Oleh:
Maya Callista Prameswari
Hayu Arianti
Bunga Prambandini
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI
2019
A. TINJAUAN UMUM MATERIALITAS
FASB (Financial accounting standards board) mendefinisikan materialitas (materiality)
sebagai: “Besarnya suatu pengabaian atau salah saji informasi akuntansi yang diluar keadaan
di sekitarnya, memungkinkan bahwa pertimbangan seseorang yang bergantung pada
informasi tersebut akan berubah atau terpengaruh oleh pengabaian atau salah saji tersebut.”
Materialitas mengukur apa yang dianggap signifikan oleh pemakai laporan keuangan
dalam membuat keputusan ekonomis. Konsep materialitas mengakui bahwa hal–hal tertentu,
terpisah atau tergabung, penting untuk pembuat keputusan ekonomis berdasarkan laporan
keuangan tersebut. Contoh keputusan ekonomis : menanam modal dalam entitas itu,
bertransaksi bisnis dengannya meminjamkan uang kepadanya , dan lain – lain.
Bab ini membahas penggunaan meteriality dalam auditing secara umum. Ketika salah
saji (terpisah atau tergabung) cukup signifikan untuk mengubah atau mempengaruhi
keputusan seseorang yang memahami entitas tersebut (informed person), salah saji yang
material telah terjadi. Di bawah ambang batas (threshold) tersebut , salah saji tersebut
umumnya tidak dianggap material. Jika ambang batas ini dilampaui , laporan keuangan akan
disalahsajikan secara material. Ambang batas ini disebut “materialitas untuk laporan
keuangan secara menyeluruh”.
B. RISIKO AUDIT
Materialitas seperti dibahas di atas, berkaitan erat dengan risiko audit (audit risk).
Keduanya menjadi bahan pertimbangan penting dalam proses audit.
Resiko audit adalah kemungkinan auditor memberikan pendapat yang keliru
(inappropriate audit opinion) atas laporan keuangan yang mengandung asalah saji yang
material.
Komponen Risiko Audit
RMM (risiko salah saji yang material) RMM adalah resiko dimana laporan
keuangan disalah sajikan secara material
sebelum audit dimulai. Risiko-risiko ini
diperhitungkan atau menjadi pertimbangan
di tingkat laporan keuangan (financial
statement level) dan pada tingkat asersi
(assertion level). Pada rtingkat laporan
keuangan tinjauannya adalah menyeluruh,
menyangkut resiko yang pervasif (dengan
dampak bermacam-macam asersi). RMM
pada tingkat asersi berkaitan dengan jenis
transaksi (classes of transaction), saldo
akun (account balances), dan
pengungkapan (disclosure). RMM
merupakan kombinasi dari risiko bawaan
atau inherent risk (IR) dan resiko
pengendalian atau control risk (CR), atau
dirumuskan sebagai IRxCR= RMM.
Detection Risk Detection Risk adalah risiko dimana
auditor gagal mendeteksi suatu salah saji
dalam asersi yang bisa berdampak
material. Detection risk (DR) ditangani
melalui:
Perencanaan audit dengan baik
(sound audit planning)
Pelaksanaan prosedur audit yang
tepat sebagai tanggapan terhadap
RMM yang diidentifikasi
Pembagian tugas yang tepat di
antara anggota tim audit
Supervisi dan review atas
pekerjaan audit
Detection risk tidak pernah dapat
diturunkan sampai ke angka nol, karena
adanya kendala bawaan (inherent
limitations) dalam prosedur audit, masih
diperlukannya professional judgments
(yang dibuat oleh manusis, yang secara
alamiah bisa berbuat salah), dan sifat dari
bukti yang diperiksa.
Risiko audit atau audit risk (AR) dapat dirumuskan sebagai berikut :
AR = RMM X DR
Materialitas dan risiko audit rik terus diperhatikan sepanjang audit, dengan:
Menggunakan analogi sederhana dari cabang atletik loncat tinggi, materialitas ekuivalen
dengan tingginya tongkat yang harus dilampui atlet. Risiko audit ekuivalen dengan tingkat
kesulitan yang inheren pada ketinggian tertentu (RMM), digabungkan dengan risiko
tambahan berupa kesalahan strategi loncatan atau kesalahan dalam meloncat (detection risk).
Tingkat Materialitas
2. Performance Materiality
Performance materiality memungkinkan auditor menangani risiko salah saji dalam jenis
transaksi, saldo akun atau disclosures tanpa harus mengubah overall materiality. Performance
materiality memungkinkan auditor menetapkan angka materialitas berdasarkan overall
materiality, tetapi lebih rendah dari overall materiality untuk mencerminkan detection risk
(risiko tidak terdeteksinya salah saji) dan untuk mencerminkan penilaian risiko. Angka yang
lebih rendah berfungsi sebagai penyangga (buffer) antara performance materiality (yang
digunakan untuk menentukan sifat dan luasnya prosedur audit yang harus dilaksanakan)
dengan overall materiality (materialitas menyeluruh).
Menetapkan angka performance materiality yang tepat memerlukan kearifan profesional
(professional judgement) dan bukan sekedar hitung-hitungan sederhana atau penerapan tabel-
tabel, misalnya menerapkan suatu persentase atas pendapatan. Performance materiality secara
keseluruhan atau untuk saldo, transaksi, dan disclosures secara individual mungkin harus
diubah pada setiap waktu selama audit (tanpa mempengaruhi overall materiality) untuk
mencerminkan penilaian risiko yang diubah (revised risk assessments), temuan audit dan
informasi baru. Pada penyelesaian audit, overall materiality akan digunakan untuk
mengevaluasi dampak salah saji yang tidak teridentifikasi dalam laporan keuangan dan
tepatnya pendapat auditor.
3. Specific Materiality
Ada beberapa situasi dimana salah saji yang lebih kecil dari angka materialitas untuk laporan
keuangan secara keseluruhan dapat diperkirakan secara layak, akan memengaruhi
pengambilan keputusan oleh pemakai laporan keuangan. Tabel berikut menyajikan apa dan
siapa yang memengaruhi keputusan (decision influencers atau yang memengaruhi keputusan)
dan contoh-contoh.
Auditor harus memperhitungkan adanya hal-hal tersebut untuk satu atau lebih jenis transaksi,
saldo akun, atau disclosures. Juga bermanfaat bagi auditor untuk memahami pandangan dan
ekspektasi manajemen dan TCWG.
Ini serupa dengan performance materiality yang dibahas di atas, kecuali dalam hal ini
performance materiality –nya berhubungan dengan penetapan angka materialitas yang
spesifik. Specific performance materiality ditetapkan lebih rendah dari angka specific
materiality, untuk memastikan pekerjaan audit yang cukup, dilaksanakan untuk mengurangi
ke tingkat rendah yang tepat, probabilitas salah saji yang tidak terdeteksi melebihi specific
materiality.
Mendokumentasikan Materialitas
1. Tahap perencanaan, ketika keputusan dibuat mengenai luasnya pekerjaan audit yang
harus dilaksanakan.
2. Audit, jika berdasarkan temuan audit, diperlukan revisi atas overall materiality atau
performance materiality untuk jenis transaksi, saldo akun atau disclosure tertentu
Tinjauan prosedur penilaian resiko adalah mengidentifikasi dan menilai risiko salah saji
yang material dalam laporan keuangan. Tujuan ini dapat dicapai dengan memahami entitas dan
lingkungannya, termasuk pemahaman mengenai pengendalian intern tersebut.
Bukti Audit, prosedur penilaian risiko memberikan bukti audit untuk mendukung
penilaian resiko pada tingkat laporan keuangan dan pada tingkat asersi. Bukti dari prosedur
audit harus dilengkapi dengan prosedur audit lanjutan yang merupakan tanggapan atas resiko
yang dihadapi, seperti pengujian pengendalian dan/atau prosedur subtantif.
Prosedur menanyakan kepada manajemen dan pihak lain (Inquiries of Management and
Others)
Pengamatan dan Inspeksi (Observation and Inspection)
Prosedur Analitikal (Analytical Procedure)
Ketiga prosedur ini dilakukan selama berlangsungnya audit. Dalam banyak situasi, hasil dari satu
prosedur akan membawa prosedur lain. Contoh : dalam wawancara dengan manajemen
penjualan, terungkapa adanya kontrak penjualan yang tidak biasa. Wawancara ini diikuti dengan
prosedur inspeksi atas kontrak penjualan dan dilakukan analysis mengenai dampak yang
ditimbulkan terhadap margin penjualan.
Mengidentifikasi risiko salah saji yang material mengenai asersi yang terkandung dalam
unsur-unsur laporan keuangan yang signifikan
Membantu merancang sifat waktu dan luasnya prosedur audit selanjutnya
c. Observasi dan Inspeksi
Sumber Penjelasan
Prosedur menerima/ Memutuskan apakah KAP akan menerima atau meneruskan audit untuk
melanjutkan klien entitas yang sudah jadi kliennya tahun lalu
Penugasan Masa Lalu Pengalaman dalam tugas masa lalu dapat berguna untuk menilai resiko
pada saat ini, Contoh :
Hal-hal yang jadi perhatian audit tahun lalu
Kelemahan dalam pengendalian intern
Perubahan struktur organisasi, proses bisnis, dan pengendalian
intern
Informasi Eksternal Inquiries pada ahli penilaian di entitas
Reviu atas laporan yang dibuat bak dan lembaga pemeringkat
Diskusi Tim Audit Diskusi tim audit mengenai kerawanan laporan keuangan entitas
tersebut terhadap resiko-resiko tertentu