Anda di halaman 1dari 30

FRAKTUR TERTUTUP

OLEH

DENIE RAHMAD (1102011074)

PEMBIMBING:
KOLONEL (PURN) DR.ABIDIN, SP.OT

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH

RS TK II MOH RIDWAN MEURAKSA

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS YARSI

2019
DEFINISI
2

FRAKTUR

Hilangnya kontinuitas tulang atau tulang rawan, baik


yang bersifat total maupun sebagian, biasanya
disebabkan oleh trauma atau tekanan yang berlebihan
KLASIFIKASI
3

Berdasarkan hubungan dengan dunia luar :

1. Fraktur tertutup 2. Fraktur terbuka


ETIOLOGI Langsung

Peristiwa Tidak
Trauma langsung

Akibat tarikan
Etiologi otot

Kelelahan atau
stress fraktur
Peristiwa
Patologis
Kelemahan
tulang
Derajat fraktur tertutup menurut Tscherne, yaitu:
a. Tingkat 0: fraktur sederhana dengan sedikit atau tanpa kerusakan jaringan lunak
sekitarnya.
b. Tingkat 1: fraktur disertai dengan abrasi superfisial atau luka memar pada kulit
dan jaringan subkutan.
c. Tingkat 2: fraktur yang lebih berat dibandingkan derajat 1 yang disertai dengan
kontusio dan pembengkakkan jaringan lunak.
d. Tingkat 3: fraktur berat dengan kerusakan jaringan lunak yang nyata dan
ancaman sindroma kompartement.
KLASIFIKASI BERDASARKAN
GARIS PATAHAN
6

1.Komplet 2.Inkomplet
KLASIFIKASI
III. Jumlah garis patahan

1. Simple 2. Komunitif 3. Segmental


8
4. Berdasarkan Bentuk Patahan Tulang
• Menurut lokasi patahan ditulang, fraktur dibagi menjadi:

• Fraktur epifisis,
• Fraktur metafisis, dan
• Fraktur diafisis
• Berdasarkan ada tidaknya pergeseran, fraktur
dibagi menjadi:
• Tidak bergeser (undisplaced)
• Bergeser (displaced)
dapat berupa :
• Translation/shift : berpindah
• Angulasi : membentuk sudut
• Shortening : pemendekan
• Rotasi : berputar
FRAKTUR DISPLACED (BERGESER)
12

NYERI TERUS
DEFORMITAS EDEMA
MENERUS

TIDAK DAPAT
KREPITASI MEMAR
DIGERAKAN
Diagnosis
Anamnesa

Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan
penunjang
ANAMNESA

Gejala klasik fraktur adalah:


• Adanya riwayat trauma
• Rasa nyeri dan bengkak pada bagian tulang yang
patah
• Deformitas (angulasi, rotasi, diskrepansi)
• Nyeri tekan
• Krepitasi
• Gangguan fungsi muskuloskeletal akibat nyeri
• Putusnya kontinuitas tulang
• Gangguan neurovaskular
PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan status lokalis:


• Look (Inspeksi)
• Bandingkan dengan bagian yang sehat
• Deformitas: angulasi ( medial, lateral, posterior
atau anterior), diskrepensi
(rotasi,perpendekan atau perpanjangan).
• Bengkak atau kebiruan.
• Fungsio laesa (hilangnya fungsi gerak).
• Pembengkakan, memar dan deformitas.
• Feel (palpasi)
• Temperatur setempat yang meningkat/menurun
• Nyeri tekan
• Krepitasi
• Sensibilitas : baik/tidak
• Kehilangan rasa raba dan nyeri menunjukkan adanya trauma
spinal atau saraf tepi.
• Pemeriksaan vaskuler pada daerah distal
• Cedera pembuluh darah adalah keadaan darurat yang
memerlukan pembedahan.
• Pengukuran panjang tungkai
• Move (pergerakan)
• Nyeri bila digerakan, baik gerakan aktif maupun
pasif.
• Gerakan yang tidak normal yaitu gerakan yang
terjadi tidak pada sendinya.
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Sinar X

Pemeriksaan dengan sinar-X harus dilakukan


dengan ketentuan ´Rules of Two´:
Dua pandangan (two views)
Dua sendi (two joint)
Dua tungkai (two limbs)
Dua cedera (two injuries)
Dua kesempatan (two occasions)
Pemeriksaan radiologis yang dapat dilakukan yakni foto polos,
CT-Scan, MRI, tomografi, dan radioisotop scanning.

Umumnya dengan foto polos kita dapat mendiagnosis fraktur.


PENATALAKSANAAN

• Prinsip pengobatan fraktur ada empat (4R), yaitu :


• Recognition
• Reduction
• Reduksi tertutup
• Reduksi terbuka / operatif
Reduksi terbuka Reduksi tertutup
 Dilakukan pada fraktur terbuka  Dilakukan pada fraktur
 Dilakukan pada fraktur yang tidak tertutup
stabil  Dilakukan pada fraktur
 Diusahakan seanatomis mungkin yang stabil / fraktur dengan
 Dilakukan jika terdapat kerusakan ppergeseran minimal
neurovaskular  Biasanya dilakukan pada
 Dilakukan pada fraktur sendi anak-anak
 Dilakukan jika gagal dengan
terapi konservatif atau gagal
dengan reduksi tertutup.
• Retention
• Rehabilitation

Tujuan pengobatan fraktur yaitu :


• Reposisi
• Imobilisasi / Fiksasi
Jenis Fiksasi :
• Eksternal / OREF (Open Reduction External Fixation)

 Gips (plester cast)


 Traksi
Indikasi OREF :
• Fraktur terbuka derajat III
• Fraktur dengan kerusakan jaringan lunak yang luas
• Fraktur dengan gangguan neurovaskuler
• Fraktur Kominutif
• Fraktur Pelvis
• Fraktur infeksi yang kontraindikasi dengan ORIF
• Non Union
• Trauma multiple
- Internal / ORIF (Open Reduction Internal Fixation)
Indikasi ORIF :
• Fraktur yang tak bisa sembuh atau bahaya avascular nekrosis tinggi, misalnya
fraktur talus dan fraktur collum femur.
• Fraktur yang tidak bisa direposisi tertutup. Misalnya fraktur avulsi dan
fraktur dislokasi.
• Fraktur yang dapat direposisi tetapi sulit dipertahankan.
Misalnya fraktur Monteggia, fraktur Galeazzi, fraktur
antebrachii, dan fraktur pergelangan kaki.
• Fraktur yang berdasarkan pengalaman memberi hasil yang
lebih baik dengan operasi, misalnya : fraktur femur.
PROSES PENYEMBUHAN
FRAKTUR
1. kerusakan jaringan dan pembentukan hematoma
2. Inflamasi dan proliferasi seluler subperiosteal dan
endosteal
3. Pembentukan kalus (fase union secara klinis)
4. Fase konsolidasi (fase union secara radiologik)
5. Fase remodelling
Tabel 2. Perkiraan penyembuhan fraktur
KOMPLIKASI
Komplikasi segera
1) Lokal
• Vaskuler : sindrom kompartemen (Volkmann iskemia), trauma vaskuler.
• Neurologis : lesi medula spinalis atau saraf perifer

2) Sistemik : emboli lemak


Komplikasi lanjut
1) Delayed union
2) Non union
3) Mal union
4) Osteomielitis
5) Kekakuan sendi
6) Gangguan pertumbuhan (fraktur epifisis)
7) Osteoporosis post trauma

Anda mungkin juga menyukai