohumeral, sendi akromioklavikular, sendi
sternoklavikular. Sendi glenohumeral memungkinkan untuk gerakan abduksi, fleksi dan rotasi
di bawah kontrol otot skapulohumeral. Kedua sendi lainnya bersama-sama memberikan
pergerakan 900 berupa rotasi skapula terhadap toraks dan sedikit perputaran anteroposterior
skapula. Nyeri pada bahu dan lengan harus dibedakan dengan seksama apakah kelainan ini
berasal dari bahu sendiri atau nyeri yang berasal dari vertebra servikalis atau toraks.

Tabel. Pemeriksaan Klinik Rutin Gangguan Pada Sendi Bahu


1. Inspeksi lokal sendi bahu
Inspeksi Palpasi
- Kontur tulang  Suhu kulit
- Kontur jaringan lunak  Kontur tulang
- Warna dan tekstur kulit  Kontur jaringan lunak
- Adanya jaringan parut atau sinus  Nyeri lokal
Pergerakan Kekuatan
 Membedakan pergerakan antara sendi  Kekuatan otot servikoskapula dan otot
glenohumeral dan sendi skapula pada torakoskapula
gerakan abduksi, fleksi, ekstensi, rotasi lateral  Uji elevasi skapula, retraksi skapula, abduksi-
dan rotasi medial rotasi skapula
 Nyeri pada saat pergerakan  Otot skapulo-humeral (mengontrol pergerakan
 Spasme otot sendi glenohumeral) yaitu pergerakan abduksi
 Krepitasi pada saat pergerakan 1800, adduksi 750, fleksi 1800, ekstensi 600,
Sendi akromioklavikular rotasi lateral 800, rotasi medial 800
 Pemeriksaan pembengkakan, rasa panas, Sendi sternoklavikula
nyeri, nyeri bila digerakkan dan stabilitas  Pemeriksaan pembengkakan, rasa panas,
nyeri, nyeri bila digerakkan dan stabilitas
2. Pemeriksaan gejala yang kemungkinan merupakan faktor ekstrinsik pada sendi bahu

24
Pemeriksaan ini penting untuk menerangkan gejala yang tidak ditemukan pada
pemeriksaan lokal. Pemeriksaan meliputi :
- Pemeriksaan leher dengan pleksus brakialis
- Toraks, jantung dan pleura
- Abdomen dan lesi subdiafragma
3. Pemeriksaan Umum
Pemeriksaan umum bagian tubuh lainnya

Pada nyeri bahu harus ditentukan dengan jelas lokasi dan distribusi nyeri. Nyeri biasanya
berasal dari ujung akromion menjalar ke bawah pada lengan atas sampai pada insersi otot
deltoid. Jarang sekali nyeri pada bahu yang menjalar melewati sendi siku.

- NYERI KIRIMAN PADA DAERAH BAHU


Nyeri kiriman biasanya berupa iritasi dari pleksus brakialis, menjalar dari leher pada
bagian atas dari bahu kemudian ke lengan

- GERAKAN SENDI BAHU


Pada pemeriksaan sendi bahu sangat penting diketahui berapa besar gerakan yang
terjadi pada sendi glenohumeral dan berapa besar gerakan rotasi skapula. Untuk
membedakannya maka pemeriksa perlu memegang atau memfiksasi bagian bawah
skapula. Dalam keadaan normal gerakan sendi bahu berupa abduksi yang terjadi dari
sebagian sendi glenohumeral dan sebagian dari rotasi sendi skapula sendiri. Kelainan
pada sendi bahu akan memberikan hambatan pada gerakan sendi glenohumeral tetapi
tidak pada gerakan skapula.
- ESTIMASI KEKUATAN OTOT
- PEMERIKSAAN RADIOLOGIS

Pemeriksaan bahu secara umum


Lihat

 Dengan bahu sepenuhnya terihat, inspeksi pasien dari depan, samping, belakang, periksa
kesimetrisan, postur, muscle wasting, dan bekas luka.

Rasakan

 Nilai temperatur di bagian depan bahu.


 Palpasi daerah bertulang utuk nyeri tekan, dimulai dari sendi sternoclavicular, lalu ke
klavikula, sendi acromioclavicular, proses acromion dan sekeliling scapula.
 Palpasi garis sendi – anterior dan posterior.
 Palpasi tonjolan otot dari otot supraspinatus, infraspinatus, dan deltoid.

Gerakkan

 Minta pasien untuk menaruh tangan di belakang kepala mereka untuk memeriksa rotasi
eksternal, dan kemudian di belakang punggung mereka untuk memeriksa rotasi internal,
bandingkan kedua sisi. Jika ada restriksi dalam gerakkan, deskripsikan seberapa jauh pasien
dapat menggapai – sebagai contoh, ke level lumbar, thoraks bawah, atau mid-thoraks.

25
 Dengan bahu difleksikan 90° dan didekatkan ke sisi pasien, nilai rotasi eksternal dari bahu.
Kehilangan rotasi eksternal dapat mengindikasikan frozen shoulder.
 Minta pasien untuk mengangkat lengan mereka di belakang mereka dan ke depan. Nilai fleksi
dan ekstensi.
 Minta pasien untuk mengabdusikan lengan mereka untuk memeriksa painful arc (antara 10°
dan 120°) (figure 12). Dapatkah Anda secara pasif membawa lengan lebih jauh? Pastikan
untuk menilai abduksidari belakang pasien dan amati pergerakkan scapula. Pergerakkan
glenohumeral yang terestriksi dapat dikompensasi dengan pergerakkan thorax atau scapular.

Fungsi

 Fungsi dari bahu termasuk menggerakkan tangan ke belakang kepala dan kembali. Hal ini
penting pada saat mandi dan menata rambut. Jika hal ini tidak dilakukan selama pemeriksaan
screening, hal ini harus dilakukan sekarang.

III. Pemeriksaan Lengan Atas dan Sendi Siku

Kelainan yang biasa ditemukan pada humerus adalah trauma, infeksi pada tulang, tumor
tulang terutama oleh karena metastasis. Sedangkan pada sendi siku biasanya berupa arthritis.
Kelainan lain yang biasa ditemukan adalah osteoasrthritis disekans dan bergesernya sendi siku dan
beberapa kelainan akibat jepitan pada saraf.

Anamnesis
Harus diketahui dengan tepat lokalisasi, distribusi dan asal dari nyeri. Nyeri pada legan atas
mungkin merupakan neyri yang berasal dari bahu. Pada sendi siku ditanyakan adanya riwayat trauma
sebelumnya musalnya trauma ketika masih kanak-kanak.
Gerakan Sendi Siku
Pada sendi siku terdapat dua komponen yaitu antara humerus dengan ulna dan antara ulna
dengan radius yang memberikan kemungkinan gerakan fleksi dan ekstensi serta rotasi pada lengan
bawah. Gerakan fleksi dan ekstensi bervariasi antara 0-150° serta pronasi dan supinasi masing-
masing sebesar 0-90°.

26
Faktor ekstrinsik nyeri lengan atas
Pada nyeri lengan atas harus dipertimbangkan bahwa nyeri ini kemungkinan berasal dari
bahu atau leher akibat kelainan pada pleksus brachialis.

27
Pemeriksaan Lengan Bawah, Pergelangan Tangan Dan Jari-Jari
Dalam kehidupan sehari-hari suatu pekerjaan sangat tergantung dari efisiensi fungsi tangan
dan akan memberikan implikasi ekonomi apabila terjadi kecacatan pada tangan baik akibat trauma
ataupun akibat penyakit. Bedah tangan merupakan suatu seni dan ilmu tersendiri yang pada saat ini
merupakan suatu spesialisasi khusus dalam ilmu bedah orthopedi dimana pengetahuan dan
pengalaman bedah orthopedi, bedah plastik dan rekonstruksi, bedah mikrovaskuler dan bedah saraf
memegang peranan yang sangat penting. Pengobatan pada kelainan ini terutama ditujukan untuk
melakukan pemulihan/restorasi fungsi tangan semaksimal mungkin.
Gerakan pada pergelangan tangan
Pergelangan tangan mempunyai dua komponen utama yaitu sendi radiokarpal (termasuk sendi
interkarpal yang memungkinkan fleksi 80°, ekstensi 90°, abduksi/deviasi radial 25°, adduksi/deviasi
ulnar 30°) dan sendi radioulnar inferior yang memungkinkan gerakan supinasi 90° dan pronasi 90°.
Untuk melakukan pemeriksaan secara akurat terhadap kedua gerakan ini maka sendi siku difleksikan
90° untuk menghilangkan rotasi pada sendi bahu.

Gerakan pada jari-jari


Gerakan pada jari-jari dibagi dalam tiga kelompok sendi, yaitu :
1. Sendi karpometakarpal ibu jari
Pada sendi karpometakarpal ibu jari terdapat lima macam gerakan yaitu fleksi, ekstensi, abduksi,
adduksi dan oposisi.

28
2. Sendi metakarpofalangeal
Pada sendi metakarpofalangeal ibu jari dan jari-jari terdapat gerakan fleksi dan gerakan ekstensi
sebesar 90°
3. Sendi interfalangeal
Pada sendi interfalangeal ibu jari dan jari-jari hanya terdapat pada gerakan fleksi dan gerakan
ekstensi
Kekuatan otot
Pemeriksaan kekuatan otot tangan perlu dilakukan secara teliti dan sabar. Untuk setiap kelompok
otot harus dilakukan uji secara tersendiri. Pemeriksaan otot-otot ibu jari meliputi pemeriksaan otot
abductor, adductor, ekstensor (longus dan brevis), fleksor (longus dan brevis) serta otot-otot
oponens. Sementara pada jari-jari dilakukan pemeriksaan otot fleksor profundus dan superfisial,
ekstensor digitorum, ekstensor indisis, otot interoseus dan otot lumbrikal.

29
Kekuatan pegangan otot
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui kekuatan pegangan yang merupakan kombinasi
gerakan otot fleksor dan ekstensor pergelangan tangan serta fleksor jari-jari dan ibu jari.
Fungsi saraf
Pemeriksaan ketiga saraf yaitu nervus ulnaris, nervus medianus dan nervus radialis harus dilakukan
secara tersendiri baik fungsi motoris, sensoris serta fungsi kelenjar keringat
Sirkulasi
Sirkulasi pada jari diamati melalui pemeriksaan denyutan arteri, suhu dan warna jari-jari

Faktor ekstrinsik pada lengan bawah dan jari-jari


Seringkali sulit dibedakan apakah gejala dan tanda-tanda klinis lengan bawah atau jari-jari
merupakan gangguan local atau bukan. Untuk itu harus dilakukan pemeriksaan dengan baik agar
dapat membedakannya dengan jelas.

Pemeriksaan lengan bawah, tangan, pergelangan tangan dan jari-jari secara umum
Hal ini harus dilakukan dengan tangan pasien beristirahat pada bantal karena akan sangat
menyakitkan untuk pasien dengan masalah siku atau bahu untuk menahan tangan mereka ke atas
untuk waktu lama.

Look
Dengan telapak tangan pasien menghadap bawah:

 Lihat postur dan pembengkakan, deformitas, muscle wasting dan bekas uka yang jelas.
 Lihat kulit untuk adanya penipisan dan memar (tanda penggunaan steroid jangka panjang)
atau kemerahan.
 Lihat kuku untuk perubahan psoariatik seperti pitting atau onikolisis (figure 10), dan bukti
adanya nailfold vasculitis
 Putuskan perubahannya simetris atau tidak.

30
 Apakah perubahan lebih banyak melibatkan sendi kecil – PIP dan DIP, MCP, atau
pergelangan tangan?

Minta pasien membalikkan tangannya:

 Apakah pasien memiliki masalah akibat keterlibatan sendi radioulnar?

Dengan telapak tangan pasien menghadap ke atas:

 Lihat lagi untuk muscle wasting – jika ada, apakah pada eminensia thenar dan hipothenar?
Jika hanya pada eminensia thenar, maka mungkin pasien memiliki carpal tunnel syndrome.
Lihat tanda eritema palmaris. Lihat pegelangan tangan untuk bekas luka pembebasan carpal
tunnel.

Rasakan
Dengan telapak tangan pasien menghadap atas:

 Rasakan denyut perifer


 Rasakan tonjolan eminensia thenar dan hipothenar dan untuk penebalan tendon
 Nilai sensasi saraf medianus dan ulnar dengan secara halus menyentuh eminensia tenak dan
hipothenar, dan jari telunjuk dan jari kelingking juga – apakah sensasinya normal dan
sama/setara?

Minta pasien untuk membalikkan tangannya, supaya telapak tangannya meghadap ke bawah
sekarang:

 Nilai sensasi nervus radialis dengan sentuhan ringan sepanjang sela ibu jari dan telunjuk.
 Menggunakan bagian belakang tangan Anda, nilai temperature kulit pada lengan bawah,
pergelangan tangan, dan sendi MCP pasien. Apakah ada perbedaan?
 Remas dengan lembut sepanjang garis sendi MCP untuk menilai nyeri tekan (perhatikan
wajah pasien untuk tanda-tanda ketidaknyamanan).
 Palpasi secara bimanual semua sendi MCP dan PIP atau DIP yang kelihatan bengkak dan
nyeri. Apakah ada bukti sinovitis aktif (sendinya akan menjadi hangat, bengkak, dan nyeri bila
ditekan dan dapat memiliki rasa seperti karet (rubbery), atau Anda bahkan dapat mendeteksi
efusi).
 Apakah ada pembengkakan yang keras dan seperti bertulang? Periksa sendi
carpometacarpal (CMC) dari ibu jari dan Heberden’s node pada DIP. Mungin akan terdapat
bukti dari sinovitis sebelumnya (sendi yang menebal, seperti karet tapi tidak nyeri).

31
 Bandingkan satu sendi dengan lainnya, atau dengan milik Anda, untuk menentukan apakah
sendi-sendi kecilnya normal.
 Palpasi secara bimanual pergelangan tangan pasien.
 Akhirnya jalankan tangan Anda dari batas ulnar sampai ke siku. Rasakan dan lihat untuk
nodul rheumatoid atau plak psoariatik pada permukaan ekstensor.

Gerakan

 Minta pasien untuk meluruskan sepenuhya jari-jarinya (melawan gravitasi). Jika pasien tidak
bisa melakukan ini maka penyebabnya dapat akibat penyakit sendi, rupture tendon ekstensor
atau kerusakan neurologis – hal ini dapat diniai dengan menggerakkan jari secara pasif.
 Minta pasien untuk megepalkan tangan. Jika mereka memiliki kesulitan untuk menekuk jari ke
telapak tangan, hal ini mungkin merupakan tanda awal dari keterlibatan tendon atau sendi
kecil. Gerakkan jari secara pasif untuk menilai apakah masalah ada pada saraf atau tendon,
atau pada sendi.
 Nilai fleksi dan ekstensi pergelangan tangan secara aktif (misalnya dengan membuat tanda
berdoa) dan secara pasif (figure 11).
 Pada pasien dimana riwayat dan pemeriksaan menunjukkan carpal tunnel syndrome harus
dilakukan tes Phalen (fleksi yang dipaksa dari pergelangan tangan selama 60 detik) – pada
hasil yang positif akan memproduksi ulang gejala pasien.
 Nilai nervus median dan ulnaris untuk kekuatan. Hal ini dapat dilakukan dengan abduksi ibu
jari, dan pemisahan/pengembangan jari-jari.

Fungsi

 Minta pasien untuk menggenggam dua jari Anda untuk menilai kekuatan menggenggam.

32
 Minta pasien untuk mencubit jari Anda. Hal ini menilai pegangan cubitan, yang sangat penting
secara fungsional.
 Minta pasien untuk mengambil benda kecil dari tangan Anda atau periksa kemampuan
mereka membuka kancing. Hal ini menilai genggaman cubitan dan fungsi

Pemeriksaan siku
Lihat

 Lihat dari depan untuk carrying angle, dan dari samping untuk deformitas fleksi
 Lihat bekas luka, kemerahan, muscle wasting, nodul rheumatoid, plak psoariatik, dan
pembengkakan seperti bursitis olecranon.

Rasakan

 Menggunakan punggung tangan Anda, rasakan temperature sepanjang sendi dan lengan
bawah.
 Tahan lengan bawah dengan satu tangan, dengan siku terfleksi 90°, palpasi sikunya, rasakan
kepala radius dan garis sendi dengan ibu jari Anda. Jika ada pembengkakan, apakah ia
berfluktuasi? Sinovitis biasanya terasa seperti rasa penuh antara olecranon dan epicondylus
lateral.
 Palpasi epicondylus medial dan lateral (untuk golfer dan tennis elbow) dan prosesus
olecranon untuk nyeri tekan dan bukti adanya bursitis.

Gerakkan

 Apakah siku berekstensi penuh? Nilai kedua siku secara aktif dan pasif, dan bandingkan
kedua sisinya.
 Nilai pronasi dan supinasi, baik aktif maupun pasif, rasakan krepitus.

Fungsi

 Fungsi pentig dari siku adalah membuat tangan dapat mencapai mulut. Gerakkan penting lain
yang penting secara fungsional (sepeti tangan di belakang kepala) akan diperiksa selama
pemeriksaan screening.

Pemeriksaan Sendi Panggul


Pemeriksaan sendi panggul merupakan pemeriksan yang penting dalam orthopedi oleh
karena trauma/penyakit pada panggul akan menyebabkan gangguan yang berkepanjangan dan
mungkin memberikan kecacatan yang serius atau lebih parah lagi menyebabkan ketidakmampuan
untuk bekerja sehingga memberikan dampak ekonomis dalam kehidupan. Daerah panggul ini
merupakan suatu daerah yang penting oleh karena sendi panggul merupakan sendi yang sangat
kompleks, sulit diperiksa secara akurat.

33
Anamnesis
Karakteristik nyeri daerah panggul adalah nyeri tidak selamanya dari panggul itu sendiri tetapi
mungkin berasal dari tulang belakang yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan sendi
panggul, sehingga harus diperiksa kemungkinan adanya faktor-faktor ekstrinsik. Nyeri pada sendi
panggul biasanya dikeluhkan pada daerah lipat paha bagian dalam dan bagian depan. Serng nyeri ini
dirasakan pada daerah lutut dan kadangkala merupakan nyeri yang dominan pada kelainan sendi
panggul. Nyeri panggul sendiri biasanya akan bertambah berat apabila penderita berjalan atau
menggerakkan sendi panggul.
Pengukuran panjang anggota gerak dan ukuran-ukurannya
Secara ideal pengukuran dilakukan pada aksis gerakan panggul, yaitu pada titik tengah kaput
femur. Tetapi secara klinik hal ini sulit dilakukan, sehingga titik ukur diambil dari titik yang paling
mendekati yaitu spina iliaka anterior superior.
1. Pengukuran panjang klinik (panjang sebenarnya = true leg length)
Panjang klinik diukur dari SIAS (Spina Iliaka Anterior Superior) sampai ke pinggir bawah
malleolus lateralis atau pinggir malleolus medialis. Dengan pengukuran ini dibandingkan antara
kiri dan kanan
Apabila ditemukan adanya pemendekan maka harus ditentukan apakah ditemukan
 Di atas trochanter, melalui pengukuran segitiga dari Bryant, garis dari Nelaton, garis dari
Schoemaker
 Di bawah trochanter

34
2. Pengukuran panjang yang tampak (palsu = apparent length)
Kadang-kadang ditemukan tungkai bawah tampak panjang sebelah tetapi sebenarnya ukurannya
sama pada keadaan ini pemeriksaan diukur dari titik di garis tengah tubuh yaitu dari
xiphisternum, dari pusat atau dari pubis ke malleolus medialis. Pemendekan yang palsu dari
panjang tungkai biasanya disebabkan oleh karena panggul miring dimana koreksi sepenuhnya
tidak dapat dilakukan. Panggul miring umumnya disebabkan oleh deformitas adduksi yang
menetap yang membuat sisi tersebut seakan lebih pendek atau oleh deformitas abduksi yang
menetap sehingga tungkai bawah tersebut terlihat lebih panjang

Pemeriksaan deformitas rotasi yang menetap


Adanya deformitas rotasi dapat dinilai dari posisi patella yang dalam keadaan normal
merupakan satu garis lurus dari spina iliaka anterior superior, pertengahan patella dan jari kaki kedua.
Apabila terdapat rotasi baik ke dalam maupun keluar maka konfigurasi garis ini berubah.
Pemeriksaan adanya deformitas menetap
 Deformitas adduksi yang menetap
Deformitas ini dapat diketahui dengan menilai hubungan antara pelvis dan panggul. Apabila
terdapat kelainan maka aksis transversal panggul yaitu garis yang menghubungkan kedua spina
iliaka anterior superior tidak dapat diletakkan dalam garis tegak lurus terhadap anggota gerak
yang terkena
 Deformitas abduksi yang menetap
Sama dengan yang pertama, tetapi sudut antara pelvis dan tungkai melebihi 90°
 Deformitas fleksi yang menetap
Deformitas ini dapat diketahui melalui Uji Thomas
Prinsip pelaksanaan Uji Thomas :

35
Bilamana penderita mengalami deformitas fleksi menetap pada panggul, maka penderita
berusaha mengkompensasikannya sehingga terjadi lordosis pada tulang belakang. Untuk
mengukur derajat deformitas ini, penderita dalam keadaan berbaring dan lordosis dihilangkan
dengan melakukan fleksi pada tungkai. Sudut antara tungkai atas dan garis horizontal yang
terbentuk merupakan derajat besarnya deformitas fleksi.
Pergerakan pada sendi panggul
1. Fleksi
Pergerakan pada sendi panggul sebaiknya dilakukan bersama-sama dengan fleksi pada lutut.
Nilai normal gerakan ini besarnya 120°
2. Ekstensi dengan meluruskan kaki. Dalam keadaan ini diperoleh nilai 0°
3. Abduksi dilakukan dengan cara satu tangan berada di antara spina iliaka anterior superior kiri dan
kanan dan tangan yang satu
Normal didapatkan abduksi sebesar 30-40° aksial
4. Adduksi dilakukan dengan menyilangkan kedua kaki. Dalam keadaan normal didapatan besarnya
adduksi 30°
5. Rotasi lateral dan medial masing-masing diperkirakan melalui garis imajiner pada patella, yang
normalnya sebesar 40°
Pemeriksaan stabilitas postural
Pemeriksaan ini untuk menentukan stabilitas panggul terutama kemampuan otot abductor
panggul (otot gluteus medius dan minimus) dalam menstabilisasi panggul terhadap femur.
Pemeriksaan ini dilakukan menurut Uji Duchene-Trendelenburg.
Cara pemeriksaannya :
Satu tungkai diangkat dalam keadaan fleksi 90° sambil berdiri di atas kaki yang lain. Panggul akan
ditahan oleh otot panggul yaitu musculus gluteus medius dan minimus. Jika otot-otot ini tidak
berfungsi maka pada inspeksi panggul miring/jatuh ke sisi kaki yang diangkat, dengan kata lain otot-
otot panggul tidak mampu menstabilisasi panggul dan disebut Uji Trendelenburg positif.
Sebaliknya disebut Uji Trendelenburg negative apabila otot-otot abductor dapat bekerja secara
normal mengangkat pelvis ke atas apabila tungkai yang lain diangkat.
Ada tiga kelainan yang dapat menyebabkan Uji Trendelenburg positif yaitu :
1. Paralisis otot abductor misalnya pada poliomyelitis
2. Origo dan insersi otot-otot abductor terlalu berdekatan sehingga daya kontraksinya hilang
Keadaan ini dapat terjadi pada semua kelainan yang menyebabkan trochanter letak tinggi.
3. Hilangnya stabilitas pada komponen sendi panggul, misalnya fraktur leher femur yang tidak
menyambung
Cara berjalan (gait)
Gait perlu diperhatikan pada waktu penderita berdiri dan berjalan. Apabila penderita mengalami nyeri
pada panggul atau panggul yang tidak stabil, biasanya penderita menggunakan tongkat pada sisi
yang sebaliknya.
Ada beberapa jenis karakteristik cara berjalan :
1. Cara berjalan antalgik yaitu cara berjalan dengan berupaya mengurangi berat untuk mengurangi
nyeri
2. Cara berjalan kaki pendek
3. Cara berjalan Trendelenburg

Faktor intrinsik yang menyebabkan nyeri pada panggul

36
Pemeriksaan yang teliti dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan nyeri panggul yang
berasal dari tempat lain terutama yang berasal dari tulang belakang dan sendi-sendi sakroiliaka.
Pemeriksaan yang perlu dilakukan meliputi pemeriksaan neurologis dari anggota gerak bawah, juga
pemeriksaan abdomen dan panggul yaitu pemeriksaan rektal dan pemeriksaan bimanual serta
pemeriksaan sistem vaskuler.
Pemeriksaan dari panggul
Lihat

 Dengan pasien berdiri, nilai muscle wasting (dalam hal ini tonjolan otot gluteal).
 Dengan pasien berbaring datar dan wajah menghadap ke atas, amati kaki, bandingkan kedua
sisi – apakah ada deformitas fleksi yang jelas dari panggul?
 Jika ada tanda-tanda kelainan panjang tungkai, nilai true leg lengths menggunakan pita ukur.
Pengukuran dilakukan dari SIAS ke malleolus medialis dari pergelangan kaki di sisi yang
sama. Bandingkan hasil pengukurannya. Pada fraktur colum femur, kaki menjadi leih pendek
dan terotasi eksternal.
 Periksa bekas luka pada panggul.

Rasakkan

 Palpasi sepanjang trochanter mayor untuk nyeri tekan.

Gerakkan

 Dengan lutut difleksikan 90°, nilai fleksi panggul oenuh, bandingkan kedua sisi dan awasi
wajah pasien untuk tanda nyeri.
 Nilai deformitas fleksi terfiksir dari panggul dengan melakukan tes Thomas. Letakkan tangan
di punggung pasien untuk memastikan lordosis lumbar normal hilang. Fleksikan secara
penuh salah satu panggu dan amati kaki lainnya (figure 13). Jika kaki itu terangkat dari
tempat tidur maka terdapat deformitas fleksi terfiksir pada panggul tersebut (ketika pelvis
dipaksa untuk berpaling, panggul normal akan berekstensi sehingga kaki akan tetap di
tempat tidur.)
 Dengan panggul dan lutut difeksikan 90°, nilai rotasi internal dan eksternal dari kedua
panggul. Hal ini biasanya terbatas pada penyakit panggul.
 Nilai kekuatan otot panggul dan proksimal (gluteal) dengan melakukan tes Trendelengerg.
Hal ini melibatkan pasien berdiri bergantian dengan salah satu kaki. Pada tes yang negative,
pelvis akan tetap selevel atau bahkan terangkat. Pada tes abnormal pelvis akan terdorong ke
sisi kontralateral. (figure 14.)

37
Fungsi
Minta pasien untuk berjalan – perhatikan antalgic gait atauu Trendelenburg gait. Antalgic gait berarti
gait yang sangat nyeri. Trendelenberg gait merupakan hasil dari kelemahan otot proksimal dan sering
menghasilkan gaya jalan ‘waddling’.

Pemeriksaan lutut
Stabilitas lutut sangat ditentukan oleh ligamentum dan otot quadriceps. Otot quadriceps yang
kuat dapat mengontrol stabilitas lutut walaupun terdapat keregangan dari ligamentum.
Lutut sangat mudah mengalami trauma dan berbagai jenis arthritis. Daerah lutut juga
termasuk daerah dimana terjadi pertumbuhan anggota gerak bawah (daerah yang aktif) dan ini
mungkin sebagai salah satu sebab daerah metafisis dari lutut sering mengalami infeksi osteomyelitis
atau tumor-tumor ganas primer.
Pemeriksaan artroskopi belakangan ini memegang peranan dan merupakan pemeriksaan
rutin yang sering dilakukan dalam menegakkan diagnosis kelainan-kelainan lutut. Pembedahan
dengan teknik artroskopi digunakan sebagai prosedur rutin pada robekan meniscus dan adanya
benda asing dalam sendi. Keuntungan pembedahan dengan teknik ini adalah tidak dilakukan operasi
terbuka pada lutut, penyembuhan lebih baik dan masa pemulihan serta perawatan diperpendek.
Anamnesis
Anamnesis sangat penting dalam menegakkan diagnosis sendi lutut misalnya pada robekan
meniscus. Dalam anamnesis harus ditanyakan kapan terjadinya trauma, hal-hal yang terjadi
sesudahnya serta mekanisme dari trauma. Kedaaan yang perlu ditanyakan yaitu apakah dapat
menyelesaikan pertandingan waktu itu, apakah dapat berjalan, dapat meluruskan atau
membengkokkan lutut. Beberapa penderita dapat dengan jelas mengutarakan lututnya menjadi
terkunci (blocking).
Menetukan kausa pembengkakan pada sendi
Pembengkakan yang difus pada lutut dapat diketahui dengan mudah dengan jalan membandingkan
kedua lutut.
Pembengkakan pada lutut terutama disebabkan oleh tiga hal, yaitu :

38
1. Penebalan tulang
Penebalan tulang dapat diketahui dengan palpasi pada daerah yang sakit lalu dibandingkan
dengan yang normal. Penebalan dapat disebabkan oleh infeksi, tumor atau kista tulang.
2. Efusi sendi
Efusi sendi bisa karena penimbunan cairan serosa, pus atau oleh darah. Cairan dalam sendi
diketahui dengan melakukan pemeriksaan yang disebut Uji Fluktuasi. Pada pemeriksaan ini
telapak tangan diletakkan di atas femur distal di bagian atas patella pada daerah kantung supra-
patellar, sementara tangan lainnya diletakkan pada sisi sebaliknya dimana ibu jari dan jari
telunjuk pada pinggir patella. Tekanan dilakukan oleh tangan yang di proksimal kantung supra-
patellar sehingga cairan terdororng ke dalam kantung persendian. Efusi yang terjadi dapat
dengan mudah dideteksi karena adanya impuls hidraulik pada jari-jari dan ibu jari yang di distal.
Cairan di dalam sendi dapat pula dideteksi dengan cara aspirasi

3. Penebalan membrana synovia


Penebalan membrana synovia merupakan suatu gambaran arthritis inflamasi kronik. Penebalan
membrane umumnya terjadi di atas patella dan dapat diraba pada palpasi dan biasanya lutut juga
terasa hangat oleh karena proses inflamasi yang ada

Gerakan sendi lutut


Pemeriksaan gerakan sendi lutut sangat penting oleh karena setiap kelainan pada lutut akan
memberikan gangguan pergerakan lutut. Pada pemeriksaan perlu diketahui apakah gerakan disertai
nyeri atau krepitasi. Secara normal gerakan fleksi pada sendi lutut sebesar 120-145° dan gerakan
ekstensi 0° dan mungkin dapat ditemukan hiperektensi sebesar 10°
Uji stabilitas seni lutut yang dapat dilakukan :

1. Pemeriksaan ligamentum medial dan lateral


Robekan pada ligamentum medial dapat diperiksa melalui uji abduction stress dan pada
ligamentum lateral melalui uji adduction stress. Pada pemeriksaan ini satu tangan pemeriksa

39
memegang pergelangan kaki dan satunya pada lutut. Dengan kedua tangan dilakukan abduksi
untuk menguji ligamentum medial dan adduksi untuk menguji ligamentum lateral. Apabila ada
robekan ligamentum maka dapat dirasakan sendi bergerak melebihi batas normal.
2. Pemeriksaan ligamentum krusiatum anterior dan posterior
Kedua ligamentum ini berfungsi untuk stabilisasi sendi lutut ke arah depan dan belakang.
Ligamentum krusiatum anterior berfungsi untuk mencegah tibia tergelincir ke depan femur.
Sedangkan ligamentum krusiatum posterior pada arah sebaliknya.
Cara pemeriksaan :
 Uji Drawer
Lutut difleksikan 90° dan pemeriksa duduk pada kaki penderita untuk mencegah gerakan
kaki. Dengan meletakkan kedua tangan di belakang tibia bagian proksimal dan kedua ibu jari
pada kondilus femur, kemudian dilakukan tarikan pada tibia ke depan dan ke belakang.
Kecurigaan adanya robekan pada ligamentum krusiatum apabila ada gerakan yang
abnormal, baik ke depan ataupun ke belakang (bandingkan dengan yang normal).
 Uji Lahman
Pada pemeriksaan ini lutut difleksikan 15-20°. Satu tangan memegang tungkai atas pada
kondilus femur, sedangkan tangan lainnya memegang tibia proksimal. Kedua tangan
kemudian digerakkan ke depan dan ke belakang antara tibia proksimal dan femur.
 Pemeriksaan Pivot Shift Lateral
Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan tambahan untuk mengetahui defisiensi pada
ligamentum krusiatum anterior. Caranya kaki yang mengalami kelainan diangkat oleh
pemeriksa, dimana kaki kanan diangkat oleh tangan kanan dan kaki kiri diangkat oleh tangan
kiri dan lutut dalam keadaan ekstensi maksimal. Dengan satu tangan pemeriksa memutar
dari arah luar tungkai bawah persis di sebelah bawah lutut sehingga terjadi tekanan valgus.
Pada saat yang bersamaan tibia di rotasi ke medial. Selanjutnya lutut difleksi secara
perlahan-lahan dari posisi ekstensi. Pemeriksaan positif apabila kondilus lateralis tibia
terelokasisecara spontan pada kondilus femur ketika fleksi mencapai 30-35°.
 Uji Rotasi
Uji rotasi dilakukan untuk mengetahui adanya robekan meniscus dan dikenal sebaai uji Mc
Murray. Pada pemeriksaan ini lutut diekstensikan kemudian dilakukan eksorotasi maksimal
untuk memeriksa meniscus medial atau dengan endorotasi maksimal untuk memeriksa
meniscus lateral. Penderita berbaring terlentang, tungkai bawah dipegang, lutut difleksikan
90° dan dilakukan eksorotasi maksimal dan kemudian tungkai diluruskan sambil
mempertahankan eksorotasi. Pada kerusakan meniscus, maka penderita akan merasa nyeri,
mungkin dapat diraba adanya krepitasi atau terdengar suara klik dari tanduk depan/belakang
atau bagian dari meniscus yang lompat keluar dari antara kondilus femur. Pemeriksaan
meniscus medial dilakukan dengan endorotasi maksimal dan mempunyai prinsip serta
prosedur pemeriksaan yang sama dengan pemeriksaan eksorotasi maksimal.

Pemeriksaan lutut
Lihat

 Dari ujung tempat tidur dan dengan kaki pasien lurus, amati lutut, bandingkan keduanya
untuk kesimetrisan dan alignment.

40
 Apakahpostur lutut normal? Lihat deformitas valgus – dimana kaki dibawah lutut terdeviasi ke
lateral (knock – need) – dan untuk deformitas varus – di mana kaki di bawah lutut terdeviasi
ke medial (bow – legged).
 Periksa untuk deformitas fleksi lutut (bedakan ini dari deformitas fleksi pnggul dengan
memeriksa pergerakkan panggul seperti di atas).
 Periksa muscle wasting atau bekas luka.
 Lihat adanya kemerahan yang menunjukkan inflamasi atau infeksi.
 Lihat apakah ada pembengkakan yang jelas.
 Periksa kemerahn (rash) yang menunjukkan psoariasis.

Catatan: pembengkakan popliteal, deformitas varus dan valgus dapat lebih nampak jika pasien dalam
posisi weight-bearing.
Rasakkan

 Dengan menggunakan punggung tangan Anda, rasakan temperature kulit, dimulai dari paha
tengah dan bandikngkan di atas lutut. Bandingkan kedua lutut.
 Palpasi untuk nyeri tekan sepanjang batas patella.
 Dengan lutut difleksikan 90°, palpasi untuk nyeri tekan dan pembengkakan sepanjang garis
sendi dari condyles femoralis sampai kutub inferior patella, kemudian ke bawah rendon
patella inferior ke tuberositas tibia.
 Rasakkan di belakang lutut untuk kista popliteal (Baker).
 Nilai efusi dengan melakukan sentuh patella, nilai untuk penggembungan cairan dengan
fluktuasi silang. Dorong sisi medial lutut ke arah atas (menuju bantalan suprapatellar) untuk
mengosongkan kompartemen medial dari cairan, kemudian dorong sisi lateral ke bawah
(arah distal) (figure 15). Sisi medial dapat terisi ulang, dan memproduksi penggembungan
cairan yang mengindikasikan suatu efusi.

41
Gerakkan

 Minta pasien memfleksikan lutut sejauh mungkin untuk memeriksa pergerakkan aktif. Dengan
memastikan pasen sepenuhnya berelaksasi, nilai pergerakkan pasif. Hal ini dilakukan dengan
menempatkan satu tangan pada lutut (rasakkan krepitasi) dan fleksikan lutut sejauh mungkin,
catat jangkauan gerakkan. Nilai fleksi dan ekstensi penuh dari lutut, bandingkan satu dengan
lainnya.
 Dengan lutut difleksikan 90°, periksa stabilitas dari ligaen lutut. Lihat mulai dari sisi lutut,
periksa posterior sag atau step-back tibia, menunjukkan kerusakkan ligament cruciatus
posterior.
 Lakukan tes tarik anterior. Tempatkan kedua tangan sekeliling tibia bagian atas, dengan
jempol sepanjang tuberositas tibia dan jari telunjuk ditekuk di bawah harmstring untuk
memastikan keduanya sudah relaksasi. Stabilisasi tibia bagian bawah dan dengan lembut
yarik tibia bagian atas ke depan. (figure 16). Pada pasien normal yang relaksasi, ada
sejumlah kecil derajat pergerakkan normal. Pergerakkan yang lebih signifikan menunjukkan
…. Ligament cruciatus anterior.
 Nilai stabilitas ligament collateral lateral dan medial dengan memfleksikan lutut sampai 15°
dan kemudian memberi stress pada garis sendi pada tiap sisi. Tempatkan satu tangan pada
sisi berlawanan dari garis sendi yang Anda periksa, dan aplikasikan tekanan pada tibia
bagian bawah (figure 17). Hal ini dapat dilakukan dengan kaki di tempat tidur atau dengan
tibia bagian bawah tibia disuport pada pelvis pemeriksa.

42
Fungsi

 Minta pasien untuk berdiri dan kemudian berjalan beberapa langkah, lihat kembali deformitas
valgus dan varus(figure 18).

Pemeriksaan Tungkai Bawah, Pergelangan Kaki dan Jari-Jari


Kelainan pada kaki menempati frekuensi yang kedua setelah kelainan punggung dalam kasus bedah
orthopedi :
Beberapa penyebab kelainan pada kaki yaitu :

43
 Faktor herediter
Kaki merupakan bagian dari badan yang relatif cepat berevolusi sebagai konsekuensi untuk
menunjang dan menopang tubuh yang tegak. Oleh karena itu, struktur dan bentuk kaki
cenderung bervariasi dan mungkin terjadi gangguan dalam efisiensinya.
 Tekanan postural
Beban tubuh yang berlebihan menyebabkan beban yang harus ditanggung oleh kaki bertambah
dan dapat menimbulkan kelainan pada kaki.
 Pemakaian alas kaki
Pemakaian alas kaki terutama pada wanita seperti pemakaian sepatu dengan bentuk dan posisi
yang tidak sesuai akan mempengaruhi secara mekanik pada kaki.
Anamnesis
Pada anamnesis harus ditanyakan secara jelas distribusi nyeri yang terjadi, disamping riwayat
pekerjaan, kebiasaan penderita, riwayat trauma sebelumnya serta gangguan yang terjadi pada saat
berdiri dan berjalan.

Evaluasi status sirkulasi perifer


 Evaluasi klinik yang dilakukan meliputi keadaan kulit dari kaki, kuku, perubahan warna, suhu,
denyutan arteri dan toleransi latihan
 Pencatatan tekanan sistolik. Bila terdapat iskemik, maka kulit menipis dan tidak elastis. Kuku
menjadi buram, menebal dan ireguler. Kaki lebih dingin, berwarna merah bata atau kebiruan
(sianotik) pada uji Buerger.
 Pemeriksaan aliran darah kaki dengan menggunakan prinsip teknik Doppler
 Pencatatan volume denyut
 Arteriografi
Struktur arterial serta adanya penyumbatan vaskuler dapat terlihat melalui pemeriksaan radiologis
setelah penyuntikan zat kontras.
Pemeriksaan gerakan pada pergelangan kaki dan sendi tarsal

44
 Secara normal pergerakan pergelangan kaki kea rah ekstensi atau dorso-fleksi sebesar 15-20°
dan plantar-fleksi sebesar 40-50°
 Pergerakan sendi subtalar dan midtarsal
Gerakan pada sendi subtalar dan sendi midtarsal terjadi secara bersama-sama sebagai satu unit
kesatuan
Gerakan ini meliputi :
o Kombinasi gerakan inversi dan adduksi (supinasi) sebesar 5°
o Kombinasi gerakan eversi dan abduksi (pronasi) sebesar 5°
 Pada saat kedua kaki menginjang diperhatikan arkus longitudinalis apakah bentuknya normal
atau ceper, apakah ada pes kavus, pes planus, pes valgus atau pes varus
 Pemakaian alas kaki
Pemeriksaan pada kaki tidak lengkap tanpa disertai dengan pemeriksaan alas kaki yang dipakai,
apakah ada tekanan-tekanan tertentu pada alas kaki atau alas kaki tidak sesuai/sempit.

Sumber :

45
Rasjad Chairuddin. Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi. Cetakan kelima. Jakarta : Yarsif
Watampone. 2007
Pemeriksaan kaki dan pergelangan kaki.
Lihat
Dengan pasien duduk pada tempat tidur, kaki mereka menggantung diujungnya:

 Amati kakinya, bandingkan keduanya untuk kesimetrisannya.


 Lihat secara spesifik pada kaki depan untuk perubahan kuku atau ruam kulit seperti
psoariasis.
 Lihat susunan dari jari-jari kaki dan bukti adanya hallux valgus dari ibu jari kaki. Lihat clawing
dari jari kaki, pembengkakan sendi dan pembentukkan kalus. Jika ada clawing dari jari, kalus
di atas dan di bawah sendi MTP, nyeri dan restriksi gerakkan, maka ada kemungkinan terjadi
subluksasio (dislokasi parsial) dari sendi MTP.
 Lihat di bagian plantar untuk pembuntukkan kalus.
 Lihat alas kaki pasien. Periksa untuk pemakaian yang abnormal atau tidak simetris, untuk
bukti ketidakpasannya adanya penggunaan alas kaki khusus.

Dengan pasien dalam posisi wight-bearing:

 Lihat lagi kaki deppan dan susunan jarinya.


 Lihat pada kaki tengah dan posisi lengkung kaki (lengkung yang turun pada pasien normal
harusnya hilang saat berdiri dengan ujung jari).
 Dari belakang, lihat belakang kaki untuk penebalan atau pembangkakan tendon Achilles.
 Lihat susunan normal dari bagian belakang kaki (figure 18). Penyakit dari sendi pergelangan
kaki atau sendi subtalar dari deformitas varus atau valgus.

Rasakkan

 Nilai temperature pada kaki depan, kaki tengah dan pergelangan kaki.
 Periksa ada atau tidaknya denyut perifer.
 Dengan lembut, remas sepanjang sendi MTP, lihat wajah pasien untuk tanda
ketidaknyamanan.
 Palpasi kaki tengah, pergelangan kaki dan sendi subtalar untuk nyeri tekan.

Gerakkan

 Nilai, baik aktif maupun pasif, pergerakkan inversi maupun eversi dari sendi subtalar,
ditambah fleksi plantar dan dorsal dari sendi ibu jari kaki dan pergelangan kaki.
 Pergerakkan sendi mid-tarsal juga dapat dilakukan dengan fiksasi tumit dengan salah satu
tangan dan, dengan tangan lainnya, secara pasif lakukan inversi dan eversi kaki depan.

Fungsi

 Jika belum dilakukan, iai gait pasien, perhatikan siklus normal heel strike, stance dan toe-off.

46
E. Daftar Tilik
1. Anamnesis

No. Anamnesis
Gejala sekarang
1 Nyeri
2 Kekakuan
3 Pembengkakan
4 Pola keterlibatan sendi
Evolusi
5 Akut atau kronik?
6 Kejadian yang berhubungan
7 Respons terhadap pengobatan
8 Keterlibatan sistem lain
9 Kulit, mata, paru, ginjal? Ada gejala?
10 Malaise, penurunan berat badan, demam, keringat malam?
Dampak terhadap gaya hidup pasien
11 Kebutuhan-kebutuhan pasien
12 Kemampuan untuk beradaptasi terhadap kehilangan fungsi

2. GALS

No. GALS
Gait
1 Amati gait
2 Amati pasien dalam posisi anatomis
Arms
3 Amati pergerakkan – tangan di belakang kepala
4 Amati punggung tangan dan pergelangan tangan
5 Amati telapak tangan
6 Nilai kekuatan menggenggam
7 Nilai ketepatan halus cubitan
8 Remas sendi MCP
Tungkai
9 Nilai fleksi dan ekstensi sepenuhnya
10 Nilai internal rotasi panggul
11 Lakukan sentuh patella
12 Inspeksi kaki
13 Remas sendi MTP
Tulang belakang
14 Inspeksi tulang belakang
15 Nilai fleksi lateral dari leher
16 Nilai pergerakkan tulang belakang bagian lumbar

3. REMS

47
No. REMS
Perkenalan
1 Perkenalkan diri Anda
2 Peroleh persetujuan verbal
Lihat
3 Bekas luka
4 Pembengkakan
5 Ruam
6 Muscle wasting
Rasakkan
7 Temperature
8 Pembengkakan
9 Nyeri tekan
Gerakkan
10 Range of movement penuh – aktif dan pasif
11 Restriksi – ringan, sedang atau berat?
Fungsi
12 Penilaian fungsional dari sendi

4. Pemeriksaan dari tangan dan pergelangan tangan

No. Pemeriksaan dari tangan dan pergelangan tangan


1 Perkenalkan diri Anda/peroleh persetujuan untuk pemeriksaan
2 Inspeksi tangan (telapak tangan dan punggung tangan) untuk muscle wasting, perubahan
kulit dan kuku
3 Periksa pergelangan tangan untuk pelepasan carpal tunnel
4 Rasakkan denyut radial, penebalan tendon dan tonjolan thenar dan eminensia hipotenar
5 Nilai sensasi saraf median, ulnar dan radial
6 Nilai temperature kulit
7 Remas sendi MCP
8 Palpasi secara bimanual sendi yang bengkak atau nyeri, termasuk pergelangan tangan
9 Lihat dan rasakkan sepanjang batas ulnar
10 Nilai ekstensi dan penekukan jari
11 Nilai kekuatan saraf median dan ulnar
12 Nilai fungsi: genggam dan cubit, mengambil objek kecil
13 Lakukan tes Phalen (jika menunjukkan carpal tunnel syndrome)

5. Pemeriksaan Siku

No. Pemeriksaan siku


1 Perkenalkan diri Anda/peroleh persetujuan untuk pemeriksaan
2 Lihat bekas luka, pembengkakan atau ruam
3 Nilai temperature kulit
4 Palpasi pada kepala radius, garis sendi, epikondilus medial dan lateral
5 Nilai fleksi dan ekstensi penuh, pronasi dan supinasi – secara aktif dan pasif

48
6 Nilai fungsi – misalnya tangan ke hidung atau mulut

6. Pemeriksaan Bahu

No. Pemeriksaan bahu


1 Perkenalkan diri Anda/peroleh persetujuan pemeriksaan
2 Inspeksi bahu dari depan, dari samping dan dari belakang
3 Nilai temperature kulit
4 Palpasi daerah bertulang dan otot yang mengelilingi
5 Nilai pergerakkan dan fungsi: tangan di belakang kepala, tangan di punggung
6 Nilai (secara aktif dan pasif) rotasi eksternal, fleksi, ekstensi dan abduksi
7 Amati pergerakkan scapular

7. Pemeriksaan Panggul

No. Pemeriksaan panggul


1 Perkenalkan diri Anda/peroleh persetujuan untuk pemeriksaan
2 Dengan pasien berbaring di tempat tidur:
3 Lihat deformitas fleksi dan kelainan panjang kaki
4 Periksa bekas uka
5 Rasakkan trochanter mayor untuk nyeri tekan
6 Nilai fleksi panggul penuh, rotasi internal dan eksternal
7 Lakukan tes Thomas
8 Dengan pasien berdiri:
9 Lihat tonjolan otot gluteal
10 Lakukan tes Trendelenberg
11 Nilai gait pasien

8. Pemeriksaan Lutut

No. Pemeriksaan lutut


1 Perkenalkan diri Anda/ peroleh persetujuan untuk pemeriksaan
2 Dengan pasien berbaring di tempat tidur:
3 Lihat dari ujung tempat tidur untuk deformitas varus/valgus, muscle wasting, bekas luka dan
pembengkakan
4 Lihat dari samping untuk deformitas fleksi terfiksir
5 Nilai temperature kulit
6 Dengan lutut sedikit fleksi palpasi garis sendi dan batas patella
7 Rasakkan fossa popliteal
8 Lakukan sentuh patella dan fluktuasi silang (bulge sign)
9 Nilai fleksi dan ekstensi (aktif dan pasif)
10 Nilai stabilitas ligament lutut – collateral medial dan lateral – dan lakukan anterior draw test
11 Dengan pasien berdiri:
12 Lihat lagi varus dan valgus dan pembengkakan popliteal
13 Nilai gait pasien

49
9. Pemeriksaan kaki dan pergelangan kaki

No. Pemeriksaan kaki dan pergelangan kaki


1 Perkenalkan diri Anda/peroleh persetujuan untuk pemeriksaan
2 Dengan pasien berbaring di tempat tidur:
3 Lihat permukaan dorsal dan plantar kaki
4 Nilai temperature kulit
5 Palpasi denyut perifer
6 Remas sendi MTP
7 Palpasi kaki tengah, garis sendi pergelangan kaki dan sendi subtalar
8 Nilai pergerakkan (aktif dan pasif) pada sendi subtalar (inversi dan eversi), ibu jari kaki
(dorso- dan plantar fleksi), sendi pergelangan kaki (ankle) (dorsi- dan plantar fleksi) dan
sendi mid-tarsal (rotasi pasif)
9 Lihat alas kaki pasien
10 Dengan pasien berdiri:
11 Lihat kaki depan, kaki tengah (lengkungan kaki) dan kaki belakang
12 Nilai siklus gait (heel strike, stance, toe-off)

10. Pemeriksaan tulang belakang

No. Pemeriksaan tulang belakang


1 Perkenalkan diri Anda/peroleh persetujuan untuk pemeriksaan
2 Dengan pasien berdiri:
3 Inspeksi dari samping dan dari belakang
4 Palpasi processus spinalis dan otot paraspinal
5 Nilai pergerakkan: fleksi dan ekstensi lumbar dan fleksi lateral; fleksi, ekstensi, rotasi dan
fleksi lateral cervical
6 Dengan pasien duduk di tempat tidur:
7 Nilai rotasi torakal
8 Dengan pasien berbaring di tempat tidur:
9 Lakukan straight leg raising dan dorsofleksi ibu jari kaki
10 Nilai refleks anggota gerak

50

Anda mungkin juga menyukai