KEKERASAN FISIK
Disusun Oleh :
Dena Adelia damanik (30101407160)
Nor Anisatun Nida (30101307026)
Praveen Septian Hadi (30101307041)
Pembimbing :
DR. dr. Setyo Trisnadi, Sp.KF., S.H
HALAMAN PENGESAHAN
INTOKSIKASI ALKOHOL
Disusun Oleh :
Pembimbing,
DR. dr. Setyo Trisnadi, Sp.KF., S.H.
BAB I
PENDAHULUAN
2.1 Definisi
Kekerasan didefinisikan sebagai penggunaan kekuatan fisik secara
sengaja, baik secara fisik ataupun verbal terhadap seseorang terhadap orang lain atau
kepada sebuah kelompok yang menyebabkan cedera, kematian, trauma psikis,
ataupun kerugian (WHO).
Adapun kekerasan dibagi menjadi empat bagian, yaitu kekerasan fisik,
seksual, psikis dan kerugian. Pelaku kekerasa dibagi menjadi tiga subtype berdasar
hubungan korban dan pelaku
a. Kekerasan terhadap diri sendiri
Kekerasan ini ditujukan bila pelaku dan korban merupakan individu yang
sama dan selanjutnya terbagi menjadi penyiksaan terhadap diri sendiri dan bunuh
diri
b. Kekerasan terhadap orang lain
Ditujukan antar individu dan dibagi menjadi kekerasan dalam keluarga dan
kekerasan komunitas. Kekerasan dalam keluarga termasuk penelantaran anak,
ekkerasan dalam rumah tangga (KDRT), penelantaran orangtua.. sedangkan
kekerasan komunitas dibagi menjadi kekerasan terhadap orang yang dikenal
dan orang asiing termasuk kekerasan remaja, penyerangan oleh orang asing,
kekerasan tempat kerja dan lainnya
c. Kekerasan kolektif
d. Ditujukan pada kekerasan pada kelompok besar dan dibagi menjadi
kekerasan sosial, politik dan ekonomi (WHO).
2.2 Traumatologi
2.2.1 Pengertian Traumatologi
Pengertian trauma dari aspek medikolegal sedikit berbeda dengan
pengertian medis. Pengertian medis menyatakan trauma atau perlukaan adalah
hilangnya kontinuitas dari jaringan. Dalam pengertian medikolegal trauma adalah
pengetahuan tentang alat atau benda yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan
seseorang. Artinya orang yang sehat, tiba-tiba terganggu kesehatannya akibat efek
dari alat atau benda yang dapat menimbulkan kecederaan. Aplikasinya dalam
pelayanan kedokteran forensik adalah untuk membuat terang suatu tindakan
kekerasan yang terjadi pada seseorang. (Amir, 2005)
2. Kekerasan Tajam
Kekerasan tajam disebabkan pisau, pedang, silet, gunting, kampak,
bayonet dan lain-lain. Senjata ini dapat menyebabkan luka sayat, luka
tikam dan luka bacok (Amir, 2005). Pada Kematian yang disebabkan
oleh benda tajam, walaupun tetap harus difikirkan kemungkinan
karena suatu kecelakaan, tetapi pada umumnya karena suatu peristiwa
pembunuhan atau peristiwa bunuh diri (Idries, 1997). Luka yang
disebabkan oleh benda tajam dapat dibedakan dari luka yang disebabkan
oleh benda lainnya, yaitu dari keadaan sekitar luka yang tenang tidak ada
luka lecet atau luka memar, tepi luka yang rata dan dari sudut-sudutnya
yang runcing seluruhnya atau hanya sebagian yang runcing serta tidak
adanya jembatan jaringan (Idries, 1997).
a. Luka Sayat
Luka karena irisan senjata tajam yang menyebabkan luka
terbuka dengan pinggir rata, menimbulkan perdarahan banyak, jarang
disertai memar di pinggir luka, semua jaringan otot, pembuluh darah,
saraf dalam luka terputus, juga rambut. Dalam pemeriksaan ini
dibedakan dengan luka robek, sebab pada luka robek jaringan ini
masih ada yang utuhdan disebut jembatan jaringan. Ukuran lebar
luka sayat lebih dari pada ukuran dalamnya luka (Idries, 1997).
Luka sayat tidak begitu berbahaya, kecuali luka sayat mengenai
pembuluh darah yang dekat ke permukaan seperti di leher, siku
bagian dalam, pergelangan tangan dan lipat paha (Idries, 1997).
b. Luka Tusuk (Luka tikam)
Luka yang mengenai tubuh melalui ujung pisau dan benda
tajam lainnya, dimana dalamnya luka melebihi lebar luka. Pinggir
luka dapat menunjukkan bagian yang tajam (sudut lancip) dan tumpul
(sudut tumpul) dari pisau berpinggir tajam satu sisi (Amir, 2005).
Bentuk dari luka yang disebabkan oleh pisau yang mengenai tubuh
korban, dipengaruhi oleh faktor- faktor sebagai berikut.:
1. Sifat – sifat dari pisau :
Bentuk, ketajaman dari ujung dan ketajaman dari kedua
tepinya, bermata satu atau bermata dua (Amir, 2005)
2. Bagaimana pisau itu mengenai dan masuk kedalam tubuh.(Idries,
1997)
Bila luka masuk dan keluar melalui alur yang sama maka lebar
luka sama dengan lebar alat. Tetapi yang sering terjadi lebar luka
melebihi lebar pisau karena tarikan kesamping sewaktu
menusukkan dan waktu menarik pisau. Demikian juga bila pisau
masuk ke jaringan dengan posisi miring (Amir, 1997). Begitu pula
dalamnya luka tidak menggambarkan panjang senjata kecuali bila
mengenai organ padat seperti hati. Umumnya dalam luka lebih
pendek dari panjang senjata, karena jarang ditusuk sampai ke
pangkal senjata. Tetapi dalamnya luka bisa melebihi panjang dari
senjata karena elastisitas jaringan, misalnya luka tusuk pada perut.
3. Tempat dimana terdapat luka.
Kulit memiliki elastisitas yang besar dan besarnya ketengangan
kulit tidak sama pada seluruh tubuh. Pada daerah dimana serat –
serat elastiknya sejajar yaitu pada lipatan-lipatan kulit, maka
tusukan yang sejajar dengan lipatan tersebut akan mengakibatkan
luka yang tertutup, sempit dan berbentuk celah. Akan tetapi bila
tusukan pisau itu melintasi serta memotong lipatan kulit, maka luka
yang terjadi akibat tusukan pisau tersebut akan terbuka lebar.
c. Luka Bacok
Senjata tajam yang berat dan diayunkan dengan tenaga
akan menimbulkan luka menganga yang lebar disebut luka bacok.
Luka ini sering sampai ke tulang. Bentuknya hampir sama dengan
luka sayat tapi dengan derajat luka yang lebih berat dan dalam. Luka
terlihat terbuka lebar atau ternganga. Perdarahan sangat banyak dan
sering mematikan.
d. Luka Tembak
Luka tembak ialah luka yang disebabkan adanya penetrasi
anak peluru atau persentuhan peluru dengan tubuh. Untuk
memahami akibat luka tembak pada tubuh harus dimulai dari
pengetahuan tentang apa yang keluar dari mulut laras pada waktu
senjata api meletus. Yang keluar dari mulut laras adalah :
- Anak Peluru
- Sisa mesiu yang tidak terbakar
- Api
- Asap
- Gas
Masing - masing komponen akan menimbulkan akibat pada
sasaran (manusia). Anak peluru akan menyebabkan terjadinya luka
(luka masuk dan bisa luka keluar) dengan saluran luka didalam tubuh.
Sisa mesiu yang tidak terbakar akan menyebabkan terjadinya
penyebaran tatto disekitar luka masuk. Pada jarak tembak yang sangat
dekat dengan sasaran akan api dapat menyebabkan luka bakar. Begitu
pula asap akan meninggalkan jelaga disekitar luka masuk. Gas hanya
menimbulkan akibat bila mulut laras kontak menempel pada dengan
jaringan tubuh. Bila luka tembak tempel dekat ke permukaan tulang
dimana kulit dan otot dekat ke tulang, maka gas akan memantul keluar
dan membuat luka masuk menjadi luas, sering pecah seperti bintang
(stellate). Bila jaringan ditempat luka masuk hanya jaringan
lunak, efek yang ditimbulkan tekanan gas tidak sehebat yang dekat
ke tulang (Amir, 2005).
Dengan memahami akibat dari kelima komponen di atas,
maka dokter dapat melaporkan hasil pemeriksaan dan kesimpulannya
dalam VeR.
1. Luka Tembak Masuk
Bagian yang penting dalam pemeriksaan luka tembak adalah
pemeriksaan luka tembak masuk. Karena pengertian luka tembak
adalah penetrasi anak peluru kedalam tubuh, maka perlu dikaji
tentang yang terjadi pada waktu peluru menembus kulit (Amir,
2005). Selain luka masuk yang merobek tubuh, maka di pinggir
luka akan terbentuk cincin memar di sekeliling luka masuk
(contusion ring). Sebetulnya ini lebih tepat disebut luka lecet.
Diameter luka memar ini menggambarkan kaliber peluru yang
menembus. Oleh karena itu perlu diukur dengan teliti. Bila cincin
memar bulat berarti peluru menembus tegak lurus. Bila lonjong
maka peluru menembus miring. Arah dan sudut kemiringan luka
tembak masuk dapat ditentukan dari bagian yang lebih lebar dari
cincin memar. (Amir, 2005).
Bentuk cincin memar bisa tidak teratur. Ini bisa
dihubungkan dengan kemungkinan peluru yang menembus kulit
tidak bulat lagi karena berubah bentuk, misalnya peluru rikoset
karena mengenai benda lain dulu seperti dinding, pohon dan
lain lain atau peluru mekar/memuai karena panas atau peluru
yang ujungnya sengaja dibelah (peluru dum – dum) (Amir, 2005).
Pada penembakan yang mengenai tulang gepeng misalnya tulang
tengkorak, sternum, ilium, lubang luka berbentuk corong dimana
luka masuk lebih kecil dari luka keluar. Luka tembak masuk pada
tulang tengkorak terlihat lubang luka pada tabula eksterna
lebih kecil dibanding luka pada tabula interna. Bila peluru keluar
lagi maka lubang luka tabula interna lebih kecil dari pada lubang
luka pada tabula eksterna (Amir, 2005). Tembakan pada tulang
panjang walaupun tidak memberi gambaran yang khas tetap dapat
merupakan petunjuk dari mana peluru datang, yaitu dengan melihat
fragmen tulang yang terangkat atau terdorong, bila peluru datang
dari sebelah kanan maka peluru akan terdorong ke sebelah kiri.
2. Luka Tembak Keluar
Bila tidak ditemukan cincin memar disekitar lubang luka, maka
ini merupakan patokan sebagai luka keluar. Pada luka keluar
bisa didapati jaringan lemak menghadap keluar, walaupun
kadang-kadang sulit memastikannya. Bentuk dan besar luka
keluar beragam, tergantung posisi peluru keluar dan kecepatan
menembus kulit. Lebih mudah memastikan bila didapati serpihan
tulang apalagi bila dibantu foto rontgent (Amir, 2005).
Beberapa kemungkinan dapat terjadi:
1.1 Luka tembak masuk lebih kecil dari luka keluar
Ini lebih sering karena waktu keluar, daya tembus
mengebor dari peluru berkurang oleh adanya hambatan
jaringan, sehingga membuat luka lebih besar. Apalagi bila
serpihan tulang ikut melukai.
1.2 Luka masuk dan keluar sama besar
Terjadi bila daya tembus peluru masih tinggi dan hanya
mengenai jaringan lunak.
1.3 Luka masuk lebih besar dari luka keluar.
Dapat terjadi dimana sesuadah peluru menembus masuk
ke tubuh, daya tembusnya sangat berkurang dan tenaga peluru
keluar hanya cukup untuk menembus kulit (Amir, 2005).
3. Jarak Luka Tembak
Peluru yang menembus tubuh bisa ditembakkan dari berbagai
jarak. Untuk kepentingan medikolegal penentuan jarak luka tembak
ini sangat penting, jarak luka tembak ini dibagi atas 4 yaitu:
- Luka tembak tempel
Terjadi bila laras senjata menempel pada kulit. Luka
masuk biasanya berbentuk bintang (stellate). Pada luka
didapati jejas laras yaitu bekas ujung laras yang ditempelkan
pada kulit. Gas dan mesiu yang tidak terbakar didapati dalam
jaringan luka. Didapati kadar CO yang tinggi dalam jaringan
luka. Luka tembak tembel biasanya didapati pada kasus bunuh
diri. Oleh karena itu sering didapati adanya kejang mayat
(cadaveric spasme). Luka tembak tempel sering ditemui
dipelipis, dahi atau dalam mulut (Amir, 2005)
- Luka tembak sangat dekat
Luka tembak masuk jarak sangat dekat (close wound)
sering disebabkan pembunuhan. Dengan jarak sangat dekat (±
15 cm), maka akan didapati cincin memar, tanda-tanda luka
bakar, jelaga dan tatto disekitar lubang luka masuk (Amir,
2005).
- Luka tembak dekat
Luka dengan jarak dibawah 70 cm akan meninggalkan
lubang luka, cincin memar dan tatu di sekitar luka masuk.
Biasanya karena pembunuhan (Amir, 2005).
- Luka tembak jauh
Disini tidak ada kelim tatto, hanya ada luka tembus
oleh peluru dan cincin memar. Jarak penembakan sulit atau
hampir tdk mungkin ditentukan secara pasti. Tembakan dari
jarak lebih dari 70 cm dianggap sebagai tembakan jarak
jauh, karena partikel mesiu biasanya tidak mencapai sasaran
lagi (Amir, 2005).
Pasal 90
Luka berat berarti:
- jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh sama
sekali,
- atau yang menimbulkan bahaya maut;
- tidak mampu terus-menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau pekerjaan
pencarian;
- kehilangan salah satu pancaindera;
- mendapat cacat berat;
- menderita sakit lumpuh;
- terganggunya daya pikir selama empat minggu lebih;
- gugur atau matinya kandungan seorang perempuan.
Pasal 350
Dalam hal pemidanaan karena pembunuhan, karena pembunuhan dengan
rencana, atau karena salah satu kejahatan berdasarkan Pasal 344, 347 dan 348, dapat
dijatuhkan pencabutan hak berdasarkan pasal 35 No. 1-5.
Bab XX - Penganiayaan
Pasal 351
(1) Penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan
bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah,
(2) Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah diancam dengan
pidana penjara paling lama lima tahun.
(3) Jika mengakibatkan mati, diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.
(4) Dengan penganiayaan disamakan sengaja merusak kesehatan.
(5) Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.
Pasal 352
(1) Kecuali yang tersebut dalam pasal 353 dan 356, maka penganiayaan yang tidak
menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau
pencarian, diancam, sebagai penganiayaan ringan, dengan pidana penjara paling
lama tiga bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.
Pidana dapat ditambah sepertiga bagi orang yang melakukan kejahatan itu
terhadap orang yang bekerja padanya, atau menjadi bawahannya.
(2) Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.
Pasal 353
(1) Penganiayaan dengan rencana lebih dahulu, diancam dengan pidana penjara
paling lama empat tahun.
(2) Jika perbuatan itu mengakibatka luka-luka berat, yang bersalah dikenakan pidana
penjara paling lama tujuh tahun.
(3) Jika perbuatan itu mengkibatkan kematian yang bersalah diancam dengan pidana
penjara paling lama sembilan tahun
Pasal 354
(1) Barang siapa sengaja melukai berat orang lain, diancam karena melakukan
penganiayaan berat dengan pidana penjara paling lama delapan tahun.
(2) Jika perbuatan itu mengakibatkan kematian, yang bersalah diancam dengan pidana
penjara paling lama sepuluh tahun.
Pasal 355
(1) Penganiayaan berat yang dilakukan dengan rencana terlebih dahulu, diancam
dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.
(2) Jika perbuatan itu mengakibatkan kematian, yang bersalah diancam dengan pidana
penjara paling lams lima belas tahun.
Pasal 356
Pidana yang ditentukan dalam pasal 351, 353, 354 dan 355 dapat ditambah
dengan sepertiga :
1. bagi yang melakukan kejahatan itu terhadap ibunya, bapaknya yang sah, istrinya
atau anaknya;
2. jika kejahatan itu dilakukan terhadap seorang pejsbat ketika atau karena
menjalankan tugasnya yang sah;
3. jika kejahatan itu dilakukan dengan memberikan bahan yang herbahaya bagi
nyawa atau kesehatan untuk dimakan atau diminum.
Pasal 357
Dalam hal pemidanaan karena salah satu kejahatan berdasarkan pasal 353 dan
355, dapat dijatuhkan pencabutan hak berdasarkan pasal 3o No. 1 - 4.
Pasal 358
Mereka yang sengaja turut serta dalam penyerangan atau perkelahian di mana
terlibat beberapa orang, selain tanggung jawab masing-masing terhadap apa yang
khusus dilakukan olehnya, diancam :
1. dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan, jika akibat
penyerangan atau perkelahian itu ada yang luka-luka berat;
2. dengan pidana penjara paling lama empat tahun, jika akibatnya ada yang mati.
Pasal 360
(1) Barang siapa karena kesalahannya (kealpaannya) menyebabkan orang lain
mendapat luka-luka berat, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun
atau pidana kurungan paling lama satu tahun.
(2) Barang siapa karena kesalahannya (kealpaannya) menyebahkan orang lain luka-
luka sedemikian rupa sehingga timhul penyakit atau halangan menjalankan
pekerjaan jabatan atau pencarian selama waktu tertentu, diancam dengan pidana
penjara paling lama sembilan bulan atau pidana kurungan paling lama enam bulan
atau pidana denda paling tinggi empat ribu lima ratus rupiah.
Pasal 361
Jika kejahatan yang diterangkan dalam bab ini dilakukan dalam menjalankan
suatu jabatan atau pencarian, maka pidana ditamhah dengan sepertiga dan yang
bersalah dapat dicahut haknya untuk menjalankan pencarian dalam mana dilakukan
kejahatan dan hakim dapat memerintahkan supaya putusannya diumumkan.
BAB III
LAPORAN KASUS