Disusun oleh :
Pembimbing :
2019
Apakah Rhinosinusitis Kronik pada Orang Dewasa juga terdapat
ABSTRAK
Sinusitis kronik pada anak biasanya didiagnosa sebagai rinosinusitis kronik. Pada sebagian besar
kasus anak, sinusitis biasanya dipertimbangkan sebagai kasus infeksius. Pada kasus dewasa, kondisi
rinosinusitis kronik kambuhan sering ditemukan. Pada artikel kali ini akan membahas bagaimana
diagnose rinosinusitis knonik pada orang dewasa dapat terjadi dan ditemukan (ditularkan) menjadi
Keywords: pediatric; children; adolescent; chronic sinusitis; chronic rhinosinusitis; nasal polyps;
1. Pendahuluan
Rinosinusitis kronik pada orang dewasa tidak biasa ditemukan, namun jika ada, kadang
diklasifikasikan dengan atau tanpa polip. Pernyataan Konsensus Internasional dan Para Komentator
Artikel telah membuktikan mengenai patofisiologi, gejala klinis dan terapi pada kasus CRS di orang
dewasa. Akan tetapi, tidak ada korelasi pada populasi anak. Artikel ini mencari tahu teori tentang
CRS pada anak dan menggunakan dasar dari kondisi CRS pada dewasa untuk menentukan dimana
Berdasarkan Pernyataan Konsensus Internasional pada Rhinosinusitis dan Review dari Komentar
Klinik (Clinic Comentary Review / CCR), CRS pada orang dewasa dapat dibagi menjadi beberapa
kategori yaitu
D. Rinosinusitis Kronik yang disebabkan oleh Eksaserbasi Obat Aspirin atau non Steroid
(AERD)
Kasus Rinosinusitis yang di eksklusikan dari pengklasifikasian adalah Rinosinusitis yang disebabkan
oleh fungal, dikarenakan kasus itu jarang ditemukan tapi mudah menyerang anak. Dan juga lainya
yang di eksklusikan adalah CRS pada anak jenis Fibrosis Kistik (CF), Diskinesia Silia Primer (PCD),
dan Penyakit Imunidefisiensi Primer, tapi selalu ada pembahasan yang didiskusikan setiap
didiskusikan di CCR. Pada kondisi - kondisi yang diklasifikasikan diatas itu dikarenakan frequensi
Informasi pada kasus CRS Anak yang diambil dari International Consensus Statement, bahwa CRS
dipertimbangkan sebagai kasus infeksius dan akan dijelaskan dibawah. Penjelasannya diawali dari
adanya polip di dalam hidung anak dan adanya Fibrosis Kistik (CF), Diskinesia Silia Primer (PCD)
dan imunodefisiensi .
Kumpulan artikel personal pada CCR hanya menyediakan sedikit potensi ekspresi pediatric yang
keluar di fenotip orang dewasa. Manuskrip manual pada tema isu itu menemukan adanya polip
meningkatkan kejadian CF. Akan tetapi, CRS tanpa polip tidak banyak menjadi CF. Pada manuskrip
lainya yang membahas tentang infeksi CRS dan AERD tidak menampilkan pandangan dari sisi
pediatrik, akan tetapi dalam tulisanya, “anak - anak” memiliki fenotip yang berbeda.
CCR menyebutkan bahwa terminologi dari CRS “Eosinofilik” terdapat pada konteks rinosinusitis
alergi yag disebabkan jamur/ fungi. Topik luas CRS akibat fungi sering disangkutpautkan dengan
sinusitis alergi jamur, walaupun gejala klinisnya berbeda. Dan juga, definisi CRS Musin Eosinofilik
sering digunakan pada ICS pada seluruh pembahasan tentang sinusitis alergi jamur/ fungi. Hanya
sedikit literatur yang menyatakan sinusitis fungi non alergi bentuk dari rinosinusitis musin eosinofilik.
Kesimpulannya, definisi yang terdaftar pada CRS dewasa baik dari ICS maupun CCR, memiliki
pengaruh minimal pada anak untuk menjadikanya sebagai proses infeksi kronik.
Hampir sering, jumlah publikasi pada penyakit kronik sinusitis anak berfokus pada kondisi infeksius.
Dua artikel kontemporer telah menunjukkan pendekatan integrative untuk kasus rinosinosiis kronik
pada anak. Dua artikel tadi telah didiskusikan dan disetujui pada CRS anak dengan fenotip tambahan
tanpa infeksi yang lama. Pada pandangan CRS pediatrik selanjutnya, artikel ini menggunakan
pendekatan sistematik untuk memperluas klasifikasi CRS anak yang potensial, menggunakan dasar
1.2. Definisi Potensial dari Rhinosinusitis Kronik pada Anak atau Pediatrik
F. Lainnya
Sinusitis kronik pada pediatrik telah terbentuk dan didefinisikan menjadi rhinosinusitis pediatrik
kronik. Definisi lainnya adalah rinosinusitis kronik pediatrik infeksius. Penulis telah
mempublikasikan review terbaru dari tipe CRS pediatrik infeksius. CCS pada rinosinusitis kronik
pediatrik oleh otoralingologis dipublikasikan tahun 2014. Hasil kesimpulan CRS yang dibahas di ICS
dicontoh oleh CCS. CRS memiliki gejala sesuai periode yaitu akut, sub akut, dan kronik, walaupun
patofisiologi dari awal sampai akhir belum diketahui. Topik ini sering dibahas. Ada konsensus yang
membahas standar diagnosis antibiotik lini pertama dan terapi selanjutnya, akan tetapi pada pasien
kambuhan belum ditemukan dengan jelas terapinya. Penelitian selanjutnya membahas tentang
mikrobiologi CRS, spesifisitas imaging, antibiotik alternatif, terapi tambahan dan bedah.
Penyakit AERD didiskusikan oleh CCR, namun pada pembahasan tidak diberikan penjelasan yang
terjadi pada anak. Definisi dari hipersensitivitas terhadap obat anti inflamasi non steroid dijelaskan
tahun 2013. Artikel itu menyatakan tidak ada spesifisitas terhadap respon pediatric oleh aspirin atau
obat eksaserbasi non steroid di penyakit paru-paru. Gambaran klinis asma, CRS dengan polip asma,
CRS dengan polip, alergi aspirin atau NSAID (Samter’s triad) pada anak, memiliki refrensi literatur
yang sedikit. Laporan kasus 2013 menyatakan rujukan tersier otolaringologi dengan hasil 28 anak
dengan polip, dimana 3 sensitif aspirin dan 2 terjadi desensitisasi terhadap aspirin. Pada 2 laporan 1
anak tidak asma dan lainnya asma ringan. Keduanya dilakukan pembedahan endoskopi sinus. Pada
literatur tahun 2017, menyatakan bahwa anak dan remaja jarang terkena. 2 laporan yang terpublikasi
mengenai penyakit respirasi yang di eksaserbasi oleh aspirin (asma terinduksi aspirin). Dilaporkan di
US dan eropa. Lokasi utama yaitu di Amerika, klinik Scripps San Diego, meneliti riwayat alamiah
sebanyak 300 subjek yang semuanya sudah terpapar aspirin. Usia awitan 34 + 12 tahun, sebagian
besar subjek pada usia muda adalah 17 tahun. Pada penelitian di eropa, 500 subjek dengan positif
aspirin, awal mula terkena rhinitis, asma, polip adalah 29.7 + 12.5, 31.9 + 13.5, dan 35.2 + 12.1,
memiliki gejala klinis samter‘s triad. Pendapat klinis tahun 2016, menyatakan bahwa hanya
ditemukan 3 anak dengan AERD sehingga laporannya terbatas. Pada penelitian yang lain,
menyatakan tampak gambaran yang sama pada anak anak dan dewasa, terapinya juga sama.
Edisi ke tiga dari text book ini tentang alergi anak, pada bab rhinitis alergi, bentuk polip biasanya
fibrosa kistik tapi bukan pada rhinitis alergi yang terjadi pada anak. Pada bab yang membahas
Pada pusat rujukan otolaringologi yang mempublikasikan kasus Samster Triad, menyebutkan 28 anak
dengan polip nasal mayoritas sudah menderita polip selama kurang lebih 6 tahun. Pembahasan
tentang 3 anak dengan alergi aspirin dijelaskan dibagian selanjutnya. Namun tidak dibahas secara
Laporan yang dikeluarkan oleh Korea Selatan, membagi kelas CRS berdasarkan umur, 20 anak yang
menderita CRS dengan polip juga dibahas. Langkah pembedahan dan hasilnya menjadi fokus pada
Otolaringologi lain yang berasal dari Korea, mengelompokan pasien anak dengan infeksi sinus.
Subjek yang dieksklusikan adalah subjek dengan fibrosa kistik/ CF, imunodefisiensi, alergi aspirin,
dan polip antrochoana. Beberapa jaringan polip yang aneh pada pembedahan, diperiksa gambaran
radiologinya. Sebagian besar anak yang mengalami CRS, biasanya ada bawaan polip di hidungnya
Pada penelitian di prancis tahun 1997, melaporkan 14 anak dengan polip hidung dan 5 anak dengan
asma dan polip. Anak dengan CF didiskusikan secara terpisah. Tidak ada bahasan yang berhubungan
dengan CRS pada anak tanpa CF, tapi pada tindakan bedah tampak adanya patologis pada sinus.
Penelitian dari Jerman tahun 2019, mempublikasikan tentang pembedahan sinus endoskopik
fungsional pada anak dan remaja dengan rhinosinusitis kronik. Populasi didapat dari pusat rujukan
tahun 1995 – 2004. Pada 115 anak, didapatkan 59 anak mengalami CRS tanpa polip dan 45 kasus
CRS dengan polip (6 subjek dengan CF). Hasilnya tidak ada perubahan histologi pada setiap subjek
Hasil penelitian tentang kualitas hidup pada anak dengan CRS dengan polip menggunakan metode
Fungsional Endoscopic Sinus Surgeray (FESS). Pada tahun 2013 penulis menyatakan, walaupun
FESS biasanya berhasil, anak dengan CRSwNP harus melakukan terapi utama pembedahan untuk
CRS dengan polip pada orang dewasa memiliki proses imunologis yang komplek berhubungan erat
dengan proses imun tipe 2, di dalamnya interleukin 5, interleukin 13, eotaksin 2, dan eosinofilia. Hal
yang sama jarang ditemukan pada anak. Pada penelitian terdahulu yang membahas tentang kasus
eosinofilia di jaringan sinus pada anak dengan sinusitis kronik telah dipublikasikan. Sinusitis kronik
pada anak dengan asma (N = 13), tanpa asma (N = 11), dengan CF (N = 10) telah dilaporkan. Jaringan
sinus yang diteliti secara histologis dan dibandingkan dengan jaringan sinus spenoid dibagi menjadi
6 kelompok. Pada umumnya, ketiga kelompok penyakit memiliki eosinofil pada jaringan yang
dibandingkan dengan sinus spenoid, dan anak tanpa asma memiliki eosinofil lebih rendah. Derajat
alergi diantara seluruh kelompok penyakit tidak mempengaruhi eosinofil pada mukosa sinus.
Kesimpulannya, CRSwNP itu jarang ditemukan pada anak dan remaja dengan kasus eosinofilia
jaringan sinus. Keberadaan kasus anak tanpa alergi, tanpa komponen infeksius bakterial, dan tanpa
CF atau diskinesia siliar tidak dijelaskan dengan baik. Laporan kasus yang lain pada anak dan remaja
dengan CRSwNP harus diteliti jaringan sinusnya, untuk melihat status imunologis , komponen seluler
pada polip, dan tampak adanya bakteriologis, termasuk spektrum mikrobiom. Penelitian semacam ini
Kondisi CRS tanpa polip tampak pada orang dewasa. Akan tetapi yang membedakan dengan anak
belum ada di literatur. Beberapa subjek CRS tanpa polip pada anak, jika tampak tanda klinis yang
dieksklusikan seperti CRS infeksius, rinitis alergi, polip nasal, penyakit respirasi eksaserbasi – aspirin
Menurut Hamilos, CRS persisten pada anak dapat berpotensial menjadi CRSwNP. Akan tetapi dia
Kondisi CRS pada anak dapat menjadi infeksius setelah durasi yang lama, berubah menjadi
microbiomically, CRS neutropilik. Beberapa mengatakan bahwa antibiotik tidak bisa menyembuhkan
kondisi infeksius tersebut. Kondisi itu harus dilakukan tindakan bedah (“Recalcitrant”).
Kondisi CRSsNP pada orang dewasa tidak ada korelasi klinisnya dengan kondisi pada anak yang
memiliki riwayat penyakit sebelumnya. Potensi CRS tanpa polip jika diikuti neutropilik stadium akhir
Terpisah dari bahasan sinusitis alergi fungi, sumber referensi yang telah dirangkum untuk kondisi
CRS musin eosinofilik pada anak, walaupun sebagian besar adalah remaja dan jumlahnya lebih
sedikit dibandingkan dengan dewasa. Pada laporan lain mendefinisikan ini sebagai “AFS - like
syndrom”.
Metode lain untuk membedakan bentuk CRS pada anak dan dewasa adalah menggunakan
histopatologi pada jaringan yang bedah. Dua kelompok penelitian menggunakan metode ini, namun
pada penelitian lain yang lebih kuno meneliti jaringan histologi mukosa pada anak yang usianya lebih
tua dengan rhinosinusitis kronik dibandingkan dengan orang dewasa normal. Pada tahun 1995,
membandingkan jaringan sinus dari 24 anak non CF dengan 6 jaringan spenoid orang dewasa. Usia
rata – rata adalah 7 tahun (3 – 16 tahun). Pada tahun 2004, 19 anak usia 1,4 – 8 tahun dan kontrolnya
CRS pada orang dewasa, dimana pada tahun 2009 dengan anak yang sama menggunakan metode
imunopatologi. Penelitian tahun 2011, mukosa sinus dari 16 anak CRS dengan rata – rata usia 11,6
ketiganya tidak dipaparkan. Pada penelitian tahun 2004, mereka menganalisi dan menemukan bahwa
CRS pada anak kurang bersifat eosinofilik dibandingkan kontrol orang dewasa dan lebih condong
Pada penelitian sebelumnya mendefinisikan kondisi ini sebagai rhinosinusitis kronik eosinofilik.
Pada dasarnya, hal ini terdiri dari kumpulan kondisi CRS seperti CRS dengan polip sinusitis fungal
alergik, rhinosinusitis kronik eksaserbasi obat non steroid atau aspirin, dan CRS musin eosinofilik.
Penyakit tadi sudah pernah didiskusikan pada penelitian sebelumnya secara terpisah.
CRS dengan hipertrofi adenoid atau adenoiditis dapat menjadi faktor komorbid dari rhinosinusitis
kronik infeksius pada anak, tapi pada disfungsi adenoid yang dikarenakan disbiosis nasal kronik. Hal
Terapi bedah untuk CRS pada anak meliputi recalcitrant pada CRS infeksius atau CRS bentuk lain
pada pediatrik. Contohnya CRS eksaserbasi obat non steroid atau aspirin, CRS dengan polip, CRS
musin eosinofilik. Pendekatan bedah pada tiap bab dapat tumpang tindih. Consensus Surgical Review
2. Kesimpulan
CRS pada anak bukanlah diagnosis yang sering ditemukan, tapi CRS ini sering dibahas pada beberapa
literatur dengan beberapa subtipe fenotip. CRS yang mayoritas pada anak khususnya usia pre sekolah,
gejala awalnya seperti rhinosinusitis virus, tanpa perubahan, berkembang menjadi CRS pada anak
yang infeksius. Riwayat alami pada CRS anak infeksius belum diketahui, dan sebagian kecil akan
membutuhkan intervensi bedah. Pertumbuhan polip pada CRS infeksius itu jarang.
Hanya anak – anak dan remaja yang memperlihatkan kekambuhan saat pertama terkena CRS. AERD
dapat dimulai pada masa anak – anak lanjut dengan atau tanpa asma. CRSwNP tanpa aspirin atau
alergi NSAID jarang terjadi. Walaupun ini diperantarai oleh sitokin 2 pada orang dewasa
membutuhkan penelitian lanjut. CRSwNP tidak memiliki hubungan pada literatur ini, walaupun CRS
pada anak infeksius dapat berbentuk seperti pada sebelumnya, maka akan dilakukan dalam periode
Analisis kluster imunologis dari fenotip rhinosinusitis dengan polip pada orang dewasa dan fenotip
CRS tanpa polip telah dipublikasikan. Mendefinisikan fenotip dari CRS pada orang dewasa
berdampak penting terhadap proses mekanik dan hanya sebagian besar yang diteliti lebih lanjut.
Untuk menentukan pola alur CRS pada anak mebutuhkan metodologi yang komplek.
Sejauh ini, baru artikel ini yang membahas pengelompokan CRS pada anak menjadi beberapa kondisi
berdasarkan literatur tertentu. Berdasarkan terminologi umum CRS pada anak membatasi latar
belakang dimana setiap anak mencapai level dari pelayanan medis dan investigasi. Sayangnya,
kemampuan untuk menginvestigasi kelompok pada anak menggunakan metode invasif dibatasi oleh
kode etik dan regulasi pemerintah. Selama mengguakan biomarker yang kurang invasif menjadi
tersedia untuk menginvestigasi CRS pada anak, literatur yang menggunakan terminologi secara luas
hanya akan menyediakan gambaran terbatas dari kondisi CRS pada anak.