Anda di halaman 1dari 7

BAGIAN ILMU BEDAH REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN NOVEMBER 2019


UNIVERSITAS HALU OLEO

HIGROMA COLLI

Oleh :

Surya Ningsih, S.Ked

K1A1 14 069

Pembimbing :

dr. H. Syamsul Rijal, Sp.B

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU BEDAH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
HALU OLEO
KENDARI
2019

1
HIGROMA COLLI
Surya Ningsih, dr. H. Syamsul Rijal, Sp.B

A. Pendahuluan
Meningitis bakterial adalah peradangan meningen yang memengaruhi
pia, arachnoid, dan ruang subarachnoid yang terjadi sebagai respons terhadap
bakteri. Bakterial meningitis adalah infeksi berat, yang mengancam jiwa dari
sistem saraf pusat yang membutuhkan penanganan medis segera. Bahkan
dengan perawatan yang tepat, morbiditas dan mortalitas dapat menjadi
substansial. Sangat penting bagi klinisi untuk mengenali tanda-tanda dan
gejala klinis meningitis dan memahami penatalaksanaannya dan
pencegahannya.1,2
Penyebab utama meningitis pada anak adalah Haemophilus influenzae
tipe B (Hib) dan Streptococcus pneumoniae (invasive pneumococcal
diseases/IPD). Insidens meningitis bakterialis di negara maju sudah menurun
sebagai akibat keberhasilan imunisasi Hib dan IPD. Kejadian meningitis
bakterial oleh Hib menurun 94%, dan insidensi penyakit invasif oleh S.
pneumoniae menurun dari 51,5-98,2 kasus/100.000 anak usia 1 tahun menjadi
0 kasus setelah 4 tahun program imunisasi nasional PCV7 dilaksanakan. Di
Indonesia, kasus tersangka meningitis bakterialis sekitar 158/100.000 per
tahun, dengan etiologi Hib 16/100.000 dan bakteri lain 67/100.000, angka
yang tinggi apabila dibandingkan dengan negara maju.3

B. Definisi
Higroma dalam bahasa Yunani berarti tumor yang berisi cairan.
Higroma merupakan kelainan kongenital dari sistem limfatik atau
limfangioma yaitu sebuah malformasi kongenital dari sistem limfatik selama
perkembangan janin akibat dari displasia jaringan limfa.1
Hygroma kistik atau hygroma cysticum coli juga disebut sebagai
cystic malformasi limfatik. Ini adalah kelainan bawaan bawaan jinak sistem
limfatik. Biasanya muncul dalam 3 tahun kehidupan. Hygroma kistik adalah

2
malformasi limfatik sistem yang muncul sebagai cairan, kista membran,
dilapisi oleh epitel sejati di anterolateral atau occipito sampai daerah serviks.
Hygroma mungkin kecil, sederhana dan sementara atau besar, dan
persisten.1,3

C. Anatomi

D. Epidemiologi
Sebanyak 50% kasus higroma sudah terdeteksi sejak lahir, dengan
80-90% kasus terdeteksi sebelum usia 2 tahun. Kebanyakan limfangioma
merupakan massa kistik yang jinak, multilobuler, dan multinoduler yang
dibentuk oleh sel-sel endotel. Higroma kistik yang terdeteksi sebelum usia
gestasi 30 minggu perlu dicurigai adanya sindroma Turner atau Noonan,
hidrops fetalis, dan anomali jantung.1
Ketika didiagnosis dalam rahim, tingkat kelangsungan hidup janin
yang terkena hygroma kistik hanya 2-6%. Insiden hygroma kistik
diperkirakan 1 kasus per 6.000-16.000 kelahiran hidup.3
Higroma kistik dapat terjadi baik pada anak laki-laki maupun anak
perempuan dengan frekuensi yang sama. Kejadiannya sama pada populasi
kulit berwarna maupun kulit putih. Kebanyakan (sekitar 75%) higroma
kistik terdapat di daerah leher. Sekitar 75% kasus terjadi saat lahir maupun
pada masa neonates. Kelainan ini antara lain juga ditemukan di aksila
(10%), mediastinum (5,6%), dan region inguinalis.2

E. Etiologi3,4
Higroma colli dapat terjadi sebagai temuan tunggal atau dapat juga
ditemukan bersamaan dengan defek lainnya sebagai suatu sindrom.
Penyebabnya bervariasi melibatkan faktor lingkungan, genetik, dan faktor
yang tidak diketahui.
Faktor lingkungan:
1. Infeksi virus maternal seperti Parvovirus
2. Maternal substance abuse, seperti konsumsi alkohol selama kehamilan.

3
Faktor genetik yang berhubungan dengan higroma :
1. Sebagian besar diagnosis prenatal dari higroma berhubungan dengan
sindrom Turner, yaitu abnormalitas kromosom sex pada wanita dimana
hanya terdapat satu kromosom X.
2. Abnormalitas kromosom lain seperti trisomi 13, 18, dan 21.
3. Non gangguan kromosom: Sindrom Noonan.
Higroma yang berupa temuan tunggal dapat diturunkan sebagai
kelainan autosomal resesif dimana orang tuanya adalah silent carrier. Akan
tetapi, banyak kelainanhigroma ini ditemukan dengan penyebab yang tidak
diketahui.

F. Patologi
Anyaman pembuluh limfe yang pertama kali terbentuk di sekitar
pembuluh vena mengalami dilatasi dan bergabung membentuk jala yang di
daerah tertentu akan berkembang menjadi sakus limfatikus. Pada embrio
usia dua bulan, pembentukan sakus primitif telah sempurna. Bila hubungan
saluran ke arah sentral tidak terbentuk, timbullah penimbunan cairan yang
akhirnya membentuk kista berisi cairan. Hal ini paling sering terjadi di
daerah leher (higroma kistik colli). Kelainan ini dapat meluas ke segala arah
seperti ke jaringan sublingual di mulut.2
Pada mulanya bagian dalam kista dilapisi oleh selapis sel endotel dan
berisi cairan jernih kekuningan yang sesuai dengan cairan limfe. Pada
permukaan ditemukan kista besar yang makin ke dalam menjadi makin kecil
seperti buih sabun. Higroma kistik dapat mencapai ukuran yang besar dan
menyusup ke otot leher dan daerah sekitarnya seperti faring, laring, mulut,
dan lidah. Yang terakhir dapat menyebabkan makroglosi.2

G. Manifestasi Klinis
Keluhan adanya benjolan di leher yang telah lama atau sejak lahir
tanpa nyeri atau keluhan lain. Benjolan ini berbentuk kistik, berbenjol-
benjol, dan lunak. Permukaannya halus, lepas dari kulit, dan sedikit melekat
pada jaringan dasar. Kebanyakan terletak di region trigonum posterior koli.

4
Sebagai tanda khas, pada pemeriksaan transluminasi positif tampak terang
sebagai jaringan diafan (tembus cahaya).
Benjolan ini jarang menimbulkan gejala akut, tetapi suatu saat dapat
cepat membesar karena radang dan menimbulkan gejala gangguan
pernapasan akibat pendasakan saluran napas sepertu trakea, orofaring,
maupun laring. Bila terjadi perluasan ke arah mulut dapat timbul gangguan
menelan. Perluasan ke aksila dapat menyebabkan penekanan pleksus
brakialis dengan berbagai gejala neurologik.2

H. Diagnosis

I. Diagnosis Banding
J. Penatalaksanaan
K. Komplikasi
L. Prognosis

DAFTAR PUSTAKA

5
1. Gnanavel A, Divya P, Vikram T. Cystic Hygroma- A Case Report and its
Embryological Basis. Anat Physiol. 2015; 5(1): 1-3.
2. Sjamsuhidajat R, Jong WD. Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed. 3. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC; 2014.
3. Kamble V, Bhatia T, Patil S. 2014. Cystic Hygroma with Hydrops Fetalis: a
Rare Case Report. International Journal of Reproduction, Contraception,
Obsetetrics adn Gynecology. 2014; 3(3): 847-850.
4. Utama DS. Kista Higroma Coli. Departemen KTHT-KL RSUP Dr.
Mohammasd Hoesin. Palembang.
5.

1. Swanson D. Meningitis. American Academy of Pediatry. 2015; 36(12):


514-526.
2. Alam A. Kejadian Meningitis Bakterial Pada Anak Usia 6-18 Bulan yang
Menderita Kejang Demam Pertama. Sari Pediatri. 2011; 13(4): 293-298.
3. Meisadona G, Soebroto AD, Estiasari R. Diagnosis dan Tatalaksana
Meningitis Bakterialis. CDK. 2015; 42(1): 15-19.
4. IDAI. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta;
2009.
5. Rudolph AM, Hoffman JIE, Rudolph CD. Buku Ajar Pediatri Rudolph.
Vol. 1. Ed. 20. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2006.
6. Pick AM, Sweet DC, Begley KJ. A Review of Pediatric Bacterial
Meningitis. U.S.Pharmacist. 2016: 1-6.
7. Kalaitzidou I, Athanasopoulos E, Ladomenou F. Bacterial Meningitis in
Childhood: Diagnosis, Management and Challenges in the Era of
Conjugate Vaccines. EC. Paediatrics. 2018; 7(5): 379-388.
8. Tunkel AR, dkk. Practice Guidelines for the Management of Bacterial
Meningitis. Clinical Infectious Disease. 2004; (39): 1267-1284.

6
9. Behrman RE dan Kliegman RM. Nelson Esensi Pediatri. Ed. 4. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2010.
10. Hoffman O, Weber JR. Pathophysiology and Treatment of Bacterial
Meningitis. Therapoetic Advance in Neurological Disorders. 2014; 2(6):
401-412.
11. Marcdante KJ, Kliegman RM. Nelson Essentials of Pediatrics. Ed. 7;
2015. Hal: 344.
12. Hull D, Johnston DI. Dasar-Dasar Pediatri. Ed. 3. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2008.

SUMBER REFERENSI

Anda mungkin juga menyukai