Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Nilai – nilai budaya yang berada dalam sebagian besar masyarakat dalam
suatu negara tercermin di dalam identitas nasionalnya. Identitas nasional
bukanlah barang jadi yang sudah selesai dalam kebekuan normatif dan
dogmatis, melainkan sesuatu yang terbuka dan cenderung terus menerus
berkembang karena adanya hasrat menuju kemajuan yang dimiliki oleh
masyarakat pendukungnya. Dalam pengimplikasiannya identitas nasional
merupakan sesuatu yang terbuka untuk di beri makna baru agar tetap relevan
dan fungsional dalam kondisi aktual yang berkembang dalam masyarakat.
Identitas nasional merupakan sifat khas kepribadian/karakter suatu bangsa
(Erwin, 2013). Identitas nasional berada pada kedudukan yang luhur dalam
tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara, oleh karena itu sebagai nilai,
asas, norma kehidupan bangsa sudah semestinya untuk dijunjung tinggi oleh
setiap warga negara.
Upaya menjunjung tinggi identitas nasional kian menjadi penting ketika
melihat realitas sosial yang terjadi. Apalagi dengan adanya arus globalisasi
yang kemudian membenturkan landasan identitas nasional dengan identitas
bangsa lain. Hal ini yang kemudian membutuhkan landasan pemahaman yang
baik tentang identitas nasional, sehingga tantangan globalisasi dapat disikapi
dengan bijaksana. Bebrapa materi pokok untuk memahami identitas nasional
meliputi: pengertian identitas nasional, unsur dan faktor pembentuk identitas
nasional, faktor penghambat identitas nasional, jati diri dalam globalisasi serta
integrase dan disintegrasi nasional.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Identitas Nasional?
2. Apa saja unsur dan Faktor Pembentuk Identitas Nasional?
3. Apa saja Faktor Penghambat Identitas Nasional?
4. Apa saja Identitas Nasional?

1
5. Bagaimana Jati Diri dalam Globalisasi Identitas Nasional?
6. Bagaimana Integrasi dan Disintegrasi Nasional dalam Identitas Nasional?
7. Bagaimana analisis kasus tentang Identitas Nasional Bangsa Indonesia?

1.3 Tujuan Pembahasan


1. Untuk mengetahui apa itu identitas nasional
2. Untuk mengetahui unsur dan faktor pembentuk identitas nasional
3. Untuk mengetahui faktor penghambat identitas nasional
4. Untuk mengetahui apa saja yang berhubungan dengan Identitas Nasional
5. Untuk mengetahui jati diri dalam globalisasi identitas nasional
6. Untuk mengetahui integrase dan disintegrasi nasional dalam identitas
nasional.
7. Untuk mengetahui analisis kasus yang berjubungan tentang Identitas
Nasional.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian, Jenis dan Pentingnya Identitas Nasional


1. Pengertian Identitas Nasional
Identitas nasional adalah konsep suatu bangsa. Ciri khas suatu bangsa
adalah penanda utama identitas bangsa tersebut. Penegasan trhadap identitas
nasional suatu bangsa selalu merujuk atau mengacu pada hakikat baangsa itu
sendiri. Dalam hal ini identitas nasional bangsa Indonesia mengacu pada
Pancasila sebagai hakikat Indonesia.
Identitas nasional terdiri dari istilah identitas yang berasal dari identity dan
nasional yang berasal dari kata nation. Identitas (identity) dapat diterjemahkan
sebagai karakter, ciri, tanda, jati diri ataupun sifat khas, sementara nasional
(nation) yang artinya bangsa; maka identitas nasional merupakan sifat khas
kepribadian/karakter suatu bangsa.
Berikut adalah empat pandangan terkait dengan pengertian identitas
nasional :
1) Menurut Erwin (2013) identitas nasional adalah sifat khas yang
melekat pada suatu bangsa atau yang lebih dikenal dengan
kepribadian atau karakter suatu bangsa.
2) Menurut Tim Nasional Dosen Pendidikan Kewarganegaraan (2011),
identitas nasional adalah kepribadian nasional atau jati diri nasional
yang dimiliki suatu bangsa yang membedakan bangsa satu dengan
bangsa lainnya.
3) Menurut Kaelan dan Zubaedi (2012), identitas nasional adalah suatu
ciri yang dimiliki suatu bangsa yang secara filosofis membedakan
bangsa tersebut dengan bangsa lain.
4) Menurut Wilobosono (2011), identitas nasional adalah manifestasi
nilai-nilai budaya yang tumbuh dan berkembang dalam aspek
kehidupan suatu bangsa dengan ciri-ciri khas, dan dengan yang khas
tadi suatu bangsa berbeda dengan bangsa lain dalam kehidupannya.

3
Jadi, Identitas Nasional adalah identitas suatu kelompok masyarakat yang
memiliki ciri dan melahirkan tindakan secara kolektif yang diberi sebutan
nasional.
Diletakkan dalam konteks Indonesia, maka identitas nasional merupakan
manifestasi nilai – nilai budaya yang sudah tumbuh dan berkembang sebelum
masuknya agama – agama besar di bumi nusantara ini dalam berbagai aspek
kehidupan. Kemudian nilai – nilai tersebut dihimpun dalam satu kesatuan
Indonesia menjadi kebudayaaan nasional dengan acuan Pancasila dan Bhineka
Tunggal Ika sebagai dasar dana rah pengembangannya dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Dengan kata lain, hakikat Identitas Nasional sebagai
bangsa di dalam hidup dan kehidupan berbangsa dan bernegara adalah Pancasila
yang aktualisasinya tercermin dalam berbagai penataaan kehidapan dalam arti
luas, misalanya dalam pembukaan UUD 1945, sistem pemerintahan yang
diterapkan, nilai – nilai etik, moral, tradisi, bahasa, ideologi, dan lain sebagainya
yang secara normatif diterapkan dalam pergaulan, baik dalam tataran nasional
maupun internasional.

2. Jenis Identitas Nasional


Berdasasrkan jenis bangsa dan dasar pengelompokannya Identitas
Nasional dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1) Identitas nasional menunjuk pada ciri yang melekat pada manusia –
manusia yang menyatakan dirinya sebagai satu bangsa baik yang diikat
oleh kesamaan – kesamaan fisik seperti ras, budaya, agama dan bahasa
maupun nonfisik seperti keinginan, cita-cita dan tujuan. Identitas nasional
lebih merujuk pada rasa kepemilikan bersama sebagai satu negara atau
satu bangsa. Konsep identitas nasional juga menunjuk pada penanda-
penanda fisik yang dibuat negara bangsa sebagai satu kekuasaan politik
guna membedakan dengan negara lainnya, misalnya dengan wilayah yang
sama, bendera negara, lambang negara, mata uang negara, semboyan
negara, lagu kebangsaan, dan sebagainya. Selain itu adapun penanda-
penanda nonfisik yang diciptakan negara seperti ideologi bersama,

4
memory kesejahteraan yang sama, budaya politik, nilai, cita-cita dan
tujuan yang sama.
Pada akhirnya identitas nasional suatu negara bangsa adalah penanda
yang menjadikan ciri khas dari warga negara yang terhimpun dalam satu
negara bangsa, baik dalam dimensi fisik maupun nonfisik yang
dimanifestasikan dalam sikap dan perbuatannya. Identitas nasional bersifat
multidimensional, yang menurut Anthony D Smith (1991) mencakup
perasaan yang sama akan “ komunitas politik, sejarah, wilayah, rasa cinta
tanah air, kewarganegaraan, nilai bersama, dan budaya yang sama”.
2) Identitas Lokal
Suatu negara tentunya juga terdapat kelompok – kelompok dalam
skala lokal, misalnya suku bangsa, ras, dan kelompok agama serta
komunitas lokal lainnya. Di dalam kelompok lokal tersebut pastilah
memiliki identitas yang digunakan sebagai penanda dari kelompok
tersebut seperti: pakaian, simbol, lambang dan bahasa yang digunakan
yang kemudian disebut dengan penanda fisik. Selain itu juga terdapat
penanda non fisik seperti: nilai, ide dan gagasan – gagasan yang dianut
oleh kelompok tersebut. Dengan demikian dapat disimpulkan identitas
lokal merupakan ciri khas yang dimiliki oleh kelompok lokal dalam suatu
negara yang digunakan sebagai penanda agar mudah dikenal oleh
masyarakat luas.

3. Pentingnya Identitas Nasional


Identitas nasional dapat dikatakan memiliki dua fungsi yakni sebagai
pembeda dan pemersatu. Identitas nasional sebagai pembeda misalnya suatu
negara memiliki identitas yang berbeda – baik dari segi bahasa, wilayah,
lambang, dan lain sebagainya, sedangkan identitas nasional sebagai pemersatu
misalnya dalam suatu wilayah negara tersebut memiliki kelompok – kelompok
suku bangsa yang memiliki beraneka ragam bahasa yang kemudian disatukan
dengan menggunakan bahasa nasional dari negara tersebut
Berdasarkan uraian di atas, arti penting Identitas Nasional bagi suatu
bangsa adalah sebagai pemersatu bangsa yang bersangkutan sekaligus sebagai

5
pembeda dengan bangsa lain. Bangsa yang bersatu karena identitas yang sama
dapat menimbulkan rasa kebanggan, kebersamaan, dan kecintaan pada bangsa
dan tanah airnya. Di sisi lain, identitas nasional mampu membedakan dengan
bangsa lain sehingga dapat menumbuhkan saling menghargai, toleransi, saling
menghormati dan sikap apresiatif terhadap identitas lain tersebut.

B. Unsur dan Faktor Pembentuk Identitas Nasional


a. Unsur Identitas Nasional
Identitas nasional Indonesia pada saat ini terbentuk dari enam unsur yaitu
sejarah perkembangan bangsa Indonesia, kebudayaan bangsa Indonesia, suku
bangsa, agama, dan budaya unggul. Kondisi geografis juga dapat dikatakan
sebagai identitas yang bersifat alamiah. Kedudukan geografis wilayah negara
menunjukkan tentang lokasi negara dalam kerangka ruang, tempat dan waktu,
sehingga unruk waktu tertentu menjadi jelas batas – batas wilayahnyadi atas
bumi. Letak geografis ini menjadi khas yang dimiliki oleh sebuah negara yang
dapat membedakannya dengan negara lain.
Srijanti, dkk. (2001) memberikan gambaran umum mengenai unsur –
unsusr pembentukan tersebut, antara lain:
1) Sejarah
Bangsa Indonesia mengalami kehidupan dalam beberapa situasi dan
kondisi yang berbeda sesuai dengan perubahan zaman. realitas perjalanan
sejarah mendorong bangsa Indonesia untuk menjadi bangsa pejuang yang
pantang menyerah dalam melawan penjajah untuk meraih dan
mempertahankan kembali harga diri martabat sebagai bangsa. selain itu di
pertahankan semua potensi sumber daya alam yang ada agar tidak terus
menerus dieksplorasi dan dieksploitasi yang akhirnya dapat menghancurkan
kehidupan bangsa Indonesia pada masa yang akan datang. perjuangan bangsa
Indonesia terus berlanjut pada perjuangan meraih dan mempertahankan
kemerdekaan bangsa dari penjajah.
2) Kebudayaan
Aspek kebudayaan yang menjadi unsur pembentuk identitas nasional
adalah meliputi 3 unsur, ya itu akal budi, peradaban (civility), dan pengetahuan

6
(knowledge). kebudayaan menurut ilmu sosiologis termasuk kesenian, ilmu
pengetahuan, teknologi dan adat-istiadat.
a) Akal budi adalah sikap dan perilaku yang dimiliki oleh bangsa Indonesia
dalam interaksi antar sesama (horizontal) maupun antara pemimpin dengan
staf, dan anak dengan orang tua (vertikal) atau sebaliknya. Bentuk sikap
dan perilaku sebagaimana yang tersebut diatas, adalah hormat-
menghormati antar sesama, sopan santun dalam sikap dan tutur kata, dan
hormat pada orang tua.
b) Peradaban atau (civility), peradaban yang menjadi identitas nasional
bangsa Indonesia adalah dapat dilihat dari beberapa aspek yang meliputi
aspek ideologi, politik, ekonomi, sosial dan hankam.
 Ideologi adalah sila-sila dalam Pancasila;
 Politik adalah demokrasi langsung dalam pemilu langsung
presiden dan wakil presiden serta kepala daerah tingkat I dan II
kabupaten/kota;
 Ekonomi adalah usaha kecil dan koperasi;
 Sosial adalah semangat gotong royong, sikap ramah tamah,
murah senyum dan setia kawan;
 Hankam adalah sistem keamanan lingkungan (siskamling),
sistem perang gerilya, dan teknologi kentongan dalam
memberikan informasi bahaya, dan sebagainya
c) Pengetahuan (knowledge), pengetahuan yang menjadi unsur pembentuk
identitas nasional meliputi:
 Prestasi anak bangsa dalam bidang olahraga bulutangkis dunia;
 Karya anak bangsa dalam bidang teknologi pesawat terbang,
yaitu pembuatan pesawat terbang CN 235, di IPTN Bandung,
Jawa Barat;
 Karya anak bangsa dalam bidang teknologi kapal laut, yaitu
pembuatan kapal laut Phinisi;
 Prestasi anak bangsa dalam menjuarai lomba olimpiade fisika
dan kimia, dan sebagainya

7
3) Budaya Unggul
Budaya unggul adalah semangat dari kultur kita untuk mencapai kemajuan
dengan cara "kita harus mengubah, kita harus berbuat baik, kalau orang lain
mampu mengapa kita tidak mampu". Dalam UUD 1945,menyatakan bahwa
bangsa Indonesia berjuang dan mengembangkan dirinya sebagai bangsa yang
merdeka, berdaulat, bersatu, maju, makmur, serta adil atau berkesejahteraan.
Untuk mencapai kualitas hidup demikian, nilai kemanusiaan, demokrasi dan
keadilan dijadikan landasan ideologis yang secara ideal dan normatif
diwujudkan secara konsisten, konsekuen, dinamis, kreatif, dan bukan
indoktriner.
4) Suku Bangsa
Suku bangsa, yaitu golongan sosial yang khusus dan bersifat askriptif (ada
sejak lahir), yang sama coraknya dengan golongan umur dan jenis kelamin.
Setiap suku memunyai adat-istiadat, tata kelakuan, dan norma yang berbeda,
namun demikian beragam suku ini mampu mengintegrasikan dalam suatu
Negara Indonesia untuk mencapai tujuan yaitu masyarakat yang adil dan
makmur.
Identitas nasional dalam aspek suku bangsa adalah adanya suku bangsa
yang majemuk. Majemuk atau aneka ragamnya suku bangsa dimaksud adalah
terlihat dari jumlah suku bangsa dan dialek yang berbeda. Populasinya pada
tahun 2007 adalah 225 juta jiwa. dari jumlah tersebut diperkirakan separuhnya
adalah suku bangsa etnis jawa. sisanya adalah suku bangsa yang mendiami
wilayah Indonesia di luar jawa. Seperti suku makassar-bugis (3,68%), batak
(2,04%), Bali (1,88%), Aceh (1,4%), dan suku-suku lainnya. sedangkan suku
bangsa atau etnis tionghoa hanya berjumlah 2,8% tetapi menyebar ke seluruh
wilayah Indonesia dan mayoritas mereka bermukim di perkotaan
5) Agama
Identitas Nasional dalam aspek agama adalah masyarakat agamis dan
memiliki hubungan antar umat seagama dan antar umat beragama yang rukun.
Indonesia merupakan negara multi agama, karena itu Indonesia dikatakan
negara yang rawan disintegrasi bangsa. Untuk itu menurut Magnis Suseno,

8
salah satu jalan untuk mengurangi resiko konflik antar agama perlu diciptakan
tradisi saling menghormati antar umat agama yang ada.
6) Bahasa
Bahasa merupakan identitas nasional yang bersumber dari salah satu
lambang suatu negara. di Indonesia terdapat beragam bahasa daerah yang
mewakili banyaknya suku suku bangsa atau etnis namun bahasa melayu dahulu
dikenal sebagai bahasa penghubung berbagai etnis yang mendiami kepulauan
nusantara. selain menjadi Bahasa komunikasi di antara suku-suku di nusantara,
bahasa melayu juga menempati posisi bahasa transaksi perdagangan
internasional di kawasan kepulauan nusantara yang digunakan oleh berbagai
suku bangsa Indonesia dengan pedagang asing. Pada tahun 1928 bahasa
melayu mengalami perkembangan yang sangat pesat. Pada tahun tersebut,
bahasa melayu ditetapkan menjadi bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan
bangsa Indonesia. setelah kemerdekaan, bahasa Indonesia ditetapkan sebagai
bahasa nasional.

b. Faktor Pembentuk Identitas Nasional


Menurut Rowland B. F. Pasaribu, faktor pembentuk Identitas Nasional
dibedakan menjadi 6 yaitu:
1) Primordialisme
Ikatan kekerabatan (darah dan keluarga) dan kesamaan suku bangsa,
daerah, bahasa dan adat istiadat merupakan faktor-faktor primordial yang dapat
membentuk bangsa-bangsa. Primordialisme tidak hanya menimbulkan pola
perilaku yang sama, tetapi juga melahirkan persepsi yang sama tentang
masyarakat negara yang dicita-citakan.
Walaupun ikatan kekerabatan dan kesamaan budaya itu tidak menjamin
terbentuknya suatu bangsa, karena mungkin ada factor yang lain yang lebih
menonjol, namun kemajemukan secara budaya mempersukar pembentukan
suatu nasionalisme baru (bangsabangsa) karena perbedaan ini akan melahirkan
konflik nilai.

9
2) Keagamaan (Sakralitas Agama)
Kesamaan agama yang dipeluk oleh suatu masyarakat, atau ikatan ideologi
doktriner yang kuat dalam suatu masyarakat merupakan faktor sakral yang
dapat membentuk bangsa-negara. Ajaran-ajaran agama dan ideologi doktriner
tidak menggambarkan semata-mata bagaimana seharusnya hidup (dalam hal ini
cara hidup yang suci, agama menjanjikan surga, ideologi doktriner menjanjikan
masyarakat tanpa kelas), karena menggambarkan cara hidup yang seharusnya
dan tujuan suci. Walaupun kesamaan agama atau ideologi tidak menjamin bagi
terbentuknya suatu bangsa-negara, sebagaimana ditunjukkan dengan kenyataan
lebih dari sepuluh Negara Arab untuk Islam, puluhan negara Amerika Latin
untuk Katholik, dan sejumlah negara komunis, namun faktor ini ikut
menyumbangkan bagi terbentuknya satu nasionalitas.
3) Pemimpin Bangsa
Kepemimpinan dari seorang tokoh yang disegani dan dihormati secara
luas oleh masyarakat dapat pula menjadi faktor yang menyatukan suatu
bangsa-negara. Pemimpin ini menjadi panutan sebab warga masyarakat
mengidentifikasikan diri kepada sang pemimpin, dan ia dianggap sebagai
"penyambung lidah" masyarakat. Berdasarkan masyarakat yang tengah
membebaskan diri dari belenggu penjajahan, biasanya muncul pemimpin yang
kharismatik untuk menggerakkan massa rakyat mencapai kemerdekaannya.
Kemudian pemimpin ini muncul sebagai simbol persatuan bangsa, seperti
tokoh dwitunggal Soskarno-Hatta di Indonesia dan Joseph Bros Tito di
Yugoslavia.
4) Sejarah Bangsa
Persepsi yang sama tentang asal-usul (nenek moyang) dan/atau persepsi
yang sama tentang pengalaman masa lalu seperti penderitaan yang sama yang
disebabkan dengan penjajahan tidak hanya melahirkan solidaritas
(sependeritaan dan sepenanggungan), tetapi juga tekad dan tujuan yang sama
antar kelompok masyarakat. Solidaritas, tekad, dan tujuan yang sama itu dapat
menjadi identitas yang menyatukan mereka sebagai bangsa sebab hal-hal ini
akan membentuk konsep ke-kita-an dalam masyarakat. Sejarah tentang asal-
usul dan pengalaman masa lalu ini biasanya dirumuskan (cenderung

10
didramatisasikan), dan disosialisasikan kepada seluruh anggota masyarakat
melalui media massa (film dokumenter, film cerita, dan drama melalui televisi
dan radio). Khusus bagi generasi baru, konsep sejarah ini disampaikan melalui
pendidikan formal di sekolah-sekolah dalam mata ajaran Sejarah Perjuangan
Bangsa (Sejarah Nasional).
5) Perkembangan Ekonomi
Perkembangan ekonomi (industrialisasi) akan melahirkan spesialisasi
pekerjaan yang beraneka sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Semakin tinggi
mutu dan semakin bervariasi kebutuhan masyarakat, semakin tinggi pula
tingkat saling bergantung di antara berbagai jenis pekerjaan. Setiap orang
bergantung pada pihak lain dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Semakin
kuat suasana saling bergantung antaranggota masyarakat karena perkembangan
ekonomi maka semakin besar pula solidaritas dan persatuan dalam masyarakat.
Solidaritas yang ditimbulkan dengan perkembangan ekonomi itu disebutkan
oleh pula sebagai solidaritas organis. Hal ini berlaku dalam masyarakat industri
maju, seperti Eropa Barat, Jepang, dan Amerika Utara.

Sedangkan menurut Umi Salamah dkk (2017) menyebutkan faktor pembentuk


identitas nasional meliputi faktor objektif dan faktor subjektif.
1) Faktor objektif meliputi faktor geografis, ekologis dan demografis.
Kondisi geografis – ekologis yang membentuk Indonesia sebagai wilayah
kepualuan yang beriklim tropis dan terletak dipersimpangan jalan komunikasi
antarwilayah dunia di Asia Tenggara ikut mempengaruhi perkembangan
kehidupan demografis, ekonomis, sosial dan kultural bangsa Indonesia.
2) Faktor subjektif meliputi faktor historis, sosial, politik dan kebudayaan
yang dimiliki bangsa Indonesia. Faktor historis yang dimiliki Indonesia ikut
mempengaruhi proses pembentukan masyarakat dan bangsa Indonesia beserta
identitasnya, melalui interaksi berbagai faktor yang ada didalamnya. Hasil dan
interaksi berbagai faktor tersebut melahirkan proses pembentukan masyarakat,
bangsa, dan negara bangsa beserta identitas bangsa Indonesia, yang muncul
nasionalisme berkembang di Indonesia pada awal abad ke 20.

11
Kemudian Robert de Ventos, mengemukakan teori tentang munculnya identitas
nasional suatu bangsa sebagai hasil interaksi historis antara empat faktor penting,
yaitu faktor primer, faktor pendorong, faktor penarik dan faktor reaktif.
1) Faktor primer, mencakup etnisitas, teritorial, bahasa, agama dan
sejenisnya. Bagi bangsa Indonesia yang tersusun atas berbagai macam etnis,
bahasa, agama, wilayah dan bahasa daerah, merupakan suatu kesatuan
meskipun berbeda – beda dengan kekhasan masing – masing. Unsur – unsur
yang beranekaragam yang masing – masing memiliki ciri khas nya sendiri –
sendiri menyatukan diri dalam suatu persekutuan hidup bersama yaitu bangsa
Indonesia. Kesatuan tersebut tidak menghilangkan keanekaragaman dan hal ini
yang dikenal dengan Bhineka Tunggal Ika.
2) Faktor pendorong, meliputi pmbangunan komunikasi dan teknologi,
lahirnya angkatan bersenjata modern dan pembangunan lainnya dalam
kehidupan negara. Dalam hubungan ini bagi suatu bangsa, kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta pembangunan negara dan bangsanya juga
merupakan suatu identitas nasional yang bersifat dinamis. Oleh karena itu bagi
bangsa Indonesia proses pembentukan identitas nasional yang dinamis sangat
ditentukan tingkat kemampuan dan prestasi bangsa Indonesia dalam
membangun bangsa dan negaranya. Sehingga, dalam hal ini sangat diperlukan
kesatuan dan persatuan bangsa, serta langkah dalam memajukan bangsa dan
negara Indonesia.
3) Faktor Penarik, mencakup kodivikasi bahasa dalam gramatika yang resmi,
tumbuhnya birokrasi, dan pemantapan sistem pendidikan nasional. Bagi bangsa
Indonesia unsur bahasa merupakan bahasa persatuan dan kesatuan nasional,
sehingga bahasa Indonesia menjadi bahasa resmi negara dan bangsa Indonesia.
Bahasa melayu telah dipilih sebagai bahasa antar etnis yang ada di Indonesia
meskipun masing-masing etnis atau daerah diindonesia telah memiliki bahasa
daerah sendiri. Demikian pula menyangkut birokrasi serta pendidikan nasional
telah dikembangkan sedemikian rupa.
4) Faktor reaktif, meliputi penindasan, dominasi, dan pencarian identitas
alternative memori kolektif rakyat. Bangsa Indonesia yang hampir 3,5 abad
dikuasai bangsa lain sangat dominan dalam mewujudkan faktor keempat

12
melalui memori kolektif rakyat Indonesia. Penderitaan dan kesengsaraan
sehidup serta semangat dalam memperjuangkan kemerdekaan merupakan
faktor yang sangat strategis dalam membentuk memori kolektif rakyat.
Semangat perjuangan, pengorbanan, menegakan kebenaran dapat identitas
untuk memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa dan negara Indonesia.

Keempat faktor tersebut pada dasarnya tercakup dalam proses pembentukan


identitas nasional bangsa Indonesia, yang telah berkembang dari masa sebelum
bangsa Indonesia mencapai kemerdekaan dan penjajahan bangsa lain. Pencarian
identitas bangsa Indonesia pada dasarnya melekat erat dengan perjuangan bangsa
Indonesia dan negara dengan konsep nama Indonesia. Bangsa dan Negara
Indonesia ini dibangun dan unsur – unsur masyarakat lama dan dibangun menjadi
suatu kesatuan bangsa dan negara dengan prinsip nasionalisme modern. Oleh
karena itu, pembentukan identitas nasional Indonesia melekat erat dengan unsur –
unsur lainnya seperti sosisal, ekonomi, budaya, etnis, agama serta geografis, yang
saling berkaitan dan terbentuk melalui suatu proses yang cukup panjang.

C. Faktor Penghambat Identitas Nasional


 Adanya ancaman dari luar seperti merusaknya pola piker manusia yang
mulia melunturnya nasionalisme yang dipengaruhi oleh budaya kebarat-
baratan
 Masyarakat Indonesia yang beragam suku bangsa menyebabkan
etnosentrisme masyarakat secara berlebihan
 Masih banyaknya permusushan atau ketimpangan tentang SARA yang
menyebabkan perpecahan
 Kondisi Indonesia yang terdiri dari berbagai macam pulau

D. Identitas Nasional
Erwin (2013) menyatakan bahwa identitas nasional Indonesia dapat
dirumuskan pembidangannya dalam tiga bidang sebagai berikut. Pertama,
identitas fundamental, yakni pancasila sebagai filsafat bangsa, hukum dasar,
pandangan hidup, eika politik, paradigm pembangunan. Kedua, identitas

13
instrumental, yang meliputi UUD 1945 sebagai konstitusi Negara, bahasa
Indinesia mengenai bahasa persatuan, Garuda Pancasila sebagai lambang Negara,
Sang Saka Merah Putih sebagai bendera Negara, Bhinneka Tunggal Ika sebagai
semboyan Negara, dan Indonesia Raya sebagai lagu kebangsaan. Ketiga, identitas
alamiah yang meliputi Indonesia sebagai Negara kepulauan dan kemajemukan
terhadap sukunya, budayanya, agamanya.
1) Pancasila
Pancasila sebagai situasi kejiwaan dan karakter Bahasa Indonesia yang
mengandung kesadaran, cita-cita, hukum dasar, pandangan hidup telah menjadi
nilai, asas, norma bagi sikap tindak bagi penguasa dan Rakyat Indonesia.
Pancasila ini hendaknya dibudayakan dalam kehidupan anak bangsa di seluruh
penjuru nusantara mulai dari diri sendiri yang kemudian diteruskan
kelingkungan keluarga, lalu dapat meluas ke lingkungan masyarakat yang
selanjutnya dapat tercermin ke lingkungan bangsa dan Negara. Dengan begitu
kita akan berkarakter dan mempunyai jati diri sebgai bangsa dan Negara yang
beradap dan bermaslahat di muka bumi, menjadi bangsa dan negara yang
bermartabat, yang menjadi rahmat serta penuh kasih bagi seluruh rakyat
Indonesia, bagi lingkungan alamnya, maupun bagi dunia internasional
sebagaimana yang telah diletakkan dasarnya oleh para pendiri Negara kita.
2) Undang-Undang Dasar 1945
UUD 1945 merupakan landasan konstitusional bagi bangsa Indonesia
dalam bersikap tindak. UUD 1945 dalam eksistensinya telah mengadakan
pembagian tugas bagi pihak-pihak yang terkait dalam system politik di
Indonesia dan sekaligus pula telah memberikan pembatasan-pembatasan
terhadap kekuasaan itu serta juga telah menjamin perlindungan terhadap hak
asasi manusia di Indonesia
3) Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan berasal dari bahsa Melayu.
Mengapa bahasa Melayu yang akhirnya menjadi bahasa persatuan, hal ini
memang karena bahasa Melayu jauh dari sebelum Indonesia merdeka telah
digunakan sebagai bahasa dalam interaksi antar suku yang tersebar di seluruh
kepulauan nusantara. Keberadaan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan

14
ini bukan berarti menenggelamkan bahasa-bahasa daerah di Indonesia yang
jumlahnya tidak kurang dari 300-an dialek bahasa daerah. Bahasa-bahasa
daerah tetap dipelihara sebagai kerifan local dan bahasa Indonesia berperan
sebagai pemersatunya. Dalam Pasal 36 UUD 1945 disebutkan bahwa bahasa
negara ialah bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia berfungsi sebagai jati diri
bangsa, kebanggan nasional, sarana pemersatu berbagai suku bangsa, serta
sarana komunikasi antar daerah dan antar budaya daerah.
4) Lambang Negara Garuda Pancasila dengan Semboyan Bhineka Tunggal Ika
Garuda Pancasila sebagai lambang negara bangsa Indonesia
melambangkan kemegahan Negara Indonesia. Adapun bentuk lambing Garuda
Pancasila ini adalah buah karya anak bangsa yaitu Sultan Hamid II dari
Kesultanan Pontianak. Seekor burung Garuda yang berdiri tegak, yang
kepalanya menghadap ke kanan dengan mengembangkan sayapnya ke kanan
dank e kiri. Pada sayap kanan dan sayap kirinya berelar 17 helai, dengan ekor
berelar 8 helai dan leher yang berelar 45 helai yang menunjuk pada waktu
kemerdekaan bangsa Indonesia 17-8-1945. Pada dadanya digantung sebuah
perisai yang dibagi menjadi lima ruang di tengah dan empat ditepi. Bintang
cemerlang atas dasar hitam merupakan sinar cemerlang abadi dari Ketuhanan
Yang Maha Esa. Rantai yang terdiri dari pada gelang-gelang persegi dan
bundar yang bersambung satu sama lain dalam sambungan yang tiada putusnya
adalah lambang perikemanusiaan. Pohon beringin adalah lambang kebangsaan.
Banteng merupakan lambang kedaulatan rakyat. Padi dan kapas adalah
lambang kecukupan. Kaki burung mencekram sebuah pita yang sedikit
melengkung ke atas. Pada pita itu tertulis Bhineka Tunggal Ika yang artinya
berbeda-beda tetapi tetap satu jua sebagai semboyan Negara kita. Dalam Pasal
36A UUD 1945 dinyatakan bahwa lambang Negara ialah Garuda Pancasila
dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika.
5) Bendera Negara Merah Putih
Bendera Sang Merah Putih bukan hanya sekedar simbol keindahan belaka,
akan tetapi lebih jauh dari situ Merah Putih adalah cerminan jiwa bangsa
Indonesia dengan semangatnya yang memerah dan dilandasi dengan hati yang

15
putih. Dalam Pasal 35 UUD 1945 dinyatakan bahwa Bendera Negara Indonesia
ialah Sang Merah Putih.
6) Lagu Kebangsaan Indonesia Raya
Lagu kebangsaan “Indonesia Raya” buah karya Wage Rudolf Supratman
ini begitu menggambarkan semangat cinta tanah air dan kegagahan serta
kebenaran. Lagu ini pertama kali diperdengarkan dalam forum resmi yakni
pada saat sebelum Kongres Pemuda II (yang merumuskan Sumpah Pemuda)
ditutup pada tanggal 28 Oktober 1928. Pada peristiwa itu lagu Indonesia Raya
dimainkan biola tanpa syair. Lagu tersebut disambut dengan tetesan airmata
dan semangat menggelora demi Indonesia Merdeka. Dalam Pasal 36B
dinyatakan bahwa lagu kebangsaan ialah Indonesia Raya.

Identitas nasional yang bersifat alamiah terkait dengan pola perilaku yang
Nampak dalam kegiatan masyarakat : adat-istiadat, tata kelakuan, kebiasaan.
Identitas nasional menggambarkan pola perilaku yang terwujud melalui aktivitas
masyarakat sehari-harinya. Identitas ini menyangkut adat-istiadat, tata kelakuan,
dan kebiasaan. Ramah tamah, hormat kepada orang tua dan gotong royong
merupakan salah satu identitas nasional yang bersumber dari adat-istiadat dan tata
kelakuan. Alat-alat pelengkapan yang dipergunakan untuk mencapai tujuan seperti
bangunan, teknologi, dan peralatan manusia. Identitas yang berasal dari alat
perlengkapan ini seperti bangunan yang merupakan tempat ibadah (Borobudur,
prambanan, masjid, dan gereja), peralatan mabusia (pakaian adat, teknologi
bercocok tanam), dan teknologi (pesawat terbang, kapal laut, dan lain-lain).
Akhirnya, identitas yang bersumber dari tujuan bersifat dinamis dan tidak tetap
seperti budaya unggul, presentasi dalam bidang tertentu, sepert di Indonesia
dikenal sebagai bulu tangkis (Srijanti, 2011).

E. Jati Diri dalam Globalisasi Identitas Nasional


Globalisasi secara umum adalah sebuah gambaran tentang semakin
ketergantungan di antara sesama masyarakat dunia baik budaya maupun ekonomi.
Istilah globalisasi juga sering dihubungkan dengan sirkulasi gagasan, bahasa, dan
budaya popular yang melintasi batas Negara. Fenomena global ini acap kali

16
disederhanakan oleh kalangan ahli sebagai gejala kecerendungan dunia menuju
sebuah perkampungan global (global village) di mana interaksi manusia
berlangsung tanpa halangan batas geografis. Hal ini tentunya bagian tak
terpisahkan dari kemajuan teknologi informasi yang menyediakan fasilitas
manusia modern untuk menjalin komunikasi secara murah dan mudah. Pada saat
yang sama, isu-isu dunia di bidang politik, ekonomi, demokrasi dan hak asasi
manusia (HAM) dengan begitu cepat dapat memengaruhi situasi yang terjadi di
suatu Negara (Ubaedillah dan Rozak, 2003:55).
Presiden Soekarno kerap menegaskan wasiatnya bahwa tugas berat bangsa
Indonesia dalam mengisi kemerdekaan adalah mengutamakan pelaksanaan nation
and character building. Lebih lanjut, Soekarno mewanti-wanti, “Jika
pembangunan karakter ini tidak berhasil, bangsa Indonesia hanya menjadi bangsa
kuli!” Identitas atau kepribadian bangsa Indonesia yang selama ini dikenal sebagai
bangsa yang halus budinya, sopan dalam sikapnya, santun dalam tindakannya,
sangat toleran, memiliki solidaritas yang tinggi, dan nasionalisme yang kuat serta
mengakar. Semua itu lambat laun semakin pudar akibat derasnya arus globalisasi
dan kapitalisme yang memberikan ajaran untuk individualis, materialis, bebas
sebebas-bebasnya, konsumtif, pragmatis, dan praktis/instan (Erwin, 2012:44)
Oleh karena itu, tantangan besar bagi manusia Indonesia adalah pembangunan
karakter yang berangkat dari dalam, bahkan bisa menjadi auto-kritik terhadap diri
kita sendiri, tentu melalui beberapa kritik dari pemikir tentang Indonesia seperti
Mochtar Lubis; dalam proses menjadi dam menemukan kedirian bangsa tersebut
kita dituntut untuk terus berproses ‘menjadi’ Indonesia dengan melihat factor
kesejarahan-kritis serta berangkat dari kebudayaan. Tantangan-tantangan besar
lainnya berasal dari luar, di antaranya mengenai globalisasi dan kebudayaan yang
dibawanya.
Dengan adanya globalisasi, intensitas hubungan masyarakat antarnegara sangat
longgar sehingga rentan sekali memengaruhi nilai-nilai budaya bangsa, sehingga
krisis akhlak dan moral bertambah akut dan meluas. Memang disatu sisi, kita
tidak patut untuk menutup diri dari globalisasi dengan segala keuntungannya
seperti dalam putaran ilmu, teknologi dan informasi dunia, namun disisi lain kita
harus mempertahankan karakter kita sebagai mana yang telah dirumuskan dalam

17
philosofhie groundslag bangsa kita. Dalam menghadapi ancaman negative
globalisasi itu sudah semestinya bngsa Indonesia mulai dari elit sampai ke
rakyatnya untuk kembali memosisikan dirinya kepada sifat aslinya, agar tidak
gampang untuk diintervensi oleh Negara lain dan tidak dikatakan sebagai bangsa
yang tidak memiliki prinsip dan tersesat dalam arus lautan globalisasi (Erwin,
2012:45)
Sifat asli itu terletak pada hati bukan pada tampilan luar. Namun apabila kita
memandang arah pembangunan Negara kita begitu terlihat yang dikedepankan
adalah pembangunan fisik dan ekonomi bukan pembangunan jiwa, padahal lagu
Indonesia Raya telah mengamanatkan untuk membangun juwa terlebih dahulu
kemudian badan (“…Bangunlah jiwanya, bangunlah badannya, untuk Indonesia
Raya…”). Padahal tolak ukur kemajuan suatu bangsa tidak hanya dilihat dari
kecanggihan teknologi ataupun pembangunan fisik semata. Akan tetapi, yang
terpenting ada pada semangatnya, semangat untuk bekerja bagi bangsa dengan
bekerja keras, secara cerdas, dan secara ikhlas, sebagaimana yang pernah
dikumandangkan oleh Soekarno: “Beri aku seribu orang, dan aku akan
menggerakkan Gunung Semeru! Beri aku sepuluh pemuda yang membara
cintanya kepada Tanah Air, dan aku akan mengguncang dunia!” (Orasi Soekarno,
1920)

F. Integrasi dan Disintegrasi


1. Hubungan Identitas dan Integrasi
Salah satu fungsi identitas nasional adalah mampu menyatukan segenap
elemen bangsa yang bernaung dibawah pemerintahan negara. Dengan menyatukan
berarti identitas nasional mempunyai integrative, artinya identitas nasional
mengintegrasikan masyarakat bangsa itu. Kepemilikan suatu identitas sangat
berkontribusi positif bagi terwujudnya integrasi sebuah bangsa. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia, integrase bangsa berarti penyatuan berbagai kelompok
budaya dan sosial ke dalam kesatuan wilayah dan pembentukan identitas nasional.
Integrasi bangsa berarti penyatuan bangsa – bangsa yang berbeda dari suatu
masyarakat menjadi suatu keseluruhan yang lebih utuh atau memadukan
masyarakat-masyarakat kecil yang banyak menjadi satu bangsa.

18
Jadi ada hubungan erat antara identitas dengan integrasi. Dapat dikatakan
bahwa identitas berguna untuk pembangunan integrase sebuah bangsa.
Pembangunan integrasi sebuah bangsa, salah satunya dapat dikembangkan melalui
pembentukan identitas nasional.
2. Integrasi Versus Disintegrasi
Jika integrasi berarti penyatuan, maka disintegrasi berarti perpecahan. Menurut
Kamus Besar Bahsa Indonesia, disintegrasi berarti keadaan tidak bersatu padu;
keadaan terpeca belah; hilangnya keutuhan atau persatuan; perpecahan.
Integrasi dan disintegrasi dapat dipersamakan dengan konsensus dan konflik.
Adanya konsensus menciptakan integrasi, sedangkan adanya konflik
menyebabkan disintegrasi. Dapat dinyatakan bahwa konflik menjadi penyebab
terjadinya disintegrasi. Konflik diartikan sebagai setiap pertentangan atau
perbedaan pendapat antara dua orang atau dua kelompok atau bahkan lebih.
Konflik dalam pengertian luas mencakup konflik secara fisik dan non fisik (lisan,
pendapat, ide, kepentingan). Konflik dalam derajat yang longgar dapat memicu
kemajuan misal diskusi yang alot yang menghasilkan ide baru. Oleh karena itu,
konflik tidak harus dipresepsikan hal yang buruk.
Hal – hal yang perlu penangan adalah konflik dalam derajat yang tinggi, seperti
gerakan pemisahan wilayah, pemberontakan, pertengkaran antar orang, daerah
sampai pada gejala tawuran antar warga. Konflik yang seperti inilah yang dapat
menyebabkan disintegrasi.

G. Analisis Kasus
Kasus yang bersangkutan dengan Identitas Nasional
“ Pulau Ambalat”
Ambalat adalah blok laut luas mencakup 15.235 kilometer persegi yang
terletak dilaut Sulawesi atau selat Makassar dan berada didekat perpanjangan
perbatasan darat antara Sabah, Malasyia dan Kalimantan timur, Indonesia.
Penamaan blok laut ini didasarkan atas kepentingan eksplorasi kekayaan laut dan
bawah laut, khususnya dalam pertambangan minyak. Indonesia dan Malasyia
menghadapi persoalan wilayah ambalat akibat pemberian konsensi untuk
eksplorasi minyak oleh perusahaan minyak malasyia (petronas) pada 16 febuari

19
2005 kepada perusahaan shell asal Inggris-Belanda dilaut Sulawesi yang berada di
sebelah timur pulau Kalimantan. Indonesia menyebut wilayah yang diklaim
malasyia itu blok Ambalat dan east Ambalat. Diblok ambalat Indonesia telah
memberikan konsensi kepada ENI (italia) pada tahun 1999 dan sekarang dalam
tahap eksplorasi. Sedangkan blok east ambalat diberikan kepada UNOCAL (AS)
pada tahun 2004. Untuk blok east Ambalat, kontrak baru di tandatangani 13
desember 2004. Namun kontrak ini menjadi masalah ketika malasyia mengklaim
masalah ini sebagai wilayahnya dan menolak klaim Indonesia. Malasyia
mengklaim Ambalat sebagai wilayahnya dengan pertimbangan berada dalam
teritorial malasyia sebagai implikasi lepasnya sipadan-ligitan yang berdampak
pada luas batas perairannya. Namun Indonesia tidak rela jika wilayah ambalat
jatuh ke tangan Malasyia karena hal ini akan semakin membuktikan kedaulatan
Negara terancam dan harga diri serta martabat bangsa Indonesia semakin rendah
di mata dunia. Kasus ini sebagai bukti kegagalan pemerintah dalam memberikan
perhatian yang serius terhadap pulau-pulau kecil perbatasan dan wilayah perairan
didalamnya. Kasus ini muncul seiring dengan lepasnya Sipidan-Ligitan lewat
mahkamah Internasional pada tahun 2002.
Dalam kasus sengketa pulau Ambalat antara Indonesia dengan malasyia ini
sangat erat kaitannya dengan identitas nasional tentang wawasan nusantara yaitu
bahwa suatu bangsa yang telah mendirikan suatu Negara dalam penyelenggaraan
kehidupannya tidak terlepas dari pengaruh lingkungannya. Pengaruh itu timbul
dari hubungan timbal balik antara filosofis bangsa kita (Indonesia), ideologi,
aspirasi serta cita-cita dan kondisi sosial masyarakat,budaya, tradisi, keadaan
alam, wilayah serta pengalaman sejarah bangsa Indonesia. Pemerintah dan rakyat
Indonesia memerlukan suatu konsep berupa wawasan nusantara untuk
menyelenggarakan kehidupannya. Wawasan ini dimaksudkan untuk menjamin
kelangsungan hidup Negara kesatuan republik Indonesia. Kehidupan suatu bangsa
dan Negara senantiasa dipengaruhi oleh perkembangan lingkungan strategis.
Karena itu wawasan harus mampu memberi inspirasi bangsa Indonesia dalam
menghadapi berbagai hambatan dan tantangan yang ditimbulkan lingkungan
strategis dalam mengejar kejayaan. Negara Indonesia adalah Negara yang terdiri
dari berbagai suku dan bangsa, terdiri dari banyak pulau-pulau dan lautan yang

20
luas. Jika kita sebagai warga Negara ingin mempertahankan daerah kita dari
gangguan bangsa atau Negara lain, maka kita harus memperkuat ketahanan
nasional kita, karena ketahanan nasional adalah cara paling ampuh yang
mencakup banyak landasan seperti pancasila sebagai landasan ideal, UUD 1945
sebagai konstitusional dan wawasan nusantara sebagai landasan visional. Dan
terdapat beberapa langkah dalam menyelesaikan kasus sengketa pulau Ambalat
yaitu:
1. Melalui perundingan bilateral yaitu kedua belah pihak berunding dengan
menyampaikan argumentasi masing-masing tentang wilayah yang
disengketakan dalam forum bilateral.
2. Menetapkan wilayah tersebut sebagai status quo dalam kurun waktu
tertentu.
3. Memanfaatkan organisasi regional misal ASEAN sebagai sarana resolusi
konflik dengan berpegang pada Treaty Of Amity and Cooperation.
4. Membawa kasus ini ke mahkamah internasional.

21
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Identitas nasional adalah konsep suatu bangsa. Ciri khas suatu bangsa adalah
penanda utama identitas bangsa tersebut. Penegasan trhadap identitas nasional
suatu bangsa selalu merujuk atau mengacu pada hakikat baangsa itu sendiri.
Dalam hal ini identitas nasional bangsa Indonesia mengacu pada Pancasila
sebagai hakikat Indonesia. Identitas nasional Indonesia pada saat ini terbentuk
dari enam unsur yaitu sejarah perkembangan bangsa Indonesia, kebudayaan
bangsa Indonesia, suku bangsa, agama, dan budaya unggul. Kondisi geografis
juga dapat dikatakan sebagai identitas yang bersifat alamiah.
Faktor penghambat contohnya adanya ancaman dari luar seperti merusaknya
pola piker manusia yang mulia melunturnya nasionalisme yang dipengaruhi
oleh budaya kebarat-baratan. Identitas nasional Indonesia dapat dirumuskan
pembidangannya dalam tiga bidang sebagai berikut. Pertama, identitas
fundamental. Kedua, identitas instrumental. Ketiga, identitas alamiah.
Implementasi Identitas Nasional dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
yang mencakup kehidupan politik, ekonomi, sosial, budaya, dan hankam harus
tercermin dalam pola piker, pola sikap, dan pola tindak senantiasa
mengutamakan kepentingan bangsa dan negara kesatuan Republik Indonesia
diatas kepentingan pribadi dan golongan.

3.2 Saran
Menghargai dan membiasakan melakukan kegiatan yang berunsur Identitas
Nasional Negara itu sendiri jauh lebih baik di banding mempelajari kegiatan
atau budaya yang dianut oleh negara lain. “Seharusnya bukan orang lain yang
membangunkan serta menyadarkan kita, tetapi kita sendirilah yang harus
bangun demi kemajuan bangsa tercinta”.

22
DAFTAR PUSTAKA

23

Anda mungkin juga menyukai