Anda di halaman 1dari 334

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 50 TAHUN 2011

TENTANG

RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL

TAHUN 2010 - 2025

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 9 ayat (1)


Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang
Kepariwisataan perlu menetapkan Peraturan Pemerintah
tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan
Nasional Tahun 2010 - 2025;

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara


Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang


Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4966);

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG RENCANA INDUK


PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN
2010-2025.

BAB I . . .
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
-2-

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:

1. Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang


terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi
serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud
kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi
antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama
wisatawan, Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan
pengusaha.

2. Pembangunan adalah suatu proses perubahan ke


arah yang lebih baik yang di dalamnya meliputi
upaya-upaya perencanaan, implementasi dan
pengendalian, dalam rangka penciptaan nilai tambah
sesuai yang dikehendaki.

3. Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan


Nasional yang selanjutnya disebut dengan
RIPPARNAS adalah dokumen perencanaan
pembangunan kepariwisataan nasional untuk periode
15 (lima belas) tahun terhitung sejak tahun 2010
sampai dengan tahun 2025.

4. Daerah Tujuan Pariwisata yang selanjutnya disebut


Destinasi Pariwisata adalah kawasan geografis yang
berada dalam satu atau lebih wilayah administratif
yang di dalamnya terdapat Daya Tarik Wisata,
Fasilitas Umum, Fasilitas Pariwisata, aksesibilitas,
serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi
terwujudnya Kepariwisataan.

5. Destinasi . . .
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
-3-

5. Destinasi Pariwisata Nasional yang selanjutnya


disingkat DPN adalah Destinasi Pariwisata yang
berskala nasional.

6. Kawasan Strategis Pariwisata Nasional yang


selanjutnya disingkat KSPN adalah kawasan yang
memiliki fungsi utama pariwisata atau memiliki
potensi untuk pengembangan pariwisata nasional
yang mempunyai pengaruh penting dalam satu atau
lebih aspek, seperti pertumbuhan ekonomi, sosial dan
budaya, pemberdayaan sumber daya alam, daya
dukung lingkungan hidup, serta pertahanan dan
keamanan.

7. Perwilayahan Pembangunan DPN adalah hasil


perwilayahan Pembangunan Kepariwisataan yang
diwujudkan dalam bentuk DPN, dan KSPN.

8. Daya Tarik Wisata adalah segala sesuatu yang


memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa
keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil
buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan
kunjungan wisatawan.

9. Aksesibilitas Pariwisata adalah semua jenis sarana


dan prasarana transportasi yang mendukung
pergerakan wisatawan dari wilayah asal wisatawan ke
Destinasi Pariwisata maupun pergerakan di dalam
wilayah Destinasi Pariwisata dalam kaitan dengan
motivasi kunjungan wisata.

10. Prasarana Umum adalah kelengkapan dasar fisik


suatu lingkungan yang pengadaannya
memungkinkan suatu lingkungan dapat beroperasi
dan berfungsi sebagaimana semestinya.

11. Fasilitas . . .
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
-4-

11. Fasilitas Umum adalah sarana pelayanan dasar fisik


suatu lingkungan yang diperuntukkan bagi
masyarakat umum dalam melakukan aktifitas
kehidupan keseharian.
12. Fasilitas Pariwisata adalah semua jenis sarana yang
secara khusus ditujukan untuk mendukung
penciptaan kemudahan, kenyamanan, keselamatan
wisatawan dalam melakukan kunjungan ke Destinasi
Pariwisata.
13. Pemberdayaan Masyarakat adalah upaya untuk
meningkatkan kesadaran, kapasitas, akses, dan
peran masyarakat, baik secara individu maupun
kelompok, dalam memajukan kualitas hidup,
kemandirian, dan kesejahteraan melalui kegiatan
Kepariwisataan.
14. Pemasaran Pariwisata adalah serangkaian proses
untuk menciptakan, mengkomunikasikan,
menyampaikan produk wisata dan mengelola relasi
dengan wisatawan untuk mengembangkan
Kepariwisataan dan seluruh pemangku
kepentingannya.
15. Industri Pariwisata adalah kumpulan Usaha
Pariwisata yang saling terkait dalam rangka
menghasilkan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan
kebutuhan wisatawan dalam penyelenggaraan
pariwisata.
16. Kelembagaan Kepariwisataan adalah kesatuan unsur
beserta jaringannya yang dikembangkan secara
terorganisasi, meliputi Pemerintah, Pemerintah
Daerah, swasta dan masyarakat, sumber daya
manusia, regulasi dan mekanisme operasional, yang
secara berkesinambungan guna menghasilkan
perubahan ke arah pencapaian tujuan di bidang
Kepariwisataan.

17. Organisasi . . .
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
-5-

17. Organisasi Kepariwisataan adalah institusi baik di


lingkungan Pemerintah maupun swasta yang
berhubungan dengan penyelenggaraan kegiatan
Kepariwisataan.

18. Sumber Daya Manusia Pariwisata yang selanjutnya


disingkat SDM Pariwisata adalah tenaga kerja yang
pekerjaannya terkait secara langsung dan tidak
langsung dengan kegiatan Kepariwisataan.

19. Usaha Pariwisata adalah usaha yang menyediakan


barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan
wisatawan dan penyelenggaraan pariwisata.

20. Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat kepada


usaha dan pekerja pariwisata untuk mendukung
peningkatan mutu produk pariwisata, pelayanan dan
pengelolaan Kepariwisataan.

21. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah,


adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang
kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

22. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan


urusan pemerintahan di bidang Kepariwisataan.

23. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati atau


Walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan daerah.

BAB II . . .
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
-6-

BAB II
PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL

Pasal 2

(1) Pembangunan kepariwisataan nasional meliputi:


a. Destinasi Pariwisata;
b. Pemasaran Pariwisata;
c. Industri Pariwisata; dan
d. Kelembagaan Kepariwisataan.
(2) Pembangunan kepariwisataan nasional sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan berdasarkan
RIPPARNAS.
(3) RIPPARNAS sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
memuat:
a. visi;
b. misi;
c. tujuan;
d. sasaran; dan
e. arah pembangunan kepariwisataan nasional
dalam kurun waktu tahun 2010 sampai dengan
tahun 2025.
(4) Visi pembangunan kepariwisataan nasional
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a adalah
terwujudnya Indonesia sebagai negara tujuan
pariwisata berkelas dunia, berdaya saing,
berkelanjutan, mampu mendorong pembangunan
daerah dan kesejahteraan rakyat.
(5) Dalam mewujudkan visi pembangunan
kepariwisataan nasional sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) ditempuh melalui 4 (empat) misi
pembangunan kepariwisataan nasional meliputi
pengembangan:

a. Destinasi . . .
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
-7-

a. Destinasi Pariwisata yang aman, nyaman,


menarik, mudah dicapai, berwawasan
lingkungan, meningkatkan pendapatan nasional,
daerah dan masyarakat;
b. Pemasaran Pariwisata yang sinergis, unggul, dan
bertanggung jawab untuk meningkatkan
kunjungan wisatawan nusantara dan
mancanegara;
c. Industri Pariwisata yang berdaya saing, kredibel,
menggerakkan kemitraan usaha, dan
bertanggung jawab terhadap lingkungan alam
dan sosial budaya; dan
d. Organisasi Pemerintah, Pemerintah Daerah,
swasta dan masyarakat, sumber daya manusia,
regulasi, dan mekanisme operasional yang efektif
dan efisien dalam rangka mendorong
terwujudnya Pembangunan Kepariwisataan yang
berkelanjutan.

(6) Tujuan pembangunan kepariwisataan nasional


sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf c adalah:

a. meningkatkan kualitas dan kuantitas Destinasi


Pariwisata;
b. mengkomunikasikan Destinasi Pariwisata
Indonesia dengan menggunakan media
pemasaran secara efektif, efisien dan
bertanggung jawab;
c. mewujudkan Industri Pariwisata yang mampu
menggerakkan perekonomian nasional; dan
d. mengembangkan Kelembagaaan Kepariwisataan
dan tata kelola pariwisata yang mampu
mensinergikan Pembangunan Destinasi
Pariwisata, Pemasaran Pariwisata, dan Industri
Pariwisata secara profesional, efektif dan efisien.

(7) Sasaran . . .
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
-8-

(7) Sasaran pembangunan kepariwisataan nasional


sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf d adalah
peningkatan:

a. jumlah kunjungan wisatawan mancanegara;


b. jumlah pergerakan wisatawan nusantara;
c. jumlah penerimaan devisa dari wisatawan
mancanegara;
d. jumlah pengeluaran wisatawan nusantara; dan
e. produk domestik bruto di bidang Kepariwisataan.

(8) Arah pembangunan kepariwisataan nasional


sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf e
meliputi pembangunan kepariwisataan nasional
dilaksanakan:

a. dengan berdasarkan prinsip Pembangunan


Kepariwisataan yang berkelanjutan;
b. dengan orientasi pada upaya peningkatan
pertumbuhan, peningkatan kesempatan kerja,
pengurangan kemiskinan, serta pelestarian
lingkungan;
c. dengan tata kelola yang baik;
d. secara terpadu secara lintas sektor, lintas
daerah, dan lintas pelaku; dan
e. dengan mendorong kemitraan sektor publik dan
privat.

Pasal 3

Pelaksanaan RIPPARNAS sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 2 diselenggarakan secara terpadu oleh Pemerintah
dan Pemerintah Daerah sesuai kewenangannya, dunia
usaha, dan masyarakat.

Pasal 4 . . .
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
-9-

Pasal 4

(1) RIPPARNAS menjadi pedoman bagi pembangunan


kepariwisataan nasional.

(2) RIPPARNAS sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


menjadi pedoman penyusunan Rencana Induk
Pembangunan Kepariwisataan Provinsi.

(3) RIPPARNAS dan Rencana Induk Pembangunan


Kepariwisataan Provinsi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2) menjadi pedoman
penyusunan Rencana Induk Pembangunan
Kepariwisataan Kabupaten/Kota.

Pasal 5

Untuk mensinergikan penyusunan Rencana Induk


Pembangunan Kepariwisataan Provinsi dan Rencana
Induk Pembangunan Kepariwisataan Kabupaten/Kota,
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, Pemerintah
Daerah dapat melakukan konsultasi dan koordinasi
dengan Menteri.

Pasal 6

Indikator sasaran pembangunan kepariwisataan nasional


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (7) tercantum
dalam Lampiran I yang tidak terpisahkan dari Peraturan
Pemerintah ini.

Pasal 7 . . .
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
- 10 -

Pasal 7

Arah pembangunan kepariwisataan nasional


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (8) menjadi
dasar arah kebijakan, strategi, dan indikasi program
pembangunan kepariwisataan nasional dalam kurun
waktu tahun 2010 sampai dengan tahun 2025 yang
meliputi Pembangunan:

a. DPN;
b. Pemasaran pariwisata nasional;
c. Industri pariwisata nasional; dan
d. Kelembagaan kepariwisataan nasional.

BAB III
PEMBANGUNAN DPN

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 8

Pembangunan DPN sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 7 huruf a meliputi:
a. Perwilayahan Pembangunan DPN;
b. Pembangunan Daya Tarik Wisata;
c. Pembangunan Aksesibilitas Pariwisata;
d. Pembangunan Prasarana Umum, Fasilitas Umum dan
Fasilitas Pariwisata;
e. Pemberdayaan Masyarakat melalui Kepariwisataan;
dan
f. pengembangan investasi di bidang pariwisata.

Bagian Kedua . . .
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
- 11 -

Bagian Kedua
Perwilayahan Pembangunan DPN

Pasal 9

Perwilayahan Pembangunan DPN sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 8 huruf a meliputi:

a. DPN; dan
b. KSPN.

Pasal 10

(1) DPN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf a


ditentukan dengan kriteria:

a. merupakan kawasan geografis dengan cakupan


wilayah provinsi dan/atau lintas provinsi yang di
dalamnya terdapat kawasan-kawasan
pengembangan pariwisata nasional, yang
diantaranya merupakan KSPN;
b. memiliki Daya Tarik Wisata yang berkualitas dan
dikenal secara luas secara nasional dan
internasional, serta membentuk jejaring produk
wisata dalam bentuk pola pemaketan produk
dan pola kunjungan wisatawan;
c. memiliki kesesuaian tema Daya Tarik Wisata
yang mendukung penguatan daya saing;
d. memiliki dukungan jejaring aksesibilitas dan
infrastruktur yang mendukung pergerakan
wisatawan dan kegiatan Kepariwisataan; dan
e. memiliki keterpaduan dengan rencana sektor
terkait.

(2) KSPN . . .
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
- 12 -

(2) KSPN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf b


ditentukan dengan kriteria:

a. memiliki fungsi utama pariwisata atau potensi


pengembangan pariwisata;
b. memiliki sumber daya pariwisata potensial untuk
menjadi Daya Tarik Wisata unggulan dan
memiliki citra yang sudah dikenal secara luas;
c. memiliki potensi pasar, baik skala nasional
maupun khususnya internasional;
d. memiliki posisi dan peran potensial sebagai
penggerak investasi;
e. memiliki lokasi strategis yang berperan menjaga
persatuan dan keutuhan wilayah;
f. memiliki fungsi dan peran strategis dalam
menjaga fungsi dan daya dukung lingkungan
hidup;
g. memiliki fungsi dan peran strategis dalam usaha
pelestarian dan pemanfaatan aset budaya,
termasuk di dalamnya aspek sejarah dan
kepurbakalaan;
h. memiliki kesiapan dan dukungan masyarakat;
i. memiliki kekhususan dari wilayah;
j. berada di wilayah tujuan kunjungan pasar
wisatawan utama dan pasar wisatawan potensial
nasional; dan
k. memiliki potensi kecenderungan produk wisata
masa depan.

(3) Pembangunan DPN dan KSPN sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 9 dilaksanakan secara
bertahap dengan kriteria prioritas memiliki:

a. komponen destinasi yang siap untuk


dikembangkan;

b. posisi . . .
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
- 13 -

b. posisi dan peran efektif sebagai penarik investasi


yang strategis;
c. posisi strategis sebagai simpul penggerak
sistemik Pembangunan Kepariwisataan di
wilayah sekitar baik dalam konteks regional
maupun nasional;
d. potensi kecenderungan produk wisata masa
depan;
e. kontribusi yang signifikan dan/atau prospek
yang positif dalam menarik kunjungan
wisatawan mancanegara dan wisatawan
nusantara dalam waktu yang relatif cepat;
f. citra yang sudah dikenal secara luas;
g. kontribusi terhadap pengembangan keragaman
produk wisata di Indonesia; dan
h. keunggulan daya saing internasional.

Pasal 11

(1) Perwilayahan DPN sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 9 terdiri dari:

a. 50 (lima puluh) DPN yang tersebar di 33 (tiga


puluh tiga) provinsi; dan
b. 88 (delapan puluh delapan) KSPN yang tersebar
di 50 (lima puluh) DPN.

(2) Peta perwilayahan DPN sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) tercantum dalam Lampiran II dan Lampiran
III yang tidak terpisahkan dari Peraturan Pemerintah
ini.

Pasal 12

Arah kebijakan Pembangunan DPN dan KSPN meliputi:

a. perencanaan . . .
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
- 14 -

a. perencanaan Pembangunan DPN dan KSPN;


b. penegakan regulasi Pembangunan DPN dan KSPN;
dan
c. pengendalian implementasi Pembangunan DPN dan
KSPN.

Pasal 13

(1) Strategi untuk perencanaan Pembangunan DPN dan


KSPN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12
huruf a meliputi:
a. menyusun rencana induk dan rencana detail
Pembangunan DPN dan KSPN; dan
b. menyusun regulasi tata bangunan dan tata
lingkungan DPN dan KSPN.
(2) Strategi untuk penegakan regulasi Pembangunan
DPN dan KSPN sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 12 huruf b dilakukan melalui monitoring dan
pengawasan oleh Pemerintah terhadap penerapan
rencana detail DPN dan KSPN.
(3) Strategi untuk pengendalian implementasi rencana
Pembangunan DPN dan KSPN sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 12 huruf c dilakukan melalui
peningkatan koordinasi antara Pemerintah,
Pemerintah Daerah, pelaku usaha dan masyarakat.
(4) KSPN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf b
ditetapkan dengan Keputusan Presiden.

Bagian Ketiga . . .
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
- 15 -

Bagian Ketiga
Pembangunan Daya Tarik Wisata

Pasal 14

(1) Pembangunan Daya Tarik Wisata sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 8 huruf b meliputi:

a. Daya Tarik Wisata alam;


b. Daya Tarik Wisata budaya; dan
c. Daya Tarik Wisata hasil buatan manusia.

(2) Pembangunan Daya Tarik Wisata sebagaimana


dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan berdasarkan
prinsip menjunjung tinggi nilai agama dan budaya,
serta keseimbangan antara upaya pengembangan
manajemen atraksi untuk menciptakan Daya Tarik
Wisata yang berkualitas, berdaya saing, serta
mengembangkan upaya konservasi untuk menjaga
kelestarian dan keberlanjutan sumber dayanya.

Pasal 15

Arah kebijakan Pembangunan Daya Tarik Wisata


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1), meliputi:

a. perintisan pengembangan Daya Tarik Wisata dalam


rangka mendorong pertumbuhan DPN dan
pengembangan daerah;
b. Pembangunan Daya Tarik Wisata untuk
meningkatkan kualitas dan daya saing produk dalam
menarik minat dan loyalitas segmen pasar yang ada;
c. pemantapan Daya Tarik Wisata untuk meningkatkan
daya saing produk dalam menarik kunjungan ulang
wisatawan dan segmen pasar yang lebih luas; dan

d. revitalisasi . . .
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
- 16 -

d. revitalisasi Daya Tarik Wisata dalam upaya


peningkatan kualitas, keberlanjutan dan daya saing
produk dan DPN.

Pasal 16

(1) Strategi untuk perintisan pengembangan Daya Tarik


Wisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15
huruf a, meliputi:
a. mengembangkan Daya Tarik Wisata baru di
Destinasi Pariwisata yang belum berkembang
Kepariwisataannya; dan
b. memperkuat upaya pengelolaan potensi
Kepariwisataan dan lingkungan dalam
mendukung upaya perintisan.
(2) Strategi untuk Pembangunan Daya Tarik Wisata
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf b,
meliputi:
a. mengembangkan inovasi manajemen produk dan
kapasitas Daya Tarik Wisata untuk mendorong
akselerasi perkembangan DPN; dan
b. memperkuat upaya konservasi potensi
Kepariwisataan dan lingkungan dalam
mendukung intensifikasi Daya Tarik Wisata.
(3) Strategi untuk pemantapan Daya Tarik Wisata
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf c,
meliputi :
a. mengembangkan diversifikasi atau keragaman
nilai Daya Tarik Wisata dalam berbagai tema
terkait; dan
b. memperkuat upaya penataan ruang wilayah dan
konservasi potensi Kepariwisataan dan
lingkungan dalam mendukung diversifikasi Daya
Tarik Wisata.

(4) Strategi . . .
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
- 17 -

(4) Strategi untuk revitalisasi Daya Tarik Wisata


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf d,
meliputi:
a. revitalisasi struktur, elemen dan aktivitas yang
menjadi penggerak kegiatan Kepariwisataan pada
Daya Tarik Wisata; dan
b. memperkuat upaya penataan ruang wilayah dan
konservasi potensi Kepariwisataan dan
lingkungan dalam mendukung revitalisasi daya
tarik dan kawasan di sekitarnya.

Bagian Keempat
Pembangunan Aksesibilitas Pariwisata

Pasal 17

(1) Pembangunan Aksesibilitas Pariwisata, meliputi:


a. penyediaan dan pengembangan sarana
transportasi angkutan jalan, sungai, danau dan
penyeberangan, angkutan laut, angkutan udara,
dan angkutan kereta api;
b. penyediaan dan pengembangan prasarana
transportasi angkutan jalan, sungai, danau dan
penyeberangan, angkutan laut, angkutan udara,
dan angkutan kereta api; dan
c. penyediaan dan pengembangan sistem
transportasi angkutan jalan, sungai, danau dan
penyeberangan, angkutan laut, angkutan udara,
dan angkutan kereta api.
(2) Pembangunan Aksesibilitas Pariwisata sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dimaksudkan untuk
mendukung pengembangan Kepariwisataan dan
pergerakan wisatawan menuju destinasi dan
pergerakan wisatawan di dalam DPN.

Pasal 18 . . .
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
- 18 -

Pasal 18

Arah kebijakan penyediaan dan pengembangan sarana


transportasi angkutan jalan, sungai, danau dan
penyeberangan, angkutan laut, angkutan udara, dan
angkutan kereta api sebagaimana dimaksud dalam Pasal
17 ayat (1) huruf a, meliputi:

a. pengembangan dan peningkatan kemudahan akses


dan pergerakan wisatawan menuju destinasi dan
pergerakan wisatawan di DPN; dan
b. pengembangan dan peningkatan kenyamanan dan
keamanan pergerakan wisatawan menuju destinasi
dan pergerakan wisatawan di DPN.

Pasal 19

(1) Strategi untuk pengembangan dan peningkatan


kemudahan akses dan pergerakan wisatawan
menuju destinasi dan pergerakan wisatawan di DPN
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 huruf a,
meliputi:

a. meningkatkan ketersediaan moda transportasi


sebagai sarana pergerakan wisatawan menuju
destinasi dan pergerakan wisatawan di DPN
sesuai kebutuhan dan perkembangan pasar;
b. meningkatkan kecukupan kapasitas angkut
moda transportasi menuju destinasi dan
pergerakan wisatawan di Destinasi Pariwisata
sesuai kebutuhan dan perkembangan pasar; dan
c. mengembangkan keragaman atau diversifikasi
jenis moda transportasi menuju destinasi dan
pergerakan wisatawan di Destinasi Pariwisata
sesuai kebutuhan dan perkembangan pasar.

(2) Strategi . . .
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
- 19 -

(2) Strategi untuk pengembangan dan peningkatan


kenyamanan dan keamanan pergerakan wisatawan
menuju destinasi dan pergerakan wisatawan di DPN
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 huruf b,
meliputi mengembangkan dan meningkatkan
kualitas:

a. kenyamanan moda transportasi menuju destinasi


dan pergerakan wisatawan di DPN sesuai
kebutuhan dan perkembangan pasar; dan
b. keamanan moda transportasi untuk menjamin
keselamatan perjalanan wisatawan menuju
destinasi dan pergerakan wisatawan di DPN.

Pasal 20

Arah kebijakan penyediaan dan pengembangan


prasarana transportasi angkutan jalan, sungai, danau
dan penyeberangan, angkutan laut, angkutan udara, dan
angkutan kereta api sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 17 ayat (1) huruf b, meliputi:

a. pengembangan dan peningkatan kemudahan akses


terhadap prasarana transportasi sebagai simpul
pergerakan yang menghubungkan lokasi asal
wisatawan menuju destinasi dan pergerakan
wisatawan di DPN;
b. pengembangan dan peningkatan keterhubungan
antara DPN dengan pintu gerbang wisata regional
dan/atau nasional maupun keterhubungan antar
komponen daya tarik dan simpul-simpul pergerakan
di dalam DPN; dan
c. pengembangan dan peningkatan kenyamanan
perjalanan menuju destinasi dan pergerakan
wisatawan di dalam DPN.

Pasal 21 . . .
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
- 20 -

Pasal 21

(1) Strategi untuk pengembangan dan peningkatan


kemudahan akses terhadap prasarana transportasi
sebagai simpul pergerakan yang menghubungkan
lokasi asal wisatawan menuju destinasi dan
pergerakan wisatawan di DPN sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 20 huruf a, meliputi meningkatkan:
a. ketersediaan prasarana simpul pergerakan moda
transportasi pada lokasi-lokasi strategis di DPN
sesuai kebutuhan dan perkembangan pasar; dan
b. keterjangkauan prasarana simpul pergerakan
moda transportasi dari pusat-pusat kegiatan
pariwisata di DPN.
(2) Strategi untuk pengembangan dan peningkatan
keterhubungan antara DPN dengan pintu gerbang
wisata regional dan/atau nasional maupun
keterhubungan antar komponen daya tarik dan
simpul-simpul pergerakan di dalam DPN sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 20 huruf b, meliputi
mengembangkan dan meningkatkan:
a. jaringan transportasi penghubung antara DPN
dengan pintu gerbang wisata regional dan/atau
nasional maupun keterhubungan antar komponen
daya tarik dan simpul-simpul pergerakan di dalam
DPN; dan
b. keterpaduan jaringan infrastruktur transportasi
antara pintu gerbang wisata dan DPN serta
komponen yang ada di dalamnya yang
mendukung kemudahan transfer intermoda.
(3) Strategi untuk pengembangan dan peningkatan
kenyamanan perjalanan menuju destinasi dan
pergerakan wisatawan di dalam DPN sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 20 huruf c, meliputi
mengembangkan dan meningkatkan kualitas dan
kapasitas:

a. jaringan . . .
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
- 21 -

a. jaringan transportasi untuk mendukung


kemudahan, kenyamanan dan keselamatan
pergerakan wisatawan sesuai kebutuhan dan
perkembangan pasar; dan
b. fasilitas persinggahan di sepanjang koridor
pergerakan wisata di dalam DPN sesuai
kebutuhan dan perkembangan pasar.

Pasal 22

Arah kebijakan penyediaan dan pengembangan sistem


transportasi angkutan jalan, sungai, danau dan
penyeberangan, angkutan laut, angkutan udara, dan
angkutan kereta api sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 17 ayat (1) huruf c, meliputi:
a. peningkatan kemudahan pergerakan wisatawan
dengan memanfaatkan beragam jenis moda
transportasi secara terpadu; dan
b. peningkatan kemudahan akses terhadap informasi
berbagai jenis moda transportasi dalam rangka
perencanaan perjalanan wisata.

Pasal 23

(1) Strategi untuk peningkatan kemudahan pergerakan


wisatawan dengan memanfaatkan beragam jenis
moda transportasi secara terpadu sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 22 huruf a diwujudkan dalam
bentuk Pembangunan sistem transportasi dan
pelayanan terpadu di DPN.
(2) Strategi untuk peningkatan kemudahan akses
terhadap informasi berbagai jenis moda transportasi
dalam rangka perencanaan perjalanan wisata
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 huruf b,
meliputi mengembangkan dan meningkatkan:

a. ketersediaan . . .
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
- 22 -

a. ketersediaan informasi pelayanan transportasi


berbagai jenis moda dari pintu gerbang wisata ke
DPN; dan
b. kemudahan reservasi moda transportasi berbagai
jenis moda.

Pasal 24

(1) Pembangunan Aksesibilitas Pariwisata sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) diselenggarakan
oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Badan Usaha
Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, swasta dan
masyarakat.
(2) Pembangunan Aksesibilitas Pariwisata dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan-
undangan.

Bagian Kelima
Pembangunan Prasarana Umum, Fasilitas Umum, dan
Fasilitas Pariwisata

Pasal 25

Arah kebijakan Pembangunan Prasarana Umum,


Fasilitas Umum, dan Fasilitas Pariwisata meliputi:

a. pengembangan Prasarana Umum, Fasilitas Umum,


dan Fasilitas Pariwisata dalam mendukung perintisan
pengembangan DPN;
b. peningkatan Prasarana Umum, kualitas Fasilitas
Umum, dan Fasilitas Pariwisata yang mendukung
pertumbuhan, meningkatkan kualitas dan daya saing
DPN; dan

c. pengendalian . . .
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
- 23 -

c. pengendalian Prasarana Umum, Pembangunan


Fasilitas Umum, dan Fasilitas Pariwisata bagi
destinasi-destinasi pariwisata yang sudah melampaui
ambang batas daya dukung.

Pasal 26

(1) Strategi untuk pengembangan Prasarana Umum,


Fasilitas Umum, dan Fasilitas Pariwisata dalam
mendukung perintisan DPN sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 25 huruf a, meliputi:

a. mendorong pemberian insentif untuk


pengembangan Prasarana Umum, Fasilitas
Umum, dan Fasilitas Pariwisata dalam
mendukung perintisan Destinasi Pariwisata;
b. meningkatkan fasilitasi Pemerintah untuk
pengembangan Prasarana Umum, Fasilitas
Umum, dan Fasilitas Pariwisata atas inisiatif
swasta; dan
c. merintis dan mengembangkan Prasarana Umum,
Fasilitas Umum, dan Fasilitas Pariwisata untuk
mendukung kesiapan Destinasi Pariwisata dan
meningkatkan daya saing Destinasi Pariwisata.

(2) Strategi untuk peningkatan kualitas Prasarana


Umum, Fasilitas Umum, dan Fasilitas Pariwisata
dalam mendukung pertumbuhan, meningkatkan
kualitas dan daya saing DPN sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 25 huruf b, meliputi:

a. mendorong dan menerapkan berbagai skema


kemitraan antara Pemerintah dan swasta;
b. mendorong dan menerapkan berbagai skema
kemandirian pengelolaan; dan

c. mendorong . . .
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
- 24 -

c. mendorong penerapan Prasarana Umum, Fasilitas


Umum, dan Fasilitas Pariwisata yang memenuhi
kebutuhan wisatawan berkebutuhan khusus.

(3) Strategi untuk pengendalian Pembangunan Prasarana


Umum, Fasilitas Umum, dan Fasilitas Pariwisata bagi
destinasi-destinasi pariwisata yang sudah melampaui
ambang batas daya dukung sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 25 huruf c, meliputi:

a. menyusun regulasi perijinan untuk menjaga daya


dukung lingkungan; dan
b. mendorong penegakan peraturan perundang-
undangan.

Pasal 27

Pemberian insentif dalam Pembangunan Prasarana


Umum, Fasilitas Umum, dan Fasilitas Pariwisata
didasarkan pada ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Bagian Keenam
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kepariwisataan

Pasal 28

Arah kebijakan Pemberdayaan Masyarakat melalui


Kepariwisataan meliputi:

a. pengembangan potensi, kapasitas dan partisipasi


masyarakat melalui Pembangunan Kepariwisataan;
b. optimalisasi pengarusutamaan gender melalui
Pembangunan Kepariwisataan;

c. peningkatan . . .
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
- 25 -

c. peningkatan potensi dan kapasitas sumber daya lokal


melalui pengembangan usaha produktif di bidang
pariwisata;
d. penyusunan regulasi dan pemberian insentif untuk
mendorong perkembangan industri kecil dan
menengah dan Usaha Pariwisata skala usaha mikro,
kecil dan menengah yang dikembangkan masyarakat
lokal sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
e. penguatan kemitraan rantai nilai antar usaha di
bidang Kepariwisataan;
f. perluasan akses pasar terhadap produk industri kecil
dan menengah dan Usaha Pariwisata skala usaha
mikro, kecil dan menengah yang dikembangkan
masyarakat lokal;
g. peningkatan akses dan dukungan permodalan dalam
upaya mengembangkan produk industri kecil dan
menengah dan Usaha Pariwisata skala usaha mikro,
kecil dan menengah yang dikembangkan masyarakat
lokal;
h. peningkatan kesadaran dan peran masyarakat serta
pemangku kepentingan terkait dalam mewujudkan
sapta pesona untuk menciptakan iklim kondusif
Kepariwisataan setempat; dan
i. peningkatan motivasi dan kemampuan masyarakat
dalam mengenali dan mencintai bangsa dan tanah air
melalui perjalanan wisata nusantara.

Pasal 29

(1) Strategi untuk pengembangan potensi, kapasitas dan


partisipasi masyarakat sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 28 huruf a, meliputi:

a. memetakan . . .
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
- 26 -

a. memetakan potensi dan kebutuhan penguatan


kapasitas masyarakat lokal dalam pengembangan
Kepariwisataan;
b. memberdayakan potensi dan kapasitas
masyarakat lokal dalam pengembangan
Kepariwisataan; dan
c. menguatkan kelembagaan masyarakat dan
Pemerintah di tingkat lokal guna mendorong
kapasitas dan peran masyarakat dalam
pengembangan Kepariwisataan.

(2) Strategi untuk optimalisasi pengarusutamaan gender


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 huruf b,
meliputi:

a. meningkatkan pemahaman dan kesadaran


masyarakat tentang pengarusutamaan gender
dalam pengembangan pariwisata; dan
b. meningkatkan peran masyarakat dalam perspektif
kesetaraan gender dalam pengembangan
Kepariwisataan di daerah.

(3) Strategi untuk peningkatan potensi dan kapasitas


sumber daya lokal sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 28 huruf c, meliputi:

a. meningkatkan pengembangan potensi sumber


daya lokal sebagai Daya Tarik Wisata berbasis
kelokalan dalam kerangka Pemberdayaan
Masyarakat melalui pariwisata;
b. mengembangkan potensi sumber daya lokal
melalui desa wisata;
c. meningkatkan kualitas produk industri kecil dan
menengah sebagai komponen pendukung produk
wisata di Destinasi Pariwisata; dan

d. meningkatkan . . .
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
- 27 -

d. meningkatkan kemampuan berusaha pelaku


Usaha Pariwisata skala usaha mikro, kecil dan
menengah yang dikembangkan masyarakat lokal.
(4) Strategi untuk penyusunan regulasi dan pemberian
insentif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28
huruf d, meliputi:
a. mendorong pemberian insentif dan kemudahan
bagi pengembangan industri kecil dan menengah
dan Usaha Pariwisata skala usaha mikro, kecil
dan menengah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan; dan
b. mendorong pelindungan terhadap kelangsungan
industri kecil dan menengah dan Usaha
Pariwisata skala usaha mikro, kecil dan menengah
di sekitar Destinasi Pariwisata.
(5) Strategi untuk penguatan kemitraan rantai nilai antar
usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28
huruf e, meliputi:
a. mendorong kemitraan antar usaha Kepariwisataan
dengan industri kecil dan menengah dan usaha
mikro, kecil dan menengah; dan
b. meningkatkan kualitas produk industri kecil dan
menengah dan layanan jasa Kepariwisataan yang
dikembangkan usaha mikro, kecil dan menengah
dalam memenuhi standar pasar.
(6) Strategi untuk perluasan akses pasar terhadap
produk industri kecil dan menengah dan Usaha
Pariwisata skala usaha mikro, kecil dan menengah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 huruf f,
meliputi:
a. memperkuat akses dan jejaring industri kecil dan
menengah dan Usaha Pariwisata skala usaha
mikro, kecil dan menengah dengan sumber
potensi pasar dan informasi global; dan

b. meningkatkan . . .
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
- 28 -

b. meningkatkan tanggung jawab sosial dan


lingkungan perusahaan dalam upaya memperluas
akses pasar terhadap produk industri kecil dan
menengah dan Usaha Pariwisata skala usaha
mikro, kecil dan menengah.

(7) Strategi untuk peningkatan akses dan dukungan


permodalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28
huruf g, meliputi:

a. mendorong pemberian insentif dan kemudahan


terhadap akses permodalan bagi Usaha Pariwisata
skala usaha mikro, kecil dan menengah dalam
pengembangan usaha sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan; dan
b. mendorong pemberian bantuan permodalan untuk
mendukung perkembangan industri kecil dan
menengah dan Usaha Pariwisata skala usaha
mikro, kecil dan menengah di sekitar Destinasi
Pariwisata.

(8) Strategi untuk peningkatan kesadaran dan peran


masyarakat serta pemangku kepentingan terkait
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 huruf h,
meliputi:

a. meningkatkan pemahaman, dan kesadaran


masyarakat tentang sadar wisata dalam
mendukung pengembangan Kepariwisataan di
daerah;
b. meningkatkan peran serta masyarakat dalam
mewujudkan sadar wisata bagi penciptaan iklim
kondusif Kepariwisataan setempat;
c. meningkatkan peran dan kapasitas masyarakat
dan polisi pariwisata dalam menciptakan iklim
kondusif Kepariwisataan; dan

d. meningkatkan . . .
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
- 29 -

d. meningkatkan kualitas jejaring media dalam


mendukung upaya Pemberdayaan Masyarakat di
bidang pariwisata.
(9) Strategi untuk peningkatan motivasi dan kemampuan
masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28
huruf i, meliputi:
a. mengembangkan pariwisata sebagai investasi
pengetahuan; dan
b. meningkatkan kuantitas dan kualitas informasi
pariwisata nusantara kepada masyarakat.

Bagian Ketujuh
Pengembangan Investasi di Bidang Pariwisata

Pasal 30

Arah kebijakan pengembangan investasi di bidang


pariwisata meliputi:
a. peningkatan pemberian insentif investasi di bidang
pariwisata sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
b. peningkatan kemudahan investasi di bidang
pariwisata; dan
c. peningkatan promosi investasi di bidang pariwisata.

Pasal 31

(1) Strategi untuk peningkatan pemberian insentif


investasi di bidang pariwisata sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 30 huruf a, meliputi:
a. mengembangkan mekanisme keringanan fiskal
untuk menarik investasi modal asing di bidang
pariwisata sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang keuangan; dan

b. mengembangkan . . .
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
- 30 -

b. mengembangkan mekanisme keringanan fiskal


untuk mendorong investasi dalam negeri di bidang
pariwisata sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang keuangan.

(2) Strategi untuk peningkatan kemudahan investasi di


bidang pariwisata sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 30 huruf b, meliputi:

a. melaksanakan debirokratisasi investasi di bidang


pariwisata; dan
b. melaksanakan deregulasi peraturan yang
menghambat perizinan.

(3) Strategi untuk peningkatan promosi investasi di


bidang pariwisata sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 30 huruf c, meliputi:

a. menyediakan informasi peluang investasi di


Destinasi Pariwisata;
b. meningkatkan promosi investasi di bidang
pariwisata di dalam negeri dan di luar negeri; dan
c. meningkatkan sinergi promosi investasi di bidang
pariwisata dengan sektor terkait.

BAB IV
PEMBANGUNAN PEMASARAN
PARIWISATA NASIONAL

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 32

Pembangunan Pemasaran Pariwisata nasional meliputi:

a. pengembangan . . .
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
- 31 -

a. pengembangan pasar wisatawan;


b. pengembangan citra pariwisata;
c. pengembangan kemitraan Pemasaran Pariwisata; dan
d. pengembangan promosi pariwisata.

Bagian Kedua
Pengembangan Pasar Wisatawan

Pasal 33

Arah kebijakan pengembangan pasar wisatawan


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 huruf a,
diwujudkan dalam bentuk pemantapan segmen pasar
wisatawan massal dan pengembangan segmen ceruk
pasar untuk mengoptimalkan pengembangan Destinasi
Pariwisata dan dinamika pasar global.

Pasal 34

Strategi untuk pemantapan segmen pasar wisatawan


massal dan pengembangan segmen ceruk pasar
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 meliputi:

a. meningkatkan pemasaran dan promosi untuk


mendukung penciptaan Destinasi Pariwisata yang
diprioritaskan;
b. meningkatkan akselerasi pemasaran dan promosi
pada pasar utama, baru, dan berkembang;
c. mengembangkan pemasaran dan promosi untuk
meningkatkan pertumbuhan segmen ceruk pasar;
d. mengembangkan promosi berbasis tema tertentu;
e. meningkatkan akselerasi pergerakan wisatawan di
seluruh Destinasi Pariwisata; dan

f. meningkatkan . . .
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
- 32 -

f. meningkatkan intensifikasi pemasaran wisata


konvensi, insentif dan pameran yang diselenggarakan
oleh sektor lain.

Bagian Ketiga
Pengembangan Citra Pariwisata

Pasal 35

Arah kebijakan pengembangan citra pariwisata


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 huruf b, meliputi:

a. peningkatan dan pemantapan citra pariwisata


Indonesia secara berkelanjutan baik citra pariwisata
nasional maupun citra pariwisata destinasi; dan
b. peningkatan citra pariwisata Indonesia sebagai
Destinasi Pariwisata yang aman, nyaman, dan
berdaya saing.

Pasal 36

(1) Strategi untuk peningkatan dan pemantapan citra


pariwisata Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 35 huruf a, meliputi:
a. meningkatkan dan memantapkan pemosisian citra
pariwisata nasional di antara para pesaing; dan
b. meningkatkan dan memantapkan pemosisian citra
pariwisata destinasi.
(2) Peningkatan dan pemantapan pemosisian citra
pariwisata nasional di antara para pesaing
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
didasarkan kepada kekuatan-kekuatan utama yang
meliputi:
a. karakter geografis kepulauan;

b. nilai . . .
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
- 33 -

b. nilai spiritualitas dan kearifan lokal;


c. keanekaragaman hayati alam dan budaya;
d. kepulauan yang kaya akan rempah-rempah; dan
e. ikon-ikon lain yang dikenal luas baik secara
nasional maupun di dunia internasional.
(3) Peningkatan dan pemantapan pemosisian citra
pariwisata destinasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b didasarkan kepada kekuatan-
kekuatan utama yang dimiliki masing-masing
Destinasi Pariwisata.

(4) Strategi untuk peningkatan citra pariwisata Indonesia


sebagai Destinasi Pariwisata yang aman, nyaman, dan
berdaya saing sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35
huruf b, diwujudkan melalui promosi, diplomasi, dan
komunikasi.

Bagian Keempat
Pengembangan Kemitraan Pemasaran Pariwisata

Pasal 37

Arah kebijakan pengembangan kemitraan Pemasaran


Pariwisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32
huruf c diwujudkan dalam bentuk pengembangan
kemitraan pemasaran yang terpadu, sinergis,
berkesinambungan dan berkelanjutan.

Pasal 38

Strategi untuk pengembangan kemitraan pemasaran


terpadu, sinergis, berkesinambungan dan berkelanjutan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37, meliputi
meningkatkan:

a. keterpaduan . . .
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
- 34 -

a. keterpaduan sinergis promosi antar pemangku


kepentingan pariwisata nasional; dan
b. strategi pemasaran berbasis pada pemasaran yang
bertanggung jawab, yang menekankan tanggung
jawab terhadap masyarakat, sumber daya lingkungan
dan wisatawan.

Bagian Kelima
Pengembangan Promosi Pariwisata

Pasal 39

Arah kebijakan pengembangan promosi pariwisata


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 huruf d, meliputi:

a. penguatan dan perluasan eksistensi promosi


pariwisata Indonesia di dalam negeri; dan
b. penguatan dan perluasan eksistensi promosi
pariwisata Indonesia di luar negeri.

Pasal 40

(1) Strategi untuk penguatan dan perluasan eksistensi


promosi pariwisata Indonesia di dalam negeri
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 huruf a,
meliputi:

a. menguatkan fungsi dan peran promosi pariwisata


di dalam negeri; dan
b. menguatkan dukungan, koordinasi dan
sinkronisasi terhadap Badan Promosi Pariwisata
Indonesia dan Badan Promosi Pariwisata Daerah.

(2) Strategi . . .
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
- 35 -

(2) Strategi untuk penguatan dan perluasan eksistensi


promosi pariwisata Indonesia di luar negeri
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 huruf b,
meliputi:

a. menguatkan fasilitasi, dukungan, koordinasi, dan


sinkronisasi terhadap promosi pariwisata
Indonesia di luar negeri, dan
b. menguatkan fungsi dan keberadaan promosi
pariwisata Indonesia di luar negeri.

(3) Penguatan fungsi dan keberadaan promosi pariwisata


Indonesia di luar negeri sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf b dilakukan melalui fasilitasi program
kemitraan antara pelaku promosi pariwisata
Indonesia di dalam negeri dengan pelaku promosi
pariwisata Indonesia yang berada di luar negeri.

BAB V
PEMBANGUNAN INDUSTRI
PARIWISATA NASIONAL

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 41

Pembangunan Industri Pariwisata nasional meliputi :

a. penguatan struktur Industri Pariwisata;


b. peningkatan daya saing produk pariwisata;
c. pengembangan kemitraan Usaha Pariwisata;
d. penciptaan kredibilitas bisnis; dan
e. pengembangan tanggung jawab terhadap lingkungan.

Bagian Kedua . . .
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
- 36 -

Bagian Kedua
Penguatan Struktur Industri Pariwisata

Pasal 42

Arah kebijakan penguatan struktur Industri Pariwisata


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 huruf a
diwujudkan dalam bentuk penguatan fungsi, hierarki,
dan hubungan antar mata rantai pembentuk Industri
Pariwisata untuk meningkatkan daya saing Industri
Pariwisata.

Pasal 43

Strategi untuk penguatan fungsi, hierarki, dan hubungan


antar mata rantai pembentuk Industri Pariwisata
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42, meliputi:

a. meningkatkan sinergitas dan keadilan distributif


antar mata rantai pembentuk Industri Pariwisata;
b. menguatkan fungsi, hierarki, dan hubungan antar
Usaha Pariwisata sejenis untuk meningkatkan daya
saing; dan
c. menguatkan mata rantai penciptaan nilai tambah
antara pelaku Usaha Pariwisata dan sektor terkait.

Bagian Ketiga
Peningkatan Daya Saing Produk Pariwisata

Pasal 44

Peningkatan daya saing produk pariwisata sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 41 huruf b, meliputi:

a. daya . . .
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
- 37 -

a. daya saing Daya Tarik Wisata;


b. daya saing Fasilitas Pariwisata; dan
c. daya saing aksesibilitas.

Pasal 45

Arah kebijakan peningkatan daya saing Daya Tarik


Wisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 huruf a
diwujudkan dalam bentuk pengembangan kualitas dan
keragaman usaha Daya Tarik Wisata.

Pasal 46

Strategi untuk pengembangan kualitas dan keragaman


usaha Daya Tarik Wisata sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 45, meliputi:

a. mengembangkan manajemen atraksi;


b. memperbaiki kualitas interpretasi;
c. menguatkan kualitas produk wisata; dan
d. meningkatkan pengemasan produk wisata.

Pasal 47

Arah kebijakan peningkatan daya saing Fasilitas


Pariwisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44
huruf b diwujudkan dalam bentuk pengembangan
kapasitas dan kualitas fungsi dan layanan Fasilitas
Pariwisata yang memenuhi standar internasional dan
mengangkat unsur keunikan dan kekhasan lokal.

Pasal 48 . . .
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
- 38 -

Pasal 48

Strategi untuk pengembangan kapasitas dan kualitas


fungsi dan layanan Fasilitas Pariwisata sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 47 meliputi:

a. mendorong dan meningkatkan standardisasi dan


Sertifikasi Usaha Pariwisata;
b. mengembangkan skema fasilitasi untuk mendorong
pertumbuhan Usaha Pariwisata skala usaha mikro,
kecil dan menengah; dan
c. mendorong pemberian insentif untuk menggunakan
produk dan tema yang memiliki keunikan dan
kekhasan lokal.

Pasal 49

Arah kebijakan peningkatan daya saing aksesibilitas


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 huruf c
diwujudkan dalam bentuk pengembangan kapasitas dan
kualitas layanan jasa transportasi yang mendukung
kemudahan perjalanan wisatawan ke Destinasi
Pariwisata.

Pasal 50

Strategi untuk pengembangan kapasitas dan kualitas


layanan jasa transportasi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 49 dilaksanakan melalui peningkatan etika bisnis
dalam pelayanan usaha transportasi pariwisata.

Bagian Keempat . . .
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
- 39 -

Bagian Keempat
Pengembangan Kemitraan Usaha Pariwisata

Pasal 51

Arah kebijakan pengembangan kemitraan Usaha


Pariwisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41
huruf c diwujudkan dalam bentuk pengembangan skema
kerja sama antara Pemerintah, Pemerintah Daerah, dunia
usaha, dan masyarakat.

Pasal 52

Strategi untuk pengembangan skema kerja sama


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 meliputi:
a. menguatkan kerja sama antara Pemerintah,
Pemerintah Daerah, dunia usaha, dan masyarakat;
b. menguatkan implementasi kerja sama antara
Pemerintah, Pemerintah Daerah, dunia usaha, dan
masyarakat; dan
c. menguatkan monitoring dan evaluasi kerja sama
antara Pemerintah, Pemerintah Daerah, dunia usaha,
dan masyarakat.

Bagian Kelima
Penciptaan Kredibilitas Bisnis

Pasal 53

Arah kebijakan penciptaan kredibilitas bisnis


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 huruf d,
diwujudkan dalam bentuk pengembangan manajemen
dan pelayanan Usaha Pariwisata yang kredibel dan
berkualitas.

Pasal 54 . . .
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
- 40 -

Pasal 54

Strategi untuk pengembangan manajemen dan pelayanan


Usaha Pariwisata yang kredibel dan berkualitas
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 meliputi:
a. menerapkan standardisasi dan Sertifikasi Usaha
Pariwisata yang mengacu pada prinsip-prinsip dan
standar internasional dengan mengoptimalkan
pemanfaatan sumber daya lokal;
b. menerapkan sistem yang aman dan tepercaya dalam
transaksi bisnis secara elektronik; dan
c. mendukung penjaminan usaha melalui regulasi dan
fasilitasi.

Bagian Keenam
Pengembangan Tanggung Jawab Terhadap Lingkungan

Pasal 55

Arah kebijakan pengembangan tanggung jawab terhadap


lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41
huruf e diwujudkan dalam bentuk pengembangan
manajemen Usaha Pariwisata yang mengacu kepada
prinsip-prinsip Pembangunan pariwisata berkelanjutan,
kode etik pariwisata dunia dan ekonomi hijau.

Pasal 56

Strategi untuk pengembangan manajemen Usaha


Pariwisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55
meliputi:
a. mendorong tumbuhnya ekonomi hijau di sepanjang
mata rantai Usaha Pariwisata; dan
b. mengembangkan manajemen Usaha Pariwisata yang
peduli terhadap pelestarian lingkungan dan budaya.

BAB VI . . .
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
- 41 -

BAB VI
PEMBANGUNAN KELEMBAGAAN KEPARIWISATAAN NASIONAL

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 57

Pembangunan Kelembagaan Kepariwisataan meliputi:


a. penguatan Organisasi Kepariwisataan;
b. pembangunan SDM Pariwisata; dan
c. penyelenggaraan penelitian dan pengembangan.

Bagian Kedua
Penguatan Organisasi Kepariwisataan

Pasal 58

Arah kebijakan penguatan Organisasi Kepariwisataan


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57 huruf a, meliputi:
a. reformasi birokrasi kelembagaan dan penguatan
mekanisme kinerja organisasi untuk mendukung misi
Kepariwisataan sebagai portofolio pembangunan
nasional;
b. memantapkan Organisasi Kepariwisataan dalam
mendukung pariwisata sebagai pilar strategis
pembangunan nasional;
c. mengembangkan dan menguatkan Organisasi
Kepariwisataan yang menangani bidang Pemasaran
Pariwisata;
d. mengembangkan dan menguatkan Organisasi
Kepariwisataan yang menangani bidang Industri
Pariwisata; dan

e. mengembangkan . . .
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
- 42 -

e. mengembangkan dan menguatkan Organisasi


Kepariwisataan yang menangani bidang Destinasi
Pariwisata.

Pasal 59

(1) Strategi untuk akselerasi reformasi birokrasi


kelembagaan dan penguatan mekanisme kinerja
organisasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58
huruf a, meliputi:

a. menguatkan tata kelola Organisasi


Kepariwisataan dalam struktur kementerian;
b. menguatkan kemampuan perencanaan,
pelaksanaan, dan pengawasan program
Pembangunan Kepariwisataan; dan
c. menguatkan mekanisme sinkronisasi dan
harmonisasi program Pembangunan
Kepariwisataan baik secara internal kementerian
maupun lintas sektor.

(2) Strategi untuk pemantapan Organisasi


Kepariwisataan dalam mendukung pariwisata sebagai
pilar strategis pembangunan nasional sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 58 huruf b, meliputi:

a. menguatkan fungsi strategis Kepariwisataan


dalam menghasilkan devisa;
b. meningkatkan Usaha Pariwisata terkait;
c. meningkatkan Pemberdayaan Masyarakat; dan
d. meningkatkan pelestarian lingkungan.

(3) Strategi untuk pengembangan dan penguatan


Organisasi Kepariwisataan yang menangani bidang
Pemasaran Pariwisata sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 58 huruf c, meliputi:

a. menguatkan . . .
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
- 43 -

a. menguatkan struktur dan fungsi organisasi


bidang pemasaran di tingkat Pemerintah;
b. memfasilitasi terbentuknya Badan Promosi
Pariwisata Indonesia; dan
c. menguatkan kemitraan antara Badan Promosi
Pariwisata Indonesia dan Pemerintah dalam
pembangunan kepariwisataan nasional.

(4) Strategi untuk pengembangan dan penguatan


Organisasi Kepariwisataan yang menangani bidang
Industri Pariwisata sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 58 huruf d, meliputi:

a. memfasilitasi pembentukan Gabungan Industri


Pariwisata Indonesia; dan
b. menguatkan kemitraan antara Gabungan Industri
Pariwisata Indonesia dan Pemerintah dalam
pembangunan kepariwisataan nasional.

(5) Strategi untuk pengembangan dan penguatan


Organisasi Kepariwisataan yang menangani bidang
Destinasi Pariwisata sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 58 huruf e, meliputi:

a. menguatkan struktur dan fungsi organisasi


bidang pengembangan destinasi di tingkat
Pemerintah;
b. memfasilitasi terbentuknya organisasi
pengembangan destinasi; dan
c. menguatkan kemitraan antara organisasi
pengembangan destinasi dan Pemerintah dalam
pembangunan kepariwisataan nasional.

Bagian Ketiga . . .
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
- 44 -

Bagian Ketiga
Pembangunan Sumber Daya Manusia Pariwisata

Pasal 60

Pembangunan SDM Pariwisata sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 57 huruf b, meliputi:
a. SDM Pariwisata di tingkat Pemerintah; dan
b. SDM Pariwisata di dunia usaha dan masyarakat.

Pasal 61

Arah kebijakan Pembangunan SDM Pariwisata di tingkat


Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 60 huruf a, diwujudkan dalam bentuk peningkatan
kapasitas dan kapabilitas SDM Pariwisata.

Pasal 62

Strategi untuk peningkatan kapasitas dan kapabilitas


SDM Pariwisata di lingkungan Pemerintah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 61, meliputi:
a. meningkatkan kemampuan dan profesionalitas
pegawai;
b. meningkatkan kualitas pegawai bidang
Kepariwisataan; dan
c. meningkatkan kualitas sumber daya manusia
pengelola pendidikan dan latihan bidang
Kepariwisataan.

Pasal 63 . . .
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
- 45 -

Pasal 63

Arah kebijakan Pembangunan SDM Pariwisata di dunia


usaha dan masyarakat sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 60 huruf b diwujudkan dalam bentuk peningkatan
kualitas dan kuantitas SDM Pariwisata.

Pasal 64

Strategi untuk Pembangunan SDM Pariwisata di dunia


usaha dan masyarakat sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 63, meliputi:
a. meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya
manusia yang memiliki sertifikasi kompetensi di
setiap Destinasi Pariwisata;
b. meningkatkan kemampuan kewirausahaan di bidang
Kepariwisataan; dan
c. meningkatkan kualitas dan kuantitas lembaga
pendidikan Kepariwisataan yang terakreditasi.

Bagian Keempat
Penyelenggaraan Penelitian dan Pengembangan

Pasal 65
Arah kebijakan penyelenggaraan penelitian dan
pengembangan untuk mendukung Pembangunan
Kepariwisataan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57
huruf c, meliputi:
a. peningkatan penelitian yang berorientasi pada
pengembangan Destinasi Pariwisata;
b. peningkatan penelitian yang berorientasi pada
pengembangan Pemasaran Pariwisata;
c. peningkatan penelitian yang berorientasi pada
pengembangan Industri Pariwisata; dan

d. peningkatan . . .
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
- 46 -

d. peningkatan penelitian yang berorientasi pada


pengembangan kelembagaan dan SDM Pariwisata.

Pasal 66

(1) Strategi untuk peningkatan penelitian yang


berorientasi pada pengembangan Destinasi Pariwisata
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 65 huruf a,
meliputi:
a. meningkatkan penelitian dalam rangka
pengembangan Daya Tarik Wisata;
b. meningkatkan penelitian dalam rangka
pengembangan aksesibilitas dan/atau
transportasi Kepariwisataan dalam mendukung
daya saing DPN;
c. meningkatkan penelitian dalam rangka
pengembangan Prasarana Umum, Fasilitas Umum
dan Fasilitas Pariwisata dalam mendukung daya
saing DPN;
d. meningkatkan penelitian dalam rangka
memperkuat Pemberdayaan Masyarakat melalui
Kepariwisataan; dan
e. meningkatkan penelitian dalam rangka
pengembangan dan peningkatan investasi di
bidang pariwisata.
(2) Strategi untuk peningkatan penelitian yang
berorientasi pada pengembangan Pemasaran
Pariwisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 65
huruf b, meliputi:
a. meningkatkan penelitian pasar wisatawan dalam
rangka pengembangan pasar baru dan
pengembangan produk;

b. meningkatkan . . .
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
- 47 -

b. meningkatkan penelitian dalam rangka


pengembangan dan penguatan citra pariwisata
Indonesia;
c. meningkatkan penelitian dalam rangka
pengembangan kemitraan Pemasaran Pariwisata;
dan
d. meningkatkan penelitian dalam rangka
peningkatan peran promosi pariwisata Indonesia
di luar negeri.

(3) Strategi untuk peningkatan penelitian yang


berorientasi pada pengembangan Industri Pariwisata
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 65 huruf c,
meliputi:

a. meningkatkan penelitian dalam rangka penguatan


Industri Pariwisata;
b. meningkatkan penelitian dalam rangka
peningkatan daya saing produk pariwisata;
c. meningkatkan penelitian dalam rangka
pengembangan kemitraan Usaha Pariwisata;
d. meningkatkan penelitian dalam rangka
penciptaan kredibilitas bisnis; dan
e. meningkatkan penelitian dalam rangka
pengembangan tanggung jawab terhadap
lingkungan.

(4) Strategi untuk peningkatan penelitian yang


berorientasi pada pengembangan kelembagaan dan
SDM Pariwisata sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 65 huruf d, meliputi:

a. meningkatkan penelitian dalam rangka


pengembangan Organisasi Kepariwisataan; dan
b. meningkatkan penelitian dalam rangka
pengembangan SDM Pariwisata.

BAB VII . . .
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
- 48 -

BAB VII
INDIKASI PROGRAM
PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL

Pasal 67

(1) Rincian indikasi program pembangunan


kepariwisataan nasional dalam kurun waktu
tahun 2010 sampai dengan tahun 2025 sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dan Pasal 7 dan
penanggung jawab pelaksanaannya tercantum dalam
Lampiran IV yang tidak terpisahkan dari Peraturan
Pemerintah ini.
(2) Indikasi program pembangunan kepariwisataan
nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan sesuai dengan tahapan Rencana
Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) dan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJM).
(3) Dalam pelaksanaan indikasi program pembangunan
kepariwisataan nasional sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), kementerian/lembaga sebagai penanggung
jawab didukung oleh kementerian/lembaga terkait
lainnya dan Pemerintah Daerah.
(4) Dalam pelaksanaan indikasi program pembangunan
kepariwisataan nasional sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), dapat didukung oleh dunia usaha dan
masyarakat.

BAB VIII
PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN

Pasal 68
(1) Pemerintah melakukan pengawasan dan pengendalian
pelaksanaan RIPPARNAS.

(2) Pengawasan . . .
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
- 49 -

(2) Pengawasan dan pengendalian dilakukan sesuai dengan


ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB IX
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 69

Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku:

a. semua peraturan perundang-undangan yang terkait


dengan Pembangunan Kepariwisataan yang telah
ada dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak
bertentangan atau belum diganti berdasarkan
Peraturan Pemerintah ini.
b. semua perjanjian kerja sama yang telah dilakukan
antar Pemerintah dan/atau dengan pihak lain yang
berkaitan dengan Pembangunan Kepariwisataan di
luar Perwilayahan Pembangunan DPN sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 11 tetap berlaku sampai
dengan berakhirnya masa perjanjian.

BAB X
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 70

Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal


diundangkan.

Agar . . .
  

LAMPIRAN I
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 50 TAHUN 2011
TENTANG
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL
TAHUN 2010 - 2025

SASARAN PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL 2010 – 2025

Sasaran strategis pembangunan kepariwisataan nasional sampai dengan tahun 2025 dituangkan dalam sejumlah indikator pencapaian sebagai
berikut:

KONDISI Sampai Dengan Tahun 2025


INDIKATOR
Tahun (2008)* Pesimis Optimis
1. Kunjungan Wisman (juta) 6.4 15 20
2. Kunjungan Wisnus (juta) 225 328 371
3. Penerimaan Devisa dari Wisman (US$ milyar) 7.3 15 17
4. Pengeluaran Wisnus (triliun) 123.17 229.6 259.7
5. PDB pariwisata (%) 4,7 5.0 6.0
* sumber : nesparnas (neraca satelit pariwisata nasional), 2008
Salinan sesuai dengan aslinya PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI
Asisten Deputi Perundang-undangan
Bidang Politik dan Kesejahteraan Rakyat,
ttd.

Wisnu Setiawan DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO


LAMPIRAN II
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 50 TAHUN 2011
TENTANG
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL
TAHUN 2010 - 2025

PETA PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN 50 (LIMA PULUH) DESTINASI PARIWISATA NASIONAL

1. JABARAN 222 (DUA RATUS DUA PULUH DUA) KAWASAN PENGEMBANGAN PARIWISATA NASIONAL (KPPN) DI 50 (LIMA PULUH)
DESTINASI PARIWISATA NASIONAL DAN 88 (DELAPAN PULUH DELAPAN) KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL (KSPN)

KAWASAN PENGEMBANGAN
PROVINSI DESTINASI PARIWISATA NASIONAL (DPN)
PARIWISATA NASIONAL (KPPN)
1. KPPN Banda Aceh Kota dan sekitarnya
1. NANGROE ACEH 2. KPPN Weh dan sekitarnya 1. DPN BANDA ACEH–WEH dan sekitarnya
DARUSSALAM 3. KPPN Takengon dan sekitarnya
4. KPPN Simeulue dan sekitarnya
5. KPPN Nias Barat dan sekitarnya 2. DPN NIAS–SIMEULUE dan sekitarnya
6. KPPN Teluk Dalam dan sekitarnya
7. KPPN Medan Kota dan sekitarnya
2. SUMATERA UTARA 8. KPPN Tangkahan–Leuser dan sekitarnya
9. KPPN Bukit Lawang dan sekitarnya 3. DPN MEDAN–TOBA dan sekitarnya
10. KPPN Toba dan sekitarnya
11. KPPN Sibolga dan sekitarnya
-2-

KAWASAN PENGEMBANGAN
PROVINSI DESTINASI PARIWISATA NASIONAL (DPN)
PARIWISATA NASIONAL (KPPN)
12. KPPN Siberut dan sekitarnya
13. KPPN Sipora dan sekitarnya 4. DPN MENTAWAI–SIBERUT dan sekitarnya
14. KPPN Pagai Utara dan sekitarnya
15. KPPN Padang dan sekitarnya
16. KPPN Bukittinggi dan sekitarnya
3. SUMATERA BARAT
17. KPPN Singkarak dan sekitarnya
18. KPPN Batusangkar dan sekitarnya
5. DPN PADANG–BUKITTINGGI dan sekitarnya
19. KPPN Maninjau dan sekitarnya
20. KPPN Sawah Lunto dan sekitarnya
21. KPPN Pesisir Selatan dan sekitarnya
22. KPPN Muara Takus–Kampar dan sekitarnya
23. KPPN Pekanbaru Kota dan sekitarnya
24. KPPN Rupat–Bengkalis dan sekitarnya
4. RIAU 6. DPN PEKANBARU–RUPAT dan sekitarnya
25. KPPN Pulau Jemur–Rokan Hilir dan sekitarnya
26. KPPN Siak Inderapura dan sekitarnya
27. KPPN Bukit Tiga Puluh–Rengat dan sekitarnya
28. KPPN Jambi Kota dan sekitarnya
29. KPPN Muaro Jambi dan sekitarnya 7. DPN JAMBI–KERINCI SEBLAT dan sekitarnya
5. JAMBI
30. KPPN Berbak dan sekitarnya
31. KPPN Kerinci Seblat dan sekitarnya
6. KEPULAUAN RIAU 32. KPPN Nongsa dan sekitarnya 8. DPN BATAM–BINTAN dan sekitarnya
-3-

KAWASAN PENGEMBANGAN
PROVINSI DESTINASI PARIWISATA NASIONAL (DPN)
PARIWISATA NASIONAL (KPPN)
33. KPPN Nagoya–Batam Center dan sekitarnya
34. KPPN Galang–P. Abang dan sekitarnya
35. KPPN Lagoi–Bintan dan sekitarnya
36. KPPN Panyengat dan sekitarnya
37. KPPN Natuna dan sekitarnya
9. DPN NATUNA–ANAMBAS dan sekitarnya
38. KPPN Anambas dan sekitarnya
39. KPPN Pangkal Pinang–Sungai Liat dan
sekitarnya
40. KPPN Belinyu dan sekitarnya
7. BANGKA BELITUNG
41. KPPN Tanjung Kelayang–Belitung dan 10. DPN PALEMBANG–BABEL dan sekitarnya
sekitarnya
42. KPPN Punai–Belitung dan sekitarnya
43. KPPN Palembang Kota dan sekitarnya (Sungai
8. SUMATERA SELATAN Musi)
44. KPPN Pagaralam dan sekitarnya
45. KPPN Bengkulu Kota dan sekitarnya
46. KPPN Pantai Panjang dan sekitarnya 11. DPN BENGKULU–ENGGANO dan sekitarnya
9. BENGKULU
47. KPPN Rejanglebong dan sekitarnya
48. KPPN Enggano dan sekitarnya
49. KPPN Danau Ranau dan sekitarnya
10. LAMPUNG 12. DPN KRAKATAU–UJUNGKULON dan sekitarnya
50. KPPN Way Kambas dan sekitarnya
-4-

KAWASAN PENGEMBANGAN
PROVINSI DESTINASI PARIWISATA NASIONAL (DPN)
PARIWISATA NASIONAL (KPPN)
51. KPPN Bandar Lampung dan sekitarnya
52. KPPN Krui–Tanjung Setia dan sekitarnya
53. KPPN Bukit Barisan Selatan dan sekitarnya
54. KPPN Kalianda dan sekitarnya
55. KPPN Krakatau–Selat Sunda dan sekitarnya
56. KPPN Carita dan sekitarnya
57. KPPN Ujung Kulon dan sekitarnya
11. BANTEN
58. KPPN Serang–Banten Lama dan sekitarnya
59. KPPN Lebak–Badui dan sekitarnya
60. KPPN Kep Seribu dan sekitarnya
61. KPPN Kota Tua–Sunda Kelapa dan sekitarnya
12. DAERAH KHUSUS IBU KOTA 13. DPN JAKARTA–KEP SERIBU dan sekitarnya
62. KPPN Cbd Jakarta Kota dan sekitarnya
63. KPPN Cibubur–TMII dan sekitarnya
64. KPPN Puncak–Gede Pangrango dan sekitarnya
65. KPPN Bogor–Ciawi dan sekitarnya
14. DPN BOGOR–HALIMUN dan sekitarnya
66. KPPN Gunung Halimun dan sekitarnya
67. KPPN Pelabuhan Ratu dan sekitarnya
13. JAWA BARAT
68. KPPN Bandung Kota dan sekitarnya
69. KPPN Tangkuban Perahu dan sekitarnya
15. DPN BANDUNG–CIWIDEY dan sekitarnya
70. KPPN Lembang dan sekitarnya
71. KPPN Ciwidey dan sekitarnya
-5-

KAWASAN PENGEMBANGAN
PROVINSI DESTINASI PARIWISATA NASIONAL (DPN)
PARIWISATA NASIONAL (KPPN)
72. KPPN Tasikmalaya dan sekitarnya
73. KPPN Pangandaran dan sekitarnya
16. DPN PANGANDARAN–NUSAKAMBANGAN dan
74. KPPN Cilacap–Nusakambangan dan sekitarnya
sekitarnya
75. KPPN Baturaden dan sekitarnya
76. KPPN Karst Kebumen dan sekitarnya
77. KPPN Gedongsongo–Rawa Pening dan sekitarnya
78. KPPN Semarang Kota dan sekitarnya 17. DPN SEMARANG–KARIMUNJAWA dan
79. KPPN Karimunjawa–Semarang dan sekitarnya sekitarnya
80. KPPN Demak–Kudus dan sekitarnya
81. KPPN Solo Kota dan sekitarnya
14. JAWA TENGAH
82. KPPN Sangiran dan sekitarnya
83. KPPN Wonogiri dan sekitarnya
84. KPPN Cetho–Sukuh dan sekitarnya 18. DPN SOLO –SANGIRAN dan sekitarnya
85. KPPN Tawangmangu–Sarangan dan sekitarnya
86. KPPN Karst Pacitan dan sekitarnya
87. KPPN Karst Gunung Kidul dan sekitarnya
88. KPPN Borobudur–Mendut–Pawon dan sekitarnya
89. KPPN Dieng dan sekitarnya
19. DPN BOROBUDUR–YOGYAKARTA dan
90. KPPN Prambanan–Kalasan dan sekitarnya
15. DAERAH ISTIMEWA sekitarnya
91. KPPN Yogyakarta Kota dan sekitarnya
YOGYAKARTA
92. KPPN Pantai Selatan Yogyakarta dan sekitarnya
-6-

KAWASAN PENGEMBANGAN
PROVINSI DESTINASI PARIWISATA NASIONAL (DPN)
PARIWISATA NASIONAL (KPPN)
93. KPPN Merapi–Merbabu dan sekitarnya
94. KPPN Batu–Malang dan sekitarnya
95. KPPN Bromo–Tengger–Semeru dan sekitarnya 20. DPN BROMO–MALANG dan sekitarnya
96. KPPN Blitar–Kediri dan sekitarnya
97. KPPN Trowulan dan sekitarnya
98. KPPN Surabaya Kota dan sekitarnya
16. JAWA TIMUR 21. DPN SURABAYA–MADURA dan sekitarnya
99. KPPN Pamekasan dan sekitarnya
100. KPPN Sumenep dan sekitarnya
101. KPPN Ijen–Baluran dan sekitarnya
102. KPPN G Land–Alas Purwo dan sekitarnya 22. DPN IJEN–ALASPURWO dan sekitarnya
103. KPPN Meru Betiri dan sekitarnya
104. KPPN Bali Utara / Singaraja dan sekitarnya
105. KPPN Menjangan–Pemuteran dan sekitarnya
106. KPPN Taman Nasional Bali Barat dan sekitarnya
107. KPPN Bedugul dan sekitarnya
108. KPPN Kuta–Sanur–Nusa Dua dan sekitarnya
17. BALI 23. DPN BALI–NUSA LEMBONGAN dan sekitarnya
109. KPPN Nusa Penida dan sekitarnya
110. KPPN Ubud dan sekitarnya
111. KPPN Kintamani–Danau Batur dan sekitarnya
112. KPPN Besakih–Gunung Agung dan sekitarnya
113. KPPN Tulamben–Amed dan sekitarnya
-7-

KAWASAN PENGEMBANGAN
PROVINSI DESTINASI PARIWISATA NASIONAL (DPN)
PARIWISATA NASIONAL (KPPN)
114. KPPN Karangasem–Amuk dan sekitarnya
115. KPPN Rinjani dan sekitarnya
116. KPPN Gili Tramena dan sekitarnya
117. KPPN Mataram Kota dan sekitarnya
24. DPN LOMBOK – GILI TRAMENA dan sekitarnya
118. KPPN Pantai Selatan dan sekitarnya Lombok
18. NUSA TENGGARA BARAT 119. KPPN Praya–Sade dan sekitarnya
120. KPPN Sumbawa Barat dan sekitarnya
121. KPPN Moyo dan sekitarnya
122. KPPN Tambora dan sekitarnya 25. DPN MOYO–TAMBORA dan sekitarnya
123. KPPN Bima dan sekitarnya
124. KPPN Komodo dan sekitarnya
125. KPPN Labuhan Bajo dan sekitarnya 26. DPN KOMODO–RUTENG dan sekitarnya
126. KPPN Ruteng dan sekitarnya
127. KPPN Bajawa dan sekitarnya
128. KPPN Ende–Kelimutu dan sekitarnya 27. DPN KELIMUTU–MEUMERE dan sekitarnya
19. NUSA TENGGARA TIMUR 129. KPPN Meumere–Sikka dan sekitarnya
130. KPPN Waingapu–Laiwangi Wanggameti dan
sekitarnya
28. DPN SUMBA – WAIKABUBAK dan sekitarnya
131. KPPN Waikabubak–Manupeh Tanah Daru dan
sekitarnya
132. KPPN Larantuka dan sekitarnya 29. DPN ALOR–LEMBATA dan sekitarnya
-8-

KAWASAN PENGEMBANGAN
PROVINSI DESTINASI PARIWISATA NASIONAL (DPN)
PARIWISATA NASIONAL (KPPN)
133. KPPN Lamalera–Lembata dan sekitarnya
134. KPPN Alor–Kalabahi dan sekitarnya
135. KPPN Nemberala–Rotendao dan sekitarnya
30. DPN KUPANG–ROTENDAO dan sekitarnya
136. KPPN Kupang–Soe dan sekitarnya
137. KPPN Pontianak Kota dan sekitarnya
138. KPPN Singkawang dan sekitarnya 31. DPN PONTIANAK–SINGKAWANG dan sekitarnya
139. KPPN Sambas dan sekitarnya
140. KPPN Sentarum dan sekitarnya
20. KALIMANTAN BARAT 141. KPPN Betung Kerihun–Putusibau dan
sekitarnya 32. DPN SENTARUM–BETUNG KERIHUN dan
sekitarnya
142. KPPN Sintang dan sekitarnya
143. KPPN Bukit Raya–Bukit Baka dan sekitarnya
144. KPPN Gunung Palung dan sekitarnya
33. DPN PALANGKARAYA–TANJUNG PUTING dan
145. KPPN Tanjung Puting dan sekitarnya
21. KALIMANTAN TENGAH sekitarnya
146. KPPN Sebangau dan sekitarnya
147. KPPN Long Apari dan sekitarnya
148. KPPN Long Bagun dan sekitarnya 34. DPN LONG BAGUN–MELAK dan sekitarnya
149. KPPN Melak–Kersik Luway dan sekitarnya
22. KALIMANTAN TIMUR
150. KPPN Kota Bangun–Tanjung Isuy dan sekitarnya
35. DPN TENGGARONG–BALIKPAPAN dan
151. KPPN Tenggarong dan sekitarnya sekitarnya
152. KPPN Samarinda Kota dan sekitarnya
-9-

KAWASAN PENGEMBANGAN
PROVINSI DESTINASI PARIWISATA NASIONAL (DPN)
PARIWISATA NASIONAL (KPPN)
153. KPPN Bontang–Sangata dan sekitarnya
154. KPPN Balikpapan–Semboja dan sekitarnya
155. KPPN Tanjung Redeb dan sekitarnya
156. KPPN Derawan–Sangalaki dan sekitarnya 36. DPN DERAWAN–KAYAN MENTARANG dan
157. KPPN Kayan Mentarang dan sekitarnya sekitarnya
158. KPPN Tarakan dan sekitarnya
159. KPPN Martapura dan sekitarnya
37. DPN BANJARMASIN–MARTAPURA dan
23. KALIMANTAN SELATAN 160. KPPN Banjarmasin Kota dan sekitarnya
sekitarnya
161. KPPN Lhoksado dan sekitarnya
162. KPPN Makassar Kota dan sekitarnya
163. KPPN Maros Karst dan sekitarnya
164. KPPN Bulukumba dan sekitarnya 38. DPN MAKASSAR–TAKABONERATE dan
165. KPPN Sinjai dan sekitarnya sekitarnya
24. SULAWESI SELATAN 166. KPPN Selayar dan sekitarnya
167. KPPN Takabonerate dan sekitarnya
168. KPPN Sengkang dan sekitarnya
169. KPPN Toraja dan sekitarnya
170. KPPN Palopo dan sekitarnya
39. DPN TORAJA–LORELINDU dan sekitarnya
25. SULAWESI BARAT 171. KPPN Majene dan sekitarnya
172. KPPN Palu dan sekitarnya
26. SULAWESI TENGAH
173. KPPN Lore Lindu dan sekitarnya
- 10 -

KAWASAN PENGEMBANGAN
PROVINSI DESTINASI PARIWISATA NASIONAL (DPN)
PARIWISATA NASIONAL (KPPN)
174. KPPN Danau Poso dan sekitarnya
175. KPPN Banggai dan sekitarnya
176. KPPN Togean–Tomini dan sekitarnya
177. KPPN Gorontalo Kota–Limboto dan sekitarnya 40. DPN TOGEAN–GORONTALO dan sekitarnya
27. GORONTALO
178. KPPN Boalemo dan sekitarnya
179. KPPN Bogani Nani Wartabone dan sekitarnya
180. KPPN Manado Kota dan sekitarnya
181. KPPN Tomohon–Tondano dan sekitarnya
28. SULAWESI UTARA 182. KPPN Bunaken dan sekitarnya
41. DPN MANADO–BUNAKEN dan sekitarnya
183. KPPN Bitung–Lembeh dan sekitarnya
184. KPPN Likupang dan sekitarnya
185. KPPN Sangihe Talaud dan sekitarnya
186. KPPN Bau–Bau dan sekitarnya
187. KPPN Kendari dan sekitarnya
29. SULAWESI TENGGARA 42. DPN KENDARI–WAKATOBI dan sekitarnya
188. KPPN Rawa Aopa Watumohai dan sekitarnya
189. KPPN Wakatobi dan sekitarnya
190. KPPN Ternate dan sekitarnya
191. KPPN Tidore dan sekitarnya
30. MALUKU UTARA 192. KPPN Guraici dan sekitarnya 43. DPN HALMAHERA–MOROTAI dan sekitarnya
193. KPPN Maba dan sekitarnya
194. KPPN Tobelo dan sekitarnya
- 11 -

KAWASAN PENGEMBANGAN
PROVINSI DESTINASI PARIWISATA NASIONAL (DPN)
PARIWISATA NASIONAL (KPPN)
195. KPPN Morotai dan sekitarnya
196. KPPN Bandaneira dan sekitarnya
197. KPPN Ambon dan sekitarnya
198. KPPN Buru dan sekitarnya
31. MALUKU 44. DPN AMBON–BANDANEIRA dan sekitarnya
199. KPPN Manusela–Masohi dan sekitarnya
200. KPPN Tanimbar dan sekitarnya
201. KPPN Kai dan sekitarnya
202. KPPN Sorong dan sekitarnya
45. DPN SORONG–RAJA AMPAT dan sekitarnya
203. KPPN Raja Ampat dan sekitarnya
204. KPPN Teluk Bintuni dan sekitarnya
32. IRIAN JAYA BARAT
205. KPPN Manokwari dan sekitarnya
46. DPN MANOKWARI–FAK–FAK dan sekitarnya
206. KPPN Peg. Fak–Fak–Kumafa dan sekitarnya
207. KPPN Teluk Cenderawasih dan sekitarnya
208. KPPN Biak dan sekitarnya
209. KPPN Supiori dan sekitarnya
47. DPN BIAK–NUMFOR dan sekitarnya
210. KPPN Serui dan sekitarnya
211. KPPN Numfor dan sekitarnya
33. PAPUA
212. KPPN Jayapura Kota dan sekitarnya
213. KPPN Sentani dan sekitarnya
48. DPN SENTANI–WAMENA dan sekitarnya
214. KPPN Wamena dan sekitarnya
215. KPPN Jayawijaya dan sekitarnya
- 12 -

KAWASAN PENGEMBANGAN
PROVINSI DESTINASI PARIWISATA NASIONAL (DPN)
PARIWISATA NASIONAL (KPPN)
216. KPPN Timika –Lorenzt dan sekitarnya
217. KPPN Agats–Asmat dan sekitarnya
49. DPN TIMIKA–LORENZT dan sekitarnya
218. KPPN Paniai dan sekitarnya
219. KPPN C.A. Weyland dan sekitarnya
220. KPPN Wazur–Merauke dan sekitarnya
221. KPPN Danau Bian dan sekitarnya 50. DPN MERAUKE–WAZUR dan sekitarnya
222. KPPN Kimaan dan sekitarnya
- 13 -

2. PETA SEBARAN 50 (LIMA PULUH) DESTINASI PARIWISATA NASIONAL


- 14 -

3. PETA DETIL 50 (LIMA PULUH) DESTINAS PARIWISATA NASIONAL


- 15 -
- 16 -
- 17 -
- 18 -
- 19 -
- 20 -
- 21 -
- 22 -
- 23 -
- 24 -
- 25 -
- 26 -
- 27 -
- 28 -
- 29 -
- 30 -
- 31 -
- 32 -
- 33 -
- 34 -
- 35 -
- 36 -
- 37 -
- 38 -
- 39 -
- 40 -
- 41 -
- 42 -
- 43 -
- 44 -
- 45 -
- 46 -
- 47 -
- 48 -
- 49 -
- 50 -
- 51 -
- 52 -
- 53 -
- 54 -
- 55 -
- 56 -
- 57 -
- 58 -
- 59 -
- 60 -
- 61 -
- 62 -
- 63 -
- 64 -
- 65 -

4. PETA SEBARAN 50 (LIMA PULUH) DESTINASI PARIWISATA NASIONAL DAN 222 (DUA RATUS DUA PULUH DUA) KAWASAN
PENGEMBANGAN PARIWISATA NASIONAL
- 66 -

5. PETA SEBARAN 50 (LIMA PULUH) DESTINASI PARIWISATA NASIONAl, 222 (DUA RATUS DUA PULUH DUA) KAWASAN PENGEMBANGAN
PARIWISATA NASIONAL DAN 88 (DELAPAN PULUH DELAPAN) KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL

Salinan sesuai dengan aslinya PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,


KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI
Asisten Deputi Perundang-undangan
Bidang Politik dan Kesejahteraan Rakyat,
ttd.

Wisnu Setiawan DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO


 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
LAMPIRAN III
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 50 TAHUN 2011
TENTANG
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN
NASIONAL TAHUN 2010 - 2025

KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL

DAFTAR 88 (DELAPAN PULUH DELAPAN) KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL


1. KSPN. Kintamani–Danau Batur dan 12. KSPN. Toraja dan sekitarnya 24. KSPN. Sentarum dan sekitarnya
sekitarnya 13. KSPN. Ende–Kelimutu dan sekitarnya 25. KSPN. Bandaneira dan sekitarnya
2. KSPN. Komodo dan sekitarnya 14. KSPN. Kota Tua–Sunda Kelapa dan 26. KSPN. Weh dan sekitarnya
3. KSPN. Borobudur dan sekitarnya sekitarnya 27. KSPN. Kep Seribu dan sekitarnya
4. KSPN. Rinjani dan sekitarnya 15. KSPN. Tanjung Puting dan sekitarnya 28. KSPN. Ujung Kulon- Tj. Lesung dan sekitarnya
5. KSPN. Nongsa - Pulau Abang dan 16. KSPN. Teluk Dalam-Nias dan sekitarnya 29. KSPN. Togean–Tomini dan sekitarnya
sekitarnya 17. KSPN. Dieng dan sekitarnya 30. KSPN. Merapi–Merbabu dan sekitarnya
6. KSPN. Toba dan sekitarnya 18. KSPN. Wakatobi dan sekitarnya 31. KSPN. Karimunjawa dan sekitarnya
7. KSPN. Bukittinggi dan sekitarnya 19. KSPN. Pantai Selatan Lombok dan 32. KSPN. Tambora dan sekitarnya
8. KSPN. Bromo–Tengger–Semeru dan sekitarnya 33. KSPN. Tangkahan dan sekitarnya
sekitarnya 20. KSPN. Siberut dan sekitarnya 34. KSPN. Palembang Kota dan sekitarnya
9. KSPN. Bunaken dan sekitarnya 21. KSPN. Derawan–Sangalaki dan sekitarnya (Sungai Musi)
10. KSPN. Raja Ampat dan sekitarnya 22. KSPN. Bitung–Lembeh dan sekitarnya 35. KSPN. Tanjung Kelayang dan sekitarnya
11. KSPN. Pangandaran dan sekitarnya 23. KSPN. Singkarak dan sekitarnya 36. KSPN. Muaro Jambi dan sekitarnya
-2-

37. KSPN. Kerinci Seblat dan sekitarnya 58. KSPN. Kota Bangun–Tanjung Isuy dan 79. KSPN. Taman Nasional Bali Barat dan
38. KSPN. Trowulan dan sekitarnya sekitarnya sekitarnya
39. KSPN. Way Kambas dan sekitarnya 59. KSPN. Kayan Mentarang dan sekitarnya 80. KSPN. Tulamben–Amed dan sekitarnya
40. KSPN. Prambanan–Kalasan dan 60. KSPN. Ciwidey dan sekitarnya 81. KSPN. Bedugul dan sekitarnya
sekitarnya 61. KSPN. Tomohon–Tondano dan sekitarnya 82. KSPN. Nusa Penida dan sekitarnya
41. KSPN. Kuta–Sanur–Nusa Dua dan 62. KSPN. Danau Ranau dan sekitarnya 83. KSPN. Ubud dan sekitarnya
sekitarnya 63. KSPN. Biak dan sekitarnya 84. KSPN. Besakih–Gunung Agung dan sekitarnya
42. KSPN. Morotai dan sekitarnya 64. KSPN. Tangkuban Perahu dan sekitarnya 85. KSPN. Long Bagun dan sekitarnya
43. KSPN. Sentani dan sekitarnya 65. KSPN. Maninjau dan sekitarnya 86. KSPN. Sambas dan sekitarnya
44. KSPN. Sangiran dan sekitarnya 66. KSPN. Nemberala–Rotendao dan sekitarnya 87. KSPN. Gorontalo Kota–Limboto dan sekitarnya
45. KSPN. Takabonerate dan sekitarnya 67. KSPN. Pantai Selatan Yogya dan sekitarnya 88. KSPN. Wazur–Merauke dan sekitarnya
46. KSPN. Rupat dan sekitarnya 68. KSPN. Karst Gunung Kidul dan sekitarnya
47. KSPN. Agats–Asmat dan sekitarnya 69. KSPN. Halimun dan sekitarnya
48. KSPN. Pagaralam dan sekitarnya 70. KSPN. Ijen–Baluran dan sekitarnya
49. KSPN. Krakatau dan sekitarnya 71. KSPN. Waikabubak–Manupeh Tanah Daru
50. KSPN. Natuna dan sekitarnya dan sekitarnya
51. KSPN. Alor–Kalabahi dan sekitarnya 72. KSPN. Karangasem– Amuk dan sekitarnya
52. KSPN. Yogyakarta Kota dan 73. KSPN. Lagoi-Bintan dan sekitarnya
sekitarnya 74. KSPN. Enggano dan sekitarnya
53. KSPN. Lhoksado dan sekitarnya 75. KSPN. Bandung Kota dan sekitarnya
54. KSPN. Karst Pacitan dan sekitarnya 76. KSPN. Puncak–Gede Pangrango dan
55. KSPN. Bali Utara / Singaraja dan sekitarnya
sekitarnya 77. KSPN. Teluk Cenderawasih dan sekitarnya
56. KSPN. Gili Tramena dan sekitarnya 78. KSPN. Menjangan–Pemuteran dan
57. KSPN. Moyo dan sekitarnya sekitarnya
-3-

PETA SEBARAN 88 (DELAPAN PULUH DELAPAN) KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL


-4-
-5-
-6-
-7-
-8-
-9-
- 10 -
- 11 -
- 12 -
- 13 -
- 14 -
- 15 -
- 16 -
- 17 -
- 18 -
- 19 -
- 20 -
- 21 -
- 22 -
- 23 -
- 24 -
- 25 -
- 26 -
- 27 -
- 28 -
- 29 -
- 30 -
- 31 -
- 32 -
- 33 -
- 34 -
- 35 -
- 36 -
- 37 -
- 38 -
- 39 -
- 40 -
- 41 -
- 42 -
- 43 -
- 44 -
- 45 -
- 46 -
- 47 -
- 48 -
- 49 -
- 50 -
- 51 -
- 52 -
- 53 -
- 54 -
- 55 -
- 56 -
- 57 -
- 58 -
- 59 -
- 60 -
- 61 -
- 62 -
- 63 -
- 64 -
- 65 -
- 66 -
- 67 -
- 68 -
- 69 -
- 70 -
- 71 -
- 72 -
- 73 -
- 74 -
- 75 -
- 76 -
- 77 -
- 78 -
- 79 -
- 80 -
- 81 -
- 82 -
- 83 -
- 84 -
- 85 -
- 86 -
- 87 -
- 88 -
- 89 -
- 90 -
- 91 -
92

PETA SEBARAN 88 (DELAPAN PULUH DELAPAN) KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DALAM 50 (LIMA PULUH)
DESTINASI PARIWISATA NASIONAL

Salinan sesuai dengan aslinya PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,


KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI
Asisten Deputi Peraturan Perundang-undangan
Bidang Politik dan Kesejahteraan Rakyat, ttd.

Wisnu Setiawan DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO


LAMPIRAN IV
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 50 TAHUN 2011
TENTANG
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN
NASIONAL TAHUN 2010 - 2025

INDIKASI PROGRAM PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL

Bagian – A : INDIKASI PROGRAM PEMBANGUNAN DESTINASI


PARIWISATA

Bagian – B : INDIKASI PROGRAM PEMBANGUNAN PEMASARAN


PARIWISATA

Bagian – C : INDIKASI PROGRAM PEMBANGUNAN INDUSTRI


PARIWISATA

Bagian – D : INDIKASI PROGRAM PEMBANGUNAN KELEMBAGAAN


PARIWISATA
-2-

Bagian A

INDIKASI PROGRAM PEMBANGUNAN DESTINASI PARIWISATA

LINGKUP PEMBANGUNAN DESTINASI PARIWISATA:

1. PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DESTINASI PARIWISATA


NASIONAL;

2. PEMBANGUNAN DAYA TARIK WISATA;

3. PEMBANGUNAN AKSESIBILITAS PARIWISATA;

4. PEMBANGUNAN PRASARANA UMUM, FASILITAS UMUM DAN


FASILITAS PARIWISATA;

5. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI KEPARIWISATAAN; DAN

6. PENGEMBANGAN INVESTASI DI BIDANG PARIWISATA


-3-

1. PERWILAYAHAN PEMBANGUNAN DESTINASI PARIWISATA NASIONAL

LINGKUP ARAH KEBIJAKAN :

ARAH KEBIJAKAN 1. : PERENCANAAN PEMBANGUNAN DPN DAN KSPN;

ARAH KEBIJAKAN 2. : PENEGAKAN REGULASI PEMBANGUNAN DPN DAN KSPN; DAN

ARAH KEBIJAKAN 3. : PENGENDALIAN IMPLEMENTASI PEMBANGUNAN DPN DAN KSPN


-4-
INDIKASI PROGRAM Perwilayahan Pembangunan Destinasi Pariwisata Nasional meliputi :
NO INDIKASI PROGRAM PENANGGUNGJAWAB
1. Indikasi program Pasal 13 ayat (1) huruf a
1.1. Pengembangan Rencana Induk Pembangunan Destinasi Pariwisata Nasional yang mencakup : Kementerian yang
membidangi urusan
1. DPN. Bali–Nusa Lembongan dan 12. DPN. Toraja–Lorelindu dan 23. DPN. Ambon–Bandaneira dan kepariwisataan
sekitarnya sekitarnya sekitarnya
2. DPN. Komodo–Ruteng dan 13. DPN. Kelimutu–Meumere dan 24. DPN. Banda Aceh–Weh dan
sekitarnya sekitarnya sekitarnya
3. DPN. Borobudur–Yogyakarta 14. DPN. Jakarta–Kep Seribu dan 25. DPN. Krakatau–Ujungkulon dan
dan sekitarnya sekitarnya sekitarnya
4. DPN. Lombok – Gili Tramena dan 15. DPN. Palembang–Babel dan 26. DPN. Togean–Gorontalo dan
sekitarnya sekitarnya sekitarnya
5. DPN. Batam–Bintan dan 16. DPN. Palangkaraya–Tanjung 27. DPN. Semarang–Karimunjawa dan
sekitarnya Puting dan sekitarnya sekitarnya
6. DPN. Medan–Toba dan 17. DPN. Makassar–Takabonerate 28. DPN. Alor–Lembata dan sekitarnya
sekitarnya dan sekitarnya 29. DPN. Kupang–Rotendao dan
7. DPN. Padang–Bukittinggi dan 18. DPN. Mentawai–Siberut dan sekitarnya
sekitarnya sekitarnya 30. DPN. Sumba – Waikabubak dan
8. DPN. Bromo–Malang dan 19. DPN. Nias–Simeulue dan sekitarnya
sekitarnya sekitarnya 31. DPN. Moyo–Tambora dan sekitarnya
9. DPN. Manado–Bunaken dan 20. DPN. Kendari–Wakatobi dan
sekitarnya sekitarnya
10. DPN. Sorong–Raja Ampat dan 21. DPN. Derawan–Kayan
sekitarnya Mentarang dan sekitarnya
11. DPN. Pangandaran– 22. DPN. Sentarum–Betung
Nusakambangan dan sekitarnya Kerihun dan sekitarnya
-5-
NO INDIKASI PROGRAM PENANGGUNGJAWAB

32. DPN. Bandung–Ciwidey dan 38. DPN. Surabaya–Madura dan 44. DPN. Tenggarong–Balikpapan dan
sekitarnya sekitarnya sekitarnya
33. DPN. Solo–Sangiran dan 39. DPN. Pekanbaru–Rupat dan 45. DPN. Biak–Numfor dan sekitarnya
sekitarnya sekitarnya 46. DPN. Ijen–Alaspurwo dan sekitarnya
34. DPN. Halmahera–Morotai dan 40. DPN. Timika–Lorenzt dan 47. DPN. Pontianak–Singkawang dan
sekitarnya sekitarnya sekitarnya
35. DPN. Sentani–Wamena dan 41. DPN. Bengkulu–Enggano dan 48. DPN. Long Bagun–Melak dan
sekitarnya sekitarnya sekitarnya
36. DPN. Jambi–Kerinci Seblat dan 42. DPN. Natuna–Anambas dan 49. DPN. Manokwari–Fak–fak dan
sekitarnya sekitarnya sekitarnya
37. DPN. Bogor–Halimun dan 43. DPN. Banjarmasin– 50. DPN. Merauke–Wazur dan
sekitarnya Martapura dan sekitarnya sekitarnya

1.2. Pengembangan Rencana Detail Pembangunan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional, yang mencakup: Kementerian yang
1. KSPN. Kintamani–Danau 9. KSPN. Bunaken dan sekitarnya 17. KSPN. Dieng dan sekitarnya membidangi urusan
Batur dan sekitarnya 10. KSPN. Raja Ampat dan sekitarnya 18. KSPN. Wakatobi dan sekitarnya kepariwisataan
2. KSPN. Komodo dan sekitarnya 11. KSPN. Pangandaran dan 19. KSPN. Pantai Selatan Lombok dan
3. KSPN. Borobudur dan sekitarnya sekitarnya
sekitarnya 12. KSPN. Toraja dan sekitarnya 20. KSPN. Siberut dan sekitarnya
4. KSPN. Rinjani dan sekitarnya 13. KSPN. Ende–Kelimutu dan 21. KSPN. Derawan–Sangalaki dan
5. KSPN. Nongsa - Pulau Abang sekitarnya sekitarnya
dan sekitarnya 14. KSPN. Kota Tua–Sunda Kelapa 22. KSPN. Bitung–Lembeh dan
6. KSPN. Toba dan sekitarnya dan sekitarnya sekitarnya
7. KSPN. Bukittinggi dan 15. KSPN. Tanjung Puting dan 23. KSPN. Singkarak dan sekitarnya
sekitarnya sekitarnya 24. KSPN. Sentarum dan sekitarnya
8. KSPN. Bromo–Tengger–Semeru 16. KSPN. Teluk Dalam-Nias dan 25. KSPN. Bandaneira dan sekitarnya
dan sekitarnya sekitarnya
-6-
NO INDIKASI PROGRAM PENANGGUNGJAWAB
26. KSPN. Weh dan sekitarnya 41. KSPN. Kuta–Sanur–Nusa Dua dan 60. KSPN. Ciwidey dan sekitarnya
27. KSPN. Kep Seribu dan sekitarnya 61. KSPN. Tomohon–Tondano dan
sekitarnya 42. KSPN. Morotai dan sekitarnya sekitarnya
28. KSPN. Ujung Kulon- Tanjung 43. KSPN. Sentani dan sekitarnya 62. KSPN. Danau Ranau dan sekitarnya
Lesung dan sekitarnya 44. KSPN. Sangiran dan sekitarnya 63. KSPN. Biak dan sekitarnya
29. KSPN. Togean–Tomini dan 45. KSPN. Takabonerate dan 64. KSPN. Tangkuban Perahu dan
sekitarnya sekitarnya sekitarnya
30. KSPN. Merapi–Merbabu dan 46. KSPN. Rupat dan sekitarnya 65. KSPN. Maninjau dan sekitarnya
sekitarnya 47. KSPN. Agats–Asmat dan 66. KSPN. Nemberala–Rotendao dan
31. KSPN. Karimunjawa dan sekitarnya sekitarnya
sekitarnya 48. KSPN. Pagaralam dan sekitarnya 67. KSPN. Pantai Selatan Yogyakarta
32. KSPN. Tambora dan sekitarnya 49. KSPN. Krakatau dan sekitarnya 68. KSPN. Karst Gunung Kidul dan
33. KSPN. Tangkahan dan 50. KSPN. Natuna dan sekitarnya sekitarnya
sekitarnya 51. KSPN. Alor–Kalabahi dan 69. KSPN. Halimun dan sekitarnya
34. KSPN. Palembang Kota dan sekitarnya 70. KSPN. Ijen–Baluran dan sekitarnya
sekitarnya (Sungai Musi) 52. KSPN. Yogyakartakarta Kota dan 71. KSPN. Waikabubak–Manupeh
35. KSPN. Tanjung Kelayang dan sekitarnya Tanah Daru dan sekitarnya
sekitarnya 53. KSPN. Lhoksado dan sekitarnya 72. KSPN. Karangasem– Amuk dan
36. KSPN. Muaro Jambi dan 54. KSPN. Karst Pacitan dan sekitarnya
sekitarnya sekitarnya 73. KSPN. Lagoi dan sekitarnya
37. KSPN. Kerinci Seblat dan 55. KSPN. Bali Utara / Singaraja dan 74. KSPN. Enggano dan sekitarnya
sekitarnya sekitarnya 75. KSPN. Bandung Kota dan
38. KSPN. Trowulan dan 56. KSPN. Gili Tramena dan sekitarnya
sekitarnya sekitarnya 76. KSPN. Puncak–Gede Pangrango dan
39. KSPN. Way Kambas dan 57. KSPN. Moyo dan sekitarnya sekitarnya
sekitarnya 58. KSPN. Kota Bangun–Tanjung Isuy 77. KSPN. Teluk Cenderawasih dan
40. KSPN. Prambanan–Kalasan dan sekitarnya sekitarnya
dan sekitarnya 59. KSPN. Kayan Mentarang dan 78. KSPN. Menjangan–Pemuteran dan
sekitarnya sekitarnya
-7-
NO INDIKASI PROGRAM PENANGGUNGJAWAB
79. KSPN. Taman Nasional Bali 85. KSPN. Long Bagun dan sekitarnya
Barat dan sekitarnya 86. KSPN. Sambas dan sekitarnya
80. KSPN. Tulamben–Amed dan 87. KSPN. Gorontalo Kota–Limboto
sekitarnya dan sekitarnya
81. KSPN. Bedugul dan sekitarnya 88. KSPN. Wazur–Merauke dan
82. KSPN. Nusa Penida dan sekitarnya
sekitarnya
83. KSPN. Ubud dan sekitarnya
84. KSPN. Besakih–Gunung Agung
dan sekitarnya
2. Indikasi program Pasal 13 ayat (1) huruf b
2.1. Pengembangan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan pada daya tarik wisata prioritas di Kawasan Strategis Pariwisata Kementerian yang
Nasional, yang mencakup: membidangi urusan
1. KSPN. Kintamani–Danau 9. KSPN. Bunaken dan sekitarnya 17. KSPN. Dieng dan sekitarnya pekerjaan umum
Batur dan sekitarnya 10. KSPN. Raja Ampat dan 18. KSPN. Wakatobi dan sekitarnya
2. KSPN. Komodo dan sekitarnya 19. KSPN. Pantai Selatan Lombok dan
sekitarnya 11. KSPN. Pangandaran dan sekitarnya
3. KSPN. Borobudur dan sekitarnya 20. KSPN. Siberut dan sekitarnya
sekitarnya 12. KSPN. Toraja dan sekitarnya 21. KSPN. Derawan–Sangalaki dan
4. KSPN. Rinjani dan sekitarnya 13. KSPN. Ende–Kelimutu dan sekitarnya
5. KSPN. Nongsa - Pulau Abang sekitarnya 22. KSPN. Bitung–Lembeh dan
dan sekitarnya 14. KSPN. Kota Tua–Sunda Kelapa sekitarnya
6. KSPN. Toba dan sekitarnya dan sekitarnya 23. KSPN. Singkarak dan sekitarnya
7. KSPN. Bukittinggi dan 15. KSPN. Tanjung Puting dan 24. KSPN. Sentarum dan sekitarnya
sekitarnya sekitarnya 25. KSPN. Bandaneira dan sekitarnya
8. KSPN. Bromo–Tengger– 16. KSPN. Teluk Dalam-Nias dan 26. KSPN. Weh dan sekitarnya
Semeru dan sekitarnya sekitarnya 27. KSPN. Kep Seribu dan sekitarnya
-8-
NO INDIKASI PROGRAM PENANGGUNGJAWAB
28. KSPN. Ujung Kulon- 42. KSPN. Morotai dan sekitarnya 61. KSPN. Tomohon–Tondano dan
Tanjung Lesung dan 43. KSPN. Sentani dan sekitarnya sekitarnya
sekitarnya 44. KSPN. Sangiran dan sekitarnya 62. KSPN. Danau Ranau dan sekitarnya
29. KSPN. Togean–Tomini dan 45. KSPN. Takabonerate dan 63. KSPN. Biak dan sekitarnya
sekitarnya sekitarnya 64. KSPN. Tangkuban Perahu dan
30. KSPN. Merapi–Merbabu dan 46. KSPN. Rupat dan sekitarnya sekitarnya
sekitarnya 47. KSPN. Agats–Asmat dan 65. KSPN. Maninjau dan sekitarnya
31. KSPN. Karimunjawa dan sekitarnya 66. KSPN. Nemberala–Rotendao dan
sekitarnya 48. KSPN. Pagaralam dan sekitarnya sekitarnya
32. KSPN. Tambora dan 49. KSPN. Krakatau dan sekitarnya 67. KSPN. Pantai Selatan Yogyakarta
sekitarnya 50. KSPN. Natuna dan sekitarnya 68. KSPN. Karst Gunung Kidul dan
33. KSPN. Tangkahan dan 51. KSPN. Alor–Kalabahi dan sekitarnya
sekitarnya sekitarnya 69. KSPN. Halimun dan sekitarnya
34. KSPN. Palembang Kota dan 52. KSPN. Yogyakartakarta Kota dan 70. KSPN. Ijen–Baluran dan sekitarnya
sekitarnya (Sungai Musi) sekitarnya 71. KSPN. Waikabubak–Manupeh
35. KSPN. Tanjung Kelayang dan 53. KSPN. Lhoksado dan sekitarnya Tanah Daru dan sekitarnya
sekitarnya 54. KSPN. Karst Pacitan dan 72. KSPN. Karangasem– Amuk dan
36. KSPN. Muaro Jambi dan sekitarnya sekitarnya
sekitarnya 55. KSPN. Bali Utara / Singaraja 73. KSPN. Lagoi dan sekitarnya
37. KSPN. Kerinci Seblat dan dan sekitarnya 74. KSPN. Enggano dan sekitarnya
sekitarnya 56. KSPN. Gili Tramena dan 75. KSPN. Bandung Kota dan
38. KSPN. Trowulan dan sekitarnya sekitarnya
sekitarnya 57. KSPN. Moyo dan sekitarnya 76. KSPN. Puncak–Gede Pangrango dan
39. KSPN. Way Kambas dan 58. KSPN. Kota Bangun–Tanjung sekitarnya
sekitarnya Isuy dan sekitarnya 77. KSPN. Teluk Cenderawasih dan
40. KSPN. Prambanan–Kalasan 59. KSPN. Kayan Mentarang dan sekitarnya
dan sekitarnya sekitarnya 78. KSPN. Menjangan–Pemuteran dan
41. KSPN. Kuta–Sanur–Nusa 60. KSPN. Ciwidey dan sekitarnya sekitarnya
Dua dan sekitarnya
-9-
NO INDIKASI PROGRAM PENANGGUNGJAWAB
79. KSPN. Taman Nasional Bali 84. KSPN. Besakih–Gunung Agung
Barat dan sekitarnya dan sekitarnya
80. KSPN. Tulamben–Amed dan 85. KSPN. Long Bagun dan
sekitarnya sekitarnya
81. KSPN. Bedugul dan 86. KSPN. Sambas dan sekitarnya
sekitarnya 87. KSPN. Gorontalo Kota–Limboto
82. KSPN. Nusa Penida dan dan sekitarnya
sekitarnya 88. KSPN. Wazur–Merauke dan
83. KSPN. Ubud dan sekitarnya sekitarnya
3. Indikasi program Pasal 13 ayat (2)
3.1. Penyiapan rancangan peraturan tentang rencana induk Pembangunan Destinasi Pariwisata Nasional, yang mencakup: Kementerian yang
membidangi urusan
1. DPN. Bali–Nusa Lembongan dan 10. DPN. Sorong–Raja Ampat dan 18. DPN. Mentawai–Siberut dan kepariwisataan
sekitarnya sekitarnya sekitarnya
2. DPN. Komodo–Ruteng dan 11. DPN. Pangandaran– 19. DPN. Nias–Simeulue dan
sekitarnya Nusakambangan dan sekitarnya sekitarnya
3. DPN. Borobudur–Yogyakarta Dan 12. DPN. Toraja–Lorelindu dan 20. DPN. Kendari–Wakatobi dan
sekitarnya sekitarnya sekitarnya
4. DPN. Lombok – Gili Tramena dan 13. DPN. Kelimutu–Meumere dan 21. DPN. Derawan–Kayan
sekitarnya sekitarnya Mentarang dan sekitarnya
5. DPN. Batam–Bintan dan sekitarnya 14. DPN. Jakarta–Kepulauan Seribu 22. DPN. Sentarum–Betung
6. DPN. Medan–Toba dan sekitarnya dan sekitarnya Kerihun dan sekitarnya
7. DPN. Padang–Bukittinggi dan 15. DPN. Palembang–Babel dan 23. DPN. Ambon–Bandaneira dan
sekitarnya sekitarnya sekitarnya
8. DPN. Bromo–Malang dan 16. DPN. Palangkaraya–Tanjung 24. DPN. Banda Aceh–Weh dan
sekitarnya Puting dan sekitarnya sekitarnya
9. DPN. Manado–Bunaken dan 17. DPN. Makassar–Takabonerate dan 25. DPN. Krakatau–Ujungkulon
sekitarnya sekitarnya dan sekitarnya
- 10 -
NO INDIKASI PROGRAM PENANGGUNGJAWAB

26. DPN. Togean–Gorontalo dan 35. DPN. Sentani–Wamena dan 43. DPN. Banjarmasin–Martapura
sekitarnya sekitarnya dan sekitarnya
27. DPN. Semarang–Karimunjawa dan 36. DPN. Jambi–Kerinci Seblat dan 44. DPN. Tenggarong–Balikpapan
sekitarnya sekitarnya dan sekitarnya
28. DPN. Alor–Lembata dan sekitarnya 37. DPN. Bogor–Halimun dan 45. DPN. Biak–Numfor dan
29. DPN. Kupang–Rotendao dan sekitarnya sekitarnya
sekitarnya 38. DPN. Surabaya–Madura dan 46. DPN. Ijen–Alaspurwo dan
30. DPN. Sumba – Waikabubak dan sekitarnya sekitarnya
sekitarnya 39. DPN. Pekanbaru–Rupat dan 47. DPN. Pontianak–Singkawang
31. DPN. Moyo–Tambora dan sekitarnya dan sekitarnya
sekitarnya 40. DPN. Timika–Lorenzt dan 48. DPN. Long Bagun–Melak dan
32. DPN. Bandung–Ciwidey dan sekitarnya sekitarnya
sekitarnya 41. DPN. Bengkulu–Enggano dan 49. DPN. Manokwari–Fak–fak dan
33. DPN. Solo –Sangiran dan sekitarnya sekitarnya
sekitarnya 42. DPN. Natuna–Anambas dan 50. DPN. Merauke–Wazur dan
34. DPN. Halmahera–Morotai dan sekitarnya sekitarnya
sekitarnya
3.2. Penyiapan rancangan peraturan tentang rencana detail Pembangunan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional, yang Kementerian yang
mencakup: membidangi urusan
1. KSPN. Kintamani–Danau 7. KSPN. Bukittinggi dan sekitarnya 14. KSPN. Kota Tua–Sunda Kelapa dan kepariwisataan
Batur dan sekitarnya 8. KSPN. Bromo–Tengger–Semeru dan sekitarnya
2. KSPN. Komodo dan sekitarnya sekitarnya 15. KSPN. Tanjung Puting dan sekitarnya
3. KSPN. Borobudur dan 9. KSPN. Bunaken dan sekitarnya 16. KSPN. Teluk Dalam-Nias dan
sekitarnya 10. KSPN. Raja Ampat dan sekitarnya sekitarnya
4. KSPN. Rinjani dan sekitarnya 11. KSPN. Pangandaran dan sekitarnya 17. KSPN. Dieng dan sekitarnya
5. KSPN. Nongsa - Pulau Abang 12. KSPN. Toraja dan sekitarnya 18. KSPN. Wakatobi dan sekitarnya
dan sekitarnya 13. KSPN. Ende–Kelimutu dan 19. KSPN. Pantai Selatan Lombok dan
6. KSPN. Toba dan sekitarnya sekitarnya sekitarnya
- 11 -
NO INDIKASI PROGRAM PENANGGUNGJAWAB
20. KSPN. Siberut dan sekitarnya 36. KSPN. Muaro Jambi dan sekitarnya 56. KSPN. Gili Tramena dan sekitarnya
21. KSPN. Derawan–Sangalaki dan 37. KSPN. Kerinci Seblat dan sekitarnya 57. KSPN. Moyo dan sekitarnya
sekitarnya 38. KSPN. Trowulan dan sekitarnya 58. KSPN. Kota Bangun–Tanjung Isuy dan
22. KSPN. Bitung–Lembeh dan 39. KSPN. Way Kambas dan sekitarnya sekitarnya
sekitarnya 40. KSPN. Prambanan–Kalasan dan 59. KSPN. Kayan Mentarang dan
23. KSPN. Singkarak dan sekitarnya sekitarnya
sekitarnya 41. KSPN. Kuta–Sanur–Nusa Dua dan 60. KSPN. Ciwidey dan sekitarnya
24. KSPN. Sentarum dan sekitarnya 61. KSPN. Tomohon–Tondano dan
sekitarnya 42. KSPN. Morotai dan sekitarnya sekitarnya
25. KSPN. Bandaneira dan 43. KSPN. Sentani dan sekitarnya 62. KSPN. Danau Ranau dan sekitarnya
sekitarnya 44. KSPN. Sangiran dan sekitarnya 63. KSPN. Biak dan sekitarnya
26. KSPN. Weh dan sekitarnya 45. KSPN. Takabonerate dan sekitarnya 64. KSPN. Tangkuban Perahu dan
27. KSPN. Kep Seribu dan 46. KSPN. Rupat dan sekitarnya sekitarnya
sekitarnya 47. KSPN. Agats–Asmat dan sekitarnya 65. KSPN. Maninjau dan sekitarnya
28. KSPN. Ujung Kulon- Tanjung 48. KSPN. Pagaralam dan sekitarnya 66. KSPN. Nemberala–Rotendao dan
Lesung dan sekitarnya 49. KSPN. Krakatau dan sekitarnya sekitarnya
29. KSPN. Togean–Tomini dan 50. KSPN. Natuna dan sekitarnya 67. KSPN. Pantai Selatan Yogyakarta
sekitarnya 51. KSPN. Alor–Kalabahi dan sekitarnya 68. KSPN. Karst Gunung Kidul dan
30. KSPN. Merapi–Merbabu dan 52. KSPN. Yogyakartakarta Kota dan sekitarnya
sekitarnya sekitarnya 69. KSPN. Halimun dan sekitarnya
31. KSPN. Karimunjawa dan 53. KSPN. Lhoksado dan sekitarnya 70. KSPN. Ijen–Baluran dan sekitarnya
sekitarnya 54. KSPN. Karst Pacitan dan sekitarnya 71. KSPN. Waikabubak–Manupeh Tanah
32. KSPN. Tambora dan sekitarnya 55. KSPN. Bali Utara / Singaraja dan Daru dan sekitarnya
33. KSPN. Tangkahan dan sekitarnya 72. KSPN. Karangasem– Amuk dan
sekitarnya sekitarnya
34. KSPN. Palembang Kota dan 73. KSPN. Lagoi dan sekitarnya
sekitarnya (Sungai Musi) 74. KSPN. Enggano dan sekitarnya
35. KSPN. Tanjung Kelayang dan
sekitarnya
- 12 -
NO INDIKASI PROGRAM PENANGGUNGJAWAB
75. KSPN. Bandung Kota dan 80. KSPN. Tulamben–Amed dan 85. KSPN. Long Bagun dan sekitarnya
sekitarnya sekitarnya 86. KSPN. Sambas dan sekitarnya
76. KSPN. Puncak–Gede 81. KSPN. Bedugul dan sekitarnya 87. KSPN. Gorontalo Kota–Limboto dan
Pangrango dan sekitarnya 82. KSPN. Nusa Penida dan sekitarnya sekitarnya
77. KSPN. Teluk Cenderawasih 83. KSPN. Ubud dan sekitarnya 88. KSPN. Wazur–Merauke dan sekitarnya
dan sekitarnya 84. KSPN. Besakih–Gunung Agung dan
78. KSPN. Menjangan–Pemuteran sekitarnya
dan sekitarnya
79. KSPN. Taman Nasional Bali
Barat dan sekitarnya
3.3. Penyiapan rancangan peraturan tentang tata bangunan dan lingkungan pada daya tarik wisata prioritas di Kawasan Kementerian yang
Strategis Pariwisata Nasional, yang mencakup: membidangi urusan
1. KSPN. Kintamani–Danau 10. KSPN. Raja Ampat dan 19. KSPN. Pantai Selatan Lombok dan pekerjaan umum
Batur dan sekitarnya sekitarnya sekitarnya
2. KSPN. Komodo dan sekitarnya 11. KSPN. Pangandaran dan 20. KSPN. Siberut dan sekitarnya
3. KSPN. Borobudur dan sekitarnya 21. KSPN. Derawan–Sangalaki dan
sekitarnya 12. KSPN. Toraja dan sekitarnya sekitarnya
4. KSPN. Rinjani dan sekitarnya 13. KSPN. Ende–Kelimutu dan 22. KSPN. Bitung–Lembeh dan sekitarnya
5. KSPN. Nongsa - Pulau Abang sekitarnya 23. KSPN. Singkarak dan sekitarnya
dan sekitarnya 14. KSPN. Kota Tua–Sunda Kelapa 24. KSPN. Sentarum dan sekitarnya
6. KSPN. Toba dan sekitarnya dan sekitarnya 25. KSPN. Bandaneira dan sekitarnya
7. KSPN. Bukittinggi dan 15. KSPN. Tanjung Puting dan 26. KSPN. Weh dan sekitarnya
sekitarnya sekitarnya 27. KSPN. Kep Seribu dan sekitarnya
8. KSPN. Bromo–Tengger–Semeru 16. KSPN. Teluk Dalam-Nias dan 28. KSPN. Ujung Kulon- Tanjung Lesung
dan sekitarnya sekitarnya dan sekitarnya
9. KSPN. Bunaken dan 17. KSPN. Dieng dan sekitarnya 29. KSPN. Togean–Tomini dan sekitarnya
sekitarnya 18. KSPN. Wakatobi dan sekitarnya
- 13 -
NO INDIKASI PROGRAM PENANGGUNGJAWAB
30. KSPN. Merapi–Merbabu dan 44. KSPN. Sangiran dan sekitarnya 62. KSPN. Danau Ranau dan sekitarnya
sekitarnya 45. KSPN. Takabonerate dan 63. KSPN. Biak dan sekitarnya
31. KSPN. Karimunjawa dan sekitarnya 64. KSPN. Tangkuban Perahu dan
sekitarnya 46. KSPN. Rupat dan sekitarnya sekitarnya
32. KSPN. Tambora dan 47. KSPN. Agats–Asmat dan 65. KSPN. Maninjau dan sekitarnya
sekitarnya sekitarnya 66. KSPN. Nemberala–Rotendao dan
33. KSPN. Tangkahan dan 48. KSPN. Pagaralam dan sekitarnya sekitarnya
sekitarnya 49. KSPN. Krakatau dan sekitarnya 67. KSPN. Pantai Selatan Yogyakarta
34. KSPN. Palembang Kota dan 50. KSPN. Natuna dan sekitarnya 68. KSPN. Karst Gunung Kidul dan
sekitarnya (Sungai Musi) 51. KSPN. Alor–Kalabahi dan sekitarnya
35. KSPN. Tanjung Kelayang dan sekitarnya 69. KSPN. Halimun dan sekitarnya
sekitarnya 52. KSPN. Yogyakartakarta Kota dan 70. KSPN. Ijen–Baluran dan sekitarnya
36. KSPN. Muaro Jambi dan sekitarnya 71. KSPN. Waikabubak–Manupeh Tanah
sekitarnya 53. KSPN. Lhoksado dan sekitarnya Daru dan sekitarnya
37. KSPN. Kerinci Seblat dan 54. KSPN. Karst Pacitan dan 72. KSPN. Karangasem– Amuk dan
sekitarnya sekitarnya sekitarnya
38. KSPN. Trowulan dan 55. KSPN. Bali Utara / Singaraja 73. KSPN. Lagoi dan sekitarnya
sekitarnya dan sekitarnya 74. KSPN. Enggano dan sekitarnya
39. KSPN. Way Kambas dan 56. KSPN. Gili Tramena dan 75. KSPN. Bandung Kota dan sekitarnya
sekitarnya sekitarnya 76. KSPN. Puncak–Gede Pangrango dan
40. KSPN. Prambanan–Kalasan 57. KSPN. Moyo dan sekitarnya sekitarnya
dan sekitarnya 58. KSPN. Kota Bangun–Tanjung 77. KSPN. Teluk Cenderawasih dan
41. KSPN. Kuta–Sanur–Nusa Dua Isuy dan sekitarnya sekitarnya
dan sekitarnya 59. KSPN. Kayan Mentarang dan 78. KSPN. Menjangan–Pemuteran dan
42. KSPN. Morotai dan sekitarnya sekitarnya sekitarnya
43. KSPN. Sentani dan sekitarnya 60. KSPN. Ciwidey dan sekitarnya 79. KSPN. Taman Nasional Bali Barat dan
61. KSPN. Tomohon–Tondano dan sekitarnya
sekitarnya
- 14 -
NO INDIKASI PROGRAM PENANGGUNGJAWAB
80. KSPN. Tulamben–Amed dan 85. KSPN. Long Bagun dan
sekitarnya sekitarnya
81. KSPN. Bedugul dan sekitarnya 86. KSPN. Sambas dan sekitarnya
82. KSPN. Nusa Penida dan 87. KSPN. Gorontalo Kota–Limboto
sekitarnya dan sekitarnya
83. KSPN. Ubud dan sekitarnya 88. KSPN. Wazur–Merauke dan
84. KSPN. Besakih–Gunung sekitarnya
Agung dan sekitarnya
3.4. Penetapan Regulasi rencana induk Pembangunan Destinasi Pariwisata Nasional, yang mencakup: Kementerian yang
membidangi urusan
1. DPN. Bali–Nusa Lembongan 10. DPN. Sorong–Raja Ampat 18. DPN. Mentawai–Siberut dan kepariwisataan
dan sekitarnya dan sekitarnya sekitarnya
2. DPN. Komodo–Ruteng dan 11. DPN. Pangandaran– 19. DPN. Nias–Simeulue dan
sekitarnya Nusakambangan dan sekitarnya
3. DPN. Borobudur–Yogyakarta sekitarnya 20. DPN. Kendari–Wakatobi dan
Dan sekitarnya 12. DPN. Toraja–Lorelindu dan sekitarnya
4. DPN. Lombok – Gili Tramena sekitarnya 21. DPN. Derawan–Kayan Mentarang
dan sekitarnya 13. DPN. Kelimutu–Meumere dan sekitarnya
5. DPN. Batam–Bintan dan dan sekitarnya 22. DPN. Sentarum–Betung Kerihun
sekitarnya 14. DPN. Jakarta–Kep Seribu dan sekitarnya
6. DPN. Medan–Toba dan dan sekitarnya 23. DPN. Ambon–Bandaneira dan
sekitarnya 15. DPN. Palembang–Babel dan sekitarnya
7. DPN. Padang–Bukittinggi dan sekitarnya 24. DPN. Banda Aceh–Weh dan
sekitarnya 16. DPN. Palangkaraya–Tanjung sekitarnya
8. DPN. Bromo–Malang dan Puting dan sekitarnya 25. DPN. Krakatau–Ujungkulon dan
sekitarnya 17. DPN. Makassar– sekitarnya
9. DPN. Manado–Bunaken dan Takabonerate dan 26. DPN. Togean–Gorontalo dan
sekitarnya sekitarnya sekitarnya
- 15 -
NO INDIKASI PROGRAM PENANGGUNGJAWAB

27. DPN. Semarang–Karimunjawa 35. DPN. Sentani–Wamena dan 43. DPN. Banjarmasin–Martapura
dan sekitarnya sekitarnya dan sekitarnya
28. DPN. Alor–Lembata dan 36. DPN. Jambi–Kerinci seblat 44. DPN. Tenggarong–Balikpapan
sekitarnya dan sekitarnya dan sekitarnya
29. DPN. Kupang–Rotendao dan 37. DPN. Bogor–Halimun dan 45. DPN. Biak–Numfor dan
sekitarnya sekitarnya sekitarnya
30. DPN. Sumba – Waikabubak 38. DPN. Surabaya–Madura dan 46. DPN. Ijen–Alaspurwo dan
dan sekitarnya sekitarnya sekitarnya
31. DPN. Moyo–Tambora dan 39. DPN. Pekanbaru–Rupat dan 47. DPN. Pontianak–Singkawang dan
sekitarnya sekitarnya sekitarnya
32. DPN. Bandung–Ciwidey dan 40. DPN. Timika–Lorenzt dan 48. DPN. Long Bagun–Melak dan
sekitarnya sekitarnya sekitarnya
33. DPN. Solo –Sangiran dan 41. DPN. Bengkulu–Enggano 49. DPN. Manokwari–Fak–fak dan
sekitarnya dan sekitarnya sekitarnya
34. DPN. Halmahera–Morotai dan 42. DPN. Natuna–Anambas dan 50. DPN. Merauke–Wazur dan
sekitarnya sekitarnya sekitarnya
3.5. Penetapan Regulasi Rencana Detail Pembangunan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional, yang mencakup: Kementerian yang
1. KSPN. Kintamani–Danau 8. KSPN. Bromo–Tengger–Semeru 15. KSPN. Tanjung Puting dan membidangi urusan
Batur dan sekitarnya dan sekitarnya sekitarnya kepariwisataan
2. KSPN. Komodo dan sekitarnya 9. KSPN. Bunaken dan sekitarnya 16. KSPN. Teluk Dalam-Nias dan
3. KSPN. Borobudur dan 10. KSPN. Raja Ampat dan sekitarnya sekitarnya
sekitarnya 11. KSPN. Pangandaran dan 17. KSPN. Dieng dan sekitarnya
4. KSPN. Rinjani dan sekitarnya sekitarnya 18. KSPN. Wakatobi dan sekitarnya
5. KSPN. Nongsa - Pulau Abang 12. KSPN. Toraja dan sekitarnya 19. KSPN. Pantai Selatan Lombok dan
dan sekitarnya 13. KSPN. Ende–Kelimutu dan sekitarnya
6. KSPN. Toba dan sekitarnya sekitarnya 20. KSPN. Siberut dan sekitarnya
7. KSPN. Bukittinggi dan 14. KSPN. Kota Tua–Sunda Kelapa 21. KSPN. Derawan–Sangalaki dan
sekitarnya dan sekitarnya sekitarnya
- 16 -
NO INDIKASI PROGRAM PENANGGUNGJAWAB
22. KSPN. Bitung–Lembeh dan 37. KSPN. Kerinci Seblat dan 56. KSPN. Gili Tramena dan sekitarnya
sekitarnya sekitarnya 57. KSPN. Moyo dan sekitarnya
23. KSPN. Singkarak dan 38. KSPN. Trowulan dan sekitarnya 58. KSPN. Kota Bangun–Tanjung Isuy
sekitarnya 39. KSPN. Way Kambas dan dan sekitarnya
24. KSPN. Sentarum dan sekitarnya 59. KSPN. Kayan Mentarang dan
sekitarnya 40. KSPN. Prambanan–Kalasan dan sekitarnya
25. KSPN. Bandaneira dan sekitarnya 60. KSPN. Ciwidey dan sekitarnya
sekitarnya 41. KSPN. Kuta–Sanur–Nusa Dua dan 61. KSPN. Tomohon–Tondano dan
26. KSPN. Weh dan sekitarnya sekitarnya sekitarnya
27. KSPN. Kep Seribu dan 42. KSPN. Morotai dan sekitarnya 62. KSPN. Danau Ranau dan sekitarnya
sekitarnya 43. KSPN. Sentani dan sekitarnya 63. KSPN. Biak dan sekitarnya
28. KSPN. Ujung Kulon- Tanjung 44. KSPN. Sangiran dan sekitarnya 64. KSPN. Tangkuban Perahu dan
Lesung dan sekitarnya 45. KSPN. Takabonerate dan sekitarnya
29. KSPN. Togean–Tomini dan sekitarnya 65. KSPN. Maninjau dan sekitarnya
sekitarnya 46. KSPN. Rupat dan sekitarnya 66. KSPN. Nemberala–Rotendao dan
30. KSPN. Merapi–Merbabu dan 47. KSPN. Agats–Asmat dan sekitarnya
sekitarnya sekitarnya 67. KSPN. Pantai Selatan Yogyakarta
31. KSPN. Karimunjawa dan 48. KSPN. Pagaralam dan sekitarnya 68. KSPN. Karst Gunung Kidul dan
sekitarnya 49. KSPN. Krakatau dan sekitarnya sekitarnya
32. KSPN. Tambora dan sekitarnya 50. KSPN. Natuna dan sekitarnya 69. KSPN. Halimun dan sekitarnya
33. KSPN. Tangkahan dan 51. KSPN. Alor–Kalabahi dan 70. KSPN. Ijen–Baluran dan sekitarnya
sekitarnya sekitarnya 71. KSPN. Waikabubak–Manupeh
34. KSPN. Palembang Kota dan 52. KSPN. Yogyakartakarta Kota dan Tanah Daru dan sekitarnya
sekitarnya (Sungai Musi) sekitarnya 72. KSPN. Karangasem– Amuk dan
35. KSPN. Tanjung Kelayang dan 53. KSPN. Lhoksado dan sekitarnya sekitarnya
sekitarnya 54. KSPN. Karst Pacitan dan 73. KSPN. Lagoi dan sekitarnya
36. KSPN. Muaro Jambi dan sekitarnya 74. KSPN. Enggano dan sekitarnya
sekitarnya 55. KSPN. Bali Utara / Singaraja dan
sekitarnya
- 17 -
NO INDIKASI PROGRAM PENANGGUNGJAWAB
75. KSPN. Bandung Kota dan 80. KSPN. Tulamben–Amed dan 85. KSPN. Long Bagun dan sekitarnya
sekitarnya sekitarnya 86. KSPN. Sambas dan sekitarnya
76. KSPN. Puncak–Gede 81. KSPN. Bedugul dan sekitarnya 87. KSPN. Gorontalo Kota–Limboto dan
Pangrango dan sekitarnya 82. KSPN. Nusa Penida dan sekitarnya
77. KSPN. Teluk Cenderawasih sekitarnya 88. KSPN. Wazur–Merauke dan
dan sekitarnya 83. KSPN. Ubud dan sekitarnya sekitarnya
78. KSPN. Menjangan–Pemuteran 84. KSPN. Besakih–Gunung Agung
dan sekitarnya dan sekitarnya
79. KSPN. Taman Nasional Bali
Barat dan sekitarnya
Kementerian yang
3.6. Penetapan Regulasi tentang tata bangunan dan lingkungan pada daya tarik wisata prioritas di Kawasan Strategis Pariwisata
membidangi urusan
Nasional, yang mencakup:
kepariwisataan
1. KSPN. Kintamani–Danau 10. KSPN. Raja Ampat dan 19. KSPN. Pantai Selatan Lombok dan
Batur dan sekitarnya sekitarnya sekitarnya
2. KSPN. Komodo dan sekitarnya 11. KSPN. Pangandaran dan 20. KSPN. Siberut dan sekitarnya
3. KSPN. Borobudur dan sekitarnya 21. KSPN. Derawan–Sangalaki dan
sekitarnya 12. KSPN. Toraja dan sekitarnya sekitarnya
4. KSPN. Rinjani dan sekitarnya 13. KSPN. Ende–Kelimutu dan 22. KSPN. Bitung–Lembeh dan
5. KSPN. Nongsa - Pulau Abang sekitarnya sekitarnya
dan sekitarnya 14. KSPN. Kota Tua–Sunda Kelapa 23. KSPN. Singkarak dan sekitarnya
6. KSPN. Toba dan sekitarnya dan sekitarnya 24. KSPN. Sentarum dan sekitarnya
7. KSPN. Bukittinggi dan 15. KSPN. Tanjung Puting dan 25. KSPN. Bandaneira dan sekitarnya
sekitarnya sekitarnya 26. KSPN. Weh dan sekitarnya
8. KSPN. Bromo–Tengger–Semeru 16. KSPN. Teluk Dalam-Nias dan 27. KSPN. Kep Seribu dan sekitarnya
dan sekitarnya sekitarnya 28. KSPN. Ujung Kulon- Tanjung.
9. KSPN. Bunaken dan 17. KSPN. Dieng dan sekitarnya Lesung dan sekitarnya
sekitarnya 18. KSPN. Wakatobi dan sekitarnya 29. KSPN. Togean–Tomini dan sekitarnya
- 18 -
NO INDIKASI PROGRAM PENANGGUNGJAWAB
30. KSPN. Merapi–Merbabu dan 44. KSPN. Sangiran dan sekitarnya 62. KSPN. Danau Ranau dan sekitarnya
sekitarnya 45. KSPN. Takabonerate dan 63. KSPN. Biak dan sekitarnya
31. KSPN. Karimunjawa dan sekitarnya 64. KSPN. Tangkuban Perahu dan
sekitarnya 46. KSPN. Rupat dan sekitarnya sekitarnya
32. KSPN. Tambora dan 47. KSPN. Agats–Asmat dan 65. KSPN. Maninjau dan sekitarnya
sekitarnya sekitarnya 66. KSPN. Nemberala–Rotendao dan
33. KSPN. Tangkahan dan 48. KSPN. Pagaralam dan sekitarnya
sekitarnya sekitarnya 67. KSPN. Pantai Selatan Yogyakarta
34. KSPN. Palembang Kota dan 49. KSPN. Krakatau dan sekitarnya 68. KSPN. Karst Gunung Kidul dan
sekitarnya (Sungai Musi) 50. KSPN. Natuna dan sekitarnya sekitarnya
35. KSPN. Tanjung Kelayang dan 51. KSPN. Alor–Kalabahi dan 69. KSPN. Halimun dan sekitarnya
sekitarnya sekitarnya 70. KSPN. Ijen–Baluran dan sekitarnya
36. KSPN. Muaro Jambi dan 52. KSPN. Yogyakartakarta Kota 71. KSPN. Waikabubak–Manupeh Tanah
sekitarnya dan sekitarnya Daru dan sekitarnya
37. KSPN. Kerinci Seblat dan 53. KSPN. Lhoksado dan sekitarnya 72. KSPN. Karangasem– Amuk dan
sekitarnya 54. KSPN. Karst Pacitan dan sekitarnya
38. KSPN. Trowulan dan sekitarnya 73. KSPN. Lagoi dan sekitarnya
sekitarnya 55. KSPN. Bali Utara / Singaraja 74. KSPN. Enggano dan sekitarnya
39. KSPN. Way Kambas dan dan sekitarnya 75. KSPN. Bandung Kota dan sekitarnya
sekitarnya 56. KSPN. Gili Tramena dan 76. KSPN. Puncak–Gede Pangrango dan
40. KSPN. Prambanan–Kalasan sekitarnya sekitarnya
dan sekitarnya 57. KSPN. Moyo dan sekitarnya 77. KSPN. Teluk Cenderawasih dan
41. KSPN. Kuta–Sanur–Nusa Dua 58. KSPN. Kota Bangun–Tanjung sekitarnya
dan sekitarnya Isuy dan sekitarnya 78. KSPN. Menjangan–Pemuteran dan
42. KSPN. Morotai dan sekitarnya 59. KSPN. Kayan Mentarang dan sekitarnya
43. KSPN. Sentani dan sekitarnya sekitarnya 79. KSPN. Taman Nasional Bali Barat
60. KSPN. Ciwidey dan sekitarnya dan sekitarnya
61. KSPN. Tomohon–Tondano dan
sekitarnya
- 19 -
NO INDIKASI PROGRAM PENANGGUNGJAWAB
80. KSPN. Tulamben–Amed dan 85. KSPN. Long Bagun dan
sekitarnya sekitarnya
81. KSPN. Bedugul dan sekitarnya 86. KSPN. Sambas dan sekitarnya
82. KSPN. Nusa Penida dan 87. KSPN. Gorontalo Kota–Limboto
sekitarnya dan sekitarnya
83. KSPN. Ubud dan sekitarnya 88. KSPN. Wazur–Merauke dan
84. KSPN. Besakih–Gunung sekitarnya
Agung dan sekitarnya
4. Indikasi program Pasal 13 ayat (3)
4.1. Penyebarlusan informasi dan publikasi Peraturan tentang Pembangunan Destinasi Pariwisata Nasional, dan Kawasan Kementerian yang
Strategis Pariwisata Nasional, yang mencakup: membidangi urusan
kepariwisataan
1. DPN. Bali–Nusa Lembongan dan 8. DPN. Bromo–Malang dan 15. DPN. Palembang–Babel dan
sekitarnya sekitarnya sekitarnya
2. DPN. Komodo–Ruteng dan 9. DPN. Manado–Bunaken dan 16. DPN. Palangkaraya–Tanjung
sekitarnya sekitarnya Puting dan sekitarnya
3. DPN. Borobudur–Yogyakarta 10. DPN. Sorong–Raja Ampat dan 17. DPN. Makassar–Takabonerate
Dan sekitarnya sekitarnya dan sekitarnya
4. DPN. Lombok – Gili Tramena 11. DPN. Pangandaran– 18. DPN. Mentawai–Siberut dan
dan sekitarnya Nusakambangan dan sekitarnya sekitarnya
5. DPN. Batam–Bintan dan 12. DPN. Toraja–Lorelindu dan 19. DPN. Nias–Simeulue dan
sekitarnya sekitarnya sekitarnya
6. DPN. Medan–Toba dan 13. DPN. Kelimutu–Meumere dan 20. DPN. Kendari–Wakatobi dan
sekitarnya sekitarnya sekitarnya
7. DPN. Padang–Bukittinggi dan 14. DPN. Jakarta–Kep Seribu dan 21. DPN. Derawan–Kayan
sekitarnya sekitarnya Mentarang dan sekitarnya
- 20 -
NO INDIKASI PROGRAM PENANGGUNGJAWAB

22. DPN. Sentarum–Betung 33. DPN. Solo –Sangiran dan 44. DPN. Tenggarong–Balikpapan
Kerihun dan sekitarnya sekitarnya dan sekitarnya
23. DPN. Ambon–Bandaneira dan 34. DPN. Halmahera–Morotai dan 45. DPN. Biak–Numfor dan
sekitarnya sekitarnya sekitarnya
24. DPN. Banda Aceh–Weh dan 35. DPN. Sentani–Wamena dan 46. DPN. Ijen–Alaspurwo dan
sekitarnya sekitarnya sekitarnya
25. DPN. Krakatau–Ujungkulon 36. DPN. Jambi–Kerinci Seblat dan 47. DPN. Pontianak–Singkawang
dan sekitarnya sekitarnya dan sekitarnya
26. DPN. Togean–Gorontalo dan 37. DPN. Bogor–Halimun dan 48. DPN. Long Bagun–Melak dan
sekitarnya sekitarnya sekitarnya
27. DPN. Semarang–Karimunjawa 38. DPN. Surabaya–Madura dan 49. DPN. Manokwari–Fak–fak dan
dan sekitarnya sekitarnya sekitarnya
28. DPN. Alor–Lembata dan 39. DPN. Pekanbaru–Rupat dan 50. DPN. Merauke–Wazur dan
sekitarnya sekitarnya sekitarnya
29. DPN. Kupang–Rotendao dan 40. DPN. Timika–Lorenzt dan
sekitarnya sekitarnya
30. DPN. Sumba – Waikabubak 41. DPN. Bengkulu–Enggano dan
dan sekitarnya sekitarnya
31. DPN. Moyo–Tambora dan 42. DPN. Natuna–Anambas dan
sekitarnya sekitarnya
32. DPN. Bandung–Ciwidey dan 43. DPN. Banjarmasin–Martapura
sekitarnya dan sekitarnya
- 21 -

2. PEMBANGUNAN DAYA TARIK WISATA

LINGKUP ARAH KEBIJAKAN :

ARAH KEBIJAKAN 1. : PERINTISAN PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA DALAM RANGKA MENDORONG
PERTUMBUHAN DPN DAN PENGEMBANGAN DAERAH;

ARAH KEBIJAKAN 2. : PEMBANGUNAN DAYA TARIK WISATA UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS DAN DAYA SAING
PRODUK DALAM MENARIK MINAT DAN LOYALITAS SEGMEN PASAR YANG ADA;

ARAH KEBIJAKAN 3. : PEMANTAPAN DAYA TARIK WISATA UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING PRODUK DALAM
MENARIK KUNJUNGAN ULANG WISATAWAN DAN SEGMEN PASAR YANG LEBIH LUAS; DAN

ARAH KEBIJAKAN 4. : REVITALISASI DAYA TARIK WISATA DALAM UPAYA PENINGKATAN KUALITAS,
KEBERLANJUTAN DAN DAYA SAING PRODUK DAN DPN.
- 22 -

NO INDIKASI PROGRAM PENANGGUNGJAWAB


1. Indikasi program Pasal 16 ayat (1) huruf a.
1.1. Fasilitasi perintisan pengembangan daya tarik wisata alam, budaya dan khusus/ buatan bagi segmen wisata massal Kementerian yang membidangi
(mass market) maupun bagi segmen ceruk pasar (niche market) di destinasi pariwisata nasional yang belum urusan kepariwisataan
berkembang.
1.2. Fasilitasi perencanaan dan perintisan pengembangan sarana prasarana dasar di destinasi pariwisata nasional yang Kementerian yang membidangi
belum berkembang. urusan pekerjaan umum
1.3. Fasilitasi pengembangan jejaring manajemen kunjungan terpadu dengan daya tarik wisata yang telah berkembang di Kementerian yang membidangi
sekitar lokasi baik dalam konteks regional maupun nasional. urusan kepariwisataan
2. Indikasi program Pasal 16 ayat (1) huruf b.
2.1. Penguatan upaya pelestarian terhadap sumber daya kepariwisataan dan lingkungan spesifik (bentang alam hutan Kementerian yang membidangi
dan pegunungan) di sekitar lokasi daya tarik wisata. urusan kehutanan
2.2. Penguatan upaya pelestarian terhadap sumber daya kepariwisataan dan lingkungan spesifik (bentang laut/perairan) Kementerian yang membidangi
di sekitar lokasi daya tarik wisata. urusan kelautan dan perikanan
2.3. Penguatan upaya pelestarian terhadap sumber daya kepariwisataan dan lingkungan spesifik (bentang budaya) di Kementerian yang membidangi
sekitar lokasi daya tarik wisata. urusan kepariwisataan
3. Indikasi program Pasal 16 ayat (2) huruf a.
3.1. Penguatan interpretasi dan inovasi produk dalam upaya meningkatkan kualitas daya tarik, keunggulan kompetitif Kementerian yang membidangi
dan komparatif serta daya saing daya tarik wisata alam, budaya dan khusus/buatan yang sedang berkembang. urusan kepariwisataan
3.2. Pengembangan jejaring manajemen kunjungan terpadu dengan dengan daya tarik wisata terkait di sekitar lokasi Kementerian yang membidangi
dalam konteks regional, maupun nasional dan internasional. urusan kepariwisataan
3.3. Peningkatan kualitas dan kapasitas sarana prasarana dasar untuk meningkatkan kualitas kegiatan kepariwisataan di Kementerian yang membidangi
sekitar lokasi daya tarik wisata. urusan pekerjaan umum
- 23 -
NO INDIKASI PROGRAM PENANGGUNGJAWAB
4. Indikasi program Pasal 16 ayat (2) huruf b.
4.1. Penguatan upaya pelestarian terhadap sumber daya kepariwisataan dan lingkungan spesifik (bentang alam hutan Kementerian yang membidangi
dan pegunungan) di sekitar lokasi daya tarik wisata. urusan kehutanan
4.2. Penguatan upaya pelestarian terhadap sumber daya kepariwisataan dan lingkungan spesifik (bentang laut/perairan) Kementerian yang membidangi
di sekitar lokasi daya tarik wisata. urusan kelautan dan perikanan
4.3. Penguatan upaya pelestarian terhadap sumber daya kepariwisataan dan lingkungan spesifik (bentang budaya) di Kementerian yang membidangi
sekitar lokasi daya tarik wisata. urusan kepariwisataan
4.4. Pengawasan pembangunan sumber daya kepariwisataan dan lingkungan spesifik di lokasi daya tarik wisata. Kementerian yang membidangi
urusan pekerjaan umum
5. Indikasi program Pasal 16 ayat (3) huruf a.
5.1. Pengembangan daya tarik khusus dan rentang aktifitas wisata dalam berbagai skala (hard - soft attraction) pada Kementerian yang membidangi
manajemen atraksi daya tarik wisata alam, budaya dan buatan/ khusus untuk menarik segmen wisatawan massal urusan kepariwisataan
(mass market) dan segmen ceruk pasar (niche market), secara khusus mencakup:
a. pengembangan kawasan geopark Kintamani – Danau Batur dalam meningkatkan kualitas dan diversifikasi daya
tarik destinasi pariwisata;
b. pengembangan kawasan geopark Danau Toba dalam meningkatkan kualitas dan diversifikasi daya tarik destinasi
pariwisata;
c. pengembangan kawasan eco-karst Pacitan (geopark) dalam meningkatkan kualitas dan diversifikasi daya tarik
destinasi pariwisata;
d. pengembangan kawasan geopark Kepulauan Wayag – Raja Ampat dalam meningkatkan kualitas dan diversifikasi
daya tarik destinasi pariwisata; dan
e. destinasi pariwisata lain sesuai kebutuhan dan perkembangan pasar.
5.2. Pengembangan jenis-jenis atraksi lain dengan berbagai tema di sekitar lokasi daya tarik wisata utamanya serta Kementerian yang membidangi
jejaringnya dalam manajemen kunjungan terpadu yang saling melengkapi. urusan kepariwisataan
- 24 -
NO INDIKASI PROGRAM PENANGGUNGJAWAB
5.3. Peningkatan kualitas dan kapasitas sarana prasarana dasar untuk meningkatkan kualitas kegiatan kepariwisataan di Kementerian yang membidangi
sekitar lokasi daya tarik wisata. urusan pekerjaan umum
6. Indikasi program Pasal 16 ayat (3) huruf b.
6.1. Penguatan upaya pelestarian terhadap sumber daya kepariwisataan dan lingkungan spesifik (bentang alam hutan Kementerian yang membidangi
dan pegunungan) di sekitar lokasi daya tarik wisata. urusan kehutanan
6.2. Penguatan upaya pelestarian terhadap sumber daya kepariwisataan dan lingkungan spesifik (bentang laut/perairan) Kementerian yang membidangi
di sekitar lokasi daya tarik wisata. urusan kelautan dan perikanan
6.3. Penguatan upaya pelestarian terhadap sumber daya kepariwisataan dan lingkungan spesifik (bentang budaya) di Kementerian yang membidangi
sekitar lokasi daya tarik wisata. urusan kepariwisataan
6.4. Peningkatan pengawasan pembangunan dan pengendalian pemanfaatan sumber daya kepariwisataan untuk Kementerian yang membidangi
mendukung keberlanjutan sumber daya dan kegiatan kepariwisataan di lokasi daya tarik wisata. urusan pekerjaan umum
7. Indikasi program Pasal 16 ayat (4) huruf a.
7.1. Inovasi manajemen atraksi dengan pengembangan tema dan even khusus (soft atraction) yang menjadi kekuatan Kementerian yang membidangi
utama penggerak kunjungan. urusan kepariwisataan
7.2. Pengembangan program-program interpretasi termasuk yang berbasis teknologi. Kementerian yang membidangi
urusan kepariwisataan
7.3. Pengembangan jejaring manajemen kunjungan terpadu dengan daya tarik wisata pendukung di sekitar lokasi dalam Kementerian yang membidangi
konteks regional, nasional dan internasional. urusan kepariwisataan
7.4. Peningkatan kualitas dan kapasitas sarana prasarana dasar untuk meningkatkan kualitas kegiatan kepariwisataan di Kementerian yang membidangi
sekitar lokasi daya tarik wisata. urusan pekerjaan umum
8. Indikasi program Pasal 16 ayat (4) huruf b.
8.1. Penguatan upaya pelestarian terhadap sumber daya kepariwisataan dan lingkungan spesifik (bentang alam hutan Kementerian yang membidangi
- 25 -
NO INDIKASI PROGRAM PENANGGUNGJAWAB
dan pegunungan) di sekitar lokasi daya tarik wisata. urusan kehutanan
8.2. Penguatan upaya pelestarian terhadap sumber daya kepariwisataan dan lingkungan spesifik (bentang laut/perairan) Kementerian yang membidangi
di sekitar lokasi daya tarik wisata. urusan kelautan dan perikanan
8.3. Penguatan upaya pelestarian terhadap sumber daya kepariwisataan dan lingkungan spesifik (bentang budaya) di Kementerian yang membidangi
sekitar lokasi daya tarik wisata. urusan kepariwisataan
8.4. Peningkatan pengawasan pembangunan, pengendalian pemanfaatan, dan konservasi sumber daya kepariwisataan Kementerian yang membidangi
untuk mendukung keberlanjutan sumber daya dan kegiatan kepariwisataan di lokasi daya tarik wisata. urusan pekerjaan umum
- 26 -

3. PEMBANGUNAN AKSESIBILITAS PARIWISATA

LINGKUP AREA KEBIJAKAN :

ARAH KEBIJAKAN 1. : PENYEDIAAN DAN PENGEMBANGAN SARANA TRANSPORTASI ANGKUTAN JALAN, SUNGAI,
DANAU DAN PENYEBERANGAN, ANGKUTAN LAUT, ANGKUTAN UDARA, DAN ANGKUTAN KERETA
API;

ARAH KEBIJAKAN 2. : PENYEDIAAN DAN PENGEMBANGAN PRASARANA TRANSPORTASI ANGKUTAN JALAN, SUNGAI,
DANAU DAN PENYEBERANGAN, ANGKUTAN LAUT, ANGKUTAN UDARA, DAN ANGKUTAN KERETA
API; DAN

ARAH KEBIJAKAN 3. : PENYEDIAAN DAN PENGEMBANGAN SISTEM TRANSPORTASI ANGKUTAN JALAN, SUNGAI, DANAU
DAN PENYEBERANGAN, ANGKUTAN LAUT, ANGKUTAN UDARA, DAN ANGKUTAN KERETA API.
- 27 -
NO INDIKASI PROGRAM PENANGGUNGJAWAB
1. Indikasi program Pasal 19 ayat (1) huruf a
1.1. Peningkatan ketersediaan moda transportasi (angkutan jalan, sungai, danau, dan penyeberangan, angkutan laut, Kementerian yang membidangi
angkutan udara, dan angkutan kereta api) sebagai sarana pergerakan wisatawan ke dan di Destinasi Pariwisata urusan transportasi
Nasional sesuai kebutuhan dan perkembangan pasar, yang mencakup:
1. DPN. Bali–Nusa Lembongan 12. DPN. Toraja–Lorelindu dan 24. DPN. Banda Aceh–Weh dan
dan sekitarnya sekitarnya sekitarnya
2. DPN. Komodo–Ruteng dan 13. DPN. Kelimutu–Meumere dan 25. DPN. Krakatau–Ujungkulon dan
sekitarnya sekitarnya sekitarnya
3. DPN. Borobudur–Yogyakarta 14. DPN. Jakarta–Kep Seribu 26. DPN. Togean–Gorontalo dan
Dan sekitarnya dan sekitarnya sekitarnya
4. DPN. Lombok – Gili Tramena 15. DPN. Palembang–Babel dan 27. DPN. Semarang–Karimunjawa
dan sekitarnya sekitarnya dan sekitarnya
5. DPN. Batam–Bintan dan 16. DPN. Palangkaraya–Tanjung 28. DPN. Alor–Lembata dan
sekitarnya Puting dan sekitarnya sekitarnya
6. DPN. Medan–Toba dan 17. DPN. Makassar– 29. DPN. Kupang–Rotendao dan
sekitarnya Takabonerate dan sekitarnya sekitarnya
7. DPN. Padang–Bukittinggi 18. DPN. Mentawai–Siberut dan 30. DPN. Sumba – Waikabubak dan
dan sekitarnya sekitarnya sekitarnya
8. DPN. Bromo–Malang dan 19. DPN. Nias–Simeulue dan 31. DPN. Moyo–Tambora dan
sekitarnya sekitarnya sekitarnya
9. DPN. Manado–Bunaken dan 20. DPN. Kendari–Wakatobi dan 32. DPN. Bandung–Ciwidey dan
sekitarnya sekitarnya sekitarnya
10. DPN. Sorong–Raja Ampat 21. DPN. Derawan–Kayan 33. DPN. Solo –Sangiran dan
dan sekitarnya Mentarang dan sekitarnya sekitarnya
11. DPN. Pangandaran– 22. DPN. Sentarum–Betung 34. DPN. Halmahera–Morotai dan
Nusakambangan dan Kerihun dan sekitarnya sekitarnya
sekitarnya 23. DPN. Ambon–Bandaneira dan
sekitarnya
- 28 -
NO INDIKASI PROGRAM PENANGGUNGJAWAB
35. DPN. Sentani–Wamena dan 41. DPN. Bengkulu–Enggano 46. DPN. Ijen–Alaspurwo dan
sekitarnya dan sekitarnya sekitarnya
36. DPN. Jambi–Kerinci seblat 42. DPN. Natuna–Anambas 47. DPN. Pontianak–Singkawang
dan sekitarnya dan sekitarnya dan sekitarnya
37. DPN. Bogor–Halimun dan 43. DPN. Banjarmasin– 48. DPN. Long Bagun–Melak dan
sekitarnya Martapura dan sekitarnya sekitarnya
38. DPN. Surabaya–Madura 44. DPN. Tenggarong– 49. DPN. Manokwari–Fak–fak dan
dan sekitarnya Balikpapan dan sekitarnya
39. DPN. Pekanbaru–Rupat dan sekitarnya 50. DPN. Merauke–Wazur dan
sekitarnya 45. DPN. Biak–Numfor dan sekitarnya
40. DPN. Timika–Lorenzt dan sekitarnya
sekitarnya
1.2. Peningkatan reliabilitas waktu dan jadual pelayanan moda transportasi (angkutan jalan, sungai, danau, dan Kementerian yang membidangi
penyeberangan, angkutan laut, angkutan udara, dan angkutan kereta api) untuk mendukung pola perjalanan urusan transportasi
wisatawan di sepanjang koridor pariwisata utama di destinasi pariwisata nasional, meliputi:
1. DPN. Bali–Nusa Lembongan 7. DPN. Padang–Bukittinggi 13. DPN. Kelimutu–Meumere dan
dan sekitarnya dan sekitarnya sekitarnya
2. DPN. Komodo–Ruteng dan 8. DPN. Bromo–Malang dan 14. DPN. Jakarta–Kepulauan Seribu
sekitarnya sekitarnya dan sekitarnya
3. DPN. Borobudur–Yogyakarta 9. DPN. Manado–Bunaken dan 15. DPN. Palembang–Babel dan
Dan sekitarnya sekitarnya sekitarnya
4. DPN. Lombok – Gili Tramena 10. DPN. Sorong–Raja Ampat 16. DPN. Palangkaraya–Tanjung
dan sekitarnya dan sekitarnya Puting dan sekitarnya
5. DPN. Batam–Bintan dan 11. DPN. Pangandaran– 17. DPN. Makassar–Takabonerate dan
sekitarnya Nusakambangan dan sekitarnya
6. DPN. Medan–Toba dan sekitarnya 18. DPN. Mentawai–Siberut dan
sekitarnya 12. DPN. Toraja–Lorelindu dan sekitarnya
sekitarnya
- 29 -
NO INDIKASI PROGRAM PENANGGUNGJAWAB
19. DPN. Nias–Simeulue dan 30. DPN. Sumba – Waikabubak 41. DPN. Bengkulu–Enggano dan
sekitarnya dan sekitarnya sekitarnya
20. DPN. Kendari–Wakatobi dan 31. DPN. Moyo–Tambora dan 42. DPN. Natuna–Anambas dan
sekitarnya sekitarnya sekitarnya
21. DPN. Derawan–Kayan 32. DPN. Bandung–Ciwidey dan 43. DPN. Banjarmasin–Martapura
Mentarang dan sekitarnya sekitarnya dan sekitarnya
22. DPN. Sentarum–Betung 33. DPN. Solo–Sangiran dan 44. DPN. Tenggarong–Balikpapan
Kerihun dan sekitarnya sekitarnya dan sekitarnya
23. DPN. Ambon–Bandaneira 34. DPN. Halmahera–Morotai 45. DPN. Biak–Numfor dan
dan sekitarnya dan sekitarnya sekitarnya
24. DPN. Banda Aceh–Weh dan 35. DPN. Sentani–Wamena dan 46. DPN. Ijen–Alaspurwo dan
sekitarnya sekitarnya sekitarnya
25. DPN. Krakatau–Ujungkulon 36. DPN. Jambi–Kerinci Seblat 47. DPN. Pontianak–Singkawang dan
dan sekitarnya dan sekitarnya sekitarnya
26. DPN. Togean–Gorontalo dan 37. DPN. Bogor–Halimun dan 48. DPN. Long Bagun–Melak dan
sekitarnya sekitarnya sekitarnya
27. DPN. Semarang– 38. DPN. Surabaya–Madura dan 49. DPN. Manokwari–Fak–fak dan
Karimunjawa dan sekitarnya sekitarnya sekitarnya
28. DPN. Alor–Lembata dan 39. DPN. Pekanbaru–Rupat dan 50. DPN. Merauke–Wazur dan
sekitarnya sekitarnya sekitarnya
29. DPN. Kupang–Rotendao dan 40. DPN. Timika–Lorenzt dan
sekitarnya sekitarnya

1.3. Pengembangan dan/atau peningkatan kerjasama antarmaskapai dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas Kementerian yang membidangi
transportasi di pasar utama dengan tetap memperhatikan kepentingan kedaulatan negara, kepentingan ekonomi urusan transportasi
nasional dan kelangsungan badan usaha angkutan udara nasional.
1.4. Peningkatan jalur dan moda kereta api yang mendukung pariwisata sesuai kebutuhan dan perkembangan pasar. Kementerian yang membidangi
urusan transportasi
- 30 -
NO INDIKASI PROGRAM PENANGGUNGJAWAB
2. Indikasi program Pasal 19 ayat (1) huruf b
2.1. Pengembangan dan/atau peningkatan kapasitas angkut moda transportasi (angkutan jalan, sungai, danau, dan Kementerian yang membidangi
penyeberangan, angkutan laut, angkutan udara, dan angkutan kereta api) ke dan di destinasi pariwisata sesuai urusan transportasi
kebutuhan dan perkembangan pasar.
3. Indikasi program Pasal 19 ayat (1) huruf c
3.1. Pengembangan dan/atau peningkatan keragaman atau diversifikasi jenis moda transportasi (angkutan jalan, Kementerian yang membidangi
sungai, danau, dan penyeberangan, angkutan laut, angkutan udara, dan angkutan kereta api) ke dan di destinasi urusan transportasi
pariwisata sesuai kebutuhan dan perkembangan pasar.
4. Indikasi program Pasal 19 ayat (2) huruf a
4.1. Pengembangan dan/atau peningkatan kualitas kenyamanan moda transportasi (angkutan jalan, sungai, danau, Kementerian yang membidangi
dan penyeberangan, angkutan laut, angkutan udara, dan angkutan kereta api) ke dan di destinasi pariwisata urusan transportasi
nasional sesuai kebutuhan dan perkembangan pasar.
4.2. Pengembangan dan/atau peningkatan kualitas pelayanan moda transportasi (angkutan jalan, sungai, danau, dan Kementerian yang membidangi
penyeberangan, angkutan laut, angkutan udara, dan angkutan kereta api) ke dan di destinasi pariwisata nasional urusan transportasi
sesuai kebutuhan dan perkembangan pasar.
5. Indikasi program Pasal 19 ayat (2) huruf b
5.1. Pengembangan dan/atau peningkatan kualitas keamanan moda transportasi (angkutan jalan, sungai, danau, dan Kementerian yang membidangi
penyeberangan, angkutan laut, angkutan udara, dan angkutan kereta api) untuk menjamin keselamatan dan urusan transportasi
keamanan perjalanan wisatawan ke dan di destinasi pariwisata nasional.
6. Indikasi program Pasal 21 ayat (1) huruf a
6.1. Pengembangan dan/atau peningkatan ketersediaan prasarana simpul pergerakan moda transportasi (pusat Kementerian yang membidangi
distribusi dan pintu gerbang transportasi angkutan jalan, sungai, danau, dan penyeberangan, angkutan laut, urusan transportasi
angkutan udara, dan angkutan kereta api) pada lokasi-lokasi strategis di destinasi pariwisata nasional sesuai
kebutuhan dan perkembangan pasar, meliputi:
- 31 -
NO INDIKASI PROGRAM PENANGGUNGJAWAB
1. DPN. Bali–Nusa Lembongan dan 15. DPN. Palembang–Babel dan 29. DPN. Kupang–Rotendao dan
sekitarnya sekitarnya sekitarnya
2. DPN. Komodo–Ruteng dan 16. DPN. Palangkaraya–Tanjung 30. DPN. Sumba – Waikabubak
sekitarnya Puting dan sekitarnya dan sekitarnya
3. DPN. Borobudur–Yogyakarta 17. DPN. Makassar–Takabonerate 31. DPN. Moyo–Tambora dan
Dan sekitarnya dan sekitarnya sekitarnya
4. DPN. Lombok – Gili Tramena dan 18. DPN. Mentawai–Siberut dan 32. DPN. Bandung–Ciwidey dan
sekitarnya sekitarnya sekitarnya
5. DPN. Batam–Bintan dan 19. DPN. Nias–Simeulue dan 33. DPN. Solo –Sangiran dan
sekitarnya sekitarnya sekitarnya
6. DPN. Medan–Toba dan 20. DPN. Kendari–Wakatobi dan 34. DPN. Halmahera–Morotai
sekitarnya sekitarnya dan sekitarnya
7. DPN. Padang–Bukittinggi dan 21. DPN. Derawan–Kayan 35. DPN. Sentani–Wamena dan
sekitarnya Mentarang dan sekitarnya sekitarnya
8. DPN. Bromo–Malang dan 22. DPN. Sentarum–Betung 36. DPN. Jambi–Kerinci seblat
sekitarnya Kerihun dan sekitarnya dan sekitarnya
9. DPN. Manado–Bunaken dan 23. DPN. Ambon–Bandaneira dan 37. DPN. Bogor–Halimun dan
sekitarnya sekitarnya sekitarnya
10. DPN. Sorong–Raja Ampat dan 24. DPN. Banda Aceh–Weh dan 38. DPN. Surabaya–Madura dan
sekitarnya sekitarnya sekitarnya
11. DPN. Pangandaran– 25. DPN. Krakatau–Ujungkulon 39. DPN. Pekanbaru–Rupat dan
Nusakambangan dan sekitarnya dan sekitarnya sekitarnya
12. DPN. Toraja–Lorelindu dan 26. DPN. Togean–Gorontalo dan 40. DPN. Timika–Lorenzt dan
sekitarnya sekitarnya sekitarnya
13. DPN. Kelimutu–Meumere dan 27. DPN. Semarang–Karimunjawa 41. DPN. Bengkulu–Enggano
sekitarnya dan sekitarnya dan sekitarnya
14. DPN. Jakarta–Kepulauan Seribu 28. DPN. Alor–Lembata dan 42. DPN. Natuna–Anambas dan
dan sekitarnya sekitarnya sekitarnya
- 32 -
NO INDIKASI PROGRAM PENANGGUNGJAWAB
43. DPN. Banjarmasin–Martapura 47. DPN. Pontianak–Singkawang
dan sekitarnya dan sekitarnya
44. DPN. Tenggarong–Balikpapan 48. DPN. Long Bagun–Melak dan
dan sekitarnya sekitarnya
45. DPN. Biak–Numfor dan 49. DPN. Manokwari–Fak–fak dan
sekitarnya sekitarnya
46. DPN. Ijen–Alaspurwo dan 50. DPN. Merauke–Wazur dan
sekitarnya sekitarnya
6.2. Perintisan pembangunan jalur dan moda kereta api lingkar Bali yang mendukung pembangunan destinasi Kementerian yang membidangi
pariwisata Pulau Bali, serta pada destinasi pariwisata lain sesuai kebutuhan dan perkembangan pasar urusan transportasi

6.3. Pengembangan bandara Bali Utara - Bali, Kulonprogo – Yogyakartakarta, dan Banten sebagai pendukung Kementerian yang membidangi
akselerasi pembangunan destinasi pariwisata serta pada destinasi pariwisata lain sesuai kebutuhan dan urusan transportasi
perkembangan pasar
6.4. Pengembangan dan/atau peningkatan ketersediaan prasarana jejaring pergerakan moda transportasi (angkutan Kementerian yang membidangi
jalan, sungai, danau, dan penyeberangan, angkutan laut, angkutan udara, dan angkutan kereta api) pada lokasi- urusan transportasi
lokasi strategis di Destinasi Pariwisata Nasional sesuai kebutuhan dan perkembangan pasar
1. DPN. Bali–Nusa Lembongan 7. DPN. Padang–Bukittinggi 12. DPN. Toraja–Lorelindu dan
dan sekitarnya dan sekitarnya sekitarnya
2. DPN. Komodo–Ruteng dan 8. DPN. Bromo–Malang dan 13. DPN. Kelimutu–Meumere dan
sekitarnya sekitarnya sekitarnya
3. DPN. Borobudur–Yogyakarta 9. DPN. Manado–Bunaken dan 14. DPN. Jakarta–Kep Seribu dan
Dan sekitarnya sekitarnya sekitarnya
4. DPN. Lombok – Gili Tramena 10. DPN. Sorong–Raja Ampat 15. DPN. Palembang–Babel dan
dan sekitarnya dan sekitarnya sekitarnya
5. DPN. Batam–Bintan dan 11. DPN. Pangandaran– 16. DPN. Palangkaraya–Tanjung
sekitarnya Nusakambangan dan Puting dan sekitarnya
6. DPN. Medan–Toba dan sekitarnya 17. DPN. Makassar–Takabonerate
sekitarnya dan sekitarnya
- 33 -
NO INDIKASI PROGRAM PENANGGUNGJAWAB
18. DPN. Mentawai–Siberut dan 29. DPN. Kupang–Rotendao dan 40. DPN. Timika–Lorenzt dan
sekitarnya sekitarnya sekitarnya
19. DPN. Nias–Simeulue dan 30. DPN. Sumba–Waikabubak 41. DPN. Bengkulu–Enggano dan
sekitarnya dan sekitarnya sekitarnya
20. DPN. Kendari–Wakatobi dan 31. DPN. Moyo–Tambora dan 42. DPN. Natuna–Anambas dan
sekitarnya sekitarnya sekitarnya
21. DPN. Derawan–Kayan 32. DPN. Bandung–Ciwidey dan 43. DPN. Banjarmasin–Martapura
Mentarang dan sekitarnya sekitarnya dan sekitarnya
22. DPN. Sentarum–Betung 33. DPN. Solo–Sangiran dan 44. DPN. Tenggarong–Balikpapan
Kerihun dan sekitarnya sekitarnya dan sekitarnya
23. DPN. Ambon–Bandaneira dan 34. DPN. Halmahera–Morotai 45. DPN. Biak–Numfor dan
sekitarnya dan sekitarnya sekitarnya
24. DPN. Banda Aceh–Weh dan 35. DPN. Sentani–Wamena dan 46. DPN. Ijen–Alaspurwo dan
sekitarnya sekitarnya sekitarnya
25. DPN. Krakatau–Ujungkulon 36. DPN. Jambi–Kerinci seblat 47. DPN. Pontianak–Singkawang dan
dan sekitarnya dan sekitarnya sekitarnya
26. DPN. Togean–Gorontalo dan 37. DPN. Bogor–Halimun dan 48. DPN. Long Bagun–Melak dan
sekitarnya sekitarnya sekitarnya
27. DPN. Semarang–Karimunjawa 38. DPN. Surabaya–Madura dan 49. DPN. Manokwari–Fak–fak dan
dan sekitarnya sekitarnya sekitarnya
28. DPN. Alor–Lembata dan 39. DPN. Pekanbaru–Rupat dan 50. DPN. Merauke–Wazur dan
sekitarnya sekitarnya sekitarnya
7. Indikasi program Pasal 21 ayat (1) huruf b
7.1 Pengembangan dan/atau peningkatan keterjangkauan prasarana simpul pergerakan moda transportasi (pusat Kementerian yang membidangi
distribusi dan pintu gerbang transportasi angkutan jalan, sungai, danau, dan penyeberangan, angkutan laut, urusan transportasi
angkutan udara, dan angkutan kereta api) dari pusat-pusat kegiatan pariwisata di destinasi pariwisata nasional.
8. Indikasi program Pasal 21 ayat (2) huruf a
8.1 Pengembangan dan/atau peningkatan jaringan transportasi penghubung (angkutan jalan, sungai, danau, dan Kementerian yang membidangi
- 34 -
NO INDIKASI PROGRAM PENANGGUNGJAWAB
penyeberangan, angkutan laut, angkutan udara, dan angkutan kereta api) antara destinasi pariwisata nasional urusan transportasi
dengan hub regional dan/atau nasional maupun keterhubungan antar komponen daya tarik dan simpul-simpul
pergerakan di dalam Destinasi Pariwisata Nasional.
9 Indikasi program Pasal 21 ayat (2) huruf b
9.1 Pengembangan dan/atau peningkatan keterpaduan jaringan infrastruktur transportasi (angkutan jalan, sungai, Kementerian yang membidangi
danau, dan penyeberangan, angkutan laut, angkutan udara, dan angkutan kereta api) antara hub dan destinasi urusan transportasi
pariwisata nasional serta komponen yang ada di dalamnya yang mendukung kemudahan transfer intermoda.
10 Indikasi program Pasal 21 ayat (3) huruf a
10.1 Pengembangan dan/atau peningkatan kualitas dan kapasitas jaringan transportasi (angkutan jalan, sungai, Kementerian yang membidangi
danau, dan penyeberangan, angkutan laut, angkutan udara, dan angkutan kereta api) untuk mendukung urusan transportasi
kemudahan, kenyamanan dan keselamatan pergerakan wisatawan sesuai kebutuhan dan perkembangan pasar.
11. Indikasi program Pasal 21 ayat (3) huruf b
11.1 Pengembangan dan/atau peningkatan kualitas dan kapasitas fasilitas persinggahan/rest area di sepanjang koridor Kementerian yang membidangi
pergerakan wisata di dalam Destinasi Pariwisata Nasional sesuai kebutuhan dan perkembangan pasar. urusan transportasi
12. Indikasi program Pasal 23 ayat (1)
12.1 Pengembangan dan/atau peningkatan sistem jaringan transportasi (transportasi jalan, transportasi sungai, danau, Kementerian yang membidangi
dan penyeberangan, transportasi laut, transportasi udara, dan transportasi perkeretaapian) dan pelayanan terpadu urusan transportasi
multimoda di Destinasi Pariwisata Nasional.
13. Indikasi program Pasal 23 ayat (2) huruf a
13.1 Pengembangan dan/atau peningkatan ketersediaan informasi rute dan jadual operasi moda transportasi berbagai Kementerian yang membidangi
jenis moda (transportasi jalan, transportasi sungai, danau, dan penyeberangan, transportasi laut, transportasi urusan transportasi
udara, dan transportasi perkereta-apian) berbasis teknologi infomasi maupun konvensional.
14. Indikasi program Pasal 23 ayat (2) huruf b
14.1 Pengembangan dan/atau peningkatan kemudahan reservasi moda transportasi berbagai jenis moda (transportasi Kementerian yang membidangi
jalan, transportasi sungai, danau, dan penyeberangan, transportasi laut, transportasi udara, dan transportasi urusan transportasi
perkereta-apian).
- 35 -

4. PEMBANGUNAN PRASARANA UMUM, FASILITAS UMUM, DAN FASILITAS PARIWISATA

LINGKUP ARAH KEBIJAKAN :

ARAH KEBIJAKAN 1. : PENGEMBANGAN PRASARANA UMUM, FASILITAS UMUM, DAN FASILITAS PARIWISATA DALAM
MENDUKUNG PERINTISAN PENGEMBANGAN DPN;

ARAH KEBIJAKAN 2. : PENINGKATAN PRASARANA UMUM, KUALITAS FASILITAS UMUM, DAN FASILITAS PARIWISATA
YANG MENDUKUNG PERTUMBUHAN, MENINGKATKAN KUALITAS DAN DAYA SAING DPN; DAN

ARAH KEBIJAKAN 3. : PENGENDALIAN PRASARANA UMUM, PEMBANGUNAN FASILITAS UMUM, DAN FASILITAS
PARIWISATA BAGI DESTINASI-DESTINASI PARIWISATA YANG SUDAH MELAMPAUI AMBANG
BATAS DAYA DUKUNG.
- 36 -
NO INDIKASI PROGRAM PENANGGUNGJAWAB
1. Indikasi program Pasal 26 ayat (1) huruf a
1.1. Fasilitasi penyediaan lahan untuk pengembangan sarana usaha pariwisata dengan nilai Kementerian/Lembaga yang membidangi urusan
kompetitif. investasi/penanaman modal
1.2. Fasilitasi kemudahan perijinan bagi swasta dan masyarakat dalam pengembangan sarana Kementerian/Lembaga yang membidangi urusan
usaha pariwisata. investasi/penanaman modal
1.3. Fasilitasi kemudahan mendapatkan kredit usaha bidang pariwisata melalui kebijakan Kementerian/Lembaga yang membidangi urusan keuangan
penjaminan oleh pemerintah bagi swasta dan masyarakat dalam pengembangan sarana
usaha pariwisata.
2. Indikasi program Pasal 26 ayat (1) huruf b
2.1. Peningkatan penyiapan fasilitas umum fisik dasar (jaringan listrik dan penerangan, jaringan Kementerian yang membidangi urusan keuangan
telekomunikasi, jaringan air bersih, sistem pembuangan limbah) yang dibutuhkan oleh
calon investor.
2.2. Peningkatan pembukaan lahan baru bagi investor untuk membangun prasarana umum, Kementerian/Lembaga yang membidangi urusan
fasilitas umum, dan fasilitas pariwisata. investasi/penanaman modal
3. Indikasi program Pasal 26 ayat (1) huruf c
3.1. Fasilitas perintisan penyediaan jaringan listrik dan lampu penerangan di destinasi Kementerian yang membidangi urusan energi dan sumber
pariwisata. daya mineral
3.2. Fasilitasi perintisan pembangunan jaringan air bersih di destinasi pariwisata. Kementerian yang membidangi urusan energi dan sumber
daya mineral
3.3. Fasilitasi pembangunan jaringan telekomunikasi di destinasi pariwisata. Kementerian yang membidangi urusan komunikasi dan
informasi
3.4. Fasilitasi penyediaan dan pengembangan Pusat Informasi Pariwisata di destinasi pariwisata. Kementerian yang membidangi urusan kepariwisataan
3.5. Peningkatan kualitas penyediaan tempat penjualan cinderamata (souvenir shop) di destinasi Kementerian yang membidangi urusan perdagangan
- 37 -
NO INDIKASI PROGRAM PENANGGUNGJAWAB
pariwisata.
3.6. Penyediaan klinik kesehatan yang beroperasional selama 24 jam di destinasi pariwisata. Kementerian/Lembaga yang membidangi urusan kesehatan
3.7. Penyediaan fasilitas keamanan dan keselamatan (early warning system) di destinasi Kementerian yang membidangi urusan pekerjaan umum
pariwisata.
3.8. Penyediaan rambu-rambu dan penanda arah di destinasi pariwisata. Kementerian yang membidangi urusan transportasi
3.9. Penyediaan E-Tourism kiosk di destinasi pariwisata. Kementerian yang membidangi urusan komunikasi dan
informasi
3.10. Penyediaan fasilitas khusus bagi penyandang disabilitas, anak-anak, dan lanjut usia di Kementerian yang membidangi urusan pekerjaan umum
destinasi pariwisata.
3.11. Penyediaan fasilitas olah raga di destinasi pariwisata. Kementerian yang membidangi urusan pemuda dan olahraga
3.12. Penyediaan fasilitas bermain anak-anak di destinasi pariwisata. Kementerian yang membidangi urusan pekerjaan umum
3.13. Penyediaan fasilitas pedestrian di destinasi pariwisata. Kementerian yang membidangi urusan pekerjaan umum
3.14. Penyediaan sarana penitipan/penitipan barang (public locker) di destinasi pariwisata. Kementerian yang membidangi urusan pekerjaan umum
3.15. Penyediaan fasilitas parkir di destinasi pariwisata. Kementerian yang membidangi urusan pekerjaan umum
3.16. Penyediaan fasilitas sanitasi di destinasi pariwisata. Kementerian yang membidangi urusan pekerjaan umum
3.17. Penyediaan fasilitas telekomunikasi dan teknologi informasi di destinasi pariwisata. Kementerian yang membidangi urusan pekerjaan umum
3.18. Penyediaan fasilitas sarana kebersihan di destinasi pariwisata. Kementerian yang membidangi urusan pekerjaan umum
4. Indikasi program Pasal 26 ayat (2) huruf a
4.1. Pengembangan skema regulasi untuk mengatur peran dan tanggung jawab antara Kementerian yang membidangi urusan urusan dalam negeri
pemerintah dan swasta dalam pengembangan prasarana umum, fasilitas umum, dan
fasilitas pariwisata di destinasi pariwisata.
- 38 -
NO INDIKASI PROGRAM PENANGGUNGJAWAB
4.2. Peningkatan koordinasi dan sinkronisasi antara pemerintah dan swasta dalam pelaksanaan Kementerian yang membidangi urusan urusan dalam negeri
kemitraan dalam pengembangan prasarana umum, fasilitas umum, dan fasilitas pariwisata
di destinasi pariwisata.
5. Indikasi program Pasal 26 ayat (2) huruf b
5.1. Pemberian kemandirian peran dan tanggung jawab kepada otoritas pengelola destinasi Kementerian yang membidangi urusan kepariwisataan
pariwisata yang sudah mapan dalam pengembangan prasarana umum, fasilitas umum, dan
fasilitas pariwisata.
5.2. Pemberian peran dan tanggung jawab kepada pemerintah daerah secara otonom dalam Kementerian yang membidangi urusan urusan dalam negeri
pengelolaan pengembangan prasarana umum, fasilitas umum, dan fasilitas pariwisata pada
destinasi pariwisata yang sudah berkembang
6. Indikasi program Pasal 26 ayat (2) huruf c
6.1. Evaluasi seluruh prasarana umum, fasilitas umum, dan fasilitas pariwisata yang memenuhi Kementerian yang membidangi urusan kepariwisataan
kebutuhan wisatawan berkebutuhan khusus.
6.2. Pemberian peran dan tanggung jawab kepada pemerintah daerah secara otonom dalam Kementerian yang membidangi urusan urusan dalam negeri
pengelolaan pengembangan prasarana umum, fasilitas umum, dan fasilitas pariwisata yang
memenuhi kebutuhan wisatawan berkebutuhan khusus pada destinasi pariwisata yang
sudah berkembang
7. Indikasi program Pasal 26 ayat (3) huruf a
7.1. Pengembangan skema pembatasan pembangunan prasarana umum, fasilitas umum, dan Kementerian yang membidangi urusan lingkungan hidup
fasilitas pariwisata pada destinasi pariwisata dalam rangka menjaga keberlanjutan daya
dukung
7.2. Koordinasi perijinan pembangunan prasarana umum, fasilitas umum, dan fasilitas Kementerian/Lembaga yang membidangi urusan
pariwisata pada destinasi pariwisata untuk menjaga keberlanjutan daya dukung suatu investasi/penanaman modal
destinasi
- 39 -
NO INDIKASI PROGRAM PENANGGUNGJAWAB
8. Indikasi program Pasal 26 ayat (3) huruf b
8.1. Pencabutan ijin bagi pelanggar peraturan ambang batas pembangunan prasarana umum, Kementerian/Lembaga yang membidangi urusan investasi/
fasilitas umum, dan fasilitas pariwisata penanaman modal
8.2. Penerapan sanksi pidana maupun perdata bagi pelanggar peraturan ambang batas Kementerian/Lembaga yang membidangi urusan investasi/
pembangunan prasarana umum, fasilitas umum, dan fasilitas pariwisata penanaman modal
- 40 -

5. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI KEPARIWISATAAN

LINGKUP ARAH KEBIJAKAN :

ARAH KEBIJAKAN 1 : PENGEMBANGAN POTENSI, KAPASITAS DAN PARTISIPASI MASYARAKAT MELALUI PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN;

ARAH KEBIJAKAN 2 : OPTIMALISASI PENGARUSUTAMAAN GENDER MELALUI PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN;

ARAH KEBIJAKAN 3 : PENINGKATAN POTENSI DAN KAPASITAS SUMBER DAYA LOKAL MELALUI PENGEMBANGAN USAHA PRODUKTIF DI
BIDANG PARIWISATA;

ARAH KEBIJAKAN 4 : PENYUSUNAN REGULASI DAN PEMBERIAN INSENTIF UNTUK MENDORONG PERKEMBANGAN INDUSTRI KECIL DAN
MENENGAH (IKM) DAN USAHA PARIWISATA SKALA UMKM YANG DIKEMBANGKAN MASYARAKAT LOKAL SESUAI
DENGAN KETENTUAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN;

ARAH KEBIJAKAN 5 : PENGUATAN KEMITRAAN RANTAI NILAI ANTAR USAHA DI BIDANG KEPARIWISATAAN;

ARAH KEBIJAKAN 6 : PERLUASAN AKSES PASAR TERHADAP PRODUK INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DAN USAHA PARIWISATA SKALA
USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH YANG DIKEMBANGKAN MASYARAKAT LOKAL;

ARAH KEBIJAKAN 7 : PENINGKATAN AKSES DAN DUKUNGAN PERMODALAN DALAM UPAYA MENGEMBANGKAN PRODUK INDUSTRI KECIL
DAN MENENGAH DAN USAHA PARIWISATA SKALA USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH YANG DIKEMBANGKAN
MASYARAKAT LOKAL;
- 41 -
ARAH KEBIJAKAN 8 : PENINGKATAN KESADARAN DAN PERAN MASYARAKAT SERTA PEMANGKU KEPENTINGAN TERKAIT DALAM
MEWUJUDKAN SAPTA PESONA UNTUK MENCIPTAKAN IKLIM KONDUSIF KEPARIWISATAAN SETEMPAT; DAN

ARAH KEBIJAKAN 9 : PENINGKATAN MOTIVASI DAN KEMAMPUAN MASYARAKAT DALAM MENGENALI DAN MENCINTAI BANGSA DAN TANAH
AIR MELALUI PERJALANAN WISATA NUSANTARA.
- 42 -

NO INDIKASI PROGRAM PENANGGUNGJAWAB


1. Indikasi program Pasal 29 ayat (1) huruf a

1.1. Pengembangan basis data potensi sumber daya lingkungan dan masyarakat dalam mendukung pengembangan Kementerian yang membidangi urusan
kepariwisataan di sekitar destinasi pariwisata. kepariwisataan

1.2. Identifikasi kebutuhan peningkatan kapasitas masyarakat (training need assesment) dan pemanfaatan potensi Kementerian yang membidangi urusan
sumber daya lokal dalam rangka mendorong pengembangan kepariwisataan di sekitar destinasi pariwisata. kepariwisataan

2. Indikasi program Pasal 29 ayat (1) huruf b

2.1. Fasilitasi pengembangan potensi sumber daya, lingkungan dan masyarakat dalam mendukung pelestarian dan Kementerian yang membidangi urusan
pengembangan kepariwisataan di sekitar destinasi pariwisata. kepariwisataan

2.2. Pemberdayaan kearifan lokal yang tumbuh di masyarakat dalam mendukung pengembangan kepariwisataan. Kementerian yang membidangi urusan
kepariwisataan
3. Indikasi program Pasal 29 ayat (1) huruf c

3.1. Peningkatan kapasitas dan peran organisasi kemasyarakatan di tingkat lokal (badan keswadayaan masyarakat, Kementerian yang membidangi urusan
kelompok sadar wisata) dalam mendukung pengembangan kepariwisataan setempat dan penanggulangan urusan dalam negeri
dampaknya.
3.2. Peningkatan kapasitas dan peran organisasi/ lembaga pemerintahan di tingkat desa/kecamatan dalam Kementerian yang membidangi urusan
mendukung pengembangan kepariwisataan setempat. urusan dalam negeri
4. Indikasi program Pasal 29 ayat (2) huruf a
4.1. Pernyebarluasan infomasi dalam meningkatkan pemahaman dan penyadaran masyarakat tentang kesetaraan Kementerian yang membidangi urusan
gender dalam pembangunan kepariwisataan. pemberdayaan perempuan dan
perlindungan anak
- 43 -
NO INDIKASI PROGRAM PENANGGUNGJAWAB
5. Indikasi program Pasal 29 ayat (2) huruf b
5.1. Peningkatan kapasitas dan peran masyarakat dalam perspektif kesetaraan gender dalam pengembangan Kementerian yang membidangi urusan
kepariwisataan di daerah. pemberdayaan perempuan dan
perlindungan anak
6. Indikasi program Pasal 29 ayat (3) huruf a
6.1. Peningkatan pengembangan potensi wisata berbasis keunikan lokal dalam kerangka program Program Nasional Kementerian yang membidangi urusan
Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Pariwisata. kepariwisataan
6.2. Peningkatan pengembangan jejaring potensi wisata pedesaan dengan desa/komunitas terkait dalam kerangka Kementerian yang membidangi urusan
program PNPM Mandiri Pariwisata. kepariwisataan
6.3. Peningkatan pengembangan kapasitas masyarakat lokal dalam kerangka optimalisasi implementasi dan Kementerian yang membidangi urusan
manajemen program PNPM Mandiri Pariwisata di desa wisata serta desa pendukung. kepariwisataan
7. Indikasi program Pasal 29 ayat (3) huruf b
7.1. Fasilitasi pengembangan sarana prasarana pendukung desa wisata. Kementerian yang membidangi urusan
pekerjaan umum
7.2. Fasilitasi pengembangan jejaring desa wisata. Kementerian yang membidangi urusan
kepariwisataan
8. Indikasi program Pasal 29 ayat (3) huruf c

8.1. Peningkatan kualitas produk IKM sebagai komponen pendukung produk wisata di destinasi pariwisata. Kementerian yang membidangi urusan
Perindustrian
8.2. Fasilitasi dan pendampingan pengembangan kualitas produk IKM di bidang pariwisata sebagai komponen Kementerian yang membidangi urusan
pendukung produk wisata di destinasi pariwisata. Perindustrian
- 44 -
NO INDIKASI PROGRAM PENANGGUNGJAWAB
9. Indikasi program Pasal 29 ayat (3) huruf d

9.1. Peningkatan pemberdayaan kapasitas pelaku IKM di bidang pariwisata dalam perintisan dan pengembangan Kementerian yang membidangi urusan
usaha wisata pedesaan dan mata rantai usaha ekonomi terkait didalamnya. perindustrian

9.2. Peningkatan pemberdayaan kapasitas pelaku usaha pariwisata skala UMKM dalam perintisan dan Kementerian yang membidangi urusan
pengembangan usaha wisata pedesaan dan mata rantai usaha ekonomi terkait didalamnya. koperasi dan UMKM

9.3. Peningkatan pemberdayaan kapasitas pelaku IKM di bidang pariwisata dalam pengembangan kualitas produk Kementerian yang membidangi urusan
dan layanan usaha jasa kepariwisataan. perindustrian

9.4. Peningkatan pemberdayaan kapasitas pelaku usaha pariwisata skala UMKM dalam pengembangan kualitas Kementerian yang membidangi urusan
produk dan layanan usaha jasa kepariwisataan. koperasi dan UMKM

10. Indikasi program Pasal 29 ayat (4) huruf a

10.1. Pengembangan regulasi untuk kemudahan akses permodalan bagi pengembangan IKM di bidang pariwisata Kementerian yang membidangi urusan
dalam rangka pengembangan usaha kepariwisataan. perindustrian

10.2. Pengembangan regulasi untuk kemudahan akses permodalan bagi pengembangan usaha pariwisata skala Kementerian yang membidangi urusan
UMKM dalam rangka pengembangan usaha kepariwisataan. koperasi dan UMKM

10.3. Pengembangan regulasi untuk mendukung kemudahan akses pasar terhadap produk lokal. Kementerian yang membidangi urusan
perdagangan
10.4. Pengembangan regulasi dan insentif untuk meningkatkan kualitas produk lokal. Kementerian yang membidangi urusan
perdagangan
11. Indikasi program Pasal 29 ayat (4) huruf b

11.1. Penetapan klasifikasi jenis dan skala IKM di bidang pariwisata yang diperuntukkan kepada masyarakat lokal di Kementerian yang membidangi urusan
- 45 -
NO INDIKASI PROGRAM PENANGGUNGJAWAB
sekitar destinasi pariwisata. perindustrian

11.2. Penetapan klasifikasi jenis dan usaha pariwisata skala UMKM yang diperuntukkan kepada masyarakat lokal di Kementerian yang membidangi urusan
sekitar destinasi pariwisata. koperasi dan UMKM

11.3. Fasilitasi pengembangan IKM di bidang pariwisata yang perlu mendapatkan perlindungan. Kementerian yang membidangi urusan
perindustrian
11.4. Fasilitasi pengembangan usaha pariwisata skala UMKM yang memerlukan perlindungan. Kementerian yang membidangi urusan
koperasi dan UMKM
12. Indikasi program Pasal 29 ayat (5) huruf a

12.1. Pengembangan skema kemitraan antar berbagai jenis dan skala usaha di bidang jasa kepariwisataan (bapak – Kementerian yang membidangi urusan
anak angkat, pariwisata inti rakyat) dalam menggerakkan IKM dan usaha pariwisata skala UMKM. badan usaha milik negara

12.2. Peningkatan tanggung jawab sosial perusahaan Corporate Social Responsibility (CSR) untuk mendorong tumbuh Kementerian yang membidangi urusan
kembangnya IKM di bidang pariwisata dan usaha pariwisata skala UMKM. badan usaha milik negara

13. Indikasi program Pasal 29 ayat (5) huruf b

13.1. Fasilitasi peningkatan kualitas produk untuk memenuhi standar pasar dan kelangsungan kemitraan rantai nilai Kementerian yang membidangi urusan
antar usaha. perindustrian

13.2. Fasilitasi peningkatan kualitas layanan usaha untuk memenuhi standar pasar dan kelangsungan kemitraan Kementerian yang membidangi urusan
rantai nilai antar usaha. perdagangan

13.3. Fasilitasi peningkatan nilai tambah kualitas produk untuk penguatan daya saing produk lokal. Kementerian yang membidangi urusan
perindustrian
13.4. Fasilitasi peningkatan nilai tambah kualitas layanan usaha untuk penguatan daya saing produk lokal. Kementerian yang membidangi urusan
perdagangan
- 46 -
NO INDIKASI PROGRAM PENANGGUNGJAWAB
14. Indikasi program Pasal 29 ayat (6) huruf a

14.1. Pemanfaatan media dalam upaya membuka akses pasar. terhadap produk dan IKM di bidang pariwisata dan Kementerian yang membidangi urusan
usaha pariwisata skala UMKM. komunikasi dan informasi

14.2. Perluasan jejaring kerja dan kemitraan IKM di bidang pariwisata dan usaha pariwisata skala UMKM dengan Kementerian yang membidangi urusan
pelaku industri pariwisata yang sudah berkembang dalam memperluas cakupan pasar. perindustrian

14.3. Penguatan kerjasama lintas sektor dan lintas pemangku kepentingan dalam peningkatan kualitas produk dan Kementerian yang membidangi urusan
pemasaran produk wisata yang dikembangkan masyarakat melalui IKM di bidang pariwisata dan usaha perekonomian
pariwisata skala UMKM.

15. Indikasi program Pasal 29 ayat (6) huruf b

15.1. Peningkatan CSR dalam mendorong perluasan akses pasar terhadap produk IKM di bidang pariwisata dan Kementerian yang membidangi urusan
usaha pariwisata skala UMKM. perdagangan

16. Indikasi program Pasal 29 ayat (7) huruf a

16.1. Koordinasi–integrasi dan sinergi kebijakan antara sektor terkait dalam mendorong pengembangan IKM di bidang Kementerian yang membidangi urusan
pariwisata dan usaha pariwisata skala UMKM. koperasi dan UMKM

16.2. Pengembangan skema insentif dalam mendorong peningkatan IKM di bidang pariwisata dan usaha pariwisata Kementerian yang membidangi urusan
skala UMKM. koperasi dan UMKM

16.3. Sosialisasi kebijakan insentif dan dukungan kemudahan pengembangan IKM di bidang pariwisata dan usaha Kementerian yang membidangi urusan
pariwisata skala UMKM. koperasi dan UMKM

17. Indikasi program Pasal 29 ayat (7) huruf b

17.1. Pengembangan skema dana bergulir bagi investasi IKM di bidang pariwisata dan usaha pariwisata skala UMKM. Kementerian/Lembaga yang
- 47 -
NO INDIKASI PROGRAM PENANGGUNGJAWAB
membidangi keuangan
17.2. Pengembangan alokasi pendukungan permodalan dalam pengembangan IKM di bidang pariwisata. Kementerian yang membidangi urusan
perindustrian
17.3. Pengembangan alokasi pendukungan permodalan dalam pengembangan usaha pariwisata skala UMKM. Kementerian yang membidangi urusan
koperasi dan UMKM
18. Indikasi program Pasal 29 ayat (8) huruf a

18.1. Peningkatan Gerakan Sadar Wisata di Destinasi-Destinasi Pariwisata. Kementerian yang membidangi urusan
kepariwisataan
18.2. Peningkatan peran kelompok sadar wisata (Pokdarwis) dalam pengembangan kepariwisataan dan perwujudan Kementerian yang membidangi urusan
sadar wisata di daerah. kepariwisataan

19. Indikasi program Pasal 29 ayat (8) huruf b

19.1. Peningkatan kegiatan aksi sapta pesona di sekitar destinasi pariwisata. Kementerian yang membidangi urusan
kepariwisataan
19.2. Peningkatan kualitas kesehatan di seluruh mata rantai kegiatan kepariwisataan. Kementerian/Lembaga yang
membidangi urusan kesehatan
19.3. Peningkatan peran aktif masyarakat dalam penciptaan lingkungan yang aman (pengamanan destinasi Lembaga yang membidangi urusan
pariwisata). kepolisian

19.4. Peningkatan dan penguatan unsur kenangan khas di destinasi pariwisata. Kementerian yang membidangi urusan
kepariwisataan
19.5. Peningkatan apresiasi terhadap inisiatif dan kontribusi masyarakat dalam pengembangan sadar wisata dan Kementerian yang membidangi urusan
sapta pesona. kepariwisataan
- 48 -
NO INDIKASI PROGRAM PENANGGUNGJAWAB
19.6. Peningkatan peran aktif masyarakat dalam penanggulangan Eksploitasi Seksual Anak di destinasi pariwisata. Kementerian yang membidangi urusan
pemberdayaan perempuan dan
perlindungan anak
20. Indikasi program Pasal 29 ayat (8) huruf c

20.1. Penguatan struktur dan peningkatan peran aktif serta kapasitas polisi pariwisata. Lembaga yang membidangi urusan
kepolisian
20.2. Peningkatan peran masyarakat dan polisi pariwisata dalam pencegahan dan penanggulangan dampak negatif Kementerian yang membidangi urusan
kepariwisataan (gangguan keamanan, gangguan ketertiban dan bencana). kepariwisataan
20.3. Peningkatan kualitas keamanan di kawasan atau tempat-tempat strategis di destinasi wisata. Lembaga yang membidangi urusan
kepolisian
21. Indikasi program Pasal 29 ayat (8) huruf d
21.1. Peningkatan pemanfaatan Media Cetak, Elektronik dan Public Figure dalam pengembangan Sadar Wisata. Kementerian yang membidangi urusan
komunikasi dan informasi
21.2. Optimalisasi pemuatan iklan layanan masyarakat pada media massa nasional baik cetak maupun elektronik Kementerian yang membidangi urusan
tentang sadar wisata. komunikasi dan informasi
21.3. Peningkatan pemanfaatan Media Kesenian Tradisional sebagai sarana pendukung pengembangan sadar wisata. Kementerian yang membidangi urusan
komunikasi dan informasi
22. Indikasi program Pasal 29 ayat (9) huruf a

22.1. Pengintegrasian agenda wisata dalam kurikulum pendidikan dalam berbagai bentuk program (pertukaran Kementerian yang membidangi urusan
wisata remaja, dan sebagainya). pendidikan
22.2. Peningkatan kemudahan kunjungan wisata bagi kelompok-kelompok masyarakat melalui berbagai skema Kementerian/Lembaga yang
insentif. membidangi urusan otoritas moneter
- 49 -
NO INDIKASI PROGRAM PENANGGUNGJAWAB
23. Indikasi program Pasal 29 ayat (9) huruf b
23.1. Penyebarluasan informasi pariwisata nusantara bagi masyarakat. Kementerian yang membidangi urusan
komunikasi dan informasi
23.2. Pengembangan paket wisata nusantara yang kreatif, edukatif dan terjangkau oleh masyarakat. Kementerian yang membidangi urusan
kepariwisataan
- 50 -

6. INVESTASI DI BIDANG PARIWISATA

LINGKUP ARAH KEBIJAKAN :

ARAH KEBIJAKAN 1. : PENINGKATAN PEMBERIAN INSENTIF INVESTASI DI BIDANG


PARIWISATA SESUAI DENGAN KETENTUAN PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN;

ARAH KEBIJAKAN 2. : PENINGKATAN KEMUDAHAN INVESTASI DI BIDANG


PARIWISATA; DAN

ARAH KEBIJAKAN 3. : PENINGKATAN PROMOSI INVESTASI DI BIDANG PARIWISATA.


- 51 -
NO INDIKASI PROGRAM PENANGGUNGJAWAB
1. Indikasi program Pasal 31 ayat (1) huruf a

1.1. Pengembangan skema Keringanan Pajak untuk meningkatkan Investasi asing di Destinasi Pariwisata Kementerian/Lembaga yang membidangi
urusan keuangan
2. Indikasi program Pasal 31 ayat (1) huruf b

2.1. Pengembangan skema Keringanan Pajak untuk meningkatkan investasi dalam negeri di Destinasi Kementerian/Lembaga yang membidangi
Pariwisata urusan keuangan

3. Indikasi program Pasal 31 ayat (2) huruf a

3.1. Pengembangan sistem dan mekanisme perijinan untuk meningkatkan kemudahan investasi di bidang Kementerian/Lembaga yang membidangi
pariwisata urusan investasi

3.2. Penyediaan kemudahan pengadaan dokumen pendukung investasi di bidang pariwisata Kementerian/Lembaga yang membidangi
urusan investasi
4. Indikasi program Pasal 31 ayat (2) huruf b

4.1. Penyesuaian atau kemudahan urusan kontrak tenaga kerja Kementerian yang membidangi urusan
ketenagakerjaan
4.2. Pengurangan jenis peraturan perijinan Kementerian yang membidangi urusan
ketenagakerjaan
4.3. Indikasi program Pasal 31 ayat (3) huruf a

4.4. Penyediaan informasi profil investasi di destinasi pariwisata Kementerian/Lembaga yang membidangi
urusan investasi
5. Indikasi program Pasal 31 ayat (3) huruf b
- 52 -
NO INDIKASI PROGRAM PENANGGUNGJAWAB
5.1. Penetapan pemberian kemudahan bagi investasi sektor pariwisata yang mendorong peningkatan Kementerian/Lembaga yang membidangi
kunjungan wisatawan dan lama tinggal urusan investasi

5.2. Pengembangan sekretariat bersama promosi investasi di destinasi pariwisata Kementerian/Lembaga yang membidangi
urusan investasi
5.3. Pengembangan berbagai marketing kit investasi dari destinasi-destinasi pariwisata Kementerian/Lembaga yang membidangi
urusan investasi
5.4. Promosi investasi sektor pariwisata melalui media cetak, elektronik, dan internet Kementerian/Lembaga yang membidangi
urusan investasi
5.5. Penyediaan informasi mengenai perizinan yang diperlukan. Kementerian/Lembaga yang membidangi
urusan investasi
5.6. Penetapan pemberian kemudahan bagi investasi sektor pariwisata yang mendorong peningkatan Kementerian/Lembaga yang membidangi
kunjungan wisatawan dan lama tinggal urusan investasi
5.7. Pengembangan sekretariat bersama promosi investasi di destinasi pariwisata Kementerian/Lembaga yang membidangi
urusan investasi
5.8. Pengembangan berbagai marketing kit investasi dari destinasi-destinasi pariwisata Kementerian/Lembaga yang membidangi
urusan investasi
5.9. Promosi investasi sektor pariwisata melalui media cetak, elektronik , dan internet luar negeri Kementerian/Lembaga yang membidangi
urusan investasi
5.10. Penyediaan informasi mengenai perizinan yang diperlukan. Kementerian/Lembaga yang membidangi
urusan investasi
5.11. Penetapan negara-negara potensial sasaran promosi investasi pariwisata di Indonesia Kementerian/Lembaga yang membidangi
urusan investasi
- 53 -
NO INDIKASI PROGRAM PENANGGUNGJAWAB
5.12. Peningkatan Road show promosi investasi sektor pariwisata ke negara-negara potensial Kementerian/Lembaga yang membidangi
urusan investasi
6. Indikasi program Pasal 31 ayat (3) huruf c
6.1. Peningkatan kerjasama lintas sektor terkait promosi investasi Kementerian/Lembaga yang membidangi
urusan investasi
- 54 -

Bagian B

INDIKASI PROGRAM PEMBANGUNAN PEMASARAN PARIWISATA

LINGKUP PEMBANGUNAN PEMASARAN PARIWISATA

AREA KEBIJAKAN 1. : PENGEMBANGAN PASAR WISATAWAN;

AREA KEBIJAKAN 2. : PENGEMBANGAN CITRA PARIWISATA;

: PENGEMBANGAN KEMITRAAN PEMASARAN


AREA KEBIJAKAN 3.
PARIWISATA; DAN

AREA KEBIJAKAN 4. : PENGEMBANGAN PROMOSI PARIWISATA.


- 55 -

NO INDIKASI PROGRAM PENANGGUNGJAWAB


1. Indikasi program Pasal 34 huruf a
1.1. Program pemasaran untuk mengembangkan kelompok pasar wisata massal (mass market) dari segmen wisatawan Kementerian yang membidangi
nusantara yang terfokus kepada destinasi-destinasi pariwisata nasional secara bertahap dan berkelanjutan, antara urusan kepariwisataan
lain:
1) DPN Bali – Nusa Lembongan dan sekitarnya (Wisata Budaya Peninggalan Sejarah: Museum; Wisata Budaya
Etnik/Tradisi: Ubud, Bali Aga; Wisata Bahari Pantai: Kuta, Sanur, Nusa Dua, Lovina; Wisata Belanja: Kuta;
Wisata Ekologi Hutan: Taman Nasional Bali Barat; Wisata Danau: Kintamani, Tamblingan, Buyan; Wisata
Alam/geopark: gunung Batur)
2) DPN Lombok – Gili Tramena dan sekitarnya (Wisata Bahari Pantai : Senggigi – Kuta - Aan – Gili Tramena;
Wisata Budaya Etnik: Sasak Sade – Sukarare)
3) DPN Kelimutu – Meumere dan sekitarnya (Wisata Budaya Peninggalan Sejarah: Ende;)
4) DPN Medan – Toba dan sekitarnya (Wisata Alam Danau : geopark Danau Toba; Wisata Budaya Etnik/Tradisi :
Tuk – Tuk, Tomok)
5) DPN Padang – Bukittinggi dan sekitarnya (Wisata Budaya Peninggalan Sejarah: eks tambang Sawah Lunto,
Bukittinggi; Wisata Budaya Etnik: Minangkabau, Pandai sikek; Wisata Danau: Maninjau –Singkarak; Wisata
Ekologi Pegunungan/Bentang Alam: Ngarai Sianok, Anai)
6) DPN Palembang – Bangka Belitung dan sekitarnya (Wisata Budaya Peninggalan Sejarah: Kuto Besak; Wisata
Sungai: Musi Kota; Wisata Pantai: Tanjung.Kelayang)
7) DPN Batam – Bintan dan sekitarnya (Wisata Bahari Pantai: Nongsa – Bintan; Wisata Budaya Peninggalan
Sejarah: Panyengat; Wisata Khusus-Belanja: Nagoya, Tanjung Pinang)
8) DPN Yogyakartakarta – Borobudur dan sekitarnya (Wisata Budaya Peninggalan Sejarah: Borobudur, Keraton,
Dieng; Wisata Budaya Etnik/Tradisi: Desa Wisata; Wisata Bahari Pantai : Pantai Selatan Yogyakarta dan
Gunung Kidul; Wisata Belanja: Malioboro, Kotagede)
9) DPN Solo – Sangiran dan sekitarnya (Wisata Budaya Peninggalan Sejarah : Sangiran, Keraton; Wisata Belanja :
Batik, craft; Wisata Karst: Gua Gong – Tabuhan – Pacitan)
10) DPN Krakatau – Ujung Kulon dan sekitarnya (Wisata Budaya Peninggalan Sejarah: Banten; Wisata Bahari
Pantai: Carita – Tanjung Lesung)
- 56 -
NO INDIKASI PROGRAM PENANGGUNGJAWAB
11) DPN Pangandaran – Nusa Kambangan dan sekitarnya (Wisata Bahari Pantai: Pangandaran, Nusakambangan;
Wisata ekologi Pegunungan/ bentang alam: Baturaden, Green Canyon; Wisata Budaya Etnik/Tradisi:
Karangbanjar)
12) DPN Manado – Bunaken dan sekitarnya (Wisata Budaya Etnik/Tradisi: Kawangkoan; Wisata Danau: Danau
Tondano; wisata Agro : Tomohon; Wisata Bahari Pantai-Diving: Bunaken)
13) DPN Surabaya – Madura dan sekitarnya (Wisata Budaya Peninggalan Sejarah: Trowulan, Keraton Sumenep;
Wisata Budaya Etnik/Tradisi: Karapan Sapi; Wisata Religi: Walisongo; Wisata Khusus: Jembatan Suramadu)
14) DPN Bromo – Malang dan sekitarnya (Wisata Pegunungan: Bromo, Kelud; Wisata Agro: Batu; Wisata Budaya
Peninggalan Sejarah: Trowulan, Makam Bung Karno)
15) DPN Makassar – Takabonerate dan sekitarnya (Wisata Budaya Peninggalan Sejarah: Port Rotterdam, Paotere;
Wisata Bahari Pantai : Losari, Bulukumba; Wisata Khusus-theme park: Trans Studio)
16) DPN Toraja – Lorelindu dan sekitarnya (Wisata Budaya Etnik/Tradisi: Toraja; Wisata Danau: Danau Poso)
17) DPN Jambi – Kerinci Seblat dan sekitarnya (Wisata Budaya Peninggalan Sejarah: Muaro Jambi, Wisata Sungai:
Batanghari)
18) DPN Jakarta – Kep.Seribu dan sekitarnya (Wisata Budaya Peninggalan Sejarah: Kota Tua; Wisata Bahari
Pantai: Ancol; Wisata Belanja : Senayan Central Business District (CBD) ; Wisata Khusus: Theme Park)
19) DPN Bandung – Ciwidey dan sekitarnya (Wisata Budaya Peninggalan Sejarah: Asia Afrika, Wisata Budaya
Etnik/Tradisi; Wisata agro: Ciwidey; Wisata Pegunungan/Bentang Alam: Lembang – Tangkuban Perahu; Wisata
Belanja: Cihampelas, Cibaduyut, Dago)
20) DPN Semarang – Karimunjawa dan sekitarnya (Wisata Budaya Peninggalan Sejarah: Kota Lama, Demak,
Menara Kudus, Gedongsongo; Wisata religi: Walisongo)
21) DPN Palangkaraya – Tanjung.Puting dan sekitarnya (Wisata Budaya Etnik/Tradisi: Tangkiling; Wisata Budaya
Peninggalan Sejarah: Palangkaraya)
22) DPN Kendari – Wakatobi dan sekitarnya (Wisata Budaya Peninggalan Sejarah: Keraton Bau Bau)
23) DPN Sentani – Wamena dan sekitarnya (Wisata Danau: Sentani, Wisata Budaya: Kota Jayapura)
24) DPN Halmahera – Morotai dan sekitarnya (Wisata Budaya Peninggalan Sejarah : Ternate – Tobelo)
25) DPN Pekanbaru – Rupat dan sekitarnya (Wisata Budaya Peninggalan Sejarah: Siak – Muara Takus; Wisata
Bahari Pantai: Pantai Rupat Utara)
26) DPN Bengkulu - Enggano dan sekitarnya (Wisata Budaya Peninggalan Sejarah: Port Malborough; Wisata Bahari
- 57 -
NO INDIKASI PROGRAM PENANGGUNGJAWAB
Pantai: Pantai Panjang; Wisata Danau: Danau Ranau)
27) DPN Bogor – Halimun dan sekitarnya (Wisata Budaya Peninggalan Sejarah: Istana Bogor; Wisata Hutan: Kebun
Raya Bogor, Wisata agro: Gunung Mas, Mekarsari, Wisata Hutan/Satwa: Taman Safari)
28) DPN Ijen – Alas Purwo dan sekitarnya (Wisata Bahari Pantai-Surfing : G-Land)
29) DPN Pontianak – Singkawang dan sekitarnya (Wisata Budaya Peninggalan Sejarah: Tugu Khatulistiwa; Wisata
Budaya Etnik/Tradisi: Pecinan)
30) DPN Banjarmasin – Martapura dan sekitarnya (Wisata Budaya Etnik/Tradisi: Pasar Terapung-Kuin,
Martapura; Wisata Bahari Pantai: Batakan)
31) DPN Ambon – Bandaneira dan sekitarnya (Wisata Budaya Peninggalan Sejarah : Situs Perang Dunia 2)
32) DPN Togean – Gorontalo dan sekitarnya (Wisata Budaya Peninggalan Sejarah : Gorontalo; Wisata Alam Tirta
Danau; Danau Limboto)
33) DPN Balikpapan – Tenggarong dan sekitarnya (Wisata Budaya Peninggalan Sejarah: Kutai Kartanegara; Bahari
Pantai: Semboja)
1.2. Program pemasaran untuk mengembangkan kelompok pasar ceruk pasar (niche market/minat khusus) dari Kementerian yang membidangi
segmen wisatawan nusantara yang terfokus kepada destinasi-destinasi pariwisata nasional secara bertahap dan urusan kepariwisataan
berkelanjutan, antara lain:
1) DPN Bali – Nusa Lembongan dan sekitarnya (Wisata Ekologi Hutan: Taman Nasional Bali Barat; Wisata Budaya
Etnik/ Tradisi : Trunyan – Bali Aga)
2) DPN Lombok – Gili Tramena dan sekitarnya (Wisata Ekologi Hutan dan Gunung: Rinjani; Wisata Budaya
Etnik/ Tradisi : Sade, Senaru – Sembalun)
3) DPN Komodo – Ruteng dan sekitarnya (Wisata Ekologi Hutan dan Satwa: Komodo; Wisata Budaya Etnik/
Tradisi : Ruteng; Wisata Bahari-Diving : Rinca)
4) DPN Borobudur – Yogyakartakarta dan sekitarnya (Wisata Ekologi Hutan dan Gunung: Merapi – Merbabu;
Wisata Budaya Religi/Spiritual; wisata khusus-lifestyle/ wellness)
5) DPN Solo – Sangiran dan sekitarnya (Wisata Religi/Spiritual; Wisata Ekologi-bentang alam: Karst Pacitan;
Wisata Budaya Peninggalan Sejarah: Sangiran; wisata khusus-lifestyle/ wellness)
6) DPN Krakatau – Ujung Kulon dan sekitarnya (Wisata ekologi Hutan, Gunung dan Satwa : Krakatau – Ujung
Kulon, Way Kambas)
- 58 -
NO INDIKASI PROGRAM PENANGGUNGJAWAB
7) DPN Pangandaran – Nusakambangan dan sekitarnya (Wisata Budaya Etnik/Tradisi: Kampung Naga; Wisata
Hutan Mangrove: Cilacap)
8) DPN Bromo – Malang dan sekitarnya (Wisata ekologi Hutan dan Gunung: Bromo – Tengger- Semeru; Wisata
Budaya Etnik/Tradisi : Tengger)
9) DPN Medan – Toba dan sekitarnya (Wisata Ekologi Hutan: Bukit Lawang, Tangkahan; Wisata Budaya Etnik/
Tradisi: Samosir)
10) DPN Palangkaraya – Tanjung.Puting dan sekitarnya (Wisata Ekologi Hutan dan Satwa: Tanjung.Puting, Taman
Nasional Sebangun)
11) DPN Toraja – Lorelindu dan sekitarnya (Wisata Hutan dan Gunung: Taman Nasional Lorelindu)
12) DPN Manado – Bunaken dan sekitarnya (Wisata Ekologi Hutan dan Gunung: Tangkoko, Bogani; Wisata Budaya
Etnik/ tradisi: Wisata bahari/ diving : Lembeh)
13) DPN Makassar – Takabonerate dan sekitarnya (Wisata Bahari-Diving: Selayar – Takabonerate)
14) DPN Sorong – Raja Ampat dan sekitarnya (Wisata Bahari-Diving: Raja Ampat)
15) DPN Kelimutu – Meumere dan sekitarnya (Wisata ekologi Hutan, Gunung dan Danau: Kelimutu; Wisata Budaya
Etnik/Tradisi: Sikka; Wisata khusus spiritual: Larantuka)
16) DPN Palembang – Babel dan sekitarnya (Wisata Ekologi Hutan: Gunung Dempo; Wisata Sungai: Musi hulu)
17) DPN Jambi – Kerinci Seblat dan sekitarnya (Wisata Ekologi Hutan: Kerinci Seblat, Taman Nasional Berbak;
Wisata Danau: Kerinci, Wisata Budaya Etnik/Tradisi: Kubu)
18) DPN Nias – Simeulue dan sekitarnya (Wisata Budaya Etnik/Tradisi: Bawomatoluo; Wisata Bahari-Diving,
Surfing: Lagundri)
19) DPN Banda Aceh – Weh dan sekitarnya (Wisata Budaya Religi : Baiturahmansaleh; Wisata Bahari-Diving: Weh)
20) DPN Jakarta – Kep Seribu dan sekitarnya (Wisata Bahari/Diving : Kep. Seribu)
21) DPN Bogor – Halimun dan sekitarnya (Wisata Ekologi Hutan dan Gunung: Halimun, Gede Pangrango; Wisata
Budaya Etnik/Tradisi: Cipta Rasa – Halimun)
22) DPN Semarang – Karimunjawa dan sekitarnya (Wisata Bahari: Karimunjawa)
23) DPN Moyo – Tambora dan sekitarnya (Wisata Ekologi Hutan: Tambora; Wisata Bahari-Diving : Moyo)
24) DPN Alor - Lembata dan sekitarnya (Wisata Bahari-Diving, Cruise : Alor – Kalabahi; Wisata Religi: Larantuka;
Wisata Minat Khusus: Lamalera)
25) DPN Sentarum – Betung Kerihun dan sekitarnya (Wisata Ekologi Hutan: Betung Kerihun; Wisata Danau:
- 59 -
NO INDIKASI PROGRAM PENANGGUNGJAWAB
Sentarum; Wisata Budaya Etnik/ Tradisi)
26) DPN Derawan – Kayan Mentarang dan sekitarnya (Wisata Ekologi Hutan: Kayan Mentarang, Segah-Kelay)
27) DPN Ijen – Alas Purwo dan sekitarnya (Wisata Ekologi Hutan: Baluran – Alas Purwo)
28) DPN Balikpapan – Tenggarong dan sekitarnya (Wisata Budaya Etnik: Mancong, Tanjung Isuy; Wisata Danau:
Jempang, Melintang, Semayang)
29) DPN Togean – Gorontalo dan sekitarnya (Wisata Bahari-Diving: Tomini – Togean; Wisata Budaya Etnik Tradisi:
Togean)
30) DPN Kendari – Wakatobi dan sekitarnya (Wisata Bahari-Diving : Wakatobi)
31) DPN Halmahera – Morotai dan sekitarnya (Wisata Bahari-Diving : Guraici – Morotai)
32) DPN Ambon – Bandaneira dan sekitarnya (Wisata Bahari-Diving : Bandaneira ; Wisata Hutan : Manusela)
33) DPN Sentani – Wamena dan sekitarnya (Wisata Hutan, Gunung dan Danau : Sentani; Wisata Budaya Etnik/
Tradisi: Wamena – Baliem)
34) DPN Mentawai – Siberut dan sekitarnya (Wisata Ekologi Hutan - Gunung: Siberut; Wisata Bahari-Surfing :
Mentawai; Wisata Budaya Etnik/Tradisi: Mentawai)
35) DPN Bengkulu – Enggano dan sekitarnya (Wisata Ekologi Hutan: Taman Nasional Bukit Barisan Selatan,
Enggano)
36) DPN Natuna – Anambas(Wisata Bahari-Diving: Anambas)
37) DPN Sumba – Waikabubak dan sekitarnya (Wisata ekologi Hutan dan Gunung : Taman Nasional Wanggametti ;
Wisata Budaya Etnik/Tradisi : Pasola)
38) DPN Long Bagun - Melak dan sekitarnya (Wisata ekologi Hutan: Mahakam – Riam Udang; Wisata Budaya
Etnik/ Tradisi : Long Apari – Bagun)
39) DPN Kupang – Rotendao dan sekitarnya (Wisata Bahari-Diving, Cruise: Rotendao)
40) DPN Timika – Lorenzt dan sekitarnya (Wisata ekologi Hutan dan Gunung : Lorenzt – Jayawijaya; Wisata Budaya
Etnik/ Tradisi : Asmat)
41) DPN Biak – Numfor dan sekitarnya (Wisata Bahari-Diving : Biak Cenderawasih – Supiori)
42) DPN Manokwari – Fak-Fak dan sekitarnya (Wisata Bahari-Diving : Bintuni; Wisata Hutan dan Gunung : Fak-
Fak)
43) DPN Merauke – Wazur dan sekitarnya (Wisata Ekologi Hutan: Wazur)
- 60 -
NO INDIKASI PROGRAM PENANGGUNGJAWAB
1.3. Program pemasaran untuk mengembangkan kelompok wisata massal (mass market) dari segmen wisatawan Kementerian yang membidangi
mancangara yang terfokus kepada destinasi-destinasi pariwisata nasional secara bertahap dan berkelanjutan, urusan kepariwisataan
antara lain:
1) DPN Bali – Nusa Lembongan dan sekitarnya (Wisata Budaya Peninggalan Sejarah : Museum – Ubud; Wisata
Bahari Pantai: Kuta, Sanur, Nusa Dua, Lovina; Wisata Belanja: Kuta, Ubud; Wisata Khusus, wisata alam
pegunungan: Kintamani)
2) DPN Lombok – Gili Tramena dan sekitarnya (Wisata Bahari Pantai: Senggigi – Kuta-Aan – Gili Tramena; Wisata
Budaya Etnik/Tradisi : Sasak Sade – Sukarare; Wisata hutan Pegunungan: Rinjani, taman bertema (theme
park))
3) DPN Medan – Toba dan sekitarnya (Wisata Danau: Danau Toba; Wisata Budaya Etnik/ Tradisi : Tuk - Tuk)
4) DPN Padang – Bukittinggi dan sekitarnya (Wisata Budaya Peninggalan Sejarah: Bukittinggi, eks tambang
Sawah Lunto; Wisata Budaya Etnik/Tradisi: Minangkabau; Wisata Danau: Maninjau, Singkarak; Wisata
Pegunungan: Ngarai Sianok, Anai)
5) DPN Batam – Bintan dan sekitarnya (Wisata Bahari Pantai: Nongsa – Bintan; Wisata Budaya Peninggalan
Sejarah: Panyengat)
6) DPN Krakatau – Ujungkulon dan sekitarnya (Wisata Bahari Pantai : Merak Belantung, Carita, Tanjung Lesung)
7) DPN Bandung – Ciwidey dan sekitarnya (Wisata Budaya Peninggalan Sejarah: Asia Afrika; Wisata agro Ciwidey;
Wisata Pegunungan: Lembang, Tangkuban Perahu, Ciater, Ciwidey; Wisata Belanja)
8) DPN Pangandaran – Nusa Kambangan dan sekitarnya (Wisata Bahari Pantai : Pangandaran, Nusa Kambangan;
Wisata Pegunungan : Baturaden)
9) DPN Yogyakarta – Borobudur dan sekitarnya (Wisata Budaya Peninggalan Sejarah: Borobudur, Keraton, Dieng;
Wisata Budaya etnik/ tradisi: Desa Wisata; Wisata Bahari Pantai : Pantai Selatan; Wisata Belanja: craft)
10) DPN Solo – Sangiran dan sekitarnya (Wisata Budaya Peninggalan Sejarah : Sangiran, Keraton)
11) DPN Bromo – Malang dan sekitarnya (Wisata Pegunungan : Bromo, Kelud; Wisata Agro : Batu)
12) DPN Manado – Bunaken dan sekitarnya (Wisata Budaya Etnik/Tradisi: Kawangkoan; Wisata Danau: Danau
Tondano; Wisata Agro: Tomohon; Wisata Bahari Pantai: Bunaken)
13) DPN Toraja – Lorelindu dan sekitarnya (Wisata Budaya Etnik/Tradisi: Toraja)
14) DPN Makassar – Takabonerate dan sekitarnya (Wisata Budaya Peninggalan Sejarah: Port Rotterdam, Paotere;
Wisata Budaya Etnik/Tradisi: Phinisi Bulukumba)
- 61 -
NO INDIKASI PROGRAM PENANGGUNGJAWAB
15) DPN Jakarta – Kepulauan Seribu dan sekitarnya (Wisata Budaya Peninggalan Sejarah: Kota Tua; Wisata
Belanja: Tanah Abang)
16) DPN Banda Aceh – Weh dan sekitarnya (Wisata budaya peninggalan sejarah: Banda Aceh)
17) DPN Pekanbaru – Rupat dan sekitarnya (Wisata Budaya Peninggalan Sejarah : Siak, Muara Takus; Wisata
Bahari Pantai : Pantai Rupat Utara)
18) DPN Palembang – Babel dan sekitarnya (Wisata Sungai : Musi Kota; Wisata Bahari Pantai: Tanjung Kelayang
Belitung)
19) DPN Jambi – Kerinci Seblat dan sekitarnya (Wisata Budaya Peninggalan Sejarah : Muaro Jambi)
20) DPN Bogor – Halimun dan sekitarnya (Wisata Budaya Peninggalan Sejarah : Istana Bogor, Kebun Raya Bogor)
21) DPN Semarang – Karimunjawa dan sekitarnya (Wisata Budaya Peninggalan Sejarah : Kota Lama – Demak –
Menara Kudus)
22) DPN Surabaya – Madura dan sekitarnya (Wisata Budaya Peninggalan Sejarah: Trowulan – Keraton; Wisata
Budaya Etnik/Tradisi: Karapan Sapi)
23) DPN Kelimutu – Meumere dan sekitarnya (Wisata Budaya Peninggalan Sejarah : Ende; Wisata Budaya Etnik/
Tradisi : Sikka)
24) DPN Pontianak – Singkawang dan sekitarnya (Wisata Budaya Etnik: Pecinan; Wisata agro : Sambas)
25) DPN Tenggarong – Balikpapan dan sekitarnya (Wisata Budaya Peninggalan Sejarah: Kutai Kartanegara; Wisata
Sungai: Mahakam)
26) DPN Banjarmasin – Martapura dan sekitarnya (Wisata Budaya Etnik/Tradisi: Pasar Terapung-Kuin,
Martapura)
27) DPN Halmahera – Morotai dan sekitarnya (Wisata Budaya Peninggalan Sejarah: Kasultanan Ternate, situs
Perang Dunia 2 Morotai - Tobelo; Wisata Danau)
28) DPN Kendari – Wakatobi dan sekitarnya (Wisata Budaya Peninggalan Sejarah : Keraton Bau Bau)
29) DPN Bengkulu – Enggano dan sekitarnya (Wisata Budaya Peninggalan Sejarah : Malborough; Wisata Hutan-
pegunungan : Raflesia)
30) DPN Palangkaraya – Tanjung.Puting dan sekitarnya (Wisata Budaya Etnik/Tradisi: Tangkiling)
31) DPN Kupang – Rotendao dan sekitarnya (Wisata Budaya Peninggalan Sejarah)
32) DPN Ambon – Bandaneira dan sekitarnya (Wisata Budaya Peninggalan Sejarah : Ambon)
33) DPN Sentani – Wamena dan sekitarnya (Wisata Budaya Peninggalan Sejarah: situs Perang Dunia 2)
- 62 -
NO INDIKASI PROGRAM PENANGGUNGJAWAB
1.4. Program pemasaran untuk mengembangkan kelompok ceruk pasar (niche market/minat khusus) dari segmen Kementerian yang membidangi
wisatawan mancanegara yang terfokus kepada destinasi-destinasi pariwisata nasional secara bertahap dan urusan kepariwisataan
berkelanjutan, antara lain:
1) DPN Bali – Nusa Lembongan dan sekitarnya (Wisata Ekologi Hutan dan Gunung : Taman Nasional Bali Barat;
Wisata Budaya Etnik/ Tradisi : Trunyan – Bali Aga; Wisata khusus- golf; wisata khusus-lifestyle/wellness)
2) DPN Lombok – Gili Tramena dan sekitarnya (Wisata Ekologi Hutan dan Gunung: Rinjani; Wisata Budaya
Etnik/Tradisi: Senaru – Sembalun)
3) DPN Komodo – Ruteng dan sekitarnya (Wisata Ekologi Hutan dan Satwa: Komodo; Wisata Budaya Etnik/
Tradisi: Ruteng; Wisata Bahari-Diving : Rinca)
4) DPN Kelimutu – Meumere dan sekitarnya (Wisata Ekologi Hutan, Gunung: Taman Nasional Kelimutu; Wisata
Budaya Etnik/ Tradisi : Sikka)
5) DPN Sorong – Raja Ampat dan sekitarnya (Wisata Bahari-Diving, cruise: Taman Nasional Raja Ampat)
6) DPN Medan – Toba dan sekitarnya (Wisata Ekologi Hutan: Bukit Lawang, Tangkahan; Wisata Budaya Etnik/
Tradisi: Samosir)
7) DPN Nias – Simeulue dan sekitarnya (Wisata Budaya Etnik/Tradisi: Bawomatoluo; Wisata Bahari- Surfing :
Lagundri, Teluk Dalam)
8) DPN Mentawai – Siberut dan sekitarnya (Wisata Ekologi Hutan: Siberut; Wisata Bahari-Surfing : Mentawai;
Wisata Budaya Etnik/Tradisi : Mentawai)
9) DPN Batam – Bintan dan sekitarnya (Wisata Bahari–Diving : Galang; Wisata khusus-golf: Batam, Bintan;
wisata khusus-lifestyle/wellness)
10) DPN Borobudur – Yogyakartakarta dan sekitarnya (Wisata Ekologi Hutan dan Gunung: Merapi – Merbabu;
Wisata Religi/Spiritual: Borobudur; Wisata khusus- golf: Merapi, Magelang; wisata khusus-lifestyle/wellness)
11) DPN Krakatau – Ujung Kulon dan sekitarnya (Wisata Ekologi Hutan - Gunung: Krakatau, Taman Nasional
Ujung Kulon, Taman Nasional Way Kambas)
12) DPN Bogor – Halimun dan sekitarnya (Wisata Ekologi Hutan dan Gunung : Halimun – Gede Pangrango; Wisata
Budaya Etnik/Tradisi: Cipta Rasa – Halimun)
13) DPN Pangandaran – Nusakambangan dan sekitarnya (Wisata Budaya Etnik/Tradisi : Kampung Naga; Wisata
Ekologi Hutan Mangrove: Cilacap)
14) DPN Bromo – Malang dan sekitarnya (Wisata Ekologi Hutan - Gunung: Bromo – Tengger – Semeru; Wisata
- 63 -
NO INDIKASI PROGRAM PENANGGUNGJAWAB
Budaya Etnik/Tradisi : Tengger)
15) DPN Palangkaraya – Tanjung.Puting dan sekitarnya (Wisata Ekologi Hutan dan Satwa : Tanjung.Puting)
16) DPN Derawan – Kayan Mentarang (Wisata Ekologi Hutan dan Sungai : Kayan Mentarang – Segah-Kelay)
17) DPN Kendari - Wakatobi dan sekitarnya (Wisata Bahari-Diving: Wakatobi)
18) DPN Toraja – Lorelindu dan sekitarnya (Wisata Ekologi Hutan: Taman Nasional Lorelindu)
19) DPN Manado – Bunaken dan sekitarnya (Wisata Ekologi Hutan: Tangkoko, Bogani; Wisata Budaya Etnik/
Tradisi: Minahasa; Wisata Bahari-Diving: Lembeh)
20) DPN Jakarta – Kep. Seribu dan sekitarnya (Wisata Bahari - Diving : Kep. Seribu; wisata khusus-lifestyle/
wellness; Wisata khusus- golf)
21) DPN Solo – Sangiran dan sekitarnya (Wisata Religi/Spiritual: Solo; wisata khusus-lifestyle/wellness)
22) DPN Jambi – Kerinci Seblat dan sekitarnya (Wisata Ekologi Hutan : Taman Nasional Kerinci Seblat, Wisata
Budaya Etnik/ Tradisi : Kubu)
23) DPN Bengkulu – Enggano dan sekitarnya (Wisata Ekologi Hutan : Enggano)
24) DPN Palembang – Babel dan sekitarnya (Wisata Ekologi Hutan - Sungai : Musi Hulu – Gunung Dempo)
25) DPN Banda Aceh – Weh dan sekitarnya (Wisata Bahari-Diving : Weh; Wisata Ekologi Hutan: Takengon – Danau
Laut Tawar)
26) DPN Semarang – Karimunjawa dan sekitarnya (Wisata Bahari – Diving: Karimunjawa)
27) DPN Ijen – Alas Purwo dan sekitarnya (Wisata Bahari Pantai-Surfing : G-Land, Wisata hutan – gunung : Taman
Nasional Alas Purwo, Taman Nasional Baluran)
28) DPN Moyo – Tambora dan sekitarnya (Wisata Hutan dan Gunung : Tambora; Wisata Bahari-Diving : Moyo)
29) DPN Sumba – Waikabubak dan sekitarnya (Wisata Hutan dan Gunung : Taman Nasional Wanggametti / Wisata
Budaya Tradisi ‘Ethnic Living Culture’ : Pasola)
30) DPN Alor – Lembata dan sekitarnya (Wisata Bahari-Diving- Cruise : Alor – Kalabahi; Wisata Religi : Larantuka;
Wisata Khusus: Lamalera)
31) DPN Sentarum – Betung Kerihun dan sekitarnya (Wisata Ekologi Hutan: Betung Kerihun; Wisata Danau:
Sentarum, Wisata Budaya Etnik/Tradisi: Dayak)
32) DPN Banjarmasin – Martapura : Wisata Ekologi Hutan : Lhoksado; Wisata Budaya Etnik/ Tradisi: Martapura)
33) DPN Togean – Gorontalo dan sekitarnya (Wisata Bahari-Diving : Tomini – Togean; Wisata Budaya Etnik/
Tradisi: Togean)
- 64 -
NO INDIKASI PROGRAM PENANGGUNGJAWAB
34) DPN Makassar – Takabonerate dan sekitarnya (Wisata Bahari-Diving : Selayar – Takabonerate)
35) DPN Halmahera – Morotai dan sekitarnya (Wisata Bahari-Diving : Guraici – Morotai)
36) DPN Ambon – Bandaneira dan sekitarnya (Wisata Bahari-Diving : Bandaneira; Wisata Hutan : Manusela)
37) DPN Sentani – Wamena dan sekitarnya (Wisata Danu : Sentani; Wisata Budaya Etnik/ Tradisi : Wamena –
Baliem)
38) DPN Biak – Numfor dan sekitarnya (Wisata Bahari-Diving : Biak Cenderawasih – Supiori)
39) DPN Timika – Lorenzt dan sekitarnya (Wisata Ekologi Hutan dan Gunung: Lorenzt – Jayawijaya; Wisata Budaya
Etnik/Tradisi : Asmat)
40) DPN Natuna – Anambas (Wisata Bahari-Diving, Surfing : Anambas)
41) DPN Long Bagun - Melak dan sekitarnya (Wisata Ekologi Hutan dan Sungai: Mahakam – Riam Udang; Wisata
Budaya Etnik/Tradisi : Long Apari – Bagun)
42) DPN Manokwari – Fak-Fak dan sekitarnya (Wisata Bahari-Diving : Bintuni; Wisata Ekologi Hutan dan Gunung :
Fak-Fak)
43) DPN Merauke – Wazur dan sekitarnya (Wisata Ekologi Hutan : Taman Nasional Wazur)
2. Indikasi program Pasal 34 huruf b
2.1. Penerapan prinsip pembangunan relasi dengan pelanggan (customer relationship) dengan pasar pariwisata Kementerian yang membidangi
urusan kepariwisataan
2.2. Intensifikasi program pemasaran dan promosi di pasar pariwisata Kementerian yang membidangi
urusan kepariwisataan
2.3. Pengembangan co-marketing dengan travel related industries setempat yang menjual paket outbound ke Kementerian yang membidangi
Indonesia urusan kepariwisataan
2.4. Pengembangan dan penguatan market research untuk pasar utama (top market), pasar berkembang (emerging Kementerian yang membidangi
market) dan pasar baru (new market) urusan kepariwisataan
2.5. Pengembangan dan penguatan market intelligence untuk pasar utama Kementerian yang membidangi
urusan kepariwisataan
- 65 -
NO INDIKASI PROGRAM PENANGGUNGJAWAB
2.6. Dukungan kemudahan mendapatkan visa bagi wisatawan mancanegara yang akan ke Indonesia Kementerian yang membidangi
urusan luar negeri
3. Indikasi program Pasal 34 huruf c
3.1. Intensifikasi promosi produk-produk minat khusus seperti birdwatching, trekking, canoeing, kayaking, rafting, Kementerian yang membidangi
lifestyle, health, golf, marine tourism, dan lain-lain berupa niche market workshop dengan portal khusus di urusan kepariwisataan
website (specialized online portal)
3.2. Pengembangan pasar sasaran (target market) yang tepat bagi produk wisata minat khusus Indonesia Kementerian yang membidangi
berdasarkan pendekatan variable segmentasi: urusan kepariwisataan
a. Geografis f. Behaviour-usage frequency
b. Sosiodemografis g. Behaviour-usage occasion
c. Produk yang terkait (related product) h. Travel trade
d. Motivasi perjalanan i. Meeting, Incentive, Conference, and Exhibition
e. Psikografis – gaya hidup (MICE) melalui market research yang terfokus pada
segmen-segmen tertentu
4. Indikasi program Pasal 34 huruf d
4.1. Program pemasaran dan promosi berbasis tema tertentu melalui community marketing dan kampanye Kementerian yang membidangi
pemasaran secara terencana dan terpadu dengan pengembangan produk sesuai tema (contoh: Tahun urusan kepariwisataan
Kunjungan Museum, Tahun Kunjungan Bahari, dan lain-lain)
4.2. Program pemasaran dan promosi bertema khusus untuk mendatangkan wisatawan massal (misalnya: theme Kementerian yang membidangi
park) urusan kepariwisataan
4.3. Pengembangan bahan promosi secara tematik Kementerian yang membidangi
urusan kepariwisataan
5. Indikasi program Pasal 34 huruf e
- 66 -
NO INDIKASI PROGRAM PENANGGUNGJAWAB
5.1. Peningkatan kecenderungan berwisata dan gaya hidup berwisata, melalui: Kementerian yang membidangi
a. Kampanye Program Wisata Nusantara (“Ayo Tamasya Jelajahi Nusantara”) urusan kepariwisataan
5.2. b. Penyelenggaraan event promosi pariwisata di sumber pasar wisnus (mal, hotel, bandara, pusat perbelanjaan, Kementerian yang membidangi
dan lain-lain) urusan komunikasi dan informasi
5.3. Penciptaan program pemasaran dan promosi produk terpadu meliputi: penciptaan skema-skema promosi silang Kementerian yang membidangi
di sepanjang mata rantai industri pariwisata dan yang terkait urusan kepariwisataan
5.4. Intensifikasi program promosi dan pemasaran berbasis komunitas (community marketing), melalui: Kementerian yang membidangi
urusan kepariwisataan
5.5. a. Promosi wisata pada media khusus komunitas tertentu (tagihan kartu kredit, majalah hobi, buletin Kementerian yang membidangi
organisasi, dan lain-lain). urusan kepariwisataan
5.6. b. Pemanfaatan pertemuan/event komunitas tertentu sebagai media promosi (pertemuan keluarga, komunitas Kementerian yang membidangi
hobi, dan lain-lain). urusan kepariwisataan
5.7. Intensifikasi pemasaran pada segmen remaja dalam rangka meningkatkan rasa cinta tanah air, melalui: Kementerian yang membidangi
a. Penyebaran informasi di institusi pendidikan (sekolah, perguruan tinggi, lembaga bimbingan belajar, dan lain- urusan pendidikan
lain)
5.8. b. Pengembangan insenfif dan kerjasama antar pelaku industri pariwisata dengan institusi pendidikan Kementerian yang membidangi
urusan perindustrian
5.9. Intensifikasi pemasaran paket wisata dan event tematik tertentu (tradisi kelokalan, religious, weekenders, dan Kementerian yang membidangi
sebagainya, seperti: paket wisata untuk keluarga, kerabat, klan, dan lain-lain). Contoh :“Pulang Kampung”, urusan kepariwisataan
“Pulang Basamo”, Ziarah/ Pilgrimage)
5.10. Peningkatan kemudahan akses dan skema pembiayaan perjalanan wisata, melalui: Kementerian yang membidangi
a. Potongan harga terusan (circuit discount); urusan kepariwisataan
b. Keuntungan ganda atas jasa tertentu (double benefit);
c. Kartu keanggotaan (traveller/expatriate card);
- 67 -
NO INDIKASI PROGRAM PENANGGUNGJAWAB
d. One entry ticket yang berlaku untuk beberapa destinasi/obyek wisata; dan
e. Kredit wisata (“travel now, pay later”).
6. Indikasi program Pasal 34 huruf f
6.1. Pendukungan bidding sebagai tuan rumah (host) MICE berskala internasional Kementerian yang membidangi
urusan kepariwisataan
6.2. Penyusunan NSPK untuk pendukungan bidding sebagai tuan rumah (host) MICE berskala internasional Kementerian yang membidangi
urusan kepariwisataan
6.3. Fasilitasi MICE yang dilakukan oleh sektor lain: kesehatan, kelautan dan perikanan, pendidikan, kehutanan dll Kementerian yang membidangi
urusan kepariwisataan
6.4. Pemasaran MICE untuk komunitas profesi seperti akuntan, dokter, arsitek, dan lain-lain. Kementerian yang membidangi
urusan kepariwisataan
7. Indikasi program Pasal 36 ayat (1) huruf a
7.1. Penilaian dan penajaman kembali strategi positioning pariwisata Indonesia dengan memfokuskan upaya promosi Kementerian yang membidangi
pada pasar utama , pasar bertumbuh (Timur Tengah) dan pasar domestik, serta berfokus pada core tourism urusan kepariwisataan
products, yaitu Culture and Heritage, nature, dan beach resort.
7.2. Reformulasi citra pariwisata nasional (Tourism national branding) Indonesia berdasarkan pada kekuatan- Kementerian yang membidangi
kekuatan utama yang meliputi: urusan kepariwisataan
a. Karakter geografis kepulauan (archipelago);
b. Kepulauan yang kaya akan rempah-rempah (spice island);
c. Nilai spiritualitas (spiritual place);
d. Ikon-ikon yang dikenal luas di dunia internasional (well recognized icons); dan
e. Keanekaragaman alam dan budaya (biodiversity and cultural diversity).
7.3. Pengembangan program pemasaran dan promosi yang bermuara pada brand image yang telah ditetapkan secara Kementerian yang membidangi
konsisten dan berkelanjutan. urusan kepariwisataan
- 68 -
NO INDIKASI PROGRAM PENANGGUNGJAWAB
8. Indikasi program Pasal 36 ayat (1) huruf b
8.1. Pengembangan destination branding dan brand image seluruh destinasi pariwisata Indonesia berdasarkan Kementerian yang membidangi
kekuatan-kekuatan utama pada masing-masing destinasi pariwisata. urusan kepariwisataan
8.2. Pengembangan program pemasaran dan promosi yang bermuara pada brand image yang telah ditetapkan secara Kementerian yang membidangi
konsisten dan berkelanjutan. urusan kepariwisataan
9. Indikasi program Pasal 36 ayat (4)
9.1. Public Relation-ing (PR-ing) yang kreatif dan berkemampuan diplomasi budaya Kementerian yang membidangi
urusan kepariwisataan
9.2. Pengembangan INDONESIA TOURISM CALL CENTER Kementerian yang membidangi
urusan kepariwisataan
9.3. Optimalisasi pemanfaatan media komunikasi pemasaran yang meliputi media on-line dan off-line dalam 3 (tiga) Kementerian yang membidangi
aras yaitu social, mobile, dan experiential. urusan kepariwisataan
9.4. Peningkatan kualitas websites pariwisata Indonesia Kementerian yang membidangi
urusan kepariwisataan
9.5. Pengembangan Indonesia tourism cyber campaign, melalui: Kementerian yang membidangi
1. E-Magazine, E-Brochure, E-Tourism Guide, interactive tools, dan lain-lain. urusan kepariwisataan
2. Social networking machines (facebook, twitter, youtube, my space, flickr, dan lain-lain).
3. On-line events (contest, blogging events, dan lain-lain).
9.6. Pengembangan linkage jaringan e-marketing pariwisata Kementerian yang membidangi
urusan kepariwisataan
9.7. Pengembangan promosi produk-produk wisata minat khusus melalui on-line portals Kementerian yang membidangi
urusan kepariwisataan
- 69 -
NO INDIKASI PROGRAM PENANGGUNGJAWAB
10. Indikasi program Pasal 38 huruf a
10.1. Koordinasi, integrasi dan sinkronisasi program pemasaran dengan upaya peningkatan ekspor dan Kementerian yang membidangi
pengembangan investasi. urusan perekonomian
10.2. Penguatan promosi bermitra (co-marketing) dengan pelaku usaha pariwisata Kementerian yang membidangi
urusan kepariwisataan
10.3. Pengembangan fasilitas penjualan secara langsung (e-commerce) kepada wisatawan dalam transaksi paket Kementerian yang membidangi
wisata secara langsung urusan kepariwisataan
10.4. Pengembangan kemitraan pemasaran dengan Destination Management Organization (DMO) Kementerian yang membidangi
urusan kepariwisataan
11. Indikasi program Pasal 38 huruf b
11.1. Pengembangan Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria (NSPK) serta implementasi pemasaran pariwisata yang Kementerian yang membidangi
bertanggungjawab urusan kepariwisataan
11.2. Pengembangan konten bahan promosi pariwisata yang menempatkan masyarakat lokal sebagai tuan rumah Kementerian yang membidangi
(host) dan penerima manfaat. urusan kepariwisataan
11.3. Peningkatan penggunaan media promosi pariwisata yang ramah lingkungan (paperless and recyclable material) Kementerian yang membidangi
urusan kepariwisataan
11.4. Pengembangan misi edukasi melalui berbagai bentuk media kepada wisatawan, masyarakat, dan seluruh Kementerian yang membidangi
pemangku kepentingan (stakeholders), seperti pengembangan panduan do’s and don’t , interpretation kit, dan urusan kepariwisataan
film iklan responsible tourism behavior
11.5. Pengembangan pola-pola insentif dan penghargaan (reward) untuk upaya pemasaran yang bertanggungjawab Kementerian yang membidangi
kepada pelaku usaha pariwisata urusan kepariwisataan
11.6. Pengembangan pola-pola sanksi (punishment) untuk pelanggaran terhadap prinsip-prinsip pemasaran yang Kementerian yang membidangi
bertanggungjawab. urusan kepariwisataan
- 70 -
NO INDIKASI PROGRAM PENANGGUNGJAWAB
12. Indikasi program Pasal 40 ayat 1 huruf a
12.1. Perluasan dan pengembangan promosi pariwisata Indonesia di dalam negeri Kementerian yang membidangi
urusan kepariwisataan
12.2. Peningkatan fasilitasi Promosi Pariwisata Indonesia di dalam negeri secara tahun jamak (multi-years) Kementerian yang membidangi
urusan kepariwisataan
12.3. Monitoring dan evaluasi kinerja (performance) dan lingkup kegiatan promosi pariwisata Indonesia di dalam Kementerian yang membidangi
negeri urusan kepariwisataan
12.4. Pengembangan cetak biru promosi pariwisata dalam negeri Kementerian yang membidangi
urusan kepariwisataan
13. Indikasi program Pasal 40 ayat 1 huruf b
13.1. Optimalisasi koordinasi dan sinkronisasi program promosi pariwisata dengan sektor perdagangan dan investasi Kementerian yang membidangi
urusan kepariwisataan
13.2. Optimalisasi dukungan, koordinasi dan sinkronisasi program pemasaran diantara seluruh pemangku Kementerian yang membidangi
kepentingan dan seluruh pelaku pariwisata nasional di dalam negeri. urusan kepariwisataan
14. Indikasi program Pasal 40 ayat 2 huruf a
14.1. Pemanfaatan fungsi penerangan, sosial dan budaya dan/atau fungsi ekonomi perwakilan RI di luar negeri Kementerian yang membidangi
untuk mempermudah proses kunjungan wisatawan ke Indonesia dan membantu kegiatan promosi dan urusan luar negeri
pemasaran pariwisata Indonesia di negara tersebut.
14.2. Optimalisasi koordinasi dan sinkronisasi program promosi pariwisata dengan sektor perdagangan dan investasi Kementerian yang membidangi
urusan kepariwisataan
14.3. Optimalisasi dukungan, koordinasi dan sinkronisasi program pemasaran diantara seluruh pemangku Kementerian yang membidangi
kepentingan dan seluruh pelaku pariwisata nasional di luar negeri urusan kepariwisataan
- 71 -
NO INDIKASI PROGRAM PENANGGUNGJAWAB
15. Indikasi program Pasal 40 ayat 2 huruf b
15.1. Perluasan dan pengembangan keberadaan dan kehadiran promosi pariwisata Indonesia di negara pasar. Kementerian yang membidangi
urusan kepariwisataan
15.2. Peningkatan fasilitasi keberlanjutan dari keberadaan promosi pariwisata Indonesia di luar negeri secara tahun Kementerian yang membidangi
jamak (multi-years). urusan kepariwisataan
15.3. Monitoring dan evaluasi kinerja (performance) dan lingkup kegiatan promosi pariwisata Indonesia di luar negeri. Kementerian yang membidangi
urusan kepariwisataan
15.4. Pengembangan cetak biru promosi pariwisata luar negeri. Kementerian yang membidangi
urusan kepariwisataan
16. Indikasi program Pasal 40 ayat 3
16.1. Peningkatan fasilitasi program kemitraan antara pelaku promosi pariwisata Indonesia di dalam negeri dengan Kementerian yang membidangi
pelaku promosi pariwisata Indonesia yang berada di luar negeri. urusan kepariwisataan
16.2. Peningkatan kemitraan antara pelaku promosi pariwisata Indonesia di dalam negeri dengan pelaku promosi Kementerian yang membidangi
pariwisata Indonesia yang berada di luar negeri. urusan kepariwisataan
16.3. Perluasan cakupan wilayah pasar dalam rangka kemitraan antara pelaku promosi pariwisata Indonesia di Kementerian yang membidangi
dalam negeri dengan pelaku promosi pariwisata Indonesia yang berada di luar negeri. urusan kepariwisataan
- 72 -

Bagian C

INDIKASI PROGRAM PEMBANGUNAN INDUSTRI PARIWISATA

LINGKUP PEMBANGUNAN INDUSTRI PARIWISATA

AREA KEBIJAKAN 1. : PENGUATAN STRUKTUR INDUSTRI PARIWISATA;

AREA KEBIJAKAN 2. : PENINGKATAN DAYA SAING PRODUK PARIWISATA;

AREA KEBIJAKAN 3. : PENGEMBANGAN KEMITRAAN USAHA PARIWISATA;

AREA KEBIJAKAN 4. : PENCIPTAAN KREDIBILITAS BISNIS; DAN

: PENGEMBANGAN TANGGUNG JAWAB TERHADAP


AREA KEBIJAKAN 5.
LINGKUNGAN.
- 73 -
NO INDIKASI PROGRAM PENANGGUNGJAWAB
1. Indikasi program Pasal 43 huruf a
1.1. Pengembangan forum dan mekanisme kerjasama antar usaha pariwisata. Kementerian yang membidangi urusan
kepariwisataan
1.2. Fasilitasi pengembangan skema kerjasama antar usaha pariwisata dalam menciptakan paket wisata. Kementerian yang membidangi urusan
kepariwisataan
1.3. Fasilitasi kerjasama antar usaha pariwisata dalam memasarkan dan mempromosikan paket wisata. Kementerian yang membidangi urusan
kepariwisataan
1.4. Peningkatan jejaring antar usaha pariwisata dalam memperkuat usaha pariwisata dalam berbagai Kementerian yang membidangi urusan
skala. kepariwisataan
1.5. Pengembangan skema regulasi untuk menjamin keadilan distributif antar usaha pariwisata dalam Kementerian yang membidangi urusan
berbagai skala. kepariwisataan
2. Indikasi program Pasal 43 huruf b
2.1. Peningkatan skema kerjasama dan jejaring antar usaha pariwisata sejenis yang saling menguntungkan. Kementerian yang membidangi urusan
kepariwisataan
2.2. Fasilitasi usaha pariwisata sejenisdalam mengembangkan kapasitas manajemen dan pemanfaatan Kementerian yang membidangi urusan
teknologi. kepariwisataan
3. Indikasi program Pasal 43 huruf c
3.1. Fasilitasi peningkatan kualitas dan kuantitas produk dan layanan pendukung untuk usaha pariwisata. Kementerian yang membidangi urusan
kepariwisataan
3.2. Fasilitasi peningkatan kualitas pelaku usaha sesuai dengan kebutuhan industri pariwisata. Kementerian yang membidangi urusan
perindustrian
3.3. Pengembangan skema kerjasama antara industri pariwisata dengan industri keuangan untuk Kementerian/Lembaga yang membidangi
- 74 -
NO INDIKASI PROGRAM PENANGGUNGJAWAB
mendukung perbaikan daya saing industri pariwisata Indonesia. urusan perindustrian
4. Indikasi program Pasal 46 huruf a
4.1. Fasilitas peningkatan kualitas manajemen atraksi melalui peningkatan inovasi daya tarik wisata untuk Kementerian yang membidangi urusan
memperkuat daya saing produk wisata. kepariwisataan
4.2. Penguatan perspektif pasar (dinamika dan segmentasi pasar) dalam rangka peningkatan manajemen Kementerian yang membidangi urusan
atraksi yang berdaya saing. kepariwisataan
5. Indikasi program Pasal 46 huruf b
5.1. Penciptaan panduan interpretasi (interpretation kit) produk-produk wisata. Kementerian yang membidangi urusan
kepariwisataan
5.2. Penguatan citra produk wisata . Kementerian yang membidangi urusan
kepariwisataan
5.3. Fasilitasi peningkatan kualitas dan profesionalitas jasa pemanduan wisata. Lembaga yang membidangi urusan
standarisasi dan sertifikasi
6. Indikasi program Pasal 46 huruf c
6.1. Fasilitas pemberian insentif untuk upaya konservasi terhadap sumber daya pariwisata yang memiliki Kementerian yang membidangi urusan
nilai strategis dalam mendukung pengembangan produk dan industri pariwisata. kepariwisataan
6.2. Fasilitasi peningkatan pemanfaatan teknologi dalam penguatan kualitas produk wisata. Kementerian yang membidangi urusan
kepariwisataan
6.3. Penciptaan keunikan produk wisata melalui penggunaan unsur kelokalan. Kementerian yang membidangi urusan
kepariwisataan
7. Indikasi program Pasal 46 huruf d
- 75 -
NO INDIKASI PROGRAM PENANGGUNGJAWAB
7.1. Peningkatan kualitas pengemasan produk wisata. Kementerian yang membidangi urusan
kepariwisataan
7.2. Peningkatan inovasi dan kreativitas pemaketan dan pengemasan atraksi pariwisata. Kementerian yang membidangi urusan
kepariwisataan
8. Indikasi program Pasal 48 huruf a
8.1. Standardisasi dan sertifikasi usaha pariwisata. Lembaga yang membidangi urusan
standarisasi dan sertifikasi
8.2. Standardisasi dan sertifikasi fasilitas pariwisata. Lembaga yang membidangi urusan
standarisasi dan sertifikasi
8.3. Sertifikasi higienitas produk makanan dan minuman untuk pariwisata. Kementerian/Lembaga yang membidangi
urusan kesehatan
9. Indikasi program Pasal 48 huruf b
9.1. Pengembangan skema regulasi untuk melindungi usaha pariwisata skala mikro, kecil, dan menengah Kementerian yang membidangi urusan
nasional terhadap ancaman usaha-usaha pariwisata asing. koperasi dan UMKM
9.2. Pengembangan skema insentif untuk mendorong penggunaan produk UMKM dan produk lokal oleh Kementerian yang membidangi urusan
pelaku usaha pariwisata. koperasi dan UMKM
10. Indikasi program Pasal 48 huruf c
10.1. Pemberian insentif kepada industri pariwisata yang mengembangkan kekhasan lokal (local speciality). Kementerian yang membidangi urusan
perindustrian
10.2. Peningkatan pemanfaatan unsur dan tema kelokalan dalam usaha pariwisata. Kementerian yang membidangi urusan
kepariwisataan
11. Indikasi program Pasal 50
- 76 -
NO INDIKASI PROGRAM PENANGGUNGJAWAB
11.1. Peningkatan profesionalitas manajemen usaha transportasi pariwisata. Kementerian yang membidangi urusan
transportasi
11.2. Peningkatan dan implementasi standar kelayakan operasional usaha transportasi pariwisata. Kementerian yang membidangi urusan
transportasi
11.3. Penegakkan regulasi keamanan, kenyamanan, dan keselamatan pelayanan dalam usaha transportasi Kementerian yang membidangi urusan
pariwisata. transportasi
12. Indikasi program Pasal 52 huruf a
12.1. Pengembangan skema kerjasama perencanaan antara pemerintah dan dunia usaha dalam Kementerian yang membidangi urusan
pengembangan dan pemasaran destinasi-destinasi pariwisata. kepariwisataan
12.2. Pengembangan kerjasama perencanaan dalam meningkatkan Sadar Wisata melalui sapta pesona. Kementerian yang membidangi urusan
kepariwisataan
12.3. Pengembangan kerjasama perencanaan dalam pemulihan destinasi pariwisata pasca bencana, Kementerian yang membidangi urusan
gangguan keamanan dan keselamatan. kepariwisataan
13. Indikasi program Pasal 52 huruf b
13.1. Pengembangan forum koordinasi implementasi program kerjasama antara pemerintah dan dunia usaha Kementerian yang membidangi urusan
dalam pengembangan dan pemasaran destinasi-destinasi pariwisata. kepariwisataan
13.2. Pengembangan forum koordinasi dan sinkronasi pelaksanaan program kerjasama dalam meningkatkan Kementerian yang membidangi urusan
sadar wisata melalui sapta pesona. kepariwisataan
13.3. Peningkatan sinkronisasi pelaksanaan program kerjasama dalam pemulihan destinasi wisata pasca Kementerian yang membidangi urusan
bencana. kepariwisataan
14. Indikasi program Pasal 52 huruf c
14.1. Pengembangan skema dan pelaksanaan monitoring dan evaluasi program antara pemerintah dan dunia Kementerian yang membidangi urusan
- 77 -
NO INDIKASI PROGRAM PENANGGUNGJAWAB
usaha dalam pengembangan dan pemasaran destinasi-destinasi sekunder. kepariwisataan
14.2. Pengembangan skema dan pelaksanaan monitoring dan evaluasi program kemitraan untuk menjamin Kementerian yang membidangi urusan
tanggung jawab terhadap lingkungan. lingkungan hidup
14.3. Pengembangan skema dan pelaksanaan monitoring dan evaluasi program kemitraan untuk menjamin Kementerian yang membidangi urusan
tanggung jawab terhadap hak-hak wisatawan. kepariwisataan
14.4. Pengembangan skema dan pelaksanaan monitoring dan evaluasi program kemitraan untuk menjamin Kementerian yang membidangi urusan
tanggung jawab terhadap masyarakat. kepariwisataan
15. Indikasi program Pasal 54 huruf a
15.1. Standardisasi dan sertifikasi seluruh usaha pariwisata ke level internasional untuk menjamin kualitas Lembaga yang membidangi urusan
pelayanan. standarisasi dan sertifikasi
15.2. Evaluasi standar dan serifikasi yang telah diberikan pada seluruh usaha pariwisata secara berkala. Lembaga yang membidangi urusan
standarisasi dan sertifikasi
15.3. Peningkatan pemanfaatan sumber daya lokal sebagai bagian dari standar usaha pariwisata Kementerian yang membidangi urusan
(penggunaan batas minimal pemanfaatan sumber daya lokal). kepariwisataan
16. Indikasi program Pasal 54 huruf b
16.1. Pengembangan online business transaction untuk semua jenis usaha pariwisata. Kementerian yang membidangi urusan
kepariwisataan
16.2. Penetapan penggunaan mata uang rupiah (price quotation) dalam penjualan produk wisata di Indonesia. Kementerian/Lembaga yang membidangi
urusan otoritas moneter
16.3. Pengembangan sistem informal booking service bebas biaya untuk semua produk/jasa pariwisata yang Kementerian yang membidangi urusan
dijual di Indonesia. kepariwisataan
16.4. Penyediaan insentif penyederhanaan sistem transaksi pembayaran lintas negara untuk transaksi Kementerian/Lembaga yang membidangi
- 78 -
NO INDIKASI PROGRAM PENANGGUNGJAWAB
bisnis produk wisata. urusan keuangan
17. Indikasi program Pasal 54 huruf c
17.1. Perluasan dan peningkatan sistem perlindungan (asuransi) bagi wisatawan yang berkunjung ke Kementerian yang membidangi urusan
Indonesia. kepariwisataan
17.2. Peningkatan kemudahan prosedur investasi di bidang pariwisata. Kementerian/Lembaga yang membidangi
urusan investasi/penanaman modal
18. Indikasi program Pasal 56 huruf a
18.1. Pengembangan pedoman dan implementasi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) untuk Kementerian yang membidangi urusan
usaha-usaha pariwisata. lingkungan hidup
18.2. Pengembangan pedoman pelestarian sumber daya alam dan budaya untuk usaha-usaha pariwisata. Kementerian yang membidangi urusan
kepariwisataan
18.3. Pengembangan sistem insentif dan disinsentif bagi usaha bagi usaha-usaha pariwisata yang Kementerian/Lembaga yang membidangi
menerapkan green economy. urusan keuangan
19. Indikasi program Pasal 56 huruf b
19.1. Pengembangan manajemen usaha pariwisata yang peduli terhadap pelestarian lingkungan dan budaya. Kementerian yang membidangi urusan
kepariwisataan
19.2. Pengembangan skema dan implementasi program CSR yang mendukung pengembangan destinasi Kementerian yang membidangi urusan
wisata dan masyarakat. kepariwisataan
19.3. Pengembangan kegiatan rintisan CSR bersama antarpelaku usaha pariwisata yang mendukung Kementerian yang membidangi urusan badan
pengembangan destinasi wisata dan masyarakat. usaha milik negara
- 79 -

Bagian D

INDIKASI PROGRAM PEMBANGUNAN KELEMBAGAAN PARIWISATA

LINGKUP PEMBANGUNAN KELEMBAGAAN PARIWISATA

AREA KEBIJAKAN 1. : PENGUATAN ORGANISASI KEPARIWISATAAN;

AREA KEBIJAKAN 2. : PENGEMBANGAN SDM PARIWISATA; DAN

AREA KEBIJAKAN 3. : PENYELENGGARAAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN


- 80 -
1. BIDANG ORGANISASI KEPARIWISATAAN

RUANG LINGKUP KEBIJAKAN :

ARAH KEBIJAKAN 1 : REFORMASI BIROKRASI KELEMBAGAAN DAN PENGUATAN MEKANISME KINERJA ORGANISASI UNTUK
MENDUKUNG MISI KEPARIWISATAAN SEBAGAI PORTOFOLIO PEMBANGUNAN NASIONAL;

ARAH KEBIJAKAN 2. : MEMANTAPKAN ORGANISASI KEPARIWISATAAN DALAM MENDUKUNG PARIWISATA SEBAGAI PILAR
STRATEGIS PEMBANGUNAN NASIONAL;

ARAH KEBIJAKAN 3. : MENGEMBANGKAN DAN MENGUATKAN ORGANISASI KEPARIWISATAAN YANG MENANGANI BIDANG
PEMASARAN PARIWISATA;

ARAH KEBIJAKAN 4. : MENGEMBANGKAN DAN MENGUATKAN ORGANISASI KEPARIWISATAAN YANG MENANGANI BIDANG
INDUSTRI PARIWISATA; DAN

ARAH KEBIJAKAN 5. : MENGEMBANGKAN DAN MENGUATKAN ORGANISASI KEPARIWISATAAN YANG MENANGANI BIDANG
DESTINASI PARIWISATA.
- 81 -
NO INDIKASI PROGRAM PENANGGUNGJAWAB
1. Indikasi program Pasal 59 ayat (1) huruf a
1.1. Penyesuaian organisasi internal Kementerian yang membidangi urusan kepariwisataan sesuai dengan Kementerian yang membidangi urusan
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2010 tentang Keprotokolan dalam rangka pembangunan destinasi, pendayagunaan aparatur negara
pemasaran, industri dan kelembagaan kepariwisataan.
1.2. Penguatan Urusan Kepariwisataan di lingkungan Pemerintah Daerah yang mempunyai peran strategis. Kementerian yang membidangi urusan
urusan dalam negeri
2. Indikasi program Pasal 59 ayat (1) huruf b
2.1. Akselerasi pendidikan dan pelatihan di bidang perencanaan dan penyusunan program pembangunan Kementerian yang membidangi urusan
kepariwisataan. kepariwisataan
2.2. Akselerasi pendidikan dan pelatihan di bidang harmonisasi dan sinkronisasi program pembangunan Kementerian yang membidangi urusan
kepariwisataan. kepariwisataan
2.3. Akselerasi pendidikan dan pelatihan di bidang pengawasan program pembangunan kepariwisataan. Kementerian yang membidangi urusan
kepariwisataan
3. Indikasi program Pasal 59 ayat (1) huruf c
3.1. Sinkronisasi dan harmonisasi kebijakan, strategi, dan program pembangunan kepariwisataan di lingkungan Kementerian yang membidangi urusan
internal Kementerian yang membidangi urusan kepariwisataan kepariwisataan
3.2. Sinkronisasi dan harmonisasi kebijakan, strategi, dan program pembangunan kepariwisataan secara lintas Kementerian yang membidangi urusan
sektoral. kepariwisataan
4. Indikasi program Pasal 59 ayat (2) huruf a
4.1. Peningkatan koordinasi pelayanan antar lembaga terkait dengan kunjungan wisatawan ke Indonesia Kementerian yang membidangi urusan
(keimigrasian, perhubungan, industri, perdagangan, keamanan, komunikasi dan informasi). kepariwisataan
5. Indikasi program Pasal 59 ayat (2) huruf b
- 82 -
NO INDIKASI PROGRAM PENANGGUNGJAWAB
5.1. Peningkatan koordinasi antarmata rantai usaha kepariwisataan dalam memperkuat kesisteman pengelolaan Kementerian yang membidangi urusan
destinasi pariwisata. kepariwisataan
6. Indikasi program Pasal 59 ayat (2) huruf c
6.1. Peningkatan koordinasi antar lembaga pariwisata dalam pemberdayaan masyarakat melalui pariwisata Kementerian yang membidangi urusan
secara sinergis. kepariwisataan
7. Indikasi program Pasal 59 ayat (2) huruf d
7.1. Peningkatan koordinasi antar lembaga pariwisata dalam rangka peningkatan pelestarian lingkungan secara Kementerian yang membidangi urusan
sinergis. kepariwisataan
8. Indikasi program Pasal 59 ayat (3) huruf a
8.1. Penguatan struktur dan fungsi organisasi yang menangani hubungan kelembagaan internasional. Kementerian yang membidangi urusan
kepariwisataan
8.2. Pengembangan struktur dan fungsi organisasi yang menangani koordinasi, integrasi dan sinergi program Kementerian yang membidangi urusan
antar sektor dalam pengembangan pemasaran pariwisata. kepariwisataan
8.3. Penguatan struktur dan fungsi yang menangani penelitian dan pengembangan pasar. Kementerian yang membidangi urusan
kepariwisataan
8.4. Pengembangan struktur dan fungsi yang menangani pengembangan citra dan tanggap darurat. Kementerian yang membidangi urusan
kepariwisataan
9. Indikasi program Pasal 59 ayat (3) huruf b
9.1. Pengembangan mekanisme dan regulasi koordinasi kewenangan antara Badan Promosi Pariwisata Kementerian yang membidangi urusan
Indonesia dan Pemerintah dalam program promosi pemasaran pariwisata Indonesia. Kepariwisataan
9.2. Pendukungan dan fasilitasi operasionalisasi Badan Promosi Pariwisata Indonesia secara sistematik. Kementerian yang membidangi urusan
kepariwisataan
- 83 -
NO INDIKASI PROGRAM PENANGGUNGJAWAB
9.3. Fasilitasi market intelligent, market research, market analysis. Kementerian yang membidangi urusan
kepariwisataan
10. Indikasi program Pasal 59 ayat (3) huruf c
10.1. Fasilitasi peningkatan kemitraan antara Badan Promosi Pariwisata Indonesia dan pemerintah dalam Kementerian yang membidangi urusan
pembangunan kepariwisataan nasional. kepariwisataan
10.2. Penguatan program kemitraan antara Badan Promosi Pariwisata Indonesia dan pemerintah dalam Kementerian/Lembaga yang membidangi
pembangunan kepariwisataan nasional. urusan keuangan
11. Indikasi program Pasal 59 ayat (4) huruf a
11.1. Pembentukan GIPI (Gabungan Industri Pariwisata Indonesia) dalam mengembangkan usaha pariwisata. Kementerian yang membidangi urusan
kepariwisataan
11.2. Pendukungan dan fasilitasi operasionalisasi GIPI secara sistematik dalam memperkuat akselerasi Kementerian/Lembaga yang membidangi
pembangunan kepariwisataan nasional. urusan keuangan
12. Indikasi program Pasal 59 ayat (4) huruf b
12.1. Pengembangan Koordinasi – integrasi – sinergi GIPI dan Pemerintah serta pemangku kepentingan terkait Kementerian yang membidangi urusan
dalam meningkatkan akselerasi pembangunan kepariwisataan nasional. perindustrian
13. Indikasi program Pasal 59 ayat (5) huruf a
13.1. Fasilitasi perintisan pengembangan destinasi pariwisata berdasarkan konsep Destination Management Kementerian yang membidangi urusan
Organization (DMO) untuk mendorong pengembangan destinasi pariwisata. kepariwisataan
13.2. Fasilitasi penguatan kapasitas (capacity building) pelaksana Destination Management Organization (DMO) di Kementerian yang membidangi urusan
destinasi pariwisata, yang meliputi partisipasi masyarakat, manajerial, kelembagaan, SDM, pengembangan kepariwisataan
produk, pemasaran dan promosi.
14. Indikasi program Pasal 59 ayat (5) huruf b
- 84 -
NO INDIKASI PROGRAM PENANGGUNGJAWAB
14.1. Pengembangan mekanisme koordinasi – integrasi – sinergi Destination Management Organization (DMO) dan Kementerian yang membidangi urusan
Pemerintah serta pemangku kepentingan terkait dalam meningkatkan akselerasi pembangunan kepariwisataan
kepariwisataan nasional dan daerah.
15. Indikasi program Pasal 59 ayat (5) huruf c
15.1. Fasilitasi peningkatan kemitraan antara organisasi pengembangan destinasi dan pemerintah dalam Kementerian yang membidangi urusan
pembangunan kepariwisataan nasional. kepariwisataan
15.2. Penguatan program kemitraan antara organisasi pengembangan destinasi dan pemerintah dalam Kementerian yang membidangi urusan
pembangunan kepariwisataan nasional. kepariwisataan
- 85 -

2. BIDANG SUMBER DAYA MANUSIA KEPARIWISATAAN

RUANG LINGKUP KEBIJAKAN :

ARAH KEBIJAKAN 1 : PENGEMBANGAN SDM PARIWISATA DI TINGKAT


PEMERINTAH; DAN

ARAH KEBIJAKAN 2 : PENGEMBANGAN SDM PARIWISATA DI DUNIA USAHA DAN


MASYARAKAT.
- 86 -
NO INDIKASI PROGRAM PENANGGUNGJAWAB
1. Indikasi program Pasal 62 huruf a
1.1. Peningkatan kemampuan perencanaan strategik (strategic planning) bidang kepariwisataan bagi PNS Kementerian yang membidangi urusan
pemerintah, provinsi dan kabupaten/kota melalui Diklat Pimpinan bagi semua pejabat eselon I dan II pendayagunaan aparatur negara
1.2. Peningkatan kecakapan manajerial dan teknis bidang kepariwisataan bagi PNS pemerintah, provinsi dan Kementerian yang membidangi urusan
kabupaten/kota melalui Diklat Pimpinan bagi semua pejabat eselon III dan IV, antara lain: pendayagunaan aparatur negara
1) Pendidikan formal lanjut bagi pegawai potensial;
2) Pengembangan kemampuan interaksi sosial (soft skills) seperti negosiasi, diplomasi, dan kemampuan
komunikasi (public speaking); dan
3) Pelatihan promosi dan pemasaran.
1.3. Peningkatan kapasitas PNS pemerintah, provinsi dan kabupaten/kota pada semua eselon melalui: Kementerian yang membidangi urusan
1) Program technical expert (outsourcing SDM) dari luar negeri; pendayagunaan aparatur negara
2) Magang (Apprenticeship); dan
3) Benchmarking terhadap best practices in tourism untuk adopsi model dan inovasi kepariwisataan.
1.4. Penguatan sistem penilaian kinerja berbasis kompetensi melalui: Kementerian yang membidangi urusan
1) Pengembangan materi dan metode penilaian kinerja; pendayagunaan aparatur negara
2) Peningkatan kualitas penilai kinerja; dan
3) Implementasi sistem penilaian kinerja.
1.5. Pengembangan dan implementasi budaya organisasi kepariwisataan (corporate culture) untuk PNS bidang Kementerian yang membidangi urusan
kepariwisataan. kepariwisataan
1.6. Pemetaan kompetensi, standardisasi dan sertifikasi SDM kepariwisataan pada Kementerian yang memiliki Kementerian yang membidangi urusan
urusan (desk) dengan pariwisata. pendayagunaan aparatur negara
1.7. Pengembangan standar kompetensi SDM pengelola e-government kepariwisataan yang berstandar Kementerian yang membidangi urusan
internasional. komunikasi dan informasi
2. Indikasi program Pasal 62 huruf b
- 87 -
NO INDIKASI PROGRAM PENANGGUNGJAWAB
2.1. Akselerasi kualitas SDM melalui fasilitasi pendidikan lanjutan Kementerian yang membidangi urusan
pendidikan
2.2. Akselerasi kualitas SDM melalui pelibatan SDM di pusat-pusat kajian pariwisata maupun lembaga riset yang Kementerian yang membidangi urusan
relevan. pendidikan
3. Indikasi program Pasal 62 huruf c
3.1. Peningkatan kualitas Lembaga pendidikan dan pelatihan Kepariwisataan melalui: Kementerian yang membidangi urusan
a. peningkatan relevansi kurikulum; pendidikan
b. inovasi metode pembelajaran; dan
c. pemutakhiran sarana prasarana pembelajaran.
3.2. Peningkatan kualitas Widyaiswara (Trainers) melalui: Kementerian yang membidangi urusan
a. Pengembangan kemampuan widyaiswara dalam mentransfer pengetahuan tentang Kepariwisataan; dan kepariwisataan
b. Magang (On the job training).
3.3. Peningkatan kualitas penyelenggaraan diklat kepariwisataan melalui Kementerian yang membidangi urusan
a. Penguasaan manajemen penyelenggaraan pelatihan dengan mendatangkan Technical Expert dari lembaga kepariwisataan
pariwisata ternama di dunia; dan
b. Magang di lembaga diklat kepariwisataan ternama di dunia.
4. Indikasi program Pasal 64 huruf a
4.1. Pemetaan jenis kompetensi faktual dan prospektif bagi SDM industri pariwisata Lembaga yang membidangi urusan
standarisasi dan sertifikasi
4.2. Implementasi sertifikasi profesi SDM industri pariwisata Kementerian yang membidangi urusan
ketenagakerjaan dan transmigrasi
4.3. Akselerasi sertifikasi melalui insentif bantuan biaya sertifikasi industri pariwisata menengah ke bawah. Lembaga yang membidangi urusan
standarisasi dan sertifikasi
4.4. Penguatan kompetensi manajerial dan teknikal SDM industri pariwisata melalui: Kementerian yang membidangi urusan
- 88 -
NO INDIKASI PROGRAM PENANGGUNGJAWAB
a. Pengembangan pendidikan/pelatihan kepariwisataan bagi pelaku industri pariwisata perindustrian
b. Pelatihan softskills (PR-ing, negosiasi, diplomasi, penguasaan bahasa, hospitality, courtesy);
c. Pelatihan teknologi informasi dan komunikasi pemasaran; dan
d. Pelatihan kewirausahaan berbasis industri kreatif.
4.5. Sosialisasi penerapan Undang-Undang yang terkait dengan tanggung jawab sosial dan lingkungan bagi Kementerian yang membidangi urusan
usahawan pariwisata yaitu Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Undang hukum dan HAM
Undang Nomor 17 Tahun 2000 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang
Pajak Penghasilan dan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara.
4.6. Implementasi dan penegakan hukum atas Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Kementerian yang membidangi urusan
terutama bagi tenaga kerja asing hukum dan HAM
4.7. Pemetaan proyeksi kebutuhan kualitas dan kuantitas SDM industri pariwisata di setiap destinasi unggulan Kementerian yang membidangi urusan
kepariwisataan
5. Indikasi program Pasal 64 huruf b
5.1. Pengembangan Pelatihan perancangan bisnis bagi UMKM pariwisata. Kementerian yang membidangi urusan
perindustrian
5.2. Pengembangan Advokasi dan pendampingan pelaksanaan bisnis bagi UMKM pariwisata Kementerian yang membidangi urusan
perindustrian
6. Indikasi program Pasal 64 huruf c
6.1. Penguatan institusi pendidikan pariwisata melalui Kementerian yang membidangi urusan
a. Pemutakhiran kurikulum berdasarkan “Common ASEAN Tourism Curriculum (CATC)” yang telah kepariwisataan
mendapatkan pengakuan United Nation World Tourism Organization (UNWTO)
b. Penyediaan sarana dan prasarana pendidikan kepariwisataan bertaraf internasional
c. Peningkatan relevansi kurikulum untuk penjenjangan profesi kepariwisataan
6.2. Pengembangan kerjasama antara institusi pendidikan kepariwisataan dan industri pariwisata melalui Kementerian yang membidangi urusan
- 89 -
NO INDIKASI PROGRAM PENANGGUNGJAWAB
program Magang (Apprenticeship) dan Program CO-OP (Cooperative Academic Education). pendidikan
6.3. Pengembangan standardisasi dan sertifikasi tenaga pendidik kepariwisataan melalui: Kementerian yang membidangi urusan
a. Sertifikasi profesi tenaga pendidik (dosen); dan pendidikan
b. Pengakuan sertifikasi yang telah diberikan oleh lembaga pendidikan lain (Waive of Certification).
6.4. Pengembangan Akselerasi kualitas pendidik melalui fasilitasi pendidikan lanjutan. Kementerian yang membidangi urusan
ketenagakerjaan dan transmigrasi
- 90 -

3. BIDANG PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

RUANG LINGKUP KEBIJAKAN :

ARAH KEBIJAKAN 1 : PENINGKATAN PENELITIAN YANG BERORIENTASI PADA PENGEMBANGAN DESTINASI


PARIWISATA;

ARAH KEBIJAKAN 2 : PENINGKATAN PENELITIAN YANG BERORIENTASI PADA PENGEMBANGAN PEMASARAN


PARIWISATA;

ARAH KEBIJAKAN 3 : PENINGKATAN PENELITIAN YANG BERORIENTASI PADA PENGEMBANGAN INDUSTRI


PARIWISATA; DAN

ARAH KEBIJAKAN 4 : PENINGKATAN PENELITIAN YANG BERORIENTASI PADA PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN


DAN SDM PARIWISATA.
- 91 -
NO INDIKASI PROGRAM PENANGGUNGJAWAB
1. Indikasi program Pasal 66 ayat (1) huruf a
1.1. pengembangan penelitian tentang perintisan pengembangan daya tarik wisata dalam rangka mendorong Kementerian yang membidangi urusan
pertumbuhan destinasi pariwisata nasional dan pengembangan daerah; kepariwisataan
1.2. pengembangan penelitian tentang pembangunan daya tarik wisata untuk meningkatkan kualitas dan daya Kementerian yang membidangi urusan
saing produk dalam menarik minat dan loyalitas segmen pasar yang ada; kepariwisataan
1.3. pengembangan penelitian tentang pemantapan daya tarik wisata untuk meningkatkan daya saing produk Kementerian yang membidangi urusan
dalam menarik kunjungan ulang wisatawan dan segmen pasar yang lebih luas; dan kepariwisataan
1.4. pengembangan penelitian tentang revitalisasi daya tarik wisata dalam upaya peningkatan kualitas, Kementerian yang membidangi urusan
keberlanjutan dan daya saing produk dan destinasi pariwisata nasional kepariwisataan
2. Indikasi program Pasal 66 ayat (1) huruf b
2.1. pengembangan penelitian tentang pembangunan sarana transportasi angkutan jalan, sungai, danau, dan Kementerian yang membidangi urusan
penyeberangan, angkutan laut, angkutan udara, dan angkutan kereta api kepariwisataan
2.2. pengembangan penelitian tentang pembangunan prasarana transportasi angkutan jalan, sungai, danau, dan Kementerian yang membidangi urusan
penyeberangan, angkutan laut, angkutan udara, dan angkutan kereta api kepariwisataan
2.3. pengembangan penelitian tentang pembangunan sistem transportasi angkutan jalan, sungai, danau, dan Kementerian yang membidangi urusan
penyeberangan, angkutan laut, angkutan udara, dan angkutan kereta api kepariwisataan
3. Indikasi program Pasal 66 ayat (1) huruf c

3.1. pengembangan penelitian tentang pembangunan prasarana umum, fasilitas umum, dan fasilitas pariwisata Kementerian yang membidangi urusan
dalam mendukung perintisan pengembangan destinasi pariwisata nasional; kepariwisataan

3.2. pengembangan penelitian tentang peningkatan prasarana umum, kualitas fasilitas umum, dan fasilitas Kementerian yang membidangi urusan
pariwisata yang mendorong pertumbuhan, meningkatkan kualitas dan daya saing destinasi pariwisata kepariwisataan
- 92 -
NO INDIKASI PROGRAM PENANGGUNGJAWAB
nasional; dan

3.3. pengembangan penelitian tentang pengendalian prasarana umum, pembangunan fasilitas umum, dan fasilitas Kementerian yang membidangi urusan
pariwisata bagi destinasi-destinasi pariwisata yang sudah melampaui ambang batas daya dukung kepariwisataan

4. Indikasi program Pasal 66 ayat (1) huruf d


4.1. pengembangan penelitian tentang pengembangan potensi, kapasitas dan partisipasi masyarakat melalui Kementerian yang membidangi urusan
pembangunan kepariwisataan; kepariwisataan
4.2. pengembangan penelitian tentang optimalisasi pengarusutamaan gender melalui pembangunan Kementerian yang membidangi urusan
kepariwisataan; kepariwisataan
4.3. pengembangan penelitian tentang peningkatan potensi dan kapasitas sumber daya lokal melalui Kementerian yang membidangi urusan
pengembangan usaha produktif di bidang pariwisata; kepariwisataan
4.4. pengembangan penelitian tentang pengembangan regulasi dan insentif untuk mendorong perkembangan Kementerian yang membidangi urusan
usaha ekonomi masyarakat lokal menurut peraturan perundang-undangan; kepariwisataan
4.5. pengembangan penelitian tentang penguatan kemitraan rantai nilai antar usaha di bidang kepariwisataan; Kementerian yang membidangi urusan
kepariwisataan
4.6. pengembangan penelitian tentang perluasan akses pasar terhadap produk dan IKM di bidang pariwisata dan Kementerian yang membidangi urusan
usaha pariwisata skala UMKM; kepariwisataan
4.7. pengembangan penelitian tentang peningkatan akses dan dukungan permodalan dalam upaya Kementerian yang membidangi urusan
mengembangkan IKM di bidang pariwisata dan usaha pariwisata skala UMKM; kepariwisataan
4.8. pengembangan penelitian tentang peningkatan kesadaran dan peran masyarakat serta pemangku kepentingan Kementerian yang membidangi urusan
terkait dalam mewujudkan sapta pesona untuk menciptakan iklim kondusif kepariwisataan setempat; dan kepariwisataan
4.9. pengembangan penelitian tentang peningkatan motivasi dan kemampuan masyarakat dalam mengenali dan Kementerian yang membidangi urusan
mencintai bangsa dan tanah air melalui perjalanan wisata nusantara kepariwisataan
- 93 -
NO INDIKASI PROGRAM PENANGGUNGJAWAB
5. Indikasi program Pasal 66 ayat (1) huruf e
5.1. pengembangan penelitian tentang insentif investasi di bidang pariwisata sesuai dengan peraturan perundang- Kementerian yang membidangi urusan
undangan; kepariwisataan
5.2. pengembangan penelitian tentang kemudahan investasi di bidang pariwisata; dan Kementerian yang membidangi urusan
kepariwisataan
5.3. pengembangan penelitian tentang promosi investasi di bidang pariwisata Kementerian yang membidangi urusan
kepariwisataan
6. Indikasi program Pasal 66 ayat (2) huruf a
6.1. pengembangan penelitian tentang segmen pasar wisatawan massal (mass market) dan pengembangan segmen Kementerian yang membidangi urusan
ceruk pasar (niche market) dalam mengoptimalkan pengembangan destinasi pariwisata dan dinamika pasar kepariwisataan
global
7. Indikasi program Pasal 66 ayat (2) huruf b

7.1. pengembangan penelitian pengembangan dan pemantapan citra Indonesia secara berkelanjutan citra Kementerian yang membidangi urusan
pariwisata nasional (national branding) maupun citra pariwisata destinasi (destination branding); dan kepariwisataan
7.2. pengembangan penelitian pengembangan citra kepariwisataan Indonesia sebagai destinasi pariwisata yang Kementerian yang membidangi urusan
aman, nyaman dan berdaya saing kepariwisataan
8. Indikasi program Pasal 66 ayat (2) huruf c
8.1. pengembangan penelitian keterpaduan sinergis promosi antar pemangku kepentingan (stakeholders) Kementerian yang membidangi urusan
pariwisata nasional; kepariwisataan
8.2. pengembangan penelitian strategi pemasaran berbasis pada pemasaran yang bertanggung jawab (responsible Kementerian yang membidangi urusan
marketing), yang menekankan tanggung jawab terhadap masyarakat, sumber daya lingkungan dan wisatawan kepariwisataan

9. Indikasi program Pasal 66 ayat (2) huruf d


- 94 -
NO INDIKASI PROGRAM PENANGGUNGJAWAB
9.1. pengembangan penelitian tentang fungsi dan peran perwakilan promosi pariwisata di luar negeri Kementerian yang membidangi urusan
kepariwisataan
9.2. pengembangan penelitian tentang koordinasi dan sinkronisasi terhadap perwakilan promosi pariwisata Kementerian yang membidangi urusan
Indonesia di luar negeri dengan pihak terkait. kepariwisataan
10. Indikasi program Pasal 66 ayat (3) huruf a
10.1. pengembangan penelitian tentang fungsi, hierarki, dan hubungan antar mata rantai pembentuk industri Kementerian yang membidangi urusan
pariwisata untuk meningkatkan daya saing industri pariwisata kepariwisataan
11. Indikasi program Pasal 66 ayat (3) huruf b
11.1. pengembangan penelitian tentang daya saing daya tarik wisata; Kementerian yang membidangi urusan
kepariwisataan
11.2. pengembangan penelitian tentang daya saing fasilitas pariwisata; Kementerian yang membidangi urusan
kepariwisataan
11.3. pengembangan penelitian tentang daya saing aksesibilitas Kementerian yang membidangi urusan
kepariwisataan
12. Indikasi program Pasal 66 ayat (3) huruf c
12.1. pengembangan penelitian tentang pengembangan skema kerjasama antara pemerintah, dunia usaha, dan Kementerian yang membidangi urusan
masyarakat kepariwisataan
13. Indikasi program Pasal 66 ayat (3) huruf d
13.1. pengembangan penelitian tentang manajemen dan pelayanan usaha pariwisata yang kredibel dan berkualitas Kementerian yang membidangi urusan
kepariwisataan
14. Indikasi program Pasal 66 ayat (3) huruf e
- 95 -
NO INDIKASI PROGRAM PENANGGUNGJAWAB
14.1. pengembangan penelitian tentang manajemen usaha pariwisata yang mengacu kepada prinsip-prinsip Kementerian yang membidangi urusan
pembangunan pariwisata berkelanjutan, kode etik pariwisata dunia dan ekonomi hijau (green economy) kepariwisataan
15. Indikasi program Pasal 66 ayat (4) huruf a
15.1. pengembangan penelitian tentang reformasi birokrasi kelembagaan dan penguatan mekanisme kinerja Kementerian yang membidangi urusan
organisasi untuk mendukung misi kepariwisataan sebagai portofolio pembangunan nasional; kepariwisataan
15.2. pengembangan penelitian tentang memantapkan peran pariwisata sebagai pilar strategis pembangunan Kementerian yang membidangi urusan
nasional; kepariwisataan
15.3. pengembangan penelitian tentang mengembangkan dan menguatkan organisasi kepariwisataan yang Kementerian yang membidangi urusan
menangani bidang pemasaran pariwisata; kepariwisataan
15.4. pengembangan penelitian tentang mengembangkan dan menguatkan organisasi kepariwisataan yang Kementerian yang membidangi urusan
menangani bidang industri pariwisata; kepariwisataan
16. Indikasi program Pasal 66 ayat (4) huruf b
16.1. pengembangan penelitian tentang pengembangan SDM Pariwisata di lingkungan Pemerintah dan Pemerintah Kementerian yang membidangi urusan
Daerah; dan kepariwisataan
16.2. pengembangan penelitian tentang pengembangan SDM Pariwisata di dunia usaha dan masyarakat Kementerian yang membidangi urusan
kepariwisataan

Salinan sesuai dengan aslinya PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,


KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI
Asisten Deputi Peraturan Perundang-undangan
Bidang Politik dan Kesejahteraan Rakyat, ttd.

Wisnu Setiawan DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO


PENJELASAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 50 TAHUN 2011

TENTANG

RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL


TAHUN 2010 - 2025

I. UMUM

Pariwisata sebagai suatu sektor kehidupan, telah mengambil peran


penting dalam pembangunan perekonomian bangsa-bangsa di dunia,
khususnya dalam 2 (dua) dekade terakhir, yang ditunjukkan dengan
meningkatnya kesejahteraan ekonomi bangsa-bangsa di dunia yang
semakin baik dan maju. Kemajuan dan kesejahteraan yang makin
tinggi telah menjadikan pariwisata sebagai bagian pokok dari
kebutuhan atau gaya hidup manusia, dan menggerakkan jutaan
manusia untuk mengenal alam dan budaya ke belahan atau kawasan-
kawasan dunia lainnya. Pergerakan jutaan manusia selanjutnya
mengerakkan mata rantai ekonomi yang saling berkaitan menjadi
industri jasa yang memberikan kontribusi penting bagi perekonomian
dunia, perekonomian bangsa-bangsa, hingga peningkatan
kesejahteraan ekonomi di tingkat masyarakat lokal.

Bagi Indonesia, pembangunan pariwisata juga memiliki kontribusi


yang signifikan dalam Pembangunan ekonomi nasional sebagai
instrumen peningkatan perolehan devisa. Perolehan devisa dari
kehadiran wisatawan mancanegara ke Indonesia dalam beberapa
tahun terakhir ini melampaui aliran pemasukan devisa baik dari utang
luar negeri Pemerintah maupun dari penanaman modal asing.

Sementara . . .
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
-2-
 
Sementara itu, dari perspektif pembangunan sumber daya manusia,
pariwisata mempunyai potensi untuk dijadikan instrumen dalam
meningkatkan kualitas hidup masyarakat, khususnya penduduk
sekitar Destinasi Pariwisata. Dengan demikian, pariwisata dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, bukan saja kesejahteraan
material dan spiritual, tetapi juga sekaligus meningkatkan
kesejahteraan kultural dan intelektual. Ditilik dari perspektif bangsa
yang lebih luas, pariwisata mempunyai potensi yang jauh lebih besar
dan juga lebih mulia, yaitu dapat meningkatkan kualitas hubungan
antarmanusia dan antarbangsa sehingga terjalin saling pengertian
yang lebih baik, sikap saling menghargai, persahabatan, solidaritas,
bahkan perdamaian.

Prospek yang sangat strategis pada sektor pariwisata tersebut tentu


menjadi peluang yang sangat berarti bagi Indonesia sebagai suatu
negara yang memiliki kekayaan alam dan budaya yang sangat besar,
yang membentang dan tersebar di lebih dari 17.000 (tujuh belas ribu)
pulau. Sektor pariwisata yang telah berperan sebagai penyumbang
devisa terbesar kedua setelah migas, menjadi industri atau sektor
penting yang dapat diandalkan Pemerintah ke depan untuk menjadi
pilar utama pembangunan ekonomi nasional. Dalam konteks tersebut,
maka pengembangan sektor pariwisata harus digarap secara serius,
terarah, dan profesional agar pengembangan dan pemanfaatan aset-
aset pariwisata dapat memberi kontribusi signifikan dalam
mewujudkan peran sektor pariwisata sebagai sektor andalan dalam
pembangunan di masa depan.

Gambaran prospek strategis pariwisata sebagai pilar pembangunan


nasional antara lain dapat ditunjukkan dari angka kunjungan
wisatawan baik nusantara maupun mancanegara dalam tahun-tahun
terakhir yang terus menunjukkan peningkatan. Sektor pariwisata juga
melibatkan jutaan tenaga kerja baik di bidang perhotelan, makanan,
transportasi, pemandu wisata, maupun industri kerajinan.

  Sejalan . . .
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
-3-
 
Sejalan dengan perkembangan Industri Pariwisata yang semakin
kompetitif dan kecenderungan pasar dunia yang semakin dinamis,
maka pembangunan kepariwisataan Indonesia harus didorong
pengembangannya secara lebih kuat dan diarahkan secara tepat
untuk meningkatkan keunggulan banding dan keunggulan saing
Kepariwisataan Indonesia dalam peta Kepariwisataan regional maupun
internasional.
RIPPARNAS diperlukan sebagai acuan operasional pembangunan
pariwisata bagi pelaku pariwisata dan pelaku ekonomi, sosial dan
budaya, baik di pusat maupun di daerah, baik yang terlibat langsung
maupun tidak langsung dengan pembangunan kepariwisataan
nasional. RIPPARNAS menjadi sangat penting, karena:
a. memberikan arah pengembangan yang tepat terhadap potensi
Kepariwisataan dari sisi produk, pasar, spasial, sumber daya
manusia, manajemen, dan sebagainya sehingga dapat tumbuh dan
berkembang secara positif dan berkelanjutan bagi pengembangan
wilayah dan kesejahteraan masyarakat.

b. mengatur peran setiap stakeholders terkait baik lintas sektor,


lintas pelaku, maupun lintas daerah/wilayah agar dapat
mendorong pengembangan pariwisata secara sinergis dan terpadu.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1
Cukup jelas.

Pasal 2
Ayat (1)
Huruf a
Yang dimaksud dengan “Pembangunan Destinasi
Pariwisata” adalah upaya terpadu dan sistematik
seluruh komponen Destinasi Pariwisata dalam rangka
menciptakan, meningkatkan kualitas produk dan
pelayanan Kepariwisataan serta kemudahan pergerakan
wisatawan di Destinasi Pariwisata.

 
Huruf b . . .
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
-4-
 
Huruf b

Yang dimaksud dengan “Pembangunan Pemasaran


Pariwisata” adalah upaya terpadu dan sistematik dalam
rangka menciptakan, mengkomunikasikan,
menyampaikan produk wisata dan mengelola relasi
dengan wisatawan untuk mengembangkan
Kepariwisataan seluruh pemangku kepentingannya.

Huruf c

Yang dimaksud dengan “Pembangunan Industri


Pariwisata” adalah upaya terpadu dan sistematik dalam
rangka mendorong penguatan struktur Industri
Pariwisata, peningkatan daya saing produk pariwisata,
penguatan kemitraan usaha pariwisata, penciptaan
kredibilitas bisnis, dan pengembangan tanggung jawab
terhadap lingkungan.

Huruf d

Yang dimaksud dengan “Pembangunan Kelembagaan


Kepariwisataan” adalah upaya terpadu dan sistematik
dalam rangka pengembangan Organisasi
Kepariwisataan, pengembangan SDM Pariwisata untuk
mendukung dan meningkatkan kualitas pengelolaan
dan penyelenggaraan kegiatan Kepariwisataan di
Destinasi Pariwisata.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.

  Ayat (5) . . .
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
-5-
 
Ayat (5)

Cukup jelas.

Ayat (6)

Cukup jelas.

Ayat (7)

Cukup jelas.

Ayat (8)

Cukup jelas.

Pasal 3

Cukup jelas.

Pasal 4

Cukup jelas.

Pasal 5

Cukup jelas.

Pasal 6

Cukup jelas.

Pasal 7

Cukup jelas.

Pasal 8

Cukup jelas.

Pasal 9

Cukup jelas.

Pasal 10 . . .
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
-6-
 
Pasal 10

Ayat (1)

Huruf a

Yang dimaksud dengan “kawasan pengembangan


pariwisata nasional” adalah suatu ruang pariwisata
yang mencakup luasan area tertentu sebagai suatu
kawasan dengan komponen Kepariwisataannya, serta
memiliki karakter atau tema produk wisata tertentu
yang dominan dan melekat kuat sebagai komponen
pencitraan kawasan tersebut.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Cukup jelas.

Huruf d

Cukup jelas.

Huruf e

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Pasal 11

Cukup jelas.

Pasal 12

Cukup jelas.

  Pasal 13 . . .
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
-7-
 
Pasal 13
Cukup jelas.

Pasal 14
Ayat (1)
Huruf a
Yang dimaksud dengan “Daya Tarik Wisata alam”
adalah Daya Tarik Wisata yang berupa keanekaragaman
dan keunikan lingkungan alam.
Daya Tarik Wisata alam dapat dijabarkan, meliputi:
1) Daya Tarik Wisata alam yang berbasis potensi
keanekaragaman dan keunikan lingkungan alam di
wilayah perairan laut, yang berupa antara lain:
a) bentang pesisir pantai, contoh: Pantai Kuta,
Pantai Pangandaran, Pantai Gerupuk – Aan, dan
sebagainya.
b) bentang laut, baik perairan di sekitar pesisir
pantai maupun lepas pantai yang menjangkau
jarak tertentu yang memiliki potensi bahari,
contoh: perairan laut Kepulauan Seribu, perairan
laut kepulauan Wakatobi, dan sebagainya.
c) kolam air dan dasar laut, contoh: Taman Laut
Bunaken, Taman Laut Wakatobi, taman laut dan
gugusan pulau-pulau kecil Raja Ampat, Atol
Pulau Kakaban, dan sebagainya.
2) Daya Tarik Wisata alam yang berbasis potensi
keanekaragaman dan keunikan lingkungan alam di
wilayah daratan, yang berupa antara lain:
a) pegunungan dan hutan alam/taman
nasional/taman wisata alam/taman hutan raya,
contoh: Taman Nasional Gunung Rinjani, Taman
Nasional Komodo, Taman Nasional Bromo –
Tengger – Semeru, dan sebagainya.

  b) perairan . . .
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
-8-
 
b) perairan sungai dan danau, contoh: Danau Toba,
Danau Maninjau, Danau Sentani, Sungai Musi,
Sungai Mahakam, Situ Patenggang, dan
sebagainya.
c) perkebunan, contoh: agro wisata Gunung Mas,
agro wisata Batu-Malang, dan sebagainya.
d) Pertanian, contoh: area persawahan Jatiluwih,
area persawahan Ubud, dan sebagainya.
e) bentang alam khusus, seperti gua, karst, padang
pasir, dan sejenisnya, contoh: Gua Jatijajar, Gua
Gong, Karst Gunung Kidul, Karst Maros, gumuk
pasir Barchan Parangkusumo, dan sebagainya.
Huruf b
Yang dimaksud dengan “Daya Tarik Wisata budaya”
adalah Daya Tarik Wisata berupa hasil olah cipta, rasa
dan karsa manusia sebagai makhluk budaya.
Daya Tarik Wisata budaya selanjutnya dapat
dijabarkan, meliputi:
1) Daya Tarik Wisata budaya yang bersifat berwujud
(tangible), yang berupa antara lain:
a) cagar budaya, yang meliputi:
(1) benda cagar budaya adalah benda alam
dan/atau benda buatan manusia, baik
bergerak maupun tidak bergerak, berupa
kesatuan atau kelompok, atau bagian-
bagiannya, atau sisa-sisanya yang memiliki
hubungan erat dengan kebudayaan dan
sejarah perkembangan manusia, contoh:
angklung, keris, gamelan, dan sebagainya
(2) bangunan cagar budaya adalah susunan
binaan yang terbuat dari benda alam atau
benda buatan manusia untuk memenuhi
kebutuhan ruang berdinding dan/atau tidak
berdinding, dan beratap.

 
(3) struktur . . .
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
-9-
 
(3) struktur cagar budaya adalah susunan
binaan yang terbuat dari benda alam
dan/atau benda buatan manusia untuk
memenuhi kebutuhan ruang kegiatan yang
menyatu dengan alam, sarana, dan
prasarana untuk menampung kebutuhan
manusia.
(4) situs cagar budaya adalah lokasi yang berada
di darat dan/atau di air yang mengandung
benda cagar budaya, bangunan cagar
budaya, dan/atau struktur cagar budaya
sebagai hasil kegiatan manusia atau bukti
kejadian pada masa lalu.
(5) kawasan cagar budaya adalah satuan ruang
geografis yang memiliki 2 (dua) situs cagar
budaya atau lebih yang letaknya berdekatan
dan/atau memperlihatkan ciri tata ruang
yang khas.
b) perkampungan tradisional dengan adat dan
tradisi budaya masyarakat yang khas, contoh:
Kampung Naga, perkampungan Suku Badui,
Desa Sade, Desa Penglipuran, dan sebagainya.
c) Museum, contoh: Museum Nasional, Museum
Bahari, dan sebagainya.
2) Daya Tarik Wisata bersifat tidak berwujud
(intangible), yang berupa antara lain:
a) kehidupan adat dan tradisi masyarakat dan
aktifitas budaya masyarakat yang khas di suatu
area/tempat, contoh: sekaten, karapan sapi,
pasola, pemakaman Toraja, ngaben, pasar
terapung, kuin, dan sebagainya.
b) Kesenian, contoh: angklung, sasando, reog, dan
sebagainya.

  Huruf c . . .
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
- 10 -
 
Huruf c
Yang dimaksud dengan “Daya Tarik Wisata hasil buatan
manusia” adalah Daya Tarik Wisata khusus yang
merupakan kreasi artifisial (artificially created) dan
kegiatan-kegiatan manusia lainnya di luar ranah wisata
alam dan wisata budaya.
Daya Tarik Wisata hasil buatan manusia/khusus,
selanjutnya dapat dijabarkan meliputi antara lain:
1) fasilitas rekreasi dan hiburan/taman bertema, yaitu
fasilitas yang berhubungan dengan motivasi untuk
rekreasi, hiburan (entertainment) maupun
penyaluran hobi, contoh: taman bertema (theme
park)/taman hiburan (kawasan Trans Studio, Taman
Impian Jaya Ancol, Taman Mini Indonesia Indah).
2) fasilitas peristirahatan terpadu (integrated resort),
yaitu kawasan peristirahatan dengan komponen
pendukungnya yang membentuk kawasan terpadu,
contoh: kawasan Nusa Dua resort, kawasan Tanjung
Lesung, dan sebagainya.
3) fasilitas rekreasi dan olahraga, contoh: kawasan
rekreasi dan olahraga Senayan, kawasan padang
golf, dan area sirkuit olahraga.
Ketiga jenis Daya Tarik Wisata tersebut dapat dikembangkan
lebih lanjut dalam berbagai sub jenis atau kategori kegiatan
wisata, antara lain:
1) wisata petualangan (adventure tourism);
2) wisata bahari (marine tourism);
3) wisata agro (farm tourism);
4) wisata kreatif (creative tourism);
5) wisata kapal pesiar (cruise tourism);
6) wisata kuliner (culinary tourism);
7) wisata budaya (cultural tourism);
8) wisata sejarah (heritage tourism);

  9) wisata . . .
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
- 11 -
 
9) wisata memorial (dark tourism), contoh: ground zero World
Trade Centre, ground zero Legian Bali, Merapi pasca
letusan;
10) wisata ekologi (ecotourism/wild tourism);
11) wisata pendidikan (educational tourism);
12) wisata ekstrim-menantang bahaya (extreme tourism),
contoh: bercanda dengan hiu, bercanda dengan buaya;
13) wisata massal (mass tourism);
14) wisata pertemuan, perjalanan insentif, konferensi dan
pameran (meeting, incentive, convention, and exhibition
tourism);
15) wisata kesehatan (medical tourism/wellness tourism);
16) wisata alam (nature-based tourism);
17) wisata religi (religious tourism/pilgrimage tourism);
18) wisata budaya kekinian (pop culture tourism);
19) wisata desa (rural tourism);
20) wisata luar angkasa (space tourism);
21) wisata olahraga (sport tourism);
22) wisata kota (urban tourism); dan
23) wisata relawan (volunteer tourism).
Ayat (2)
Cukup jelas.

Pasal 15
Huruf a
Yang dimaksud dengan “perintisan pengembangan Daya
Tarik Wisata” adalah upaya pengembangan yang dilakukan
dengan membuka dan membangun Daya Tarik Wisata baru
di Destinasi Pariwisata yang belum berkembang
Kepariwisataannya, dalam rangka mengembangkan peluang
pasar yang ada.

Huruf b . . .
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
- 12 -
 
Huruf b
Yang dimaksud dengan “Pembangunan Daya Tarik Wisata”
adalah upaya pengembangan yang dilakukan dengan
meningkatkan kualitas Daya Tarik Wisata yang sudah ada
dalam upaya meningkatkan minat, dan loyalitas segmen
pasar yang sudah ada serta memperluas cakupan wilayah
Daya Tarik Wisata yang sudah ada atau pengembangan ke
lokasi baru berdasar pada inti (nucleus) yang sama.
Contoh: daya tarik Candi Borobudur ditambah dengan
museum audio visual, sign and posting, atraksi sinar dan
suara (son’t et lumiere), fasilitas wisata religi dan studi
spiritual, dan sebagainya.
Huruf c
Yang dimaksud dengan “pemantapan Daya Tarik Wisata”
adalah upaya pengembangan yang dilakukan dengan
menciptakan Daya Tarik Wisata baru yang memiliki jenis
berbeda dalam upaya menangkap peluang pasar baru.
Contoh: Candi Borobudur ditambah dengan aktifitas minat
khusus petualangan arung jeram sungai Progo, ekowisata
pedesaan sekitar Borobudur, Borobudur golf, dan
sebagainya.
Huruf d
Yang dimaksud dengan “revitalisasi Daya Tarik Wisata”
adalah upaya pengembangan yang dilakukan dengan
perbaikan kondisi dan kualitas Daya Tarik Wisata yang ada
yang mengalami degradasi dalam upaya menjaga
keberlanjutan dan meningkatkan kualitas serta daya saing
produk untuk menarik pangsa pasar yang sudah ada
maupun peluang pasar wisata baru.

Pasal 16

Cukup jelas.

Pasal 17 . . .
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
- 13 -
 
Pasal 17

Cukup jelas.

Pasal 18

Cukup jelas.

Pasal 19

Cukup jelas.

Pasal 20

Cukup jelas.

Pasal 21

Cukup jelas.

Pasal 22

Cukup jelas.

Pasal 23

Cukup jelas.

Pasal 24

Cukup jelas.

Pasal 25

Huruf a

Yang dimaksud dengan “Prasarana Umum” meliputi:


1) jaringan listrik dan lampu penerangan;
2) jaringan air bersih;
3) jaringan telekomunikasi; dan
4) sistem pengelolaan limbah.

Yang dimaksud dengan “Fasilitas Umum” meliputi:

  1) fasilitas . . .
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
- 14 -
 
1) fasilitas keamanan, seperti: pemadam kebakaran, fasilitas
tanggap bencana (early warning system) di destinasi yang
rawan bencana;
2) fasilitas keuangan dan perbankan, seperti: Anjungan
Tunai Mandiri dan tempat penukaran uang (money
changer);
3) fasilitas bisnis, seperti: kios kelontong dan obat 24 (dua
puluh empat) jam (drug store), warung internet, telepon
umum, sarana penitipan/penyimpanan barang (public
locker);
4) fasilitas kesehatan berupa poliklinik 24 (dua puluh empat)
jam dan fasilitas pertolongan pertama pada kecelakaan;
5) fasilitas sanitasi dan kebersihan, seperti: toilet umum, jasa
binatu (laundry), dan tempat sampah;
6) fasilitas khusus bagi penderita cacat fisik, anak-anak dan
lanjut usia;
7) fasilitas rekreasi, seperti fasilitas peristirahatan (rest area),
fasilitas bermain anak-anak, fasilitas olahraga, dan
fasilitas pejalan kaki (pedestrian);
8) fasilitas lahan parkir; dan
9) fasilitas ibadah.

Yang dimaksud dengan “Fasilitas Pariwisata” meliputi:


1) fasilitas akomodasi;
2) fasilitas rumah makan;
3) fasilitas informasi dan pelayanan pariwisata, fasilitas
pelayanan keimigrasian, pusat informasi pariwisata
(tourism information center), dan e-tourism kiosk;
4) polisi pariwisata dan satuan tugas wisata;
5) toko cinderamata (souvenir shop);
6) penunjuk arah/papan informasi wisata/rambu lalu lintas
wisata (tourism sign and posting); dan
7) bentuk bentang lahan (landscaping).

  Huruf b . . .
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
- 15 -
 
Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Cukup jelas.

Pasal 26

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Huruf a

Cukup jelas.
Huruf b

Cukup jelas.
Huruf c

Yang dimaksud dengan “wisatawan berkebutuhan


khusus” adalah wisatawan dengan suatu keterbatasan
yang memerlukan perlakuan khusus, seperti: wisatawan
berusia lanjut, penyandang disabilitas, dan sebagainya.
Ayat (3)

Cukup jelas.

Pasal 27

Cukup jelas.

Pasal 28

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b . . .
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
- 16 -
 
Huruf b

Yang dimaksud dengan “pengarusutamaan gender” adalah


strategi untuk mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender
dalam pembangunan, dimana aspek gender terintegrasi dalam
perumusan kebijakan program dan kegiatan melalui
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi.

Huruf c

Cukup jelas.

Huruf d

Cukup jelas.

Huruf e

Yang dimaksud dengan “kemitraan rantai nilai usaha” adalah


peningkatan kemitraan antarbidang usaha Kepariwisataan.

Pariwisata merupakan kegiatan yang memiliki keterkaitan


lintas sektor dan lintas skala usaha. Berkembangnya kegiatan
pariwisata akan menggerakkan berlapis-lapis mata rantai
usaha yang terkait di dalamnya sehingga akan menciptakan
efek ekonomi multi ganda (multiplier effect) yang akan
memberikan nilai manfaat ekonomi yang sangat berarti bagi
semua pihak yang terkait dalam mata rantai usaha
Kepariwisataan tersebut. Dampak ekonomi multi ganda
pariwisata akan menjangkau baik dampak langsung, dampak
tak langsung maupun dampak ikutan yang pada umumnya
terkait dengan usaha skala kecil dan menengah maupun
usaha-usaha di sektor hulu, seperti pertanian, perkebunan,
peternakan dan sebagainya.

Huruf f

Cukup jelas.

Huruf g

Cukup jelas.

  Huruf h . . .
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
- 17 -
 
Huruf h

Yang dimaksud dengan “sapta pesona” adalah 7 (tujuh) unsur


pesona yang harus diwujudkan bagi terciptanya lingkungan
yang kondusif dan ideal bagi berkembangnya kegiatan
Kepariwisataan di suatu tempat yang mendorong tumbuhnya
minat wisatawan untuk berkunjung.

Ketujuh unsur sapta pesona yang dimaksud di atas adalah :


1) aman;
2) tertib;
3) bersih;
4) sejuk;
5) indah;
6) ramah tamah; dan
7) kenangan.

Huruf i

Cukup jelas.

Pasal 29

Cukup jelas.

Pasal 30

Huruf a

Yang dimaksud dengan “insentif investasi” adalah kemudahan


yang diberikan oleh Pemerintah kepada investor berupa
keringanan baik itu pajak, fasilitas pendukung, maupun
pengurusan investasi.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Cukup jelas.

Pasal 31 . . .
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
- 18 -
 
Pasal 31

Cukup jelas.

Pasal 32

Cukup jelas.

Pasal 33

Yang dimaksud dengan “segmen pasar wisatawan massal” (mass


market) adalah jenis wisatawan yang datang secara berombongan
dalam kelompok-kelompok yang biasanya memiliki lama tinggal
relatif singkat.

Yang dimaksud dengan “segmen ceruk pasar” (niche market) adalah


jenis wisatawan yang datang secara individu atau kelompok kecil
yang berkunjung karena minat khusus dan biasanya memiliki
lama tinggal relatif panjang.

Pasal 34

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Cukup jelas.

Huruf d

Yang dimaksud dengan “promosi berbasis tema tertentu”


adalah promosi yang diarahkan pada segmen pasar tertentu
yang sesuai dengan tema produk yang dipasarkan, seperti:
ekowisata, wisata bahari, wisata spiritual, dan sebagainya.

Huruf e

Cukup jelas.

  Huruf f . . .
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
- 19 -
 
Huruf f

Yang dimaksud dengan “pemasaran yang diselenggarakan


oleh sektor lain” adalah pemasaran yang berkaitan dengan
Kepariwisataan yang dilakukan oleh lembaga lain sesuai
dengan tugas dan fungsinya, misalnya pemasaran yang
dilakukan oleh Kementerian Perdagangan, Badan Koordinasi
Penanaman Modal, dan Pemerintah Daerah.

Pasal 35

Huruf a

Yang dimaksud dengan “citra pariwisata nasional” adalah


pencitraan pariwisata yang berbasiskan pada pencitraan
Indonesia sebagai negara.

Contoh: Indonesia Ultimate in Diversity, Wonderful Indonesia.

Yang dimaksud dengan citra pariwisata destinasi adalah


pencitraan pariwisata yang berbasiskan pada pencitraan
wilayah sebagai Destinasi Pariwisata.

Contoh citra pariwisata 50 (lima puluh) DPN:

1) Banda Aceh – Weh dan sekitarnya


a) Verandah of Islam in Indonesia
b) Indonesian Verandah of Mecca
2) Nias – Simeulue dan sekitarnya
a) Untamed Surfing Capital of the World
b) World Untamed Surfing Capital
3) Medan – Toba dan sekitarnya
a) The Most Favorite City
b) Lake Toba – Pearl of Sumatra
c) The World’s Finest Aquatic Centre
4) Mentawai – Siberut dan sekitarnya
Undiscovered Islands of Indonesia

  5) Padang . . .
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
- 20 -
 
5) Padang – Bukittinggi dan sekitarnya
The Soul of Minangkabau
6) Pekanbaru – Rupat dan sekitarnya
a) Pekanbaru Heritage
b) Rupat – The Longest White Sandy Beach Island
7) Jambi – Kerinci Seblat dan sekitarnya
Muaro Jambi – City of Heritage
8) Batam – Bintan dan sekitarnya
Family Fun 365 Days A Year
9) Natuna – Anambas dan sekitarnya
Best Undiscovered Beach Island
10) Palembang – Babel dan sekitarnya
a) Musi: River of Mystery
b) Land of Sriwijaya
11) Bengkulu – Enggano dan sekitarnya
Home of the Biggest Flower on Earth
12) Krakatau – Ujung Kulon dan sekitarnya
a) Journey to the Ring of Fire
b) Ujung Kulon: Home to the Rare Javanese Tiger
13) Jakarta – Kepulauan Seribu dan sekitarnya
a) Enjoy Jakarta
b) Jakarta-Living Colorfully
14) Bogor – Halimun dan sekitarnya
Raffles Botanical Garden
15) Bandung – Ciwidey dan sekitarnya
a) Bandung: Art Deco City
b) Bandung: Great Shopping City
16) Pangandaran – Nusakambangan dan sekitarnya
Visit Indonesia’s Alcatraz: Nusakambangan Island

17) Semarang . . .
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
- 21 -
 
17) Semarang – Karimunjawa dan sekitarnya
Eco Island Resort of Karimunjawa
18) Solo – Sangiran dan sekitarnya
Home of Java Man
19) Borobudur - Yogyakarta dan sekitarnya
a) Capital of World Heritage
b) The Smiling of Jogja
20) Bromo – Malang dan sekitarnya
Volcano in the Desert
21) Surabaya – Madura dan sekitarnya
a) Fascinating Madura Culture
b) Surabaya – Gateway to Eastern Java
22) Ijen – Alas Purwo dan sekitarnya
Natural Volcanic Wonders
23) Bali – Nusa Lembongan dan sekitarnya
a) The Last Paradise
b) Bali: Island of the Gods
c) The World's Best Island
d) Morning of the World
e) The Inspiration Island
24) Lombok dan sekitarnya
a) Lombok: Pearl of Eastern Indonesia
b) Lombok: Bali’s Little Sister
25) Moyo – Tambora dan sekitarnya
Paradise Found
26) Komodo – Ruteng dan sekitarnya
Komodo, The Real Wonder of the World
27) Kelimutu – Meumere dan sekitarnya
Amazing 3 (three) Colour Lake

28) Sumba . . .
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
- 22 -
 
28) Sumba dan sekitarnya
Indonesia’s Best Horseland
29) Alor – Lembata dan sekitarnya
Traditional Whale Hunting
30) Kupang – Rotendao dan sekitarnya
a) Unspoiled, Untouched Indonesia
b) Home of Floresiensis, The Indonesian Hobbit
31) Pontianak – Singkawang dan sekitarnya
Gateway to Borneo
32) Sentarum – Betung Kerihun dan sekitarnya
Journey Up Indonesia’s Amazon
33) Palangkaraya – Tanjung Puting dan sekitarnya
Tanjung Puting, Adventure of Great Apes
34) Long Bagun – Melak dan sekitarnya
Exciting Rafting on An Untamed Jungle River
35) Tenggarong – Balikpapan dan sekitarnya
Journey to Heart of Borneo
36) Derawan – Kayan Mentarang dan sekitarnya
Great Diving, Wonderful People
37) Banjarmasin – Martapura dan sekitarnya
River of Gems
38) Makassar – Takabonerate dan sekitarnya
Makassar: Historic Heritage City
39) Toraja – Lorelindu dan sekitarnya
a) There is A Life After Death
b) The World’s Most Unique Funeral Culture
40) Togean – Gorontalo dan sekitarnya
Indonesia’s Newest Ecotourism Destination
41) Manado – Bunaken dan sekitarnya
a) Finest Diving and Snorkelling in Asia

  b) Finest . . .
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
- 23 -
 
b) Finest Under Water World
42) Kendari – Wakatobi dan sekitarnya
Marine and Coastal Wonders
43) Halmahera – Morotai dan sekitarnya
a) The Spice Island
b) Undiscovered Chain of Islands in Eastern Indonesia
44) Ambon – Bandaneira dan sekitarnya
a) Ambom: Dutch Heritage Site
b) Hidden Island Life and Musical Culture
45) Sorong – Raja Ampat dan sekitarnya
a) World Best Dive Destination
b) The Last Best Place
c) Best Underwater Biodiversity
d) World Most Beautiful Diving Destination
46) Manokwari – Fak-Fak dan sekitarnya
a) Home of Cenderawasih
b) Home to The Bird of Paradise
47) Biak – Numfort dan sekitarnya
Gateway to Fascinating Irian Jaya
48) Sentani – Wamena dan sekitarnya
Amazing Musical, Festival in The Jungle
49) Timika – Lorentz dan sekitarnya
Snow in The Tropics
50) Merauke – Wazur dan sekitarnya
a) Discover Indonesia’s Most Eastern Provinces
b) Eco Wild Life Park Adventure

Huruf b

Cukup jelas.

  Pasal 36 . . .
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
- 24 -
 
Pasal 36
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Contoh ikon secara nasional adalah Keraton Yogyakarta,
Monumen Nasional Jakarta, Tugu Khatulistiwa, Jam
Gadang, Jembatan Sungai Musi, dan sebagainya.
Contoh ikon secara internasional adalah Candi
Borobudur, Komodo, Toraja, Toba, Tanjung Puting, dan
sebagainya.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Contoh komunikasi untuk peningkatan citra pariwisata
adalah memberikan tanggapan yang proporsional terhadap
pemberitaan negatif mengenai pariwisata Indonesia, seperti
Bom Bali, isu kolera, dan sebagainya.

Pasal 37
Cukup jelas.

  Pasal 38 . . .
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
- 25 -
 
Pasal 38
Cukup jelas.

Pasal 39
Cukup jelas.

Pasal 40
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Yang dimaksud dengan “keberadaan promosi pariwisata
Indonesia di luar negeri” adalah segenap kemitraan
antara pelaku promosi pariwisata Indonesia di dalam
negeri dengan pelaku promosi pariwisata Indonesia di
luar negeri.
Contoh: kemitraan antara pelaku promosi pariwisata
Indonesia di dalam negeri dengan pelaku promosi
pariwisata Indonesia di luar negeri yang telah
dilaksanakan adalah penunjukan mitra kerja pelaksana
sebagai mitra kerja Pemerintah melalui proses sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan yang
mengatur mengenai pengadaan barang/jasa
Pemerintah, yang dalam lingkup kegiatannya wajib
menunjuk mitra kerja lokal di luar negeri yang
selanjutnya disebut Visit Indonesia Tourism Officers
(VITO).
Ayat (3)
Cukup jelas.

Pasal 41

Cukup jelas.

  Pasal 42 . . .
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
- 26 -
 
Pasal 42
Cukup jelas.

Pasal 43
Cukup jelas.

Pasal 44
Cukup jelas.

Pasal 45
Cukup jelas.

Pasal 46
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Yang dimaksud dengan “kualitas interpretasi” adalah kualitas
kemampuan manusia, segala bentuk media dan/atau alat
yang berfungsi mentransformasikan nilai kemenarikan Daya
Tarik Wisata kepada wisatawan.
Contoh: kemampuan mengkomunikasikan nilai kemenarikan
suatu daya tarik oleh pramuwisata, audio visual, termasuk
deskripsi/penjelas dan penanda dari benda-benda koleksi
dalam museum.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.

Pasal 47
Cukup jelas.

Pasal 48
Cukup jelas.

  Pasal 49 . . .
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
- 27 -
 
Pasal 49
Cukup jelas.

Pasal 50

Yang dimaksud dengan “etika bisnis” adalah penerapan kriteria-


kriteria pantas dan tidak pantas, baik dan tidak baik terhadap
seluruh pelaku dan pemangku kepentingan suatu kegiatan bisnis.

Pasal 51
Cukup jelas.

Pasal 52
Cukup jelas.

Pasal 53
Cukup jelas.

Pasal 54
Cukup jelas.

Pasal 55
Yang dimaksud dengan “pengembangan manajemen Usaha
Pariwisata yang mengacu kepada prinsip ekonomi hijau” adalah
pengembangan manajemen dengan pendekatan dalam
pembangunan ekonomi yang tidak lagi mengandalkan
pembangunan ekonomi berbasis eksploitasi sumber daya alam dan
lingkungan yang berlebihan.
Ekonomi hijau merupakan suatu lompatan besar meninggalkan
praktik-praktik ekonomi yang mementingkan keuntungan jangka
pendek yang telah mewariskan berbagai permasalahan yang
mendesak untuk ditangani termasuk menggerakkan perekonomian
yang rendah karbon (low carbon economy).

Pasal 56

Cukup jelas.

Pasal 57 . . .
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
- 28 -
 
Pasal 57

Cukup jelas.

Pasal 58

Cukup jelas.

Pasal 59

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Ayat (5)

Huruf a

Cukup jelas.
Huruf b

Yang disebut “organisasi pengembangan destinasi”


adalah struktur tata kelola Destinasi Pariwisata yang
mencakup perencanaan, koordinasi, implementasi, dan
pengendalian organisasi destinasi secara inovatif dan
sistemik melalui pemanfaatan jejaring, informasi dan
teknologi, yang terpimpin secara terpadu dengan peran
serta masyarakat, asosiasi, industri, akademisi dan
Pemerintah dalam rangka meningkatkan kualitas
pengelolaan, volume kunjungan wisata, lama tinggal
dan besaran pengeluaran wisatawan serta manfaat bagi
masyarakat di Destinasi Pariwisata.

  Huruf c . . .
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
- 29 -
 
Huruf c

Cukup jelas.

Pasal 60

Cukup jelas.

Pasal 61

Cukup jelas.

Pasal 62

Cukup jelas.

Pasal 63

Cukup jelas.

Pasal 64

Cukup jelas.

Pasal 65

Cukup jelas.

Pasal 66

Cukup jelas.

Pasal 67

Cukup jelas.

Pasal 68

Cukup jelas.

Pasal 69

Cukup jelas.

  Pasal 70 . . .
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
- 30 -
 
Pasal 70

Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5262

Anda mungkin juga menyukai