PEMBAHASAN
A. Definisi Manajemen
Kata Manajemen berasal dari bahasa Perancis kuno ménagement,
yang memiliki arti "seni melaksanakan dan mengatur”. Manajemen belum
memiliki definisi yang mapan dan diterima secara universal. Mary Parker
Follet, misalnya, mendefinisikan manajemen sebagai seni menyelesaikan
pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini berarti bahwa seorang manajer
bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan
organisasi.
Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk memberikan
pengaruh kepada perubahan perilaku orang lain secara langsung maupun
tidak. Gaya kepemimpinan dapat diidentifikasikan berdasarkan perilaku
pimpinan itu sendiri.
B. Manajemen Konflik
Organisasi merupakan tempat manusia berinteraksi yang
mempunyai kemungkinan terjadinya suatu konflik, konflik ini bisa
berhubungan dengan perasaan termasuk perasaan yang diabaikan, tidak
dihargai, atau beban berlebihan dan perasan individu yang menimbulkan
suatu titik kemarahan.
Dahulu konflik dianggap sebagai sesuatu yang berbau negatif
sehingga cara mengelolahnya pun bermula dari yang sederhana seperti dan
membiarkan saja sampai yang bersifat ekstrim yaitu berusaha
menghilangkan sampai ke akar-akarnya (gillies, 1994).
Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa
individu dalam suatu interaksi. Perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya
adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat,
keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan dibawasertanya ciri-ciri
individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan situasi yang wajar
dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah
3
mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat
lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya
masyarakat itu sendiri.
Tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik
antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik
hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri.
C. Definisi konflik
Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling
memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial
antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak
berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau
membuatnya tidak berdaya.
4
d. Menurut Minnery (1985), Konflik organisasi merupakan interaksi
antara dua atau lebih pihak yang satu sama lain berhubungan dan
saling tergantung, namun terpisahkan oleh perbedaan tujuan.
e. Konflik dalam organisasi sering terjadi tidak simetris terjadi hanya
satu pihak yang sadar dan memberikan respon terhadap konflik
tersebut. Atau, satu pihak mempersepsikan adanya pihak lain yang
telah atau akan menyerang secara negatif (Robbins, 1993).
f. Konflik merupakan ekspresi pertikaian antara individu dengan
individu lain, kelompok dengan kelompok lain karena beberapa
alasan. Dalam pandangan ini, pertikaian menunjukkan adanya
perbedaan antara dua atau lebih individu yang diekspresikan,
diingat, dan dialami (Pace & Faules, 1994:249).
g. Konflik dapat dirasakan, diketahui, diekspresikan melalui perilaku-
perilaku komunikasi (Folger & Poole: 1984).
h. Konflik senantisa berpusat pada beberapa penyebab utama, yakni
tujuan yang ingin dicapai, alokasi sumber – sumber yang
dibagikan, keputusan yang diambil, maupun perilaku setiap pihak
yang terlibat (Myers,1982:234-237; Kreps, 1986:185; Stewart,
1993:341).
i. Interaksi yang disebut komunikasi antara individu yang satu
dengan yang lainnya, tak dapat disangkal akan menimbulkan
konflik dalam level yang berbeda – beda (Devito, 1995:381)
2. Penyebab konflik
Penyebab konflik dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti
berikut:
a. Perbedaan individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan
perasaan.
Setiap manusia adalah individu yang unik. Artinya, setiap
orang memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda satu
dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal
atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab
konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang
5
tidak selalu sejalan dengan kelompoknya. Misalnya, ketika
berlangsung pentas musik di lingkungan pemukiman, tentu
perasaan setiap warganya akan berbeda-beda. Ada yang merasa
terganggu karena berisik, tetapi ada pula yang merasa terhibur.
6
kelompok atau antara kelompok dengan individu, misalnya konflik
antara kelompok buruh dengan pengusaha yang terjadi karena
perbedaan kepentingan di antara keduanya. Para buruh
menginginkan upah yang memadai, sedangkan pengusaha
menginginkan pendapatan yang besar untuk dinikmati sendiri dan
memperbesar bidang serta volume usaha mereka.
7
a. Faktor Komunikasi. Salah pengertian yang berkenaan dengan
kalimat, bahasa yang sulit dimengerti, atau informasi yang mendua
dan tidak lengkap, serta gaya individu manajer yang tidak
konsisten.
b. Faktor Struktur. Pertarungan antara departemen, sistem penilaian
yang bertentangan, persaingan memperebutkan sumber daya yang
terbatas, saling ketergantungan dua atau lebih kelompok.
c. Faktor Pribadi. Ketidak sesuaian tujuan atau nilai-nilai sosial
pribadi karyawan dengan perilaku yang diperankan pada jabatan
mereka, dan perbedaan-perbedaan dalam nilai-nilai dan persepsi.
3. Kategori konflik
Di dalam organisasi, konflik dipandang secara vertikal dan
horizontal (Marquis & Huston, 1998). Vertikal terjadi antara atasan
dan bawahan, horizontal terjadi antara staf dengan posisi dan
kedudukan yang sama, misalnya konflik yang meliputi wewenang,
keahlian, dan praktik.
a. Intrapersonal.
Konflik yang terjadi pada individu sendiri. Akibat dari
kompetisi peran, misalnya, manajer mempunyai konflik
intrapersonal dengan loyalitas terhadap profesi keperawatan,
loyalitas terhadap pekaryaan, dan loyalitas kepada pasien.
b. Interpersonal.
Konflik terjadi antara dua orang atau lebih dimana nilai,
tujuan dan keyakinan berbeda. Misal, manajer sering mengalami
konflik dengan teman sesama manajer, atasan, dan bawahan.
c. Antarkelompok.
Konflik terjadi antara dua atau lebih dari kelompok orang,
departemen, atau organisasi. Misalnya, hambatan dalam mencapai
kekuasaan dan otoritas.
4. Proses konflik
8
a. Konflik laten.
Konflik yang terjadi terus menerus dalam suatu organisasi.
Misal, kondisi tentang keterbatasan staf dan perubahan yang cepat.
Memicu ketidakstabilan organisasi dan kualitas produksi, konflik
kadang tidak nampak secara nyata atau tidak pernah terjadi.
b. Konflik yang dirasakan.
Konflik terjadi karena adanya sesuatu yang dirasakan
sebagai ancaman, ketakutan, tidak percaya, dan marah.
c. Konflik yang tampak/sengaja dimunculkan.
Konflik sengaja dimunculkan untuk dicari solusinya.
Tindakan yang dilaksanakan menghindar, kompetisi, debat, atau
mencari penyelesaian konflik.
d. Resolusi konflik.
Suatu penyelesaian masalah dengan cara memuaskan
semua orang yang terlibat didalamnya. Dengan prinsip “win-win
solution”.
e. Konflik “aftermath”.
Konflik yang terjadi akibat dari tidak terselesainya konflik
yang pertama. Konflik ini akan menjadi masalah besar jika tidak
segera diatasi.
9
3) Menyusun tujuan.
Jelasakan tujuan spesifik yang akan dicapai.
b. Identifikasi
1) Mengelola perasaan. Hindari respon emosional : marah, sebab
setiap orang mempunyai respon yang berbeda terhadap kata-
kata, ekspresi, dan tindakan.
c. Intervensi
1) Masuk pada konflik yang diyakini dapat diselesaikan dengan
baik. Identifikasi hasil yang positif yang akan terjadi.
2) Menyelesaikan metode dalam menyelesaikan konflik.
Memerlukan metode yang berbeda-beda. Pilih metode yang
paling sesuai untuk menyelesaikan konflik yang terjadi.
(Vestal, 1994)
10
Strategi “win-lose” sebagai penyelesaian konflik. Hanya
ada satu orang atau kelompok yang menang tanpa
mempertimbangkan yang kalah.
c. Akomodasi
Seseorang berusaha mengakomodasi permasalahan, dan
memberi kesempatan pada orang lain untuk menang.
d. Smoothing
Teknik ini merupakan penyelesaian konflik dengan cara
mengurangi komponen emosional dalam konflik. Individu yang
terlibat berupaya mencapai kebersamaan dari pada perbedaan
dengan penuh kesadaran dan introfeksi diri.
e. Menghindar
Semua yang terlibat dalam konflik ini menyadari tentang
masalah yang dihadapi, tetapi memilih untuk menghindar atau
tidak menyelesaikan masalah. Strategi ini dipilih bila tidak ada
kesepakatan dan membahayakan kedua belah pihak.
f. Kolaborasi
Strategi ini merupakan strategi “win-win solution” dalam
kolaborasi, kedua unsur yang terlibat menentukan tujuan bersama
dan bekerjasama dalam mencapai suatu tujuan.
D. Kolaborasi
Kolaborasi adalah bentuk kerjasama, interaksi, kompromi beberapa
elemen yang terkait baik individu, lembaga dan atau pihak-pihak yang
terlibat secara langsung dan tidak langsung yang menerima akibat dan
manfaat. Nilai-nilai yang mendasari sebuah kolaborasi adalah tujuan yang
sama, kesamaan persepsi, kemauan untuk berproses, saling memberikan
manfaat, kejujuran, kasih sayang serta berbasis masyarakat. (CIFOR/PILI,
2005).
11
a. Jonathan (2004) mendefinisikan kolaborasi sebagai proses interaksi
di antara beberapa orang yang berkesinambungan.
b. Menurut Kamus Heritage Amerika (2000), kolaborasi adalah
bekerja bersama khususnya dalam usaha penggabungan pemikiran.
c. Gray (1989) menggambarkan bahwa kolaborasi sebagai suatu
proses berpikir dimana pihak yang terlibat memandang aspek-
aspek perbedaan dari suatu masalah serta menemukan solusi dari
perbedaan tersebut dan keterbatasan pandangan mereka terhadap
apa yang dapat dilakukan.
E. Negosiasi
12
Negosiasi pada umumnya sama dengan kolaborasi. Pada
organisasi, negosiasi yaitu suatu pendekatan yang kompetitif (Marquis dan
Huston, 1998). Negosiasi dirancang sebagai suatu pendekatan kompromi
untuk menyelesaikan konflik. Berbagai pihak yang terlibat menyerah dan
lebih menekankan waktu mengakomodasi perbedaan-perbedaan antara
keduanya.
Smeltzer (1991) mengidentifikasi ada dua tipe dasar negosiasi,
yakni kooperatif (setiap orang menang), dan kompetitif (hanya satu orang
yang menang). Satu hal yang penting dalam negosiasi adalah apakah ada
salah satu atau kedua pihak menghendaki adanya perubahan hubungan
yang berlangsung dengan meningkatkan hubungan yang lebih baik. Jika
kedua pihak menghendaki adanya perbaikan hubungan, maka akan muncul
tipe kooperatif. Namun jika hanya salah satu pihak yang menghendaki
perbaikan hubungan, maka yang muncul adalah tipe kompetitif. Meskipun
dalam negosiasi ada pihak yang menang dan kalah, sebagai negosiator
penting untuk memaksimalkan kemenangan kedua pihak untuk mencapai
tujuan bersama, meminimalkan kekalahan dengan membuat pihak yang
kalah tetap dapat tujuan bersama, dan membuat kedua belah pihak merasa
puas terhadap hasil negosiasi.
Terdapat tiga kriteria yang harus dipenuhi sebelum manajer setuju
untuk memulai proses negosiasi :
1) Masalah harus dapat dinegosiasikan.
2) Negotiator harus tertarik terhadap “take and give” selama
proses negosiasi.
3) Harus saling percaya (Smeltzer, 1991)
13
3) Memilih alternatif yang terbaik terhadap sarana dan prasarana.
Efektifitas dan efisiensi.
4) Mempunyai agenda yang disembunyikan. Agenda negosiasi
dapat ditawarkan jika alternatif negosiasi tidak dapat
disepakati.
14
a. Jelaskan tujuan negosiasi, bukan posisinya. Pastikan bahwa anda
mengetahui keinginan orang lain.
b. Perlakukanlah orang lain sebagai teman dalam menyelesaikan
masalah bukan sebagai musuh. Hadapi masalah yang ada, bukan
orangnya.
c. Ingat bahwa setiap orang mengharapkan penyelesaian yang dapat
diterima, jika anda dapat menyajikan sesuatu dengan baik dan
menarik.
d. Dengarkan dengan baik-baik apa yang akan dikatakan dan apa yan
tidak. Perhatikan pergerakan tubuhnya.
e. Lakukan sesuatu yang sederhana, tidak berbelit-belit.
f. Antisipasi penolakan.
g. Tahu apa yang dapat anda berikan.
h. Tunjukkan beberapa alternatif pilihan.
i. Tunjukkan keterbukaan dan ketaatan jika orang lain sepakat
dengan pendapat anda.
j. Bersikaplah asertif, bukan agresif.
k. Hati-hati ! anda mempunyai suatu kekuasaan untuk memutuskan.
l. Pergunakan pergerakan tubuh jika anda menyetujui atau tidak
terhadap suatu pendapat.
m. Konsisten terhadap sesuatu yang anda anggap benar.
2. Hindari
a. Sikap yang tidak baik, sinis, kasar dan menyepelekan.
b. Trik yang tidak baik, manipulasi.
c. Distorsi.
d. Tergesa – gesa dalam proses negosiasi.
e. Tidak berurutan.
f. Membuat hanya satu pilihan.
g. Memaksakan kehendak.
h. Berusaha menekankan pada satu pendapat.
15