Disusun Oleh:
YOSYE H. A. LUMBAN BATU
21080113120014
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSEMBAHAN
1. Tuhan Yesus Kristus atas berkat, kasih karunia dan pertolonganNya yang
senantiasa menyertai penulis selama proses penyusunan laporan Tugas
Akhir ini;
2. Ayah dan Ibu yang selalu mendoakan dan memotivasi penulis dan menjadi
sumber kekuatan penulis dalam menyelesaikan Laporan Tugas Akhir;
3. Bapak Dr. Badrus Zaman, S.T., M.T., selaku Ketua Departemen Teknik
Lingkungan Universitas Diponegoro;
4. Bapak Dr. Budi P Samadikun, S.T., M.Si., selaku Koordinator Tugas
Akhir Teknik Lingkungan Universitas Diponegoro;
5. Bapak Ir, Winardi D Nugraha, M.Si. dan Bapak Ibu Pertiwi Andarani, ST,
M.EngSc. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan,
arahan, dan motivasi selama proses penelitian maupun penyusunan
Laporan Tugas Akhir ini;
6. Dr. Haryono S Huboyo, S.T, M.T., selaku dosen wali yang telah
memberikan banyak arahan selama kuliah;
7. Partner TA : Aisyah Sembiring dan Meidha Yana Wulandari yang telah
bersama-sama selama masa penyusunan Tugas Akhir;
8. Teman-teman yang sudah sangat membantu penelitian selama proses
pengukuran di area kampus Caterina, Kak Tabita, Elba, Santy, dan teman-
teman yang lain;
9. Sahabat-sahabat saya yang telah memberikan dukungan dan bantuan;
10. Teman-teman Teknik Lingkungan 2013 yang selalu memberikan support
serta motivasi di dalam penyelesaikan Tugas Akhir ini;
vii
11. Serta semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
laporan ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu.
viii
ABSTRAK
Gedung Kuliah Bersama (GKB) merupakan salah satu gedung yang digunakan
oleh Fakultas Teknik Universitas Diponegoro. Aktivitas Mahasiswa di area GKB
seperti aktivitas di kantin, berdiskusi di luar kelas, aktivitas kendaraan bermotor
berpotensi menimbulkan kebisingan di area GKB. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui besar tingkat kebisingan, mengetahui peta sebaran kebisingan di area
GKB dan dampak kebisingan. Metode penelitian yang dilakukan adalah dengan
melakukan pengukuran kebisingan di enam titik dengan Sound Level Meter, data
yang dipeoleh kemudian diolah menjadi peta kontur kebisingan dengan Software
Surfer dan penyebaran kuesioner terhadap 300 responden. Berdasarkan
pengukuran yang dilakukan L ekivalen siang-malam (Lsm) pada beberapa titik
melebihi baku tingkat kebisingan yaitu pada Pada hari pertama, titik 2 dan 3
sebesar 63.08 dBA dan 61.92 dBA. Pada hari kedua, Lsm titik 2 dan 3 sebesar
63.50 dBA dan 61.80 dBA. Pada hari ketiga, Lsm titik 2 dan 3 sebesar 66.80 dBA
dan 59.46 dBA. Lsm untuk empat titik pengukuran lainnya masih memenuhi baku
tingkat kebisingan. Peta sebaran kebisingan menunjukkan kebisingan tertinggi
adalah pada titik dua, dan nilai terendah pada titik lima untuk tiga hari
pengukuran. Berdasarkan kuesioner yang disebarkan, area paling bising adalah
sekitar parkiran, kantin dan luar kelas dan dampak kebisingan yang dihasilkan
adalah mengganggu kenyamanan responden, mengganggu konsentrasi, dan juga
distraksi pendengaran yang menyebabkan gangguan komunikasi sehingga perlu
dilakukan upaya pengendalian bising untuk mengurangi kebisingan seperti
pembuatan buffer zone dengan vegetasi atau membuat tembok penghalang bising.
Kata Kunci: Kebisingan di area GKB, Peta Sebaran Bising, Analisis Kuesioner
ix
ABSTRACT
Gedung Kuliah Bersama (GKB) is a building that used by Faculty of Engineering
Diponegoro University. Student activities such as: activity in canteen, discussion
outside the classroom, and transportation activity are potensial noise source in
GKB area. This research aimed at analyzing the noisiness level in GKB, mapping
the value of noise level in a contour map, and finding the impact of noise to
students in GKB area. The research method are measuring noise at six sampling
point with Sound Level Meter and processing that data into contour map with
Surfer Software and distributing questionnaire to 300 respondents. Based on the
result of the research equivalent day-night L (Lsm) for some points exceed the
quality basic standard that is for the first day at point 2 and 3 with the value of
noise level 63.08 dBA and 61.92 dBA. For the second day, Lsm at point 2 and 3
are 63.50 dBA and 61.80 dBA. For the third day, Lsm at point 2 and point 3 are
66.80 dBA and 59.46 dBA. The value of Lsm for the other four sampling points
are still under the quality basic standard of noise level. Noise distribution map
showed that the highest noise level is in the sampling point 2 and the lowest is at
the sampling point 5 for all three days measurement. Based on the questionnaire,
the noisiest area in GKB are parking area, canteen, and outside the classroom
and that noisiness impact on respondent are disturbing respondent comfort,
disturbing respondent concentration, and causing hearing distraction and
interference communication. So, it is important to have a control effortt to reduce
noise in GKB area by providing a buffer zone using vegetation or by establishing
a noise barrier wall.
DAFTAR ISI
4.2. Analisis Kebisingan di Area Gedung Kuliah BersamaError! Bookmark not defined.
4.2.3. Perhitungan L10, L50 , L90 ........... Error! Bookmark not defined.
4.3. Analisis Peta Sebaran Kebisingan di Area GKBError! Bookmark not defined.
4.4. Analisis Kuesioner Penelitian Kebisingan Area GKBError! Bookmark not defined.
4.5. Analisis Hasil Pengukuran, Peta Kontur, dan KuesionerError! Bookmark not defined.
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Penelitian relevan ............................................................................. II-14
Tabel 3. 1 Tujuan Operasional ........................................................................... III-1
Tabel 3. 2 Jadwal Pelaksanaan Tugas Akhir ...................................................... III-4
Tabel 4. 1 Interval waktu Pengukuran ................... Error! Bookmark not defined.
Tabel 4. 2 Hasil Perhitungan Leq 10 menit............ Error! Bookmark not defined.
Tabel 4. 3 Hasil Perhitungan Ls, Lm, Lsm ........... Error! Bookmark not defined.
Tabel 4. 4 Hasil Perhitungan L10, L50, L90.......... Error! Bookmark not defined.
Tabel 4. 5 Data Pembuatan Peta Sebaran Kebisingan GKB Gedung Kuliah
Bersama ( GKB) .................................................... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A
A-01 Hasil Pengukuran Kebisingan GKB
A-02 Hasil Perhitungan L1menit
A-03 Tabel Distribusi statistik Data Pengukuran
A-04 Daftar Pertanyaan Wawancara Responden Penelitian kebisingan GKB
A-05 Lampiran-I Kepmen LH No. 48 Tahun 1996 tentang Baku Tingkat
Kebisingan
I-5
LAMPIRAN B
1. Form Kelayakan Mengajukkan Tugas Akhir (TA-01)
2. Form Persetujuan Judul dan Permohonan Dosen Pembimbing (TA-02)
3. Surat Tugas Pembimbing Tugas Akhir
4. Form Persetujuan Seminar Proposal Tugas Akhir (TA-03)
5. Surat Tugas Seminar Proposal Tugas Akhir
6. Lembar Berita Acara Seminar Proposal Tugas Akhir
7. Form Persetujuan Seminar Hasil Tugas Akhir (TA-04)
8. Surat Tugas Seminar Hasil Tugas Akhir
9. Lembar Berita Acara Seminar Hasil Tugas Akhir
10. Form Persetujuan Sidang Tugas Akhir (TA-05)
11. Form Kelayakan Sidang Tugas Akhir (TA-06)
12. Lembar Asistensi Tugas Akhir
13. Daftar Hadir Seminar Hasil
14. Transkrip Nilai Mahasiswa (Terbaik)
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
diukur secara logaritmik, yang disebut dengan skala decibel (dB), terdapat kata
Bel dituliskan untuk menghormati Alexander Graham Bell.
Intensitas bunyi adalah banyaknya energi bunyi yang dihasilkan suara per
satuan luas, yang satuannya diukur7 dengan watt/m2. Untuk energi suatu sumber
bunyi acuan dari tingkat bunyi adalah sebesar 10-12 W/m2 (Satwiko, 2005).
Intensitas bunyi dalam arah tertentu pada suatu titik merupakan laju dari energi
bunyi rata-rata yang ditransmisikan dalam arah lewat satu satuan luasan yang
tegak lurus pada arah tersebut yang dilewati. Secara praktis, tingkat intensitas
bunyi sama dengan tingkat tekanan bunyi. Intensitas gelombang yang merambat
merupakan jumlah rata-rata energi yang dibawa per satuan waktu oleh gelombang
per satuan luas permukaan yang tegak lurus pada arah rambatan (Zemasky et al.,
1999).
Jika tekanan gelombang bunyi yang berubah mencapai telinga luar,
getaran yang diterima gendang telinga diperbesar oleh tulang-tulang kecil di
telinga tengah dan diteruskan lewat cairan ke ujung-ujung syaraf yang berada di
telinga dalam. Syaraf meneruskan impuls ini ke otak, proses pendengaran tahap
terakhir terjadi sehingga sensasi bunyi tercipta. Tingkat tekanan bunyi minimum
yang mampu membangkitkan sensasi pendengaran di telinga pendengar disebut
dengan ambang batas kemampuan dengar. Apabila tekanan bunyi ditambah dan
bunyi menjadi lebih keras, akhirnya akan mencapai suatu tingkat dimana sensasi
bunyi sudah tidak nyaman untuk didengar. Tingkat tekanan bunyi minimum yang
dirasa telinga hingga suatu keadaan perasaan tidak nyaman, menyebabkan rasa
sakit tertentu disebut ambang batas rasa sakit.
Tabel 2. 1
Penelitian Terdahulu yang Relevan dengan Penelitian Peneliti
Nama Peneliti, Tahun, Judul Kesimpulan/Hasil
No. Tujuan Penelitian Metode Penelitian
Penelitian dan Nama Institusi Penelitian
1 Muhammad Isran Ramli dkk, Penelitian ini bertujuan untuk Pengukuran dilakukan Hasil penelitian yang
Analisis Tingkat Kebisingan menganalisis kondisi tingkat dengan menggunakan diperoleh adalah :
Pada Kawasan Perbelanjaan kebisingan pada area Mall Sound Level Meter dan tingkat kebisingan yang
(Mall) di Kota Makassar dan Panakkukang di Kota Makassar penyebaran kuesioner pada terjadi di
Dampaknya terhadap terhadap nilai baku tingkat kebisingan
lokasi di sekitar area Mall titik-titik pengamatan
Lingkungan, Universitas untuk mengetahui bagaimana persepsi
dan penglahan data yang berada di
Hasanuddin pengunjung terhadap tingkat
kebisingan di Mall Panakkukang.
pengukuran dengan surfer pinggir jalan didominasi
untuk memperoleh peta dengan kode
sebaran kebisingan pewarnaan merah dengan
intensitas
kebisingan antara 76.1
dB-81.0 dB
sebanyak 24 titik
pengamatan,
sedangkan untuk kode
pewarnaan
kuning dengan intensitas
kebisingan
II-15
69.1-76.0 dB sebanyak 15
titik
pengamatan. Untuk kode
pewarnaan
hijau dengan intensitas
kebisingan
antara 62.1 dB-69.0 dB
berada di titik
pengamatan yang
letaknya di lokasi
parkir.
1.
2 Dr. Ambika N. Joshi, dkk., Noise Tujuan penelitian ini adalah untuk Pengukuran dilakukan Rata-rata nilai kebisingan
Mapping in Mumbai City, membedakan zona di perkotaan dengan Sound Level Meter adalah diatas 70 dB.
India,2015, Department of berdasarkan perbedaan tingkat (Model no. SL.-4010) Dengan nilai tertinggi 95.5
Botany, Rizvi College of Arts kebisingan dengan rute Churchgate dB di Vile Parle area .
Commerce and Science, Mumbai, sampai Andheri, kemungkinan penyebab
Maharashtra,400050 Mumbai,India. Dengan tingginya nilai kebisingan
pencatatan data tiap 10 adalah kedekatan jarak
deik.hasil pencatatan data terhadap bandara, nilai
diolah untuk mendapaykan kebiisngan paling tinggi
L equivalen dan data adalah di Santacruz sebesar
disesuaikan dengan peta 120dB. Tingkat kebisingan
II-16
4 Aleksandras Jagniatkins, Boris Tujuan penelitian adalah untuk Pengukuran tingkat 1. Pengukuran berdarkan
Fiks, Oleksandr Zaphorozhets, mengukur tingkat kebisingan lalu- kebisingan ekuivalen untuk nilai Lsiang, Lsore, dan
2015, Annual assesment of lintas dengan interval waktu tertentu memperoleh nilai lmalam, dengan Lsiang
transport noise using dan memperoleh data untuk pemetaan kebisingan yang mewakili 12 jam, L sore 8 jam,
representative time measurement, kebisingan. dan Lmalam 4 jam
waktu pengukuran. Lalau
Vilnius Gediminas Technical 2. Kondisi lalu-lintas
pengukuran kendaraan yang
University, Linkmeny. National mempengaruhi hasil
aviation University,
melintas dengan mengambil pengukuran
Kosmonavta, Komarova Ave 1, sampel populasi kendaraan, 3. Untuk pengukuran
03680 Kyiv, Ukraine. pembandingan tingkat tahunan lalu-lintas
kebisingan dan jumlah ditunjukkan pengukuran
kendaraan di lalu-intas represetastive dengan
II-18
3. hasil pengukuran
melebihi nilai yang
ditetapkan yaitu Nilai
ambang batas 85 dB.
6 Adhitya Wibawa, Fadhly Zul Penelitian kali ini dilakukan untuk 1. Pengukuran mengacu pada Hasil pengukuran tingkat
Akmal, Gita Anistya Sari, M Hafiz mengetahui tingkat kebisingan KEPMENLH kebisingan di sekitar
Adilla, Ina Rotulhuda, Penentuan No.48/MenLH/11/1996,
lingkungan dan pintu depan Gedung
Tingkat kebisingan Lingkungan diantaranya waktu
Menggunakan Alat Sound Level membandingkannya dengan baku Graha Widya Wisuda
pengukuran adalah 10 menit
Meter di Sekitar Graha Widya mutu tingkat kebisingan yang paling tinggi terjadi pada
tiap jam. Pengambilan atau
Wsuda, Fakultas Teknik, Institut dilakukan di sekitar Gedung Graha detik ke 20 dengan menit
pencatatan data adalah tiap 5
Pertanian Bogor,16680 Widya Wisuda(GWW) ke 3 yaitu sebesar 96.7
detik, dan ketinggian
mikrofon adalah 1,2 m dari dB. Sedangkan hasil
permukaan tanah. Selama 10 perhitungan untuk tingkat
menit, diperoleh data kebisingan 24 jam yaitu
sebanyak 120 data yang sebesar 90.5. Nilai ini
selanjutnya dilakukan dapat disimpulkan sudah
perhitungan data untuk melebihi baku mutu
mengetahui nilai kebisingan untuk kebisingan
dari hasil pengukuran berdasarkan
KEPMENLH No. 48
Tahun 1996 untuk
II-20
7. Sumarmi Hamid aly,dkk, Analisis Tujuan penelitian ini adalah untuk Penelitian dilakukan pada 2 1. Nilai tingkat kebisingan
tingkat kebisingan pada kawasan mengetahui tingkat kebisingan hari dengan 55 titik ternedah berada pada
pemukiman sekitar bandara Sultan titik 45 sebesar 47.16
(Leq) di kawasan pemukiman pengamatan, menggunakan
Hasanuddin dan Dampaknya dB sedangkan tertinggi
terhadap Lingkungan, Fakultas sekitar bandara Sultan Hasanuddin SLM, Tripod, Stopwatch,
pada titik 42 sebesar
Teknik, Universitas Hasanuddin dan dampaknya terhadap Laptop, Kamera dan
73.54 dB
lingkungan apakah telah memenuhi Kuesioner,
2. Sebanyak 45 titik
standar baku mutu yang sampel melebihi baku
dipersyaratkan, kemudian mutu dan 10 titik
membuat peta kontur kebisingan sampel berada dibawah
baku mutu
3. Pada peta kontur, warna
hijau menunjukkan zona
ama (<55 dB), warna
kuning, zona sedang
(55-65 dB0 dan zona
merah adalah zona
ekstrim( >65 dB0
4. Sebanyak 36.4%
responden merasa
terganggu dengan bising
yang dihasilkan oleh
aktivitas bandara Sultan
Hasanuddin.
II-22
8. Norra phersiana, Analisis dan Mengetahui tingkat kebisingan di Pengukuran kebisingan 1. Nilai kebisingan
Pemetaan Kebisingan akibat kawasan PT. XYZ akibat dengan sound level tertinggi yang diterima
aktivitas kerja Pt. XYZ , Teknik pekerja adalah 97 dB
operasional pabrik, memperoleh meter pada beberapa
Lingkungan, Institut Teknologi dan nilai ternedah 80
Sepuluh November pemetaan kebisingan di unit titik pengukuran dan
dB. Intensitas ini berada
produksi kawasan Pt. XYZ, dan pembuatan peta sebaran
pada ruang pembuat
memperoleh alternatif yang dapat kebisingan dengan
galon
dilakukan dalam menurunkan surfer 9 2. Menurut hasil pemetaan
intensitas kebsingan yang terjadi,. hampir seluruh area
produski mengalami
kebisingan yang
melebihi baku mutu.
Kecuali sebagian besar
area kantor
3. Alternatif pengendalian
kebisingan
menggunakan teknik
isolasi sumber bising
9. Dyah Yuningtyas, 2010, Tujuan penelitian ini adalah untuk Metode penelitian adalah 1. Tingkat kebisingan
pengendlaian ising lalu-lintas di mengevaluasi pengendalian bising deskriptif kuantitaif dengan terukur pada SMPN 115
Sekolah menengah adalah 64-95.5 dB dan
ruang belajar di sekolah yang melakukan observasi dan
Studi kasus : SMPN 115 jakarta, dan tingkat kebisingan pada
SMAN 37 Jakarta, Fakultas Teknik, berada dekat dengan jalur tinjauan teori. Penelitian
SMAN 37 Jakarta
Universitas Indonesia transportasi. Hasil penelitian akan dilakukan saat kegiatan
adalah 78.3-104.8 dB.
II-23
dianalisis secara arsitektural agar belajar-mengajar yaitu pada Hasil pengukuran lebih
dapat memberikan solusi pukul 07.00-09.00. dari batas yang diijinkan
kenyamanan akustik saat belajar di Pengukuran dengan SLM yaitu (52-61 dB).
sekolah tersebut. Pacer SL130 2. Tingkat kebisngan tidak
mengganggu bagi
SMPN 115 amun
mengganggu bagi
SMAN 37
3. SMPN 115 menerapkan
penanggulangan bising
dengan penanaman
pohon disepanjang sisi
jalan rayadan ruang
belajar jauh dari sumber
bising
10. Silvia Noviana, Erwin, Juandi, Tujuan penelitian adalah untuk Metode penelitian adalah 1. Tingkat kebisingan rata-
Pemetaan Tingkat Kebisngan di mengetahui tinkat kebisngan di dengan survei lapangan rata tertinggi di area
Area Hydrocracker Complex Area Hydrocracker Complex Unibon dengan hydrocrackercomplex
sistem grid.
Unibon Reaktor, PT. Pertamina Reaktor, PT. Pertamina Refinery Unit II, Pengukuran unibon reactor PT.
Refinery Unit II, Dumai, Jurusan dilakukan
Dumai dan pembuatan peta sebaran Pertamina Refinery Unit
Fisika, FMIPA, Universitas Riau menggunakan SLM dengan
kebisingan II, Dumai dari area make
Leq dicatat tiap 5 detik, up kompressor sebesar
93.7 dBA
II-24
2. Tingkat kebisingan
melebihi nilai ambang
batas Yang ditetapkan
menteri tenaga kerja
Kepmen No.
51/MEN/1999/ yaitu
sebesar 85 dB
3. Berdasarkan peta kontr
kebisingan terdapat tiga
zona aman yang diberi
warna kuning dengan
intensitas lebih kecil
dari 85 dB. Zoa bahaya
diberi warna hijau
sampai biru tua dengan
intensitas antara 85dBa-
89dBA. Zona sangat
bahaya diberi warna
merah pekat dengan
intensitas kebisingan
>90 dBA.
4. Dari peta kontur
diperoleh informasi
daerah atau zona aman
II-25
Kebisingan di Area
GKB tersebar tidak
merata
Gambar 2. 1
Kerangka Teori Penelitian
II-27
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Gambar 3. 1
Peta Area Gedung Kuliah Bersama (GKB) Universitas Diponegoro
Keterangan :
= Wilayah Pengukuran (Area Gedung Kuliah Bersama
Universitas Diponegoro)
Tabel 3. 2
Jadwal Pelaksanaan Tugas Akhir
Gambar 3. 2
Titik Pengukuran Kebisingan GKB
Pengukuran tingkat kebisingan dilakukan dengan cara melakukan
pengukuran selama 10 menit untuk tiap titik pengukuran. Pembacaan dilakukan
tiap 5 detik. Pengukuran dilakukan pada jam kerja atau jam aktif kegiatan kampus
yaitu 06.00-18.00 dengan pengulangan empat kali yaitu tiga hari kerja dan satu
hari libur. Pengukuran yang dilakukan pad amasing-masing titik dilakukan pada
interval waktu tertentu dengan pertimbangan kegiatan yang berlangsung selama
interval waktu tertentu adalah sama. Pengukuran dibagi menjadi tiga interval
waktu yaitu pengukuran.
diulang pada interval waktu yang lain. Pengukuran dengan prosedur demikian
akan dilakukan pada titik yang telah ditentukan sebelumnya.
Berdasarkan SNI 7231:2009 tentang Metoda Pegukuran Kebisingan di
Tempat Kerja, prosedur pengukuran kebisingan adalah sebagai berikut :
a. Hidupkan alat ukur intensitas kebisingan.
b. Periksa kondisi baterei, pastikan bahwa keadaan power dalam kondisi baik.
c. Pastikan skala pembobotan.
d. Sesuaikan pembobotan waktu respon alat ukur dengan karakteristik
sumber bunyi yang diukur (S untuk sumber bunyi relatif konstan atau F
untuk sumber bunyi kejut).
e. Posisikan mikropon alat ukur setinggi posisi telinga manusia yang ada di
tempat kerja. Hindari terjadinya refleksi bunyi dari tubuh atau penghalang
sumber bunyi.
f. Arahkan mikropon alat ukur dengan sumber bunyi sesuai dengan
karakteristik mikropon (mikropon tegak lurus dengan sumber bunyi, 70o –
80o dari sumber bunyi).
g. Pilih tingkat tekanan bunyi (SPL) atau tingkat tekanan bunyi sinambung
setara (Leq) Sesuaikan dengan tujuan pengukuran.
h. Catatlah hasil pengukuran intensitas kebisingan pada lembar data
sampling.
i. Bila alat ukur Sound Level Meter tidak memiliki fasilitas Leq, maka
dihitung secara manual dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
L1 adalah tingkat tekanan bunyi pada periode t1;
Ln adalah tingkat tekanan bunyi pada periode n;
T adalah total waktu (t1+t2 + ... tn).
III-7
Gambar 3. 3
Surfer 8 Halaman Kerja
Gambar 3.3 merupakan halaman kerja plot awal ketika membuka Surfer 8.
Halaman kerja yang masih kosong tersebut selanjutnya dilakukan input data
dengan cara klik tombol File – New – Worksheet – OK.
Gambar 3. 4
Surfer 8 Halaman Excel
Selanjutnya muncul halaman excel Surfer 8 seperti Gambar 3.4, dan pada
halaman tersebut dilakukan input data yang ingin dimasukkan.
III-10
Gambar 3. 5
Surfer 8 Halaman Input Data
Gambar 3.5 menunjukkan halaman input data, untuk kolom X merupakan
posisi koordinat X, untuk kolom Y merupakan posisi koordinat Y, dan untuk
kolom Z merupakan Lsm masing-masing titik pengukuran. Pengisian kolom X,Y,
dan Z sesuai dengan data yang dihasilkan pada GPS dan hasil perhitungan Lsm
kebisingan di area GKB. Setelah melakukan input data, selanjutnya adalah
menyimpan data ke dalam komputer. Data tersebut disimpan dengan format
Golden Software Data (*.dat). Setelah menyimpan input data tersebut, kemudian
kembali ke halaman kerja plot awal, kemudian klik tombol Grid – Data – Pilih
nama file input data yang sudah disave tadi (Contoh : Input Data.dat) – Open.
Gambar 3. 6
Toolbox untuk membuat file menjadi *grd
III-11
Gambar 3. 7
Map Kontur
Selanjutnya muncul map kontur seperti Gambar 3.7, hasil masih terlihat
map kontur belum menarik karena belum ada gradasi warna untuk membedakan
konsentrasinya, kemudian dilakukan edit pada map tersebut agar terlihat lebih
informatif dan menarik. Klik kanan pada mouse di atas map – Properties.
Gambar 3. 8 Tab
General pada Toolbox Map Properties
Selanjutnya itu akan terlihat tampilan seperti Gambar 3.8, pada tab
General, centang Fill Contours dan Color Scale.
III-12
Gambar 3. 9
Tab Level pada Toolbox Map Properties
Kemudian mengganti warna pada kolom Fill seperti Gambar 3.9 agar
terlihat lebih menarik, klik kiri pada mouse tombol Fill tersebut, setelah itu
mengganti warna sesuai yang diinginkan. Klik OK.
Gambar 3. 10
Map Kontur Setelah Diedit
Setelah dilakukan pengeditan warna kemudian akan terlihat tampilan
seperti Gambar 3.10. Warna paling gelap menunjukkan tingkat kebisingan paling
tinggi dan warna paling terang menunjukkan tingkat kebisingan paling rendah.
Namun pada peta tersebut belum terlihat titik lokasi reseptor, sehingga dilakukan
overlay dengan peta titik pengukuran yang dibuat dengan surfer.
III-13
Gambar 3. 11
Map Kontur Setelah Diberikan Titik Lokasi Receptor
Setelah langkah-langkah selesai dilakukan maka terlihat tampilan seperti
Gambar 3.11. Setelah itu dilakukan analisis sebaran konsentrasi yang dihasilkan.
III-14
Tujuan
Studi
Penentuan titik sampling
Pengolahan data:
- Perhitungan hasil pengukuran
- Pengolahan data menggunakan SPSS
v.16 dan Microsoft Excel , Surfer 8 Pengolahan dan
Analisis data
Gambar 3. 12
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambar 4. 1
Layout GKB Universitas Diponegoro
IV-2
Gambar 4. 2
Lokasi Titik Sampling Pengukuran Kebisingan GKB
IV-3
Gambar 4. 3
Pengukuran di Titik sampling I
IV-4
Gambar 4. 4
Pengukuran di Titik sampling II
3. Pinggir Lapangan Basket/Lapangan Parkir (Titik Sampling III)
Pertimbangan peneliti dalam menetapkan pinggir lapangan basket atau
lapangan parkir menjadi salah satu titik penngukuran adalah karena lapangan yang
digunakan sebagai tempat parkir tersebut merupakan area yang selain dilalui
banyak mahasiswa juga menghasilkan kebisingan yaitu oleh aktivitas kendaraan
bermotor baik yang baru masuk dan mulai parkir maupun kendaraan yang
meninggalkan lokasi parkir. Pengukuran yang dilakukan di titik tiga disajikan
pada Gambar 4.5.
IV-5
Gambar 4. 5
Pengukuran di Titik sampling III
Gambar 4.6
Pengukuran di Titik sampling IV
IV-6
Gambar 4.7
Pengukuran di Titik sampling V
6. Belakang Gedung C (Titik Sampling VI)
Titik pengukuran enam berada di belakang gedung C dan dekat dengan
kantin. Pertimbangan dalam menentukan titik ini sebagai titik pengukuran bising
adalah karena berada dekat dengan kantin dan juga merupakan titik paling ujung
atau titik paling belakang agar hasil pengukuran dapat mencakup wilayah GKB.
Pengukuran yang dilakukan di titik enam disajikan pada Gambar 4.8.
IV-7
Gambar 4.8
Pengukuran di Titik sampling VI
Tabel 4. 1
Interval waktu Pengukuran
No Interval Waktu Waktu Pengukuran
1 06.00-10.00 07.00
2 10.00-14.00 11.00
3 14.00-18.00 15.00
4 18.00-22.00 19.00
5 22.00-24.00 23.00
6 24.00-03.00 02.00
7 03.00-06.00 05.00
IV-8
Pengukuran siang yang dilakukan yaitu pada interval pertama yaitu pukul
06.00-10.00 pengukuran dilakukan pada jam 07.00, pada interval kedua yaitu
pukul 10.00-14.00 pengukuran dilakukan pada pukul 11.00, pada interval ketiga
11.00-16.00 pengukuran dilakukan pada pukul 15.00, dan interval keempat 16.00-
20.00 dilakukan pengukuran pada pukul 19.00. pengukuran malam hari dibagi
menjadi tiga kali pengukuran yaitu pengukuran pukul 23.00 mewakili interval
22.00-24.00, pukul 02.00 mewakili interval 24.00-03.00, dan pukul 05.00 yang
mewakili interval 03.00-06.00.
Tabel 4.2
Leq 10 menit
Titik 7:00 11:00 15:00 19:00 23:00 2:00 5:00
1 55.68 54.57 55.08 51.21 48.11 48.11 51.09
2 61.28 66.11 66.90 58.41 51.97 51.97 57.18
3 61.52 65.23 63.14 58.70 53.99 53.99 57.22
Hari 1 (Jumat)
4 55.75 56.51 60.35 54.47 50.55 50.55 52.00
5 55.79 54.83 54.15 50.23 48.49 48.49 51.43
6 57.83 58.55 54.71 53.11 48.46 48.46 48.55
1 51.05 59.91 57.66 48.30 44.78 44.78 46.19
2 63.98 68.47 66.08 56.82 44.78 44.78 47.51
3 60.85 66.23 65.09 57.58 48.64 48.64 50.18
Hari 2 (Senin)
4 54.25 60.91 56.95 58.66 47.58 47.58 47.18
5 48.63 53.81 50.79 43.98 42.76 42.76 44.76
6 53.02 57.25 54.55 45.95 42.51 42.51 44.82
1 56.39 56.22 60.04 50.85 48.78 48.78 50.79
2 68.87 65.33 69.36 70.10 48.46 48.46 51.13
3 60.87 61.31 60.82 59.82 48.66 48.66 53.78
Hari 3 (Selasa)
4 56.11 59.86 58.06 55.90 49.24 49.24 49.84
5 49.13 51.93 48.74 48.20 45.03 45.03 45.09
6 55.54 59.93 57.68 52.19 44.91 44.91 45.11
IV-10
Berdasarkan hasil perhitungan Leq 10 menit pada tabel 4.2 dapat dibuat
grafik Leq 10 menit untuk setiap hari pengukuran. Gambar 4.9 menunjukkan Leq
10 menit Hari 1 atau hari pertama pengukuran.
60.00 7:00
50.00 11:00
40.00 15:00
30.00 19:00
20.00 23:00
10.00 2:00
0.00 5:00
1 2 3 4 5 6
Titik
Gambar 4.9
Hasil Perhitungan Leq 10 menit Hari 1 (Jumat)
Dari tabel Leq 10 menit di Tabel 4.2. dibuat grafik yang menunjukkan
nilai Leq 10 menit untuk hari 2 yang disajikan pada Gambar 4.10.
70.00
60.00
Tk. Kebisingan (dBA)
7:00
50.00 11:00
40.00 15:00
30.00 19:00
20.00 23:00
2:00
10.00
5:00
0.00
1 2 3 4 5 6
Titik
Gambar 4.10
Hasil Perhitungan Leq 10 menit Hari 2 (Senin)
7:00
50.00
11:00
40.00 15:00
30.00 19:00
20.00 23:00
10.00 2:00
0.00 5:00
1 2 3 4 5 6
Titik
Gambar 4.11
Hasil Perhitungan Leq 10 menit Hari 3 (Selasa)
Keterangan :
Leq : Kebisingan ekivalen [dB(A)]
L1,…., L12 : Kebisingan setiap 5 detik selama 60 detik [dB(A)]
L1,…., Lx : Kebisingan setiap 1 menit dalam 10 menit [dB(A)]
Ls : Leq di siang hari [dB(A)]
Ta,…., Td : Rentang waktu pengukuran di siang hari (jam)
LM : Leq di malam hari [dB(A)]
Tc,…., Tg : Rentang waktu pengukuran di malam hari (jam)
Lc,…., Lg : Leq (10 menit) setiap selang waktu di malam hari [dB(A)]
IV-14
Dari hasil perhitungan diperoleh nilai Ls, Lm, dan Lsm untuk tiga hari
pengukuran yang disajikan pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3.
Hasil Perhitungan Ls, Lm, Lsm
Tingkat Kebisningan (dBA)
1 2 3 4 5 6
Ls 54.44 64.40 62.76 57.38 54.19 56.59
Hari 1
Lm 49.48 54.69 55.49 51.15 49.83 48.50
(Jumat)
Lsm 54.27 63.08 61.92 56.81 54.24 55.55
Ls 56.43 65.46 63.62 58.34 50.59 54.22
Hari 2
Lm 45.36 46.01 48.39 47.06 43.62 43.53
(Senin)
Lsm 54.93 63.50 61.80 56.81 49.82 52.76
Ls 56.96 68.75 60.74 57.79 49.76 57.19
Hari 3
Lm 49.64 49.66 51.32 49.48 45.05 44.98
(Selasa)
Lsm 56.10 66.80 59.46 56.71 49.68 55.57
Berdasarkan Tabel 4.3. dibuat grafik yang menunjukkan nilai Ls, Lm dan
Lsm yang disajikan pada gambar 4.12.
Hari 1 (Jumat)
70.00
60.00
Tk. Kebisingan (dBA)
50.00
40.00
Ls
30.00
Lm
20.00
Lsm
10.00
0.00
1 2 3 4 5 6
Titik
Gambar 4.12
IV-15
Dari grafik yang disajikan pada Gambar 4.12. dapat dilihat bahwa Ls atau
tingkat kebisingan siang lebih tinggi dari Lm atau tingkat kebisingan ekivalen
malam. Lsm paling tinggi adalah hasil pengukuran pada titik kedua dan ketiga.
Pada titik 1 diperoleh nilai Ls 54,44 dBA, Lm 49,48 dBa, dan Lsm 54,27 dBA.
Pada ttik kedua Ls 64,40 dBA, Lm 54,69 dBa, dan Lsm 63,08 dBA. Pada titik tiga
Ls 62,76 dBA, Lm 55,49 dBa, dan Lsm 61,92 dBA. Pada titik empat Ls 57,38
dBA, Lm 51,15 dBa, dan Lsm 56,81 dBA. Pada titik lima Ls 54,19 dBA, Lm
49,83 dBa, dan Lsm 54,24 dBA. Pada titik enam Ls 56,59 dBA, Lm 48,50 dBA,
dan Lsm 55,55 dBA.
Nilai Lsm pada beberapa titik sudah melebihi baku tingkat kebisingan
yang diijinkan oleh Kepmen LH sebesar 55 dB dengan toleransi +3dB yaitu pada
titik 2 sebesar 63,08 dBA dan pada titik 3 sebesar 61,92 dBA
Hari 2 (Senin)
70.00
60.00
50.00
Tk. Kebisingan
40.00
Ls
30.00
Lm
20.00
Lsm
10.00
0.00
1 2 3 4 5 6
Titik
Gambar 4.13
Hasil Perhitungan Ls, Lm, Lsm Hari 2 (Senin)
Grafik yang ada pada Gambar 4.13 menunjukkan nilai Ls, Lm, dan Lsm di
area GKB pada hari kedua pengukuran. Pada hari kedua, hasil pengukuran di titik
1 Lsm sebesar 54,93 dBA, titik 2 63,50 dBA, titik 3 sebesar 61,80 dBA, titik 4
IV-16
sebesar 56,81 dBA, titik 5 sebesar 49,82 dBA, dan titik 6 sebesar 52,76 dBA.
Lsm paling tinggi adalah Lsm pada titik 2 dan paling rendah adalah pada titik 5
sebesar 49,82 dBa. Hasil pengukuran Lsm di hari kedua menunjukkan bahwa
kebisingan di beberapa titik pengukuran melebihi baku tingkat kebisingan 55 dB
dengan toleransi yang telah ditetapkan +3dB yaitu pada titik 2 dan 3 sebesar 63,50
dBA dan 61,80 dBA. Sedangkan di empat titik pengukuran lain yaitu titik 1,4,5
dan 6 nilai Lsm memenuhi baku tingkat kebisingan.
Nilai Ls, Lm, dan Lsm pada hari ketiga ditunjukkan pada Gambar 4.14.
Hari 3 (Selasa)
80.00
70.00
60.00
Tk. Kebisingan
50.00
40.00 Ls
30.00 Lm
20.00 Lsm
10.00
0.00
1 2 3 4 5 6
Titik
Gambar 4.14
Hasil Perhitungan Ls, Lm, Lsm Hari 3 (Selasa)
Pada Gambar 4.14. dapat dilihat bahwa Lsm sebagian besar melebihi baku
tingkat kebisingan yang telah ditentukan. Nilai Lsm yang melebihi baku tingkat
kebisingan adalah pada titik 2 sekaligus Lsm paling tinggi sebesar 66,80 dBA,
dan pada titik 3 sebesar 59, 46 dBA.
IV-17
Lsm
70.00
65.00
Tk. kebisingan
60.00
55.00
50.00
45.00
40.00
1 2 3 4 5 6
Hari 1 54.27 63.08 61.92 56.81 54.24 55.55
Hari 2 54.93 63.50 61.80 56.81 49.82 52.76
Hari 3 56.10 66.80 59.46 56.71 49.68 55.57
Gambar 4.15
Grafik Lsm 3 (Tiga) Hari Pengukuran
Gambar 4.15 menunjukkan nilai Lsm pada tiga hari pengukuran. Dari
grafik dapat dilihat bahwa hasil pengukuran hari pertama, hari kedua, dan hari
ketiga cukup sama. Nilai Lsm paling tinggi adalah pada titik 2 untuk ketiga hari
pengukuran dan nilai terendah adalah pada titik 5. Kebisingan paling tinggi pada
titik kedua dimana lokasi pengkuran adala pintu masuk parkiran yang dekat
dengan lokasi parkiran, merupakan salah satu jalan yang sering dilewati oleh
mahasiswa yang keluar dan masuk lingkungan GKB, dan juga dekat dengan jalan
yang juga sering dilalui oleh kendaraan bermotor. Titik 5 memiliki nilai
kebisingan paling rendah, titik ini berada di belakang gedung C GKB dan
termasuk lokasi yang jarang dilewati mahasiswa terutama selama pengukuran
dilakukan.
Tabel 4.4.
Hasil Perhitungan L10, L50, L90
Berdasarkan tabel 4.4. dibuat grafik yang menunjukkan nilai L10, L50,
dan L90 selama tiga hari pengukuran. Grafik L10, L50, dan L90 tersebut disajikan
pada Gambar 4.16.
L10 adalah tingkat gangguan awal , sehingga nilainya bisa dianggap
sebagai tingkat kebisingan yang utama sedangkan L90 adalah residual kebisingan
yang berarti pada saat pengukuran terdapat beberapa saat yang tidak
menghasilkan kebisingan yang signifikan di titik pengukuran. Nilai L50
dibandingkan dengan Lsm karena merupakan rata-rata kebisingan selama
pengukuran berlangsung.
IV-19
80
70
Tk. Kebisingan (dBA) 60 1
50
2
40
3
30
4
20
5
10
0 6
L10 L50 L90 L10 L50 L90 L10 L50 L90
Hari 1 Hari 2 Hari 3
Gambar 4.16
Grafik L10, l50, dan L90 Pengukuran Kebisingan
Berdasarkan gambar 4.16 dapat dilihat bahwa nilai L10 paling tinggi
adalah pada titik kedua hari ketiga dan paling rendah adalah pada titik 5 hari
ketiga.
Tabel 4.5.
Data Pembuatan Peta Sebaran Bising GKB
Koordinat UTM (X) Lsm
Titik Hari 1 Hari 2 Hari 3
X Y
(Jumat) (Senin) (Selasa)
Titik 1 438168.55 9220574.02 54.27 54.93 56.10
Titik 2 438152.51 9220553.00 63.08 63.50 66.80
Titik 3 438125.30 9220565.99 61.92 61.80 59.46
Titik 4 438107.59 9220610.75 56.81 56.81 56.71
Titik 5 438154.67 9220629.59 54.24 49.82 49.68
Titik 6 438176.13 9220646.50 55.55 52.76 55.57
Berdasarkan data pada Tabel 4.4. maka diperoleh output dari software
Surfer 8 berupa gambar kontur sebaran bising. Warna pada peta sebaran paling
gelap menunjukkan tingkat kebisingan paling tinggi dan warna paling terang
menunjukkan tingkat kebisingan paling rendah. Peta sebaran Konsentrasi
kebisingan area GKB disajikan dalam Gambar 4.17 dan Gambar 4.18 dan gambar
4.19.
IV-21
Gambar 4. 17
Kontur Kebisingan GKB Hari 1 (Jumat)
Gambar 4. 18
Peta Overlay Kontur Kebisingan GKB Hari 1
Ilustrasi tingkat kebisingan di tiap titik pengukuran untuk hari pertama disajikan
pada Gambar 4.19.
Gambar 4. 19
Ilustrasi Tingkat Kebisingan di Tiap Titik Sampling Hari 1 (Jumat)
tersebut dan sebaliknya lingkaran yang lebih kecil mewakili tingkat kebisingan
yang lebih rendah.
Gambar 4. 20
Kontur Kebisingan GKB Hari 2 (Senin)
Gambar 4.19 menunjukkan kontur sebaran kebisingan di area GKB pada
hari kedua pengukuran. Dapat dilihat pada peta bahwa kebisingan maksimum
berada pada titik 2 dengan nilai 63.50 dB dan kebisingan minimum adalah pada
titik 5 sebesar 49.82 dB. Titik yang memiliki nilai tingkat kebisingan dibawah
baku tingkat kebisingan adalah titik 1 sebesar 54.93 dBA, titik 4 sebesar 56.81
dBA, titik 5 sebesar 49.82 dBA dan titik 6 dengan nilai 52.76 dBA. Peta kontur
tersebut kemudian digabungkan dengan peta area GKB seperti pada Gambar 4.21.
IV-24
Gambar 4. 21
Peta Overlay Kontur Kebisingan GKB Hari 2
Ilustrasi tingkat kebisingan di tiap titik pengukuran untuk hari pertama disajikan
pada Gambar 4.22.
Gambar 4. 22
Ilustrasi Tingkat Kebisingan di Tiap Titik Sampling Hari 2 (Senin)
IV-25
Gambar 4. 23
Kontur Kebisingan GKB Hari 3 (Selasa)
Gambar 4. 24
Peta Overlay Kebisingan GKB Hari 3
Gambar 4. 25
Ilustrasi Tingkat Kebisingan di Tiap Titik Sampling Hari 3 (Selasa)
Dimana :
n : Jumlah Sampel
N : jumlah Populasi
e : batas toleransi kesalahan (error tolerance)
Program studi yang menggunakan GKB adalah Teknik Perkapalan, Teknik
Sistem Komputer, Teknik Geodesi, dan Teknik Lingkungan. Responden diambil
dari keempat jurusan dengan asumsi 5 angkatan aktif yaitu angkatan 2013, 2014,
2015, 2016, dan 2017 dan setiap angkatan berjumlah 100 orang. Dari angkatan
2013, diambil sampel 50% dari asumsi total 100 orang karena mahasiswa
angkatan 2013 sebagian besar sudah tidak mengikuti kegiatan perkuliahan dan
waktu yang dihabiskan di lingkungan GKB lebih sedikit atau jarang, sehingga
diperoleh total populasi adalah 1800 orang. Dengan nilai koreksi 0,05 atau 5%,
maka diperoleh jumlah sampel adalah :
= 327,27
4% 2% 2%
Pagi-siang
siang-sore
sore-malam
40% 52%
pagi-sore
lain-lain
Gambar 4. 26
Periode Waktu Responden di Area GKB
Tabel 4. 2
Periode Waktu Responden di Area GKB
No Periode Responden Persentase
1 Pagi – siang 156 52%
2 Siang – Sore 120 40%
3 Sore – Malam 12 4%
3 Pagi – Sore 6 2%
4 Lain-lain 6 2%
Jumlah 300 100%
Dari diagram yang disajikan pada Gambar 4.26 dapat dilihat bahwa 52%
responden berada di area GKB pada periode pagi-siang hari, 40 % pada siang dan
sore hari, 4% pada sore- malam hari, 2% pada pagi-sore hari. Sebagian besar
responden menjawab bahwa waktu yang dihabiskan di area GKB adalah pagi
sampai siang hari dan diikuti oleh siang-sore hari.
5%
25%
Sangat Bising
Cukup Bising
Tidak Bising
70%
Gambar 4. 27
Tingkat Kebisingan Menurut responden
Tabel 4. 3
Tingkat Kebisingan Menurut responden
No Periode Responden Persentase
1 Sangat bising 210 70%
2 Cukup Bising 75 25%
3 Tidak Bising 1.5 5%
Jumlah 300 100%
Hasil survei tingkat kebisingan di area GKB disajikan pada Gambar 4.27.
Dari diagram tersebut dapat dilihat hasil survey yaitu menurut 70% responden
adalah cukup bising, 25% tidak bising, dan 5% sangat bising. Berdasarkan survei
dan pengukuran yang dilakukan, tingkat kebisingan di area GKB sebagian besar
melebihi baku tingkat kebisingan yang telah ditentukan.
IV-30
2%
Gambar 4. 28
Tanggapan Responden tentang Dampak Kebisingan
Tabel 4. 4
Tanggapan Responden tentang Dampak Kebisingan
4%
Gambar 4. 29
Tabel 4. 5
Pengaruh Kebisingan terhadap Konsentrasi Responden
1%
9%
Parkiran
8%
Kantin
luar kelas
23%
59% lapangan
lain-lain
Gambar 4. 30
Area dengan Kebisingan Paling Tinggi di GKB
Tabel 4. 6
Area dengan Kebisingan Paling Tinggi di GKB
No Periode TL Geodesi Siskom Kapal Jumlah %
Parkiran 88 30 32 30 180 60
1
%
Kantin 31 12 10 16 69 23
2
%
Luar 13 5 4 2 24 8%
3
kelas
5 Lain-lain 12 5 3 7 27 9%
jalan besar, dan pos parkir. Penelitian yag dilakukan di pintu masuk pengukuran
sebaiknya lebih dekat dengan pos parkir yang memiliki tingkat kebisingan lebih
tinggi dan ada petugas yang berada di pos parkir yang berpotensi terkena paparan
bising terus-menerus. Pada penelitian selanjutnya juga sebaiknya ditambah jumlah
titik pengukuran untuk mengetahui sebaran kebisingan di area GKB. Penyebaran
kuesioner yang dilakukan adalah secara on-line dimana peneliti tidak memberikan
langsung kuesioner kepada responden. Survei yang dilakukan terhadap responden
sebaiknya dilakukan pada lokasi pengukuran secara langsung untuk mengetahui
tanggapan responden terhadap kebisingan pada titik pengukuran dengan lebih
akurat.
3%
6%
transportasi
36% diskusi luar kelas
21%
kantin
KBM
lain-lain
34%
Gambar 4. 31
Tabel 4. 7
Aktivitas yang Menimbulkan Kebisingan Paling Tinggi
Dari diagram yang ada pada Gambar 4.31 dapat diketahui bahwa aktivitas
yang paling menimbulkan kebisingan menurut responden adalah transportasi dan
diskusi di luar kelas. 36 % responden memilih transportasi yang meliputi
kendaraan roda empat dan roda dua yang lewat di jalan besar maupun yang keluar
masuk parkiran GKB. 34% memilih kegiatan diskusi di luar kelas, kegiatan
diskusi biasanya dilakukan oleh mahasiswa di selasar yang terdapat di luar ruang
kelas. 21% memilih kegiatan yang terjadi di kantin, dan 6% memilih Kegiatan
Belajar Mengajar (KBM) sebagai kegiatan yang menimbulkan kebisingan paling
tinggi di area GKB.
20%
ya
tidak
80%
Gambar 4. 32
Pengetahuan Responden Mengenai Cara Mengurangi Kebisingan
IV-35
Tabel 4. 8
2% 5%
menjauhi sumber
bising
tidak menimbulkan
44% bising
tidak tahu
49%
lain-lain
Gambar 4. 33
Cara Mengurangi Kebisingan
Tabel 4. 9
Cara Menguranngi Kebisingan
No Periode Responden Persentase
1 Menjauhi sumber bising 132 44%
2 Tidak menimbulkan bising 147 49%
3 Tidak tahu 6 2%
5 Lain-lain 15 5%
7 Jumlah 300 100%
diterima berkurang. Dari diagram tersebut dapat dilihat bahwa 49% memilih tidak
menimbulkan bising, seperti pada saat kegiatan diskusi yang berlangsung di luar
ruangan, pada saat berada di kantin, atau pada saat berada di parkiran,44 %
memilih menjauhi sumber bising, 2% tidak tahu, dan 5% menjawab lain-lain
seperti menggunakan penutup telinga.
stress
9% 11% 3%
susah tidur
mengganggu
pendengaran
61%
tidak ada
Gambar 4. 34
Tabel 4. 10
Dampak Kebisingan yang dirasakan
No Periode Responden Persentase
1 Stres 33 11%
2 Susah Tidur 9 3%
3 Sakit kepala 48 16%
5 Menganggu Pendengaran 183 61%
6 Tidak ada 27 9%
7 Jumlah 300 100%
pendengaran terganggu atau terdistraksi oleh bising yang ada ketika mencoba
mendengar sesuatu yang diinginkan atau kebisingan yang ada mengakibatkan
gangguan komunikasi. 16% responden merasakan sakit kepala, 11% stress, 9%
menjawab tidak ada dampak kebisingan yang dirasakan, dan 6% menjawab susah
tidur akibat kebisingan.
Hasil dari tiga hari pengukuran relatif sama menunjukkan bahwa titik
dengan tingkat kebisingan paling rendah adalah titik 5 yang berada di belakang
gedung dan tidak ada kebisingan kebisingan di titik pengukuran tersebut. Pada
hari pertama tingkat kebisingan titik 5 sebesar 54.24 dBA. Pada hari kedua,
tingkat kebisingan titik 5 sebesar 49,82 dBA. Pada pengukuran hari ketiga, tingkat
kebisingan paling titik 5 sebesar 49,68 dBA. Jika hasil pengukuran diandingkan
dengan peta juga terlihat bahwa, kontur kebisingan di sekitar titik pengukuran 5
berwarna apaling terang atau memiliki kontur terendah dibanding titik lainnya.
tempat diskusi mahasiswa dan merupakan salah satu titik paling bising menurut
responden.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Tingkat kebisingan di area GKB sangat fluktuatif berdasarkan wkatu
pengukuran yang dilakukan, terutama antara pengukuran siang dan
pengukuran malam. Tingkat kebisingan paling tinggi adalah pada pukul
11.00 dan 15.00 dan paling rendah adalah pada pukul 23.00 dan 02.00.
2. Tingkat kebisingan ekivalen siang-malam (Lsm) di area GKB melebihi
baku tingkat kebisingan dengan toleransi +3dB adalah pengukuran di
titik sampling 2 dan 3. Pada hari pertama, titik 2 dan 3 sebesar 63.08
dBA dan 61.92 dBA. Pada hari kedua, Lsm titik 2 dan 3 sebesar 63.50
dBA dan 61.80 dBA. Pada hari ketiga, Lsm titik 2 dan 3 sebesar 66.80
dBA dan 59.46 dBA. Lsm untuk empat titik pengukuran lainnya masih
memenuhi baku tingkat kebisingan.
3. Berdasarkan peta sebaran Pada hari pertama titik yang memiliki tingkat
kebisingan paling tinggi adalah titik 2 yaitu 63.08 dBA, dan paling
rendah pada titik 5 sebesar 54.24 dBA. Pada hari kedua, tingkat
kebisingan paling tinggi adalah pada titik 2 yaitu 63,50 dBA dan paling
rendah pada titik 5 sebesar 49,82 dBA. Pada pengukuran hari ketiga,
tingkat kebisingan paling tinggi adalah pada titik 66,80 dBA dan paling
rendah pada titik 5 sebesar 49,68 dBA.
5.2 Saran
1. Pada penelitian selanjutnya sebaiknya titik sampling pengukuran lebih
dekat dengan sumber bising, seperti jalan besar dan juga pos parkir.
Tingkat kebisingan di area pos parkir akan lebih tinggi karena dekat
dengan sumber bising yaitu pintu masuk kendaraan bermotor ke tempat
parkir, selain itu di pos parkir terdapat petugas yang berpotensi menerima
paparan bising terus-menerus.
2. Pada penelitian selanjutnya sebaiknya dilakukan penambahan titik
sampling untuk lebih mengetahui sebaran kebisingan di area GKB yang
lebih akurat.
3. Pada penelitian selanjutnya sebaiknya dilakukan pengukuran kebisingan
di depan atau di luar ruang kelas karena selasar luar kelas juga
merupakan titik yang cukup bising menurut reponden.
4. Perlu adanya ruangan yang disediakan bagi mahasiswa yang ingin
melakukan diskusi atau rapat, agar kebisingan yang ada di luar kelas
dapat berkurang dan tidak mengganggu proses belajar-mengajar dan
menganggu kenyamana mahasiswa di luar kelas.
5. Pada penelitian selanjutnya, ketika melakukan pemetaan sebaiknya
menggunakan software yang bisa memetakan kontur kebisingan sesuai
dengan kondisi lokasi pengukuran.
DAFTAR PUSTAKA
Ambika N.,; Nitesh C.,; Dr. Payal P. 2015. Noise Mapping in Mumbai City,
India,International Journal of Innovative Science & Tehnology, Vol 2
Issue 3 (2015). http://www.ijiset.com
Ayuningtyas, Dyah. 2010. Pengendalian Bising Lalu-Lintas Sekolah mengah.
Studi Kasus : SMPN 115 Jakarta dan SMAN 37 Jakarta. PS Teknik
Lingkungan Universitas Indonesia
Buchari (2007), Kebisingan Industri dan Hearing Conservation Program,
Repository USU
Cunniff, F Patrick. 1977. Environmental Noise Pollution. University of Maryland.
United States of America
Djalante, S., 2010, Analisis Tingkat Kebisingan di Jalan Raya yang Menggunakan
Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas (APIL) (Studi Kasus: Simpang Ade
Swalayan), Jurnal SMARTek, Volume 8 Nomor 4 November 2010, Hal.
280-300.
Feidihal. 2007. Tingkat Kebisingan Dan Pengaruhnya Terhadap Mahasiswa Di
Bengkel Teknik Mesin Politeknik Negeri Padang. Politeknik Negeri
Padang. Padang.
Ibrahim, Shatha AJ. 2015. Noise Mapping of the Campus of the College of
Engineering /The University of Al-Mustansiriyah. Journal of
Environmental & Earth Science Vol.5, No.4 (2015). http://www.iiste.org
Jagniatkins, Aleksandras; Boris Fiks; Oleksandr Zaphorozhets. 2015. Annual
assesment of transport noise using representative time
measurement.Procedia Engineering 134 (2016) page 301-308.
http://www.elsevier.com/locate/procedia
KLH. 1996. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. Kep-
48/MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan. Sekretariat Negara,
Jakarta.
Leksono, Rangga Adi. 2009. Gambaran Kebisingan Di Area Kerja Shop C-D
Unit Usaha Jembatan PT Bukaka Teknik Utama. Universitas Indonesia.
Depok