Anda di halaman 1dari 15

RUPTURA UTERI &

INVERSIO UTERI
Oleh: dr. DJEMI, SpOG
Ruptura Uteri:
•Definisi: robekan atau diskontinuitas dinding
rahim akibat dilampauinya daya regang
miometrium.
•Penyebab: disproporsi janin dan panggul,
partus macet atau traumatik.
•Gejala dan tanda: persalinan lama dan
mengeluh nyeri perut bagian bawah, diikuti
syok dan perdarahan pervaginam, robekan
tersebut dapat mencapai VU dan organ vital
disekitarnya.
Komplikasi Ruptura UterI:
•Risiko infeksi sangat tinggi, angka kematian
bayi sangat tinggi.
•Ruptura uteri inkomplit menyebabkan
hematoma pada parametrium, sulit dikenali
dan menimbulkan komplikasi serius atau
kematian.
•Syok yang terjadi seringkali tidak sesuai
dengan jumlah darah yang keluar karena
perdarahan hebat dapat terjadi ke dalam
kavum abdomen.
Masalah Ruptura Uteri:
•Morbiditas dan mortalitas yang tinggi.
•Konservasi fungsi reproduksi.
•Risiko ruptura uteri ulangan.
Penilaian Klinik Ruptura Uteri (RU):
RU pada uterus normal:
a. Partus macet merupakan penyebab utama.
b. Didahului oleh Bandl’s ring hingga umbilikus
atau di atasnya.
c. Kemudian diikuti dengan nyeri hebat pada
perut bawah.
d. Hilangnya kontraksi dan bentuk normal
uterus gravidus.
e. Perdarahan pervaginam dan syok.
RU pada uterus bekas seksio sesarea:
1. Pada cara klasik, ruptura terjadi sebelum
atau pada fase laten persalinan.
2. Pada insisi transversal SBR, umumnya terjadi
pada saat fase aktif atau kala II.
3. Gejala nyeri yang tidak khas, sulit dikenali tu.
Terjadi RU inkomplit, perdarahan hanya
sedikit bertambah dan janin tetap hidup
dalam beberapa menit atau jam.
Penangan RU:
•Upaya stabilisasi, berikan cairan isotonik (RL
atau NaCl 0,9%) 500 ml dalam 15-20 menit kmd
lanjutkan hingga mencapai 3 liter(lihat kondisi
pasien) dalam 2 jam pertama
•Lakukan laparotomi untuk melahirkan janin
dan plasenta. (jika di faskes dsr harus
merujuk).
•Lakukan reparasi uterus (usaha konservasi
uterus).
•Bila luka mengalami nekrosis yang luas dan
kondisi pasien mengkhawatirkan, lakukan
histerektomi.
•Lakukan bilasan peritoneal dan pasang drain
dari kavum abdomen.
•Antibiotika (yang spektrum luas tu. Jika
terdapat tanda2 infeksi) dan perlindungan
terhadap tetanus (serum anti tetanus
1500IU/IM dan TT 0,5 ml IM).
INVERSIO UTERI:
•Definisi: keadaan dimana lapisan dalam uterus
(endometrium) turun dan keluar lewat ostium
uteri eksternum, yang dapat bersifat inkomplit
sampai komplit.
•Ini merupakan salah satu kegawatdaruratan
pada kala III yang dapat menimbulkan
perdarahan (selain atonia uteri, robekan jalan
lahir, retensio plasenta, gangguan faktor
pembekuan darah)
Faktor2 penyebab Inversio Uteri (IU):
•Atonia uteri,
•Serviks yang masih terbuka lebar,
•Adanya kekuatan yang menarik fundus ke
bawah (misalnya karena plasenta akreta,
inkreta dan perkreta, yang tali pusatnya ditarik
keras dari bawah) atau ada tekanan pada
fundus uteri dari atas (manuver Crede) atau
tekanan intra abdominal yang keras dan tiba-
tiba (misalnya batuk keras atau bersin).
Kesimpulan:
Melakukan traksi umbilikus pada pertolongan
aktif kala III dengan uterus yang masih atonia
memungkinkan terjadinya inversio uteri 
Belajar Manajemen Aktif Kala III.
Tanda-tanda Inversio Uteri:
•Syok karena kesakitan
•Perdarahan banyak berkumpul
•Di vulva tampak endometrium terbalik dengan
atau tanpa plasenta yang masih melekat
•Jika baru terjadi: prognosis baik dan jika cukup
lama menyebabkan iskemia, nekrosis dan
infeksi sehingga prognosisnya buruk.
Penatalaksanaan/Tindakan pada IU:
•Bantuan anestesi diperlukan dan memasang
infus (Cairan pengganti darah/darah dan
pemberian obat).
•Memberikan tokolitik dan melakukan reposisi
manual.
•Dilakukan manual plasenta dengan tangan
didalam uterus, bila berhasil kmg diberikan
uterotonika.
•Pemberian antibiotika dan transfusi darah
sesuai dengan keperluannya.
•Intervensi bedah dilakukan jika reposisi tidak
secara manual tidak memungkinkan, dilakukan
laparotomi: Huntington’s technic.
•Histerektomi dilakukan bila uterus telah
mengalami infeksi dan nekrosis (jalan
terakhir).
Thank you
And
God Bless You

Anda mungkin juga menyukai