Giat Bekerja
PENDAHULUAN
Agama islam sebagai agama yang rahmatan lil ‘alamin, yang peduli terhadap hamba-Nya,
senantiasa memberikan yang terbaik. Tidak ada satupun ketetapan Allah yang yang sia-sia.
Misalnya ketetapan Allah dalam menentukan halal haram sesuatu seperti makanan dan
minuman. Allah telah menentukan bahwa daging babi haram dan berdasarkan penelitian,
daging babi mengandung cacing pita yang berbahaya untuk tubuh.
Tidak hanya menyangkut halal haram sesuatu, Allah juga senantiasa menyeru hamba-Nya
untuk berbuat yang terbaik dimanapun dan kapanpun. Dalam urusan dunia, Allah menyeru
untuk giat bekerja karena hasil dari bekerja itu tentu tidak hanya bermanfaat dalam urusan
dunia saja. Ada aspek ukhrawi yang harus bisa diraih di balik giat bekerja tersebut.
Banyak firman Allah maupun sabda Rasulullah terkait makanan yang baik, yang halal dan
yang haram yang akan semakin mengarahkan kita menuju gaya hidup yang lebih sehat.
Pada akhirnya jika kita sehat, ibadah kepada Allah juga lebih optimal. Selain itu, banyak
pula ayat dan hadits mengenai giat bekerja yang mendorong kita untuk senantiasa tidak
bermalas-malasan yang pada akhirnya juga akan kembali kepada Allah.
Terkait dengan dua hal tersebut, maka di dalam makalah ini akan dibahas mengenai ayat-
ayat dan hadits mengenai makanan yang baik, halal dan haram serta ayat dan hadits
mengenai giat bekerja.
PEMBAHASAN
Ayat Al Qur’an dan Hadits tentang Makanan yang Baik dan Halal
Makanan yang halal adalah makanan yang dibolehkan oleh agama dari segi hukumnya,
baik halal dzatnya, dibolehkan oleh agama, misalnya telor, buah-buahan, sayur-mayur dan
lain-lain. Makanan halal hakikatnya adalah makanan yang didapat dan diolah dengan cara
yang benar nenurut agama, misalnya makanan seperti contoh di atas yang diperoleh
dengan usaha yang benar, sapi yang disembelih dengan menyebut nama Allah dan lain-
lain.
Adapun lawan dari halal adalah haram, yaitu makanan yang secara dzatnya dilarang oleh
agama untuk dimakan, misalnya daging babi, daging anjing, darah, bangkai selain bangkai
ikan, dan lain-lain. Sedangkan haram karena hakikatnya adalah haram untuk dimakan
karena cara memperoleh atau cara mengolahnya, misalnya telor hasil mencuri, daging hasil
menipu, dan lain sebagainya.
Adapun makanan yang baik yaitu makanan yang dapat dipertimbangkan dengan akal, dan
ukurannya adalah kesehatan. Artinya makanan yang baik adalah yang berguna dan tidak
membehayakan bagi tubuh manusia dilihat dari sudut kesehatan. Maka makanan yang baik
lebih bersifat kondisional, tergantung situasi dan kondisi manusia yang bersangkutan,
misalnya suatu jenis makanan sangat baik untuk si A, belum tentu baik pula untuk si B
atau si C. Makanan yang baik belum tentu halal dan yang halal belum tentu baik.
Berikut ini beberapa ayat Al Qur’an dan hadits terkait dengan makanan yang baik, halal,
dan haram:
1. QS Al Baqarah: 168
Artinya: “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di
bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan, karena sesungguhnya
syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.”
2. QS Al Baqarah: 172
َت َما َرزَ ْقنَا ُك ْم َوا ْش ُك ُرواْ ِلِلِ ِإن ُكنت ُ ْم ِإيَّاهُ تَ ْعبُدُون َ َيا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُواْ ُكلُواْ ِمن
ِ ط ِي َبا
“Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang Kami
berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar hanya kepada-Nya
kamu menyembah.
Di dalam ayat ini, Allah mengulangi kembali agar memakan makanan yang baik,
sebagaimana yang ditegaskan dalam ayat 168. Selanjutnya Allah menyeru agar selalu
bersyukur terhadap nikmat-Nya jika benar-benar beribadah dan menghamba kepada-Nya.
3. QS Al Baqarah: 173
َّ ط َّر َغي َْر َباغٍ َو َال َعا ٍد فَ َال ِإثْ َم َعلَ ْي ِه ۚ إِ َّن
ََّللا ُ ض َّ ير َو َما أ ُ ِه َّل ِب ِه ِلغَي ِْر
ْ َّللاِ ۖ فَ َم ِن ا ِ ِإنَّ َما َح َّر َم َعلَ ْي ُك ُم ْال َم ْيتَةَ َوالد ََّم َولَحْ َم ْال ِخ ْن ِز
َغفُور َر ِحيم
“Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan
binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi barangsiapa dalam
keadaan terpaksa (memakannya) sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula)
melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang.”
Dalam ayat 173 Allah menjelaskan jenis-jenis makanan yang diharamkan, yaitu bangkai,
darah, daging babi, dan binatang yang disembelih dengan menyebut nama selain Allah.
Laranagan memakan empat jenis itu juga disebutkan dalam surah lainnya. Lihat misalnya,
dalam surah Al-An’am: 145 juga al Maidah: 3.
4. Hadits
ِإ َّن ْال َحالَ َل: سلَّ َم يَقُ ْو ُل َ صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َ ِس ْو َل هللا ُ س ِم ْعتُ َر َ ي هللاُ َع ْن ُه َما قَا َل َ ض
ِ ان ب ِْن بَ ِشي ٍْر َر ِ َع ْن أ َ ِبي َع ْب ِد هللاِ النُّ ْع َم
،ض ِه ِ ت فَقَدْ ا ْستَب َْرأَ ِل ِد ْينِ ِه َو ِع ْر ِ شبُ َهاُّ فَ َم ِن ات َّقَى ال،اس ِ َّام بَيِن َوبَ ْينَ ُه َما أ ُ ُم ْور ُم ْشت َ ِب َهات الَ يَ ْعلَ ُم ُه َّن َك ِثيْر ِمنَ الن َ بَيِن َو ِإ َّن ْال َح َر
ٍ أَالَ َوإِ َّن ِل ُك ِل َملِك،عى َح ْو َل ْال ِح َمى ي ُْو ِشكُ أ َ ْن يَ ْرتَ َع فِ ْي ِه َ َالرا ِعي يَ ْر َّ ك،ت َوقَ َع فِي ْال َح َر ِام ِ شبُ َها ُّ َو َم ْن َوقَ َع فِي ال
ُُّسدُ ُكله ْ
َ سدَ ال َج َ َت ف ْ َ سد ُّ
َ َسدُ ُكلهُ َوإِذَا ف ْ
َ صلَ َح ال َج َ ت ْ صلَ َح ً
َ ضغَة إِذَا ْ س ِد ُم ْ َ
َ ار ُمهُ أالَ َوإِ َّن فِي ال َج ِ ِح ًمى أَالَ َوإِ َّن ِح َمى هللاِ َم َح
] [رواه البخاري ومسلم.ِي ْالقَ ْلب َ أَالَ َوه
Artinya : “Dari Abu ABdillah Nu’man bin Basyir r.a,”Saya mendengar Rasulullah SAW
bersabda, ‘Sesungguhnya yang halal itu jelas dan yang haram itu jelas. Di antara keduanya
terdapat perkara-perkara yang syubhat (samar-samar) yang tidak diketahui oleh orang
banyak. Maka, barang siapa yang takut terhadap syubhat, berarti dia telah menyelamatkan
agama dan kehormatannya. Dan barang siapa yang terjerumus dalam perkara syubhat,
maka akan terjerumus dalam perkara yang diharamkan. Sebagaimana penggembala yang
menggembalakan hewan gembalaannya di sekitar (ladang) yang dilarang untuk
memasukinya, maka lambat laun dia akan memasukinya. Ketahuilah bahwa setiap raja
memiliki larangan dan larangan Allah adalah apa yang Dia haramkan. Ketahuilah bahwa
dalam diri ini terdapat segumpal daging, jika dia baik maka baiklah seluruh tubuh ini dan
jika dia buruk, maka buruklah seluruh tubuh. Ketahuilah bahwa dia adalah hati” (HR.
Bukhari dan Muslim).
1. Doa yang dilakukan oleh pengkonsumsi makanan dan minuman haram, tidak
mustajabah (maqbul).
2. Uangnya banyak, namun tidak barokah, diakibatkan karena syetan
mengarahkannya kepada kemaksiatan dengan uang itu.
3. Rezeki yang haram tidak barokah dan hidupnnya tidak tenang.
4. Nama baik, kepercayan, dan martabatnya jatuh bila ketahuan.
5. Berdosa, karena telah melanggar aturan Allah.
6. Merusak secara jasmani dan rohani kita.
Di Indonesia sudah ada Majlis Ulama Indonesia yang memiliki Lembaga Pengawasan
Obat dan Makanan (LPOM). Tugas dari LPOM adalah mengkaji dan mengawasi makanan
dan minuman yang beredar di Indonesia, apakah telah memenuhi syarat atau tidak.
Sehingga umat Islam akan mendapat ketenangan dalam mengonsumsesi makanan dan
minuman.
Adab Makan dan Minum
Seorang muslimah makan sambil berjalan, makan dengan tangan kiri, tanpa berdoa,
bahkan menyisakan makanan, hal ini seakan sudah menjadi pemandangan umum di kantin-
kantin kampus. Betapa miris hati ini melihatnya. Bila amal ibadah yang ringan saja sudah
ditinggalkan dan disepelekan, bagaimana dengan amalan yang besar pahalanya?? Atau
mungkinkah karena hal itu hanya merupakan suatu ibadah yang kecil kemudian kita
meninggalkannya dengan alasan kecilnya pahala yang akan kita peroleh? Tidak begitu
Saudariku … Yang sedikit apabila rutin dilakukan, maka akan menjadi banyak! Allah
Ta’ala berfirman,
(٣٣( سو َل َوال تُب ِْطلُوا أَ ْع َمالَ ُك ْم َّ َّللاَ َوأ َ ِطيعُوا
ُ الر َّ يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا أ َ ِطيعُوا
“Wahai orang-orang yang beriman, taatlah kepada Allah dan taatlah kepada rasul, dan
janganlah kamu merusakkan segala amalmu.” (QS. Muhammad 33)
Cukuplah firman Allah Ta’ala tersebut menjadi nasihat bagi kita semua untuk selalu
berusaha menaati perintah Allah dan perintah Rasul-Nya, baik perintah wajib maupun
anjuran (sunnah) maupun atau perintah untuk menjauhi perkara yang dilarang. Saat ini
banyak kita jumpai seorang muslim yang menyepelekan amalan sunnah, namun berlebihan
pada perkara yang mubah. Maka perhatikanlah firman Allah Ta’ala,
“Dan apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya
bagimu maka tinggalkanlah. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sungguh, Allah sangat keras
hukuman-Nya.” (QS. Al-Hayr : 7)
Dan di antara perintah dan larangan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah adab
ketika makan dan minum.
“Hai para rasul, makanlah yang baik-baik, dan kerjakanlah amal shalih.
Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-
Mu`minun: 51)
2. Mendahulukan makan daripada shalat jika makanan telah dihidangkan.Yang
dimaksud dengan telah dihidangkan yaitu sudah siap disantap. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila makan malam telah dihidangkan
dan shalat telah ditegakkan, maka mulailah dengan makan malam dan janganlah
tergesa-gesa (pergi shalat) sampai makanmu selesai.” (Muttafaqun ‘alaih(
Faidahnya supaya hati kita tenang dan tidak memikirkan makanan ketika
shalat. Oleh karena itu, yang menjadi titik ukur adalah tingkat lapar seseorang.
Apabila seseorang sangat lapar dan makanan telah dihidangkan hendaknya dia
makan terlebih dahulu. Namun, hendaknya hal ini jangan sering dilakukan.
3. Tidak makan dan minum dengan menggunakan wadah yang terbuat dari emas dan
perak.Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Orang yang minum
pada bejana perak sesungguhnya ia mengobarkan api neraka jahanam dalam
perutnya.” (HR. Bukhari dan Muslim) Dalam salah satu riwayat Muslim
disebutkan, “Sesungguhnya orang yang makan atau minum dalam bejana perak
dan emas …”
4. Jangan berlebih-lebihan dan boros.Sesungguhnya berlebih-lebihan adalah di antara
sifat setan dan sangat dibenci Allah Ta’ala sebagaimana disebutkan dalam QS. Al-
Isra` ayat 26-27 dan Al-A’raf ayat 31. Berlebih-lebihan juga merupakan ciri orang-
orang kafir sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Seorang
mukmin makan dengan satu lambung, sedangkan orang kafir makan dengan tujuh
lambung.” (HR. Bukhari dan Muslim)
5. Mencuci tangan sebelum makan.Walaupun Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam tidak mencontohkan hal ini, namun para salaf (generasi terdahulu yang
shalih) melakukan hal ini. Mencuci tangan berguna untuk menjaga kesehatan dan
menjauhkan diri dari berbagai penyakit.
6. Jangan menyantap makanan dan minuman dalam keadaan masih sangat panas
ataupun sangat dingin karena hal ini membahayakan tubuh.Mendinginkan makanan
hingga layak disantap akan mendatangkan berkah berdasarkan sabda Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam,“Sesungguhnya yang demikian itu dapat
mendatangkan berkah yang lebih besar.” (HR. Ahmad)
7. Tuntunan bagi orang yang makan tetapi tidak merasa kenyang.Para sahabat
radhiyallahu ‘anhum berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami makan
tetapi tidak merasa kenyang.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,
”Barangkali kalian makan berpencar (sendiri-sendiri).” Mereka menjawab,
”Benar.” Beliau kemudian bersabda, “Berkumpullah kalian atas makanan kalian
dan sebutlah nama Allah, niscaya makanan itu diberkahi untuk kalian.” (HR. Abu
Dawud)
8. Dianjurkan memuji makanan dan dilarang mencelanya.Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam tidak pernah mencela makanan sama sekali. Apabila beliau
menyukainya, maka beliau memakannya. Dan apabila beliau tidak suka
terhadapnya, maka beliau meninggalkannya. (HR. Muslim)
Maksudnya yaitu menjilatkan pada orang lain yang tidak merasa jijik dengannya,
misalnya anaknya saat menyuapinya, atau suaminya.
Bernafas dalam gelas dilarang oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam
sabdanya, “Apabila salah seorang dari kalian minum, janganlah ia bernafas di
dalam gelas.”(HR. Bukhari)
Semoga yang sedikit ini bermanfaat dan semoga Allah Ta’ala memberikan kemudahan
kepada kita dalam mengamalkan apa yang kita ketahui, karena hakikat ilmu adalah amal
itu sendiri. Wallahul muwaffiq.
***
– Do’a dan Wirid, Sa’id bin ‘Ali bin Wahf Al-Qahthani, Pustaka At-Tibyan, Solo.
– Kitabul Adab, Fuad bin ‘Abdul ‘aziz Asy-Syalhubi, Daarul Qasim, Riyadh.
– Lebih dari 1000 Amalan Sunnah dalam Sehari Semalam, Khalid Al-Husainan, Pustaka
Imam Asy-Syafi’i.
– Panduan Amal Sehari Semalam, Abu Ihsan al-Atsari, Pustaka Darul ‘Ilmi, Bogor.