Knee Fracture
Knee Fracture
KNEE FRACTURE
Di susun oleh :
Amalia Dwi Ananda
110 210 0099
Pembimbing :
dr. Alfa Januar
Supervisor :
Dr. dr. Muh. Sakti, Sp.OT
Stambuk : 1102100099
Indonesia.
Halaman Judul........................................................................................................i
Lembar Pengesahan...............................................................................................ii
Daftar Isi...............................................................................................................iii
A. Pendahuluan…….......................................................................................1
B. Tinjauan Pustaka…………………………………………………………2
1. Definisi ………...................................................................................2
2. Epidemiologi……………….………………………………………..3
3. Anatomi ..............................................................................................3
4. Mekanisme Trauma............................................................................9
5. Diagnosis…………...........................................................................11
8. Komplikasi………............................................................................23
9. Prognosis….……….……….………...………………………….…24
Daftar Pustaka......................................................................................................25
BAB I
PENDAHULUAN
Sendi lutut adalah sendi yang paling dominan digunakan setelah sendi bahu.
Sendi lutut juga merupakan sendi terbesar yang menopang tubuh. Sendi lutut
terdiri dari tiga pertemuan tulang yaitu patella (tempurung lutut), tibia (tulang
kering) dan femur (tulang paha). Ligamen dan tendon berperan dalam
menyatukan ketiga tulang tersebut dan juga berperan dalam fiksasi sehingga
memungkinkan pergerakan lutut. Fraktur sendi lutut adalah fraktur yang
melibatkan satu tulang ataupun multiple tulang yang melibatkan ketiga tulang
tersebut. Fraktur sendi lutut meliputi intraartikuler (termasuk kapsul sendi lutut)
dan fraktur ekstraartikuler (daerah diluar dari sendi lutut). Cedera pada lutut
adalah keluhan yang paling banyak dialami oleh orang-orang yang sering
beraktivitas berat seperti dalam olahraga serta fitness. Dalam referat ini akan
dibahas mengenai fraktur yang terjadi pada sendi lutut.1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
3. Anatomi
Anatomi sendi lutut terdiri atas proksimal tibia, distal femur, dan patella.
Distal femur tersusun atas kondilus medial dan lateral, epikondilus medial dan
lateral, facies patellaris, dan fossa interkondiler. Kondilus medial lebih besar dan
sedikit meluas dibandingkan kondilus lateral. Kedua kondilus ditutupi oleh
kartilago artikular. Facies patellaris berada di daerah depan distal femur diantara
medial dan lateral kondilus femur. Permukaannya juga ditutupi oleh kartilago
artikuler dan merupakan sisi melekatnya patella. Sebelah lateral facies patellaris
biasanya lebih menonjol dibandingkan dengan sisi medial untuk memudahkan
perabaan patella pada femur.6
Gambar 1. Distal femur aspek anterior dan posterior. 7
Epikondilus berperan dalam sisi untuk melekatnya struktur penting. Bagian
dalam dan permukaan ligamentum kolateral medial melekat pada epikondilus
medial. Batas proksimal epikondilus medial lebih besar dan berperan sebagai sisi
melekatnya adductor magnus. Bagian lateral atau ligamentum collateral fibular
melekat pada epikondilus lateral. Bagian bawah dari bagian itu adalah melekatnya
otot poplitea yaitu pada sekat antara kondilus lateral dan epikondilus. Sebelah
medial dan lateral puncak otot gastrocnemius berasal dari bagian medial dan
lateral kondilus posterior femur. Fossa interkondiler adalah sisi melekatnya
ligamentum cruciatum. Sebelah depan ligamentum cruciatum melekat pada
bagian posterolateral dari fossa, dan ligamentum cruciatum posterior berada pada
bagian anteromedial dari fossa interkondiler. 6
Permukaan tibia proksimal terdiri atas plateaus medial dan lateral serta
interkondiler eminens. Plateau medial lebih besar dan lebih meluas ke sisi
belakang jika dibandingkan dengan plateau lateral. Permukaan medial plateau
berbentuk lebih datar. Sementara lateral tibial plateu lebih konveks. Kedua tibial
plateau ditutupi oleh kartilago artikuler. Eminence intercondylar adalah tempat
melekatnya meniskus dan ligamentum cruciatum. 6
Gambar 2. (a) Sendi lutut tampak anterior (b) Fleksi sendi lutut tampak
anterior. 7
Patella merupakan tulang sesamoid dengan tendon yang berasal dari otot
quadriceps. Terdapat dua sisi yang besar pada patella, yaitu medial dan lateral.
Terdapat jenis dan ukuran yang signifikan antara keduanya. Namun, normalnya
kutub lateral lebih luas dan medial lebih mengarah ke trochlea femoral. 6
5. Diagnosis 1,8,10,11
Riwayat penyakit:
Pasien yang datang biasanya mengeluh rasa nyeri, bengkak dan kelainan
bentuk, juga terdapat riwayat cedera, diikuti dengan ketidakmampuan
menggunakan tungkai yang mengalami cedera, fraktur tidak selalu dari
tempat yang cedera suatu pukulan dapat menyebebkan fraktur pada kondilus
femur, patella atau tibia. Umur pasien dan mekanisme cedera itu penting,
kalau fraktur terjadi akibat cedera yang ringan curigailah lesi patologik nyeri,
memar dan pembengkakan adalah gejala yang sering ditemukan, tetapi gejala
itu tidak membedakan fraktur dari cedera jaringan lunak, deformitas jauh
lebih mendukung.
Tanda – tanda lokal :
Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan Radiologi (Foto X-ray) yang harus dilakukan pada fraktur
sendi lutut adalah foto AP dan lateral.4
Seorang ahli bedah sebaiknya melihat ciri - ciri foto radiologi AP dan
lateral seperti berikut: 4
a. Lokasi dan morfologi fraktur harus ditentukan.
b. Adanya garis fraktur sekunder: garis ini dapat berubah selama operasi.
c. Adanya fraktur kominutif: hal ini menandakan cedera- energi tinggi.
d. Jarak fragmen tulang yang telah berubah dari lokasi normalnya:
pergeseran fragmen yang luas menunjukkan bahwa jaringan lunak yang
terikat telah rusak dan fragmen mungkin avaskular.
e. Defek osseus: hal ini menunjukkan adanya tulang yang hilang.
f. Garis fraktur dapat meluas ke proksimal hingga ke lutut atau ke distal
hingga ke pergelangan kaki.
g. Keadaan tulang: Apakah ada bukti adanya osteopenia, metastasis, atau
fraktur sebelumnya?
h. Gas dalam jaringan: hal ini biasanya akibat sekunder dari fraktur terbuka
tetapi juga dapat menandakan adanya gas gangren, necrotizing fasciitis,
atau infeksi anaerob lainnya.
Pemeriksaan X-ray adalah hal yang wajib. Harus diingat rule of twos: 2
a. Two views - Setidaknya dibutuhkan dua posisi (anteroposterior dan lateral)
yang harus diambil.
b. Two joints – Pada lengan bawah atau tungkai bawah, satu tulang dapat
fraktur dan mengalami angulasi. Angulasi tidak mungkin terjadi kecuali
tulang lainnya juga rusak, atau sendi dislokasi. Keduanya, sendi atas dan
bawah fraktur harus diambil pada film x-ray.
c. Two limbs - Pada anak-anak, adanya epifisis yang imatur dapat
membingungkan dengan diagnosis fraktur; foto x-ray dari ekstremitas
yang tidak terluka diperlukan untuk perbandingan.
d. Two injuries – Cedera yang parah sering menyebabkan cedera pada lebih
dari satu level. Jadi, pada fraktur calcaneum atau femur penting dilakukan
foto x-ray pelvis dan spine.
e. Two occasions - Beberapa fraktur yang sangat sulit untuk dideteksi segera
setelah cedera, tapi pemeriksaan x-ray yang lain satu atau dua minggu
kemudian dapat menunjukkan adanya lesi. Contoh umum adalah
undisplaced fraktur ujung distal klavikula, scaphoid, neck femur dan
maleolus lateralis dan juga fraktur stress dan cedera fiseal yang tidak
berpindah dimanapun terjadi.
Computed tomography dan magnetic resonance imaging (MRI) biasanya
tidak diperlukan. Technetium scan tulang dan MRI dapat berguna dalam
mendiagnosis stress fraktur sebelum cederanya menjadi jelas pada foto polos.
Angiografi diindikasikan jika dicurigai terdapat cedera arteri.4
Klasifikasi AO 8
Manajemen post-operasi 4
1). Trauma pada ekstremitas paling sering menggunakan alat gerakan pasif
sesaat setelah operasi jika kulit dan jaringan lunak bisa toleransi.
2). Fisioterapi untuk memperbaiki gerakan aktif pasien saat berolahraga, dan
dianjurkan untuk tidak menggunakan ekstremitas saat berpijak.
3). Penyembuhan pada usia tua bisa saja tertunda 12 minggu.
b. Fraktur patella 9
Tatalaksana 4,5
1). Non-operasi : Tatalaksana ini cocok untuk fraktur non-displaced patella
dengan fungsi ekstensor baik. Jika terdapat hemaarthrosis, dianjurkan
untuk aspirasi, sebelum imobilisasi dengan silinder atau brace
dilepaskan. Latihan quadriceps dianjurkan setelah masa istirahat. Brace
dapat dilepaskan setalah 4-6 minggu. 4,5
2). Operasi : 4,5
a. Open Reduction and Internal Fixation (ORIF) : Metode ini telah
menggunakan cerclage wire, tension band wire, dan two Kirschner
wires, atau lag screw fixation. Pada kasus tersebut apabila terdapat
fraktur kominutif, pengeluaran fragmen kecil dapat dilakukan.
Imobilisasi dianjurkan sampai penyembuhan luka dimulai, tetapi
mobilisasi dini dapat dilakukan dalam beberapa hari. Indikasi
dilakukan ini adalah apabila pasien kehilangan fungsi ekstensi aktif,
> 2mm perubahan posisi sendi, >3mm pemindahan fragmen, atau
fraktur terbuka. Pada pasien dengan fraktur kominutif berat atau
marginal, imobilisasi dilakukan selama 3-6 minggu.
b. Patellektomi parsial: Untuk memperbaiki fungsi ekstensor dapat
dilakukan internal fiksasi. Reseksi kutub inferior adalah satu-satunya
indikasi apabila terjadi fraktur kominutif yang parah. Rekonstruksi
anatomi normal patella adalah tujuan pada kasus fraktur patella.
c. Patellektomi total : Patellektomi total dilakukan pada fraktur
kominutif berat, tetapi jarang dilakukan. Perbaikan retinakuler
medial dan lateral yang rusak pada saat patellektomi sangat penting.
Baik patellektomi total maupun parsial, sendi lutut harus
diimobilisasi dengan cast pada posisi fleksi 10 derajat selama 3-6
minggu.
c. Fraktur proksimal tibia
Klasifikasi Schatzker 8
1). Fraktur yang tidak bisa sembuh atau bahaya avaskulerr necrosis
tinggi
2). Fraktur yang tidak bisa direposisi tertutup
3). Fraktur yang dapat direposisi tetapi sulit dipertahankan
4). Fraktur yang berdasarkan pengalaman memberi hasil yang lebih baik
dengan operasi
7. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi ada 3 jenis, yaitu komplikasi dini, lambat
dan komplikasi lanjut..2,4
1. Early : 2,4
a. Vaskuler : Sindrom kompartemen, trauma vaskuler
b. Neurologis : lesi medulla spinalis atau saraf perifer
c. Crush syndrome
2. Delay : 2,4
a Infeksi : Jarang terjadi dan biasanya berhubungan dengan adanya
luka terbuka dan dicurigai akibat debridemen berulang.
8. Prognosis
Penyembuhan fraktur merupakan suatu proses biologis yang
menakjubkan. Tidak seperti jaringan lainnya, tulang yang mengalami fraktur
dapat sembuh tanpa jaringan parut. Pengertian tentang reaksi tulang yang
hidup dan periosteum pada penyembuhan fraktur mulai terjadi segera setelah
tulang mengalami kerusakan apabila lingkungan untuk penyembuhan
memadai sampai terjadi konsolidasi. Faktor mekanis yang penting seperti
imobilisasi fragmen tulang secara fisik sangat penting dalam penyembuhan,
selain faktor biologis yang juga merupakan suatu faktor yang sangat esensial
dalam penyembuhan fraktur.11
DAFTAR PUSTAKA
1. Kottmeier, S. American Academy of Orthopaedic Surgeons. Distal Femur
(Thighbone) Fractures of the Knee.[online]. 2008 [cited 2015 November 9
]; Available from: URL:
http://orthoinfo.aaos.org/topic.cfm?topic=a00364
2. Nalyagam S. Principles of Fractures. In: Solomon L. Apley’s System of
Orthopaedics and Fractures. Ninth edition. UK: 2010. p. 687-693.
3. Bucholz, R W.; Heckman, James D. Fractures of The Femur. In: Court-
Brown, Charles M. Rockwood & Green's Fractures in Adults, 7th Edition.
UK: Lippincott Williams & Wilkins. 2006. p. 1868-76.
4. Koval, Kenneth J.; Zuckerman, Joseph D. Handbook of Fractures, 4th
Edition. USA: Lippincott Williams & Wilkins. 2006.p. 420-8, 439-45,
455-63
5. Keebe, G. Key Topic in Orthopaedic Trauma Surgery. London: Bios
Scientific. 2000. P. 46-8, 146-7, 287-9
6. Wiesel, S. Essentials of Orthopaedic Surgery, 3rd Edition. USA: 2007. P.
454-7.
7. Thompson, J. Netter’s Concise Orthopaedic Anatomy, 2nd Ed. Elsevier
Saunders, 2010. Hal: 251, 266-8, 286-322.
8. Mostofi, SB. Fracture Classification in Clinical Practice. London:
Springer. 2006. 53-60.
9. Miller MD, Thompson SR, Hart JA. Review of Orthopaedics 6th Edition.
Philadelphia; Saunder Elsevier. 2012. p. 315-6.
10. Rasjad, C. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Penerbit PT Yarsif
Watampone, Jakarta, 2009. Hal 82-85, 92-94, 355-361, 364
11. Apley GA, Solomon L. Buku Ajar Ortopedi Dan Fraktur Sistem Apley.
Edisi ke-7. Jakarta, 1995. Widya Medika.