Tabel Sintesa
Tabel Sintesa
Dari 6 artikel diatas menguraikan beberapa faktor yang menghambat cakupan imuniosasi dan disimpulkan bahwa faktor yang paling sering adalah
pengetahuan ibu tentang imunisasi, tingkat pendidikan orang tua dan keyakinan orang tua. Oleh karena itu saya tertarik untuk meneliti tentang faktor
yang berhubungan dengan rendahnya cakupan imunisasi MR di kab majene.
Pendahuluan
Beberapa hambatan yang menyebabkan kurang tecapainya cakupan imunisasi di berbagai bagian
dunia antara lain, 1. Pengetahuan. Hambatan yang signifikan terhadap imunisasi mungkin karena
kurangnya pengetahuan atau tidak akuratnya keluarga persepsi tentang pentingnya vaksin dan
keseriusan penyakit dicegah oleh vaksin. 2. Hambatan lingkungan dan logistik. Seperti itu hambatan
mungkin termasuk iklim, geografi atau terbatas akses ke perawatan kesehatan karena jalan yang
buruk, kegagalan Departemen Kesehatan untuk menyediakan mereka, tidak memadai transportasi
umum, jam kantor tidak nyaman, lokasi yang tidak dapat diakses, atau antrian panjang. 3. Status sosial
ekonomi. Ini mempengaruhi ketersediaan dari, atau akses ke, perawatan kesehatan dengan
menciptakan pertentangan prioritas untuk keluarga pekerja yang harus memenuhi setiap hari
kebutuhan hidup. (4) Urutan kelahiran dan jumlah anak dalam keluarga. Semakin tinggi jumlah anak
dalam keluarga, semakin besar probabilitas bahwa yang termuda tidak akan divaksinasi. (5) Mobilitas
keluarga. Keluarga yang tinggal sementara perumahan, atau yang bermigrasi antar pekerjaan
terutama berisiko gagal menyelesaikan jadwal imunisasi. (6) Ketidakstabilan sosial dan politik.
Imunisasi program telah ditemukan rentan terhadap beberapa jenis gangguan termasuk tarif lokal
yang tinggi kejahatan, ketidakstabilan politik, perubahan rezim mendadak, penarikan bantuan donor
dan perang saudara. (7) Sikap staf kesehatan. Suatu program bisa saja rusak parah oleh interaksi yang
buruk antara staf dan klien. (8) Keuangan. Tingginya biaya imunisasi ke konsumen cenderung menjadi
penghalang utama. (9) Pertimbangan hukum. Keberhasilan program imunisasi dapat menimbulkan
persepsi dan harapan bahwa program-program ini sempurna (ORGANIZATION and GENEVA, 1991).
Penelitian lain mengemukakan tentang beberapa hambatan pemberian imunisasi pada anak anak
antara lain akses ke layanan, sikap dan praktik staf kesehatan, keandalan layanan, kontra indikasi,
pengetahuan praktis orang tua tentang vaksinasi, takut efek samping, prioritas yang saling
bertentangan dan keyakinan orang tua (Favin et al., 2012).
Faktor lain yang mengakibatkan anak tidak diimunisasi adalah kurangnya pengetahuan ibu terkait
jadwal imunisasi anak dan kesiapan logistik dan sikap petugas kesehatan (Zewdie, Letebo and
Mekonnen, 2016). Sedang peneliti lain mengatakan bahwa faktor yang paling sering mengakibatkan
anak tidak diimunisasi adalah kurangnya pengetahuan orang tua tentang keamanan dan manfaat
vaksin (Smith and Humiston, 2011). Menurut (Ngure, 2015), bahwa beberapa faktor yang
mempengaruhi cakupan imunisasi rendah antara lain jumlah anak dalam keluarga, Pengetahuan
keluarga tentang imunisasi, tingkat pendidikan orang tua, tempat kelahiran anak, gaya hidup yang
berpindah - pindah dan jarak ke fasilitas kesehatan. Perniliti lain mengungkapkan bahwa faktor
pengetahuan ibu tentang manfaat imunisasi, persepsi negatif ibu terhadap efek samping vaksin dan
tidak tersedianya logistik vaksin merupakan faktot yang paling dominan mempengaruhi tidak
tercapainya cakupan imunisasi (Negussie et al., 2016). Tingkat pendidikan ibu / pengasuh, tingkat
pendidikan ayah, tempat persalinan, pemanfaatan perawatan kesehatan ibu, dan pengetahuan ibu /
pengasuh tentang vaksin dan penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin menunjukkan hubungan
yang signifikan dengan rendahnya cakupan imunisasi anak (Meleko, Geremew and Birhanu, 2017).
imunisasi
Fenomena
berdasarkan target nasional cakupan imunisasi pada kegiatan kampanye MR adalah > 95 %
(Kementrian kesehatan, 2017). Untuk Cakupan imunisasi MR baru mencapai 66,9 atau 21,4
juta anak per oktober 2018 (Kementrian kesehatan, 2018), sedangkan untuk propinsi
sulawesi barat cakupan MR sampai dengan desember 2018 baru mencapai 77,08 % (n :
307,006 anak) taget untuk sulawesi barat sebesar 398,270 anak, untuk kabupaten majene
capaian per desember 2018 sebesar 83,16 % dan untuk puskesmas Banggae II sebesar
64,2 % (n: 4.086 anak) dari target 6,366 anak yang akan diimunisasi (Kementrian
kesehatan, 2018).
Pertanyaan penelitian/hipotesa
Apakah Faktor prediktor rendahnya cakupan imunisasi Meseales Rubella pada kegiatan kampanye MR
di puskesmas totoli kabupaten majene sulawesi barat.
Referensi
Favin, M. et al. (2012) ‘Why children are not vaccinated : a review of the grey literature’,
International Health. Royal Society of Tropical Medicine and Hygiene, 4(4), pp. 229–238. doi:
10.1016/j.inhe.2012.07.004.
Kementrian kesehatan, R. I. (2017) ‘PETUNJUK TEKNISKAMPANYE IMUNISASIMEASLES
RUBELLA(MR)’.
Kementrian kesehatan, R. I. (2018) ‘Status campak dan rubella saat ini di indonesia’, pp. 2013–2014.
Meleko, A., Geremew, M. and Birhanu, F. (2017) ‘Assessment of Child Immunization Coverage and
Associated Factors with Full Vaccination among Children Aged 12 – 23 Months at Mizan Aman Town
, Bench Maji Zone , Southwest Ethiopia’, 2017.
Negussie, A. et al. (2016) ‘Factors associated with incomplete childhood immunization in Arbegona
district , southern Ethiopia : a case – control study’, BMC Public Health. BMC Public Health, pp. 1–9.
doi: 10.1186/s12889-015-2678-1.
Ngure, R. (2015) ‘Factors Influencing Low Immunization Coverage Among Children Between 12 - 23
Months in East Pokot , Baringo’, 1(2), pp. 1–6. doi: 10.15406/ijvv.2015.01.00012.
ORGANIZATION, W. H. and GENEVA (1991) ‘LEARNING MODULES BEHAVIOURAL FACTORS IN
IMMUNIZATION DEPARTMENT OF MENTAL HEALTH’.
Smith, P. J. and Humiston, S. G. (2011) ‘Parental Delay or Refusal of Vaccine Doses , Childhood
Vaccination Coverage at 24 Months of Age , and the Health Belief Model’, 126, pp. 135–146.
Zewdie, A., Letebo, M. and Mekonnen, T. (2016) ‘Reasons for defaulting from childhood
immunization program : a qualitative study from Hadiya zone , Southern Ethiopia’, BMC Public
Health. BMC Public Health, pp. 1–9. doi: 10.1186/s12889-016-3904-1.