Anda di halaman 1dari 11

Identifikasi Waste Pada Proses Produksi Key Set Clarinet

Dengan Pendekatan Lean Manufacturing


Dana Marsetya Utama1, Shanty Kusuma Dewi2, Veronika Indah Mawarti3

Abstract. This study discusses lean manufacturing concept to identify waste in Key Set Clarinet
production process at Yamaha Musical Products Indonesia, Ltd. The lean manufacturing concept is
done intially by big picture mapping, waste assessment model (WAM), value stream mapping (VSM)
and cause and effect diagram respectively. The results show that the dominant waste is defect
(26.04%), motion (19.34%), inventory (19.22%), and waiting (13.91%).

Keywords. cause effect diagram, lean manufacturing, value stream mapping, waste assessment model.
.
Abstrak. Artikel ini menjelaskan pendekatan konsep manufaktur ramping untuk mengidentifikasi
waste pada proses produksi Key Set Clarinet di PT. Yamaha Musical Products Indonesia. Pendekatan
konsep manufaktur ramping dimulai dengan melakukan big picture mapping dilanjutkan dengan waste
assessment model (WAM), value stream mapping (VSM) serta diagram sebab akibat. Hasil
menunjukan bahwa waste dominan adalah cacat (26.04%), pergerakan (19.34%), persediaan
(19.22%), dan menunggu (13.91%).

Kata kunci. diagram sebab akibat, manufaktur ramping, value stream mapping, waste assessment
model.
.

perusahaan tersebut mempunyai waste


I. PENDAHULUAN 1 (pemborosan) yang tidak sedikit dalam proses
produksi.Waste pada umunya terdiri dari tujuh
Pada era globalisasi saat ini, persaingan dalam
jenis yaitu overproduction (produksi berlebihan),
dunia industri menjadi semakin ketat dan kuat
waiting (menunggu), motion (pergerakan),
terutama pada perusahaan manufaktur. Oleh
transportation (transportasi), unneccessary
karena itu, suatu industri dituntut untuk selalu
process (proses yang tidak perlu), inventory
menjadi yang terdepan dalam persaingan industri
(persediaan) dan defect (cacat) (Hines & Rich,
agar tidak ditinggalkan oleh customer-nya. Hal
1997).
ini membuat perusahaan manufaktur berlomba-
Penelitian dilakukan di PT. Yamaha Musical
lomba untuk memberikan layanan yang terbaik
Products Indonesia (YMPI) yang berlokasi di
pada customer. Pada hakikatnya, perusahaan
Bangil, Jawa Timur, adalah sebuah perusahaan
manufaktur menggunakan material yang cukup
manufaktur yang memproduksi alat musik tiup di
banyak dan tentunya hal ini akan mengakibatkan
bawah naungan Yamaha Corporation Japan.
Permasalahan yang dihadapi adalah tidak
1
1
tercapainya target produksi Key Set Clarinet yang
Dana Marsetiya Utama, Jurusan Teknik Industri, Fakultas
telah ditentukan oleh pihak Production Control.
Teknik, Universitas Muhammadiyah Malang Jl. Raya
Tlogomas 246 Malang, Indonesia. Total permintaan produksi selama 6 bulan
(email: dana@umm.ac.id). mencapai 25,099 Key Set Clarinet, sedangkan
aktual produksi hanya mencapai 23,960 Key Set
2
Shanty Kusuma Dewi, Jurusan Teknik Industri, Fakultas Clarinet. Jumlah aktual produksi sudah termasuk
Teknik, Universitas Muhammadiyah Malang Jl. Raya
Tlogomas 246 Malang, Indonesia. kerja lembur (overtime) yang dilakukan pada hari
Sabtu dan/atau Minggu. Oleh karena itu, perlu
3
Veronika Indah Mawarti, Jurusan Teknik Industri, dilakukan optimalisasi pada sistem produksi Key
Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Malang Jl. Set Clarinet pada lini produksi Band Instrument
Raya Tlogomas 246 Malang, Indonesia.
Initial Process 2 untuk meningkatkan efisiensi
Diajukan: 19-02-2016 Diperbaiki: 03-05-2016 dan efektivitas proses produksi.
Disetujui: 16-06-2016 Metode yang dapat digunakan perusahaan
36
Jurnal Ilmiah Teknik Industri p-ISSN 1412-6869 e-ISSN 2460-4038

untuk mengatasi masalah yaitu dengan dan aliran fisik dari sistem yang ada,
menggunakan konsep lean manufacturing. Secara mengidentifikasi dimana terjadinya waste, serta
terminologi lean berarti rangkaian aktivitas atau menggambarkan lead time yang dibutuhkan dari
solusi untuk mengeliminasi waste, mereduksi masing-masing karakteristik proses yang terjadi.
operasi non-value added (NVA) dan WAM dimulai dengan mengungkapkan
meningkatkan operasi value added (VA) (Wee & definisi dari setiap jenis waste, kemudian
Wu, 2009). Lean manufacturing didefinisikan membentuk WRM yang mengklasifikasikan
sebagai suatu pendekatan sistemik dan sistematik kekuatan waste relationship dengan
untuk mengidentifikasi dan menghilangkan menggunakan skala mulai dari sangat lemah
pemborosan (waste) atau aktivitas-aktivitas yang hingga sangat kuat. Selanjutnya penggunaan
tidak bernilai tambah (non-value adding WAQ yang digunakan untuk mengidentifikasi
activities) melalui peningkatan terus-menerus dan mengalokasikan waste yang terjadi pada lini
(radical continuous improvement) dengan cara produksi. Hal ini memungkinkan untuk
mengalirkan produk (material, work-in-process, menentukan peringkat waste dengan
output) dari informasi menggunakan sistem tarik menggabungkan WRM dan hasil dari WAQ
(pull system) dari internal dan eksternal untuk (Rawabdeh, 2005).
mengejar keunggulan dan kesempurnaan WAQ terdapat delapan tahapan perhitungan
(Gaspersz & Fontana, 2007). Sedangkan metode skor waste untuk mencapai hasil akhir berupa
yang dibutuhkan untuk mengidentifikasi waste peringkat dari waste, yaitu sebagai berikut:
adalah dengan menggunakan waste assessment 1) Mengelompokkan dan menghitung jumlah
model (WAM) yang terdiri dari seven waste pertanyaan kuesioner berdasarkan jenis
relationship (SWR), waste relationship matrix pertanyaan.
(WRM) dan waste assessment questionnaire 2) Melakukan pembobotan untuk tiap jenis waste
(WAQ) (Rawabdeh, 2005). WAM mampu pada tiap jenis pertanyaan kuesioner
memberikan kontribusi untuk mencapai hasil berdasarkan bobot dari WRM
yang akurat dalam mengidentifikasi waste 3) Menghilangkan pengaruh variasi jumlah
(Mughni, 2012; Rochman, dkk., 2014). Oleh pertanyaan untuk tiap jenis pertanyaan dengan
karena itu, pada penelitian ini akan dilakukan membagi bobot setiap baris dengan jumlah
pendekatan konsep lean manufacturing yang pertanyaan yang dikelompokkan (Ni) untuk
diharapkan pada hasil akhirnya dapat setiap pertanyaan dengan menggunakan
mengidentifikasi waste yang paling dominan persamaan berikut (Rawabdeh, 2005):
terhadap proses produksi, serta untuk K W j ,K
meminimasi waste yang ada pada lini produksi Sj   ...(1)
Band Instrument Initial Process 2 Key Set K 1 Ni
Clarinet di YMPI guna meningkatkan nilai dimana:
tambah (value added). Sj = skor waste
Wj = bobot hubungan dari tiap jenis waste
II. METODOLOGI K = nomor pertanyaan (berkisar antara 1
sampai 68)
Proses pengidentifikasian waste pada proses Ni = jumlah pertanyaan yang dikelompokkan
produksi Key Set Clarinet di YMPI dilakukan 4) Menghitung jumlah skor (Sj) berdasarkan
melalui tiga tahapan, yaitu: (1) value stream persamaan (1) dan frekuensi (Fj) dari
mapping dengan menggunakan big picture munculnya nilai pada tiap kolom waste
mapping, (2) WAM, dan (3) pemilihan detail dengan mengabaikan nilai 0 (nol)
mapping dengan value stream analysis tools 5) Memasukkan nilai dari hasil kuesioner (nilai
(VALSAT). rata-rata jawaban) ke dalam tiap bobot nilai di
Big picture mapping merupakan sebuah alat tabel dengan menggunakan persamaan
yang digunakan untuk menggambarkan suatu berikut:
sistem secara keseluruhan beserta aliran nilai K W j,K
(value stream) yang terdapat di perusahaan sj   XK  ...(2)
(Hines & Taylor, 2000). Sehingga nantinya K 1 Ni
diperoleh gambaran mengenai aliran informasi
37
Utama, dkk./ Identifikasi Waste Pada Proses Produksi .... JITI, Vol.15 (1), Jun 2016, 36 – 46

dimana: memprosentasekan bentuk Yjfinal yang


sj = total untuk nilai bobot waste diperoleh sehingga bisa diketahui peringkat
XK = nilai dari jawaban tiap pertanyaan level dari masing-masing waste. Yjfinal dapat
kuesioner (1, 0.5, atau 0) dihasilkan dengan menggunakan persamaan
6) Menghitung jumlah skor (sj) berdasarkan berikut:
persamaan (2) dan frekuensi (fj) untuk tiap sj fj
nilai bobot pada kolom waste. Y j  Y j  Pj    Pj ...(4)
7) Menghitung indikator awal untuk tiap waste Sj Fj
(Yj) dengan menggunakan persamaan berikut: dimana:
sj fj Yj = faktor akhir dari setiap jenis waste
Yj   ...(3) Pj = probabilitas pengaruh antar jenis waste
Sj Fj Value stream analysis tool (VALSAT)
dimana: digunakan dalam pemilihan detail mapping tool
Yj = faktor indikasi awal dari setiap jenis berdasarkan waste yang telah didefinisikan
waste sebelumnya. Detail mapping ini merupakan
fj = frekuensi dari munculnya nilai pada tiap pemetaan aliran nilai secara detail yang
kolom waste dengan mengabaikan nilai difokuskan pada value adding activity sehingga
0 (nol) (frekuensi untuk sj) dapat diidentifikasikan waste yang terjadi serta
Fj = frekuensi dari munculnya nilai pada tiap penyebabnya. Terdapat tujuh macam detail
kolom waste dengan mengabaikan nilai mapping tool, diantaranya: (1) process activity
0 (nol) (frekuensi untuk Sj) mapping, (2) supply chain matrix, (3) production
8) Menghitung nilai final waste factor (Yjfinal) variety funnel, (4) quality filter mapping, (5)
dengan memasukkan faktor probabilitas demand amplification mapping, (6) decision point
pengaruh antara jenis waste (Pj) berdasarkan analysis, dan (7) physical structure (Hines &
total "from" dan "to" pada WRM. Kemudian Rich, 1997).

YCJ

Production Control Order for 6 Months


WH Raw Order
Material BI Production
Production
Capacity
Production
Planning Buffing/
Working Tumbling
RM Key Set CL Day
Daily Production
Planning for a Month 3 Days Before the
Month of Production
4 hours
FG Key Set CL

I Sanding
MC : 10 units
MP : 5 men
CT : 678 s
AT : 55800 s

WIP 93 minutes
678 s I
108 s 4880 s 135 s
28.5 m 16 m 0m

I Spot Flux Boiling Burner Cuci Asam Kensha Soldering PHS Kensha Soldering HSA Kensha
MC : 2 units MC : 1 unit MC : 1 unit MC : 1 unit MC : - MC : 5 units MC : - MC : 5 units MC : -
FG
MP : 2 men MP : 1 man MP : 1 man MP : 1 man MP : 1 man MP : 5 men MP : 1 man MP : 5 men MP : 1 man
Key Set
CT : 412 s CT : 300 s CT : 293 s CT : 1615 s CT : 163 s CT : 577 s CT : 102 s CT : 1173 s CT : 259 s
CL
AT : 55800 s AT : 55800 s AT : 55800 s AT : 55800 s AT : 55800 s AT : 55800 s AT : 55800 s AT : 55800 s AT : 55800 s

WIP WIP WIP WIP WIP WIP WIP WIP


412 s 300 s 293 s 1615 s 163 s 577 s 102 s 1173 s 259 s
141 s 573 s 836 s 1668 s 45 s 908 s 348 s 295 s 67 s 294 s
0m 21 m 4m 14 m 14 m 3m 3m 3m 3m 12.5 m

Keterangan: Keterangan: Total CT 5572 seconds


MC : Machine : Manual Information Lead Time Producition 15870 seconds
MP : Man Power : Pull Arrow (Kanban)
CT : Cycle Time : Push Arrow (Shipment) Total Distance 122 meters
AT : Available Time : Physical Stream Arrow Total Man Power per Shift 16 men

Gambar 1. Big picture mapping pada lini produksi Band Instrument Initial Process 2 Key Set Clarinet

38
Jurnal Ilmiah Teknik Industri p-ISSN 1412-6869 e-ISSN 2460-4038

III. HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1. Tabulasi keterkaitan antar waste Key
Berdasarkan aliran informasi dan aliran fisik Set Clarinet
pada lini produksi Band Instrument Initial
Tipe Total Tingkat
Process 2 Key Set Clarinet, maka dapat dibuat big No.
Pertanyaan Skor Keterkaitan
picture mapping untuk memperoleh gambaran
dimana waste yang terjadi, serta menggambarkan 1 O–I 3 U
lead time yang dibutukan dari masing-masing 2 O–D 7 O
karakteristik proses yang terjadi. Big picture 3 O–M 4 U
mapping untuk lini produksi Band Instrument 4 O–T 3 U
Initial Process 2 Key Set Clarinet dapat dilihat
pada Gambar 1. 5 O–W 3 U
Gambar 1 menunjukan bahwa dalam 6 I–O 2 U
memproduksi dua jenis key sekaligus (sebagai 7 I–D 5 O
sample yaitu CL 250 Key 1A dan CL 250 Key 8 I–M 5 O
2A) yang dilakukan oleh operator memiliki lead 9 I–T 14 E
time yang sangat panjang dan work in process
(WIP) yang cukup besar. Total lead time produksi 10 D–O 8 O
sebesar 15,870 detik atau 4.4083 jam dan total 11 D–I 10 I
jarak tempuh proses adalah 122 meter. Hal inilah 12 D–M 18 A
yang menyebabkan terdapat penumpukan 13 D–T 7 O
material di store WIP, terutama saat menjelang
14 D–W 17 A
jam kerja di tiap shift akan berakhir dan juga
menjadi penyebab tidak tercapainya target 15 M–I 6 O
produksi. 16 M–D 13 E
17 M–W 12 I
Seven waste relationship 18 M–P 14 E
Perhitungan keterkaitan antar waste dilakukan
19 T–O 2 U
secara diskusi dengan Ketua-ketua Kelompok
lantai produksi Key Set Clarinet. Setelah tiap 20 T–I 2 U
bobot ditotal, maka selanjutnya ditentukan tingkat 21 T–D 2 U
keterkaitannya. Hasil dari skor dan tingkat 22 T–M 10 I
keterkaitan antar waste pada proses produksi Key 23 T–W 4 U
Set Clarinet dapat dilihat pada Tabel 1.
24 P–O 4 U
Waste relationship matrix (WRM) 25 P–I 9 I
Berdasarkan hasil perhitungan keterkaitan 26 P–D 10 I
waste pada Tabel 1 di atas, maka dapat dibuat 27 P–M 11 I
WRM proses produksi Key Set Clarinet yang 28 P–W 12 I
dapat dilihat pada Tabel 2 dan waste matrix value
29 W–O 4 U
pada Tabel 3.
30 W–I 13 E
31 W–D 9 I
Keterangan:
A = nilai 17 - 20 (absolutely necessary)
B = nilai 13 - 16 (especially important)
C = nilai 9 - 12 (important)
D = nilai 5 - 8 (ordinary closeness)
E = nilai 1 - 4 (unimportant)

39
Utama, dkk./ Identifikasi Waste Pada Proses Produksi .... JITI, Vol.15 (1), Jun 2016, 36 – 46

Tabel 2. Waste relationship matrix Key Set Clarinet


F/T O I D M T P W
O A U O U U X U
I U A O O E X X
D O I A A O X A
M X O E A X I E
T U U U I A X U
P U I I I X A I
W U E I X X X A

Tabel 3. Waste matrix value Key Set Clarinet


F/T O I D M T P W Score %
O 10 2 4 2 2 0 2 22 10.185
I 2 10 4 4 8 0 0 28 12.963
D 4 6 10 10 4 0 10 44 20.37
M 0 4 8 10 0 6 8 36 16.667
T 2 2 2 6 10 0 2 24 11.111
P 2 6 6 6 0 10 6 36 16.667
W 2 8 6 0 0 0 10 26 12.037
Score 22 38 40 38 24 16 38 216 100
% 10.185 17.593 18.518 17.593 11.111 7.407 17.593 100
Based on A:10, E:8, I:6, O:4, U:2, and X:0

Tabel 4. Hasil akhir perhitungan waste assessment


O I D M T P W
Skor (Yj) 0.05633 0.07854 0.06414 0.06149 0.08568 0.02923 0.06123
Pj Faktor 103.734 228.058 377.212 293.223 123.454 123.452 211.767
Hasil Akhir (Yj Final) 5.84 17.91 24.27 18.03 10.58 3.61 12.97
Hasil Akhir (%) 6.27 19.22 26.04 19.34 11.35 3.87 13.91
Ranking 6 3 1 2 5 7 4

Waste assessment questionnaire (WAQ) waste pada proses produksi Key Set Clarinet
Nilai waste yang didapat dari WRM dalam bentuk grafik pada Gambar 2.
selanjutnya digunakan untuk penilaian awal Berdasarkan hasil yang ditunjukkan oleh
WAQ berdasarkan jenis pertanyaan. Kuesioner Diagram Pareto di atas, maka dapat diambil
assessment ini terdiri dari 68 pertanyaan. empat jenis waste tertinggi berdasarkan prinsip
Perhitungan menggunakan Pers. (1), (2), (3), dan 80/20 yaitu 20% penyebab bertanggungjawab
(4). Hasil perhitungan akhir waste assessment terhadap 80% masalah yang muncul atau
dapat dilihat pada Tabel 4. Berdasarkan tabel sebaliknya. Mengacu pada prinsip 80/20, maka
perhitungan di atas, maka dapat dilihat peringkat waste tertinggi yang diambil untuk kemudian
40
Jurnal Ilmiah Teknik Industri p-ISSN 1412-6869 e-ISSN 2460-4038

Diagram Pareto Waste


30% 100%

25% 80%

20%
60%
15%
40%
10%

20%
5%

0% 0%
D M I W T O P
Series1 26.04% 19.34% 19.22% 13.91% 11.35% 6.27% 3.87%
Series2 26.04% 45.38% 64.60% 78.51% 89.86% 96.13% 100%

Gambar 2. Diagram Pareto waste


Tabel 5. Hasil pembobotan VALSAT
Mapping Tool
Supply
Waste Weight Process Production Quality Demand Decision
Chain Physical
Activity Variety Filter Amplification Point
Response Structure
Mapping Funnel Mapping Mapping Analysis
Matrix
Overproduction 6.27 6.27 18.81 - 6.27 18.81 18.81 -
Inventory 19.22 57.66 172.98 57.66 - 172.98 57.66 19.22
Defect 26.04 26.04 - - 234.36 - - -
Motion 19.34 174.06 19.34 - - - - -
Transportation 11.35 102.15 - - - - - 11.35
Unneccessary
3.87 34.83 - 11.61 3.87 - 3.87 -
Processing
Waiting 13.91 125.19 125.19 13.91 - 41.73 41.73 -
Total 526.2 336.32 83.18 244.5 233.52 122.07 30.57

dianalisa yaitu defect, motion, inventory, dan dan quality filter mapping (QFM).
waiting. Rekapan hasil Kuesioner di atas
dijadikan sebagai acuan dalam pembobotan waste Process activity mapping (PAM)
dalam pemilihan value stream analysis tools yang PAM digunakan untuk mengetahui proporsi
akan digunakan. dari kegiatan yang termasuk value added (VA),
non-value added (NVA), dan non-value added
Value stream analysis tools (VALSAT) but neccessary (NNVA). Hasil dari PAM pada
Konsep VALSAT digunakan dalam pemilihan lini produksi Band Instrument Initial Process 2
mapping tools dengan cara mengalikan hasil Key Set Clarinet dapat dilihat pada Tabel 6.
pembobotan waste dengan skala yang ada pada Berdasarkan hasil PAM di atas terdapat 129
tabel VALSAT. Hasil pembobotan dengan jenis aktivitas dengan total waktu sebesar 15,870
menggunakan VALSAT tercantum pada Tabel 5. detik atau 4.4083 jam untuk membuat dua jenis
Berdasarkan hasil yang ditunjukkan oleh Tabel 5, key yaitu CL 250 Key 1A dan CL 250 Key 2A.
maka terdapat tiga tools dengan bobot terbesar Detail prosentase perbandingan dari tiap jenis
yang sesuai dengan jenis waste yang terjadi yang aktivitas pada proses produksi Key Set dapat
akan digunakan, yaitu process activity mapping dilihat pada Gambar 3.
(PAM), supply chain response matrix (SCRM),

41
Utama, dkk./ Identifikasi Waste Pada Proses Produksi .... JITI, Vol.15 (1), Jun 2016, 36 – 46

jumlah aktivitas operation. Perbandingan lama


Tabel 6. Jumlah aktivitas proses produksi CL waktu yang dibutuhkan dalam aktivitas
250 Key 1A dan 2A
transportation pada keseluruhan proses dapat
Aktivitas Jumlah Waktu (det) dilihat pada Tabel 7.
Operation 30 5334 Aktivitas transportation tertinggi terjadi pada
Transportation 61 898 proses Soldering dan Sanding dengan akumulasi
Inspection 8 524
waktu masing-masing adalah 185 detik dan 120
detik. Untuk perbandingan antara aktivitas VA,
Storage 1 0
NVA dan NNVA dari 129 aktivitas yang ada
Delay 29 9114 dapat dilihat pada Tabel 8.
Total 129 15870
Tabel 8. Prosentase PAM CL 250 Key 1A dan 2A
Waktu
Tabel 7. Perbandingan waktu transportasi tiap Klasifikasi Jumlah Prosentase
(detik)
proses
VA 26 5048 20.155%
Proses Jumlah Waktu (det) NVA 25 8634 19.38%
Sanding 6 120 NNVA 78 2188 60.465%
Spot 7 104 Total 129 15870 100%
Flux Boiling 1 12 Value Ratio 0.2
Burner 10 44
Cuci Asam 3 37
Soldering 6 185 Berdasarkan perhitungan pada tabel 8,
Kensha 8 93
didapatkan hasil bahwa value ratio untuk proses
produksi Key Set Clarinet seri CL 250 Key 1A
Total 41 595
dan 2A sebesar 0.2 yang menandakan bahwa
terdapat pemborosan yang sangat tinggi.
Sehingga 103 dari 129 aktivitas yang ada harus
diminimalisir agar meningkatkan keefektifan dan
keefesiensian yang dapat meningkatkan
produktivitas pada lini produksi Band Instrument
Initial Process 2 Key Set Clarinet.

Supply chain response matrix (SCRM)


SCRM digunakan untuk menggambarkan pola
inventory dan lead time untuk memperkirakan
jumlah inventory yang dibutuhkan dalam
pemenuhan order dengan lead time yang tersedia.
Penurunan inventory dan lead time merupakan
penghematan value stream pada lini produksi.
Data yang dibutuhkan dalam pembuatan
Gambar 3. Grafik Perbandingan Prosentase Tiap SCRM untuk mengetahui cumulative kedatangan
Aktivitas raw material serta hasil produksi berupa WIP dan
finished good pada lini produksi Band Instrument
Gambar 3 menunjukan bahwa aktivitas Initial Process 2 Key Set Clarinet adalah sebagai
transportation merupakan jenis aktivitas yang berikut: (a) data penerimaan raw material per
paling mendominasi daripada aktivitas operation. hari, (b) data input raw material dari area
Hal ini yang memicu terjadinya waste motion penyimpanan untuk diproses per hari, (c) data
maupun waiting serta lead time yang tinggi di output produksi Key Set Clarinet per hari, dan (d)
sepanjang aliran supply chain lantai produksi Key data pengiriman produk finished good Key Set
Set Clarinet karena tingginya jumlah aktivitas Clarinet per hari.
transportation yang mencapai dua kali lipat
42
Jurnal Ilmiah Teknik Industri p-ISSN 1412-6869 e-ISSN 2460-4038

Tabel 9. Perhitungan SCRM Band InstrumentInitial Process 2 Key Set Clarinet


Days Physical Cummulative Days Cummulative
No Item Lead Time
Stock Physical Stock Lead Time
1 Stock raw material 1.046 0.24 1.046 0.24
2 Stock WIP 1.000 0.26 2.046 0.50
3 Stock finished good 1.000 0.09 3.046 0.59
TOTAL 3.636

Secara tabulasi perhitungan inventory dan lead time yang menandakan pergerakan material lebih
time dapat dilihat pada Tabel 9 dengan total cepat dari waktu yang telah ditentukan. Pada
waktu dalam supply chain lini produksi Band stock WIP dan finished good, lead time berada di
Intrument Initial Process 2 Key Set Clarinet atas takt time yang menandakan pergerakan
adalah 3.636 hari dengan kumulatif inventory material lebih lambat dari waktu yang telah
sebesar 3.046 hari dan kumulatif lead time ditentukan. Hal ini dapat dikatakan bahwa pada
sebesar 0.59 hari. stock WIP dan stock FG terdapat inventory
Dari Tabel 9 dapat dilihat bahwa nilai days berlebih yang seharusnya tidak melewati nilai
physical stock pada stock raw material memiliki dari takt time. Penyebab waste inventory ini dapat
nilai tertinggi yaitu 1.046 hari dibandingkan dilihat dari panjangnya lead time di tiap WIP
dengan stock WIP dan finished good yang yang tertera pada gambar big picture mapping
bernilai 1 hari. Hal ini menandakan bahwa pada yang berdampak pada jumlah inventory di lantai
stock raw material memiliki waktu penyimpanan produksi. Pembengkakan inventory paling tinggi
terlama karena penyimpanan raw material terjadi pada stock WIP dengan perbedaan nilai
melebihi 1 hari. lead time sebesar 0.02 hari. Kondisi ini sangat
Grafik perbandingan lead time antara sesuai dengan yang terjadi di lapangan yaitu
inventory raw material, WIP, dan finished good dimana terjadi penumpukan WIP saat menjelang
dengan takt time inventory yang telah ditentukan jam kerja tiap shift akan berakhir.
pihak perusahaan, dapat dilihat pada Gambar 4.
Quality filter mapping (QFM)
Perbandingan Lead Time Hasil QFM digunakan sebagai tools untuk
Observasi dengan Takt Time mengidentifikasi adanya masalah kualitas (cacat)
Perusahaan yang terjadi sepanjang supply chain. Cacat yang
0.27 akan digambarkan pada QFM disini yaitu cacat
0.235 0.25 0.25
kualitas pada produk (reject part) yang
ditemukan selama proses produksi. Hasil QFM
terhadap lini produksi Band Instrument Initial
0.0830.075
Process 2 Key Set Clarinet dapat dilihat pada
Gambar 5.
Berdasarkan QFM dapat dikatakan bahwa
Stock RM Stock WIP Stock FG
proses soldering merupakan proses yang
Lead Time Observasi Takt Time Perusahaan memiliki jumlah reject part terbesar dan melebihi
target yang telah ditentukan oleh perusahaan
Gambar 4. Grafik perbandingan lead time yaitu 0.37%. Tidak hanya pada proses soldering,
inventory hasil observasi dengan takt time proses burner juga memiliki reject part yang
inventory melebihi dari target perusahaan. Masing-masing
prosentase reject part dari proses soldering dan
proses burner adalah 1.05% dan 0.64%. Nilai
Berdasarkan gambar 4 dapat dilihat bahwa
prosentase ini belum termasuk dari reject part
terjadi ketidaksesuaian antara lead time hasil
yang lolos dari proses kensha (inspeksi) sebesar
observasi dengan takt time perusahaan. Pada
0.77%. Reject part yang lolos hingga masuk ke
stockraw material, lead time berada di bawah takt
proses berikutnya yaitu buffing/ tumbling akan

43
Utama, dkk./ Identifikasi Waste Pada Proses Produksi .... JITI, Vol.15 (1), Jun 2016, 36 – 46

Perbandingan Aktual Reject Part dengan Target PT. YMPI


1.2%

1.0%

0.8%

0.6%

0.4%

0.2%

0.0%
Sanding Spot Soldering Burner Lolos

Aktual Reject Part Target Maksimal Reject Part

Gambar 5. Grafik perbandingan aktual reject part dengan target PT. YMPI

dikembalikan ke bagian kensha, agar diinspeksi Analisa Penyebab Waste Defect


ulang dan kemudian diperbaiki. Cause and effect diagram dari waste defect
terbesar yaitu pada proses soldering tersaji pada
Cause and effect diagram Gambar 6. Berdasarkan pada Gambar 6,
Analisa penyebab waste yang terjadi pada lini penyebab utama terjadinya waste defect adalah
produksi Band Instrument Initial Process 2 Key dari faktor manpower dan management. Pada
Set Clarinet dilakukan dengan menggunakan faktor manpower terdapat dua sebab, yaitu karena
cause and effect diagram. Cause and effect operator tidak konsentrasi saat melakukan proses
diagram dibuat berdasarkan hasil observasi dan Soldering yang menyebabkan pemasangan flux
diskusi dengan beberapa pihak di lantai produksi. pada material menjadi kebanyakan sehingga
Berikut dijabarkan mengenai analisa penyebab material mengalami reject part berupa timah pada
waste. material terlalu banyak ataupun timah meluber.
Penyebab kedua yaitu operator tidak mengikuti

Management

Kurangnya kontrol dari pihak KK/ WKK

Jika alarm tanda terjadinya reject part > 2 pcs/lot,


KK/ WKK tidak langsung mengontrol ke operator Soldering

Defect

Tidak mengikuti prosedur


Kurang konsentrasi
Inspeksi jig tidak dilakukan untuk setiap Kanban
Pemasangan flux kebanyakan

Man Power

Gambar 6. Cause and effect diagram untuk waste defect

44
Jurnal Ilmiah Teknik Industri p-ISSN 1412-6869 e-ISSN 2460-4038

prosedur standarisasi dengan melakukan inspeksi kemudian menuju mesin sanding yang sesuai
jig untuk setiap Kanban. Dalam melakukan dengan jenis material yang akan diproses.
proses soldering dibutuhkan konsentrasi dan Aktivitas transportasi yang dilakukan oleh
ketelitian, karena proses ini memiliki tingkat operator itu sendiri menimbulkan motion yang
kesulitan yang cukup tinggi. Oleh sebab itu jika tidak memberikan nilai tambah dan berefek pada
operator tidak konsentrasi dan tidak teliti maka panjangnya lead time yang terjadi dalam proses
material yang diproses akan mengalami reject sanding.
part. Pada faktor method, yaitu karena letak kanban
Pada faktor management, disebabkan oleh central, rak store raw material, dan lemari yang
kurangnya kontrol dari pihak KK/ WKK dalam menyimpan paper sanding diletakkan saling
mengawasi kinerja operator soldering. Pada saat berjauhan yang menyebabkan operator sanding
alarm sebagai tanda peringatan dibunyikan oleh melakukan pergerakan yang sia-sia. Jarak yang
operator kensha yang menunjukkan terjadinya ditempuh oleh operator sebelum melakukan
reject part melebihi 2 pcs/lot, pihak KK/ WKK proses sanding rata-rata mencapai 28,5 meter
terkadang mengabaikan alarm tersebut dan tidak dalam sekali proses. Hal ini yang mendasari
segera mengontrol kinerja operator soldering. Hal terjadinya waste motion yang tinggi pada proses
ini mengakibatkan tingkat reject part tiap lot sanding.
(satu Kanban) dari proses soldering menjadi Pada faktor management, yaitu karena pihak
semakin tinggi. manajemen tidak menggunakan Mizusumashi
sebagai tranporter pada area sanding, sehingga
Analisa penyebab waste motion dan waiting berdampak besar terhadap keefektifan dan
Cause and effect diagram dari waste motion keefesiensian proses produksi. Pada faktor tool,
dan waiting pada proses sanding dan soldering yaitu karena operator soldering meminjam jig
tersaji pada Gambar 7. Berdasarkan pada pada operator lain ketika akan melakukan
Gambar 7, penyebab utama terjadinya waste inspeksi awal terhadap material yang sedang
motion dan waiting adalah dari faktor manpower, diproses sanding. Hal ini menyebabkan terjadinya
method, management dan tool. waste motion dan waiting.
Pada faktor manpower dikarenakan operator
Sanding berjalan terlalu santai ketika mengambil Rekomendasi Perbaikan
kanban di kanban central Sanding, mengambil Dari hasil analisa yang telah dilakukan
raw material di rak store raw material, terhadap value stream mapping, process activity
mengambil paper di lemari sanding, dan mapping, supply chain response matrix, quality

Metode Tools

Pinjam jig dari


Kanban, rak store raw material operator lain
dan paper Sanding (Soldering)
diletakkan saling berjauhan
Jarak yang ditempuh jauh

Motion

Tidak menerapkan Efek dari jarak yang


sistem Mizusumashi ditempuh jauh
(Transporter)
untuk proses Sanding Berjalan terlalu santai

Management Man Power

Gambar 7. Cause and effect diagram untuk waste motion dan waiting

45
Utama, dkk./ Identifikasi Waste Pada Proses Produksi .... JITI, Vol.15 (1), Jun 2016, 36 – 46

filtermapping, serta cause and effect diagram, WAQ dan VALSAT untuk mengurangi waste pada
maka akan dijadikan acuan sebagai pertimbangan proses finishing (Studi kasus di PT. Temprina Media
Grafika Nganjuk).’ Jurnal Rekayasa dan Manajemen
mengenai rekomendasi perbaikan yang akan Sistem Industri, Vol. 2, pp. 907 – 918.
diberikan kepada YMPI agar dapat meminimasi Wee, H.; Wu, S. (2009). ‘Lean supply chain and its effect on
waste yang terjadi pada lini produksi Band product cost and quality: a case study on Ford Motor
Instrument Initial Process 2 Key Set Clarinet. Company’. Supply Chain Management: An International
Journal, Vol. 14, pp.: 335 – 341.
Rekomendasi perbaikan meliputi: pengarahan
dari KK/ WKK kepada operator soldering untuk
menjalankan proses produksi sesuai dengan
standar operasional, penyediaan paper di sebelah
mesin sanding, menggunakan Mizusumashi pada
area sanding, menyediakan keranjang material
lebih banyak disesuaikan dengan kebutuhan
jumlah material, mengantar material yang telah
diproses spot langsung oleh Mizusumashi (bukan
oleh operator), merelokasi rak store Akabako
berada diantara meja kensha Clarinet dan Flute,
menyediakan kotak (wadah) untuk material yang
telah diinspeksi lebih banyak, dan
memaksimalkan fungsi Mizusumashi yang
sebenarnya.

IV. SIMPULAN
Permasalahan yang dihadapi oleh YMPI yaitu
tidak tercapainya target produksi Key Set Clarinet
yang telah ditentukan oleh pihak production
control disebabkan adanya waste pada lini
produksi Band Instrument Initial Process 2 Key
Set Clarinet. Hasil identifikasi waste yang telah
dilakukan dengan menggunakan metode WAM
menghasilkan empat jenis waste yang paling
dominan yaitu defect (26.04%), motion (19.34%),
inventory (19.22%), dan waiting (13.91%).

DAFTAR PUSTAKA
Gaspersz, V.; Fontana, A. (2007). Lean Six Sigma for
Manufacturing and Service Industries. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Hines, P.; Rich, N. (1997). ‘The seven value stream mapping
tools.’ International Journal of Operations &
Production Management, Vol. 17 (1), pp. 46 – 64.
Mughni, A. (2012). Penaksiran waste pada proses produksi
sepatu dengan waste relationship matrix. Prosiding
Seminas Competitive Advantage II, Vol. 1 (2).
Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum, Jombang.
(akses online:
http://www.journal.unipdu.ac.id/index.php/seminas/articl
e/view/202/150)
Rawabdeh, I.A. (2005). ‘A model for the assessment of
waste in job shop environments.’ International Journal
of Operations & Production Management, Vol. 25, pp.
800 – 822.
Rochman, M.R.F.; Sugiono, S.; Efranto, R. Y. (2014).
‘Penerapan lean manufacturing menggunakan WRM,

46

Anda mungkin juga menyukai