Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Industri olahraga merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam
perkembangan ekonomi suatau negara. Di berbagai negara industri maju dan
modern seperti di Amerika, Inggris, Jerman, Prancis, Italia, Korea dan China,
olahraga telah menjadi industri unggulan sebagai pemasok devisa negara. Selain
itu olahraga juga dirancang sebagai industri modern berskala global. Dalam
membangun karakter bangsa, olahraga sudah menjadi identitas industri yang
memiliki nilai tambah yang signifikan. Di Indonesia perkembangan industri
olahraga masih memerlukan peran serta dari masyarakat dalam mewujudkan
olahraga yang berprestasi dengan dukungan industri olahraga dalam negeri.

Olah raga badminton merupakan salah satu olah raga yang digemari oleh
masyarakat Surakarta, hal ini dapat dilihat dari banyaknya tempat untuk bermain
badminton. Olah raga ini juga sering dilakukan oleh masyarakat umum tanpa
harus datang ke gedung olah raga, hal ini terjadi karena kemudahan dalam
memainkanya baik dari segi peralatanya yang tidak terlalu mahal dan untuk
memainkanya tidak membutuhkan tempat yang luas.

Shuttlecock merupakan salah satu sarana prasarana yang sangat diperlukan


oleh bulutangkis terlebih shuttlecock digunakan untuk berbagai event
pertandingan dan untuk latihan. Shuttlecock yang digunakan haruslah shuttlecock
yang memiliki kualitas yang baik. Saat ini industri shuttlecock telah menjamur
baik diluar negeri maupun didalam negeri. Brand shuttlecock paling populer dan
dikenal dunia sudah pasti RSL, namun sering perkembangan bulutangkis yang
makin populer Yonex mengikuti jejak RSL. Brand shuttlecock Victor pun
digadang sebagai salah satu yang terbaik, dan memang ketiga merek tersebut
sering digunakan dalam ajang kejuaraan dunia. Keberhasilan dari brand
shuttlecock ternama tersebut tidak terlepas dari apa saja faktor pendukung dan
penghambat untuk industri shuttlecock sehingga mereka dapat berhasil membuat

1|Page
shuttlecock yang terbaik dan juga dapat digunakan di event-event bergengsi.
Sebagai olahraga yang populer dimasyarakat, permintaan akan shuttlecock terus
meningkat karena sifatnya yang habis sekali pakai.

B. Rumusan Masalah
a. Apa itu industri olahraga? Serta bagiamana pola pengembangan dan
strategi pengembangan pada industri olahraga?
b. Bagaimana industri shuttlecock di Indonesia?
c. Apa saja faktor pendukung untuk industri shuttlecock?
d. Apa saja faktor penghambat untuk industri shuttlecock?

2|Page
BAB II
PEMBAHASAN
A. Industri Olahraga

Menurut Pitts; Fielding, and Miller (1994) industri olahraga adalah “setiap
produk, barang, servis, tempat, orang-orang dengan pemikiran yang ditawarkan
pada publik berkaitan dengan olahraga. Dikutip dari pernyataan Nuryadi (2010:
10); Sport Industry adalah sebuah industri yang menciptakan nilai tambah dengan
memproduksi dan menyediakan olahraga yang berkaitan dengan peralatan dan
layanan. Sport marketing adalah penerapan spesifik prinsip dan proses pemasaran
kepada produk olahraga dan untuk memasarkan produk nirlaba olahraga melalui
asosiasi dengan olahraga.

Jika kita mengamati profil usaha industri olahraga di Indonesia, mereka


dalam operasionalnya menghadapi masalah pokok:

1. Masalah permodalan. Untuk masalah modal para pengusaha


dalam menjalankan usahanya belum mengenal dan
memanfaatkan lembaga perbankan. Selain itu para pengusaha
industri olahraga (kecil) sulit untuk memperoleh kredit dari
bank swasta.
2. Lemah dalam memperoleh peluang pasar dan memperbesar
pangsa pasar. Umumnya usaha industri olahraga memperoleh
pasar dengan cara-cara pasif. Mereka mengandalkan kekuatan
promosi personel selling yaitu komunikasi antar personal.
3. Keterbatasan pemanfaatan dan penguasaan teknologi. Hal ini
disebabkan karena lemahnya sumber daya manusia dalam
menyerap ilmu pengetahuan dan teknologi.
4. Masalah strategi pemasaran produk merupakan salah satu
kendala besar bagi industri olahraga yang kecil untuk masuk
pasar bebas. Seringkali pemasaran produk industri olahraga
kecil harus melalui mata rantai.
5. Lemah dalam jaringan usaha dan kerja sama usaha.

3|Page
6. Kelemahan dalam mentalitas usaha dan kewirausahaan.
Umumnya industri olahraga yang masih kecil sedikit sekali
yang memiliki kreatifitas dan inovasi, kemandirian dan
semangat untuk maju.

Kondisi industri olahraga yang masih kecil sebagaimana disebutkan di atas


tentu saja sangat bertentangan dengan tuntutan arus pasar bebas. Pasar bebas
menuntut bisnis olahraga sekalipun kecil haruslah tangguh, mandiri, dinamis,
efisien, dan mampu membeikan produk yang berkualitas dan pelayanan yang
memuaskan. Untuk memperbaiki profil industri olahraga Indonesia dengan
berbagai masalah dan kelemahannya tersebut maka sangat dibutuhkan proses
pemberdayaan usaha industri olahraga. Pemberdayaan tersebut haruslah
menyentuh langsung pada keenam kelemahan di atas.

B. Pola Pengembangan Industri Olahraga

Sebelum kita beranjak membicarakan tentang hal tersebut diatas, ada


baiknya kita cermati tiga pola yang berkaitan dengan tumbuh kernbangnya
industri olahraga dibawah ini:

1. Di Indonesia terdapat adanya potensi pelaku olahraga dan berbagai ruang


lingkup/dimensi keolahragaan yang besar. Ini merupakan salah satu
keberhasilan program pemerintah untuk memasyarakatkan olahraga,
2. Terdapat tiga areal sellor bidang garapan yaitu olahraga pendidikan,
olahraga rekreasi dan olahraga prestasi, dan
3. Besarnya peluang tumbuh kembangnya industri di bidang olahraga.

Dari ketiga area bidang garapan tersebut diatas, maka industri olahraga
dapat menembus di berbagai segmen pasar. Disamping memilih dan melakukan
berbagai pendekatan untuk kesuksesan dalam bisnis olahraga, kiranya juga perlu
dibangun sebuah komunikasi yang baik dengan berbagai pihak. Dengan
komunikasi mampu memecahkan adanya sebuah konflik, sehingga akan
didapatkan konsep solusi yang lebih berkualitas, meskipun akan ada sebuah

4|Page
perubahan, namun perubahan tersebut mengarah ke yang lebih baik serta memberi
dampak kepada kemajuan bersama.

Industri olahraga memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1. Perhatian terus-menerus pada bisnis.


2. Merupakan bagian atau cabang bisnis.
3. Sesuatu yang mempekerjakan banyak tenaga kerja dan modal, yang
merupakan kegiatan yang nyata dari perdagangan (Webs1er’s New
Collegiate Dictionary).

Segmen industri olahraga sesuai dengan tipe produknya rnenurut Parks,


Zanger and Ouarterman,(1998) terdapat tiga segment yaitu:

a. Sport performance / penampilan olahraga, Segmen ini bermacam -


macam produk. seperti olahraga sekolah, perkumpulan kebugaran,
camp olahraga, olahraga professional, dan taman olahraga kota.
b. Sport Production / produksi olahraga, Segmen produksi olahraga ini
dapat diberikan contoh seperti bola basket, bola tennis, sepatu
olahraga, kolam renang, serta perlengkapan olahraga lainnya,
c. Sport Promotion / Promosi Olahraga. Segmen ini dapat berupa barang
dagangan seperti kaos, atau baju yang berlogo, media cetak dan
elektronika, sport marketing

C. Strategi Pengembangan Industri Olahraga

Didalam pembangunan industri olahraga di Indonesia perlu kiranya re-


orientasi program, beberapa hal tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Pengembangan budaya olahraga Budaya olahraga merupakan landasan


utama dalam pembangunan olahraga nasional. Budaya olahraga
merupakan sikap dan kebiasaan masyarakat untuk senang berolahraga
dan menjadikan olahraga sebagai gaya hidup sehat. Pengembangan

5|Page
budaya olahraga ini dapat dimulai dari lingkup individu dan keluarga
dengan cara memberikan apresiasi terhadap makna dan manfaat
olahraga bagi peningkatan kesehatan dan kualitas hidup.
2. Persaingan olahraga regional dan internasional Prestasi olahraga
nasional terus merosot di tingkat regional dan internasional. Kondisi
ini disebabkan lemahnya daya saing olahraga nasional dibandingkan
dengan negara-negara lain. Kebangkitan kekuatan baru dalam
olahraga, baik di tingkat ASEAN, Asia, maupun dunia sangat
berpengaruh terhadap posisi kekuatan olahraga Indonesia.
Perkembangan olahraga di Thailand, Malaysia, China, dan beberapa
negara pecahan Uni Soviet merupakan kekuatan-kekuatan yang
mempengaruhi keputusan pembinaan olahraga pada umumnya di
Indonesia.
3. Manajemen olahraga nasional Pendekatan integratif dalam penetapan
kebijakan yang memungkinkan pembinaan dan pengembangan
olahraga nasional secara harmonis, terpadu dan jangka panjang yang
didukung dengan sistem pendanaan dengan prinsip kecukupan dan
keberkelanjutan merupakan hal yang sangat penting dalam mendukung
keberhasilan pembangunan olahraga.
4. Sarana prasarana olahraga serta penerapan riset dan Iptek Penerapan
Iptek dalam pembinaan olahraga baik untuk meningkatan mutu proses
belajar-mengajar maupun pelatihan merupakan sebuah keniscayaan.
Mutu proses menjamin tercapainya hasil belajar dan prestasi olahraga
yang ditargetkan. Sulit dibayangkan pencapaian hasil belajar atau
prestasi tinggi tanpa pemanfaatan Iptek. Tersedianya dukungan Iptek
termasuk sarana laboratorium pengajaran dan pelatihan olahraga
sangat diperlukan dalam upaya peningkatan prestasi. Sebagai contoh,
keberhasilan prestasi olahraga negara lain seperti Australia dan China
diantaranya karena persoalan ini.
5. Sinkronisasi program antara; pemerintah, masyarakat, dan Swasta
Kebijakan-kebijakan olahraga yang diambil oleh Pemerintah sangat

6|Page
diperlukan dan masih dominan untuk kelancaran proses di lapangan,
seperti subsidi pembiayaan olahraga. Pihak masyarakat dan swasta
sebagai pelaksana di lapangan, akan berlindung di balik kebijakan
yang diputuskan pemerintah, sehingga dalam pelaksanaannya, pihak
masyarakat atau swasta dapat berkerja tenang dan aman. Pihak ketiga
pasar atau market, berkewajiban untuk memasyarakatkan atau
mepopulerkan olahraga di masyarakat, agar sektor olahraga tidak
hanya sebagai sector nonprofit tetapi juga profit dan dapat dijual ke
masyarakat.
6. Peran Perbankan Dalam Pengembangan Industri Olahraga Dalam hal
pembinaan, perbankan sebenarnya turut dapat berperan beberapa di
antaranya memiliki klub olahraga sendiri. Contohnya Bank BNI dan
Bank Sumsel di cabang bola voli, serta aktif mengikuti kompetisi dan
merekrut atlet-atlet berbakat. Sangat diharapkan, perbankan tidak
hanya berperan sebagai sponsor event atau suatu klub yang biasanya
dimaksudkan juga sebagai upaya promosi, tetapi bisa masuk lagi lebih
dalam.

Industri olahraga bisa dibagi menjadi dua, yaitu olahraganya sendiri serta
pendukungnya. Olahraganya bisa berupa event atau cabangnya, sedangkan
pendukungnya cukup banyak. Beberapa faktor pendukungnya antara lain media
massa baik elektronik maupun cetak; peralatan olahraga, periklanan, jasa
persewaan arena, pernak-pernik atau merchandise, dan masih banyak lagi. Jumlah
bank yang beroperasi di Tanah Air pada saat ini sekitar 120. Kalau saja masing-
masing mau masuk dan menjalankan perannya sesuai dengan kemampuan, kita
optimistis dunia olahraga nasional akan kembali bergairah (Suara Merdeka online
29-9-2012).

D. Arah dan Perioritas Pengembangan Industri Olahraga

Fokus Industri Mikro Keolahragaan Beberapa kategori yang menjadi fokus


pengembangan industri mikro keolahragaan antara lain:

7|Page
1. Produk pakaian dan alat-alat olahraga Pengembangan produk
kreatif pakaian olahraga dan berbagai peralatan olahraga
pendidikan, olahraga rekreasi dan olahraga prestasi yang
berstandar nasional dan internasional. Produk pakaian dan
peralatan olahraga ini adalah untuk memenuhi kebutuhan
pendidikan, pemusatan latihan atlet, klubklub olahraga, kebutuhan
masyarakat, kebutuhan pasar lokal, domestik, dan internasional.
2. Event-event kejuaraan olahraga Mengembangkan berbagai event
kejuaraan olahraga pada kategori olympic games, berbagai
kejuaraan/kompetisi, dan festival olahraga rekreasi termasuk
olahraga masyarakat dan olahraga tradisional, olahraga ekstrim,
termasuk adventure sport, yang diintergrasikan dengan gelar
kesenian, kebudayaan tradisional, kesenian kontemporer, potensi
sumber daya alam, dan promosi pariwisata.
3. Pemasaran industri olahraga Pengembangan konsultansi olahraga,
penumbuhan klub-klub olahraga, penumbuhan media informasi
dan komunikasi olahraga, memacu kegiatan promosi, dan
pemasaran industri olahraga di dalam dan luar negeri.
4. Meningkatkan kapasitas kemampuan pelaku industri olahraga Dari
perspektif ekonomi, pengembangan industri olahraga diarahkan
untuk mempercepat penanggulangan pengangguran, membuka
peluang kesempatan kerja dan usaha bagi wirausaha muda di
pedesaan dan perkotaan.
E. Beberapa permasalahan industri olahraga

Berikut ini merupakan permasalahan yang sering terjadi pada industri olahraga
yaitu :

1. Masalah permodalan,
2. Lemah dalam memperoleh peluang pasar dan memperbesar pangsa
pasar,
3. Keterbatasan pemanfaatan dan penguasaan teknologi.

8|Page
4. Masalah strategi pemasaran produk merupakan salah satu kendala
besar bagi industri olahraga yang kecil untuk masuk pasar bebas,
5. Lemah dalam jaringan usaha dan kerja sama usaha.

F. Industri Shuttlecock
a. Shuttlecock

Kok atau bola bulutangkis (bahasa Inggris: Shuttlecock) adalah bola yang
digunakan dalam olahraga bulu tangkis, terbuat dari rangkaian bulu angsa yang
disusun membentuk kerucut terbuka, dengan pangkal berbentuk setengah bola
yang terbuat dari gabus. Kata kok diadaptasi dari bahasa Inggris cock yang berarti
ayam jantan (sebelum menggunakan bulu angsa, kok dibuat dari bulu ayam).
Namun karena kata cockjuga memiliki arti konotasi yang negatif maka dalam
bahasa Inggris kok disebut sebagai shuttlecock, mengingat pergerakannya yang
bolak-balik di dalam lapangan.

 Karakteristik Standart Shuttlecock

Menurut hukum bulutangkis yang dikeluarkan oleh badan federasi bulu tangkis
dunia (BWF), kok shuttlecock mempunyai karakteristik sebagai berikut:

1. Kok harus memiliki 16 buah bulu.


2. Semua bulu harus memiliki panjang yang sama yaitu antara 62 mm dan 70
mm.
3. Ujung dari bulu-bulu harus membentuk lingkaran dengan panjang
diameter antara 58 mm dan 68 mm.
4. Semua bulu harus tergabung menjadi satu kesatuan yang kuat.
5. Pangkal kok yang berbentuk setengah bola harus memiliki panjang
diameter antara 25 mm dan 28 mm.
6. Berat kok seluruhnya harus antara 4,47 gram dan 5,50 gram
 Standart Ukuran, Berat dan Bahan Shuttlecock

Bulu tangkis adalah cabang olahraga yang dipertandingkan di tingkat


nasional dan internasional. Oleh karena itu, di butuhkan peralatan yang memenuhi

9|Page
standard an kelayakan untuk di pakai. Standar dan kelayakan juga di tekankan
pada Shuttlecock. Baik induk organisasi bulu tangkis nasional amupun
internasional telah menentukan standar-standar ukuran untuk shuttlecock.

Menurut standar yang di keluarkan oleh badan federasi bulu tangkis dunia atau
BWF, kok mempunyai karakteristik sebagai berikut:

1. Bahan

Menurut standar BWF, kok di buat dari bulu angsa putih yang di tancapkan
pada sebuah bola dari bahan busa karet.Bulu angsa dipilih karena lebih baik di
bandingkan jenis bulu lainnya.

2. Jumlah Bulu

Kok standar internasional memiliki 16 bulu angsa yang menancap dan


mengelilingi bola karet. Jumlah 16 bulu ini dimaksudkan agar shuttlecock lebih
simetris dan dapat memiliki daya kecepatan yang cepat namun stabil saat
melambung.

3. Panjang Bulu

Standar panjang bulu kok harus sama yaitu antara 62 mm dan 70 mm.

4. Ukuran

Ujung dari bulu-bulu harus membentuk lingkaran dengan panjang diameter


antara 58 mm dan 68 mm.

5. Semua bulu harus tergabung menjadi satu kesatuan yang kuat.


6. Diameter

Pangkal kok yang berbentuk setengah bola harus memiliki panjang di ameter
antara 25 mm dan 28 mm.

7. Berat

Standar kok seluruhnya harus antara 4,47 gram dan 5,50 gram

10 | P a g e
b. Industri Shuttlecock

Industri olah raga di Indonesia begitu potensial, dan juga pentingnya


mengembangkan industri olahraga nasional. Dalam UU SKN dijelaskan bahwa
industri olahraga adalah kegiatan bisnis bidang olahraga dalam bentuk produk
barang dan atau jasa. Industri olahraga dapat berbentuk prasarana dan sarana yang
diproduksi, diperjualbelikan, dan atau disewakan untuk masyarakat. Industri
olahraga juga dapat berbentuk jasa penjualan kegiatan cabang olahraga sebagai
produk utama yang dikemas secara profesional. Olahraga badminton atau
bulutangkis dikenal luas sebagai olahraga paling populer di negeri ini. Salah satu
komponen utama dari bulutangkis yaitu shuttlecock. Sebagai olahraga yang
populer dimasyarakat, permintaan akan shuttlecock terus meningkat karena
sifatnya yang habis sekali pakai.

Shuttlecock atau yang sering kita singkat “kok” diproduksi bukan hanya
di China namun juga di Indonesia. Kualitas produksi di Indonesia meski tak
sebaik kualitas China namun masih bisa diperhitungkan sebagai Shuttlecock
pilihan terbaik yang terjangkau. Indonesia memiliki banyak perusahaan
Shuttlecock namun sayang bahan seperti bulu itik yang bagus harus diimpor dari
China, padahal bulu tersebut kebanyakan sudah dipilah yang terbaiknya, sehingga
bisa dikatakan yang datang ke Indonesia merupakan bahan yang bagus namun
bukan terbaik. Begitupula dengan gabus sebagai kepala cock pun diimpor dari
Taiwan atau China. Produksi di Indonesia kebanyakan di daerah Jawa Timur dan
Jawa Tengah seperti di Surabaya, Tegal, Solo, Nganjuk dan Malang.

 Proses Produksi Shuttlecock

Proses produksi shuttlecock diawali dengan pemilihan bahan baku yang


dapat diimpor atau membeli dari penjual lokal, bahan baku shuttlecock yaitu bulu
yang akan digunakan. Untuk kualitas biasa, bulu yang digunakan adalah bulu
ayam, namun untuk kelas super yang banyak digunakan untuk kejuaraan
menggunakan bulu angsa yang relatif lebih mahal harganya. Bulu tersebut dipilah
menjadi kualitas 1 dan 2. Proses ini untuk menentukan kualitas dan harga jual

11 | P a g e
setelah jadi. Setelah dipilih kemudian bulu dipotong sesuai dengan ukuran
standart shuttlecock. Bulu hasil potongan kemudian dicuci untuk menghilangkan
kotoran yang masih menempel. Berikutnya setelah dijemur, bulu mulai
ditancapkan pada kepala shuttlecock atau disebut juga dop, kemudian selanjutnya
dijahit dan di lem. Proses ini cukup rumit dan memerlukan keahlian khusus
karena berkaitan dengan penentuan kualitas shuttlecock dalam hal kecepatan
putaran dan akurasi saat dipukul. Selanjutnya adalah proses akhir yaitu
pengeleman dop/ memberikan label dan pengemasan.

Setelah di produksi, shuttlecock masuk di bagian pemasaran, bagian ini


ada kegiatan distribusi yang memasarkan shuttlecock melalui pemasaran langsung
(konsumen datang) atau dijual melalui reseller, dan juga promosi iklan pada
social media instagram, facebook, twitter, radio dll. Kemudian dari hasil produksi
ini mendapatkan keuntungan dari konsumen dan timbal balik dari sponsor.

G. Faktor Pendukung Industri Shuttlecock

Untuk kelangsungan kegiatan industri shuttlecock, diperlukan beberapa faktor


pendukung seperti berikut :

1. Tersedianya bahan baku seperti bulu, dan gabus untuk kepala kok yang
mudah didapat dengan kualitas yang cukup bagus.
2. Karena bulutangkis termasuk olahraga yang diminati oleh masyarakat dan
shuttlecock merupakan komponen utama dalam bulutangkis maka
permintaan produksi dari shutllecock akan banyak.
3. Kerjasama dengan berbagai pihak seperti toko olahraga, club bulutangkis
atau dengan suatu event yang akan diadakan.
4. Tersedianya tenaga kerja dengan jumlah dan standar kualitas yang sesuai
dengan kebutuhan. Di Indonesia cukup banyak peminat untuk mendaftar
pekerjaan.

12 | P a g e
H. Faktor Penghambat Industri Shuttlecock

Berikut beberapa faktor penghambat kelancaran kegiatan industri shuttlecock,


antara lain :

1. Kekurangan Modal
2. Tidak menggunakan bantuan teknologi tebaru / Infrastruktur kurang
memadai.
3. Pemasaran yang kurang
4. Bahan baku bulu dengan kualitas super sangat bergantung dengan ekspor
5. Banyak pesaing indutri shuttlecock karenan industri ini sudah menjamur di
Indonesia .

13 | P a g e
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan : Olahraga badminton atau bulutangkis dikenal luas sebagai olahraga


paling populer di negeri ini. Salah satu komponen utama dari bulutangkis yaitu
shuttlecock. Sebagai olahraga yang populer dimasyarakat, permintaan akan
shuttlecock terus meningkat karena sifatnya yang habis sekali pakai, untuk itu
industri shuttlecock sangat diperlukan dengan peminat permintaan shuttlecock
yang cukup tinggi. Terlepas dari permintaan akan produksi shuttlecock yang
cukup tinggi tentu ada beberapa faktor pendukung dan penghambat bagi
kelancaran proses produksi tersebut yang harus dianalisis dan dipertimbangkan
sehingga proses kegiatan produksi shuttlecock dapat berjalan dengan lancar sesuai
dengan semestinya.

14 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

Pendaki Daengaco.2016. https://www.scribd.com/document/369899932/Makalah-


Industri-Olahraga (Diakses Pada : 16 Maret 2019)
B.Priyono. 2012.
https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/miki/article/download/2651/2719
(Diakses Pada : 16 Maret 2019)
Anonim. 2016. “Produksi Shuttlecock”
http://produksishutlecock.blogspot.com/2016/04/produksi-shutltecock.html
(Diakses Pada : 16 Maret 2019)

15 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai