Anda di halaman 1dari 15

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

PENATALAKSANAAN PASIEN INFARK MIOKARD AKUT

Di Ruang ICU Rumah Sakit Islam Gondanglegi

PROGAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI KEPERAWATAN


(NERS)
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN
2019
LEMBAR PENGESAHAN

SATUAN ACARA PENYULUHAN

PASIEN INFARK MIOKARD AKUT Di Ruang ICU Rumah Sakit Islam Gondanglegi

Jum,at Tanggal 31 Mei 2019

Oleh:
Periyanto NIM: 1830046
Ria Dyah Pujang Asmara NIM: 1830048
Rini Novianti NIM: 1830049

Mengetahui,

Pembimbing Lahan

………………………
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Penatalaksanaan Pasien Serangan jantung

Tempat : Ruangan ICU, Rumah Sakit Islam Gondanglegi

Sasaran : Pasien, Keluarga Pasien serta Pengunjung Rumah Sakit

Waktu : 10.00 – 10.30 WIB

A. LATAR BELAKANG
Aspek kesehatan adalah suatu kebutuhan masyarakat yang harus dipenuhi.
Semakin berkembangnya zaman dan meningkatnya tingkat ekonomi, pengetahuan
serta status social seseorang pada umumnya berbanding lurus dengan tingkat
kesehatannyan, namun tidak sedikit kasus yang menyimpang dari kasus kesehatan
akibat prilaku yang kurang cerdas. Salah satunya adalah penyakit Serangan jantung.
Serangan jantung merupakan salah satu diagnosis rawat inap tersering di negara
maju. Laju mortalitas awal (30 hari) pada serangan adalah 30% dengan lebih dari
separuh kematian pasien sebelum mencapai rumah sakit. Walaupun laju mortalitas
menurun sebesar 30% selama 2 dekade terakhir, sekitar 1 dari 25 pasien yang tetap
hidup pada perawatan awal, meninggal pada tahun pertama perawatan setelah
serangan jantung.
Serangan jantung adalah suatu keadaan di mana terjadi nekrosis otot jantung
akibat ketidakseimbangan antara kebutuhan dengan suplai oksigen yang terjadi secara
mendadak. Penyebab yang paling sering adalah terjadinya sumbatan koroner sehingga
terjadi gangguan aliran darah. Sumbatan tersebut terjadi karena ruptur plak yang
menginduksi terjadinya agregasi trombosit, pembentukan trombus, dan spasme
koroner.
Serangan infark miokard biasanya akut, dengan rasa sakit seperti angina,tetapi
tidak seperti angina yang biasa, maka disini terdapat rasa penekanan yang luar biasa
pada dada atau perasaan akan datangnya kematian. Penanganan prahospital yang tepat
dapat membantu mengurangi resiko bertambah parahnya penyakit, oleh karena itu
kami bermaksud mengadakan penyuluhan kesehatan dengan tema “pertolongan
serangan jantung sebelum dirumah sakit”
B. TUJUAN
1. Tujuan Instruksional Umum
Untuk meningkatkan pengetahuan Keluarga Pasien serta Pengunjung Rumah Sakit
terhadap Serangan jantung (Infark Miokard Akut)

2. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah diberikan penyuluhan pasien dapat :
a. Menyebutkan pengertian dari definisi Serangan jantung
b. Menyebutkan faktor penyebab terjadinya Serangan jantung
c. Menyebutkan faktor resiko terjadinya Serangan jantung
d. Menyebutkan tanda dan gejala terjadinya Serangan jantung
e. Menyebutkan cara mencegah terjadinya Serangan jantung
f. Menyebutkan penanganan Serangan jantung sebelum sampai di Rumah Sakit

C. PELAKSANAAN KEGIATAN
1. Materi( terlampir )
a. Pengertian Penyakit Serangan jantung
b. Penyebab terjadinya Serangan jantung
c. Faktor resikoSerangan jantung
d. Tanda dan gejalaSerangan jantung
e. Pencegahan terjadinya penyakit Serangan jantung
f. Penanganan sebelum sampai di Rumah Sakit

2. Sasaran
Sasaran : Seluruh Keluarga Pasien serta Pengunjung Rumah Sakit
Target : Bapak dan ibu yang menderita Serangan jantung

3. Metode
 Ceramah
 Tanya jawab

4. Media dan alat


 Leaflet
5. Waktu dan tempat
Hari / Tanggal : Jumat, 31 Mei 2019
Jam : 10.00-10.30 wib
Tempat : Ruangan ICU, Rumah Sakit Islam Gondanglegi

6. Pengorganisasian
Moderator : Ria Dyah Pujang Asmara
Pemateri : Rini Novianti
Observer : Periyanto
Fasilitator : Periyanto

7. Setting Tempat

Moderator  Audien

Penyuluh  Fasilitator  Observer

 







D. KEGIATAN PENYULUHAN

Kegiatan Penyuluhan
NO Kegiatan Waktu

I. Pembukaan
 Moderator memberikan  Menjawab salam 5 menit
salam
 Moderator memperkenalkan  Mendengar dan Memperhatikan
anggota penyuluh
 Moderator menjelaskan  Mendengar danmemperhatikan
tentang topik penyuluh
 Moderator menjelaskan  Mendengar dan memperhatikan
penyuluhan
II Pelaksanaan
 Menggali pengetahuan  Mengemukakan pendapat 15menit
tentang penyakit Serangan
jantung
 Menjelaskan tentang  Mendengar dan memperhatikan
pengertian Serangan
jantung
 Menjelaskan penyebab dari  Mendengar dan memperhatikan
Serangan jantung
 Menjelaskan faktor resiko  Mendengar dan memperhatikan

Serangan jantung
 Menjelaskan tanda dan
 Mendengar dan memperhatikan
gejala Serangan jantung
 Pencegahan terjadinya
penyakit Serangan jantung
 Mendengar dan memperhatikan
 Penanganan sebelum
sampai di rumah sakit
 Memberi kesempatan
 Mendengar dan memperhatikan
peserta untuk bertanya

 Presenter menjawabpertanyaan
III Penutupan
 Presenter menyimpulkan  Bersama presenter
materi menyimpulkan materi 10 menit
 Presenter mengadakan  Mendengar dan memperhatikan
evaluasi tentang pengertian,  Menjawab salam
penyebab, faktor resiko,
tanda dan gejala,
pencegahan, dan
penanganan Serangan
jantung
 Moderator menyimpulkan
hasil diskusi
 Moderator memberikan
salam
LAMPIRAN MATERI

A. Pengertian Serangan jantung


Serangan jantung atau yang lebih dikenal dengan angin duduk adalah suatu
keadaan dimana pasokan darah pada suatu bagian jantung terhenti sehingga sel otot
jantung mengalami kematian atau terjadi peningkatan kebutuhan oksigen secara tiba
tiba tanpa pasokan yang cukup dari pembuluh darah jantung

Gambar anatomi arteri koroner jantung


Dikutip dari NewYork-Presbyterian Hospital

B. Penyebab Serangan jantung


Penyebab terjadinya serangan jantung ini adalah penyumbatan di pembuluh
darah arteri jantung dan ketidakseimbangan antara kebutuhan dan pasokan darah ke
jantung.

C. Faktor resiko Serangan jantung


Secara garis besar terdapat dua jenis faktor risiko bagi setiap orang untuk terkena
Serangan jantung, yaitu faktor risiko yang bisa dimodifikasi dan faktor risiko yang
tidak bisa dimodifikasi
1) Faktor Risiko Yang Dapat Dimodifikasi. Merupakan faktor risiko yang bisa
dikendalikan sehingga dengan intervensi tertentu maka bisa dihilangkan. Yang
termasuk dalam kelompok ini diantaranya :

a) Merokok
Peran rokok dalam penyakit jantung koroner ini antara lain: menimbulkan
aterosklerosis (penyumbatan pembuluh darah) ; penyempitan pembuluh darah
(vasokontriksi); peningkatan tekanan darah; pemicu irama jantung,
meningkatkan kebutuhan oksigen jantung, dan penurunan kapasitas
pengangkutan oksigen. Merokok 20 batang rokok atau lebih dalam sehari bisa
meningkatkan risiko 2-3 kali dibanding yang tidak merokok.
b) Konsumsi alkohol
Peningkatan dosis alcohol dikaitkan dengan peningkatan kematian pada
jantung karena irama, hipertensi sistemik dan pelabaran pada otot jantung
c) Infeksi
Infeksi bakteri Chlamydia pneumoniae , organisme gram negatif intraseluler
dan penyebab umum penyakit saluran pernafasan, tampaknya berhubungan
dengan penyumbatan lemak pada pembuluh darah.
d) Hipertensi sistemik
Hipertensi sistemik menyebabkan meningkatnya after load yang secara tidak
langsung akan meningkatkan beban kerja jantung. Kondisi seperti ini akan
memicu pembesaran atau penebalan pada dinding jantung bagian kiri sebagai
kompensasi dari meningkatnya after load yang pada akhirnya meningkatkan
kebutuhan oksigen jantung.
e) Obesitas/kegemukan
Terdapat hubungan yang erat antara berat badan, peningkatan tekanan darah,
peningkatan kolesterol darah, DM tidak tergantung insulin, dan tingkat
aktivitas yang rendah.
f) Kurang olahraga
Aktivitas aerobik yang teratur akan menurunkan risiko terkena penyakit
jantung koroner, yaitu sebesar 20-40 %.
g) Penyakit Diabetes/kencing manis
Risiko terjadinya penyakit jantung koroner pada pasien dengan DM sebesar 2-
4 lebih tinggi dibandingkan orang biasa. Hal ini berkaitan dengan adanya
abnormalitas metabolisme lemak, kegemukan, hipertensi sistemik, peningkatan
trombogenesis (peningkatan tingkat adhesi platelet dan peningkatan
trombogenesis).
2) Faktor Risiko Yang Tidak Dapat Dimodifikasi. Merupakan faktor risiko yang tidak
bisa dirubah atau dikendalikan, yaitu diantaranya
a) Usia
Risiko meningkat pada pria datas 45 tahun dan wanita diatas 55 tahun
(umumnnya setelah menopause).
b) Jenis Kelamin
Morbiditas akibat penyakit jantung koroner (PJK) pada laki-laki dua kali lebih
besar dibandingkan pada perempuan, hal ini berkaitan dengan estrogen
endogen yang bersifat protektif pada perempuan. Hal ini terbukti insidensi
penyakit jantung meningkat dengan cepat dan akhirnya setara dengan laki pada
wanita setelah masa menopause.
c) Riwayat Keluarga
Riwayat anggota keluarga sedarah yang mengalami penyumbatan aliran darah
pada jantung (PJK) sebelum usia 70 tahun merupakan faktor risiko independent
untuk terjadinya penyumbatan aliran darah pada jantung. Agregasi akibat
penyumbatan aliran darah pada jantung di setiap keluarga menandakan adanya
predisposisi genetik pada keadaan ini. Terdapat bukti bahwa riwayat positif
pada keluarga mempengaruhi onset penderita penyakit jantung pada keluarga
dekat.
d) Ras
Insidensi kematian akibat penyakit jantung akibat penyumbatan pada aliran
darah pada orang Asia yang tinggal di Inggris lebih tinggi dibandingkan dengan
peduduk local, sedangkan angka yang rendah terdapat pada RAS afro-karibia.
e) Geografi
Tingkat kematian akibat penyumbatan aliran darah pada jantung lebih tinggi di
Irlandia Utara, Skotlandia, dan bagian Inggris Utara dan dapat merefleksikan
perbedaan diet, kemurnian air, merokok, struktur sosio-ekonomi, dan
kehidupan urban.
f) Tipe kepribadian
Tipe kepribadian yang memiliki sifat agresif, kompetitif, kasar, sinis, gila
hormat, ambisius, dan gampang marah sangat rentan untuk terkena penyakit
jantung. Terdapat hubungan antara stress dengan abnormalitas metabolisme
lipid.
g) Kelas sosial
Tingkat kematian akibat penymbatan aliran darah pada jantung tiga kali lebih
tinggi pada pekerja kasar laki-laki terlatih dibandingkan dengan kelompok
pekerja profesi (misal dokter, pengacara dll). Selain itu frekuensi istri pekerja
kasar ternyata 2 kali lebih besar untuk mengalami kematian dini akibat
penyumbatan aliran darah pada jantung dibandingkan istri pekerja professional
/ non-manual .

D. Tanda dan gejala Serangan jantung


Tanda dan gejala dari serangan jantung tiap orang tidak sama. Banyak serangan
jantung berjalan lambat sebagai nyeri ringan atau perasaan tidak nyaman. Bahkan
beberapa orang tanpa gejala sedikitpun (dinamakan silent heart attack). Akan tetapi
pada umumnya serangan jantung ini ditandai oleh beberapa hal berikut :
1) Nyeri Dada
Mayoritas pasien serangan jantung (90%) datang dengan keluhan nyeri dada.
Perbedaan dengan nyeri pada angina adalah nyeri pada serangan jantung lebih
panjang yaitu minimal 30 menit, sedangkan pada angina kurang dari itu.
Disamping itu pada angina biasanya nyeri akan hilang dengan istirahat akan tetapi
pada infark tidak.Nyeri dan rasa tertekan dan tembus hingga ke belakang pada dada
itu bisa disertai dengan keluarnya keringat dingin atau perasaan takut. Meskipun
serangan jantung memiliki ciri nyeri yang khas yaitu menjalar ke lengan kiri, bahu,
leher sampai ke ulu hati, akan tetapi pada orang tertentu nyeri yang terasa hanya
sedikit.
Rasa nyeri dapat hebat sekali sehingga penderita gelisah, takut, berkeringat
dingin dan lemas. Pasien terus menerus mengubah posisinya di tempat tidur. Hal
ini dilakukan untuk menemukan posisi yang dapat mengurangi rasa sakit, namun
tidak berhasil. Kulit terlihat pucat dan berkeringat, serta ektremitas biasanya terasa
dingin (Antman, 2005).
2) Sesak nafas
Sesak nafas bisa disebabkan oleh peningkatan mendadak tekanan akhir diastolic
ventrikel kiri, disamping itu perasaan cemas bisa menimbulkan hipervenntilasi.
Pada infark yang tanpa gejala nyeri, sesak nafas merupakan tanda adanya disfungsi
ventrikel kiri yang bermakna.
3) Gejala Gastrointestinal
Peningkatan aktivitas vagal menyebabkan mual dan muntah, dan biasanya lebih
sering pada infark inferior, dan stimulasi diafragma pada infak inferior juga bisa
menyebabkan cegukan.
4) Gejala Lain Termasuk palpitasi (ndredek), rasa pusing, atau sinkop dari aritmia
ventrikel, dan gejala akibat emboli arteri (misalnya stroke, iskemia ekstrimitas).
5) Bila diperiksa, pasien sering memperlihatkan wajah pucat bagai abu dengan
berkeringat , kulit yang dingin .walaupun bila tanda-tanda klinis dari syok tidak
dijumpai.
6) Nadi biasanya cepat, kecuali bila ada blok/hambatan AV yang komplit atau
inkomplit. Dalam beberapa jam, kondisi klinis pasien mulai membaik, tetapi
demam sering berkembang. Suhu meninggi untuk beberapa hari, sampai 102
derajat Fahrenheid atau lebih tinggi, dan kemudian perlahan-lahan turun ,kembali
normal pada akhir dari minggu pertama.

E. Pencegahan terjadinya Serangan jantung


1) Hindari: merokok, stress mental, alkohol, kegemukan, konsumsi garam berlebihan,
obat-obatan golongan amfetamin, kokain dan sejenisnya.
2) Kurangi: kolesterol, lemak dalam makanan.
3) Anjurkan konsumsi gizi yang seimbang dan berolahraga secara teratur.
4) Kurangi berat badan bila overweigh atau obesitas.
5) Mengontrol kadar gula dalam darah.

F. Penanganan sebelum sampai di rumah sakit


Bila diketahui pasien mengeluh nyeri dada dengan tanda dan gejala diatas,
segera cari bantuan medis atau menelpon rumah sakit terdekat agar cepat mendapatkan
pertolongan.

Pengobatan dapat dimulai segera setelah diagnosis kerja ditegakkan (sakit


dada khas dan elektrokardiogram) oleh karena kematian akibat infark miokard akut
terjadi pada jam-jam pertama. Penderita dapat diberikan obat penghilang rasa sakit dan
penenang. Biasanya bila sakit hebat diberikan morfin 2,5-5 mg atau petidin 25-50 mg
secara intravena perlahan-lahan. Sebagai penenang dapat diberikan Diazepam 5-10 mg.
Penderita kemudian dapat ditransfer ke rumah sakit yang memiliki fasilitas ruang rawat
coroner intensif. Infus dekstrose 5% atau NaCl 0,9% beserta oksigen nasal harus
terpasang,dan penderita didampingi oleh tenaga terlatih.
Sebagian besar kemtian mendadak di luar rumah sakit pada STEMI disebabkan
adanya fibrilasi ventrikel mendadak, yang sebagian besar terjadi dalam 24 jam pertama
onset gejala. Dan lebih dari separuhnya terjadi pada jam pertama. Sehingga elemen
utama tatalaksana pra hospital pada pasien yang dicurigai STEMI antara lain:

1) Pengenalan gejala oleh pasien dan segera mencari pertolongan medis


2) Segera memanggil tim medis emergensi yang dapat melakukan tindakan
resusitasi
3) Transportasi pasien ke Rumah sakit yang mempunyai fasilitas ICCU/ICU serta
staf medis dokter dan perawat yang terlatih
4) Melakukan terapi reperfusi
Keterlambatan terbanyak yang terjadi pada penanganan pasien biasanya bukan
selama transportasi ke Rumah Sakit, namun karena lama waktu mulai onset nyeri
dada sampai keputusan pasien untuk meminta pertolongan. Hal ini bisa ditanggulangi
dengan cara edukasi kepada masyarakat oleh tenaga professional kesehatan mengenai
pentingnya tatalaksana dini.
Pemberian fibrinolitik sebelum mencapai rumah sakit hanya bisa dikerjakan
jika ada paramedis di ambulans yang sudah terlatih untuk menginterpretasi EKG dan
tatalaksana STEMI dan terdapat pihak yang memegang kendali komando medis
secara online yang bertanggungjawab pada pemberian terapi. Di Indonesia saat ini
pemberian trombolitik sebelum mencapai rumah sakit atau pusat layanan kesehatan
lainnya ini belum bisa dilakukan.
1. Mengurangi/ menghilangkan nyeri dada
Mengurangi/ menghilangkan nyeri dada sangat penting, karena nyeri dikaitkan
dengan aktivasi simpatis yang menyebabkan vasokonstriksi dan meningkatkan beban
jantung.
2. Morfin
Morfin sangat efektif mengurangi nyeri dada dan merupakan analgesik pilihan dalam
tatalaksana nyeri dada pada STEMI. Morfin diberikan dengan dosis 2-4 mg dan dapat
diulang dengan interval 5-15 menit sampai dosis total 20 mg. efek samping yang perlu
diwaspadai pada pemberian morfin adalah konstriksivena dan arteriolar melalui
penurunan simpatis, sehingga terjadi pooling vena yang akan mengurangicurah
jantung dan tekanan arteri. Efek hemodinamik ini dapat diatasi dengan evaluasi
tungkai dan pada kondisi tertentu diperlukan penambahan cairanIV dengan NaCl
0,9%. Morfin juga dapat menyebabkan efek vagotonik yang menyebabakan
bradikardia atau blok jantung derajat tinggi, terutama pasien dengan infark posterior.
Efek ini biasanya dapat diatasi dengan pemberian atropine 0,5 mg IV.
3. Aspirin
Aspirin merupakam tatalaksan dasar aa pasien yang dicurigai STEMI dan efektif pada
spectrum sindrom coroner akut. Inhibisi cepat siklooksigenase trombosit yang
dilanjutkan reduksi kadar tromboksan A2 dicapai dengan absorpsi aspirin bukkal
dengan dosis 160-325 mg di ruang emergensi. Seanjutnya aspirin deberikan oral
dengan dosis 75-162 mg.
4. Penyekat beta (Beta Blocker)
Jika morfin tidak berhasil mengurangi nyeri dada, pemberian penyekat beta IV, selain
nitrat mungkin efektif. Regimen yang biasa diberikan adalah metoprolol 5 mg setiap
2-5 menit sampai total 3 dosis, dengan syarat frekuensi jantung >60 menit, tekanan
darah sistolik >100 mmHg, interval PR<0,24 detik dan ronki tidak lebih dari 10 cm
dari diafragma. Lima belas menit setelah dosis IV terakhir dilanjutkan dengan
metoprolol oral dengan dosis 50 mg tiap 6 jam selama 48 jam, dan dilanjutkan 100
mg tiap 12 jam.
5. Terapi reperfusi
Reperfusi dini akan memperpendek lama oklusi coroner, meminimalkan derajat
disfungsi dan diltasi ventrikel dn mengurangi kemungkinan pasien STEMI
berkembang menjadi pump failure atau taki aritmia ventricular yang maligna.
Sasaran terapi re[erfusi pada pasien STEMI adalah door-to needle ( atau medical
contact –to-needle) time untuk memulai terapifibrinolitik dapat dicapai dalam 30
menit atau door-to-balloon (atau medical contact-to-balloon) time untuk PCI dapat
dicapai dalam 90 menit.
DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Idrus. 2006. Tatalaksana Infark Miokard Akut dengan Elevasi ST dalam Buku Ajar
Ilmu penyakit Dalam Jilid III Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Brown T Carol.2003. Penyakit Aterosklerotik Koroner dalam Patofisiologi Konsep Kinis


Proses-proses Penyakit.Jakarta: EGC

Irmalia. 1996.Infark Miokard dalam Buku Ajar Kardiologi. Jakarta: fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.

Mansjoer Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran.Jakarta: Media Aesculapius Fakutas


kedokteran Universitas Indonesia.

Setiawati, Arini dan Suyatna.Obat Anti Angina dalam Farmakologi dan Terapi Edisi 4.
Jakarta: Bagian farmakologi Fakultas kedokteran Universitas Indonesia.

Brown, Carol T. 2005. Penyakit Aterosklerotik Koroner. dalam Patofisiologi Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit Edisi 6 Volume 1. Jakarta: EGC. Hal 589-599.

Harun, S., 2000. Infark Miokard Akut. dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I edisi 3.
Jakarta: FKUI. Hal: 1090-1108. (patogenesis)

Harun, Sjaharuddin, Idrus Alwi. 2000. Infark Miokard Akut Tanpa Elevasi ST. dalam Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: FKUI. Hal: 1626.

Isselbacher, J Kurt. 2000. Harrison Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam Edisi 13 Volume 3.
Jakarta : EGC.

Price, Sylvia Anderson. 2005. Penyakit Aterosklerotik Koroner. dalam Patofisiologi : konsep
klinis proses-proses penyakit Edisi 6. Jakarta : EGC. Hal 589-590.

Anda mungkin juga menyukai