Anda di halaman 1dari 6

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ALKHAIRAAT


Bag./SMF IlmuKesehatanKulit&Kelamin FK UNISA Palu / RSU Anutapura

STATUS PENDERITA

Diagnosa : Dermatitis Kontak Alergi

Nama : Nini Inriani

NIM : 12 17 777 14 178

Pembimbing : dr. Sukma Anjayani, M.Kes.,Sp.KK


1. Nama : Ny. A
Umur : 38 Tahun
Alamat : Ds. Ambesia
Status Perkawinan : Menikah
Tgl. MasukRs/Poli : 14 Agustus 2018

2. Anamnesis : Autoanamnesis
KeluhanUtama : Gatal pada telapak tangan
Keluhan dirasakan sejak 5 bulan yang lalu. Keluhan tersebut diawali dengan timbul bnti-
bintik merah berisi air pada sela-sela jari dan telapak tangan. Gatal(+). Bintik-bintik
merah tersebut semakin bayak dan pecah. Perih(+). Bintik- bintik merah yan gpecah
tersebut semakin gatal dan kulitnya semakin lama semakin menebal. Keluhan gatal
memberat saat mecuci piring dan mencuci baju. Keluhan tersebut baru pertama kali
dirasakan. Riwayat penyakit alergi sebelumnya (-), riwayat alergi makanan (-), riwayat
alergi obat (-), riwayat pengobatan sebelumnya (+), menurut pasien, ia rutin kontrol di
Poli Kulit kelamin dengan keluhanya, pasien mengatakan ada perbaikan gejala, tetapi jika
obatnya habis maka gejalanya akan muncul kembali. Riwayat gejala yang sama dalam
keluarga (-). Riwayat penyakit alergi dalam keluarga disangkal.

3. Status Pasien
Keadaan Umum : Sakit (Ringan/Sedang/Berat) ;Kesadaran : Composmentis
Gizi (Kurang/Cukup/Baik) ; Higiene (Buruk/Sedang/Baik)
Tanda Vital : Tensi ....... mm/Hg ; Nadi ....... /mnt ;
Pernapasan ......./mnt ; Suhu ....... oC
Kepala : * Sklera : Ikterus ( -/ - )
 Konjungtiva : Anemia (- / - )
 Bibir : Sianosis (-/-)
Jantung / Paru : Tidak dilakukan pemeriksaan
Abdomen : Tidak dilakukan pemeriksaan
Ekstremitas : Dalam batas normal
Kelenjar Limfa : Tidak dilakukan pemeriksaan

4. Status Lokalis : Kepala, Dada, Punggung, Bokong, Genetalia, Ekstremitas


(Superior/ inferior).

5. Status Dermatologi – Venereologi


Lokasi : Regio palmar
Ukuran : Plakat
Efloresensi : plak eritem, hiperpigmentasi, skuama pityriasiform dan makula
ertim
6. Laboratorium
Kerokan :
Dan lain-lain : Rapid Test (+)

Resume : Pasien perempuan umur 38 tahun datang ke Poli Klini Kulit dan
Kelamin dengan keluhan gatal pada telapak tangan. Keluhan dirasakan sejak 5 bulan
yang lalu. Keluhan tersebut diawali dengan timbul bnti-bintik merah berisi air pada sela-
sela jari dan telapak tangan. Gatal(+). Bintik-bintik merah tersebut semakin bayak dan
pecah. Perih(+). Bintik- bintik merah yan gpecah tersebut semakin gatal dan kulitnya
semakin lama semakin menebal. Keluhan gatal memberat saat mecuci piring dan mencuci
baju. Keluhan tersebut baru pertama kali dirasakan. Riwayat penyakit alergi sebelumnya
(-), riwayat alergi makanan (-), riwayat alergi obat (-), riwayat pengobatan sebelumnya
(+), menurut pasien, ia rutin kontrol di Poli Kulit kelamin dengan keluhanya, pasien
mengatakan ada perbaikan gejala, tetapi jika obatnya habis maka gejalanya akan muncul
kembali. Riwayat gejala yang sama dalam keluarga (-). Riwayat penyakit alergi dalam
keluarga disangkal.

7. Diagnosis Banding : DKI


8. Diagnosis : Dermatitis Kontak alergi

9. Diskusi : Dilampirkan

10. Anjuran Pemeriksaan :

11. Terapi
Sistemik : Cetirizine 1 x 10 mg tab/ 24 jam/oral
Methylprednisolon 2x4 mg/24 jam/oral

Topikal : Desoksimetason cr 15 gr
u.e Pagi – sore
Asam Fusidat cr 5 gr

12. Prognosis : Bonam


Pembahasan:

Definisi :
- Dermatitis kontak adalah dermatitis yang disebabkan oleh bahan atau substansi yang
menempel pada kulit .
- Dermatitis kontak alergi (DKA) adalah peradangan kulit yang terjadi setelah kulit terpajan
dengan bahan allergen melalui proses hipersensitivitas tipe lambat (tipe IV)

Epidemiologi :
- DKA < DKI
- Jumlah DKA makin bertambah seiring makin bertambahnya produk yang mengandung
bahan kimia
- Diperkirakan bahwa kejadian DKI akibat kerja 80 % dan DKA 20%
- Di Amerika Serikat berkisar antara 50 dan 60 %

Etiologi :

Bahan kimia sederhana dengan berat molekul yang umumnya rendah , yang disebut
dengan hapten , bersifat lipolifik dan dapat menembus statum korneum sehingga dapat
mencapai sel epidermis dibawahnya.

Patogenesis :

Mekanisme terjadiriya kelainan kulit pada DKA adalah mengikuti respon imun yarng
diperantarai olehsel (cell-mediated immune respons) atau reaksi imunologik tipe IV,
suatu hipersensitivitas tipelambat. Reaksi ini terjadi melalui dua fase, yaitu fase
sensitisasi dan fase elisitasi. Hanya individu yang telah mengalami sensitisasi dapat
menderita DKA. Sentisisasi terjadi dalam beberapa minggu setelah kontak dengan
allergen (referensi lain mengatakan terjadi dalam 5 hari atau lebih), tetapi belum terjadi
perubahan pada kulit. Perubahan pada kulit terjadi setelah adanya kontak yang berikutnya
terhadap allergen, walaupun dalam jumlah yang sangat sedikit. Sensitifitas tersebut akan
bertahan selama berbulan-bulan, bertahun-tahun, bahkan seumur hidup.

Fase Sensitisasi

Sebelum seorang pertama kali menderita dermatitis kontakalergik, terlebih dahulu mendapatkan
perubahan spesifik reaktivitas pada kulit. Perubahan ini terjadi karena adanya kontak dengan
bahan kimia sederhana yang disebut hapten yang akan terikat dengan protein, membentuk
antigen lengkap. Antigen ini ditangkap dan diproses oleh makrofag dan sel Langerhans,
selanjutnya dipresentasikan kes el T. Setelah kontak dengan yang telah diproses ini, sel T menuju
kekelenjar getah bening regional untuk berdeferensiasi dan berproliferasi membentuk sel T
efektor yang tersensitisasi secara spesifik dan sel memori. Sel-sel ini kemudian tersebar melalui
sirkulasi keseluruh tubuh, juga system limfoid, sehingga menyebabkan keadaan sensitivitas yang
sama di seluruh kulit tubuh. Fase saat kontak pertama allergen sampai kulit menjadi sensitive
disebut fase induksi atau fase sensitisasi. Fase ini rata-rata berlangsung selama 2-3 minggu. Pada
umumnya reaksi sensitisasi ini dipengaruhi oleh derajat kepekaan individu, sifat sensitisasi
alergen (sensitizer), jumlah alergen, dan konsentrasi. Sensitizer kuat mempunyai fase yang lebih
pendek, sebaliknya sensitizer lemah seperti bahan-bahan yang dijumpai pada kehidupan sehari-
hari pada umumnya kelainan kulit pertama muncul setelah lama kontak dengan bahan tersebut,
bias bulanan atau tahunan.

Fase Elisitasi

Sedangkan periode saat terjadinya pajanan ulang dengan alergen yang sama atau serupa sampai
timbulnya gejala klinis disebut fase elisitasi, umumnya berlangsung antara 24-48 jam.

Gejala Klinis :

- Umumnya pasien mengeluh gatal


- Pada stadium akut dimulai dengan bercak eritematosa berbatas tegas kemudian diikuti
edema, papulovesikel, vesikel atau bulla. Vesikel atau bulla dapat pecah dan menyebabkan
erosi dan eksudasi .
- DKA akut terjadi ditempat tertentu seperti kelopak mata , penis, skrotum, dan lebih
dominan oleh eritema dan edema
- DKA kronis terlihat kulit kering berskuama ,papul, likenfikasi dan mungkin juga fisur.
Batas tidak tegas.
- DKA dapat meluas ketempat lain, misalnya dengan cara autosensitisasi , scalp, telapak
tangan dan kaki relative resisten terhadap DKA.

Diagnosis :

Diagnosis didasarkan atas hasil anamnesis yang cermat dan pemeriksaan klinis yang teliti, serta
pembuktian dengan uji temple.

Pertanyaan mengenai kontak yang didasarkan kelainan kulit yang ditemukan, ada kelainan kulit
berukuran numular sekitar umbilikus berupa hiperpigmentasi, likenifikasi,

Dengan papul dan erosi, maka perlu ditanya apakah penderita memakai kancing celana atau
kepala ikat pinggang yang terbuat dari nikel. Data yang berasal dari anamnesis meliputi riwayat
pekerjaan, hobi , obat yang pernah digunakan, obat sistemik, kosmetika, bahan-bahan yang
diketahui menimbulkan penyakit kulit yang pernah dialami, riwayata topi baik dari yang
bersangkutan maupun keluarganya.

Pemeriksaan fisiks angat penting, karena dengan melihat lokasi dan pola kelainan sering kali
dapat diketahui kemungkinan penyebabnya. Misalnya, di ketiak oleh deodorant, pergelangant
angan oleh jam tangan, di kaki olehs epatu/sandal, Pemeriksaan hendaknya dilakukan di tempat
yang cukup terang, seluruh kulit untuk melihat kemungkinan kelainan kulit lain karena sebab-
sebab endogen.

Penatalaksanaan :

- Hal yang perlu diperhatikan pada pengobatan dermatitis kontak adalah upaya pencegahan
yang berulang.
- Kostiosteroid dapat diberikan dalam jangka pendek untuk mengatasi peradangan pada
dermatitis
- Untuk mengatasi kontak alergi yang ringan atau yang akut yang telah mereda (setelah
mendapat pengobatan kostikosteroid sistemik) cukup diberikan kortikosteroid topical.

Prognosis :
Prognosis dermatitis kontak alergi umumnya baik, sejauh bahan kontaktannya dapat
disingkirkan. Prognosis kurang baik dan menjadi kronis, bila bersamaan dengan dermatitis
olehfaktor endogen (dermatitis atopik, dermatitis numularis, atau psoriasis), atau pajanan dengan
bahan iritan yang tidak mungkin dihindari.

Anda mungkin juga menyukai