Anda di halaman 1dari 14

Analisis Struktur, Perilaku, dan Kinerja …

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, DAN KINERJA


INDUSTRI TEPUNG TERIGU DI INDONESIA

Cila Apriande1) dan Arief Daryanto2)


1,2)
Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor
1)
cila_apriande88@yahoo.com

ABSTRACT
Flour is one of important crop commodity for Indonesian people. However, government
interventions lead the formation of monopoli structure and capital accumulation. The purpose
of the research is to analyze the structure, behavior and market performance of Indonesian
flour industry. Structure-Conduct-Performance model is used to analyze the industry. The
result shows that the industry structure is tight oligopoly where tight competition occurs
among few big players. CR4 index is 76.3 percent and Hirchman-Herfindal Index is 3731.12.
Price, as conduct indicator, is regulated by Flour Industry Association (Aptindo) with regards
of international price and cost of transportation. Industry performance is inefficient or
constable (either one or both) based on 10.75 PCM index. Government intervention is
required to prevent market control by big players.
Keyword(s) : flour industry, government intervention, structure-conduct-performance.

ABSTRAK
Tepung terigu merupakan salah satu komoditi pangan penting bagi masyarakat Indonesia.
Namun adanya intervensi pemerintah dalam industri ini menyebabkan terbentuknya struktur
monopoli dan akumulasi modal. Tujuan penelitian ini adalah menjelaskan struktur, perilaku,
dan kinerja pasar dari industri tepung terigu di Indonesia. Analisis dilakukan dengan model
Stucture-Conduct-Performance. Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur industri tepung
terigu adalah struktur pasar oligopoli ketat (tight oligopoly) dimana terdapat persaingan ketat
antara beberapa perusahaan besar. Hal ini dapat dilihat dari nilai rasio konsentrasi empat
perusahaan besar (CR4) di atas 60 persen yaitu 76,3 persen dan Hirschman-Herfindahl Index
(HHI) di atas 1.800 yaitu 3.731,12. Penetapan harga sebagai indikator bentuk perilaku pasar
ditentukan oleh Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (Aptindo) dengan mem-
pertimbangkan harga gandum internasional dan biaya pengangkutan. Kinerja pasar dari
industri dinilai masih inefisiensi atau contestable market (salah satu atau keduanya) dilihat dari
nilai PCM 10,75 persen. Kebijakan pemerintah dibutuhkan untuk mencegah terjadinya
penguasaan pasar oleh perusahaan besar.
Kata Kunci : kebijakan pemerintah, kinerja industri tepung terigu, struktur perilaku kinerja.

PENDAHULUAN Industri penggilingan gandum menjadi


Tepung terigu merupakan salah satu tepung telah berdiri sejak 200 tahun yang
sumber karbohidrat dan menjadi salah lalu di Hungaria dan Jerman (Bogasari
satu komoditi pangan penting bagi Flour Mills, 2011).
masyarakat Indonesia. Sehingga, per- Sebagai industri yang berada dalam
kembangan industri ini pun menjadi subsistem pengolahan, industri ini
penting dalam perekonomian Indonesia. memiliki hubungan yang erat dengan
107
Cila Apriande dan Arief Daryanto

industri hulu (backward) dan hilir industri hilirnya (forward integration/


(forward). Industri ini telah lama downstream integration).
mendapatkan proteksi dari pemerintah Subsidi terhadap industri ini pun
karena merupakan salah satu industri menjadi salah satu faktor pemicu
yang dinilai strategis. Sejak pendirian terjadinya akumulasi modal, karena
industri ini pada tahun 1979, pemerintah keuntungan yang didapat sangat besar.
melakukan intervensi terhadap hampir di Akumulasi modal ini kemudian akan
setiap aspek dari industri tepung terigu. diinvestasikan untuk bidang-bidang lain.
Intervensi yang dilakukan sebagai Hal ini akan menimbulkan ekspansi
berikut (Nursantiyah, 2009): konglomerasi di Indonesia.
1. Pemerintah menetapkan harga Sebelum tahun 1971, Indonesia
gandum yang akan diproses oleh mengimpor seluruh kebutuhan tepung
industri itu lebih rendah dari harga terigu. Namun, akibat sering terjadi
impor (landed import process) yang penurunan kualitas maka pada tahun
sebenarnya. 1971, didirikan perusahaan penggilingan
2. Pemerintah menetapkan harga jual terigu pertama yaitu PT Bogasari Flour
produk industri ini lebih tinggi dari Mills. Bersama dengan pendirian
harga impor yang sebenarnya. Bogasari tersebut maka dimulailah
3. Distribusi tepung terigu diatur industri tepung terigu di Indonesia.
secara ketat oleh pemerintah Pabrik Bogasari di Tanjung Priok,
melalui Bulog sebagai satu-satunya Jakarta mulai beroperasi pada tanggal 29
lembaga distributor. November 1971. Setahun kemudian,
Adanya restriksi investasi baru yaitu tanggal 10 Juli 1972 diresmikan
dalam industri tepung terigu telah Pabrik Bogasari di Tanjung Perak,
memberikan monopoli kepada Bogasari Surabaya. Hingga saat ini Bogasari
dalam industri ini. Monopoli yang memiliki dua pabrik yang berlokasi di
tercipta di industri tepung terigu ini tentu Jakarta dan Surabaya dengan total
akan berdampak pada industri pengguna kapasitas produksi sebesar 3,2 juta ton
tepung terigu sebagai input utamanya. 60 per tahun.Bogasari sebagai perusahaan
persen pengguna tepung terigu adalah terbesar melakukan banyak inovasi
industri mie (Aptindo, 2011). Hal ini dalam upaya mengembangkan pasar.
memberikan insentif kepada kedua Berikut merupakan daftar perusahaan
industri untuk melakukan kerjasama. dalam industri tepung terigu di Indonesia
Kerjasama ini dikenal dengan integrasi dapat dilihat pada Tabel 1.
vertikal, dimana sebuah industri Tujuan dari penelitian ini adalah
melakukan kerjasama baik dengan berusaha untuk menjelaskan struktur,
industri hulunya (backward integration/ perilaku, dan kinerja industri tepung
upstream integration) atau dengan terigu di Indonesia.

108
Analisis Struktur, Perilaku, dan Kinerja …

Tabel 1. Daftar Perusahaan dalam Industri Tepung Terigu Indonesia


No Perusahaan Lokasi
1 PT. Indofood Sukses Makmur BOGASARI FM Jakarta & Surabaya
2 PT. Eastern Pearl FM Makasar
3 PT. Sriboga Ratu Raya Semarang
4 PT. Fugui Flour & Grain Indonesia Gresik
5 PT. Pangan Mas Inti Persada. Cilacap
6 PT. Purnomo Sejati Sidoarjo
7 PT. Asia Raya Sidoarjo
8 PT. Jakaranatama Medan
9 PT. Berkat Indah Gemilang Tangerang
10 PT. Pakindo Jaya Perkasa Sidoarjo
11 PT. Pundi Kencana Cilegon
12 PT. Lumbung Nasional Cibitung
13 PT. Cerestar Flour Mills Cilegon
14 PT. Halim Sejahtera Medan
Sumber : Aptindo, 2009

METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam HASIL DAN PEMBAHASAN
penelitian bersifat explanatory asosiatif Market Definition
(penjelasan hubungan asosiatif) yang 1. Karakteristik Produk
dapat berbentuk hubungan simetris Produk yang ditawarkan dalam
antara struktur, perilaku, dan kinerja industri ini yaitu berupa tepung terigu
pasar. Selain itu, hubungan sebab akibat yang merupakan hasil pengolahan
dan timbal balik antara struktur, gandum. Bila dilihat dari segi kegunaan
perilaku, dan kinerja pasar. Model yang produk ini cenderung homogen. Namun,
digunakan dalam analisis adalah model bila dinilai dari segi industri, terdapat
organisasi industri structure-conduct- kegiatan diferensiasi yang dilakukan
performance (model SCP). oleh perusahaan-perusahaan incumbent
Penelitian menggunakan data berupa pemberian merek pada setiap
sekunder yang didapat dari hasil produk yang dihasilkan oleh perusahaan
penelitian lainnya dan data atau literatur yang ada dalam industri tepung terigu.
dari lembaga terkait seperti Asosiasi
Produsen Tepung Terigu Indonesia 2. Industri Bagian Hulu (up stream)
(APTINDO), Kementerian Perdagangan, dan Industri Bagian Hilir (down
Kementerian Perindustrian. Data yang stream)
sudah ada kemudian diolah dan 2.1. Up stream industries
dianalisis. Pengolahan data berupa Industri tepung terigu merupakan
tabulasi dengan menggunakan Microsoft industri yang mengolah gandum menjadi
excel. tepung yang siap digunakan ataupun
disimpan. Bahan baku dalam industri ini
merupakan gandum yang diimpor dari

109
Cila Apriande dan Arief Daryanto

negara lain. Kewenangan untuk meng- bidang tekstil di Majalaya untuk


impor gandum ini hanya dimiliki oleh membuat karung sebagai kemasan
Bulog saja. Sebagai importir tunggal tepung terigu.
kemudian Bulog menyerahkan gandum-
nya kepada pihak swasta atau pabrik 2.1. Down stream industries
untuk menggiling gandum tersebut Hasil penggilingan gandum berupa
menjadi tepung terigu dan pihak swasta tepung terigu yang sudah dikembalikan
akan mendapatkan ongkos giling dari ke Bulog kemudian akan didistribusikan
Bulog. Setelah digiling seluruh produksi ke konsumen melalui distributor.
hasil penggilingan tersebut dikembalikan Konsumen dari industri tepung terigu ini
ke Bulog yang kemudian akan di- bermacam-macam. Industri pengguna
distribusikan melalui distributor. tepung terigu dibagi ke dalam dua
Sedangkan industri lain yang kelompok yaitu industri besar dan
produknya menjadi salah satu input yang modern serta industri kecil dan
penting bagi industri tepung terigu menengah (UKM). Berikut merupakan
adalah industri kemasan. Pada awal struktur pasar pengguna tepung terigu di
tahun 1981, Bogasari melakukan Indonesia dapat dilihat pada Gambar 1.
kemitraan dengan pengusaha kecil

Sumber : Aptindo, 2011

Gambar 1. Struktur Pasar Pengguna Tepung Terigu di Indonesia

110
Analisis Struktur, Perilaku, dan Kinerja …

Berdasarkan Gambar 1, terdapat pengguna tepung terigu terbesar adalah


200 perusahaan dalam industri besar dan industri mie dengan total persentase
modern atau sekitar 32 persen konsumsi adalah 60 persen. Sedangkan sisanya
nasional. Dalam industri UKM terdapat adalah industri roti dan kue, industri
30.000 UKM atau setara dengan 68 rumah tangga, serta industri biskuit dan
persen konsumsi nasional. Pengguna snack dengan masing-masing persentase
tepung terigu yang telah dikelompokkan adalah 20 persen, 10 persen, dan 10
menjadi dua tersebut kemudian men- persen.
distribusikan melalui perantara berupa
distributor, grosir, dan toko untuk 3. Produk Substitusi dan
kelompok industri besar dan modern. Komplementer
Sedangkan kelompok UKM, didistribusi- Seperti industri pada umumnya,
kan melalui toko, warung, penjaja, dan industri tepung terigu memiliki produk
gerobak. Perantara ini akan mendistri- substitusi dan produk komplementer.
busikan tepung terigu ke konsumen baik Produk substitusi merupakan produk
konsumen akhir maupun konsumen yang memiliki kegunaan relatif sama
antara (industri) yang menggunakan sehingga bersifat saling menggantikan.
tepung terigu sebagai bahan baku untuk Produk tersebut antara lain tepung beras,
produk yang akan dijual. Persentase tepung tapioka, tepung maizena, tepung
pengguna tepung masing-masing industri ubi jalar, dan lain sebagainya.
dapat dilihat pada Gambar 2. Sedangkan produk komplementer
Berdasarkan Gambar 2, pengguna adalah produk yang digunakan secara
tepung terigu terbanyak yaitu wet noodle bersamaan untuk melengkapi tepung
and small industries dengan persentase terigu. Produk tersebut antara lain telur,
sebesar 32 persen dari total pengguna gula, minyak, dan lain sebagainya.
tepung terigu. Secara kesuluruhan,

Sumber : Aptindo, 2011

Gambar 2. Pasar Terigu Atas Dasar produk Akhir

111
Cila Apriande dan Arief Daryanto

Struktur Biaya masyarakat berpendapatan sedang, terigu


Hingga saat ini ada 14 perusahaan dan turunannya bersifat unitary elastic,
di dalam industri tepung terigu. dimana proporsi perubahan permintaan
Berdasarkan Tabel 2, terlihat bahwa sama dengan perubahan harganya. Hasil
biaya terbesar yang dikeluarkan dalam penelitian yang dilakukan oleh
industri tepung terigu adalah biaya untuk Mauludyani (2008) menemukan elastisi-
penyediaan bahan baku dan penolong. tas permintaan tepung terigu dan turu-
Hal ini diduga terjadi karena pasokan nannya berdasarkan kelompok pendapat-
bahan baku berasal dari negara lain an. Masyarakat diklasifikasikan menjadi
(impor). Besar biaya tersebut adalah tiga kelompok yaitu pendapatan rendah,
88,07 persen dari total biaya yang arus pendapatan sedang, dan pendapatan ting-
dikeluarkan. Sedangkan biaya yang lain gi yang masing-masing elastisitas per-
hanya sebesar 0,07 hingga 6,38 persen. mintaannya terhadap terigu dan turunan-
nya adalah -1,04; -1,00; dan -1,32.
Tabel 2. Struktur Biaya Industri Secara konsisten hasil penelitian juga
Tepung Terigu Tahun 2008 menyebutkan bahwa pada seluruh
Input Jumlah Persentase
(ribu Rp) (%)
kategori wilayah (nasional, kota, dan
Bahan Baku 18.304.140.732 88,07 desa) beras bersifat subsitusi terhadap
dan Penolong terigu dan turunannya. Sedangkan hasil
Bahan bakar, 1.138.578.114 5,48
tenaga listrik,
penelitian Rachman (2001) dalam
dan gas Mauludyani (2008) menemukan bahwa
Sewa gedung 14.252.270 0,07 elatisitas harga mie terhadap terigu
Pengeluaran 1.326.464.989 6,38
lain adalah sebesar -1,15. Perubahan per-
Jumlah 20.783.436.105 100 mintaan terigu dan turunannya akibat
Sumber : Kemendag, 2008 perubahan harga pangan lain secara
umum lebih elastis di kota dan pada
Besarnya biaya yang harus dikeluar- kelompok berpendapatan tinggi. Pen-
kan dalam memproduksi tepung terigu, dapatan yang meningkat cenderung akan
maka modal yang harus dimiliki meningkatkan permintaan terhadap
perusahaan untuk bermain dalam industri terigu dan turunannya.
juga besar. Hal ini akan menciptakan
hambatan masuk (entry barrier) bagi Struktur Pasar
perusahaan yang akan masuk dalam 1. Pangsa Pasar
industri. Pada tahun 2009, Bogasari memiliki
pangsa pasar terbesar dalam industri
Elastisitas Permintaan Tepung Terigu tepung terigu. Berikut merupakan pangsa
Permintaan terigu dan turunannya pasar yang dimiliki masing-masing
elastis terhadap harganya, kecuali di perusahaan dalam industri tepung terigu
kota. Diduga karena tepung terigu telah dapat dilihat pada Gambar 3.
menjadi kebutuhan pokok oleh masyara-
kat yang tinggal di kota. Pada kelompok

112
Analisis Struktur, Perilaku, dan Kinerja …

Sumber : Aptindo, 2011

Gambar 3. Pangsa Pasar Perusahaan-Perusahaan dalam Industri Tepung


Terigu Tahun 2009

Berdasarkan Gambar 3, dapat Tabel 3. Pangsa Pasar Masing-


dilihat bahwa Bogasari memiliki pangsa masing Perusahaan di
pasar sebesar 57,3 persen yang Industri Tepung Terigu
merupakan pangsa pasar terbesar dalam Tahun 2009
industri tepung terigu. Sedangkan posisi Pangsa
No Perusahaan
Pasar (%)
kedua ditempati oleh PT Eastern Pearl 1 PT Bogasari Flour Mills, 57,3
Flour Mills atau dulu dikenal dengan Jakarta&Surabaya
nama PT Berdikari Sari Utama Flour 2 PT Eastern Pearl Flour 10,3
Mills
Mills dengan pangsa pasar sebesar yaitu 3 PT Sriboga Raturaya, 5,5
10,3 persen. Selanjutnya secara berturut- Makassar
turut yaitu PT Sriboga, PT Panganmas, 4 PT Panganmas Inti Persad 3,2
5 PT Pundi Kencana 0,4
PT Pundi Kencana yang masing-masing 6 Lainnya 7,8
pangsa pasarnya adalah 5,5 persen, 3,2 7 Impor 15,5
persen, dan 0,4 persen. Sedangkan 7,8 Sumber : Aptindo, 2011
persen oleh perusahaan lainnya dan 15,5
persen adalah impor. Berdasarkan Tabel 3, dapat
dihitung nilai CR4 untuk industri
2. Konsentrasi Pasar tepung terigu adalah sebesar 76,3
 Concentration Ratio (CR) persen. Dengan perhitungannya
Rasio ini dapat dihitung dengan sebagai berikut:
menjumlahkan pangsa pasar setiap
perusahaan CR. CR4 merupakan CR4 = 57,3% + 10,3 % + 5,5% +
penjumlahan empat perusahaan 3,2%
dengan pangsa pasar terbesar. = 76,3%

113
Cila Apriande dan Arief Daryanto

 Hirschman-Herfindahl Index (HHI) perusahaan untuk investasi dalam


Pengukuran konsentrasi pasar industri tepung terigu, karena industri
juga dapat dilakukan dengan tepung terigu masuk ke dalam Daftar
menggunakan perhitungan Hirsch- Negatif Investasi (DNI). Investasi hanya
man-Herfindahl Index (HHI). dapat dilakukan oleh pihak-pihak ter-
Besarnya HHI sangat sensitif tentu saja. Namun, pemerintah akhirnya
terhadap andil perusahaan yang mengeluarkan industri tepung terigu dari
terbesar, karena semakin kecil andil DNI melalui kebijakan Paket Juni
yang diberikan oleh suatu (Pakjun) 1995. Sehingga hambatan
perusahaan, maka nilai kuadrat berupa DNI pun terhapuskan (Alistair,
pangsa pasarnya semakin kurang 2004). Faktor penghambat investasi
berarti dalam indeks ini (Alistair, lainnya adalah kebijakan yang meng-
2004). Berikut nilai HHI industri haruskan perusahaan untuk mengekspor
tepung terigu pada tahun 2009, 65 persen dari total produksinya ke luar
dengan perhitungan sebagai berikut: negeri. Namun, saat ini kebijakan
tersebut telah dihapuskan.
HHI = 57,32 + 10,32 + 5,52 + 3,22 + Selain itu, yang menjadi peng-
0,42 + 7,82 + 15,52 hambat adalah adanya perusahaan domi-
= 3.731,12 nan yang sangat menguasai pasar. Nilai
skala efisiensi minimum (MES) rata-rata
Berdasarkan nilai CR4 dan
dari tahun 1998-2002 yang dihitung oleh
HHI yang masing-masing bernilai
Alistair (2004) adalah sebesar 45,39
76,3 persen dan 3.731,12,
persen. Dengan kata lain, pelaku baru
perusahaan besar tepung terigu yang
setidaknya menghasilkan rata-rata output
ada di Indonesia sangat mengusai
minimal 45,39 dari total output tepung
pasar. Maka dapat dikatakan bahwa
terigu lokal di Indonesia. Jika tidak
industri tepung terigu sangat
dilakukan, maka pesaing baru tersebut
terkonsentrasi pada perusahaan
akan menanggung biaya unit yang lebih
besar yang ada di dalamnya.
besar dan tidak akan sanggup untuk
Struktur pasar industri tepung terigu
bersaing dengan perusahaan-perusahaan
di Indonesia memilki karakteristik
pesaing incumbent.
oligopoli ketat (tight oligopoly)
Oleh karena itu, perusahaan harus
karena nilai CR4 di atas 60 persen
ditunjang dengan kapasitas pabrik yang
dan HHI di atas 1.800 (Shepherd,
besar serta fasilitas yang memadai dan
1990).
modal yang besar pula. Hal inilah yang
3. Hambatan Masuk Pasar menjadi salah satu penghambat masuk-
Sebelum dicabutnya hak monopoli nya perusahaan baru dalam industri
Bulog atas industri tepung terigu, tepung terigu. Berikut merupakan nilai
Bogasari menguasai pasar penggilingan investasi yang dimiliki perusahaan-
tepung terigu. Kebijakan pemerintah perusahaan dalam industri tepung terigu
pada saat itu menghambat perusahaan- pada Tabel 4.

114
Analisis Struktur, Perilaku, dan Kinerja …

Tabel 4. Total Investasi Industri dibandingkan secara langsung dengan


Terigu Nasional 2007 karena angka tersebut masih
Tenaga Nilai Aset bersifat sementara. Menurunnya utilisasi
Perusahaan Kerja (milyar
(orang) rupiah) kapasitas mengindikasikan kinerja pasar
Bogasari Flour 2.600 9.500 yang semakin optimal.
Mills (Jakarta &
Surabaya)
Eastern Pearl 787 1.500 Tabel 5. Utlisasi Kapasitas Produksi
Flour Mills Tepung Terigu Tahun 2006-
(Makassar) 2008
Sriboga Raturaya 600 560
Kapasitas Utilisasi
(Semarang) Produksi
Tahun Produksi Kapasitas
Panganmas Inti 300 340 (ton)
(ton) (%)
Persada (Cilacap)
2006 4.728.600 3.049.947 35.5
Perusahaan 1.000 1.000
2007 4.998.600 3.329.068 33.4
lainnya/Pendatang
2008* 4.998.600 2.142.363 57,1
baru
TOTAL 5.287 12.900 Ket. : *angka sementara sampai triwulan II tahun 2008
Sumber : Kemenperin, 2011 (diolah)
Sumber : Aptindo, 2011 (diolah)

4. Entry and Exit Process


Faktor lain yang menjadi hambatan
Pada awalnya, hanya terdapat satu
terhadap masuknya perusahaan-
perusahaan di dalam industri tepung
perusahaan baru yaitu utilisasi kapasitas
terigu yaitu PT Bogasari, kemudian pada
produksi perusahaan-perusahaan incum-
tahun 1982 berdiri perusahaan PT
bent. Dimana produsen hanya meng-
Berdikari yang sekarang dikenal dengan
gunakan sebagian kapasitas produksinya
nama PT Eastern Pearl Flour Mills.
yang bertujuan untuk mencegah ter-
Hingga saat ini sudah terdapat 14
jadinya kelebihan penawaran di pasar.
perusahaan di dalam industri tepung
Namun, Komisi Pengawas Persaingan
terigu. Berikut merupakan perkem-
Usaha (KPPU) menduga hal ini
bangan jumlah perusahaan yang berada
dilakukan untuk menghadang masuknya
dalam industri ini.
pesaing-pesaing baru. Pada saat pesaing-
pesaing baru ingin memasuki pasar
Tabel 6. Jumlah Perusahaan Tepung
tepung terigu, para perusahaan incum-
Terigu di Indonesia Menurut
bent dapat meningkatkan utilisasi
Jenis Investasinya
kapasitas produksinya. Utilisasi kapasi- Jumlah
Lain-
tas yang terjadi dalam industri tepung Tahun Perusahaan
lain
Total
terigu dapat dilihat pada Tabel 5. PMDN PMA
1998 1 - 5 6
Berdasarkan Tabel 4, dapat dilihat 1999 3 - 5 8
bahwa utilisasi kapasitas semakin 2000 2 - 7 9
menurun walaupun penurunannya tidak 2001 5 - 5 10
2002 3 1 6 10
banyak. Penurunan yang terjadi pada 2003 3 1 2 6
tahun 2007 adalah sebesar 2,1 persen. Sumber : Tasliah, 2006
Sedangkan untuk tahun 2008 tidak dapat

115
Cila Apriande dan Arief Daryanto

Perilaku Pasar Berdasarkan Gambar 4, terlihat


1. Strategi Harga dan Produk bahwa harga cenderung stabil. Walaupun
Harga tepung terigu yang ditetapkan sempat mengalami kenaikan pada
sangat dipengaruhi oleh harga gandum di tanggal 27. Namun, kenaikan yang
pasar internasional. Hal ini dikarenakan terjadi tidak besar. Harga masih berada
Indonesia mengimpor gandum dari pada kisaran Rp 7.550 – Rp 7.650
negara lain sebagai bahan baku. Dengan perkilogram.
struktur industri tepung terigu di Sejak deregulasi tahun 1998,
Indonesia yang merupakan struktur produsen tepung terigu bebas me-
perusahaan dominan, maka penetapan nentukan strategi dalam penjualan
harga yang dilakukan perusahaan besar tepung terigu. Selain itu masuknya
akan menimbulkan band wagon effect produk impor secara bebas, membuat
dimana perusahaan kecil akan mengikuti peredaran tepung terigu impor dari
langkah yang diambil perusahaan besar berbagai negara semakin banyak di pasar
tersebut. Hal ini akan mendorong dalam negeri. Oleh karena itu perusa-
terjadinya kepemimpinan harga yang haan lokal perlu melakukan berbagai
kolusif. strategi inovasi dan pengembangan
Biasanya penetapan harga akan produk. Pada awalnya, tepung terigu
didiskusikan terlebih dahulu oleh yang beredar di Indonesia hanya terdiri
anggota Aptindo (Asosiasi Produsen atas tiga merk dengan spesifikasi yang
Tepung Terigu Indonesia) dan yang hampir sama. Mulai tahun 1998,
menjadi faktor pertimbangan dalam produsen lokal melakukan inovasi
penetapan harga tepung terigu adalah produk dengan pertimbangan untuk
harga gandum di pasar internasional dan memenuhi kebutuhan pasar yang
biaya pengangkutan bahan baku semakin berkembang, mengantisipasi
gandum. Berikut merupakan perkem- strategi yang diambil pesaing, dan
bangan harga tepung terigu dapat dilihat meningkatkan utilisasi kapasitas mesin
pada Gambar 4. pabrik (Alistair, 2004).
Inovasi produk yang dilakukan
adalah dengan memproduksi tepung
terigu dalam berbagai spesifikasi dengan
kegunaan yang berbeda. Spesifikasi yang
dilakukan produsen tepung terigu terbagi
menjadi tiga kelompok. Berikut
merupakan merk dan spesifikasi tepung
terigu yang dimiliki perusahaan dalam
Sumber : Kemendag, 2011
industri tepung terigu dapat dilihat pada
Gambar 4. Perkembangan Harga Tabel 7.
Tepung Terigu Bulan Juni 2011

116
Analisis Struktur, Perilaku, dan Kinerja …

Tabel 7. Merk dan Spesikasi Tepung 2. Strategi Promosi


Terigu dari Masing-masing Struktur perusahaan yang dominan
Perusahaan dalam industri tepung terigu di Indonesia
Spesifikasi juga berpengaruh pada perilaku peru-
Produsen Protein Protein Protein
Tinggi Sedang Rendah sahaan terbesar dalam promosinya.
PT Cakra Segitiga Kunci Bogasari melakukan strategi promosi
Bogasari Kembar Biru, Biru,
Flour Mills Emas, Gunung Roda yang cenderung berbeda dari perusahaan
Kereta Bromo, Biru, lainnya. Salah satu strategi promosi yang
Kencana Segitiga Lencana
Emas, Merah, Merah, dilakukan Bogasari yaitu membentuk
Cakra Kastil, Semar, kemitraan dengan berbagai UKM yang
Kembar, Angsa Koki
Kereta Kembar, produknya berbasis tepung terigu. Selain
kencana Piramida,
Kendi
itu, kemitraan juga dilakukan dengan
PT. Eastern Gunung Kompas Gembok, usaha kecil di bidang tekstil untuk
Pearl Flour Gatot membuat karung terigu (Bogasari, 2011).
Mills Kaca
(EPFM) Strategi penjualan yang dilakukan
PT Sriboga Tali Mas Beruang Pita terhadap kemitraan UKM adalah dengan
Raturaya Biru, Naga Merah,
Biru Naga cara menerbitkan kartu keanggotaan bagi
Merah
PT Kantil Melati, Soka Raflesia
seluruh UKM yang berbasis tepung
Panganmas terigu. Keuntungan utama yang didapat-
Inti Persada
kan UKM adalah bantuan kredit
Sumber : Alistair, 2004
investasi. Sehingga, Bogasari dapat
menarik konsumen dari pihak UKM dan
Beragamnya merk yang ditawarkan mengembangkan sektor UKM. Strategi
Bogasari tentu saja dapat berpengaruh lainnya yang dinilai berhasil dilakukan
pada minat konsumen dalam memilih oleh Bogasari adalah pendirian baking
produk. Kemampuan ini tentu dipenga- center sebagai wadah untuk mengem-
ruhi oleh kemajuan penelitian, pengem- bangkan minat dan keterampilan dalam
bangan perusahaan, dan penguasaan bidang tata boga (Bogasari, 2011).
wilayah produksi di Jakarta dan
Surabaya. 3. Tindakan Integrasi Vertikal
Selain dengan beragamnya merk Dalam analisis perilaku pasar, hal
yang ditawarkan, strategi produk lain lain yang perlu diamati adalah apakah
yang digunakan yaitu perusahaan terdapat tindakan vertikal perusahaan
memproduksi terigu di luar merk-merk dalam industri dengan tujuan menguasai
di atas dengan spesifikasi khusus pasar. Dalam industri tepung terigu
berdasarkan pesanan pelanggan. Hal terdapat dugaan terjadinya monopoli
merupakan salah satu strategi dalam pasar yang dilakukan oleh Bogasari
memproduksi tepung terigu dan menarik sebagai perusahaan yang dominan.
pelanggan tetap. Monopoli pasar ini dilakukan pada
industri mie instan yang diproduksi oleh
PT Indofood Sukses Makmur, sehingga

117
Cila Apriande dan Arief Daryanto

menimbulkan persaingan yang tidak Berdasarkan data pada Tabel 8,


sehat. dapat dilihat bahwa efisiensi yang terjadi
Selama ini diperkirakan perusahaan di industri tepung terigu mengalami
melakukan captive market dimana peningkatan yang sangat kecil yaitu
Bogasari menjual tepung terigu kepada sebesar 0,008 persen. Namun, karena
Indofood dengan harga kesepakatan di data yang digunakan hanya dua tahun
bawah harga jual. Pada tahun 1995, sehingga kurang dapat melihat
terjadi akuisisi internal dalam Grup perkembangan efisiensi dari tahun ke
Salim dimana PT Indofood melakukan tahun.
akuisisi terhadap PT Bogasari sehingga Di samping PCM dan efisiensi-x,
terjadi integrasi vertikal dalam industri pengukuran kinerja dapat dilakukan
tepung terigu (Bogasari, 2011). dengan melihat utilitas kapasitas
produksi industri tepung terigu setiap
Kinerja Pasar tahunnya. Berdasarkan analisis kinerja
Salah satu indikator yang dapat pasar yang telah dikaji, nilai PCM dan
menunjukkan kinerja pasar adalah efisiensi-x dari industri tepung terigu
keuntungan yang diperoleh dalam suatu relatif rendah. Namun, nilai CR4 dan
industri. Pendekatan untuk mengukur HHI sangat tinggi, melebihi 60 persen
kinerja pasar salah satunya adalah dan di atas 1.800. Hal ini
dengan menggunakan Price-Cost mengindikasikan bahwa industri tepung
Margin (PCM) sebagai persentase terigu memiliki kondisi contestable
keuntungan dari kelebihan penerimaan market atau inefisiensi (dapat salah satu
atas biaya langsung. Nilai PCM pada atau keduanya) yang dapat menyebabkan
tahun 2009 yaitu 10,75 persen. Hal ini tingkat persaingan dalam industri yang
berarti industri tepung terigu menerima cukup rendah (Alistair, 2004).
keuntungan sebesar 10,75 persen dari
kelebihan penerimaan atas biaya KESIMPULAN DAN SARAN
langsung (Kemendag, 2008 diolah). Struktur pasar industri tepung terigu
cenderung oligopoli, dimana terdapat
Tabel 8. Efisiensi-x Industri Tepung satu perusahaan besar yang dominan.
Terigu di Indonesia Tahun Hal ini dilihat dari hasil pengukuran
2008-2009 konsentrasi pasar dengan menggunakan
2008 2009* CR4 dan HHI.
Nilai Tambah 499.032.479 746.340.079
(ribuan Rp)
Struktur pasar yang dominan dalam
Nilai Input 4.038.822.497 6.036.411.553 industri tepung terigu menyebabkan
(ribuan Rp) perilaku pasar yang terjadi dalam
Efisiensi-x 12,356 12,364
(%) industri ini cenderung mengikuti
Ket. : *angka sementara sampai triwulan II tahun 2009 perusahaan besar. Ini disebut dengan
Sumber : Kemenperin, 2011 (diolah)
band wagon effect dimana perusahaan
kecil akan mengikuti langkah yan
diambil perusahaan besar. Hal ini akan

118
Analisis Struktur, Perilaku, dan Kinerja …

mendorong terjadinya kepemimpinan DAFTAR PUSTAKA


harga yang kolusif.
Di dalam industri tepung terigu Alistair, Armytha. 2004. Analisis
diduga terjadi kecurangan yang pendekatan struktur-perilaku-
kinerja pada industri tepung terigu
dilakukan oleh PT Bogasari dengan PT
di Indonesia pasca penghapusan
Indofood dengan melakukan kesepa-
bulog. [skripsi]. Bogor:
katan untuk menjual tepung terigu di Departemen Ilmu Ekonomi dan
bawah harga jual di pasar. Hal ini diduga Studi Pembangunan, Fakultas
karena dominannya perusahaan dalam Ekonomi dan Manajemen, Institut
industri. Pertanian Bogor.
Sedangkan kinerja pasar dari APTINDO. 2009. Laporan informasi
industri tepung terigu dinilai masih Perkembangan Industri Tepung
inefisiensi atau contestable market (salah Terigu di Indonesia. Jakarta:
satu atau keduanya). Hal ini dilihat dari Asosiasi Produsen Tepung Terigu
nilai CR4 dan HHI yang tinggi namun Indonesia.
PCM-nya rendah. Di dalam industri . 2011. Total Investasi
tepung terigu, nilai utilisasi kapasitasnya Industri Terigu Nasional. Jakarta :
juga masih cenderung tinggi. Walaupun Asosiasi Produsen Tepung Terigu
hal ini dimaksudkan untuk menjaga Indonesia.
penawaran produksi tidak berlebihan, hal http://www.aptindo.or.id/grafik_5.
ini tidak terlalu baik dilakukan karena php . [26 juni 2011].
akan menghambat masuknya pesaing . 2011. Pangsa Pasar
baru. Sehingga akan membuat tingkat Industri Tepung Terigu Tahun
persaingan di dalam industri menjadi 2009. Jakarta : Asosiasi Produsen
rendah. Tepung Terigu Indonesia.
Berdasarkan hasil analisis yang http://www.aptindo.or.id/grafik_7.
didapat, dapat memberikan masukan php. [26 Juni 2011].
kepada pemerintah untuk menetapkan . 2011. Pasar Terigu Atas
kebijakan yang mampu menghambat Dasar produk Akhir. Jakarta :
terjadinya penguasaan pasar terhadap Asosiasi Produsen Tepung Terigu
suatu industri, termasuk industri tepung Indonesia.
http://www.aptindo.or.id/grafik_8.
terigu. Sehingga tidak memberikan
php. [26 Juni 2011].
dampak negatif bagi konsumen dan
produsen lainnya.

119
Cila Apriande dan Arief Daryanto

. 2011. Struktur Industri . Kementerian


Pengguna terigu Nasional. Jakarta Perindustrian. 2011.
: Asosiasi Produsen Tepung Perkembangan Industri Makanan.
Terigu Indonesia. Jakarta : Kementerian
http://www.aptindo.or.id/grafik_9. Perindustrian RI.
php. [26 Juni 2011].
Nursantiyah. (2009). Implementasi
Anonim. 1995. Ekonomi Politik Industri Kebijakan Pajak Pertambahan
Tepung Terigu. Nilai Ditanggung Pemerintah Atas
Penyerahan Tepung Terigu dan
Bogasari Flour Mills. (2011). Referensi
Impor Gandum (Studi Kasus di
Industri. Retrieved Februari 12,
Produsen Tepung Terigu X).
2012, from Bogasari Flour Mills:
Jakarta: FISIP UI.
http://202.158.15.86/ref_ind.htm
Shepherd, W.G. 1990. The Economic of
[Kemendag] Kementerian Perdagangan.
Indusrial Organization, 3rd
Perkembangan Harga Tepung
edition. Prentice Hall.
Terigu Bulan Juni 2011. Jakarta:
Kementerian Perdagangan RI. Tasliah, Elsa. 2006. Analisis faktor-
faktor yang mempengaruhi output
[Kemendag] Kementerian Perdagangan.
industri tepung terigu di Indonesia
Statistik Industri Besar dan
periode 1986-2003. [skripsi].
Sedang (IBS), Kode Industri dan
Bogor: Departemen Ilmu Ekonomi
Biaya Input Tahun 2008. Jakarta:
dan Studi Pembangunan, Fakultas
Kementerian Perdagangan RI.
Ekonomi dan Manajemen, Institut
[Kemendag] Kementerian Perdagangan. Pertanian Bogor.
Statistik Industri Besar dan
Thalita, Yosier. 2008. Persaingan
Sedang (IBS), Kode Industri dan
industri tepung terigu Indonesia :
Nilai Output Tahun 2008. Jakarta:
studi kasus 1990-2005. [skripsi].
Kementerian Perdagangan RI.
Depok: Fakultas Ekonomi,
[Kemenperin] Kementeriaan Universitas Indonesia.
Perindustrian. 2011. Karakteristik
Mauludyani, Anna Vipta Resti. 2008.
Penting Data Industri Besar dan
Elastisitas permintaan pangan
Sedang Triwulan 4 Tahun 2008.
strategis berdasar analisis data
Jakarta : Kementerian
SUSENAS 2005 dan implikasinya
Perindustrian RI.
terhadap konsumsi dan upaya
. Kementerian perbaikan konsumsi pangan
Perindustrian. 2011. Karakteristik masyarakat Indonesia. [skripsi].
Penting Data Industri Besar dan Bogor : Program Studi Gizi
Sedang Triwulan 2 Tahun 2009. Masyarakat dan Sumberdaya
Jakarta : Kementerian Keluarga, Fakultas Pertanian,
Perindustrian RI. Institut Pertanian Bogor.

120

Anda mungkin juga menyukai