Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang

Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam


memenuhi kebutuhan hidupnya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan
kondisi kesehatannya. Defisit perawatan diri merupakan suatu kondisi pada
seseorang yang mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan/melewati
aktivitas perawatan diri secara mandiri.

Pemeliharaan hygiene perorangan diperlukan untuk kenyamanan


individu, keamanan, dan kesehatan. Seperti pada orang sehat dapat memenuhi
kebutuhan personal hygienenya sendiri. Cara perawatan diri menjadi rumit
dikarenakan kondisi fisik atau keadaan emosional klien. Selain itu,beragam
faktor pribadi dan sosial budaya mempengaruhi praktik hygiene klien.

Karena perawatan hygiene seringkali memerlukan kontak yang dekat


dengan klien maka perawat menggunakan ketrampilan komunikasi untuk
meningkatkan hubungan terapeutik dan belajar tentang kebutuhan emosional
klien.

Oleh karena itu penulis membahas makalah ini untuk mempelajari


tentang defisit perawatan diri dan mengkaji pasien dengan gangguan perawatan
diri.

1. 2 Tujuan Penulisan

Tujuan utama dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai salah satu
syarat untuk menyelesaikan mata kuliah Keperawatan Jiwa. Adapun tujuan
lainnya yaitu:

a. Mahasiswa mengetahui dan memahami defisit perawatan diri.


b. Mahasiswa mengetahui dan memahami etiologi defisit perawatan diri.
c. Mahasiswa mengetahui manifestasi klinis defisit perawatan diri.
d. Mahasiswa mengetahui mekanisme koping defisit perawatan diri.

1
e. Mahasiswa mengetahui dan memahami intervensi dari defisit perawatan
diri dan dapat mengimplementasikannya.

1.3 Manfaat Penulisan

1. Bagi Penulis

Penulis sekarang menjadi lebih tahu pembahasan seputar tentang apa itu
defisit perawatan diri dan bagaimana asuhan keperawatan pada defisit
keperawatan dirinya.

2. Bagi Pembaca

Bagi pembaca, makalah ini juga dapat dimanfaatkan sebagai penambah


ilmu pengetahuan mengenai apa itu defisit perawatan diri dan bagaimana
asuhan keperawatan defisit keperawatan dirinya.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2. 1 Pengertian

Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam


memenuhi kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan
kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu
keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri (Depkes 2000).
Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas
perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Nurjannah, 2004).

Menurut Poter. Perry (2005), Personal hygiene adalah suatu tindakan


untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik
dan psikis, kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu
melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya (Tarwoto dan Wartonah 2000).
Defisit Perawatan Diri adalah Suatu kondisi pada seseorang yang mengalami
kelemahan kemampuan dalam melakukan/melewati aktivitas perawatan diri
secara mandiri.

2. 2 Jenis-jenis Perawatan Diri


1. Kurang perawatan diri : Mandi / kebersihan

Kurang perawatan diri (mandi) adalah gangguan kemampuan untuk


melakukan aktivitas mandi/kebersihan diri.

2. Kurang perawatan diri : Mengenakan pakaian / berhias

Kurang perawatan diri (mengenakan pakaian) adalah gangguan


kemampuan memakai pakaian dan aktivitas berdandan sendiri.

3. Kurang perawatan diri : Makan

Kurang perawatan diri (makan) adalah gangguan kemampuan untuk


menunjukkan aktivitas makan.

3
4. Kurang perawatan diri : Toileting

Kurang perawatan diri (toileting) adalah gangguan kemampuan untuk


melakukan atau menyelesaikan aktivitas toileting sendiri (Nurjannah : 2004, 79)

2. 3 Etiologi

Menurut Tarwoto dan Wartonah (2000) penyebab kurang perawatan diri


adalah sebagai berikut :

1. Kelelahan fisik
2. Penurunan kesadaran

Menurut Depkes (2002:20), penyebab kurang perawatan diri adalah :

1. Faktor predisposisi:
a. Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif terganggu.
b. Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri.
c. Kemampuan realistis turun

Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang


kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan
termasuk perawatan diri.

d. Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
lingkungannya situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan
dalam perawatan diri.
2. Faktor presipitasi

Yang merupakan faktor presipitasi deficit perawatan diri adalah kurang


penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah yang

4
dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan
perawatan diri.

Menurut Depkes (2000 : 59) faktor – faktor yang mempengaruhi


personal hygiene adalah :

a. Body image

Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi


kebersihan diri, misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga
individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.

b. Praktik sosial

Pada anak–anak selalu dimanja dalam kebersihan diri maka


kemungkinan akan terjadi perubahan pada personal hygiene.

c. Status sosial ekonomi

Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta


gigi, sikat gigi, shampoo, alat mandi yang semuanya memerlukan
uang untuk menyediakannya.

d. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan
yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien
diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
e. Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh
dimandikan.
f. Kebiasaan seseorang

Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam


perawatan diri seperti penggunaan sabun, shampoo dan lain – lain.

g. Kondisi fisik atau psikis

5
Pada keadaan tertentu/sakit kemampuan untuk merawat diri
berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.

Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene :

1. Dampak fisik

Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak


terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang sering
terjadi adalah gangguan integritas kulit, gangguan membrane mukosa mulut,
infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku.

2. Dampak psikososial

Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah


kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri,
aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.

2. 4 Tanda Dan Gejala

Menurut Depkes (2000:20) Tanda dan gejala klien dengan defisit


perawatan diri adalah :

1. Fisik
a. Badan bau, pakaian kotor.
b. Rambut dan kulit kotor.
c. Kuku panjang dan kotor.
d. Gigi kotor disertai mulut bau.
e. Penampilan tidak rapi.
2. Psikologis
a. Malas, tidak ada inisiatif.
b. Menarik diri, isolasi diri.
c. Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
3. Sosial
a. Interaksi kurang.
b. Kegiatan kurang

6
c. Tidak mampu berperilaku sesuai norma.
d. Cara makan tidak teratur BAK dan BAB di sembarang tempat,
gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri
2. 5 Mekanisme Koping
1. Regresi
2. Penyangkalan
3. Isolasi diri, menarik diri
4. Intelektualisasi

2. 6 Rentang Respon Kognitif

Asuhan yang dapat dilakukan keluarga bagi klien yang tidak dapat
merawat diri sendiri adalah :

1. Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri


a. Bina hubungan saling percaya.
b. Bicarakan tentang pentingnya kebersihan.
c. Kuatkan kemampuan klien merawat diri.
2. Membimbing dan menolong klien merawat diri.
a. Bantu klien merawat diri
b. Ajarkan ketrampilan secara bertahap
c. Buatkan jadwal kegiatan setiap hari

3. Ciptakan lingkungan yang mendukung


a. Sediakan perlengkapan yang diperlukan untuk mandi.
b. Dekatkan peralatan mandi biar mudah dijangkau oleh klien.
c. Sediakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi klien
misalnya, kamar mandi yang dekat dan tertutup.

7
2.7 Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian
1. Identitas klien

Nama : Tn. A

Jenis kelamin : Laki-laki

Umur : 35 Tahun

Tinggal : Jln Tipang, lr beringin, no.5

Status : Menikah

2. Riwayat kesehatan

- RKS :lelah,badan bau,rambut kotor dan pemalas


- RKD : apakah pernah sebelumnya mengalami deficit perawatan diri,dan
apa-apa saja cara yang digunakan untuk mengatasi masalah ini.
- RKK : adakah keluarga mengalami deficit perawatan diri sebelumnya.

3. Keluhan utama

Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri,Defisit perawatan diri


dan Isolasi Sosial

B. Analisa Data

Data yang biasa ditemukan dalam deficit perawatan diri adalah :

1. Data subyektif
- Klien mengatakan dirinya malas mandi karena airnya dingin atau di
RS tidak tersedia alat mandi.Klien mengatakan dirinya malas berdandan.
- Klien mengatakan ingin di suapi makan.
- Klien mengatakan jarang membersihkan alat kelaminnya setelah BAK
atau BAB.
- Pasien merasa lemah

8
- Malas untuk beraktivitas
- Merasa tidak berdaya.

2. Data obyektif
- Ketidakmampuan mandi/membersihkan diri ditandai dengan rambut
kotor, gigi kotor, kulit berdaki, dan berbau, serta kuku panjang dan kotor.
- Ketidakmampuan berapakaian/berhias ditandai dengan rambut acak-
acakan, pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, tidak
bercukur (laki-laki), atau tidak berdandan (wanita).
- Ketidakmampuan makan secara mandiri ditandai dengan
ketidakmampuan mengambil makan sendiri
- Ketidakmampuan BAB/BAK secara mandiri ditandai BAB/BAK
tidak pada tempatnya, tidak membersihkan diri dengan baik setelah
BAB/BAK
- Rambut kotor, acak – acakan
- Badan dan pakaian kotor dan bau
- Mulut dan gigi bau.
- Kulit kusam dan kotor
- Kuku panjang dan tidak terawa.
C. Diagnosa Keperawatan

Menurut Depkes (2000: 32) diagnosa keperawatan yang muncul pada


pasien defisit perawatan diri yaitu:

1. Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri

2. Defisit perawatan diri.

3. Isolasi Sosial.

D. Tindakan keperawatan
1. Tindakan keperawatan untuk pasien
a. Tujuan:
1) Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri

9
2) Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik
3) Pasien mampu melakukan makan dengan baik
4) Pasien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri
b. Tindakan keperawatan
1) Melatih pasien cara-cara perawatan kebersihan diri
Untuk melatih pasien dalam menjaga kebersihan diri Saudara dapat
melakukan tanapan tindakan yang meliputi:
a) Menjelasan pentingnya menjaga kebersihan diri.
b) Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri
c) Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri
d) Melatih pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri

2) Melatih pasien berdandan/berhias


Perawat dapat melatih pasien berdandan. Untuk pasien laki-laki tentu
harus dibedakan dengan wanita.
Untuk pasien laki-laki latihan meliputi :
a) Berpakaian
b) Menyisir rambut
c) Bercukur

Untuk pasien wanita, latihannya meliputi :


a) Berpakaian
b) Menyisir rambut
c) Berhias
2. Untuk Keluarga
a) Beri pendidikan kesehatan tentang merawat klien dan memotivasi
klien untuk kebersihan diri melalui pertemuan keluarga
b) Beri reinforcement positif atas partisipasi aktif keluarga
E. Strategi Pelaksanaan Tindakan

SP Pada Pasien SP Pada Keluarga


SP 1 SP I k
1. Menjelaskan pentingnya
1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan

10
kebersihan diri keluarga dalam merawat pasien
2. Menjelaskan cara menjaga 2. Menjelaskan pengertian, tanda dan
kebersihan diri gejala defisit perawatan diri, dan jenis
3. Melatih pasien cara defisit perawatan diri yang dialami pasien
menjaga kebersihan diri beserta proses terjadinya
4. Membimbing pasien3. Menjelaskan cara-cara merawat pasien
memasukkan dalam jadwal defisit perawatan diri
kegiatan harian.
SP 2 p SP 2 k
1. Memvalidasi masalah dan 1. Melatih keluarga mempraktekkan cara
latihan sebelumnya. merawat pasien dengan defisit perawatan
2. Menjelaskan cara makan diri
yang baik 2. Melatih keluarga melakukan cara
3. Melatih pasien cara makan merawat langsung kepada pasien defisit
yang baik perawatan diri
4. Membimbing pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian.
SP 3 p SP 3 k
1. Memvalidasi masalah dan 1. Membantu keluarga membuat jadual
latihan sebelumnya. aktivitas di rumah termasuk minum
2. Menjelaskan cara eliminasi obat (discharge planning)
yang baik 2. Menjelaskan follow up pasien setelah
3. Melatih cara eliminasi yang pulang
baik.
4. Membimbing pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian.

F. Intervensi Keperawatan

Diagnosa keperawatan: penurunan kemampuan dan motivasi merawat


diri.
Tujuan Umum

Klien dapat meningkatkan minat dan motivasinya untuk memperhatikan


kebersihandiri.

Tujuan Khusus

TUK I : Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.

Kriteria evaluasi

11
Dalam berinteraksi klien menunjukan tanda-tanda percaya
pada perawat:
a. Wajah cerah, tersenyum

b. Mau berkenalan

c. Ada kontak mata

d. Menerima kehadiran perawat

e. Bersedia menceritakan perasaannya

Intervensi :

a. Berikan salam setiap berinteraksi.

b. Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan perawat berkenalan.

c. Tanyakan nama dan panggilan kesukaan klien.

d. Tunjukan sikap jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi.

e. Tanyakan perasaan dan masalah yang dihadapi klien.

f. Buat kontrak interaksi yang jelas.

g. Dengarkan ungkapan perasaan klien dengan empati.

h. Penuhi kebutuhan dasar klien.

TUK II : klien dapat mengenal tentang pentingnya kebersihan diri.


Kriteria evaluasi

Klien dapat menyebutkan kebersihan diri pada waktu 2 kali pertemuan,


mampu menyebutkan kembali kebersihan untuk kesehatan seperti
mencegah penyakit dan klien dapat meningkatkan cara merawat diri.

12
Intervensi
a. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan
prinsip komunikasi terapeutik.
b. Diskusikan bersama klien pentingnya kebersihan diri dengan cara
menjelaskan pengertian tentang arti bersih dan tanda- tanda bersih.

c. Dorong klien untuk menyebutkan 3 dari 5 tanda kebersihan diri.

d. Diskusikan fungsi kebersihan diri dengan menggali pengetahuan klien


terhadap hal yang berhubungan dengan kebersihan diri.

e. Bantu klien mengungkapkan arti kebersihan diri dan tujuan memelihara


kebersihan diri.

f. Beri reinforcement positif setelah klien mampu mengungkapkan arti


kebersihan diri.
g. Ingatkan klien untuk memelihara kebersihan diri seperti: mandi 2 kali pagi
dan sore, sikat gigi minimal 2 kali sehari (sesudah makan dan sebelum tidur),
keramas dan menyisir rambut, gunting kuku jika panjang.

TUK III : Klien dapat melakukan kebersihan diri dengan bantuan perawat.
Kriteria evaluasi

Klien berusaha untuk memelihara kebersihan diri seperti mandi pakai


sabun dan disiram pakai air sampai bersih, mengganti pakaian bersih sehari–
hari, dan merapikan penampilan.

Intervensi
a. Motivasi klien untuk mandi.

b. Beri kesempatan untuk mandi, beri kesempatan klien untuk


mendemonstrasikan cara memelihara kebersihan diri yang benar.

c. Anjurkan klien untuk mengganti baju setiap hari.

13
d. Kaji keinginan klien untuk memotong kuku dan merapikan rambut.

e. Kolaborasi dengan perawat ruangan untuk pengelolaan fasilitas perawatan


kebersihan diri, seperti mandi dan kebersihan kamar mandi.

f. Bekerjasama dengan keluarga untuk mengadakan fasilitas kebersihan diri


seperti odol, sikat gigi, shampoo, pakaian ganti, handuk dan sandal.

TUK IV : Klien dapat melakukan kebersihan perawatan diri secara mandiri.


Kriteria evaluasi

Setelah satu minggu klien dapat melakukan perawatan kebersihan diri


secara rutin dan teratur tanpa anjuran, seperti mandi pagi dan sore, ganti baju
setiap hari, penampilan bersih dan rapi.

Intervensi
Monitor klien dalam melakukan kebersihan diri secara teratur, ingatkan untuk
mencuci rambut, menyisir, gosok gigi, ganti baju dan pakai sandal.

TUK V : Klien dapat mempertahankan kebersihan diri secara mandiri.

Kriteria evaluasi

Klien selalu tampak bersih dan rapi.

Intervensi
1. Beri reinforcement positif jika berhasil melakukan kebersihan diri.

TUK VI : Klien dapat dukungan keluarga dalam meningkatkan kebersihan diri.


Kriteria evaluasi

Keluarga selalu mengingatkan hal–hal yang berhubungan dengan


kebersihan diri, keluarga menyiapkan sarana untuk membantu klien dalam
menjaga kebersihan diri, dan keluarga membantu dan membimbing klien dalam
menjaga kebersihan diri.

14
Intervensi
a. Jelaskan pada keluarga tentang penyebab kurang minatnya klien menjaga
kebersihan diri.

b. Diskusikan bersama keluarga tentang tindakanyang telah dilakukan klien


selama di RS dalam menjaga kebersihan dan kemajuan yang telah dialami di
RS.

c. Anjurkan keluarga untuk memutuskan memberi stimulasi terhadap kemajuan


yang telah dialami di RS.

d. Jelaskan pada keluarga tentang manfaat sarana yang lengkap dalam menjaga
kebersihan diri klien.

e. Anjurkan keluarga untuk menyiapkan sarana dalam menjaga kebersihan diri.

f. Diskusikan bersama keluarga cara membantu klien dalam menjaga kebersihan


diri

g. Diskusikan dengan keluarga mengenai hal yang dilakukan misalnya:

mengingatkan pada waktu mandi, sikat gigi, mandi, keramas, dan lain-lain

G. Implementasi.

DX. a. Memberikan salam setiap berinteraksi.

b. Memperkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan perawat


berkenalan.

c. Menanyakan nama dan panggilan kesukaan klien.

d. Menunjukan sikap jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi.

e. Menanyakan perasaan dan masalah yang dihadapi klien.

f. Membuat kontrak interaksi yang jelas.

g. Mendengarkan ungkapan perasaan klien dengan empati.

h. Memenuhi kebutuhan dasar klien.

15
DX. a.Membina hubungan saling percaya dengan menggunakan
prinsip komunikasi terapeutik.

b.Bediskusikan bersama klien pentingnya kebersihan diri dengan cara

menjelaskan pengertian tentang arti bersih dan tanda- tanda bersih.

c. Mendorong klien untuk menyebutkan 3 dari 5 tanda kebersihan diri.

d. Diskusikan fungsi kebersihan diri dengan menggali pengetahuan


klien terhadap hal yang berhubungan dengan kebersihan diri.

e. Membantu klien mengungkapkan arti kebersihan


diri dan tujuan memelihara kebersihan diri.

f. Memberi reinforcement positif setelah klien mampu


mengungkapkan arti kebersihandiri

g. Mengingatkan klien untukmemelihara kebersihandiri seperti: mandi 2


kali pagi dan sore, sikat gigi minimal 2 kali sehari (sesudah makan
dan sebelum tidur), keramas dan menyisir rambut, gunting kuku jika
panjang.

DX. a. Memotivasi klien untuk mandi.

b.Memberi kesempatan untuk mandi, beri kesempatan


klien untuk mendemonstrasikan cara memelihara kebersihan diri
yang benar.

c. Menganjurkan klien untuk mengganti baju setiap hari.

d.Mengkaji keinginan klien untuk memotong kuku dan merapikan


rambut.

e.Berkolaborasi dengan perawat ruangan untuk pengelolaan fasilits


perawatan kebersihan diri, seperti mandi dan kebersihan kamar
mandi.

16
f. Bekerjasama dengan keluarga untuk mengadakan fasilitas kebersihan
diri seperti odol, sikat gigi, shampoo, pakaian ganti, handuk dan
sandal.

DX. Memonitor klien dalam melakukan kebersihan diri secara teratur,


ingatkan untuk mencuci rambut, menyisir, gosok gigi, ganti baju dan
pakai sandal.

DX . 1. Memberi reinforcement positif jika berhasil melakukan kebersihan


diri.

DX. a. Menjelaskan pada keluarga tentang penyebab kurang minatnya klien


menjaga kebersihan diri.

b.Berdiskusikan bersama keluarga tentang tindakanyang telah


dilakukan klien selama di RS dalam menjaga kebersihan dan
kemajuan yang telah dialami di RS.

c.Menganjurkan keluarga untuk memutuskan memberi stimulasi


terhadap kemajuan yang telah dialami di RS.

d.Menjelaskan pada keluarga tentang manfaat sarana yang lengkap


dalam menjaga kebersihan diri klien.

e.Menganjurkan keluarga untuk menyiapkan sarana dalam menjaga


kebersihan diri.

f.Berdiskusikan bersama keluarga cara membantu klien dalam


menjaga kebersihan diri

g.Berdiskusikan dengan keluarga mengenai hal yang dilakukan


misalnya: mengingatkan pada waktu mandi, sikat gigi, mandi,
keramas, dan lain-lain.

H. Evalusi

Setelah diberikan asuhan keperawatan terhadap klien, kebutuhan


perawatan diri klien terpenuhi.

17
BAB III

PENUTUP

3.1 kesimpulan

Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam


memenuhi kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan
kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya

Konsep Perawatan diri meliputi segala sesuatu yang dibutuhkan oleh


individu dikehidupan sehari hari.

Asuhan keperawatan yang harus dilakukan pada pasien dengan defisit


perawatan diri dilakukan dengan melakukan pengkajian, menentukan diagnosa
keperawatan, Menentukan intervensi dengan tujuan dan kriteria hasil,
implementasi dan evaluasi.

3.1 Saran

Semoga Makalah ini dapat berguna bagi penyusun dan pembaca. Kritik
dan saran sangat diharapkan untuk pengerjaan berikutnya yang lebih baik

18
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8.


Jakarta : EGC.

Depkes. 2000. Standar Pedoman Perawatan jiwa.

Kaplan Sadoch. 1998. Sinopsis Psikiatri. Edisi 7. Jakarta : EGC

Keliat. B.A. 2006. Modul MPKP Jiwa UI . Jakarta : EGC

Keliat. B.A. 2006. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC

Nurjanah, Intansari S.Kep. 2001. Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa.


Yogyakarta : Momedia

Perry, Potter. 2005 . Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC

Rasmun S. Kep. M 2004. Seres Kopino dan Adaptasir Toors dan Pohon Masalah
Keperawatan. Jakarta : CV Sagung Seto

Stuart, Sudden, 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa edisi 3. Jakarta : EGC

Santosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda, 2005 – 2006.
Jakarta : Prima Medika.

Stuart, GW. 2002. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC.

Tarwoto dan Wartonah. 2000. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta.

Townsend, Marry C. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Perawatan


Psikiatri edisi 3. Jakarta. EGC

19

Anda mungkin juga menyukai