Anda di halaman 1dari 18

Dibuat Oleh : Yonanda Alvino

NPM :1102014286
Sinusitis adalah radang pada
mukosa sinus paranasalis. Sinusitis
maksila paling sering ditemukan.
Hal ini disebabkan sinus maksila
merupakan sinus paranasalis terbesar
yang apabila mengalami infeksi akan
lebih jelas menimbulkan gangguan.
Untuk mengetahui bagaimana :

KOMPLIKASI
GEJALA DAN
PATOFISIOLOGI DAN
ANATOMI TANDA
PROGNOSIS

ETIOLOGI DAN
FAKTOR DIAGNOSIS PENCEGAHAN
FISIOLOGIS
PREDISPOSISI

DIAGNOSIS PENATALAKSAN
DEFINISI KLASIFIKASI BANDING AAN
1. Sinus maksilaris berbentuk pyramid
2. Basis di medial yaitu dinding lateral cavum nasi
3. Apeknya pada prosesus zygomaticus ossis maxillaris
4. Atap sinus dibentuk oleh dasar orbita
5. Dasar sinus merupakan prosesus alveolaris ossis maxillaries
6. Dinding anteriornya memisahkan sinus dengan fasies
7. Dinding posteriornya memisahkan dengan fossa pterigopalatina
FISIOLOGI SINUS
PARANASALIS
I. Mengurangi berat cranium
II. Resonansi udara dan mempengaruhi kualitas suara
III.Penahan suhu dan pengatur kondisi udara
IV. Mempengaruhi gaya berat pada saat mengunyah
sehingga tekanan tidak langsung mengenai orbita,
V. Sebagai peredam perubahan tekanan udara pada saat
bersin atau membuang ingus,
VI. Membantu produksi mukus untuk membersihkan
partikel yang masuk bersama udara inspirasi ke dalam
sinus.
DEFINISI SINUSITIS
– Sinusitis adalah radang mukosa sinus paranasal
– Sinusitis maksilaris adalah peradangan atau
inflamasi pada mukosa sinus maksilaris
– Bila mengenai beberapa sinus disebut
multisinusitis, sedangkan bila mengenai semua
sinus paranasal disebut pansinusitis.
KLASIFIKASI
Berdasarkan konsensus pada Internasional
Conference of Sinus Disease, sinusitis maksilaris dibagi
menjadi 2 yaitu :

• Berlangsung selama 7 hari - 8 minggu


Sinusitis • Episode serangan kurang dari 4 kali dalam
maksilaris setahun
• Membaik dengan pemberian terapi yang
akut optimal

• Berlangsung lebih dari 8 minggu


Sinusitis • Episode serangan lebih dari 4 kali dalam
maksilaris setahun
• Tidak membaik dengan terapi sehingga
kronis harus dibuang lewat pembedahan
ETIOLOGI DAN FAKTOR
PREDISPOSISI
Faktor Predisposisi :
Sinusitis maksilaris sering didapatkan pada pasien
yang disertai dengan ditemukannya kasus Odontogen,
Rhinitis alergi dan Rhinitis kronik

Etiologi :
1.Virus (Rhinovirus, Virus influenza dll.)
2.Bakteri (Pneumococcus, Streptococcus pneumoniae dll.)
3.Jamur (Phaeohyphomycosis, Pseudallescheria dll.)
Polusi,
HILANGNYA
Zat SILIA
Alergi,
kimia
Defisiensi
Imun

DRAINASE
YANG SINUSITIS PERUBAHAN
TIDAK
MAKSILARIS MUKOSA
MEMADAI

Sumbatan INFEKSI
Mekanis Pengobatan
yang tidak
memadai
Sinusitis Maksilaris Akut
◦ Demam sampai menggigil, malaise, lesu serta nyeri.
◦ Sekret mukopurulen keluar dari hidung terkadang
berbau busuk.
◦ Kurangnya sensitifitas dalam merasakan rasa dan bau.
◦ Inspeksi di dapatkan pembengkakan di daerah muka
yaitu pipi dan kelopak mata bawah.
◦ Palpasi dan perkusi akan terasa nyeri.
◦ Rhinoskopi posterior didapatkan post nasal drip.
◦ Transiluminasi akan tampak gambaran bulan sabit di
bawah rongga mata.
Sinusitis Maksilaris Kronis
Selama eksaserbasi akut, mirip dengan gejala
sinusitis akut, sedangkan di luar masa tersebut
akan didapatkan gejala-gejala sesuai dengan
faktor predisposisinya
◦ Pendengaran terganggu karena tersumbatnya
tuba eusthachius
◦ Sekret berupa pus atau mukopus disertai bau
busuk, post nasal drip dan epistaksis.
◦ Rasa tidak nyaman di tenggorokan
◦ Penjalaran infeksi melalui duktus nasolakrimalis.
Anamnesa
• Pilek yang sudah lama disertai sekret yang berbau busuk,
kurangnya sensitifitas dalam merasakan dan bau, sering
terasa ada lendir yang mengalir di tenggorokan (post nasal
drip)
Pemeriksaan Fisik
• Rhinoskopi anterior, Rhinoskopi posterior dan Transiluminasi
Pemeriksaan Mikrobiologik Dan Laboratorium
• Pemeriksaan mikrobiologik dengan mengambil sekret dari
meatus medius atau meatus superior dan kultur sinus
Pemeriksaan Radiologi
• Dengan Posisi water’s namun akhir-akhir ini CT scan
merupakan gold standard diagnosis sinusitis
Pemeriksaan Gigi
• Pemeriksaan gigi rahang atas yang mengalami gangren
pulpa, abses pada apeks gigi
DIAGNOSIS BANDING
• Diagnosis banding dari sinusitis maksilaris akut adalah :
– Rhinitis alergi
– Infeksi gigi geraham atas
– Benda asing dalam rongga hidung

• Dignosis banding dari sinusitis maksilaris kronik adalah :


– Karsinoma sinus maksila
– Ozaena
– Benda asing dalam rongga hidung.
PENATALAKSANAAN
1. Istirahat
2. Antibiotika
3. Dekongestan lokal (tetes hidung) atau sistemik (oral)
4. Analgetika dan antipiretik
5. Antihistamin
6. Mukolitik
7. Tindakan operatif
8. Pembedahan radikal
9. Pembedahan tidak radikal
PENCEGAHAN
A. Pasien dengan rhinitis alergi harus segera diobati
karena edema mukosa dapat menyebabkan obstruksi
sinus.
B. Bila adenoid mengalami infeksi, meghilangkan itu
berarti eliminasi sarang infeksi dan dapat mengurangi
infeksi pada sinus.
C. Menjaga kebersihan gigi dan mulut.
KOMPLIKASI
Komplikasi sinusitis telah menurun secara nyat
setelah ditemukannya antibiotik.
Lokal : Ostomielitis tulang maksila, Mukokel, Piokel.
Orbita : Edema palpebra, Selulitis orbital.
Intrakranial : Meningitis akut, Epidural, Subdural abses,
Abses otak
Sistemik : Kelainan paru, Sepsis, Empyema.
Prognosis tergantung dari ketepatan serta
cepatnya penanganan yang diberikan. Semakin cepat
maka prognosis semakin baik. Pemberian antibiotik
serta obat-obat simptomatis bersama dengan
penanganan faktor penyebab dapat memberikan
prognosis yang baik.
Bedah Sinus Endoskopi Fungsional akan
mengembalikan fungsi sinus dan gejala akan sembuh
secara komplit atau moderat sekitar 80-90% pada
pasien dengan sinusitis kronis rekuren atau sinusitis
kronis yang tidak responsif terhadap terapi
medikamentosa
Sinusitis adalah radang mukosa sinus paranasal
yang paling sering ditemukan ialah sinusitis maksilaris.
Sinusitis maksilaris dapat terjadi akut, berulang atau
kronis.
Sinusitis dapat disebabkan oleh rinitis akut, infeksi
faring, infeksi gigi rahang atas (dentogen), trauma, reaksi
atopik, lingkungan kotor, sepsis gigi dan variasi anatomi.
Pengobatan lokal dengan inhalasi, pungsi percobaan dan
pencucian.
Pengobatan konservatif dengan antibiotik selama
10 hari, dekongestan lokal dan sistemik, Jika gagal dapat
dilakukan Bedah Sinus Endoskopi Fungsional. Komplikasi
berupa komplikasi lokal, orbital, intracranial dan sistemik.

Anda mungkin juga menyukai