Anda di halaman 1dari 8

d.

Pemberian formula tidak lengkap (mengandung garam dan gula), lengkap


(oralit).
5. Cairan parenteral
a. Pemberian RL sesuai dengan berat/ringannya penyakit dan juga sesuai
umur dan BBnya.

B. Penatalaksanaan Komplementer
1. Terapi pijat dalam penurunan frekuensi bab dan tingkat dehidrasi
Berdasarkan penelitian terapi pijat terbukti membantu dalam mengatasi
beberapa kondisi anak, salah satunya anak yang mengalami diare. Dimana
pijat dapat merangsang aliran darah yang membawa oksigen dan nutrisi pada
jaringan yang dipijat. Beberapa studi lain menunjukan bahwa pijat dapat
mengurangi kecemasan dan stress. Penurunan stress mengaktifkan sistem
parasimpatik dalam tubuh, sehingga dapat menurunkan denyut nadi dan
melemaskan otot termasuk otot-otot pencernaan, menurunkan tingkat hormon
stress seperti adrenalin dan kortisol yang terkait dengan penyakit lain.
Meningkatkan level beberapa kadar kimia otak seperti dopamine dan
serotonin yang dapat membantu mengendalikan nyeri.
a. Lokasi pemijatan
Pemijatan yang dilakukan dalam penelitian ini mengikuti panduan
pemijatan untuk bayi cukup bulan/anak di bawah usia 3 tahun yang
dikeluarkan oleh Ikatan Dokter Indonesia (IDAI). Dalam panduan
tersebut, pemijatan dilakukan di seluruh tubuh, mulai dari wajah, dada,
lengan, perut, kaki, dan punggung. Pemijatan tersebut belum spesifik
manfaatnya untuk mengatasi masalah peningkatan frekuensi buang air
besar dan dehidrasi. Teori kesehatan Cina mengembangkan teknik
pemijatan bayi untuk mengatasi masalah diare, langkah-langkah dan
tekniknya adalah sebagai berikut
a) Usap bagian lateral dari ibu jari dengan satu arah, dari pangkal jari
sampai ke ujung jari mendekati kuku. Gerakan tersebut dilakukan
100 – 300 kali
b) Usap bagian lateral dari telunjuk dari pangkal ke ujung jari sampai
kuku selama 100 – 300 kali
c) Usap bagian lateral dari jari kelingking dari pangkal ke ujung sampai
kuku selama 100 – 300 kali
d) Usap bagian tengah dari lengan bawah, dorong dengan satu arah dari
pergelangan tangan ke sikut, dilakukan sebanyak 100 – 300 kali.
e) Pijat di daerah seputar pusar dengan gerakan melawan arah jarum
jam, sebanyak 100 – 300 kali.
f) Pijat di garis tengah sacrum, gerakan mendorong dari L5 sampai ke
coccyx sebanyak 100 – 300 kali. Teknik pemijatan diatas sudah
banyak dilakukan, namun peneliti tidak menemukan penelitian ilmiah
terkait teknik tersebut, sehingga peneliti tidak menggunakan teknik
tersebut dalam penelitian ini.
b. Waktu pemijatan
Pada penelitian ini, pemijatan dilakukan 2 kali sehari selama 3 hari.
Pemilihan waktu ini didasarkan pada panduan pemijatan untuk bayi sehat
yang mengatakan waktu yang tepat untuk melakukan pijatan adalah pagi
hari dan malam hari sebelum tidur. Dengan kondisi tempat penelitian,
maka pijatan dilakukan di pagi dan sore hari. Waktu pelaksanaan 3 hari
dipilih karena rata-rata lama hari rawat anak dengan diare di tempat
penelitian adalah 3 – 5 hari. Dengan waktu tersebut, belum terlihat
adanya perbedaan penurunan frekuensi buang air besar dan tingkat
dehidrasi. Penelitian yang dilakukan oleh Jump, Fargo, dan Akers (2006)
yang hasilnya mencegah kejadian diare dilakukan dalam waktu 53 hari
untuk setiap responden, hal tersebut mungkin dilakukan karena responden
adalah anak-anak di panti asuhan yang tinggal menetap disana.
c. Durasi pemijatan
Pemijatan dilakukan selama 15 menit secara keseluruhan, dan
tidak ada penekanan untuk lebih lama di area tertentu. Hal ini sesuai
dengan pedoman pijat bayi yang digunakan. Lama waktu pemijatan
ini juga sama dengan pemijatan untuk bayi prematur (Field 1984
dalam Field 2004).
2. Terapi Madu Efektif Untuk Menurunkan Frekuensi Diare Dan Bising Usus
Intervensi pemberian madu merupakan wujud aplikasi teori Levine, ini
dapat terlihat pada balita yang mengalami diare akut dengan dehidrasi ringan
sedang mengalami penurunan terhadap frekuensi diare dan bising usus,
sehingga dapat meningkatkan proses adaptasi anak terhadap perubahan fungsi
sistem pencernaan akibat diare, sehingga konservasi energi dan konservasi
struktual tercapai. Menurut Kamilah dan Sipriyadi (2013) madu mempunyai
keunggulan lain yaitu mudah diperoleh, efek samping minimal, kaya akan zat
karbohidrat, vitamin, mineral, protein. Hal tersebut dapat dilakukanmandiri
oleh perawat karena terapi ini merupakan terapi komplementer
Pemberian madu alami 1 kali 1 sendok teh sangat baik untuk anak yang
mengalami diare, karena berdasarkan penelitian, menunjukan bahwa manfaat
madu memiliki aktivitas bakterisidal yang dapat melawan beberapa organisme
enteropathogenic, termasuk diantaranya spesies dari Salmonella, Shigella dan
E.Colli. madu alami juga membantu kerja usus dalam penyerapan cairan.

3. Aktivitas Antimikroba Ekstrak Daun Karamunting (Melastoma


Malabathricum L.) Terhadap Bakteri Penyebab Diare
Didalam jurnal penelitian yang dilampirkan hanya menjelaskan manfaat
daun karamunting melalui ekstraknya terhadap bakteri penyebab diare, secara
alami daun karamunting banyak dimanfaatkan oleh Etnis Dayak di
Kalimantan sebagai obat diare, namun didalam jurnal tidak dijelaskan secara
spesifik bagaimana pemanfaatan daun karamunting sebagai obat diare secara
alami
Ekstraksi yang dilakukan adalah dengan metode maserasi seperti yang
dijelaskan dalam Farmakope Herbal Indonesia (Depkes RI, 2008). Sebanyak
kurang lebih 2 kilogram simplisia dari daun M. malabathricum, yang telah
memenuhi kriteria pemilihan, dipotong kecil-kecil, dicuci sampai bersih,
dikeringkan sampai kadar air kurang dari 10%. Simplisia yang sudah kering
diserbuk sampai ukuran 4/18 dengan blender kemudian dimaserasi dengan
etanol p.a dengan perbandingan 1:10 (satu bagian simplisia: 10 bagian
pelarut). Rendam selama 6 jam kemudian diaduk dengan shaker orbital
dengan kecepatan 20 rpm selama 10 menit pada suhu kamar, kemudian
diamkan selama 18 jam.
Maserasi dilakukan selama 3 x 24 jam lalu disaring dengan
menggunakan kertas saring Whatman, maserasi diulang dengan pelarut etanol
yang baru dan proses ini diulang sebanyak dua kali. Seluruh cairan ekstraksi
setelah disaring dan dikumpulkan dimasukan dalam vakum rotavapor suhu
50°C untuk dilakukan pemekatan. Ekstrak pekat yang didapat kemudian
dikeringkan lebih lanjut dengan dimasukan dalam desikator yang berisi silika
dalam oven suhu 50°C. Setelah didapatkan ekstrak kering ditimbang untuk
dapat dihitung rendemennya. Ekstrak kering disimpan dalam kulkas -4°C
sebelum dilakukan penelitian lebih lanjut untuk uji aktivitas antimikroba.

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
Pengkajian yang sistematis meliputi pengumpulan data,analisa data
dan penentuan masalah. Pengumpulan data diperoleh dengan cara
intervensi,observasi,psikal assessment. Kaji data menurut Cyndi Smith
Greenberg,1992 adalah:
1. Identitas klien.
2. Riwayat keperawatan. Awal serangan: Awalnya anak cengeng,gelisah,suhu
tubuh meningkat,anoreksia kemudian timbul diare.
3. Keluhan utama : Faeces semakin cair,muntah,bila kehilangan banyak air
dan elektrolit terjadi gejala dehidrasi,berat badan menurun. Pada bayi
ubun-ubun besar cekung, tonus dan turgor kulit berkurang, selaput lendir
mulut dan bibir kering,frekwensi BAB lebih dari 4 kali dengan konsistensi
encer.
4. Riwayat kesehatan masa lalu.
5. Riwayat penyakit yang diderita,riwayat pemberian imunisasi.
6. Riwayat psikososial keluarga: dirawat akan menjadi stressor bagi anak itu
sendiri maupun bagi keluarga,kecemasan meningkat jika orang tua tidak
mengetahui prosedur dan pengobatan anak,setelah menyadari penyakit
anaknya,mereka akan bereaksi dengan marah dan merasa bersalah.
7. Kebutuhan dasar.
a. Pola eliminasi : akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4
kali sehari,BAK sedikit atau jarang.
b. Pola nutrisi : diawali dengan mual,muntah,anopreksia,menyebabkan
penurunan berat badan pasien.
c. Pola tidur dan istirahat akan terganggu karena adanya distensi
abdomen yang akan menimbulkan rasa tidak nyaman.
d. Pola hygiene : kebiasaan mandi setiap harinya.
e. Aktivitas : akan terganggu karena kondisi tubuh yang lamah dan
adanya nyeri akibat distensi abdomen.
8. Pemerikasaan fisik.
a. Pemeriksaan psikologis : keadaan umum tampak lemah,kesadran
composmentis sampai koma,suhu tubuh tinggi,nadi cepat dan
lemah,pernapasan agak cepat.
b. Pemeriksaan sistematik :
1) Inspeksi : mata cekung,ubun-ubun besar,selaput lendir,mulut dan
bibir kering,berat badan menurun,anus kemerahan.
2) Perkusi : adanya distensi abdomen.
3) Palpasi : Turgor kulit kurang elastis
4) Auskultasi : terdengarnya bising usus.
c. Pemeriksaan tingkat tumbuh kembang: pada anak diare akan
mengalami gangguan karena anak dehidrasi sehingga berat badan
menurun.
d. Pemeriksaan penunjang: pemeriksaan tinja,darah lengkap dan
doodenum intubation yaitu untuk mengetahui penyebab secara
kuantitatip dan kualitatif.
2. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul:
1) Resiko Syok (Hipovolemia) b.d kehilangan cairan aktif
2) Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan mencerna makanan
3) Hipertermi b.d proses inflamasi
4) Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis
4. Evaluasi
Hasil yang diharapkan :
1) Hipovolemia b.d kehilangan cairan aktif
a. Mukosa bibir lembab
b. Turgor kulit elastis
c. Ubun-ubun tidak cekung
2) Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan mencerna makanan
a. Membrane mukosa tidak pucat
b. Nafsu makan meningkat
3) Hipertermi b.d dehidrasi
a. Suhu tubuh dalam rentang normal 36-370c
b. Pasien tidak mengeluh tubuhnya panas
c. Kulit pasien tidak kemerahan
d. Tubuh pasien tidak teraba hangat
4) Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis
a. Pasien tidak mengeluh nyeri
b. Tidak tampak meringis
c. Skala nyeri berkurang.

Anda mungkin juga menyukai