Anda di halaman 1dari 18

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang kami panjatkan
puji syukur atas kehadiratNya,yang telah melimpahkan rahmat,hidayah dan inayahNya
Kepada kami,sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ANATOMI FISIOLOGI .

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuandari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.maka dari itu kami berterimakasih kepada semua
pihak yang telah berkonstibusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu.kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata Bahasa.oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala
saran dan kritik dari pembaca untuk kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat maupun menginspirasi bagi pembaca.
Malang,9 November 2017

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………………………………………………………i

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang …………………………………………………………………………………………………………… 1


1.2 Rumusan masalah ……………………………………………………………………………………………………… 1
1.3Tujuan…………………………………………………………………………………………………………………………. 1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian fisiologi telinga…………………………………………………………………………………………... 2


2.2 Klasifikasi fisiologi telinga…………………………………………………………………………………………….. 3
2.3 Komponen-komponen fisiologi telinga…………………………………………………………………………. 4

BAB III PENUTUP

3.1Kesimpulan…………………………………………………………………………………………………………………… 12
3.2Saran…………………………………………………………………………………………………………………………….. 12

DAFTARPUSTAKA ………………………………………………………………………………………..…………………………………. 13

ANATOMI FISIOLOGI TELINGA

PENDAHULUAN

Telinga adalah organ penginderaan dengan fungsi ganda dan kompleks (pendengaran dan
keseimbanga Anatominya juga sangat rumit . Indera pende¬ngaran berperan penting pada partisipasi
seseorang dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Sangat penting untuk perkembangan normal dan
pemeliharaan bicara, dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain melalui bicara tergantung pada
kemampuan mendengar.

Deteksi awal dan diagnosis akurat gangguan otologik sangat penting. Di antara mereka yang dapat
membantu diagnosis dan atau menangani kelainan otologik adalah ahli otolaringologi, pediatrisian,
internis, perawat, ahli audiologi, ahli patologi wicara dan pendidik. Perawat yang terlibat dalam
spesialisasi otolaringologi, saat ini dapat raemperoleh sertifikat di bidang keperawatan otorinolaringologi
leher dan kepala (CORLN= cerificate in otorhinolaringology-head and neck nursing).

Anatomi Telinga Luar

Telinga luar, yang terdiri dari aurikula (atau pinna) dan kanalis auditorius eksternus, dipisahkan dari
telinga tengan oleh struktur seperti cakram yang dinamakan membrana timpani (gendang telinga).
Telinga terletak pada kedua sisi kepala kurang lebih setinggi mata. Aurikulus melekat ke sisi kepala oleh
kulit dan tersusun terutama oleh kartilago, kecuali lemak dan jaringan bawah kulit pada lobus telinga.
Aurikulus membantu pengumpulan gelombang suara dan perjalanannya sepanjang kanalis auditorius
eksternus. Tepat di depan meatus auditorius eksternus adalah sendi temporal mandibular. Kaput
mandibula dapat dirasakan dengan meletakkan ujung jari di meatus auditorius eksternus ketika
membuka dan menutup mulut. Kanalis auditorius eksternus panjangnya sekitar 2,5 sentimeter. Sepertiga
lateral mempunyai kerangka kartilago dan fibrosa padat di mana kulit terlekat. Dua pertiga medial
tersusun atas tulang yang dilapisi kulit tipis. Kanalis auditorius eksternus berakhir pada membrana
timpani. Kulit dalam kanal mengandung kelenjar khusus, glandula seruminosa, yang mensekresi
substansi seperti lilin yang disebut serumen. Mekanisme pembersihan diri telinga mendorong sel kulit
tua dan serumen ke bagian luar tetinga. Serumen nampaknya mempunyai sifat antibakteri dan
memberikan perlindungan bagi kulit.

Anatomi Telinga Tengah

Telinga tengah tersusun atas membran timpani (gendang telinga) di sebelah lateral dan kapsul otik
di sebelah medial celah telinga tengah terletak di antara kedua Membrana timpani terletak pada akhiran
kanalis aurius eksternus dan menandai batas lateral telinga, Membran ini sekitar 1 cm dan selaput tipis
normalnya berwarna kelabu mutiara dan translulen.Telinga tengah merupakan rongga berisi udara
merupakan rumah bagi osikuli (tulang telinga tengah) dihubungkan dengan tuba eustachii ke nasofaring
berhubungan dengan beberapa sel berisi udara di bagian mastoid tulang temporal.

Telinga tengah mengandung tulang terkecil (osikuli) yaitu malleus, inkus stapes. Osikuli
dipertahankan pada tempatnya oleh sendian, otot, dan ligamen, yang membantu hantaran suara. Ada
dua jendela kecil (jendela oval dan dinding medial telinga tengah, yang memisahkan telinga tengah
dengan telinga dalam. Bagian dataran kaki menjejak pada jendela oval, di mana suara dihantar telinga
tengah. Jendela bulat memberikan jalan ke getaran suara. Jendela bulat ditutupi oleh membrana sangat
tipis, dan dataran kaki stapes ditahan oleh yang agak tipis, atau struktur berbentuk cincin. anulus jendela
bulat maupun jendela oval mudah mengalami robekan. Bila ini terjadi, cairan dari dalam dapat
mengalami kebocoran ke telinga tengah kondisi ini dinamakan fistula perilimfe.
Tuba eustachii yang lebarnya sekitar 1mm panjangnya sekitar 35 mm, menghubngkan telingah ke
nasofaring. Normalnya, tuba eustachii tertutup, namun dapat terbuka akibat kontraksi otot palatum
ketika melakukan manuver Valsalva atau menguap atau menelan. Tuba berfungsi sebagai drainase untuk
sekresi dan menyeimbangkan tekanan dalam telinga tengah dengan tekanan atmosfer.

Anatomi Telinga Dalam

Telinga dalam tertanam jauh di dalam bagian tulang temporal. Organ untuk pendengaran (koklea)
dan keseimbangan (kanalis semisirkularis), begitu juga kranial VII (nervus fasialis) dan VIII (nervus koklea
vestibularis) semuanya merupakan bagian dari komplek anatomi. Koklea dan kanalis semisirkularis
bersama menyusun tulang labirint. Ketiga kanalis semisi posterior, superior dan lateral erletak
membentuk sudut 90 derajat satu sama lain dan mengandung organ yang berhubungan dengan
keseimbangan. Organ ahir reseptor ini distimulasi oleh perubahan kecepatan dan arah gerakan
seseorang.

Koklea berbentuk seperti rumah siput dengan panjang sekitar 3,5 cm dengan dua setengah
lingkaran spiral dan mengandung organ akhir untuk pendengaran, dinamakan organ Corti. Di dalam
lulang labirin, namun tidak sem-purna mengisinya,Labirin membranosa terendam dalam cairan yang
dinamakan perilimfe, yang berhubungan langsung dengan cairan serebrospinal dalam otak melalui
aquaduktus koklearis. Labirin membranosa tersusun atas utrikulus, akulus, dan kanalis semisirkularis,
duktus koklearis, dan organan Corti. Labirin membranosa memegang cairan yang dina¬makan endolimfe.
Terdapat keseimbangan yang sangat tepat antara perilimfe dan endolimfe dalam telinga dalam; banyak
kelainan telinga dalam terjadi bila keseimbangan ini terganggu. Percepatan angular menyebabkan
gerakan dalam cairan telinga dalam di dalam kanalis dan merang-sang sel-sel rambut labirin
membranosa. Akibatnya terja¬di aktivitas elektris yang berjalan sepanjang cabang vesti-bular nervus
kranialis VIII ke otak. Perubahan posisi kepala dan percepatan linear merangsang sel-sel rambut
utrikulus. Ini juga mengakibatkan aktivitas elektris yang akan dihantarkan ke otak oleh nervus kranialis
VIII. Di dalam kanalis auditorius internus, nervus koklearis (akus-dk), yang muncul dari koklea, bergabung
dengan nervus vestibularis, yang muncul dari kanalis semisirkularis, utrikulus, dan sakulus, menjadi
nervus koklearis (nervus kranialis VIII). Yang bergabung dengan nervus ini di dalam kanalis auditorius
internus adalah nervus fasialis (nervus kranialis VII). Kanalis auditorius internus mem-bawa nervus
tersebut dan asupan darah ke batang otak

Keseimbangan dan Pusing

Kelainan sisten keseimbangan dan vestibuler mengenai lebih dari 30 juta orang Amerika yang
berusia 17 tahun ke atas dan mengakibatkan lebih dari 100.000 patah tulang panggul pada populasi
lansia setiap tahun.
Keseimbangan badan dipertahankan oleh kerja sama otot dan sendi tubuh (sistem proprioseptif),
mata (sistem visual), dan labirin (sistem vestibuler). Ketiganya membawa informasi me¬ngenai
keseimbangan, ke otak (sistem serebelar) untuk koordinasi dan persepsi korteks serebelar. Otak, tentu
saja, mendapatkan asupan darah dari jantung dan sistem arteri. Satu gangguan pada salah satu dari
daerah ini seperti arteriosklerosis atau gangguan penglihatan, dapat mengakibatkan gangguan
keseimbangan.

Aparatus vestibularis telinga tengah memberi unipan balik mengenai gerakan dan posisi kepala,
mengkoordinasikan semua otot tubuh, dan posisi mata selama gerakan cepat gerakan kepala.

pusing

sering digunakan pada pasien dan pemberi perawatan kesehatan untuk menggambarkan stiap
gangguan sensasi orientasi ruang, namun tidak spesifik dan tidak bisa menggambarkan dengan jelas.
Karena gangguan keseimbangan adalah sesuatu yang hanya bisa dirasakan oleh pasien, penting untuk
menentukan apa gejala yang sebenrnya dirasakan oleh pasien.

Vertigo

didefinisikan sebagaihalusinasi atau ilusi gerakan gerakan seseorang lingkungan seseorang yang
dirasakan. Kebanyakan orang yang menderita vertigo menggambarkan rasa berputar putar atau merasa
seolah-olah benda berputar mengitari. Vertigo adalah gejala klasik yang dialami ketika te disfungsi yang
cukup cepat dan asimetris sistem vestibuler perifer (telinga dalam).

Ataksia

adalah kegagalan koordinasi muskuler dan dapat terjadi pada pasien dengan penyakit vestibuler.
Sinkope, pingsan, dan kehilangan kesadaran bukan merupakan bentuk vertigo, juga merupakan
karakteristik masalah telinga biasanyaji menunjukkan adanya penyakit sistem kardiovaskuler.

Prinsip Fisiologi yang Mendasari Konduksi Bunyi

Bunyi memasuki telinga melalui kanalis auditorius ekternus dan menyebabkan membrana timpani
bergetar Getaran menghantarkan suara, dalam bentukm energi mekanis, melalui gerakan pengungkit
osikulus oval. Energi mekanis ini kemudian dihantarkan cairan telinga dalam ke koklea, di mana akani
menjadi energi elektris. Energi elektris ini berjalan melalui nervus vestibulokoklearis ke nervus sentral, di
mana akan dianalisis dan diterjemahkan dalam bentuk akhir sebagai suara.
Selama proses penghantaran,gelombang suara menghadapi masa yang jauh lebih kecil, dari
aurikulus yang berukuran sampai jendela oval yang sangat kecil, yang meng batkan peningkatan
amplitudo bunyi.

Fisiologi fungsional jendela oval dan bulat

Memegang peran yang penting. Jendela oval dibatasi olehj anulare fieksibel dari stapes dan
membran yang sangat lentur, memungkinkan gerakan penting,dan berlawanan selama stimulasi bunyi,
getaran stapes menerima impuls dari membrana timpani bulat yang membuka pada sisi berlawanan
duktus koklearis dilindungi dari gelombang bunyi oleh menbran timpani yang utuh, jadi memungkinkan
gerakan cairan telinga dalam oleh stimulasi gelombang suara. pada membran timpani utuh yang normal,
suara merangsang jendela oval dulu, dan terjadi jedai sebelum efek terminal stimulasi mencapai jendela
bulat. namun waktu jeda akan berubah bila ada perforasi pada membran timpani yang cukup besar yang
memungkinkan gelombang bunyi merangsang kedua jendela oval dan bulat bersamaan. Ini
mengakibatkan hilangnya jeda dan menghambat gerakan maksimal motilitas cairan telinga dalam dan
rangsangan terhadap sel-sel rambut pada organ Corti. Akibatnya terjadi penurunan kemampuan
pendengaran.

Gelombang bunyi dihantarkan oleh membrana timpani ke osikuius telinga tengah yang akan
dipindahkan ke koklea, organ pendengaran, yang terletak dalam labirin di telinga dalam. Osikel yang
penting, stapes, yang menggo dan memulai getaran (gelombang) dalam cairan yang berada dalam
telinga dalam. Gelombang cairan ini, pada gilirannya, mengakibatkan terjadinya gerakan mem¬brana
basilaris yang akan merangsang sel-sel rambut or¬gan Corti, dalam koklea, bergerak seperti gelombang

. Gerakan membrana akan menimbulkan arus listrik yang akan merangsang berbagai daerah
koklea. Sel rambut akan memulai impuls saraf yang telah dikode dan kemudian dihantarkan ke korteks
auditorius dalam otak, dan kernudian didekode menjadi pesan bunyi.

Pendengaran dapat terjadi dalam dua cara. Bunyi yang dihantarkan melalui telinga luar dan tengah
yang terisi udara berjalan melalui konduksi udara. Suara yang dihantararkan melalui tulang secara
langsung ke telinga dalam dengan cara konduksi tulang. Normalnya, konduksi udara merupakan jalur
yang lebih efisien; namun adanya defek pada membrana timpani atau terputusnya rantai osikulus akan
memutuskan konduksi udara normal dan mengaki¬batkan hilangnya rasio tekanan-suara dan kehilangan
pendengaran konduktif.

Kehilangan Pendengaran Ada dua jenis kehilangan pendengaran .


1.Kehilangan konduktif

biasanya terjadi akibat kelainan telinga luar, seperti infeksi serumen, atau kelainan telinga tengah,
seperti otitis media atau otosklerosis. Pada keadaan seperti itu, hantaran suara efisien suara melalui
udara ke telinga dalam terputus.

2.kehilangan sensoris

melibatkan kerusakan koklea atau saraf vestibulokoklear. Selain kehilangan konduktsi dan sensori
neural, dapat juga terjadi kehilangan pendengaran campuran begitu juga kehilangan pendengaran
fungsional. Pasien dengan kehilangan suara campuran mengalami kehilangan baik konduktif maupun
sensori neural akibat disfungsi konduksi udara maupun konduksi tulang. Kehilangan suara fung¬sional
(atau psikogenik) bersifat inorganik dan tidak berhubungan dengan perubahan struktural mekanisme
pendengaran yang dapat dideteksi biasanya sebagai manifestasi gangguan emosional.

Lebih dari 20 juta orang di Amerika Serikat menderita berbagai tingkat kehilangan pendengaran.
Kebanyakan di antaranya dapat ditolong dengan terapi medis atau bedah atau dengan alat bantu dengar
dan memandu pasien ke pusat pelayanan.

Pendekatan Psikososial

Gangguan pendengaran dapat menyebabkan perubahan kepribadian dan sikap, kemampuan


berkomunikasi, kepekaan terhadap lingkungan dan bahkan kemampuan untuk melindungi diri sendiri. Di
dalam ruang kelas, pelajar dengan gangguan pendengaran dapat menunjukkan tingkat ketidaktertarikan,
kurang perhatian dan kegagalan. Orang akan merasa terasing di rumah karena ketidak mampuannya
mendengar bunyi lonceng, dengungan, suara burung berkicau, atau kendaraan yang melintas.

Pejalan kaki yang menderita gangguan pendengaran dapat menyeberang jalan pada saat yang tidak
tepat karena tak mampu mendengar mobil yang mendekat. Individu yang menderita kehilangan
pendengaran dapat melewatkan sebagian percakapan dan merasa yakin bahwa orang lain
membicarakan dirinya. Banyak individu bahkan tidak menyadari bahwa pendengarannya secara bertahap
mulai terganggu. Sering kali bukan mereka yang menderita gangguan tetapi orang yang berkomunikasi
dengan mere¬ka yang pertama kali mengenali adanya gangguan ter-sebut.

Tidak jarang individu dengan gangguan pendengaran menolak mencari pertolongan medis. Oleh
karena rasa takut bahwa kehilangan pendengarannya merupakan tanda usia lanjut, banyak orang
menolak mengenakan alat bantu dengar. Sedangkan orang lain merasa kurang percaya diri bila
mengenakan alat bantu. Pasien yang mampu melakukan introspeksi diri biasanya akan menanyakan
kepada orang yang diajaknya berkomunikasi untuk memberi tahu. ketika melakukan penyuluhan pasien
yang memerlukan bantuan pendengaran. Perawat harus ingat bahwa keputusan mengenakan alat bantu
dengar adalah sangat pribadi dan sangat dipengaruhi oleh sikap dan perilaku orang tersebut.

Pendekatan Gerontologik

Bersama proses penuaan, dapat terjadi perubahan telinga yang kemudian dapat mengarah ke
defisit pende¬ngaran. Beberapa perubahan terjadi pada telinga kecuali bila serumen cenderung menjadi
lebih keras danj lebih kering sehingga terjadi peningkatan kemungkinan imfeksi.

Pada telinga tengah, membrana timpani menjadi atrofi atau menjadi sklerotik. Telinga tengah dapat
mengalarni degenerasi sel pada dasar koklea. Tampaknya ada predisposisi familier pada terjadinya
kehilangan pendengaran sensorineural. Manifestasinya berupa kehilangan kemampuan suara
berfrekuensi tinggi, kemudian oleh kehilangan frekuensi menengah dan rendah. Istilah presbikusis
dipakai untuk menerangkanl kehilangan pendengaran yang progresif. Namu presbikusis merupakan
diagnosis eksklusi, sehingga kehilangan pendengaran sensorineural harus dah disingkirkan.

Tanda awal kehilangan pendengaran bisa meliputi tinitus, peningkatan ketidakmampuan


mendengar pertemuan kelompok, dan perlu mengeraskan volume televisi.

Literatur (Paparella et a!., menyatakan bahwa 25% orang berusia antara 65

tahun dan 50% orang berusia di atas 75 tahun mengalami kesulitan pendengaran. Penyebabnya
tidak diketahui hubungannya dengan diet, metabolisme, arteriosklen stres, dan keturunan tidak
konsisten.

Faktor lain yang mempengaruhi pendengaran populasi manula, seperti pemajanan sepanjang
terhadap suara keras (mis. jet, senjata api, mesin gergaji mesin),

Beberapa obat, seperti aminoglik dan bahkan aspirin, mempunyai efek ototoksik gangguan ginjal
dapat menyebabkan perlambatan ek obat pada manula. Banyak manula menelan quinin untuk
mengatasi kram tungkai, yang dapat mengakib hilangnya pendengaran.

Faktor psikogenik dan pn penyakit lainnya (mis. diabetes) juga sebagian menimbulkan kehilangan
pendengaran sensorineural.

Gejala Kehilangan Pendengaran


Deterlorisasi wicara

Individu yang bicara dengan bagian akhir kata tldak jelas atau dihllangkan, atau mengeluarkan kata-
kata bernada datar, mungkin karena tidak mendengar dengan baik, Telinga memandu suara, baik
kekerasan maupun ucapannya.

Keletihan

Bila Individu merasa mudah lelah ketika mendengarkan percakapan atau pidato, keletihan bisa
disebabkan oleh usaha keras untuk mendengarkan. Pada keadaan ini, Iridividu tersebut menjadl mudah
tersinggung.

Acuh

individu yang tak bisa mendengar perkataan orang lain mudah mengalami depresi dan
ketidaktertarikan terhadap kehidupan secara umum. Menarik dlri dari sosial Karena tak mampu
rnendengar apa yang terjadi di sekitarnya menyebabkan individu dengan gangguan pendengaran
menarlk diri dari situasi yang dapat memalukannya.

Rasa tak aman

Kehilangan rasa percaya diri dan takut berbuat salah menclptakan suatu perasaan tak aman pada
kebanyakan orang dengan gangguan pendengar¬an. Tak ada seorang pun yang menginglnkan untuk
mengatakan atau melakukan hal yang salah yang cenderung membuatnya nampak bodoh.

Tak mampu membuat keputusan-prokrastinal

Kehilangan kepercayaan diri membuat seseorang dengan gangguan pendengaran sangat kesulitan
untuk membuat keputusan.

Kecurigaan

Individu dengan kerusakan pendengaran, yang sering hanya mendengar sebagian dari yang
dikatakan, bisa merasa curiga bahwa orang lain membicarakan dirinya atau bagian percakapan yang
berhubungan dengannya sengaja diucapkan dengan lirih sehingga la tak dapat mandengarkan.

Kabanggaan semu

Individu dengan kerusakan pendengaran berusaha menyembunyikan kehilangan pendengarannya.


Konsekwensinya, ia sering berpura-pura mendengar padahal sebenarnya tidak.
Kesepian dan ketldak bahaglaan Meskipun setiap orang selalu menginginkan ketenangan, namun
kesunyian yang dipaksakan dapat membosankan bahkan kadang menakutkan. Individu dengan
kehilangan pendengaran sering merasa (terasing)

Kecenderungan untuk mendominasi pembicaran

Banyak Individu dengan kerusakan pendengaran cenderung mendominasi percakapan, mengetahui


bahwa selama pembicaraan terpusat padanya sehingga ia dapat mengontrol maka la tidak akan
melakuKan kesalahan yang memalukan.

Kebisingan dan Efeknya pada Pendengaran


Kebisingan suara yang tak diinginkan dan tak dapat dihindari) telah diidentifikasi sebagai salah satu
bahaya lingkungan pada abad ke-20. Besarnya volume kebisingan yang mengelilingi kita setiap hari telah
meningkat dari kejengkelan sederhana sampai berpotensi sebagai sumber bahaya kerusakan fisik dan
psikologis.

Dalam istilah dampak fisik, suara keras dan menetap terbukti menyebabkan konstriksi pembuluh
darah perifer, peningkatan tekanan darah danKecepatan denyut jantung (akibat sekresi adrenalin), dan
peningkatan aktivitas gas¬trointestinal

Mekanisme yang paling sering adalah kehi¬langan pendengaran yang diinduksi oleh kebisingan.
Namun untungnya kelainan yang dapat dicegah. Istilah kehilangan pendengaran yang diinduksi oleh
kebi¬singan digunakan untuk menjelaskan kehilangan pende¬ngaran yang terjadi setelah pemajanan
jangka lama terha¬dap kebisingan keras {mis. mesin-mesin berat, motor dan persenjataan), sementara
trauma akustik merujuk pada kehilangan pendengaran akibat pemajanan tunggal terha¬dap kebisingan
yang sangat intens, seperti ledakan. Biasanya kehilangan suara yang diinduksi kebisingan terjadi pada
frekwensi tinggi (sekitar 4000 Hz), meskipun dengan pemajanan kebisingan terus-menerus kehilangan
pendengaran dapat menjadi lebih berat dan meliputi pula frekwensi di sekitarnya

•Pengkajian Kemampuan Mendengar

•Pemeriksaan Telinga .

•Telinga luar diperiksa dengan

inspeksi dan palpasi lang-sung sementara membrana timpani diinspeksi, seperti telinga tengah dengan
otoskop dan palpasi tak langsung dengan menggunakan otoskop pneumatic

Pengkajian Fisik.
Inspeksi telinga luar merupakan prosedur yang paling sederhana tapi sering terlewat. Aurikulus dan
jaringan sekitarnya diinspeksi adanya

•deformitas, lesi.

•cairan begitu pula ukuran,

•simetris dan sudut penempelan ke kepala.

Gerakan aurikulus normalnya tak menimbulkan nyeri. Bila manuver ini terasa nyeri, harus dicurigai
adanya otitis eksterna akut. Nyeri tekan pada saat palpasi di daerah mastoid dapat menunjukkan
mastoiditis akut atau inflamasi nodus auri-kula posterior. Terkadang, kista sebaseus dan tofus (de-posit
mineral subkutan) terdapat pada pinna. Kulit bersisik pada atau di belakang aurikulus biasanya
menunjuk¬kan adanya dermatitis sebore dan dapat terdapat pula di kulit kepala dan struktur wajah.

Untuk memeriksa kanalis auditorius eksternus dan membrana timpani, kepala pasien sedikit
dijauhkan dari pemeriksa.

Otoskop dipegang dengan satu tangan semen¬tara aurikulus dipegang dengan tangan lainnya
dengan mantap dan ditarik ke atas, ke belakang dan sedikit ke luar Cara ini akan membuat lurus kanal
pada orang dewasa, sehingga memungkinkan pemeriksa melihat lebih jelas membrana timpani.

Spekulum dimasukkan dengan lembut dan perlahan ke kanalis telinga, dan mata didekatkan ke
lensa pembesar otoskop untuk melihat kanalis dan membrana timpani. Spekulum terbesar yang dapat
dimasukkan ke telinga (biasanya 5 mm pada orang dewasa) dipandu dengan lembut ke bawah ke kanal
dan agak ke depan. Karena bagian distal kanalis adalah tulang dan ditutupi selapis epitel yang sensitif,
maka tekanan harus benar-benar ringan agar tidak menimbulkan nyeri.

otoskop

▪Setiap adanya cairan, inflamasi, atau benda asing; dalam kanalis auditorius eksternus dicatat.

▪Membrana, timpani sehat berwarna mutiara keabuan

pada dasar kanalis. Penanda harus dttihat mungkin pars tensa dan kerucut cahaya.umbo,
manubrium mallei, dan prosesus brevis.
▪Gerakan memutar lambat spekulum memungkinkan penglihat lebih jauh pada Hpatan malleus dan
daerah perifer. dan warna membran begitu juga tanda yang tak biasa at! deviasi kerucut cahaya dicatat.
Adanya cairan, gele bung udara, atau masa di telinga tengah harus dicatat.

▪Pemeriksaan otoskop kanalis auditorius eksternus membrana timpani yang baik hanya dapat dilakukan
bi kanalis tidak terisi serumen yang besar. Serumen not nya terdapat di kanalis eksternus, dan bila jumla
sedikit tidak akan mengganggu pemeriksaan otoskop.

▪Bila serumen sangat lengket maka sedikit minyak mineral atau pelunak serumen dapat diteteskan dalam
kanalis telinga dan pasien diinstruksikan kembali lagi.

Ketajaman Auditorius.

 Perkiraan umum pendengaran pasien dapat disaring secara efektif dengan mengkaji kemampuan
pasien mendengarkan

 bisikan kata atau detakan jam tangan.

 Bisikan lembut dilakukan oleh pemeriksa, yang sebelumnya telah melakukan ekshalasi penuh.
Masing-masing telinga diperiksa bergantian. Agar telinga yang satunya tak mendengar,

 pemeriksa menutup telinga yang tak diperiksa dengan telapak tangan. Dari jarak 1 sampai 2 kaki
dari telinga yang tak tertutup dan di luar batas penglihatan, pasien dengan ketajaman normal dapat
menirukan dengan tepat apa yang dibisikkan. Bila yang digunakan detak jam tangan, pemeriksa
memegang jam tangan sejauh 3 inci dari telinganya sendiri (dengan asumsi pemeriksa mempunyai
pendengaran normal) dan kemudian memegang jam tangan pada jarak yang sama dari aurikulus pasien.
Karena jam tangan menghasilkan suara dengan nada yang lebih tinggi daripada suara bisikan, maka
kurang dapat dipercaya dan tidak dapat dipakai sebagai satu-satunya cara mengkaji ketajaman
auditorius.

Penggunaan uji Weber dan Rinne

memungkinkan kita membedakan kehilangan akibat konduktif dengan kehi-langan sensorineural.

Uji Weber

memanfaatkan konduksi tulang untuk menguji adanya lateralisasi suara. Sebuah garpu tala
dipegang erat pada gagangnya dan pukulkan pada lutut atau pergelangan tangan pemeriksa. Kemudian
diletakkan pada dahi atau gigi pasien. Pasien ditanya apakah suara terdengar di tengah kepala, di telinga
kanan atau telinga kiri. Individu dengan pendengaran normal akan mende¬ngar suara seimbang pada
kedua telinga atau menjelaskan bahwa suara terpusat di tengah kepala. Bila ada kehilang¬an
pendengaran konduktif (otosklerosis, otitis media), suara akan lebih jelas terdengar pada sisi yang sakit.
Ini disebabkan karena obstruksi akan menghambat ruang suara, sehingga akan terjadi peningkatan
konduksi tulang. Bila terjadi kehilangan sensorineural, suara akan meng-alami lateralisasi ke telinga yang
pendengarannya lebih baik. Uji Weber berguna untuk kasus kehilangan pende¬ngaran unilateral.

Uji Rinne

gagang garpu tala yang bergetar ditempatkan di belakang aurikula pada tulang mastoid (kon¬duksi
tulang) sampai pasien tak mampu lagi mendengar suara. Kemudian garpu tala dipindahkan pada jarak 1
inci dari meatus kanalis auditorius eksternus (konduksi uda-ra). Pada keadaan normal pasien dapat terus
mendengar¬kan suara, menunjukkan bahwa konduksi udara berlang-sung lebih lama dari konduksi
tulang. Pada kehilangan pendengaran konduktif, konduksi tulang akan melebihi konduksi udara begitu
konduksi tulang melalui tulang temporal telah menghilang, pasien sudah tak mampu lagi mendengar
garpu tala melalui mekanisme konduktif yang biasa. Sebaliknya kehilangan pendengaran sensorineural
memungkinkan suara yang dihantarkan melalui udara lebih baik dari tulang, meskipun keduanya
merupakan konduktor, yang buruk dan segala suara diterima seperti sangat jauh dan lemah.

Prosedur Diagnostik Auditorius dan Vestibuler

Dalam mendeteksi kehilangan pendengaran, audiome¬ter adalah satu-satunya instrumen


diagnostik yang paling penting.

Uji audiometri ada dua macam:

(1) audiometri nada-murni

Dimana stimulus suara terdiri atas nada murni atau musik (semakin keras nada sebelum pasien bisa
mendengar berarti semakin besar kehilangan pende¬ngarannya), dan

(2) audiometri wicara

Di mana kata yang diucapkan digunakan untuk menentukan kemampuan mendengar dan
membedakan suara.

Ahli audiologi melakukan uji dan pasien mengenakan earphone dan sinyal mengenai nada yang
didengarkan. Ketika nada dipakai secara langsung pada meatus kanalis auditorius eksiernus, kita
mengukur konduksi udara. Bila stimulus diberikan pada tulang mastoid, melintas mekanisme konduksi
(osikulus), langsung menguji konduksi saraf. Agar hasilnya akurat, evaluasi audiometri dilakukan di
ruangan yang kedap suara. Respons yang dihasil-kan diplot pada grafik yang dinamakan audiogram.

Frekwensi
merujuk pada jumlah gelombang suara yang dihasilkan oleh sumber bunyi per detik siklus perdetik atau
hertz (Hz). Telinga manusia normal mampu mendengar suara dengan kisaran frekwensi dari

▪20 sam¬pai 20.000Hz.

▪500 sampai 2000 Hz yang paling penting untuk memahami percakapan sehari-hari (yang dikenal sebagai
kisaran wicara. Nada adalah istilah untuk menggambarkan frekwensi; nada dengan

▪frekwensi 100 Hz dianggap sebagai nada rendah, dan nada

▪10.000 Hz dianggap sebagai nada tinggi. Unit untuk mengukur kerasnya bunyi (intensitas suara) adalah
desibel (dB), tekanan yang ditimbulkan oleh rsuara. Kehilangan pendengaran diukur dalam decibel, yang
merupakan fungsi logaritma intensitas dan tidak bisa dengan mudah dikonversikan ke persentase.

▪Ambang kritis kekerasan adalah sekitas 30 dB. Beberapa contoh internsitas suara yang biasa termasuk
gesekan kertas dalam lingkungan yang sunyi, terjadi pada sekitar 15 dB; per kapan rendah, 40 dB; dan
kapal terbang jet sejauh kaki, tercatat sekitar 150 dB. Suara yang lebih keras i 80 dB didengar telinga
manusia sangat keras. Suara ya terdengar tidak nyaman dapat merusak telinga dala Timpanogram atau
audiometri impedans, meng refleks otot telinga tengah terhadap stimulus suara, kelenturan membrana
timpani, dengan mengubah teh udara dalam kanalis telinga yang tertutup (Gbr. Kelenturan akan
berkurang pada penyakit telinga tertutup)

Respons batang otak auditori (ABR, auditori brain sistem response) adalah potensial elektris yang
dapat terteksi dari narvus kranialis VIII (narvus akustikus) alur auditori asendens batang otak sebagai
respons stimulasi suara. Merupakan metoda objektif untuk mengukur pendengaran karena partisipasi
aktif pasien sama sekali dak diperlukan seperti pada audiogram perilaku. Elektroda ditempatkan pada
dahi pasien dan stimuli akustik, biasanya dalam bentuk detak, diperdengarkan ke telinga. pengukuran
elektrofisiologis yang dihasilkan dapat di tentukan tingkat desibel berapa yang dapat didengarkan pasien
dan apakah ada kelainan sepanjang alur syaraf,

seperti tumor pada nervus kranialis VIII. Elektrokokleografi (ECoG) adalah perekaman potensial
elektrofisologis koklea dan nervus kranialis VIII bagai respons stimuli akustik. Rasio yang dihasilkan
digunakan untuk membantu dalam mendiagnosa kelainan keseimbangan cairan telinga dalam seperti
penyakit Mniere dan fistula perilimfe.

Prosedur ini dilakukan dengan menempatkan elektroda sedekat mungkin dengan koklea, baik di
kanalis auditorius eksternus tepat di dekat membrana timpani atau melalui elektroda transtimpanik yang
diletakkan melalui mambrana timpani dekat mem-bran jendela bulat. Untuk persiapan pengujian, pasien
diminta unluk tidak memakai diuretika selama 48 jam sebelum uji dilakukan sehingga keseimbangan
cairan di dalam telinga tidak berubah.

Elektronistagmografi (ENG) adalah pengukuran dan grafik yang mencatat perubahan potensial
elektris yang ditimbulkan oleh gerakan mata selama nistagmus yang ditimbulkan secara spontan,
posisional atau kaloris. Digu¬nakan untuk mengkaji sistem okulomotor dan vestibular dan interaksi yang
terjadi antara keduanya. Misalnya, pada bagian kalori uji ini, udara atau air panas dan dingin (uji kalori
bitermal) dimasukkan ke kanalis auditorius eksternus, dan kemudian gerakan mata diukur. Pasien
diposisikan sedemikian rupa sehingga kanalis semisirkularis lateralis paralel dengan medan gravitasi dan
duduk sementara elektroda dipasang pada dahi dan dekat mata. Pasien diminta tidak meminum
supresan vestibuler seperti sedativa, penenang, antihistarnin, atau alkohol, begitu pula stimulan
vestibuler seperti kafein, selama 24 jam sebelum pengujian.

ENG dapat membantu diagnosis kondisi seperti penyakit Meniere dan tumor kanalis auditorius
internus atau fosa posterior.

Posturografi platform adalah uji untuk menyelidiki kemampuan mengontrol postural. Diuji integrasi
antara bagian visual, vestibuler dan proprioseptif (integrasi sensoris) dengan keluaran respons motoris
dan koordinasi anggota bawah. Pasien berdiri pada panggung (platform), dikelilingi layar, dan berbagai
kondisi ditampilkan, seper¬ti panggung bergerak dengan layar bergerak.

Ambang penerimaan wicara adalah tingkat intensitas suara di mana pasien mampu tepat
membedakan dengan benar stimuli wicara sederhana. Pembedaan wicara menentukan kemampuan
pasien untuk membedakan suara yang berbeda, dalam bentuk kata, dalam tingkat desibel di mana suara
masih terdengar.

pasien terhadap enam kondisi yang berbeda diukur dan menunjukkan sistem mana yang terganggu.
Persiapan uji ini sama dengan pada ENG.

Percepatan harmon sinusoidal (SHA, sinusoidal har¬monic acceleration), atau kursi berputar,
mengkaji sisiem vestibulookuler dengan menganalisis gerakan mata kopensatoris sebagai respons
putaran searah atau berlawaan arah dengan jarum jam. Meskipun uji SHA tak dapat mengidentifikasi sisi
dari lesi pada penyakit unilateral, namun sangat berguna untuk mengidentifikasi adanya penyakit dan
mengontrol proses penyembuhanya, persiapan pasien sama dengan yang diperlukan pada EN

Berkomunikasi pada Kerusakan Pendengaran

Saran berikut dapat membuat komunikasi lebih bafik dengan penderita gangguan pendengaran
yang wicaranya sulit dipahami.

1. Pusatkan seluruh perhatian pada apa yang sedang ia katakannya. Perhatikan dan dengarkanjangan IM-
coba melakukan pekerjaan lain sementara menJe ngarkannya.

2. Libatkan pembicara dalam percakapan bila memungkinkan untuk mengantisipasi jawaban. Hal ini
mungkinkan anda menjadi terbiasa dengan pola wicaranya yang khusus.

3. Cobalah mencari konteks intinya tentang apa yang sedang dikatakannya; anda kemudian mungkin
dapat mengisi detil dari konteks tersebut.
4. Jangan mencoba berpura-pura mengerti bila anda memang tidak mengerti.

5. Bila anda tak mampu memahami atau mengalami keraguan berat mengenai kemampuan memahami
apa yang dikatakannya, lebih baik memintanya menulis-kan pesan yang ingin disampaikannya daripada
meng-ambil risiko salah pengertian. Meminta orang tersebut mengulang pesan dalam bentuk wicara,
setelah anda mengetahui isinya, juga dapat membantu anda mem-biasakan diri dengan pola wicaranya.

Anjuran agar komunikasi lebih baik dengan penderita gangguan pendengaran yang dapat membaca
gerak bibir adalah sebagai berikut:

1. Ketika berbicara, anda harus menatap orang tersebut selangsung mungkin.

2. Yakinkan bahwa wajah anda tampak sejelas mungkin; posisikan diri anda sedemikian rupa sehingga
wajah anda mendapat pencahayaan yang memadai hindari terhalang oleh bayangan cahaya yang terlalu
terang;jangan menutupi penglihatan orang tersebut terhadap mulut anda dengan cara apapun; hindari
berbicara sambil mengunyah sesuatu dalam mulut anda.

3. Yakinkan bahwa pasien mengetahui topik atau subjek ekspresi verbal anda sebelum meneruskan
dengan apa yang anda rencanakan untuk diucapkan ini memung-kinkan orang tersebut menggunakan
petunjuk konteks-tual dalam membaca gerak bibir.

4. Berbicara secara perlahan dan jelas, dengan jeda yang lebih sering dibanding bila anda berbicara
normal.

5. Bila anda ragu apakah beberapa petunjuk atau instruk-si telah dipahami, lakukan pengecekan untuk
meya-kinkan bahwa pasien telah memahami secara penuh pesan anda.

6. Bila mulut anda terpaksa ditutup dengan alasarTapapun (misalnya memakai masker) dan anda wajib
memberi arahan atau instruksi kepada pasipn, maka tak ada jalan lain kecuali anda harus menulis pesan
yang ingin anda sampaikan.

Gangguan Telinga Luar

Otalgia

Otalgia adalah rasa nyeri pada telinga. Karena telinga dipersarafi oleh saraf yang kaya (nervus
kranialis V, VII, IX, dan X selain cabang saraf servikalis kedua dan ketiga), maka kulit di tempat ini menjadi
sangat sensitif.
Otalgia adalah gejala yang dapat timbul dari iritasi lokal karena banyak kondisi dan dapat juga
disebabkan oleh nyeri pindahan dari laring dan faring. Banyak keluhan nyeri telinga sebenarnya akibat
nyeri di dekat ser ndi temporomandibularis. Diperkirakan bahwa lebih c 50% pasien yang mengeluh
otalgia tidak ditemukan pnyakit telinganya.

Impaksi Serumen

Secara normal serumen dapat tertimbun dalam ka eksternus dan dalam jumlah dan warna yang
bervaria Meskipun biasanya tidak perlu dikeluarkan, kadang kadang dapat mengalami infaeksi,
menyebabkan rasa penuh dalam telinga, dan/atau kehilangan perdengaran. Penumpukan serumen
terutama bermakna populasi geriatrik sebagai penyebab defisit pendengar Usaha membersihkan kanalis
auditorius dengan bata korek api, jepit rambut, atau alat lain bisa berbahay karena trauma terhadap kulit
dapat mengakibatkan infek atau kerusakan gendang telinga.

Penata laksanaan.

Serumen dapat diambil denga irigasi, pengisapan, atau instrumentasi. Kecuali bila riwayat perforasi
membrana timpani atau terdapat inflamasi telinga luar (otitis eksterna), irigasi lembut kan prosedur yang
dapat diterima untuk mengambil serumen.

Teknik ini efektif bila serumen tidak terlalu melekat dalam kanalis auditorius eksteni Pengambilan
serumen yang berhasil dengan irigasi ha bisa dicapai bila aliran air dapat mencapai bela serumen yang
menyumbat agar dapat mendorongnya lateral dan ke luar dari kanalis. Meskipun irrigator pic air
biasanya aman, namun instrumen ini berhubungan den perforasi membrana timpani dan bahkan cedera
otologik yang lebih serius. Maka harus digunakan tekanan serdah mungkin yang digunakan untuk
mencegah trail mekanik.

Bila sebelumnya sudah terdapat perforasi membran timpani di belakang impaksi serumen, air dapat
mema ruang telinga tengah. Masuknya air dingin ke da telinga tengah dapat mengakibatkan vertigo akut
dengan cara menginduksi arus konveksi termal dalam kanalis semi sirkularis. Memasukkan air ke dalam
rongga teli tengah dapat juga meningkatkan risiko infeksi. Irigasi kanalis juga terbukti mengakibatkan
otitis eksterna: na (osteomielitis tulang temporal) pada manula pende diabetes. Bila harus melakukan
irigasi aural pada penderita diabetes, harus digunakan larutan steril. Bila irigasi ti berhasil sempurna atau
bila impaksi serumen tidak purna, maka dapat dilakukan pengangkatan secara mekanis, dengan
pandangan langsung pada pasien yang koope-ratif oleh tenaga profesional yang terlatih.

Serumen juga dapat dilunakkan dengan meneteskan beberapa tetes gliserin hangat, minyak
mineral, atau hidrogen peroksida perbandingan setengah selama 30 menit sebelum pengangkatan.
Bahan seruminolitik, seper-ti peroksida dalam gliseril (Debrox) atau Cerumenex juga tersedia; namun,
senyawa ini dapat menyebabkan reaksi alergi dalam bentuk dermatitis. Pemakaian larutan ini dua
sampai tiga kali sehari selama beberapa hari biasanya sudah mencukupi untuk memudahkan
pengangkatan im-paksi. Bila impaksi serumen tak dapat dilepaskan dengan cara ini, dapat diangkat oleh
petugas perawatan kesehatan dengan instrumen khusus seperti kuret serumen dan pengisap aural yang
menggunakan mikroskop binokuler untuk pembesaran.Benda Asing

Otitis Eksterna

Infeksi, utamanya bakteri atau jamur, merupakan masalah yang paling sering pada telinga.
Kebanyakan penyebab otitis eksterna (infeksi telinga luar) termasuk air dalam kanalis auditorius
eksternus (telinga perenang), trauma kulit kanalis memungkinkan masuknya organisme ke jaringan, dan
kondisi sistemik seperti defisiensi vitamin dan kelainan endokrin. Kanalis telinga normal steril pada
beberapa orang; sedang lainnya mengandung Staphylo-coccus albus dan/atau organisme lain seperti
difteroid. Patogen otitis eksterna yang paling sering adalah Staphy-lococcus aureus dan spesies
Pseudomonas. Jamur yang paling sering dapat terisolasi dari telinga normal maupun yang terinfeksi
adalah Aspergillus. Otitis eksterna sering disebabkan oleh dermatosis seperti psoriasis, ekzema, atau
dermatitis sebore. Bahkan reaksi alergi terhadap semprot rambut, cat rambut, dan losion pengeriting
rambut permanen dapat mengakibatkan dermatitis, yang akan hilang bila bahan penyebabnya
dihilangkan.

Manifestasi Klinis.

Pasien biasanya datang dengan nyeri, cairan dari kanalis auditorius eksternus, nyeri tekan aural
(biasanya tak terdapat pada infeksi telinga tengah), dan kadang demam, selulitis, dan limfadenopati.
Keluhan lain dapat meliputi pruritus dan kehilangan pendengaran atau perasaan penuh. Pada
pemeriksaan otoskopis kanalis telinga nampak eritema dan edema. Cairan berwarna taming atau hijau
dan berbau busuk. Pada infeksi jamur bahkan dapat terlihat spora hitam seperti rambut.

Penatalaksanaan. Prinsip terapi ditujukan untuk menghilangkan ketldaknyamanan, mengurangi


pembeng-kakan kanalis telinga, dan mengeradikasi infeksi. Tak jarang pasien mendapat resep analgetik
selama 48 sampai 92 jam pertama. Bila jaringan di kanalis eksternus meng-alami edema, perlu dipasang
sumbu untuk menjaga ka¬nalis tetap terbuka sehingga cairan obat (mis. larutan Burow, sediaan
antibiotika telinga) dapat dimasukkan). Obat tersebut dapat diberikan dengan penetes dengan suhu
ruangan. Obat yang dipakai biasanya kombinasi antibiotika dan kortikosteroid untuk melemaskan
jaringan yang terinflamasi. Jika terdapat selulitis atau demam, maka perlu diberikan antibiotika sistemik.
Bahan anti-jamur dapat diberikan bila perlu.

Pasien diingatkan untuk tidak membersihkan sendiri kanalis auditorius eksternus menggunakan lidi
kapas. Pasien juga dilarang untuk berenang atau memasukkan air ke dalam telinga ketika mencuci
rambut atau mandi. Wool kambing atau kapas dapat diolesi jel yang tak larut air (seperti vaselin) dan
diletakkan di telinga untuk mencegah kontaminasi air. Pasien dapat mencegah infeksi dengan
menggunakan preparat antiseptik telinga sehabis

Anda mungkin juga menyukai