Pariwisata SULUT PDF
Pariwisata SULUT PDF
Pariwisata SULUT PDF
2. Lambang Provinsi
BENTUK DASAR
Lambang Daerah Tingkat I Sulawesi Utara berbentuk segi lima
sama sisi menggambarkan
“Pancasila” sebagai dasar dan falsafah hidup Bangsa dan Negara
Indonesia.
3. Pemerintahan
Secara administratif, Provinsi Sulawesi Utara terdiri dari 11 pemerintahan Kabupaten
dan 4 Pemerintahan Kota.
No Kabupaten/Kota Ibu kota
1 Kabupaten Bolaang Mongondow Kotamobagu
2 Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan Bolaang Uki
3 Kabupaten Bolaang Mongondow Timur Tutuyan
4 Kabupaten Bolaang Mongondow Utara Boroko
5 Kabupaten Kepulauan Sangihe Tahuna
6 Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro Ondong Siau
7 Kabupaten Kepulauan Talaud Melonguane
8 Kabupaten Minahasa Tondano
9 Kabupaten Minahasa Selatan Amurang
10 Kabupaten Minahasa Tenggara Ratahan
11 Kabupaten Minahasa Utara Airmadidi
12 Kota Bitung -
13 Kota Kotamobagu -
14 Kota Manado -
15 Kota Tomohon -
7. Budaya :
a. Lagu Daerah : O Ina Nikeke, Esa Mokan
b. Tarian Tradisional : Tari Maengket, Tari Titi Lotihu, Titi Biteya
c. Senjata Tradisional : Keris
d. Rumah Tradisional : Bolaang Mangondow
e. Alat Musik tradisional : Kolintang
f. Makanan khas daerah : Ayam Rica rica, Binte Bilihuta, Masakan Bambu
9. Industri dan Pertambangan : kayu, bahan makanan, minyak kelapa, emas, marmer,
mangaan dan gips.
B. OBYEK WISATA
a. Gunung Mahawu
Selain gunung Soputan, di Sulawesi
Selatan terdapat gunung lain yang tak
kalah tenarnya, yakni Gunung api
Mahawu (1300 m). Mahawoe atau
Roemengas merupakan nama lain dari
gunung yang masih aktif ini. Di lereng
Gunung api Mahawu, dapat ditemui
beberapa pemukiman, hutan, dan area
persawahan. Kendati demikian,
aktifitas manusia di dalam hutan boleh
dikatakan cukup minim dan hanya bersifat sementara. Mahawu selain
keindahannya, juga telah dikenal sebagai gunung yang sering meletus. Dalam
catatan sejarah, gunung ini telah meletus pada tahun 1789. Pascatahun 1789,
gunung ini meletus beberapa kali dan terakhir pada tahun 1999.
Pendaki yang berada di gunung ini tak hanya menikmati pemandangan indah sekitar
Mahawu. Namun lebih dari itu, keasrian dan pesona hutan lindung di kawasan
gunung ini juga menambah daya tarik tersendiri. Kawasan hutan lindung tersebut
hanya terdapat di daerah lereng hingga daerah menuju puncak Mahawu. Ketinggian
hutan ini mulai dari 600 m hingga 1200 m di atas permukaan laut.
Gunung Mahawu berdampingan sangat dekat dengan Gunung Lokon sebagai tempat
wisata geologi. Menyenangkan bila memanfaatkan wilayah sekitar Lokon sebagai
alternatif berdarmawisata. Begitu juga menyaksikan petani cengkeh, kopi, coklat,
sayur-mayur, dan buah-buahan yang banyak dihasilkan oleh penduduk di sekitar
Gunung Mahawu ini.
Mahawu, Wagio, dan Mawuas merupakan tiga kawah yang mengitari Gunung api
Mahawu. Secara geografis, ia berada di titik koordinat 01˚ 21,5 LU dan 124˚ 51,5 BT.
Posisi gunung ini masuk dalam wilayah Kecamatan Tomohon, Kabupaten Minahasa.
b. Pantai Likupang
Pantai Likupang pernah membuat heboh
masyarakat sekitar dan juga perwakilan WWF di
Indonesia pada awal Maret 2007 lalu. Di pantai
itu, seekor penyu hijau (chelonia mydas)
ditemukan oleh seorang nelayan. Penyu hijau
merupakan jenis penyu langka. Menariknya,
pantai ini adalah kawasan wisata yang terkenal
dan tentu saja ketika liburan tiba, akan sangat
ramai dikunjungi. Hubungannya dengan si penyu langka tadi, bahwa pantai
Likupang sebagai objek wisata yang cukup populer pun mampu menjaga kualitas,
baik aspek kelestarian alamnya maupun nilai jual turismenya. Ia termasuk dalam
rencana pengembangan pariwisata antara Kota Manado dan Kotamadya Bitung.
Pantai ini berada di sekitar 48 Km dari Manado ke arah timur laut. Secara
administratif, ia berada dalam wilayah Kota Bitung.
c. Danau Linow
Danau yang memiliki luas sekitar 34 Ha ini unik
karena mengandung kadar belerang tinggi dan
memiliki warna yang selalu berubah. Hal ini
tergantung pada sudut pandang dan
pencahayaan danau. Di sekitar danau ini,
terdapat satwa endemik berupa burung blibis
dan ribuan serangga yang oleh penduduk
Di samping panorama sekitar danau yang elok, danau ini memiliki ciri khas
tersendiri. Danau ini berkadar belerang tinggi, sehingga warna air danau yang
muncul selalu berubah-ubah. Ia selalu tampil cantik akibat munculnya warna-warni
tadi. Pengunjung akan takjub dengan warna yang berubah tatkala meliriknya dari
beragam sudut. Kendati demikian, mesti diingat bahwa pengunjung harus hati-hati
dengan kubangan lumpur panas mendidih yang berada di tepi danau.
Danau yang ‘menyimpan’ warna-warna indah dan selalu berubah-ubah ini berada di
wilayah Minahasa
d. Sungai Nimanga
Sungai Nimanga merupakan salah satu
sungai yang diminati di wilayah Sulawesi
Utara. Sungai ini makin populer ketika
digunakan sebagai aktivitas-aktivitas
olahraga yang menantang, seperti rafting
atau yang akrab kita sebut dengan arung-
jeram. Bila tidak berminat, pengunjung
masih dapat menyaksikan secara langsung
keelokan kekayaan alam di sekitar sungai,
seperti ragam satwa langka dan tetumbuhan.
Pemandangan alam di sekitar sungai sangat indah dan memesona. Di tempat ini,
pengunjung dapat menikmati keelokan dua air terjun sekaligus. Dua air terjun ini
masing-masing berada di desa Tincep dan desa Timbukar. Air terjun di Tincep
setinggi 70 m dari permukaan tanah, sedangkan di Timbukar, kucuran air dijatuhkan
dari ketinggian 90 m. Jika bosan rafting/arung-jeram, pengunjung bisa camping di
sekitar sungai Nimanga.
Dengan durasi 5-6 jam pengarungan rafting, kita dapat menikmati pemandangan di
sepanjang pinggir sungai yang penuh dengan lebatnya hutan dan banyaknya jenis
burung dan Macaca Nigra (monyetnya Sulawesi Utara), Tarsius (monyet terkecil di
dunia), dan bisa melihat serta merasakan langsung pengolahan atau fermentasi
minuman beralkohol tradisional dari daerah Sulawesi Utara, yaitu yang dikenal
dengan "cap tikus." Pada akhir perjalanan di muara sungai kita bisa melihat langsung
keindahan taman laut nasional dengan atraksi Duyung Dugong dalam lebatnya
hutan mangrove.
Sungai yang banyak digemari pecinta arung-jeram ini terletak di desa Timbukar,
Kabupaten Minahasa
Gunung yang mempunyai julukan sebagai gunung hutan ini sarat akan ceritera
sejarah, utamanya ketika perang pascakemerdekaan 1945. Banyak sumber yang
menyebut bahwa hutan di Gunung Klabat ini pernah dipakai para pembelot
Indonesia (kelompok anti-Indonesia) untuk bersembunyi dari kejaran Angkatan
Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) pada sekitar tahun 1950-an dan 1960-an.
Menjelajahi hutan ini, pengunjung dapat melihat secara langsung berbagai jenis
tumbuh-tumbuhan. Tak jarang pula, kita berjumpa dengan berbagai hewan yang
memang sengaja dilindungi di tempat ini. Gunung ini mempunyai empat kawasan
hutan, yakni: kawasan hutan dipterokarp bukit, hutan dipterokarp atas, hutan
montane, dan hutan ericaceous. Berwisata di kawasan hutan Gunung Klabat akan
lebih afdol bila pengunjung berkemah di daerah ini.
Mengawali pengalaman di kawasan ini, pelancong wisata hutan Gunung Klabat akan
berjalan menyusuri perkebunan kelapa hingga masuk ke jalan setapak menuju
puncak gunung. Bila pengunjung berjalan hingga puncak gunung, akan melewati
enam pos dimana pos keenam adalah akhir dari pendakian.
Air terjun Regesan selain dijadikan objek wisata oleh pemerintah daerah setempat,
juga merupakan tempat tujuan dimana kegiatan-kegiatan ekstrakulikuler sekolah di
kota Tomohon dan sekitarnya diadakan. Kegiatan tersebut seperti bible camp
maupun kegiatan pramuka.
Lantaran kawasan ini merupakan objek wisata yang potensial, maka pemerintah
kota Tomohon berupaya selalu menata kembali dan juga membangun sarana-sarana
untuk mendukung berkembangnya aktivitas turisme di sekitar air terjun Tinoor ini.
Konkretnya, kini mulai ada warung-warung makan yang bermunculkan di sana dan
secara perlahan, rumah inap seperti villa dan cottage, mulai dihadirkan. Tak lupa,
penataan kawasan sebagai kawasan wisata unggulan juga telah dilakukan.
Di tempat ini, pengunjung tak hanya bisa menikmati kepermaian jutaan butir air
yang jatuh dari atas tebing dan sejuknya udara saja, seperti yang tampak pada
gambar di atas. Namun, pengunjung juga dapat bercengkerama bersama keluarga
di kebun yang berada tak jauh dari lokasi. Kebun tersebut tampak cantik karena
banyaknya tetumbuhan yang memekarkan bunga-bunga cantik, seperti anggrek,
bougenville, dan bunga-bunga taman lainnya. Air terjun Tinoor bisa pula dijadikan
sarana untuk melepas kepenatan bekerja atau rutinitas sehari-hari bersama
keluarga atau orang-orang terdekat.
Begitu juga dengan anda yang gemar akan wisata kuliner. Tak jauh dari lokasi air
terjun, yakni desa Tinoor merupakan desa yang terkenal dengan warung-warung
makanan khas Minahasa. Dan, melewati desa Tinoor kita akan menjumpai
perkebunan cengkeh yang terkenal di Tomohon.
Selain itu, apabila anda seorang yang menggandrungi seni fotografi ataupun seni
lukis, rasanya lokasi ini dapat dijadikan rujukan untuk mengembangkan ide maupun
inspirasi karya seni anda.
Air terjun Tinoor berada di kaki Gunung Empung, sebelah utara kota Tomohon.
Tepatnya ialah di Desa Tinoor, Kecamatan Tomohon Utara, Kota Tomohon.
Melihat potensi alam dan juga aktivitas konservasi ekologi laut di kawasan ini, maka
pemerintah setempat—kota Manado—menggagas kawasan Bunaken sebagai objek
wisata bahari dan pendidikan. Aspek keindahan alam di laut dan edukasi menjadi
menu utama berwisata di Taman Laut Nasional Bunaken. Oleh karenanya, kawasan
Bunaken diresmikan sebagai taman laut nasional oleh Menteri Kelautan pada tahun
1991.
Bunaken ialah sebuah pulau seluas kurang lebih 8 km² di Teluk Manado. Pulau ini
merupakan bagian dari kota Manado, ibu kota Provinsi Sulawesi Utara. Di sekitar
Pulau Bunaken, terdapat taman laut Bunaken
yang merupakan bagian dari Taman Nasional
Kelautan Manado Tua dimana ia menjadi
salah satu taman laut yang memiliki
biodiversitas kelautan tertinggi di dunia. Oleh
karenanya, fasilitas selam scuba (scuba
diving) dapat menarik banyak wisatawan ke
pulau ini. Meskipun meliputi area seluas
75.265 hektar, lokasi penyelaman hanya
terbatas di sekitar pantai-pantai yang
mengelilingi kelima pulau tersebut. Petugas taman laut melarang pengunjung
menyelam sampai ke tengah laut karena dikhawatirkan akan lepas dari pantauan
petugas pantai.
Kini, Bunaken mempunyai sedikitnya 40 tempat penyelaman yang kaya akan ikan-
ikan tropis dan terumbu karang. Pengunjung dapat menyelam dan menyaksikan 150
Taman Laut Nasional Bunaken memiliki 20 titik penyelaman (dive spot) dengan
kedalaman bervariasi hingga 1.344 meter. Dari 20 titik selam itu, 12 titik selam di
antaranya berada di sekitar Pulau Bunaken. Dua belas titik penyelaman inilah yang
paling kerap dikunjungi oleh penyelam dan pecinta keindahan pemandangan bawah
laut.
Selain kemasyhuran pesona dalam laut, pulau-pulau di kawasan taman nasional ini
menghadirkan suasana yang natural. Pengunjung dapat bercengkrama bersama
keluarga maupun orang terkasih pada sore hari di pinggir pantai dimana sang surya
tidak lagi memancarkan panas sinarnya sembari menikmati sajian masakan favorit
yang dapat dipesan di restoran di resort yang pengunjung pilih.
Pulau Bunaken berada di perairan Laut Sulawesi. Taman Laut Nasional Bunaken di
sekitar pulau itu berada di sebelah utara Teluk Manado yang masih dalam wilayah
administrasi pemerintah Kota Manado.
a. Waruga
Waruga ialah salah satu bentuk budaya
materi yang telah berusia ratusan
tahun. Ia menandai kekhasan
masyarakat Sulawesi Utara. Ia
merupakan peti berbahan batu yang
berfungsi sebagai tempat penguburan
jasab orang meninggal. Peti kubur batu
ini terdiri dari dua bagian, yakni: badan
dan tutup. Batu utuhlah yang menjadi
bahan di tiap bagian peti. Bentuk
waruga umumnya menyerupai kubus pada bagian badannya. Sebagai gambaran, di
dalam waruga terdapat rongga sebagai kubur jasad. Posisi jasad dalam keadaan
jongok, seperti posisi bayi dalam rahim ibu. Kemudian, posisi tangan jasad laki-laki
seperti mengunci dan perempuan mengepal. Posisi mayat tersebut bagi adat
Minahasa terkait dengan fisafat hidup masyarakat setempat yang berpandangan
bahwa manusia mengawali kehidupan dengan posisi jongkok, maka semestinya
mengakhiri hidup dengan posisi yang sama. Filosofi ini dikenal dalam bahasa lokal
dengan istilah whom.
Komplek waruga ini jaraknya cukup jauh dari kota Manado. Desa Sawangan,
Kecamatan Airmadidi, Kabupaten Minahasa berada di tenggara ibukota Provinsi
Sulawesi Utara yang berjarak sekitar 24 kilometer dari pusat kota Manado.
Kuil yang tampak merah tapi anggun ini memiliki gaya arsitektur khas Cina klasik.
Selain desain bangunan yang cantik, ia memiliki agenda rutin tahunan yang
diadakan bertepatan dengan perayaan tahun baru Imlek dan juga Toa Peh Kong.
Acara Toa Peh Kong secara rutin digelar pada bulan Februari. Toa Peh Kong ini
merupakan tradisi Cina yang dibawa ke Manado oleh empunya kebudayaan, yakni
orang-orang Tionghoa yang bermigrasi ke Sulawesi Utara. Akan sangat menarik dan
ramai pada saat acara ini tiba. Biasanya akan ada atraksi-atraksi dan beberapa
pentas kebudayaan Cina, seperti barongsai, ince pia (semacam unjuk kemampuan
kekebalan tubuh), pikulan, dan kuda locia.
Corak khas lain dari kuil ini diwujudkan melalui ornamen-ornamen sebagai simbol-
simbol material yang tampak pada arsitektur kelenteng Ban Hin Kiong. Bila
diperhatikan, simbol-simbol material itu seolah-olah ingin mengirimkan pesan-pesan
yang dikandungnya kepada kita. Bahkan, perlambangan tersebut merupakan
pernyataan yang sekaligus representasi dari pesan-pesan suci bahwa kuil ini
merupakan sebuah tempat ibadah yang dibangun sebagai ‘Istana Tuhan‘ untuk
menghadirkan-Nya dan merupakan perwujudan ‘Istana Langit‘ di muka bumi.
Kelenteng Ban Hin Kiong berada di kawasan pusat kota Manado, atau tepatnya di
Jalan D.I. Panjaitan, kota Manado.
Hal-hal di atas berlaku juga pada Museum Negeri Provinsi Sulawesi Utara atau yang
sering disebut juga National Museum of Manado. Museum ini merupakan museum
Jika seorang wisatawan hanya mengalokasikan waktu kurang dari seminggu untuk
menjelajahi Sulawesi Utara, maka hendaknya mampir ke Museum Negeri Provinsi
Sulawesi Utara untuk melihat seperti apa sejarah dan kebudayaan masyarakat di
wilayah itu.
Museum Negeri Provinsi Sulawesi Utara bila ditilik dari namanya merupakan
museum yang ingin mendokumentasikan segala hal yang berkaitan dengan Provinsi
Sulawesi Utara. Karena dibangun untuk merepresentasikan kebudayaan, sejarah,
dan seni wilayah Sulawesi Utara, maka keunggulan museum ini ialah pada cakupan
koleksinya. Kemudian bila dilihat dari desain dan struktur bangunannya, museum ini
mengadopsi model rancang-bangun rumah adat Minahasa.
Di museum ini, pengunjung dapat melihat dan mendengar penjelasan dari pemandu
museum tentang apa yang ditampilkan di ruang-ruang ekshibisi. Ruang-ruang
ekshibisi tersebut dibagi ke dalam tiga lantai yang semuanya mengeksposisi segala
hal yang terkait dengan masyarakat Sulawesi Utara.
Museum ini berlokasi di jalan W.R. Supratman No. 72, Kota Manado.
Tiap penari kabasaran memiliki satu senjata tajam yang merupakan warisan dari
leluhurnya yang terdahulu karena tarian Kabasaran merupakan keahlian turun-
temurun. Tarian ini umumnya terdiri dari tiga babak. Babak-babak tersebut terdiri
dari cakalele, lumoyak, dan lalaya‘an.
Pada jaman dahulu, para penari Kabasaran hanya menjadi penari pada upacara-
upacara adat. Namun, apabila Minahasa dalam keadaan perang, maka para penari
Kabasaran menjadi waranei (prajurit perang). Dalam kehidupan sehari-hari, waranei
ini berprofesi sebagai petani. Kini, tarian Kawasaran atau Kabasaran acapkali
ditampilkan untuk menyambut tamu-tamu daerah maupun ditampilkan pada
festival-festival kebudayaan di Sulawesi Utara.
Tarian Kabasaran amat berbeda dengan tarian lainnya di Indonesia yang umumnya
mengumbar senyum dengan gerakan yang lemah gemulai. Tarian ini didominasi
dengan warna merah, rias wajah yang sangar, serta lantunan musik yang membakar
semangat. Tak hanya itu, mereka dibekali pedang dan tombak tajam, sehingga
membuat tarian Kabasaran terkesan rancak dan garang.
Tarian ini merupakan tarian keprajuritan tradisional Minahasa, yang diangkat dari
kata ‘wasal‘ yang bermakna ayam jantan yang dipotong jenggernya agar sang ayam
menjadi lebih garang dalam bertarung. Tarian ini diiringi oleh suara tambur atau
gong kecil. Alat musik pukul seperti gong, tambur atau kolintang disebut pa ‘wasalen
dan para penarinya disebut kawasalan, yang berarti ‘menari dengan meniru gerakan
dua ayam jantan yang sedang bertarung‘.
Datangi saja sanggar kelompok tarian Minahasa yang bernama ‘Tumou Tou Lestari‘.
Mereka berada di daerah Kelurahan Paslaten I dan Paslaten II, Kota Tomohon.
a. Watu Pinawetengan
Watu Pinawetengan merupakan sebuah
bongkahan batu alam yang tidak beraturan
dengan goresan-goresan bercorak di lereng
Gunung Soputan, Minahasa, 60 kilometer
barat Kota Manado, Sulawesi Utara. Menurut
para ahli arkeologi, goresan-goresan pada
bongkahan batu yang terletak di Kabupaten
Minahasa ini mempunyai aneka ragam
bentuk. Ada yang menyerupai wujud manusia,
genital laki-laki dan perempuan, dan juga ada
yang bermotif garis-garis yang belum dapat diungkap artinya. Dugaan mereka,
goresan-goresan pada batu yang ”hidup” dari masa peradaban megalitik ini
merupakan hasil karya kebudayaan masyarakat megalit yang berkelindan dengan
kepercayaan lokal (local belief) mereka.
Ketika mengunjungi tempat ini, para pengunjung akan dipandu oleh sang juru kunci
Watu Pinawetengan. Darinya, pengunjung akan mendapatkan banyak ceritera atau
informasi berkaitan dengan objek wisata Watu Pinawetengan, mulai dari sejarah
hingga nilai-nilai yang terkandung.
a. Kawasan boulevard
Kawasan Boulevard di kota Manado ini
merupakan salah satu ikon ibukota
provinsi yang penduduknya sering
disebut sebagai smiling people lantaran
keramahannya. Tempat ini boleh
dibilang sebagai kawasan pusat kuliner
malam hari di Manado. Suasana yang
hadir di sana bak suasana Pantai Losari
di kota Makasar, Sulawesi Selatan. Di sisi
lain, kawasan ini adalah kawasan
unggulan bagi Manado lantaran meningkatkan minat wisatawan untuk datang
menengok kota dan pantai di sepanjang Manado.
Ciri khas dari tempat ini adalah tersedianya bermacam-macam hidangan. Tidak
hanya masakan khas Manado, namun mulai dari nasi goreng, bakso, gado-gado,
tinutuan, dan lain-lain juga bisa dinikmati. Harganya pun relatif murah. Para
pengunjung dapat memilih sesuai selera yang diinginkannya. Mulai dari café,
restoran, warung, hingga penjaja kaki lima ada di sana.
Kawasan Boulevard menyatu dengan kota Manado yang terkenal dengan sebutan
Nyiur Melambai itu. Kawasan wisata ini memang merepresentasikan Manado
sebagai kota wisata pantai dan kuliner. Kawasan ini berada di Kota Manado.
b. Bubur Manado
Kekhasan masakan Manado adalah pada
rahasia dapurnya. Orang bilang, ”Tidak
Manado kalau tidak pedas.” Dibandingkan
masakan dari daerah lain yang memiliki ciri
khas yang relatif sama, masakan Manado
penggunaan bumbu masaknya terbilang
cukup royal. Perbandingannya, bumbu-
bumbunya 2 sampai 3 kali lebih banyak
daripada masakan di daerah lain. Di samping
bumbu-bumbu cukup banyak, variasi
bumbunya satu sama lain memiliki karateristik hampir sama, panas dan pedas.
Seperti cabe rawit, jahe, kunyit, dan sebagainya. Semuanya dicampur menjadi satu
dengan cabai merah.
Begitu pula dengan bubur Manado yang terasa berbeda dari bubur-bubur dari
daerah lainnya lantaran ia dicampur dengan kombinasi berbagai sayuran. Akan lebih
nikmat apabila ditambah dengan daun labu, daun kangkung, dan daun kemangi.
Bubur Manado ini tampil dalam wujud yang kental bersama sayuran yang lunak.
a. Desa Kanonang
Tak ada yang patut disesali ketika kita
mengunjungi desa Kanonang.
Masyarakatnya terkenal ramah dalam
menyambut kedatangan siapa pun,
termasuk para turis. Memang
masyarakat Kawangkoan sudah sejak
dulu kala terkenal dengan masyarakat
yang penuh kasih dan damai.
Satu hal yang menarik dari desa Kanonang di antara kemenarikan lainnya adalah
Bukit Kasih. Di bukit ini, tampak sebuah tugu yang berfungsi sebagai monumen. Ia
adalah Monumen Bukit Kasih. Monumen ini adalah simbol dari kerukunan antar
umat beragama di Sulawesi Utara. Di tiap sisi monumen, tertera pahatan sebuah
ajaran kasih sayang dari masing-masing agama besar yang ada di Indonesia. Dari
puncak bukit ini, kita dapat menyaksikan panorama alam yang mengelilinginya.
Begitu indah. Utamanya, di kala fajar dan senja.
Ada hal lain yang juga ‘monumental‘, yakni kacang garing Kawangkoan. Kacang
tanah yang begitu terkenal kelezatannya ini hampir dapat ditemui di setiap sudut
pasar atau toko di Sulawesi Utara. Kacang tanah ini enak dalam sajian goreng
(kering) maupun rebus. Anda dijamin tak akan menyesal datang ke tempat ini.
Pasokan bahan baku utama (kayu) untuk pembuatan rumah tradisional sebagian
besar berasal dari Palu, Sulawesi Tengah serta beberapa daerah di Provinsi Sulawesi
Tenggara. Kayu yang dipakai untuk pembuatan rumah-rumah tersebut ialah kayu
cempaka dan meranti.
Warga desa Woloan memilih profesi ini karena keuntungan yang didapat relatif
besar. Selain itu, pekerjaan ini merupakan pekerjaan turunan dari pendahulu-
pendahulu mereka yang memang telah dikenal handal dalam ranah kerajinan
rumah kayu khas Minahasa ini.
Desa Woloan sendiri memiliki kisah sejarah yang panjang. Desa yang telah berusia
lebih dari 150 tahun ini ada sejak tahun 1845. Konon, desa ini didirikan oleh lima
orang pemuka desa. Di antara kelimanya, disebut nama Walian Pontoh sebagai
hukum tua atau kepala desa yang pertama kali. Selain selaku pemimpin desa, ia juga
ahli pengobatan bagi masyarakat desa. Terkait dengan itu, nama Woloan berasal
dari Walian dimana Walian ialah gelar adat yang dilekatkan kepada seseorang di
dalam sebuah kelompok masyarakat tertentu di Minahasa lantaran dianggap
memiliki keistimewaan tertentu, sehingga ia pantas menjadi orang nomor satu di
desanya.
Rumah kayu hasil kerajinan warga desa Woloan memang unik. Rumah yang terbuat
dari kayu ini bisa dibongkar-pasang dan diboyong kemanapun sesuai dengan
kehendak pemiliknya. Meski tidak kaya dengan seni ukiran pada komponen kayu
penyusun rumah, corak dan bentuk kayu yang telah diproses tampak khas desain
arsitektur Minahasa, seperti layaknya desain arsitektur rumah panggung di
Sumatera.
Apabila pengunjung berminat dengan kerajinan mereka, maka tidak perlu repot-
repot membawanya pulang saat itu jua. Mereka telah menyediakan jasa pengiriman
rumah kayu khas Minahasa ini.
Tidak jauh dari lokasi ini, wisatawan dapat memandang keindahan Gunung Lokon,
gunung berapi yang menjadi andalan wisata pemerintah kota Tomohon. Gunung ini
terletak di utara desa Woloan. Suasana akan terasa lebih dekat dengan alam yang
indah dan ‘sehat‘ ketika kita menikmati air dari mata air yang ada di sana. Begitu
juga dengan areal perkebunan sayur-mayur di desa Kakaskasen yang berada di kaki
Gunung Lokon.
Tak hanya menyantap makanan yang lezat saja, wisatawan pun akan mendapati
pemandangan yang indah ketika melihat panorama pantai dan langit di teluk
Manado dari warung-warung yang berada di tepi pantai di sepanjang Jalan Walter
Monginsidi. Lebih dari itu, pengunjung juga dapat secara langsung menikmati
hangatnya sinar sang surya dan menyaksikannya terbenam di sore hari.