Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH EKONOMI MANAJERIAL

Dugaan Monopoli di Tengah Pasar Persaingan Sempurna:


Studi Kasus pada PT Indo Beras Unggul
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekonomi Manajerial
yang Diampu oleh Dr. Susanto Tirtoprojo M.M.

Oleh:
Kelompok 6
KELAS MANAJEMEN B

1. Rafi Balakosa (F0219115)


2. Safira Firdaus (F0219123)
3. Salma Yunisa Putri (F0219124)
4. Salsa Hayu Ocyana (F0219125)
5. Tegges Rifky Bayu Aji (F0219133)

PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Industri usaha yang kompetitif merupakan suatu kewajaran yang menandakan
sehatnya struktur pasar pada perekonomian. Persaingan usaha layaknya suatu mekanisme
untuk mencapai efisiensi dan kesejahteraan masyarakat. Pada saat persaingan tersebut
dilakukan secara konsisten, berbagai kemanfaatan akan tercipta untuk konsumen, yakni
berupa pilihan produk yang variatif dalam hal harga serta kualitas. Sebaliknya, ketika
persaingan terbentur oleh adanya aturan-aturan, atau terhambat oleh perilaku curang dari
pelaku pasar, maka kerugian lah yang akan diderita konsumen. Perilaku curang
tersebutlah yang perlu dicegah dan diatasi, salah satunya dengan mengenali berbagai
struktur pasar dan karakteristiknya, serta menciptakan aturan-aturan yang fleksibel
sekaligus adil melindungi berbagai pihak dalam industri usaha.
Secara umum, struktur pasar dibedakan menjadi empat jenis, yakni struktur pasar
monopoli, monopolistik, oligopoli, dan pasar persaingan sempurna. Dari keempat jenis
pasar tersebut, pasar persaingans sempurna dinilai menjadi struktur pasar yang paling
ideal, di mana tingkat harga akan ditentukan oleh mekanisme pasar. Hal ini menandakan
sifat kompetitif yang akan semakin terbentuk, daya kreasi semakin kuat, di mana
kartel-kartel dan kontrol pasar sepihak dapat terhindarkan. Menurut Dominick Salvatore
(2012) pasar persaingan sempurna adalah bentuk organisasi pasar di mana (a) terdapat
banyak penjual dan pembeli suatu produk, masing-masing terlalu kecil untuk
mempengaruhi harga produk; (b) produknya bersifat homogen; (c ) terdapat mobilitas
sumber daya yang sempurna; (d) agen ekonomi memiliki kemampuan yang sempurna
tentang kondisi pasar. Menurut KPPU (2017), salah satu contoh pasar persaingan di
Indonesia yakni pasar besar, mulai dari tingkat petani hingga tingkat pengecer. Namun,
pada tingkat distributor, ada kecenderungan pasar menjadi berbentuk oligopoli.
Ketidaksempurnaan di tengah industri beras yang menjadi barang kebutuhan pokok
masyarakat Indonesia sehari-hari ini patut disoroti dengan membuat kebijakan-kebijakan
yang adil bagi semua pihak.
Konsumsi beras di Indonesia bukanlah angka yang sedikit, bahkan dari tahun ke
tahun ada kecenderungan peningkatan konsumsi beras di Indonesia. Sebanyak kurang
lebih 14 juta rumah tangga petani mengandalkan sektor perberasan sebagai sumber
penghasilan utamanya (BPS, 2013 : 10). Transmisi ekonomi beras mampu menyasar
hingga ke inflasi dan tingkat kemiskinan. Pemerintah telah hadir dengan segenap
intervensi untuk melindungi pelaku usaha di industri beras dari berbagai resiko hingga
perubahan iklim. Namun sayang, manfaat ini agaknya hanya dinikmati oleh para pelaku
ekonomi beras di tingkat distributor dikarenakan sistem yang belum efisien.
Salah satu perusahaan distributor beras terbesar di Indonesia pada tahun 2017
adalah PT Indo Beras Unggul (PT IBU) yang berada di bawah naungan PT Tiga Pilar
Sejahtera Food Tbk (sekarang menjadi PT FKS Food Sejahtera). Sepanjang
perjalanannya dari tahun 2011 hingga 2017 PT IBU mampu memproduksi sebesar 5%
kebutuhan beras nasional yakni sebanyak 400 ribu ton dari total kebutuhan sebanyak 8
juta ton. Tentu ini bukanlah angka yang sedikit, mengingat banyaknya produsen dan
distributor beras yang dibutuhkan oleh banyak orang ini. Hingga di tahun yang sama, PT
Indo Beras Unggul mengalami berbagai gejolak dan masalah yang menarik perhatian
banyak kalangan mulai dari pemerintah, KPPU, hingga masyarakat.
Pada tahun 2017, satgas pangan menyita 1.161 ton beras PT. Indo Beras Unggul
karena dugaan pelanggaran KUHP, Undang-Undang terkait Pangan dan Perlindungan
Konsumen. Diantara dugaan yang ada yakni pembelian harga gabah dari petani di atas
harga pembelian yang telah ditetapkan oleh pemerintah (HPP). Hal tersebut dinilai
merugikan karena menstimulasi ketidakpastian di antara petani, distributor, pemerintah,
maupun konsumen, di mana para petani akan memilih menjual beras pada PT IBU dan
berakibat terjadinya monopoli karena penguasaan beras oleh satu pihak yang dominan.
Monopoli beras tentu menjadi momok yang sangat merugikan bagaimana harga
kemudian dapat diatur sewenang-wenang oleh pihak yang berusaha mengambil
keuntungan. Berdasarkan berbagai hal tersebut, menarik untuk menelisik bagaimana
struktur pasar beras ideal yang sesungguhnya dikaitkan dengan masalah yang menimpa
PT Indo Beras Unggul. Penulis berusaha mengidentifikasi masalah yang dihadapi oleh
perusahaan dengan analisis SWOT, kemudian juga menilai berbagai karakteristik
ekonomi perusahaan mulai dari fungsi produksi, peramalan permintaan, biaya produksi,
game theory, penentuan harga, hingga berbagai faktor resiko, dan keputusan perusahaan
dalam kondisi ketidakpastian.
B. Profil Perusahaan dan Kegiatan Usaha
1. Visi
Menjembatani potensi menuju kesuksesan.
2. Misi
Kami mengembangkan dan mengatur kombinasi tepercaya dari orang−orang,
infrastruktur, dan proses di seluruh rantai nilai atas nama mitra dan pelanggan.
3. Deskripsi Perusahaan
PT Indo Beras Unggul (sebelumnya bernama PT Alam Makmur Sembada) berdiri
pada tahun 2011 dan diakuisisi PT Tiga Pilar Sejahtera Food sebagai induk perusahaan
dengan direktur utama bernama Trisnawan Widodo, S.Tp. Pengakuisisian ini adalah
langkah ekspansi usaha yang dilakukan oleh PT. Tiga Pilar Sejahtera Food di bidang
perberasan, di mana tepat pada tahun sebelumnya yakni 2010, TPS Food telah terlebih
dahulu mengakuisisi PT Dunia Pangan dan PT Jatisari Srirejeki sebagai tanda
keikutsertaan dalam industri pangan.
Selama enam tahun, mulai dari tahun 2011 hingga 2017, PT Indo Beras Unggul
mampu memproduksi kurang lebih sebanyak 5% kebutuhan nasional beras di Indonesia,
yakni sekitar 400 ribu ton dari kebutuhan nasional beras sebanyak 8 juta ton. Seluruh
hasil produksi tersebut dikemas kedalam 21 merek dagang berbeda. Beberapa merek
yang paling sering ditemui di pasaran antara lain merek Ayam Jago, Maknyuss, Pandan
Wangi, dan Rojo Lele. Berbagai tahapan dan kegiatan usaha yang dilakukan oleh PT Indo
Beras Unggul yakni mulai dari pengolahan beras mulai dari gabah yang baru dipanen
hingga menjadi beras yang siap dikemas dalam 21 merek berbeda. Tahapan-tahapan
tersebut antara lain:
a. Paddy Cleaning, merupakan tahap paling awal di mana gabah yang baru saja dibeli
dari petani dibersihkan dan di turunkan kadar airnya.
b. Paddy Drying, gabah mengalami proses penurunan kadar air kedua atau dapat juga
dikeringkan
c. Husking, gabah yang telah dikeringkan dikupas menjadi brown rice menggunakan
mesin husker.
d. Destoner, brown rice dipisahkan dari benda-benda asing.
e. Whitener, pada tahap ini, brown rice dikupas kembali hingga menjadi beras yang
dengan derajat sosoh sesuai standar.
f. Polisher, beras akan disemprot dengan kabut air dan screen agar tampak mengkilat.
g. Rotary Shifter, menir dipisahkan dari kepala beras.
h. Color Sorter, beras dipisahkan dari butir kuning dan butir reject, sebelum dikemas
dan didistribusikan lebih lanjut.
Apabila melihat kegiatan usaha dan berbagai tahapan produksi oleh PT Indo Beras
Unggul, dapat kita ketahui bahwa proses produksi beras mulai dari gabah hingga beras
siap konsumsi dilakukan secara mandiri dengan tidak melibatkan pelaku usaha maupun
berbagai pihak lain.
C. Identifikasi Masalah dan Strategi Perusahaan
Berbagai permasalahan pada PT Indo Beras Unggul akan dianalisis dengan menggunakan
analisis SWOT. Berikut rinciannya:
1. Strengths (Kekuatan)
a. Penguasaan infrastruktur pengolahan beras yang memadai
b. Entitas induk dengan brand trust yang tinggi
c. Kepemilikan merek beras premium yang menyasar niche market
2. Weaknesses (Kelemahan)
a. Citra buruk akibat pemberitaan di media massa
b. Harga beras premium yang terlampau tinggi dari pasaran
3. Opportunity (Peluang)
a. Sedikitnya produsen yang melayani permintaan beras premium
b. Tingginya tingkat persaingan di antara para petani dan produsen gabah yang
membuat daya tawar pemasok menjadi rendah
c. Mulai meningkatnya permintaan akan beras premium
4. Threats (Ancaman)
a. Kemungkinan dicurigai akibat produksi beras yang cukup tinggi
b. Ancaman pailit karena adanya penangkapan oleh pemerintah
c. Tingkat penjualan beras menurun akibat pemberitaan kurang sedap
d. Menurunnya harga saham entitas induk (TPS Food) akibat adanya kasus yang
menimpa PT IBU.
Dari analisis SWOT tersebut dapat dilihat bahwa sebenarnya PT IBU memiliki potensi
yang kuat pada industri beras premium, tetapi masalah yang menimpa terkait isu
monopoli, beras subsidi, kualitas tak sesuai menjadi permasalahan tersendiri yang harus
diatasi.
Adapun berbagai strategi yang dapat dirumuskan perusahaan berdasarkan analisis SWOT
tersebut diantaranya:

Strategi S - O Strategi W - O

1. Meningkatkan branding merek 1. Memperbaiki citra buruk merek


beras premium oleh perusahaan dagang dan perusahaan akibat
2. Menjaga kualitas beras premium adanya pemberitaan kurang sedap
dan meningkatkan brand trust

Strategi S - T Strategi W - T

1. Meningkatkan kualitas beras dan 1. Memberikan transparansi


menjangkau niche market secara mengenaii harga serta kualitas
masif produk
2. Menjaga hubungan baik dengan 2. Melakukan penetapan ulang harga
para petani dan pihak pemerintah menyesuaikan HET Pemerintah

Berbagai strategi tersebut akan dipadukan kembali dengan berbagai analisis perusahaan
dari segi ekonomi manajerial, mulai dari peramalan permintaan industri, fungsi produksi,
biaya produksi, praktik game theory, hingga penentuan harga untuk mengidentifikasi
resiko, permasalahan, dan strategi yang tepat bagi perusahaan untuk dapat terus bertahan.
D. Tujuan
Adapun tujuan dari ditulisnya makalah ini diantaranya adalah untuk:
1. Mengetahui struktur pasar industri beras di Indonesia secara umum
2. Menganalisis berbagai aspek ekonomi perusahaan mulai dari peramalan permintaan,
fungsi produksi, biaya, praktik Game Theory, kebijakan penentuan harga beras oleh
PT Indo Beras Unggul
3. Mengidentifikasi resiko yang dihadapi oleh PT Indo Beras Unggul dalam praktik
usahanya serta langkah yang diambil dalam mengatasi resiko dan ketidakpastian
usaha
4. Menganalisis kondisi keuangan PT Indo Unggul Beras dengan penghitungan Total
Cost, Average Cost, Average Revenue, Marginal Cost, dan Marginal Revenue
5. Mengevaluasi kasus PT Indo Unggul Beras dikaitkan dengan struktur pasar
persaingan sempurna
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Struktur Pasar
1. Pasar Persaingan Sempurna: Pasar persaingan sempurna adalah bentuk organisasi
pasar di mana (a) terdapat banyak penjual dan pembeli suatu produk, masing-masing
terlalu kecil untuk mempengaruhi harga produk; (b) produknya bersifat homogen; (c
) terdapat mobilitas sumber daya yang sempurna; (d) agen ekonomi memiliki
kemampuan yang sempurna tentang kondisi pasar.
2. Pasar Monopoli: Monopoli adalah bentuk organisasi pasar di mana hanya ada satu
perusahaan yang menjual sebuah produk yang tidak memiliki substitusi dekat.
3. Pasar Oligopoli: Pasar oligopoli yakni pasar di mana terdapat sedikit penjual sebuah
produk yang homogen ataupun terdiferensiasi.
B. Peramalan Permintaan
Perusahaan harus dapat memprediksi jumlah permintaan pelanggan terhadap
produknya. Peramalan permintaan adalah cara untuk mengetahui jumlah produk atau
kelompok produk di masa yang akan datang dalam masalah atau situasi tertentu untuk
mengurangi risiko atau ketidakpastian yang akan dihadapi. Peramalan bertujuan untuk
memprediksi prospek ekonomi dan kegiatan usaha serta pengaruh lingkungan terhadap
prospek tersebut. Peramalan merupakan bagian terpenting bagi setiap perusahaan atau
organisasi bisnis dalam mengambil keputusan manajemen.
C. Produksi
Organisasi produksi mengacu pada transformasi berbagai input atau sumber daya
menjadi output dalam bentuk barang dan jasa. Output perusahaan dapat berupa komoditas
akhir atau produk antara, seperti semikonduktor. “produksi” mengacu pada semua
kegiatan yang terlibat dalam produksi barang dan jasa. Fungsi produksi adalah
persamaan, tabel, atau grafik yang menunjukkan output komoditas maksimum yang dapat
diproduksi oleh suatu perusahaan pada setiap periode waktu dengan komoditas
maksimum yang dapat diproduksi oleh perusahaan tersebut pada setiap periode waktu
dengan kombinasi input apa pun. Satuan input dan output dapat diukur dalam satuan
fisik, diukur dengan satuan moneter. Teknologi diasumsikan tetap selama periode
analisis. Dapat diasumsikan suatu perusahaan memproduksi hanya satu jenis output
(barang dan jasa) dengan dua input. Sehingga persamaan menjadi :
Q = f(L, K)
L : Labor (Tenaga Kerja)
K : Modal (Capital)
D. Biaya Produksi
Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan selama proses
manufakturing atau pengelolaan dengan tujuan menghasilkan produk yang siap
dipasarkan. Perhitungan biaya produksi ini akan dilakukan mulai dari awal pengolahan,
hingga barang jadi atau setengah jadi.
E. Teori Permainan
Secara umum, teori permainan berkaitan dengan strategi terbaik atau optimum
dalam berbagai situasi konflik. Selain itu, teori permainan memperlihatkan bagaimana
perusahaan membuat keputusan strategis untuk memperoleh keunggulan kompetitif atas
pesaingnnya atau bagaimana perusahaan bisa memperkecil ancaman potensial akibat
langkah strategis pesaingnya.
F. Penentuan Harga
Dalam menentukan harga produk yang memiliki keterkaitan, sebuah perusahaan
harus mempertimbangkan dampak dari perubahan harga salah satu produknya terhadap
permintaan produk lain. Dengan demikian, untuk memaksimumkan laba, perusahaan
harus menetapkan tingkat output dan harga dari berbagai jenis produk yang dihasilkan,
secara bersamaan dan tidak secara terpisah.
Hubungan antara permintaan (demand interrelationship) mempengaruhi
keputusan penentuan harga yang dilakukan oleh perusahaan penghasil beberapa jenis
produk, melalui dampaknya terhadap pendapatan marginal.
G. Resiko
Risiko ini mengacu pada situasi dimana terdapat lebih dari satu kemungkinan
hasil dari suatu keputusan dan probabilitas dari setiap hasil dan bisa untuk diestimasikan.
Sehingga dengan adanya risiko ini membuat pemerintah agar mengambil regulasi yang
tepat.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Struktur Pasar Beras di Indonesia
Dalam teori ilmu ekonomi, struktur perekonomian yang ideal memiliki sistem pasar
persaingan sempurna yang mana seluruh pelaku usaha bersaing secara adil dan dapat
dengan bebas keluar masuk ke dalam industri. Namun, hal yang demikian sangatlah sulit
terjadi di negara-negara sedang berkembang seperti Indonesia. Hal ini karena tingkat
heterogenitas pelaku usaha yang tinggi dari sisi modal dan adanya pengaruh politik
kekuasaan terhadap dunia industri (Djoko Hanantijo, 2012). Adapun ciri-ciri dari pasar
persaingan sempurna antara lain banyaknya jumlah penjual dan pembel, pedagang bebas
membuka dan menutup usahanya, barang dagangan bersifat homogen, adanya
pengetahuan sempurna dari penjual dan pembeli, serta ketiadaan ikut campur dari
pemerintah.
Hasil investigasi KPPU (2015) menyebutkan bahwa bahwa ekonomi beras di
Indonesia memiliki struktur pasar sebagai berikut; secara umum, struktur industri beras
relatif kompetitif, bahwa interaksi para pelaku di dalam pasar cukup dinamis. Pada saat
wilayah tertentu mengalami kekosongan pasokan beras maupun defisit beras, maka
wilayah lain akan dengan mudah dan segera mengisi kekosongan yang ada. Harga yang
tinggi biasanya diakibatkan oleh hambatan logistik berupa mahalnya biaya transportasi.
Namun, struktur pasar beras ini tidaklah merata, di mana sepanjang rantai
pengolahannya terdapat variasi struktur yang dapat mengarah pada persaingan usaha
yang tidak sehat. Pada tingkat petani padi, tingkat laku pasar cukup kompetitif, para
petani relatif memperoleh informasi harga dan informasi teknologi yang relatif sama. Di
tingkat pedagang pengumpul, mulai terjadi persaingan tidak sehat. Petani nyaris tidak
memiliki pilihan pemasaran yang terbuka, karena para pedagang pengumpul dan
tengkulak lebih aktif masuk jauh ke pelosok pedesaan, bahkan secara door-to-door.
Sebagian pedagang pengumpul bahkan sampai menunggui atau menongkrongi petani di
sawahnya, bahkan lengkap dengan truk atau sarana transportasi lainnya.
Hal yang sama terjadi pada PT Indo Beras Unggul dengan kasus yang menimpanya
pada tahun 2017. PT Indo Beras Unggul dituding telah melakukan praktik kartel dan
monopoli yang menyebabkan perusahaan tersebut harus berurusan panjang dengan
kepolisian dan pengadilan. PT Indo Beras Unggul pun melakukan berbagai klarifikasi
diantaranya yakni pembelaan terkait terjadinya monopoli. Tudingan pemerintah akan
terjadinya praktik monopoli oleh PT Indo Beras Unggul dengan kerugian pemerintah
sebesar Rp20.000,00 - 7.300,00 dikalikan dengan 40 juta ton yakni sebesar trilinan
rupiah. Tudingan tersebut tidaklah benar, di mana beras yang ditemukan oleh pihak
berwajib yakni sebesar menemukan 1.161 ton beras.
Selain itu, terdapat tudingan monopoli karena margin yang tinggi, yaitu selisih dari
beli di petani Rp 7.300 kemudian dijual Rp 20.000. Mantan ketua Asosiasi Pengusaha
Indonesia, Iwantono, menjelaskan bahwa harga beli beras dari petani adalah sebesar Rp
7.300/kg, di mana kondisi beras belum diolah sama sekali dengan kadar air, derajat
sosoh, dan kadar kotoran masih tinggi. Beras masih harus diolah, kemudian ditambah
ongkos transportasi, keuntungan distributor, dan lain-lain sehingga tidak memungkinkan
dijual dengan harga pasaran saat itu yakni sebesar Rp 9.000,00.
B. Peramalan Permintaan Beras Indonesia
Pasca penyegelan dan pabrik PT Indo Beras unggul, angka penjualan beras anjlok
drastis. Hal ini dikarenakan menurunnya permintaan masyarakat terhadap beras tersebut
atas kasus yang menimpa PT IBU. Diketahui PT IBU ini mengoplos beras kualitas
medium yang di subsidi pemerintah lalu dikemas dengan beras dengan harga premium.
Misalnya saja permintaan beras “maknyuss” di salah satu toko Pasar Pamerian, Jakarta
Timur anjlok drastis. Hanya ada satu pack orang yang membeli beras tersebut pada hari
itu. Padahal biasanya minimal ada 20 pack beras orang yang membelinya.
C. Fungsi Produksi PT Indo Beras Unggul
Yang dimaksud dengan fungsi produksi yaitu suatu fungsi yang menggambarkan
hubungan antara Output (hasil produksi) sebagai peubah (variabel) tak bebas dengan
input- inputnya (faktor produksi) sebagai peubah bebas.
Pada PT. Indo Beras Unggul ini output (hasil produksi) yang dihasilkan tentunya
adalah sebuah beras dengan variabel yang mempengaruhi yaitu gabah yang berasal dari
petani yang diambil oleh PT. Indo Beras Unggul secara langsung, serta variabel lainnya
adalah harga yang ditetapkan dalam harga beras ini sendiri. Sehingga menghasilkan
sebuah output yang memiliki nilai jual.
D. Biaya Produksi PT Indo Beras Unggul

Gambar 1. Biaya Pokok Produksi PT Indo Beras Unggul


Sumber: Laporan Keuangan TPS Food 2017

Terkait dengan biaya produk dari PT. Indo Beras Unggul yang memproduksi
beras maka tentu biaya yang dikeluarkan tidak akan jauh-jauh dari keperluan pengolahan
beras tersebut yang mana jika kita bayangkan sekilas tentu tidak akan banyak jenis biaya
produksi yang harus dikeluarkan oleh PT. Indo Beras Unggul. Hal-hal pokok akan biaya
produksi disini ada antara lain biaya bahan baku dan tenaga kerja langsung.
Biaya implisit PT. Indo Beras Unggul adalah kemampuan untuk menguasai
sebagian besar pasokan gabah petani oleh PT. Indo Beras Unggul, maka dengan begitu
PT. Indo Beras Unggul berpotensi dapat mengatur pasokan dan harga gabah petani karena
telah melakukan penguasaan terhadap pasokan gabah petani.
Untuk biasanya eksplisitnya sendiri ada beberapa bahan utama yang memang
diperlukan seperti bahan baku yang digunakan (beras) serta tenaga kerja langsung dan
biaya produksi tidak langsung yang akan membantu proses produksi yang ada. Karena
memang basic dari perusahaan ini beras sehingga memang butuh banyak tenaga kerja
yang bekerja di perusahaan ini.
E. Teori Persaingan PT Indo Beras Unggul
Karena pada dasarnya PT. Indo Beras Unggul memang sudah maju bahkan bisa
memproduksi kurang lebih 5% dari total akan kebutuhan beras nasional yang jika
dihitung besarannya yaitu ada di sekitar 400 ribu ton dari 8 juta ton akan beras nasional.
Selain itu PT. Indo Beras Unggul juga berupaya untuk bisa mengolah gabah yang
mereka peroleh secara mandiri tanpa adanya campur tangan dari pihak lain dimulai dari
berbentuk gabah hingga menjadi sebuah beras yang siap untuk didistribusikan kepada
para konsumen yang akan membeli.
Lalu diketahui juga untuk menyaingi pesaing yang ada PT. Indo Beras Unggul
sampai melakukan sebuah praktik pelanggaran Tindakan yaitu melakukan monopoli.
Padahal pada dasarnya sebuah perusahaan yang berada di bidang beras seperti ini
dilarang melakukan praktik monopoli. Disamping melakukan monopoli mereka juga
memberlakukan tindakan persaingan tidak sehat, kenapa PT. IBU dikatakan melakukan
praktik persaingan tidak sehat itu dikarenakan merek membeli gabah yang ada dari petani
dengan harga yang lebih tinggi dari yang telah ditetapkan oleh pemerintah, disisi inilah
yang membuat KPPU itu curiga akan tindakan yang dilakukan oleh PT. IBU.
Berdasarkan dugaan sementara dari KPPU PT. IBU melakukan ini dengan tujuan
untuk menguasai produksi dan pemasaran beras yang ada, namun hal ini diduga bisa
menyebabkan banyak masalah di masa mendatang seperti adanya kepentingan umum
yang dirugikan dan adanya produsen beras lain yang menjadi tidak dapat memasuki pasar
beras ini, karena tidak memiliki pemasok beras.
Padahal hal terkait dengan ketentuan harga gabah dari petani ini telah ditetapkan
oleh pemerintah. Pemerintah sendiri telah menetapkan harga yang memang harus
dipatuhi oleh setiap pengusaha yang bergerak dibidang gabah dan beras di Indonesia ini.
F. Penentuan Harga PT Indo Beras Unggul
PT Indo Beras Unggul dinilai oleh Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU)
bahwa mereka telah melakukan pengenaan harga gabah yang tidak wajar. Hal ini terlihat
jelas pada harga gabah yang dibeli PT Indo Beras Unggul dari para petani sangatlah jauh
dari harga acuan yang telah diatur oleh Pemerintah Indonesia. Harga yang berada di
lapangan oleh PT Indo Beras Unggul yaitu sebesar Rp4.900/per Kg untuk gabah yang
ditetapkan harganya oleh pemerintah hanya sebesar Rp3.700/per Kg melalui Inpres
Nomor 5 Tahun 2015 Tentang Kebijakan Pengadaan Gabah/Beras dan Penyaluran Beras.
Kebijakan Pengadaan Gabah / Beras dan Penyaluran Beras oleh Pemerintah
Indonesia diatur di dalam Inpres Nomor 5 Tahun 2015. Di dalam kebijakan tersebut berisi
penjelasan serta kebijakan terkait harga pembelian gabah dari petani sesuai dengan
spesifikasi yang telah ditentukan oleh pemerintah. Harga dalam Inpres berperan sebagai
acuan atau dasar harga untuk transaksi penjualan dan pembelian gabah dari petani kepada
pelaku usaha penggilingan ataupun Bulog.
Dengan adanya Inpres Nomor 5 Tahun 2015 yang mengatur harga pembelian dan
penjualan gabah dan beras diharapkan bisa membuat penjualan gabah ke penggilingan
dan beras kepada konsumen menggunakan harga yang tidak jauh dari harga yang telah
diatur oleh Pemerintah Indonesia. Namun peraturan ini tidak diindahkan oleh PT. Indo
Beras Unggul. Hal ini dikarenakan beras hasil produksi yang dijual oleh perusahaan ini
jauh lebih mahal harganya dibandingkan harga eceran tertinggi (HET) yang telah
pemerintah tetapkan melalui Permendag Nomor 57 Tahun 2017.
PT Indo Beras Unggul memiliki alasan terkait dengan pengenaan harga yang
tinggi tersebut yaitu mereka berpendapat bahwa beras yang mereka jual merupakan beras
premium dan memiliki kualitas yang sangat bagus dan unggul. Namun pada saat itu
belum ada peraturan mengenai kategori beras premium atau tidak. Berdasarkan hal-hal
tersebut, PT Indo Beras Unggul dianggap KPPU telah melakukan pengenaan harga gabah
yang tidak wajar. Artinya harga yang diberlakukan sangatlah tinggi pada saat pembelian
dari petani.
Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman memberikan tanggapan terkait kasus
PT Indo Beras Unggul tersebut. Menteri pertanian memberikan pendapat dan saran untuk
masalah hukum PT IBU lebih baik diserahkan pada penegak hukum. Sedangkan
Kementerian Pertanian dan seluruh stakeholders di Kementerian Pertanian akan
menangani masalah terkait produksi pangan karena merupakan tanggung jawab mereka.
G. Resiko & Masalah yang dihadapi PT Indo Beras Unggul
1. Berbagai tudingan yang menurunkan citra dan penjualan perusahaan
Terdapat lima tuduhan serius yang ditudingkan pada PT IBU. Pertama, tudingan
mengenai manipulasi label gizi. Kedua, tudingan mengenai beras yang dijual melebihi
acuan harga eceran tertinggi (HET). Ketiga, tudingan mengenai pembelian gabah yang
melebihi HPP. Keempat, tudingan mengenai pembelian gabah bersubsidi. Kelima,
tudingan mengenai penimbunan beras. Oleh karena itu berdasarkan poin 2, 3, dan 4 maka
apa yang dilakukan oleh PT Indo Beras Unggul telah merugikan negara karena setiap
ton beras dianggap mengandung subsidi.
2. Putusan pailit oleh pengadilan
Surat dari Tim Kurator No.006/Tim Kurator-SAKTI-DP-JS-IBU/V/2019 pada 7 Mei
2019 berisi putusan pailit terhadap empat anak usaha TPS berdasarkan informasi yang
didapatkan di Bursa Efek Indonesia.
Dengan demikian atas dasar keputusan ini maka empat anak usaha TPS selaku
debitur terpaksa kehilangan haknya untuk menguasai dan mengurus kekayaannya,
termasuk harta pailit. PT Indo Beras Unggul juga sudah tidak berwenang untuk
mengurusi dan mengalihkan kekayaan-kekayaan yang dimiliki perusahaan tersebut.
3. Penurunan saham perusahaan Induk (PT TPS Food yang sekarang menjadi PT FKS
Food Sejahtera)
Kasus pengoplosan beras yang dilakukan oleh perusahaan ini menyebabkan saham
emiten pengolahan pangan berfluktuasi. Hingga penutupan perdagangan pada hari Rabu
tanggal 27 Juni 2018 menjelaskan bahwa saham AISA anjlok 9,68 persen menjadi Rp280
per saham. Penurunan harga saham ini disebabkan oleh perusahaan tertekan atas kondisi
pasca persoalan bisnis beras yang sampai menjadi masalah itu. Oleh karena itu maka
kondisi keuangan perusahaan tidak berjalan kondusif. Berdasarkan informasi dari Bursa
Efek terkait laporan keuangan terakhir AISA digambarkan bahwa mereka mencatat
bahwa kinerja perusahaan anjlok 51 persen menjadi Rp 169 miliar, dari sebelumnya
Rp345 miliar.
H. Keputusan pada Kondisi Ketidakpastian PT Indo Beras Unggul
Di tengah kondisi ketidakpastian dengan harga saham PT Tiga Pilar Sejahtera
(Sekarang FKS Food Sejahtera) yang terus menurun kala itu, induk perusahaan dari PT
IBU itu pun mengambil berbagai keputusan, diantaranya:
1. Per 1 Desember 2017, Tiga Pilar menghentikan kegiatan operasional tiga anak
usahanya di lini bisnis beras, yakni Indo Beras Unggul, Jatisari, dan Sukses Abadi.
Manajemen Tiga Pilar saat itu mengatakan, penghentian sebagian besar kegiatan
operasional bisnis beras lantaran secara perhitungan, usaha beras sudah tidak
feasible.
2. Pasca menghentikan operasional bisnis beras, Tiga Pilar memutus hubungan kerja
karyawan di tiga perusahaan tersebut. Per Februari 2018, dari 400 orang total
karyawan di Indo Beras, sebanyak 300 karyawan telah dilakukan pemutusan
hubungan kerja (PHK) sementara 100 orang lainnya pada saat itu masih dalam
proses PHK.
3. Di Jatisari, Tiga Pilar memutus hubungan kerja 250 orang sementara 50 orang
sisanya masih dalam proses PHK. Sementara di Sukses Abadi, sebanyak 700 orang
menyelesaikan kontrak kerja dan tidak diperpanjang kembali kontraknya, 50 orang
terkena PHK, 150 orang dirumahkan, sementara 100 karyawan lain tetap bekerja.
4. Selain menghentikan kegiatan operasional, Tiga Pilar juga memutuskan untuk
menjual bisnis berasnya. Manajemen Tiga Pilar saat itu mengklaim, divestasi bisnis
beras akan berdampak positif.
I. Perhitungan Ekonomi Manajerial
1. TOTAL COST (Dalam Jutaan Rupiah)

Gambar 2. Total Operating Expense PT Indo Beras Unggul


Sumber: Laporan Keuangan TPS Food 2017
Gambar 3. Laporan Other Income Expense PT Indo Beras Unggul
Sumber: Laporan Keuangan TPS Food 2017

Perhitungan Total Cost 2017 = Biaya Tetap + Biaya Variabel

= Rp 564.627 + Rp 5.286.471

= Rp 5.851.098

Jadi total cost 2017 yaitu sebesar Rp 5.851.098.

Perhitungan Total Cost 2016 = Biaya Tetap + Biaya Variabel

= Rp 667.537 + Rp 29.512

= Rp 697.049

Jadi total cost 2016 yaitu sebesar Rp 697.049


2. AVERAGE COST

Gambar 4. Penghasilan Beban PT Indo Beras Unggul


Sumber: Laporan Keuangan TPS Food 2017
Gambar 5. Laporan Keuangan Gabungan Anak Perusahaan TPS Food
Sumber: Laporan Keuangan TPS Food 2017

Perhitungan Total Revenue 2017 = Harga jual x Jumlah Produksi Tahun 2017
= (Rp11.500 + Rp20.400) x Rp1.392.462
2
= Rp 22.209.768.900

Jadi total revenue 2017 yaitu sebesar Rp 22.209.768.900


Gambar 6. Cost of Goods Sold PT Indo Beras Unggul
Sumber: Laporan Keuangan TPS Food 2017

Perhitungan Total Revenue 2016 = Harga jual x Jumlah Produksi Tahun 2016
= (Rp10.500 + Rp19.400) x Rp 1.574.794
2
= Rp 23.543.170.300
Jadi total revenue 2016 yaitu sebesar Rp 23.543.170.300

3. AVERAGE REVENUE

Gambar 7. Penjualan Neto PT Indo Beras Unggul


Sumber: Laporan Keuangan TPS Food 2017
Perhitungan Average Revenue = Total Revenue : Jumlah Produk Terjual

= Rp22.209.768.900

1.950.589

= Rp 11.386,19

Jadi average revenue yaitu sebesar Rp 11.386,19

4. MARGINAL COST DAN MARGINAL REVENUE (Dalam Jutaan Rupiah)


a. MARGINAL COST

Biaya Marginal (Marginal Cost) = Δ Total Cost : Δ Jumlah Produksi

= Rp 5.851.098 - Rp 697.049
1.950.589 - 6.545.680
= Rp 5,151,949
4.595.091
= Rp 1,121

Jadi marginal costnya yaitu sebesar Rp 1,121

b. MARGINAL REVENUE

Biaya Marginal Revenue = Δ Total Revenue : Δ Jumlah Produksi

= Rp 22.209.768.900 - Rp 23.543.170.300
1.950.589 - 6.545.680
= ( Rp 1.333.401.400 )
( 4.595.091 )
= Rp 290,18

Jadi marginal revenuenya yaitu sebesar Rp 290,18


BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Struktur pasar beras di Indonesia yakni pasar persaingan sempurna pada tingkat
petani dan pengecer, serta mengarah pada oligopoli pada tingkat distributor.
Pembelian harga gabah di atas HPP oleh PT Indo Beras Unggul seharusnya
memberikan angin segar bagi petani dengan harga beli gabah yang kompetitif.
Pembelian harga beras di atas standar pemerintah seharusnya diapresiasi karena beras
premium memiliki pasarnya tersendiri dan tidak akan memengaruhi keseimbangan
pasar secara keseluruhan.
2. Dari berbagai analisis yang ada, mulai dari SWOT hingga aspek ekonomi manajerial
perusahaan, dapat dilihat bahwa pada dasarnya PT Indo Beras Unggul memiliki
berbagai kekuatan yang sesuai dengan berbagai peluang yang ada. Kekuatan dan
peluang yang paling menonjol yakni kepemilikan infrastruktur yang memadai dapat
meningkatkan pendapatan dan laba bersih perusahaan. Namun berbagai peluang
tersebut tampak pupus akibat adanya pemberitaan kontroversional.
3. Dalam menghadapi berbagai tuduhan dan kontroversi yang ada, PT Indo Unggul
Beras memilih untuk menghentikan berbagai kegiatan operasional untuk membenahi
bisnis yang sudah tidak feasible
4. Dari berbagai penghitungan yang ada dapat dilihat bahwa PT Indo Unggul Beras di
bawah TPS Food mengalami penurunan secara keseluruhan pada sektor perberasan.
5. Kasus PT IBU patut dijadikan sebagai refleksi kondisi perberasan nasional. Terlepas
dari berbagai kontroversi, tuduhan, dan klaim merugikan, kebijakan perberasan
nasional lebih banyak menyorot pada produsen dan konsumen. Pada tingkat
distributor, kebijakan tampak belum dibuat dan hadir secara signifikan sehingga dapat
memengaruhi kepastian usaha. Padahal pemerintah telah berbagai dengan sektor
swasta dalam hal usaha dan pengelolaaan beras, khususnya pedagang perantara.
B. SARAN
Dari berbagai analisis kasus dan kesimpulan yang ada, penulis merumuskan beberapa
saran bagi PT Indo Unggul Beras dan perusahaan sejenis, antara lain:
1. Bagi PT Indo Beras Unggul, sebaiknya menjaga hubungan baik dengan para
pelaku usaha perberasan mulai dari petani, sesama distributor, hingga pemerintah.
Selain itu perusahaan juga dapat memberikan transparansi terkait harga dan
kualitas beras yang diproduksi serta tidak menggunakan beras subsidi sebagai
bahan baku beras premium.
2. Pemerintah sebaiknya mendorong efektivitas peran Bulog terkait stabilisasi harga
beras, meningkatkan efektivitas pengawasan pemberian subsidi input,
menetapkan HPP dan HET sesuai kualitas dengan melibatkan stakeholders
beras. Selain itu, juga dapat menyelenggarakan pengawasan optimal bagi DPR RI
terkait kebijakan perberasan dengan menekankan manfaat pada petani, distributor,
hingga.
3. Bagi perusahaan lain dan sejenis, sebaiknya belajar dari kasus PT Indo Beras
Unggul untuk dapat lebih bijaksana dalam melakukan praktik usaha dengan
mempertimbangka berbagai aturan pemerintah serta kepentingan petani dan
konsumen.
DAFTAR PUSTAKA

Darmawan, Ari., 2012. ANALISIS BIAYA PRODUKSI. Universitas Brawijaya.


Malang.

Dominick, Salvator. 2012. Operation Management, 12th Edition. United States:


Pearson Education, Inc.

Munir, Syahrul. 01 Agustus 2017. “Pro dan Kontra Kasus PT Indo Beras Unggul.”
Diakses pada 03 Desember 2021 pada
https://ekonomi.kompas.com/read/2017/08/01/180541326/pro-dan-kontra-k
asus-pt-indo-beras-unggul?page=all

N, Hariz., 2018. BAB III PRAKTIK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA


TIDAK SEHAT PT INDO BERAS UNGGUL TERHADAP HARGA
GABAH PETANI DAN PENYELESAIAN OLEH KPPU. Fakultas Hukum
- Unpas.

PT. TIGA PILAR SEJAHTERA FOOD Tbk., 2020. Laporan Keuangan


Konsolidasian Pada Tanggal 31 Desember 2017 dan 2016 Serta 1 Januari
2016/31 Desember 2015 Serta untuk Tahun-tahun yang Berakhir Pada
Tanggal 31 Desember 2017 dan 2016. Jakarta Selatan.

Vitria, Iva. Kasus Beras Maknyuss Milik PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk. Diakses pada
03 Desember 2021 pada
https://www.scribd.com/document/435598018/Kasus-Beras-Maknyuss-Mili
k-PT-Tiga-Pilar-Sejahtera-Food-Tbk

Anda mungkin juga menyukai