PANCASILA
SEBAGAI PARADIGMA
KEHIDUPAN BERMASYARAKAT,
BERBANGSA, DAN BERNEGARA
Pembahasan dalam bab ini bertujuan untuk memahami Pancasila sebagai paradigma kehidupan
bermasyarakat, bebangsa, dan bernegara serta aktualisasi pancasila dalam kehidupan bermasyarakat,
bebangsa, dan bernegara meliputi sebagai berikut.
Situasi dan kondisi masyarakat kita dewasa ini menghadapkan kita pada suatu keprihatinan dan
sekaligus juga mengundang kita untuk ikut bertanggungjawab. Perbaikan karakter bangsa merupakan
satu kunci terpenting agar bangsa yang besar jumlah penduduknya ini bisa keluar dari krisis dan
menyongsong nasibnya yang baru. Selain itu, bangsa indonesia yang dahulu dikenal sebagai “het
zachsteoalk ter aarde” dalam pergaulan antarbangsa, kini sedang mengalami tidak saja krisis identitas,
melainkan juga krisis dalam berbagai dimensi kehidupan yang melahirkan instabilitas yang
berkepanjangan semenjak rreformasi digulirkan pada tahun 1998.
Krisis moneter yang kemudian disusul krisis ekonomi dan politik yang akar-akarnya tertanam
dalam krisis moral dan menjalar kedalam krisis budaya, menjadikan masyarakat kita kehilangan orientasi
nilai, hancur dan kasar, gersang dalam kemiskinan budaya dan kekeringan spritual. Kehalusan budi,
sopan santun dalam sikap dan perbuatan, kerukunan, toleransi dan solidaritas sosial, idealisme dan
sebagainya telah hilang hanyut dilanda oleh derasnya arus modernisasi dan globalisasi yang penuh
paradoks. Krisis multidimensi dapat saja setiap saat melanda masyarakat kita menyadarkan kita semua
bahwa pelsetarian budaya sebagai upaya untutk mengembangkan identitas nasional.
Di era globalisasi, pergaulan dan persaingan antarbangsa semakin ketat. Batas antarnegara
hampir tidak ada artinya, batas wilayah tidak lagi menjadi penghalang. Di dalam pergaulan antarbangsa
yang semakin kental itu akan terjadi proses alkulturasi, saling meniru dan saling mempengaruhi antara
budaya masing-masing. Dan yang perlu kita cermati dari proses akulturasi tersebut apakah pengaruh
global tersebut dapat melunturkan tata nilai yang merupakan jati diri bangsa Indonesia atau sebaliknya.
Lunturnya tata nilai tersebut pada dasarnya ditandai oleh 2(dua) faktor berikut.
a. Semakin menonjolnya sikap individu sikap individualistis, yaitu mengutamakan kepentingan pribadi
diatas kepentingan umum, hal ini bertentangan dengan azas gotong-royong.
b. Semakin menonjolnya sikap materialistis yang berarti harkat dan martabat kemanusiaan hanya diukur
dari hasil atau keberhasilan seseorangan dalam memperoleh kekayaan. Hal ini bisa berakibat bagaimana
cara memperolehnya menjadi tidak dipersoalkan lagi. Bila hal ini terjadi, berarti etika dan moral telah
dikesampingkan.
Arus informasi yang semakin pesat mengakibatkan akses masyarakat terhadap nialai-nilai asing
yang negatif semakin besar. Apabila proses ini tidak segera dibendung, akan berakibat lebih serius
dimana pada puncaknya mereka tidak bangga kepada bangsa dan negaranya.
Pengaruh negatif tersebut pada akhirnya dapat merongrong nilai-nilai yang telah ada didalam
masyarakat kita. Jika semua ini tidak dapat dibendung maka akan mengganggu ketahanan disegala
aspek, bahkan mengarah kepada kredibilitas sebuah ideologi.
Negara kesatuan yang berbentuk republik ini telah cukup dikenal sebagai masyarakat religiusdan
seiring dengan itu perlu pembangunan moral bagi warga Negara yang kelak kan melahirkan
indivisu sebagai makhluk beragama(human relgius).
Hubungan manusia dengan Tuhan, sebagaimana tersirat dalam Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
menggambarkan suatu karakter bangsa Indonesia adalah bangsa yang religious baik dalam konteks
hubungan Khalik (pencipta hidup) dan makhluk (penikmat hidup).
Sila Ketuhanan Yang Maha Esa mengandung arti bahwa manusia itu pasti beragama yang
sekaligus berkarakter religious sesuai dengan agama masing-masing yang dianutnya. Manusia Indonesia
selalu memposisikan agama/Tuhan sebagai pendamping dalam pengabdiannya. Kesadaran unutk selalu
ingat dalam pengawasan Tuhan, bimbingan Tuhan sehingga melahirkan sikap rendah hati, jujur,
bertakwa, taat pada prinsip-prinsip yang benar.
4. Gotong royong sebagai karakter bangsa
Gotong royong adalah sikap kebersamaan dalam berbuat dan berkarya, sikap kebersamaan ini
merupakan cerminan dari rasa senasib dan sepenanggungan. Manakala bangsa dan negeri ini
dirundung masalah maka sikap sediaan berkorban dan bergotong-royong terpanggil untuk
menanggung masalah bangsa dengan bersama-sama dan menyelesaikan secara bersama-sama
pula.
Gotong royong sebagai karakter bangsa secara nasional yang tumbuh dari bawah karena
masyarakat desa ini berbagai daerah di Indonesia yang menyokong tumbuh kembangnya karakter ini.
Oleh sebab itu, mahasiswa sebagai generasi penerus dapat memperluas implementasinya dalam bentuk
pelibatan dalam perikehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Nilai-nilai Bhinneka Tunggal Ika dan identitas nasional. Bhinneka tunggal ika menyatukan
gugusan keberagaman dan tanah air yang kaya ke dalam suatu wadah kedaulatan. Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Identitas merah putih pada bendera nasional adalah cerminan
persatuan yang digariskan secara tegas oleh bahasa persatuan Indonesia.
Beragam adat istiadat, bahasa, suku dan warna kulit menjalin kebersamaan hidup berbangsa.
Penetapan bahasa Indonesia sebagai persatuan memberikan kelebihan dalam menyatukan kesadaran
persatuan sendiri yang berbenih dalam rasa kebangsaan, terutama ketika teks Sumpah Pemuda yang
berbunyi “menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia”.
Pertama kali munculnya pada tiga hal pokok, yaitu identitas kebangsaan atau ke-Indonesiaan,
identitas primordial atas tanah dan air, dan identitas primordial atas bahasa persatuan (bahasa
Indonesia).
Identitas nasional pada awalnya merupakan ide dan semangat gerakan pemuda-pemuda yang
berhasil mendeklerasikan Soempah Pemoeda 28 Oktober 1928. Saat itulah pertama kali identitas
nasional muncul secara tegas. Sejak itu kesadaran nasional semakin meluas, kemudian identitas itu
kemudian mengkrital menjadi satu asas dari falsafah Negara, yaitu Pancasila, khususnya Sila “Persatuan
Indonesia”.
Identitas Nasional pada hakikatnya merupakan manifestasi nilai-nilai budaya yang tumbuh dan
berkembang dalam bergbagai aspek kehidupan dari ratusan suku bangsa yang ‘dihimpun” dalam satu
kesatuan Indonesia yang kemudian menjadi kebudayaan nasional dengan acuan Pancasila dan rohnya
adalah “bhinneka Tunggal Ika” yang mengalami dasar dan arah pengembangannya.
Dengan kata lain, hakikat identitas nasional kita sebagai bangsa didlam hidup dan kehidupan
berbangsa dan bernegara adalah Pancasila yang aktualisasinya tercermin dalam pentaan kehidupan
dalam arti luas, misalnya dlam aturan perundang-undangan, sistem pemerintah yang diharapkan, nilai-
nilai etik dan moral yang secara nirmatif diterapkan didalam pergaulan baik dalam tataran nasional
maupun internasional dan lain sebgainya.
Nialai-nilai buadaya tercermin didalam identitas nasional tersebut bukanlah barang jadi yang
sudah selesai dalam kebekuan normative dan dogmatis, melainkan sesuatu yang “ terbuka” yang
cenderung terus-menerus bersemi karena hasrat menuju kemajuan yang dimiliki oleh masyarakat
pendukungnya. Konsekuensi dan implikasinya adalah bahwa identitas nasional adalah sesuatu yang
terbuka untuk ditafsirkan dengan diberi makna baru agar tetap relevan dan fungsional dalam kondisi
actual yang berkembang dalam masyarakat.
7. Membangun Karakter Bangsa
Karakter adalah hasil dari kebiasaan yang ditumbuh kembangkan. Untuk membangun karakter
adalah dengan membentuk kebiasaan yang berarti harus menanamkan kebiasaan-kebiasaan
yang baik.
Karakter perlu dengan sengaja dibangun, dibentuk, ditempa dan dikembangkan serta
dimantapkan. Pembangunan karakter sangat dipengaruhi oleh lingkungan, mjlai dari lingkungan
keluarga, sekolah dan masyarakat yang kemudian meluas dalam kehidupan berbangsadan bernegara.
Karakter merupakan nilai-nilai yang terpatri dlam diri melalui pendidikan, pengalaman,
perngorbanan dan pengaruh lingkungan yang dipadukan dengan nilai-nilai dari dalm diri manusia
sendiri kemudian terwujud dlam pemikiran, sikap dan perilakunya. Oleh sebab itu, karakter tidak datang
dengan sendirinya, tetapi dibentuk dan dibangun secara sadar dan sengaja.
Pembangunan karakter dlam kehidupan dapat dilakukan dlam beberapa dimensi berikut.
a. Keperdulian social (social sensivity), yaitu orang berkarakter tidak hanya sekedar peduli, tetapi
juga mengulurka tangan dan memiliki sensitivitas social. Orang yang berkarakter selalu
mengembangkan simpati dan empati.
b. Pelindung dan jaga hubungan jarak (naturance and care) adlaah orang yang sosok melindungi,
menjaga, memberikan perlindungan dan menjaga hubungan dengan orang lain.
c. Selalu mengembangkan sifat berbagi, bekerja sama dan adil (sharing, cooperation and fairness).
d. Seorang individu yang jujur (honesty).
Dengan demikian, manusia yang berkarakter adalah manusia memiliki sifat-sifat manusiawi,
sebaliknya, manusia yang tidak berkarakter adalah yang manusia yang memiliki sifat kurnag
manusiawi, seperti senang berkonflik (tawuran antarpelajar), pemarah, tidak peduli kepada orang
lain, dalam menghalalkan segala macam cara demi mendapat keuntungan pribadinya.
Membangun karakter tidak bisa dilakukan dengan mudah dan santai. Menurut Hellen Keller
(1880-1968), membangun karakter dapat dilakukan melalu pengalaman menghadapi percobaan dan
pengerbonan. Membangun karakter dpat menghasilkan: jiwa yang kuat, visi yang jauh ke depan dan
jernih, mendapat inspirasi dlam ambisi atau segenab usaha dan upaya kita sehingga sukses sejati bisa
diraih.
Agar identitas nasional dapat dipahami oleh siswa sebagai penerus tradisi dengan nilai-nilai
diwariskan oleh nenek moyang, maka pemberdayaan nilai-nilai ajarannnya harus bermakna
dalam arti relevan, dan fungsional bagi kondisi actual yang sedang berkembang dalam
masyarakat.
Dengan kemampuan refleksinya, manusia menjadikan rasio sebagai mitos, sebagai sarana yang
handal dalam bersikap dan bertindak dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam
kehidupan. Kesahihan tradisi, juga nilai-nilai spiritual yang dianggap sacral kini dikritisi dan
dipertanyakan berdasarkan harapan dan tentang masa depan yang lebih baik.
Niali-nilai budaya yang diajarkan oleh nenek moyang tidak hanya sebagai barang sudah “jadi”
yang berhenti dalam kebekuan normative dan nostalgia, melainkan harus diperjuangkan dan terus
menerus harus ditumbuhkan dalam dimensi ruang dan waktu yang terus berkembang dan berubah.
Berikut ini nilai-nilai luhur yang harus kita perjuangkan dalam kehidupan bermasyarkat,
berbangsa dan bernegara.
a. Nilai ketakwaan
Manusia yang bertakwa adalah manusia yang melaksanakan perintah-perintah Tuhan serta
menjahi semua larangan-Nya. Ia taat melaksanakan ibadah, selalu berbuat amal kebaikan,
menjaga hubungan baik dengan tetangga, gemar bersedekah dan jujur. Selain itu selalu
menjauhka diri dari perbuatan dosa dan tercela, misalnya berjudi, memfitnah, mencuri dan
minum minuman keras.
b. Nilai toleransi
Bhinneka tunggal ika adalah semboyan Negara Indonesia, sehingga muncul sikap menghargai
dan menghormati atas perbedaan yang ada dalam masyarkat. Dalam kehidupan beragama,
bangsa Indonesia menganut agama dan keyakinan yang berbeda-beda, agar terpeliharanya
hidup rukun dan damai dlam pergaulan hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, maka
perlu dikembangkan nilai toleransi, yaitu sutau sikap menahan diri, sabar, lapang dada diatas
terhadap orang lain dalam menjalankan ajaran agamanya dan kepercayaannya. Hal ini sudah
menjadi suatu nilai yang diterapkan dalam pergaulan bermasyarakat di berbagai wilayah
nusantara semenjak dahulu, sehingga sudah menjadi karakter. Toleransi diwujudkan dalam
masyarakat demi terciptanya kerukunan, yaitu kemauan hidup bersama dengan berdampingan
secara damai, tertib dla masyarkat, bangsa dan Negara.
d. Nilai persatuan
Penempatan persatuan, kesatuan dan kepentingan serta keselamatan bangsa dan Negara di atas
kepentingan pribadi dan golongan. Persatuan dan kesatuan diekmbangkan dengan memajukan
peraulan atas dasar Bhinneka Tunggal Ika. Persatuan Indonesia sering disebut dengan rasa
kebangsaan atau nasionalisme Indonesia berdasarkan pada nilai-nilai Pancasila, khususnya sila
ketiga Persatuan Indonesia. Berdasarkan nilai persatuan, melahirkan nilai cinta tanah air, yaitu
kerelaan berkorban demi bangsa dan Negara. Nilai ini sudah menjadi karakter bangsa Indonesia
dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa.
e. Nilai keikhlasan dan kejujuran
Keikhlasan dan kejujuran menimbulkan sikap dan tindakan setia secara sadar dipaksa berbuat
sesuai dengan hati nuraninya tanpa pamrih. Keikhlasan dan kejujuran menurut ajaran agama
adlah bersedia secara sadar mematuhi dan melaksanakan ajaran atau perintah Tuhan serta
menjauhi larangan-larangan-Nya. Bila dikaitkan dengan hokum, keikhlasan dan kejujuran kan
menimbulkan sikap dan perbuatan mematuhi perintah dan menghindari larangan-larangan
hokum. Berbuat ikhlas dan jujur dpat untuk peribadi, untuk masyarakat atau semua manusia
dan juga bangsa dan Negara.
f. Kedisiplinan
Disiplin mempunyai arti ketaatan atau kepatuhan pada peraturan. Kedisiplinan merupakan
kepatuhan pada peraturan perundang-undangan, kaidah-kaidah, norma-norma dan hokum yang
berlaku. Dengan demikian, masyarkat Indonesia sudah memiliki kebiasaan untuk menaati
berbagai, peraturan yang berlaku. Apakah peraturan itu dibuat oleh pemerintah atau Negara
maupun peraturan adat istiadat yang sudah berkembang dalam kehidupan masyarakat.
h. Nilai keserasian
Pada dasarnya kesejahteraan dan kebahagiaan hidup manusia akan dapat dicapai apabila
terdapat keserasian hubungan antara dirinya denga Tuhan Yang Maha Esa, hubungan dirinya
dengan orang lain serta hubungan dirinya dengan lingkungan alam sekitarnya. Keserasian
hubungan anatara hak dan kewajiban dlam berbagai kehidupan.
i. Nilai kesetiaan
Nilai kesetiaan adlah suatu sikap mental yang dilandasi oleh rasa cinta sehingga siap membela
dan reka berkorban. Dalam perjuangan bangs untuk memperoleh kemerdekaan dan perjuangan
menentang penjajahan para pahlawan, kita diliputi dengan semangat kesetiaan yang sangat
tinggi sehingga berhasil mewujudkan cita-cita, khususnya cia-cita menjadi suatu Negara yang
merdeka. Seperti rela berkorban atas jiwa raga serta hartanya.
k. Nilai kesederhaan
Hidup sederhana adalah hidup yang bersahaja, secara material yang digunakan seperlunya dan
tidak berlebihan. Kesederhaan adalah sikap mental yang rendah hati dan bersifat sosial., tingkah laku
atau penampilan serta tutur kata selalu bersahaja. Sikap sederhana ini merupakan karakter dari para
pejuang bangsa untuk mewujudkan kemerdekaan, serta mengisi kemerdekaan itu sendiri.
l. Nilai kerjasama
Kerja sama sudah menjadi ciri khas dari masyarakat Indonesia yang ditampilkan dalam berbagai
kehidupan di daerah-daerah, dimulai dari lingkungan keluarga, masyarakat dan bangsa serta negara.
Kerja sama dalam berbagai kehidupan bagi manusia adalah mutlak, karena manusia secara kodrati
adalah makhluk sosial.
n. Nilai musyawarah
Dalam mengambil keputusan mengangkut kepentingan umum rakyat Indonesia di berbagai
daerah, terlebih dahulu melakukan musyawarah. Menjalan musyawarah dalam menyeselesaikan
masalah bersama telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Indonsesia, setelah keputusan
disepakati secara bersama-sama barulah dilaksanakan dengan penuh rasa tanggungjawab. Nilai
musyawarah inilah yang menjadi akar demokrasi Indonesia yang membedakan antara demokrasi
diberbagai negara lain.
Globalisasi merupakan suatu proses meletakkan dunia dibawah satu unit yang sama
tanpa dibatasi oleh kedudukan geograi suatu negara. Melalui proses ini dunia tidak lagi mempunyai
perbatasan dengan ruang udara dan terbuka luas untuk dimasuki oleh berbagai informasi yang
disalurkan melalui media komunikasi, seperti internet, media elektronik dan teknologi cyber.
Perkembangan ini memungkinkan hubungan antara sebuah negara dengan negara lain dan hubungan
sesama manusia dilakukan secara singkat.
Sebagai kekuatan penggerak dari globalisasi, menurut James Petra, adalah negara-
negara imperial pusat, perusahaan multinasional dan bank-bank dengan dukungan lembaga-lembaga
keungan internasional. Negara menjadi motor penggerak globalisasi karena ia memiliki kekuasaan
dalam mengatur formulasi strategis globalisasi, alokasi sumber daya ekonomi pada aktor-aktor global.
Kapan globalisas terjadi? Globalisasi terjadi ketika ditetapkannya formasi sosial global
baru dengan ditandai oleh diberlakukannya secara global suatu mekanisme perdagangan melalui
penciptaan kebijakan perdagangan bebas (free-trade), yakni dengan berhasilnya ditandatanganinya
kesepakatan internasional tentang perdagangan pada bulan April 1994 di Maroko.
Globalisasi liberal telah membangun pandangan bahwa negara telah melemah di hadapan
globalisasi. Negara tidak lagi mampu berperan di lingkungan global untuk memberikan kesejahteraan
kepada masyarakat, karena lingkungan global, modal dan perusahaan-perusahaan globalah yang
mampu beraktifitas secara tidak terbatas. Pandangan ini dikemukakan oleh Kenichi Ohmae, yang
menyatakan bahwa negara bangsa tidak lagi mempunyai kemampuan untuk terlibat dalam
perekonomian global karena pola pikirnya yang lebih menekankan kepada kepentingan nasional.
Kepentingan nasional dari negara adalah sesuatu yang telah merosot, menurut Ohmae, negara-bangsa
yang masih menjalankan kebijakan berdasarkan kepentingan nasional mengalami pertumbuhan
ekonomi yang rendah, seperti Australia. Kegagalan lain dari negara-bangsa adalah ketidakmampuannya
dalam mengontrol aktor-aktor ekonomi non-negara dan modal yang berada di dalam wilayahnya. Ketika
negara-bangsa mengeluarkan kebijakan dan aktivitas yang dirasakan akan membahayakan kedudukan
modal, mereka dengan begitu mudah memindahkan investasinya ke negara lain yang menguntungkan
akibat berlangsungnya sistem ekonomi global.
Peran negara-bangsa sebetulnya masih ada dalam era global, yaitu membuat kebijakan
perpajakan (pajak bertarif rendah), sehingga negara masih memiliki kesempatan untuk
mensejahterakan rakyatnya melalui kebijakan-kebijakan yang populis. Tidak selamanya perusahaan
global akan memberikan kesejahteraan kepada rakyat, seperti contoh berikut ini.
• Privatisasi sektor air yang terjadi di Bolivia, akibatnya banyak masyarakat kehilangan akses
terhadap air bersih. Kondisi ini berakhir dengan terjadinya prote besar-besaran terhadap
kebijakan tersebut yang berakhir dengan diusirnya perusahaan swasta penyedia jasa air
tersebut.
• Di Inggris, privatisasi air telah menyebabkan ribuan penduduk tidak dapat membayar tagihan
yang melonjak hingga 450% semenjak privatisasi yang dilakukan semasa pemerintah Perdana
Menteri Margaret Thatcher berkuasa, sebagai hasilnya penyakit disentri mewabah di
masyarakat.
Globalisasi juga mempunyai dampak terhadap kekuasaan suatu negara. Proses globalisasi dering
mempengaruhi pergeseran kekuasaan yang tidak selalu mendukung mereka yang berkuasa. Tuntutan
transparansi dan keterbukaan telah mempengaruhi efektifitas kekuasaan yang sering mempengaruhi
terjadinya pergeseran kekuasaan. Kebijakan menghadapi r=terorisme menuntut koordinasi karena
pengaruh globalisasi dari terorisme.
Krisis kekuasaan negara telah mendorong proses desentralisasi kekuasaan negara. Dalam politik
kebudayaan terhadap suatu kecenderungan ke arah demokrasi liberal. Sektor-sektor yang tradisional
semula dikuasai oleh negara semakin diambil alih oleh sektor swasta, seperti dalam bidang keamanan
yang semula oleh pemerintah beralih kepada satpam sebagai penjaga keamanan dikantor-kantor atau
perumahan ekslusif (mewah). Dalam politik internasional, dengan munculnya organisasi-organisasi,
seperti PBB, WTO, IMF, dan lain-lain, merupakan contoh dari munculya unit-unit politik supranasional
yang dikaitkan dengan ide atau konsep pemerintah global (global governance).
Pancasila harus menjadi kerangka kognitif dalam identifikasi diri sebagai bangsa
Pancasila sebagai landasan pembangunan nasional
Pancasila merupakan arah pembangunan nasional
Pancasila merupakan etos pembangunan nasional
Pancasila sebagai moral pembangunan
a.pengembangan ideology
Peranan dan kedudukan Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegaram yaitu :
b.pengembangan politik
Dakam usaha membangun kehidupan politik, maka beberapa unsur yang perlu dikembangkan dan
ditingkatkan adalah sebagai berikut :
Demokrasi sebagai system pemerintahan, meliputi rakyat sebagai pendukung kekuasaan dan
pemerintah sebagai pembuat kebijakan.
Demokrasi sebagai kebudayaan politik, melakukan perubahan melalui proses budaya
tradisional patrimordial kepada cara berpikir rasional objektif yg dapat memperkuat
kemandirian bagi setiap warga negara
Demokrasi sebagai struktur organisasi, badan-badan dalam pemerintahan demokrasi harus
dapat melaksanakan fungsi dan peranannya
d. pengembangan ekonomi
Pengembangan dan peningkatan mutu sumber daya manusia (SDM) terdiri atas beberapa kriteria
kualitas SDM yang dibutuhkan adalah sebagai berikut:
e. pengembangan Hankam
Perwujudab cita-cita bangsa dalam tingkat ketahanan nasional yang terjabar sebagai berikut :
Secara sangat ditentukan oleh kesadaran, ketaatan, serta kesiapan individu untuk mengamalkan
Pancasila. Sikap dan tingkah laku seseorang sangat menentukan terlaksanannya nilai-nilai Pancasila
yang sesungguhnya dalam segala aspek kehidupan.
2 Tridarma perguruan tinggi
Sesuai dengan tujuan perguruan tinggi sebagaimana dinyatakan dalam PP No. 30 tahun 1990
tentang perguruan tinggi , ialah perguruan tinggi bertujuan menyiapkan peserta didik menjadi anggota
masyarakat yang memiliki kemampuan menciptakan ilmu pengetahuan teknologi dan/ atau kesenian,
mengembangkan dan menvebarluaskan ilmu pengetahuan, dan kesenian serta menyumbangkan untuk
meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan memperkaya kehidupan nasional. Oleh karena itu,
untuk mencapai tujuan tersebut perguruan tinggi memilik motto yang dikenal "Tri Dharma Perguruan
Tinggi", yaitu pendidikan, penelitian dan pengabdian.
Pelaksanaan misi perguruan tinggi dengan Tri Dharma itu tidaklah mudah, karena perjalanan
perguruan tinggi Indonesia sejak kemerdekaan menurut Hafid Habbas (2000) bahwa hampir semua
perguruan tinggi yang dibangun berorientasi pada pelayanan (service oriented), yang merupakan
teaching university, perguruan tinggi menghasilkan lulusan (sarjana) melayani masyarakat dan kurang
mampu dalam mengembangkan ilmunya. Dengan demikian, perguruan tinggi Indonesia masih dalam
misinya sebagai research (penelitian). Begitu pula dengan unsur pengabdian masyarakat masih jauh
tertinggal karena masih banyak perguruan tinggi yang belum memahami pentingnya unsur pengabdian
masyarakat. Apabila perguruan mamperhatikan unsur penelitian dan pengabdian masyarakat menurut
Prof. Thoby mutis, Rektor Univ. Trisakti (Media Indonesia 11 Maret 2000), hasilnya juga akan dinikmati
perguruan tinggi itu sendiri, selain itu secara langsung maupun tidak lagsung mahasiswa dapat
mengajak masyarakat untuk ikut aktif berpartisipasi dalam pembangunan sebab bagaimanapun
paradigma pembangunan daerah harus mengarah kepada masyarakat Begitu juga pendapat Prof. Jajah
Koswara, Direktur Pembinaan Perehtian dan Pengabdian Masyarakat, Dikti, Depdikbud (Republika 4
Nov.2000), menilai pelaksanaan pengabdian pada masyarakat yang dilaksanakan perguruan tinggi
selama inj, masih belum banyak bermanfaat bagi upaya pengembangan potensi masyarakat, hal ini
terjadi karena program-program pengabdian masyarakat yang dilaksanakan masih bersifat parsial dan
tidak bersinergi dengan program pembangunan yang dilaksanakan pemerintah setempat.
Perguruan tjnggi (universitas) adaJah tempat pertemuan utama dari berbagai kelompok
merupakan sjmbol dan kenyataan, Sebagai simbolis karena di dalam sector modern perguruan tinggi
dianggap sebagai Lembaga paling modern dan pembaruan. Tempat yang nyata karena ia merupakan
satu tempat di mana berangkat para intelektual, apakah mereka masih mahasiswa atau sudah menjadi
dosen. Universitas ialah sebuah pusat dengan peranannya menghasilkan pemimpin yang cocok di masa
kini dan modernisasi.
Pada awalnya universitas merupakan “gagasan impor”. Bahkan di Indonesia univeritas
merupakan sebuah gabungan antara “puing-puing colonial” dengan pengaruh Amerika. Percampuran
sosio-budaya barat dengan Indonesia. Perguruaan tinggi di Indonesia telah mempunyai moto dengan
tiga fungsi , Yaitu “tridarma perguruan tinggi” pendidikan, penelitian dan pengabdian.
Perguruan tinggi merupakan tempat melakukan eksperimen dan sekaligus menjadi sebuah
prototipe dari masyarakat Indonesia di masa depan. Sebagai tempat eksperimen perguruan tinggi
mencoba meleburkan semua suku, etnis, dan bercampurnya kebudayaan dan agama, sehingga
berfungsi dalam menangkal munculnya disintegrasi bangsa. Dengan memiliki berbagai sifat, maka
perguruan tinggi sebagai sumber kekuatan moral karena dia memiliki satu referensi, sebuah contoh
yang dapat ditiru. Namun, karena tujuan utamanya adalah ingin mengungkapkan kebenaran ilmiah dan
etika, maka orang berharap kepada perguruan tinggi untuk bersikap rasional – objektifdalam melihat
sesuatu masalah. Meskipun perguruan tinggi aktif dalam perubahan, ia juga mengawasi, menilai, dan
mengkritik perubahan itu. Oleh karena itu, perguruan tinggi adalah sebuah alat dikontrol masyarakat
dengan tetap terpeliharanya kebebasan akademis terutama dari campur tangan penguasa ( Railion
1989).
Dalam teori bahwa perguruan tinggi ialah agen utama dari pembaruan dalam kehidupan
bernegara, seperti dalam proses pembentukan pemerintahan orde baru tahun 1970-an di mana
peranan nyata yang telah dimainkan kalangan perguruan tinggi dalam menegakan dan orientasi para
penguasa baru. Para dosen dengan bagi pemerintahan orde baru. Hampir semua teknokrat diambil dari
kalangan perguruan Mewakili perguruan tinggi dalam tubuh kekuasan, para dosen yang telah menjadi
menteri berfungsi sebagai penghubung antara kekuasaan denean mahasiswa. Perguruan tinggi
mengorganisir dan menjadi tempat seminar temu karya, simposium secara teratur, di mana saling
bertemu kelompok militer, teknokrat, dan mahasiswa. Tema pembicaraan tentang perubahan sosial
modernisasi dan pembangunan ekonomi.
3. Budaya akademik
a. Pemahaman
Akademik berasal dari academia, yaitu sekolah yang diadakan Plato (Pranaka,
1985:370). Kemudian berubah menjadi istilah akademi yang berkaitan dengan
proses belajar-mengajar, sebagai tempat dilakukan kegiatan mengembangkan
intelektual. Isålah akademi selanjutnya mencakup pengertian kegiatan intelaktual
vang Fersifat refleksif, kritis, dan sistematis.
Dalam kaitannya dengan nilai-nilai Pancasila ruang lingkup pemikiran
akademik menurut Pranarka (1985:37-375) adalah sebagai berikut.
Pertama, pengolahan ilmiah mengenai Pancasila, adanya atau eksistensi objektif
Pancasila, Pancasila sebagai data empiris, yaitu sebagai ideologi, dasar negara, dan sumber hukum yang
terjadi di dalam sejarah. Sasaran ini dilakukan dengan perelusuran ilmiah terutama dengan
menggunakan disiplin sejarah.
Kedua, mengungkapkan ajaran yang terkandung dalam Pancasila, yaitu mempelajari
fakor-hktor objekåf yang membentuk adanya Pancasila itu. Penelusurannya dilakukan dengan
pendekatan disiplin ilmu kebudayaan, termasuk di dalamnya ethnologi, ar±hropoloé, sosiologi, hukum,
bahasa, dan ilmu kenegaraan. Dengan menggali fakior-faktor yang ikut membentuk perkembangan
pemikiran mengenai Pancasila, dapat pula diungkapkan isi maupun fungsi Pancasila secara analitis.
Dengan demikian, dapat diungkapkan ajaran-ajaran yang terkandung di dalam Pancasila.
Ketiga, renungan refleksif dan sistematis mengenai Pancasila yang sifatnya diolah dengan
keyakinan-keyakinan pribadi mengenai kebenaran-kebenaran yang sifatnya mendasar. Jenis
pendekatan ketiga ini adalah kegiatan intelektual yang dilakukan dalam rangka filsafat atau teologi.
Perbedaannya adalah teologi renungan fundamental mengenaj Pancasila dilaksanakan berdasarkan
kepada wahyu yang diimani, sedangkan dalam filsafat renungan mendasar mengenai Pancasila
dilaksanakzn atas dasar keyakinan pemikiran dan pengalaman manusiawi.
Keempat, studi perbandingan ajaran Pancasila dengan ajaran lain. Kegiatan
ini dapat dilakukan dalam rangka pemikiran filosofi, teologi, atau kegiatan ilmiah. Namun masing-
masing mempunyai metodologinya sendiri. Studi perbandingan ini mempunyai persyaratan yang
banyak. Ajaran – ajaran Pancasila maupun ajaran lain diselami terlebih dahulu, dan baru kemudian
dibandingkan. Didalam studi seperti ini masing – masing ajaran berkedudukan sebagai normans et
normata satu dengan yang lain.
Kelima, pengolahan ilimiah mengenai pelaksanaan Pancasila, Yaitu masalah pelaksanaan dalam
kaitan dengan pemikiran akademis itu. Baik ilmu filsafat ataupun teologi dapat mempunyai focus
kepada ruang lingkup pelaksanaan praktis.
b. Kebebasan akademik
Istilah kebebasan akademik menurut Mochtar Buchari (19595) digunakan sebagai padanan dari
konsep inggris academic freedom , yang menurut Arthur Lovejoy adalah kebebasan seorang guru atau
seorang peneliti di Lembaga pengembangan ilmu untuk mengkaji serta membahas persoalan yang
terdapat dalam bidangnya, serta mengutarakan kesimpulan-kesimpulannya, baik melalui penerbitan
maupun melalui perkuliahan kepada mahasiswanya, tanpa campur tangan dari penguasa politik atau
keagamaan.
Suasana ilmiah yang terdapat di perguruan tinggi agak berbeda dengan diluar perguruan tinggi,
karena kehidupan ilmiah memerlukan suatu kebebasan, yaitu kebebasan meneliti, kebebasan menulis,
dan kebebasan mengajar, yang semuanya diselsut kebebasan akadetnik. Watak ilmiah suatu perguruan
tinggi menurut Ntochtar Buchari (1995) dapat disamakan dengan kepribadian atau yaitu individualitas
yang diperlihatkan oleh keseluruhan Ferilaku orang tadi. Jadi, watak ilmiah suatu perguruan tinggi ialah
individualitas atau cit-i khas ilnüah yang diperlihatkan oleh suatu perguruan tinggi melalui
segenap kegiatan ilmiahnya, seperti dalam perkuliahan-perkuliahannya, seminar seminarnya
penelitiaan-pehelitiannya, dan publikasinya.
Bagi masyarakat luas di luar perguruan tinggi, citra tentang watak ilmiah ini ditentukan oleh
segenap kegiatan perguruan tinggi yang secara langsung dapat dilihat oleh masyarakat, seperti
pengabdian masyarakat, seminar terbuka, dan inilah suatu perguruan tinggi ditentukan oleh
kepatuhannya kepada kaidah kaidah ilmiah dalam melakssanakan ketiga fungsinya, yaitu pendidikan,
dan pengabdian kepada masyarakat. Sesuai dengan ketentuan yang dinyatakan dalam PP No. 30 Tahun
1990 tentang Pendidikan Tinggi menegaskan kebebasan akademik dan otonomi keilmuan, antara
lain sebagai berikut.
1) Kebebasan ademik merupakan kebebasan yang dimiliki anggota akademik untuk
secara bertanggung jawab dan mandiri melaksanakan kegiatan akademik yang terkait dengan
pendidikan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
2) kebebasan mimbar akademik berlaku sebagai bagian dari kebebasan akademik
yang memungkinkan dosen menyampaikan pikiran dan pendapat di perguruan
yang bersangkutan sesuai dengan norma dan kaidah keilmuan.
3) otonomi keilmuan merupakan kegiatan keilmuan yang berpedoman pada
norma dan kaidah keilmuan yang harus ditaati oleh para anggota sivitas akademik.
258-259
E Masyarakat Madani
Apabila dilihat dari kehidupan politik, secara sederhana sistem politik mandi
adalah sistem politik berperadaban (civilized) dalam pelaksanaannya adalah sistem
politik demokratis berdasarkan saling mengawasi dan mengimbangi kekuasaan
check and balance) antara negara (state) dan masyarakat social), berkeadilan
260-261
2 Masyarakat madani dan demokratisasi
profesional; dan
hk memilih dan dipilih bagi kaum perempuan seCara popunm dan
pemungutan suara dalam pemilihan umum dilakukn sa
Good governance
262-263
a
e Pardims anD
asas yaitu
permintaan pasar dunia, dan
bagaimana globalisasi terjadi? Ade pemys pr nge e
ajuan teknologi atau revolusi neom
ka kapitals
Jemgan dukungan lembaga-lembaga keuangan esin
warga-negara imperial pusat perusahaan makanan dan bkb
Sebagai kekuatan penggerak dari globa
motor penggerak globalisasi karena ia meil ln
Evaluasi strategis globalisasi, alekas sumbes Gays éoso ada
E Globalisasi
2 Proses globalisasi
Di Indonesia ketiga peradaban itu ada semua dalam masyarakat, walau pun
sebagian besar ada pada peradaban agraris dan industri Peradaban masa depan
ialah masyarakat informasi, yaitu peradaban di mana jasa informasi sudah menjadi
komoditas utama dan interaksi antar manusia sudah berbasis teknologi informasi
dan komunikasi. Dewasa ini bagi masyarakat yang telah memasuki peradaban ini
pun telah mempersiapkan diri untuk memasuki peradaban masyarakat berbasis
pengetahuan (knowledge based society)
Masyarakat informasi sudah menglobal yang dirancang bersama-sama oleh
negara-negara di dunia. Konferensi tingkat tinggi masyarakat informasi (World
Summit on the Information Society (WSIS)) tahun 2003, telah menyusun rencana
aksi bagi tiap negara, antara lain agar semua sekolah universitas, perpustakaan,
lembaga pemerintah dan rumah sakit sudah terhubung dalam jaringan teknologi
informasi dan komunikasi pada tahun 2015. Pada saat yang sama, 50% penduduk
dunia sudah dapat mengaksesnya.
Definisi masyarakat informasi menurut Rogers adalah mayoritas terdiri atas
para pekerja informasi, mencari nafkah dengan informasi. Kegiatan utamanya
adalah mengumpulkan, mengolah, memproduksi, mendistribusikan informasi
serta menciptakan teknologi informasi Kegiatan teknologi komunikasi diharapkan
akan mampu mengkoordinir dan mengaitkan berbagai aspek kegiatan manusia
dalam suatu jaringan pelayanan terpadu.
Hampir semua bangsa di dunia saling berlomba menguasai teknologi
informasi dan komunikasi untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakatnya
serta menggunakan teknologi tersebut untuk menciptakan keunggulan kompetitif
bangsa Teknologi informasi dan komunikasi memiliki tiga peranan pokok dalam
pembangunan bangsa, yaitu sebagai berikut.
Sebagai alat dalam mengoptimalkan proses penbangunan, deigan imemberia
dukungan terhadap manajemen dan pelayanan kepada masyanicat
ratiormasi yang menghubungk.an semua institua dan daerah di eunh masatara
Sebagai perekat persatuan dan kesatuan bangsa, mlals pengemabgantms
Produk teknologi informasi dan komunikasi merupakan komoditas yg sademgs
perorangan, dunia usaha dan bahkan negara dalam beruk davis
komoditas ekonomi lainnya yang mampu memberkan pentingkata perdiapatan k
dalaman Materi
Jelaskan arti paradigma!
Jawablah pertanyaan berikut dalam kertas kerja Anda?
2 Apakah yang dimaksud dengan Pancasila sebagai paradigma pembanganan
IPTEK?
3Bagaimanakah usaha kita dalam mengembangkan ideologi Pancasila
pengembangkan politik?
Bagaimanakah cara kita mengembangkan Pancasila sebagai paradigma
Ada tiga aspek demokrasi. Jelaskan!
paradigma pembangunan berdasarkan Pancasila?
Bagaimanakah usaha kita dalam mengembangkan sosial-budaya sebagai
Pancasila?
Bagaimanakah pengembangan ekonomi.sebagai paradigma pembangunan
Dalam wawasan Pancasila sebagai paradigma baru dalam pembangunan
Hankam. Bagaimanakah konsepnya?
30 tahun 19902
Bagaimanakah sejarah perkembangan kampus sebagai tempat berlangsungnya
proses budaya akademik?
16. Apakah mampu dan tepat kampus sebagai moral foroe" dalam pembarngunan?
Jelaskan pendapat Anda!
17. Bagaimanakah hubungan kampus dengan politik? Manakah yang kuat
tarikannya? Jelaskan pendapat Anda!
Sebagai alat dalam mengoptimalkan proses penbangunan, deigan imemberia
dukungan terhadap manajemen dan pelayanan kepada masyanicat
ratiormasi yang menghubungk.an semua institua dan daerah di eunh masatara
Sebagai perekat persatuan dan kesatuan bangsa, mlals pengemabgantms
Produk teknologi informasi dan komunikasi merupakan komoditas yg sademgs
perorangan, dunia usaha dan bahkan negara dalam beruk davis
komoditas ekonomi lainnya yang mampu memberkan pentingkata perdiapatan k
dalaman Materi
Jelaskan arti paradigma!
Jawablah pertanyaan berikut dalam kertas kerja Anda?
2 Apakah yang dimaksud dengan Pancasila sebagai paradigma pembanganan
IPTEK?
3Bagaimanakah usaha kita dalam mengembangkan ideologi Pancasila
pengembangkan politik?
Bagaimanakah cara kita mengembangkan Pancasila sebagai paradigma
Ada tiga aspek demokrasi. Jelaskan!
paradigma pembangunan berdasarkan Pancasila?
Bagaimanakah usaha kita dalam mengembangkan sosial-budaya sebagai
Pancasila?
Bagaimanakah pengembangan ekonomi.sebagai paradigma pembangunan
Dalam wawasan Pancasila sebagai paradigma baru dalam pembangunan
Hankam. Bagaimanakah konsepnya?
30 tahun 19902
Bagaimanakah sejarah perkembangan kampus sebagai tempat berlangsungnya
proses budaya akademik?
16. Apakah mampu dan tepat kampus sebagai moral foroe" dalam pembarngunan?
Jelaskan pendapat Anda!
17. Bagaimanakah hubungan kampus dengan politik? Manakah yang kuat
tarikannya? Jelaskan pendapat Anda!
perkembangannya dan dampaknya dalam budaya akademik
18 Pemahkah kampus dimasuki oleh birokrasi pemerintahan? Bagaimanakah
Ada beberapa hal pokok dalam pembangunan hukum. Jelaskan
pendapat dari para ahli?
3 Apakah yang dimaksud masyarakat madani? Kemukakanlah beberapa