Anda di halaman 1dari 3

MATERIALITAS

Tanggung jawab Auditor, adalah menentukan apakah laporan keuangan mengandung kesalahan penyajian yang
Material. Materialitas adalah pertimbangan utama dalam menentukan ketepatan laporan audit yang harus
dikeluarkan.
Jika Auditor memutuskan bahwa terdapat suatu salah saji yang Material, maka ia akan menunjukkannya pada
klien sehingga suatu koreksi atas kesalahan tersebut dapat dilakukan.
Ada tujuh ( 7 ) Fase Materialitas dan Resiko, yaitu :
1. Menerima klien dan melakukan perencanaan audit awal
2. Memahami bisnis dan industri klien
3. Menilai Risiko bisnis klien
4. Melaksanakan prosedur analitis awal
5. Menetapkan materialitas dan menilai risiko akseptibilitas audit serta risiko inheren
6. Memahami pengendalian intern dan menilai risiko pengendalian
7. Menyusun seluruh rencana serta program audit
Dalam penerapan Materialitas tersebut ada lima tahap yang perlu diketahui, yaitu :
a. Perencanaan tentang rentang uji audit :
1. Menetapkan Pertimbangan awal tentang tingkat materialitas
2. Mengalokasikan pertimbangan awal tentang tingkat materialitas ini ke
dalam segmen-segmen
b. Evaluasi Hasil :
3. Mengestimasi total kesalahan penyajian yang terdapat dalam segmen
4. Mengestimasi kesalahan penyajian gabungan
5. membandingkan antara estimasi gabungan dan pertimbangan awal atau pertimbangan yang telah
direvisi tentang tingkat materialitas.
Penetapan suatu pertimbangan awal tentang tingkat materialitas adalah untuk membantu auditor merencanakan
bukti audit yang memadai yang harus dikumpulkan.

Materialitas lebih merupakan konsep yang Relatif bukannya Absolut.


Kesalahan penyajian atas besaran tertentu mungkin saja bersifat material bagi perusahaan skala kecil, sedangkan
kesalahan penyajian dengan jumlah dolar yang sama, bagi perusahaan lainnya yang berskala besar, dapat bersifat
tidak material.

Sejumlah dasar pertimbangan diperlukan untuk mengevaluasi tingkat Materialitas


Laba bersih sebelum pajak, umumnya merupakan dasar pertimbangan utama yang dipergunakan untuk
menentukan tingkat materialitas, karena item ini dianggap sebagai item penting dalam penyajian informasi
kepada para pengguna laporan.
Faktor-faktor Kualitatif mempengaruhi Tingkat Materialitas
- Nilai-nilai yang melibatkan kecurangan seringkali dianggap lebih penting dari pada
sejumlah nilai yang sama tetapi yang diakibatkan oleh kekeliruan yang tidak disengaja
karena perbuatan tersebut merefleksikan kejujuran serta reliabilitas manajemen atau
karyawan yang terlibat.
- Kesalahan penyajian yang kecil dapat bersifat material jika terdapat kemungkinan timbulnya berbagai
konsekuensi atas sejumlah kewajiban kontrak.

Mengalokasikan Pertimbangan awal tingkat Materialitas segmen


Jika auditor telah memiliki pertimbangan awal tentang tingkat materialitas tiap segmen, pertimbangan tersebut
akan sangat membantu auditor dalam memutuskan bukti audit apa yang tepat untuk dikumpulkan.
Ada tiga kesulitan utama dalam upaya mengalokasikan tingkat materialitas ke akun-akun neraca yaitu :
- auditor memiliki ekspektasi bahwa sejumlah akun tertentu mengandung lebih
banyak salah saji dari pada akun-akun lainnya
- Baik salah saji lebih, maupun salah saji kurang harus tetap dipertimbangkan
- Biaya-biaya audit secara relatif mempengaruhi pengalokasian.

Mengestimasi Nilai salah saji serta membandingkannya dengan nilai Pertimbangan Awal.
Pada saat auditor melaksanakan sejumlah prosedur audit bagi setiap segmen audit, maka kertas kerja haruslah
dipelihara untuk mencatat semua salah saji yang
diketemukan. Berbagai salah saji ini dipergunakan untuk melakukan estimasi atas total salah saji yang
terkandung dalam persediaan.
Estimasi salah saji tersebut dihitung berdasarkan uji-uji audit yang sebenarnya,
Salah satu cara untuk menghitung estimasi salah saji adalah dengan membuat suatu proyeksi langsung dari
sampel yang ada pada populasi, serta dengan menambahkan suatu estimasi atas sampling error.
Metodologi sampling disediakan untuk penentuan suatu gabungan sampling error yang akan membuat nilai salah
saji maksimum ini akan masuk dalam pertimbangan auditor.

RISIKO
Risiko dalam auditing berarti bahwa auditor menerima suatu tingkatan ketidakpastian tertentu dalam
pelaksanaan audit. Auditor menyadari, misalnya, bahwa ada ketidakpastian mengenai kompetensi bahan bukti,
efektif struktur pengendalian intern klien, dan ketidakpastian apakah laporan keuangan memang telah tersaji
secara wajar setelah audit selesai
Seorang auditor yang efektif menyadari bahwa risiko-risiko ada dan akan menangani dengan
sepantasnya. Kebanyakan dari risiko tersebut sukar diukur dan memerlukan penanganan yang hati-hati dan
seksama. Misalkan, kalau auditor menyadari bahwa bidang industri sebuah klien mengalami perubahan
teknologi besar-besaran, yang tidak saja mempengaruhi klien tadi, tapi juga pelanggannya.Ini akan
menyebabkan usangnya persediaan klien, mempengaruhi kolektibilitas piutang usaha, bahkan dapat
mempengaruhi kesinambungan usahanya. Bagaimana auditor menangani risiko-risiko ini dengan pantas adalah
sangat penting dalam menjaga mutu suatu audit.

Model Resiko Audit


Cara auditor menangani masalah risiko dalam tahap perencanaan pengumpulan bahan bukti. Terutama
adalah dengan menggunakan model risiko audit. Literatur profesional yang menjadi sumbernya adalah PSA 26
untuk uji petik dan PSA 25 untuk materialitas dan risiko.
Model resiko audit digunakan terutama untuk tahap perencanaan dalam menentukan berapa besar bahan
bukti yang harus dikumpulkan dalam tiap siklus.

PDR = AAR
IR x CR
Dimana :
PDR = Risiko penemuan yang direncanakan (Planed Detection Risk)
AAR = Risiko audit yang dapat diterima (Accceptable Audit Risk)
IR = Risiko bawaan (Inherent Risk)
CR = Risiko pengendalian (Control Risk)

Anda mungkin juga menyukai