Anda di halaman 1dari 10

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah ini
dengan baik dan tepat waktu. Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan
terimakasih kepada Tim Dosen Geomorfologi dan Analisis Landscape
Universitas Jambi yang telah banyak membantu dalam pembuatan tugas ini.

Penyusun sangat berharap makalah ini dapat berguna bagi pembaca


maupun penyusun sendiri dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan
mengenai Pola Aliran. Penyusun juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna, oleh sebab itu
penyusun berharap adanya kritik dan saran yang membangun. Semoga makalah
ini dapat dipahami dan memberikan manfaat pada pembacanya

Jambi, 10 Oktober 2015

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesaia adalah negara yang sangat kaya akan kebradaan sungai.
Terdapat ribuan sungai yang tersebar di seluruh Indonesia.Tetapi saat ini sungai-
sungai di Indonesia tidak dimanfaatkan dengan baik, bahkan banyak masyarakat
yang merusakknya dengan membuang sampah sembarangan dan mengakibatkan
bencana banjir. Kekayaan yang alam yang sangat besar ini harus dimanfaatkan
secara tepat.
Dengan memahami karakteristik dari masing-masing sungai maka
pemanfaatan sungai akan semakin baik, misalnnya: pembangunan waduk,
pembangunan pembangkit listrik tenaga air, dan lain sebagainya. Karakteristik
setiap sungai seperti Pola aliran sungai, Bentuk Aliran Sungai, Kerapatan Sungai
harus dipahami khusunya bagi seorang geologist. Dan tentu saja cara
pembentukan dan sifat-sifat dan ciri umum dari masing- masing sungai sehingga
pemanfaatannya optimal.

B. Tujuan Penulisan Makalah


1. Mengetahui pengertian Pola Aliran Sungai dan jenis-jenisnya
2. Memahami bentuk aliran sungai
3. Memahami dan mengelompokkan kerapatan sungai.

C. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pola aliran sungai ?
2. Apa saja jenis bentuk aliran sungai ?
3. Bagaimana cara menentukan nilai kerapatan sungai ?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pola Aliran Sungai


Dengan berjalannya waktu, suatu sistem jaringan sungai akan membentuk
pola pengaliran tertentu diantara saluran utama dengan cabang-cabangnya dan
pembentukan pola pengaliran ini sangat ditentukan oleh faktor geologinya. Pola
pengaliran sungai dapat diklasifikasikan atas dasar bentuk dan teksturnya. Bentuk
atau pola berkembang dalam merespon terhadap topografi dan struktur geologi
bawah permukaannya. Saluran-saluran sungai berkembang ketika air permukaan
(surface runoff) meningkat dan batuan dasarnya kurang resisten terhadap erosi.
Jenis pola pengaliran sungai antara alur sungai utama dengan cabang - cabangnya
disatu wilayah dengan wilayah lainnya sangat bervariasi. Adanya perbedaan pola
pengaliran sungai disatu wilayah dengan wilayah lainnya sangat ditentukan oleh
perbedaan kemiringan topografi, struktur dan litologi batuan dasarnya. Pola
pengaliran yang umum dikenal adalah sebagai berikut:

1. Pola Aliran Dendritik


Pola aliran dendritik adalah pola aliran yang cabang-cabang sungainya
menyerupai struktur pohon. Pada umumnya pola aliran sungai dendritik dikontrol
oleh litologi batuan yang homogen. Pola aliran dendritik dapat memiliki
tekstur/kerapatan sungai yang dikontrol oleh jenis batuannya. Sebagai contoh
sungai yang mengalir diatas batuan yang tidak/kurang resisten terhadap erosi akan
membentuk tekstur sungai yang halus (rapat) sedangkan pada batuan yang resisten
(seperti granit) akan membentuk tekstur kasar (renggang).
Tekstur sungai didefinisikan sebagai panjang sungai per satuan luas.
Mengapa demikian ? Hal ini dapat dijelaskan bahwa resistensi batuan terhadap
erosi sangat berpengaruh pada proses pembentukan alur-alur sungai, batuan yang
tidak resisten cenderung akan lebih mudah di erosi membentuk alur-alur sungai.
Jadi suatu sistem pengaliran sungai yang mengalir pada batuan yang tidak resisten
akan membentuk pola jaringan sungai yang rapat (tekstur halus), sedangkan
sebaliknya pada batuan yang resisten akan membentuk tekstur kasar.

2. Pola Aliran Radial


Pola aliran radial adalah pola aliran sungai yang arah alirannya menyebar
secara radial dari suatu titik ketinggian tertentu, seperti puncak gunungapi atau
bukir intrusi. Pola aliran radial juga dijumpai pada bentuk-bentuk bentangalam
kubah (domes) dan laccolith. Pada bentang alam ini pola aliran sungainya
kemungkinan akan merupakan kombinasi dari pola radial dan annular.

3. Pola Aliran Rectangular


Pola rectangular umumnya berkembang pada batuan yang resistensi
terhadap erosi yang mendekati seragam, namun dikontrol oleh kekar yang
mempunyai dua arah dengan sudut saling tegak lurus. Kekar pada umumnya
kurang resisten terhadap erosi sehingga memungkinkan air mengalir dan
berkembang melalui kekar-kekar membentuk suatu pola pengaliran dengan
saluran salurannya lurus-lurus mengikuti sistem kekar.
Pola aliran rectangular dijumpai di daerah yang wilayahnya terpatahkan.
Sungai-sungainya mengikuti jalur yang kurang resisten dan terkonsentrasi di
tempat tempat dimana singkapan batuannya lunak. Cabang-cabang sungainya
membentuk sudut tumpul dengan sungai utamanya. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa pola aliran rectangular adalah pola aliran sungai yang
dikendalikan oleh struktur geologi, seperti struktur kekar (rekahan) dan sesar
(patahan). Sungai rectangular dicirikan oleh saluran-saluran air yang mengikuti
pola dari struktur kekar dan patahan.

4. Pola Aliran Trellis


Geometri dari pola aliran trellis adalah pola aliran yang menyerupai
bentuk pagar yang umum dijumpai di perkebunan anggur. Pola aliran trellis
dicirikan oleh sungai yang mengalir lurus disepanjang lembah dengan cabang-
cabangnya berasal dari lereng yang curam dari kedua sisinya. Sungai utama
dengan cabang-cabangnya membentuk sudut tegak lurus sehingga menyerupai
bentuk pagar.
Pola aliran trellis adalah pola aliran sungai yang berbentuk pagar (trellis)
dan dikontrol oleh struktur geologi berupa perlipatan sinklin dan antilin. Sungai
trellis dicirikan oleh saluran saluran air yang berpola sejajar, mengalir searah
kemiringan lereng dan tegak lurus dengan saluran utamanya. Saluran utama
berarah searah dengan sumbu lipatan.

5. Pola Aliran Centripetal


Pola aliran centripetal merupakan pola aliran yang berlawanan dengan
pola radial, dimana aliran sungainya mengalir kesatu tempat yang berupa
cekungan (depresi). Pola aliran centripetal merupakan pola aliran yang umum
dijumpai di bagian barat dan barat laut Amerika, mengingat sungai-sungai yang
ada mengalir ke suatu cekungan, dimana pada musim basah cekungan menjadi
danau dan mengering ketika musin kering. Dataran garam terbentuk ketika air
danau mengering.

6. Pola Aliran Annular


Pola aliran annular adalah pola aliran sungai yang arah alirannya
menyebar secara radial dari suatu titik ketinggian tertentu dan ke arah hilir aliran
kembali bersatu. Pola aliran annular biasanya dijumpai pada morfologi kubah atau
intrusi loccolith.
7. Pola Aliran Paralel (Pola Aliran Sejajar)
Sistem pengaliran paralel adalah suatu sistem aliran yang terbentuk oleh
lereng yang curam/terjal. Dikarenakan morfologi lereng yang terjal maka bentuk
aliran-aliran sungainya akan berbentuk lurus-lurus mengikuti arah lereng dengan
cabang-cabang sungainya yang sangat sedikit. Pola aliran paralel terbentuk pada
morfologi lereng dengan kemiringan lereng yang seragam.
Pola aliran paralel kadangkala mengindikasikan adanya suatu patahan
besar yang memotong daerah yang batuan dasarnya terlipat dan kemiringan yang
curam. Semua bentuk dari transisi dapat terjadi antara pola aliran trellis, dendritik,
dan paralel.

B . Bentuk Aliran Sungai


Ada berbagai bentuk atau tipe sungai yaitu :
1. Sungai konsekuen lateral, yakni sungai yang arahnya menuruni lereng-lereng
asli yang ada di permukaan bumi seperti dome, block, mountain, atau daratan
yang baru terangkat.
2. Sungai konsekuwen longitudinal, yakni sungai yang alirannya sejajar dengan
antiklinal (bagian puncak gelombang pegunungan).
3. Sungai subsekwen, yakni sungai yang terjadi jika pada sebuah sungai
konsekwen lateral terjadi erosi mundur akhirnya akan sampai ke puncak
lerengnya, sehingga sungai tersebut akan mengadakan erosi ke samping dan
memperluas lembahnya. Akibatnya akan timbul aliran baru yang mengikuti
arah strike (arah patahan).
4. Sungai superimposed, yakni sungai yang mengalir pada lapisan
sedimen datar yang menutupi lapisan batuan di bawahnya. Apabila terjadi
peremajaan, sungai tersebut dapat mengikis lapisan-lapisan penutup dan
memotong formasi batuan yang semula tertutup, sehingga sungai itu
menempuh jalan yang tidak sesuai denga struktur batuan.
5. Sungai anteseden, yakni sungai yang arah aliurannya tetap karena dapat
mengimbangi pengangkatan yang terjadi. Sungai ini hanya terjadi bila
pengangkutan tersebut berjalan dengan lambat.
6. Sungai Resekwen, yakni sungai yang mengalir menuruni dip slope
(kemiringan patahan) dari formasi-formasi daerah tersebut dan searah dengan
aliran sungai resekwen lateral. Sungai resekwen ini terjadi lebih akhir
sehingga lebih muda dan sering merupakan anak sungai subsekwen.
7. Sungai obsekwen, yakni sungai yang mengalir menuruni permukaan patahan,
jadi berlawanan dengan dip dari formasi-formasi patahan.
8. Sungai Insekwen yakni sungai yang terjadi tanpa ditentukan oleh sebab-
sebab yang nyata. Sungai ini mengalir tidak mengikuti perlapisan batuan atau
dip. Singai ini mengalr dengan arah tidak tertentu sehingga terjadi pola aliran
dendritis.
9. Sungai reserve, yakni sungai yang tidak dapat mempertahankan arah
alirannya melawan suatu pengangkatan, sehingga mengubah arahnya untuk
menyasuaikan diri.
10. Sungai komposit yakni sungai yang mengalir dari daerah yang berlainan
struktur geologinya. Kebanyakan sungai yang besar merupakan sungai
komposit
11. Sungai anaklinal yakni sungai yang mengalir pada permukaan yang secara
lambat terangkat dan arah pengangkatan tersebut berlawanan dengan arah
arus sungai
12. Sungai compound, yakni sungai yang mambawa air di derah yang berlawanan
geomorfologinya.

C. Kerapatan sungai
Kerapatan sungai adalah suatu angka indeks yang menunjukkan
banyaknya anak sungai di dalam suatu Daerah Aliran Sungai (DAS).
Indeks tersebut diperoleh dengan persamaan sebagai berikut:

Dd = L/A
Ket:
Dd = Indeks kerapatan sungai (km/km2)
L = Jumlah panjang sungai termasuk anak-anak sungainya
A = Luas DAS (km2)
BAB III
KESIMPULAN

Pola aliran sungai merupakan pola dari organisasi atau hubungan keruangan dari
lembah-lembah, baik yang dialiri sungai maupun lembah yang keringatau tidak
dialiri sungai pola aliran dipengaruhi oleh: lereng, kekerasan
batuan, struktur, sejarah diastrofisme, sejarah geologi dan geomerfologi dari
daerah alairan sungai. Dengan demikian pola aliran sangat berguna dalam
interpretasi kenampakan geomorfologis, batuan dan struktur geologi. Secara garis
besar Pola Aliran Sungai dibagi atas tujuh, yaitu : Pola Aliran Dendritik, Pola
Aliran Radial, Pola Aliran Rectangular, Pola Aliran Trellis, Pola Aliran
Centripetal, Pola Aliran Annular, dan Pola Aliran Paralel.
Bentuk Aliran Sungai ada 12 jenis yaitu : Sungai konsekuen lateral,
Sungai konsekuwen longitudinal, Sungai subsekwen, Sungai superimposed,
Sungai Anteseden, Sungai Resekwen, Sungai obsekwen, Sungai Insekwen, Sungai
reserve, Sungai komposit, Sungai anaklinal, Sungai compound.
Kerapatan sungai adalah suatu angka indeks yang menunjukkan
banyaknya anak sungai di dalam suatu Daerah Aliran Sungai (DAS). Berdasarkan
indeks kerapatannya kerapatan sungai dibagi dalam empat kelas yaitu: rendah,
sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Sangat penting untuk mengetahui ketiga
karakteristik sungai diatas agar dapat meongoptimalkan sumber daya yang
dimiliki sungai, dan untuk penanggulanngan bencana seperti banjir.
DAFTAR PUSTAKA

Badgley, P.C. 1959. Structural Methot For The Eksploration Geologist. New

Delhi : Oxford Book Company (Di akses pada tanggal 10 Oktober 2015

pukul 22.10 WIB)

Jurnal.unpad.ac.id/Pola-aliran-sungai (di akses tanggal 10 Oktober 2015 pukul

21.23 WIB)

id.scribd.com/doc/24235938/Macam-Macam-Pola-Aliran-Sungai (di akses

tanggal 10 Oktober 2015 pukul 21.23 WIB)


Tugas Makalah

Geomorfologi dan Analisis Landscape

POLA ALIRAN SUNGAI

Disusun Oleh :

Yoga Dwi Paksindra (F1D214001)

Fiqhy Nabella (F1D214005)

Adhis Hikmah Tiar (F1D214018)

Fitriarini Budiningsih (F1D214033)

Gema Larian Lidasko (F1D214035)

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI


JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
2015

Anda mungkin juga menyukai