MYOMA UTERI
A. DEFINISI
Mioma uteri adalah neoplasma jinak berasal dari otot uterus, yang dalam kepustakaan
ginekologi juga terkenal dengan istilah-istilah fibrimioma uteri, leiomyoma uteri atau
uterine fibroid.
Mioma uteri adalah tumor jinak uterus yang berbatas tegas yang terdiri dari otot polos
dan jaringan fibrosa
B. KLASIFIKASI
Berdasarkan posisi mioma uteri terdapat lapisan-lapisan uterus, dapat dibagi dalam 3
jenis:
1. Mioma Submukosa
Tumbuhnya tepat di bawah endometrium. Paling sering menyebabkan perdarahan
yang banyak, sehingga memerlukan histerektomi, wlaupun ukurannya kecil. Adanya
mioma submukosa dapat dirasakan sebagai suatu “curet bump” (benjolan waktu
kuret). Kemungkinan terjadinya degenerasi sarcoma juga lebih besar pada jenis ini.
Sering mempunyai tangkai yang panjang sehingga menonjol melalui cervix atau
vagina, disebut mioma submukosa bertangkai yang dapat menimbulkan
“miomgeburt”, sering mengalami nekrose atau ulcerasi.
2. Interstinal atau intramural
Terletak pada miometrium. Kalau lebar atau multipel dapat menyebabkan pembesaran
uterus dan berbenjol-benjol.
3. Subserosa atau subperitoneal
Letaknya di bawah lapisan tunica serosa, kadang-kadang vena yang ada dibawah
permukaan pecah dan menyebabkan perdarahan intra abdominal. Kadang-kadang
mioma subserosa timbul di antara dua ligalatum, merupakan mioma intraligamenter,
yang dapat menekan uterus dan A. Iliaca. Ada kalanya tumor ini mendapat
vascularisasi yang lebih banyak dari omentum sehingga lambat laun terlepas dari
uterus, disebut sebagai parasitic mioma. Mioma subserosa yang bertangkai dapat
mengalami torsi.
C. EPIDEMIOLOGI
Di Indonesia mioma uteri ditemukan pada 2,39-11,7% pada semua penderita ginekologi
yang dirawat. Tumor ini paling sering ditemukan pada wanita umur 35–45 tahun (kurang
lebih 25%) dan jarang pada wanita 20 tahun dan wanita post menopause. Wanita yang
sering melahirkan akan lebih sedikit kemungkinan untuk berkembangnya mioma ini
dibandingkan dengan wanita yang tak pernah hamil atau hanya 1 kali hamil. Statistik
menunjukkan 60% mioma uteri berkembang pada wanita yang tak pernah hamil atau
hanya hamil sekali.
D. ETIOLOGI
Faktor-faktor penyebab mioma uteri belum diketahui, namun ada 2 teori
yang berpendapat:
1. Teori Stimulasi
Berpendapat bahwa estrogen sebagai faktor etiologi, mengingat bahwa :
a) Mioma uteri sering kali tumbuh lebih cepat pada masa hamil
b) Neoplasma ini tidak pernah ditemukan sebelum minarche
c) Mioma uteri biasanya mengalami atrofi sesudah menopause
d) Hiperplasia endometrium sering ditemukan bersama dengan mioma uteri
2. Teori Cellnest atau genitoblas
Terjadinya mioma uteri itu tergantung pada sel-sel otot imatur yang terdapat pada cell
nest yang selanjutnya dapat dirangsang terus menerus oleh estrogen.
ada beberapa faktor yang diduga kuat sebagai faktor predisposisi terjadinya mioma
uteri, yaitu :
1. Umur :
Mioma uteri jarang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun, ditemukan sekitar 10%
pada wanita berusia lebih dari 40 tahun. Tumor ini paling sering memberikan
gejala klinis antara 35 – 45 tahun.
2. Paritas :
Lebih sering terjadi pada nullipara atau pada wanirta yang relatif infertil, tetapi
sampai saat ini belum diketahui apakan infertilitas menyebabkan mioma uteri
atau sebaliknya mioma uteri yang menyebabkan infertilitas, atau apakah kedua
keadaan ini saling mempengaruhi.
E. PATOFISIOLOGI
Mioma uteri mulai tumbuh sebagai bibit yang kecil di dalam miometrium dan lambat
laun membesar karena pertumbuhan itu miometrium terdesak menyusun semacam
pseudekapsula atau simpai semu yang mengelilingi tumor di dalam uterus mungkin
terdapat satu mioma, akan tetapi mioma biasanya banyak. Jika ada satu mioma yang
tumbuh intramural dalam korpus uteri maka korpus ini tampak bundar dan konstipasi
padat. Bila terletak pada dinding depan uterus, uterus mioma dapat menonjol ke depan
sehingga menekan dan mendorong kandung kencing ke atas sehingga sering
menimbulkan keluhan miksi Tetapi masalah akan timbul jika terjadi: berkurangnya
pemberian darah pada mioma uteri yang menyebabkan tumor membesar, sehingga
menimbulkan rasa nyeri dan mual. Selain itu masalah dapat timbul lagi jika terjadi
perdarahan abnormal pada uterus yang berlebihan sehingga terjadi anemia. Anemia ini
bisa mengakibatkan kelemahan fisik, kondisi tubuh lemah, sehingga kebutuhan perawatan
diri tidak dapat terpenuhi. Selain itu dengan perdarahan yang banyak bisa mengakibatkan
seseorang mengalami kekurangan volume cairan.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium
Akibat yang terjadi pada mioma uteri adalah anemia akibat perdarahan uterus yang
berlebihan dan kekurangan zat besi. Pemeriksaaan laboratorium yang perlu dilakukan
adalah Darah Lengkap (DL) terutama untuk mencari kadar Hb. Pemeriksaaan lainnya
disesuaikan dengan keluhan pasien.
2. Imaging
a) Pemeriksaaan dengan USG akan didapat massa padat dan homogen pada
uterus.Mioma uteri berukuran besar terlihat sebagai massa pada abdomen bawah
danpelvis dan kadang terlihat tumor dengan kalsifikasi.
b) Histerosalfingografi digunakan untuk mendeteksi mioma uteri yang tumbuh ke
arah kavum uteri pada pasien infertil.
c) MRI lebih akurat untuk menentukan lokasi, ukuran, jumlah mioma uteri, namun
biaya pemeriksaan lebih mahal.
H. PENATALAKSANAAN
1. Pada mioma kecil dan tidak menimbulkan keluhan, tidak diberikan terapi hanya
diobservasi tiap 3–6 bulan untuk menilai pembesarannya. Mioma akan lisut setelah
menopause.
2. Radioterapi
3. Pemberian GnRH agonis selama 6 minggu
4. Miomektomi dengan atau tanpa histerektomi bila uterus melebihi seperti kehamilan
12–14 minggu
5. Estrogen untuk pasien setelah menopause dan observasi setiap 6 minggu.
I. KOMPLIKASI
1. Pertumbuhan Leiomiosarkoma
Yaitu tumor yang tumbuh dari miometrium, dan merupakan 50–70 % dari semua
sarkoma uteri. Ini timbul apabila suatu mioma uteri yang selama beberapa tahun tidak
membesar, sekonyong-konyong menjadi besar, hal itu terjadi sesudah menopause.
2. Torsi (putaran tungkai)
Ada kalanya tungkai pada mioma uteri subserosum mengalami putaran. Kalau proses
ini terjadi mendadak, tumor akan mengalami gangguan sirkulasi akut dengan nekrosis
jaringan, dan akan nampak gambaran klinik
dari abdomen akut.
3. Nekrosis dan Infeksi
Pada mioma submukosum, yang menjadi polip, ujung tumor kadang-kadang dapat
melalui kanalis servikalis dan dilahirkan di vagina. Dalam hal ini ada ada
kemungkinan gangguan sirkulasi dengan akibat nekrosis dan infeksi sekunder.
3. Riwayat Reproduksi
a. Haid
Dikaji tentang riwayat menarche dan haid terakhir, sebab mioma uteri tidak
pernah ditemukan sebelum menarche dan mengalami atrofi pada masa menopause
b. Hamil dan Persalinan
Kehamilan mempengaruhi pertubuhan mioma, dimana mioma uteri tumbuh
cepat pada masa hamil ini dihubungkan dengan hormon estrogen, pada masa
ii dihasilkan dalam jumlah yang besar.
Jumlah kehamilan dan anak yang hidup mempengaruhi psikologi klien dan
keluarga terhadap hilangnya oirgan kewanitaan.
4. Data Psikologi.
Pengangkatan organ reproduksi dapat sangat berpengaruh terhadap emosional klien
dan diperlukan waktu untuk memulai perubahan yang terjadi. Organ reproduksi
merupakan komponen kewanitaan, wanita melihat fungsi menstruasi sebagai lambang
feminitas, sehingga berhentinya menstruasi bias dirasakan sebgai hilangnya perasaan
kewanitaan. Perasaan seksualitas dalam arti hubungan seksual perlu ditangani.
Beberapa wanita merasa cemas bahwa hubungan seksualitas terhalangi atau hilangnya
kepuasan. Pengetahuan klien tentang dampak yang akan terjadi sangat perlu persiapan
psikologi klien.
5. Status Respiratori
Respirasi bias meningkat atau menurun. Pernafasan yang ribut dapat terdengar tanpa
stetoskop. Bunyi pernafasan akibat lidah jatuh ke belakang atau akibat terdapat secret.
Suara paru yang kasar merupakan gejala terdapat secret pada saluran nafas. Usaha
batuk dan bernafas dalam dilaksalanakan segera pada klien yang memakai anaestesi
general.
6. Tingkat Kesadaran
Tingkat kesadaran dibuktikan melalui pertanyaan sederhana yang harus dijawab oleh
klien atau di suruh untuk melakukan perintah. Variasi tingkat kesadaran dimulai dari
siuman sampai ngantuk, harus di observasi dan penurunan tingkat kesadaran
merupakan gejala syok.
7. Status Urinari
Retensi urine paling umum terjadi setelah pembedahan ginekologi, klien yang
hidrasinya baik biasanya baik biasanya kencing setelah 6 sampai 8 jam setelah
pembedahan. Jumlah autput urine yang sedikit akibat kehilangan cairan tubuh saat
operasi, muntah akibat anestesi.
8. Status Gastrointestinal
Fungsi gastrointestinal biasanya pulih pada 24-74 jam setelah pembedahan,
tergantung pada kekuatan efek narkose pada penekanan intestinal. Ambulatori dan
kompres hangat perlu diberikan untuk menghilangkan gas dalam usus
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri Akut berhubungan dengan efek sekunder dari mioma uteri.
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan pervaginam, perdarahan
uterus yang berlebihan atau abnormal.
3. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan adanya penekanan pada mioma uteri
terhadap kandung kemih.
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik, keterbatasan pergerakan
C. RENCANA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan efek sekunder dari mioma uteri, proses penyakit.
Tujuan dan kriteria hasil:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x24 jam diharapkan nyeri
terkontrol atau berkurang, dengan kriteria hasil:
pasien mengungkapkan nyeri yang dirasakan dapat berkurang,
ekspresi wajah rileks dan tenang
Intervensi:
a) Kaji tingkat dan kerakteristik nyeri, termasuk kualitas, frekuensi, durasi, lokasi
dan intensitasnya
Rasional : untuk mengetahui tingkat nyeri klien dan memudahkan dalam
memberikan intervensi selanjutnya.
b) Ajarkan pasien latihan teknik relaksasi nafas dalam
Rasional : Teknik relaksasi nafas dalam dapat menghambat neurotransmitter nyeri
sampai ke otak melalui mekanisme gate control sehingga nyeri yang dirasakan
dapat berkurang.
c) Berikan pasien posisi yang nyaman
Rasional : dengan memberikan lingkungan yang nyaman diharapkan pasien dapat
mengalihkan perhatiannya terhadap nyeri.
d) Kontrol tanda-tanda vital pasien
Rasional : peningkatan tanda-tanda vital seperti tekanan darah, respirasi rate,
suhu, dan nadi mengindikasikan terjadi peningkatan persepsi pasien terhadap
nyeri.
e) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesik sesuai indikasi
Rasional : Pemberian analgetik dapat menghambat proses biokimiawi nyeri
sehingga nyeri yang dirasakan dapat berkurang.
3. Gangguan eliminasi : BAK berhubungan dengan adanya penekanan pada mioma uteri
terhadap kandung kemih
Tujuan dan kriteria hasil:
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x24 jam diharapkan eliminasi urine
lancer, dengan kriteria hasil:
urine dapat keluar lancar
klien tidak mengeluh sakit
klien merasa nyaman
Intervensi :
a) Kaji pola BAK pasien
Rasional : pola BAK pasien mengindikasikan terjadinya gangguan atau tidak.
b) Awasi pemasukan dan pengeluaran dan karakteristik urine
Rasional : membantu mengetahui balance cairan klien dan karakteristik urine
seperti adanya darah dalam urine mengindikasikan adanya penekanan kista di
traktus urinarius.
c) Anjurkan pasien untuk minum banyak
Rasional : minum yang banyak dapat memperlancar pengeluaran urine.
d) Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian obat sesuai dengan indikasi
Rasional :pemberian obat yang sesuai diharapkan tidak terjadi gangguan di
saluran kemih pasien.
Faktor predisposisi
Myoma uteri
Tanda-tanda penekanan Myoma menyempitkan kanalis
Penekanan Risiko
Risiko kekurangan
kekurangan Myoma submukosa
kandung kemih volume
volume cairan
cairan
menoragia
Disuria
Gangguan
Gangguan eliminasi
eliminasi urine
urine Pecahnya
pembuluh darah
Defisit
Defisit perawatan
perawatan diri
diri
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, M.E.; Moorhouse, M.F. & Geissler, A.C. 2009. Rencana Asuhan Keperawatan:
pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: EGC.
Mansjoer, A. 2010. Kapita Selekta Kedokteran. FKUI: Media Aesculapius.
Manuaba, 2009. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana. Jakarta:
EGC.
Mochtar Rustam, 2011. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC.
Sylvia, A.P.&Wilson, L.M. 2012.patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Jakarta: EGC.
Tuker, Wilkinson M. Judith. 2011. Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi NIC
dan Kriteria Hasil NOC, Edisi 7. Jakarta:EGC