Anda di halaman 1dari 19

PROPOSAL KEGIATAN

Promosi dan Pendidikan Kesehatan

“IVA TEST”

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Maternitas

Disusun Oleh :

KELOMPOK 2

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

GARUT

2019
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah S.W.T yang telah melimpahkan segala

rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan

Proposal Kegiatan “Nutrisi Ibu Hamil”.

Proposal ini dibuat untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah

Keperawatan Maternitas. Atas segala dukungan-Nya penulis mengucapkan

banyak terima kasih yang sebanyak-banyak nya kepada semua pihak yang

telah membantu kami dalam membuat proposal ini. Sehingga proposal ini

dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Penulis menyadari masih banyak kesalahan dan kekurangan yang

terdapat dalam Proposal ini, penulis mengharap kritik dan saran yang sangat

membangun untuk penulis

Garut, 11 April 2019

Penulis
SATUAN ACARA PENYULUHAN

IVA TEST

Pokok Pembahasan : Pemeriksaan IVA Untuk Deteksi Dini Kanker

Serviks

Sasaran : Ibu-ibu di UPT Puskesmas Haurpanggung/

posyandu

Hari/tanggal/waktu : Jum’at, 12 April 2019 Pukul : 08:00 s/d Selesai

Waktu Penyuluhan : 30 Menit

Tempat : UPT Puskesmas Haurpanggung/posyandu

Pemateri : Mahasiswa Universitas Padjadjaran

A. Latar Belakang

Kanker serviks adalah kanker yang tumbuh pada sel-sel di leher rahim.

Umumnya, kanker serviks tidak menunjukkan gejala pada tahap awal.

Gejala baru muncul saat kanker sudah mulai menyebar

B. Tujuan Umum

1. Setelah dilakukan penyuluhan, ibu-ibu mengerti tentang IVA Tes

2. Setelah dilakukan penyuluhan , ibu-ibu bisa mengingat kembali

tentang IVA Tes

3. Setelah dilakukan penyuluhan, ibu-ibu bisa menentukan nilai

pertanyaan tentang IVA Tes

4. Setelah dilakukan penyuluhan, ibu- ibu mampu mengamati

tentang IVA Tes

C. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan, diharapkan sasaran dapat :

a. Menjelaskan Pengertian Kanker Serviks

b. Menyebutkan Faktor Resiko Terjadinya Kanker Serviks

c. Menyebutkan Gejala Kanker Serviks

d. Menjelaskan Proses Terjadinya Kanker Serviks

e. Menjelaskan Deteksi Dini Kanker Serviks

f. Menyebutkan Cara Pencegahan Kanker Serviks

g. Menjelaskan Pengertian IVA Test

h. Menjelaskan Cara Pemeriksaan IVA

i. Menyebutkan Keunggulan IVA Test

j. Menyebutkan Syarat-Syarat Ikut IVA Test

k. Menyebutkan Kategori Pemeriksaan IVA Test

D. Strategi Pelaksanaan:

1. Metode : Ceramah, Diskusi dan Tanya Jawab

2. Media : Laptop, Proektor

3. Alat : Leaflet

4. Sumber : Dari Internet dan buku

5. Garis besar materi (penjelasan terlampir)

- Menjelaskan Pengertian Kanker Serviks

- Faktor resiko terjadinya kanker serviks

- Gejala Kanker serviks

- Proses Terjadinya Kanker Serviks

- Deteksi Dini Kanker Serviks

- Pencegahan Kanker Serviks


- Pengertian IVA Test

- Cara Pemeriksaan IVA Test

- Keunggulan IVA Test

- Syarat-Syarat Ikut IVA Test

- Kategori Pemeriksaan IVA Test

E. Kegiatan Penyuluhan

F.Waktu
N Tahapan Kegiatan penyuluhan Kegiatan sasaran

5 menit Pembukaanv - Mengucapkan salam - Menjawab salam

v - Memperkenalkan diri - Memperhatikan


1
v - Menyapa peserta - Memperhatikan

v - Melaksanakan pretest - Mengerjakan soal

20 menit Isi v - Menjelaskan Pengertian tentang- Memperhatikan

Kanker Serviks

- Menjelaskan tentang Faktor - Memperhatikan

Resiko Terjadinya Kanker

Serviks -

2 - Menjelaskan tentang Gejala Memperhatikan

Kanker Serviks

- Menjelaskan tentang Proses Memperhatikan

Terjadinya Kanker Serviks

- Menjelaskan tentang Deteksi Memperhatikan

Dini Kanker Serviks


- Menjelaskan tentang Cara Memperhatikan

Pencegahan Kanker Serviks

- Menjelaskan tentang Pengertian Memperhatikan

IVA Test

---- Menjelaskan Cara Pemeriksaan Memperhatikan

IVA

v - Menjelaskan tentang Memperhatikan

Keunggulan IVA Test

v - Menjelaskan tentang Syarat- Memperhatikan

Syarat Ikut IVA Test

v - Menjelaskan tentang Kategori Memperhatikan

Pemeriksaan IVA Test

5 menit Penutup v - Memberikan kesempatan - Memberi pertanyaan

kepada ibu untuk bertanya

3 v - Melakukan postest - Mengerjakan soal

v - Menutup acara penyuluhan Menjawab pertanyaan

v -Salam penutup - Menjawab salam

G. Evaluasi

Adapun evaluasi yang dilakukan diantaranya

(1) Jelaskan Pengertian Kanker Serviks

(2) Sebutkan Faktor Resiko Terjadinya Kanker Serviks

(3) Sebutkan Gejala Kanker Serviks


(4) Jelaskan Proses Terjadinya Kanker Serviks

(5) Jelaskan Deteksi Dini Kanker Serviks

(6) Sebutkan Cara Pencegahan Kanker Serviks

(7) Jelaskan Pengertian IVA Test

(8) Jelaskan Cara Pemeriksaan IVA

(9) Sebutkan Keunggulan IVA Test

(10) Sebutkan Syarat-Syarat Ikut IVA Test

(11) Sebutkan Kategori Pemeriksaan IVA Test


Lampiran Materi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan adalah suatu hal yang penting bagi manusia, tanpa

kesehatan manusia tidak dapat melakukan aktivitas sehari-

harinya. Keadaan sehat menurut World Helath Organization

(WHO) merupakan suatu keadaan sejahtera meliputi fisik,

mental, dan sosial yang bebas dari penyakit atau kecacatan.

Kesehatan merupakan faktor yang penting untuk meningkatkan

kualitas hidup manusia secara sosial dan ekonomi (Maulana,

2009).

Hasil sensus penduduk pada tahun 2010, jumlah penduduk

Indonesia telah mencapai sekitar 237,6 juta jiwa (Badan

Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, 2011).

Jumlah penduduk yang cukup besar tersebut harus diimbangi

pula dengan upaya peningkatan kualitas hidup penduduk.

Penyebaran penduduk yang belum merata, tingkat sosial

ekonomi dan pendidikan yang belum memadai, menyebabkan

masyarakat kurang mampu menjangkau tingkat kesehatan

tertentu. Salah satu masalah kesehatan yang menjadi perhatian

dalam masyarakat adalah kesehatan reproduksi. Kesehatan

reproduksi menurut International Conference on Population and


Development (ICPD) (1994) dalam Efendi & Makhfudli (2009)

merupakan suatu keadaan sejahtera fisik, mental, dan sosial

dalam berbagai hal yang berkaitan dengan fungsi, peran, dan

sistem reproduksi.

Kesehatan reproduksi yang cukup mendapatkan perhatian

yaitu kesehatan reproduksi pada wanita. Banyak permasalahan

yang menyangkut tentang kesehatan reproduksi, salah satunya

adalah kanker serviks yang merupakan jenis kanker pembunuh

nomor dua setelah kanker payudara pada wanita (Irianto, 2014)

Deteksi dini kanker pada leher rahim tersebut sangat penting

dilakukan, karena potensi kesembuhan akan sangat tinggi jika

masih ditemukan pada tahap prakanker (Mansjoer, 2007).

Pencegahan kanker serviks dapat dilakukan dengan program

deteksi dini (skrinning) dan pemberian vaksinasi. Adanya

program deteksi dini di negara maju, angka kejadian kanker

serviks dapat menurun (Rasjidi, 2009). Tindakan pencegahan

yang dapat dilakukan menurut Rasjidi (2009) antara lain dengan

Pap Smear (mengambil lendir serviks untuk dilakukan

pemeriksaan di laboratorium), kolposkopi (pemeriksaan yang

dilakukan dengan menggunakan teropong), biopsy pemeriksaan

dengan mengambil sedikit jaringan serviks yang dicurigai), dan

IVA Test (Inspeksi Visual Asam Asetat). Tes IVA adalah

sebuah pemeriksaan skrinning pada kanker serviks dengan

menggunakan asam asetat 3-5% pada inspekulo dan dapat


dilihat dengan pengamatan secara langsung (Nugroho, 2010

dalam Rahayu 2015).

Berdasarkan hasil uji diagnostik, pemeriksaan IVA memiliki

sensitifitas 84%, spesifisitas 89%, nilai duga positif 87%, dan

nilai duga negatif 88%, sedangkan pemeriksaan pap smear

memiliki sensitifitas 55%, spesifisitas 90%, nilai duga positif

84%, dan nilai duga negatif 69%, sehingga dari hasil tersebut

dapat disimpulkan bahwa pemeriksaan IVA lebih cepat

memberikan hasil sensitivitas yang tinggi (Wiyono dkk, 2008)

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari kanker servik ?

2. Apa epidemiologi kanker servik ?

3. Penyeba dari kanker servik?

4. Faktor resiko yang terjadi kanker servik?

5. Bagaimana penggunaan IVA sebagai metode deteksi dini

Kejadian Kanker Leher Rahim?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui pengertian kanker servik

2. Mengetahui epidemologi kanker servik

3. Mengetahui penyebab kanker servik

4. Mengetahui faktor-faktor terjadi kanker servik

5. Mengetahui penggunan iva sebagai metode deteksi dini

kejadian kanker leher rahim


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kanker Servik

Kanker leher rahim adalah kanker yang terdapat pada serviks

atau leher rahim, yaitu area bagian bawah rahim yang

menghubungkan rahim dengan vagina. Kanker leher rahim terjadi

jika sel-sel serviks menjadi abnormal dan membelah secara tidak

terkendali. (Emilia, 2010).

2.2 Epidemologi Kanker Servik

Pada tahun 2003, WHO menyatakan bahwa kanker merupakan

problem kesehatan yang sangat serius karena jumlah penderitanya

meningkat sekitar 20% per tahun dan merupakan urutan pertama

terbanyak yang menyerang kaum wanita di Indonesia (Azamris,

2006). Di seluruh dunia, diperkirakan terjadi sekitar 500.000 kanker

leher rahim baru dan 250.000 kematian setiap tahunnya yang ± 80%

terjadi di negara-negara sedang berkembang. Jumlah kematian

akibat kanker leher rahim juga meningkat dari 7,6 juta orang tahun

2008 menjadi 8,2 juta pada tahun 2012. Kanker menjadi penyebab

kematian nomor 2 di dunia sebesar 13% setelah penyakit

kardiovaskular. Diperkirakan pada 2030 insidenkanker dapat

mencapai 26 juta orang dan 17 juta di antaranyameninggal akibat

kanker, terutama pada negara miskin dan berkembang (Depkes RI,

2010).
2.3 Etiologi Kanker servik

Penyebab kanker leher rahim adalah Human Papilloma Virus

(HPV) atau virus papiloma manusia. Virus ini ditemukan pada 95 %

kasus kanker leher rahim. Ada beberapa tipe HPV yang dapat

menyebabkan kanker, yaitu tipe 16 dan 18 ( paling sering di Indonesia

) serta tipe 31, 34, 45, dan lain-lain (Depkes RI, 2009). HPV dapat

dengan mudah ditularkan melalui aktifitas seksual dan beberapa

sumber transmisi tidak tergantung dari adanya penetrasi, tetapi juga

melalui sentuhan kulit di wilayah genital tersebut (skin to skin genital

contact). Dengan demikian setiap wanita yang aktif secara seksual

memiliki risiko untuk terkena kanker leher rahim (Emilia, 2010).

2.4 Faktor risiko yang dapat meningkatkan peluang terjadinya

kanker leher rahim antara lain :

a. Umur

Wanita yang berumur 35 – 50 tahun dan masih aktif

berhubungan seksual rawan terserang kanker leher rahim.

Hasil penelitian oleh Wahyuningsih (2014) menunjukkan

responden yang mengalami lesi prakanker leher rahim pada

perempuan yang berumur ≥ 35 tahun berisiko 5,86 kali

untuk mengalami kejadian lesi prakanker leher rahim

dibanding mereka yang berumur < 35 tahun. Uji statistik

menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara

umur responden dengan kejadian lesi prakanker leher rahim


(p< 0,05). Menurut Benson KL, 2% dari wanita yang

berusai 40 tahun akan menderita kanker leher rahim dalam

hidupnya. Hal ini dimungkinkan karena perjalanan penyakit

ini memerlukan waktu 7 sampai 10 tahun untuk terjadinya

kanker invasif sehingga sebagian besar terjadinya atau

diketahuinya setelah berusia lanjut (Rasjidi, 2008)

b. Umur pertama kali berhubungan seksual

Umur pertama kali melakukan hubungan seksual juga

merupakan faktor risiko terjadinya kanker leher rahim,

sekitar 20% kanker leher rahim dijumpai pada wanita yang

aktif berhubungan seksual sebelum umur 16 tahun (Rasjidi,

2008). Periode rentan ini berhubungan dengan kiatnya

proses metaplasia pada usia pubertas, sehingga bila ada

yang mengganggu proses metaplasia tersebut misalnya

infeksi akan memudahkan beralihnya proses menjadi

displasia yang lebih berpotensi untuk terjadinya keganasan

(Cullati, 2009).

c. Jumlah pasangan seksual

Pada prinsipnya setiap pria memiliki protein spesifik

berbeda pada spermanya. Protein tersebut dapat

menyebabkan kerusakan pada sel epitel serviks. Sel epitel

serviks akan mentoleransi dan mengenali protein tersebut

tetapi jika wanita itu melakukan hubungan dengan banyak

pria maka akan banyak sperma dengan protein spesifik


berbeda yang akan menyebabkan kerusakan tanpa

perbaikan dari sel serviks sehingga akan menghasilkan luka.

Adanya luka akan mempermudah infeksi HPV. Risiko

terkena kanker leher rahim menjadi 10 kali lipat lebih besar

pada wanita yang mempunyai partner sex 6 orang atau lebih

(Novel, 2010).

d. Frekuensi kehamilan

Frekuensi kehamilan juga meningkatkan risiko terjadinya

kanker leher rahim karena memiliki riwayat infeksi di

daerah kelamin (Rasjidi, 2008). Pada faktor paritas,

penelitian yang dilakukan oleh Wahyuningsih (2014)

menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang

memiliki paritas ≥3 kali lebih berisiko mengalami lesi

prakanker leher rahim 24,930 kali lebih besar untuk

mengalami lesi prakanker leher rahim dibanding dengan

responden yang memiliki paritas < 3 kali. Hasil uji statistik

menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara paritas

dengan kejadian lesi prakanker leher rahim (p <0,05).

e. Aktifitas merokok

Wanita yang merokok atau perokok pasif juga

meningkatkan risiko kanker leher rahim (Rasjidi, 2008).

Responden yang merokok mempunyai peluang 3,545 kali

lebih besar untuk mengalami lesi prakanker leher rahim


dibandingkan dengan responden yang tidak merokok.

Namun hasil statistik menunjukkan bahwa tidak ada

hubungan yang signifikan antara kebiasaan merokok

dengankejadian lesi prakanker leher rahim (p > 0,05)

(Wahyuningsih &Mulyani, 2014).

f. Penggunaan alat kontrasepsi hormonal

Penggunaan alat kontrasepsi hormonal merupakan salah

satu faktor risiko terjadinya kanker leher rahim. Pada

kontrasepsi hormonal terdapat 2 hormon yang terlibat yaitu

hormon estrogen sintetik dalam bentuk etinil estradiol dan

mestranol serta hormon progesteron sintetik dalam bentuk

norethrindone, noretinodrel,etinodiol, dan norgestrel

(Guyton, 2007).

2.5 Penggunaan IVA Sebagai Metode Deteksi Dini Kejadian

Kanker Leher Rahim

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sankaranayan, et. al

tentang perbandingan pasien kanker leher rahim yang meninggal dunia

pada kelompok yang dilakukan deteksi dini dengan IVA dan pada

kelompok yang tidak dilakukan deteksi dini pada negara berkembang

(India) didapatkan hasil bahwa mereka yang melakukan skrining IVA,

35% lebih sedikit yang meninggal dunia dibanding mereka yang tidak

mendapat skrining IVA. Mayoritas perempuan yang terdiagnosa kanker

leher rahim biasanya tidak melakukan deteksi dini (skrining) atau tidak

melakukan tindak lanjut setelah ditemukan adanya hasil abnormal


Tidak melakukan deteksi dini secara teratur merupakan faktor terbesar

penyebab terjangkitnya kanker leher rahim pada seorang wanita,

terutama karena belum menjadi program wajib pelayanan kesehatan

(Emilia, 2010).

Data terkini menunjukkan bahwa pemeriksaan visual leher

rahim menggunakan asam asetat (IVA) paling tidak sama efektifnya

dengan Test Pap dalam mendeteksi penyakit dan bisa dilakukan dengan

lebih sedikit logistic dan hambatan tekhnis. IVA dapat mengidentifikasi

lesi derajat tinggi pada 78% perempuan yang didiagnosa memiliki lesi

derajat tinggi dengan menggunakan kolposkopi 3,5 kali lebih banyak

daripada jumlah perempuan yang teridentifikasi dengan mengunakan

Tes Pap (Depkes RI, 2009). Nilai sensitifitas IVA lebih baik, walaupun

memiliki spesifisitas yang lebih rendah. IVA merupakan praktek yang

dianjurkan untuk fasilitas dengan sumber daya rendah dibandingkan

dengan penapisan lain dengan beberapa alasan antara lain karena aman,

murah, mudah dilakukan, kinerja tes sama dengan tes lain, dapat

dilakukan oleh hampir semua tenaga kesehatan, memberikan hasil yang

segera sehingga dapat diambil keputusan segera untuk

penatalaksanaannya, peralatan mudah didapat, dan tidak bersifat invasif

serta efektif mengidentifikasikan berbagai lesi prakanker (Emilia,

2010).

WHO mengindikasikan skrining deteksi dini kanker leher rahim

dilakukan pada kelompok berikut ini :


a. Setiap perempuan yang berusia antara 25-35 tahun, yang belum

pernah menjalani tes sebelumnya, atau pernah menjalani tes 3

tahun sebelumnya atau lebih.

b. Perempuan yang ditemukan lesi abnormal pada pemeriksaan tes

sebelumnya.

c. Perempuan yang mengalami perdarahan abnormal pervaginam,

perdarahan pasca sanggama atau perdarahan pasca menopause

atau mengalami tanda dan gejala abnormal lainnya.

d. Perempuan yang ditemukan ketidaknormalan pada leher

rahimnya.

Interval skrining yang direkomendasikan oleh WHO yaitu :

a. Bila skrining hanya mungkin dilakukan 1 kali seumur hidup

maka sebaiknya dilakukan pada perempuan antara usia 35 – 45

tahun.

b. Untuk perempuan usia 25- 45 tahun, bila sumber daya

memungkinkan, skrining hendaknya dilakukan tiap 3 tahun

sekali.

c. Untuk usia diatas 50 tahun, cukup dilakukan 5 tahun sekali.

d. Bila 2 kali berturut-turut hasil skrining sebelumnya negatif,

perempuan usia diatas 65 tahun, tidak perlu menjalani skrining.

e. Tidak semua perempuan direkomendasikan melakukan skrining

setahun sekali

f. Indonesia interval pemeriksaan IVA adalah 5 tahun sekali. Jika

hasil pemeriksaan negatif maka dilakukan ulangan 5 tahun dan


jika positif maka dilakukan ulangan 1 tahun kemudian (Depkes

RI, 2007a).
DAFTAR PUSTAKA

Al-Meer., Aseel, M.T., Al-Kuwari, M. G., Ismail, M.F.S. 2011. Attitude and
Practices Regarding Cervical Cancer and Screening Among Women
Visiting Primary Health Care in Qatar. EMHJ. 2011. 7(11):855-861.

Isuwarni & Murniati. 2014. Hubungan Pengetahuan Dan Tingkat Ekonomi


Dengan Perilaku Deteksi Dini Kanker Serviks Menggunakan Methode IVA.
Jurnal Delima Harapan, Vol 2, No. 1 Februari-Juli 2014: 41-44.

Wahyuningsih, Tri., Mulyani, Erry Yudhya. 2014. Faktor Resiko Terjadinya


Lesi Prakanker Serviks Melalui Deteksi Dini Dengan Metode IVA (Inspeksi
Visual Dengan Asam Asetat). Forum Ilmiah, Vol. 11 No. 2.

Wiyono, Sapto; Iskandar, T. Mirza; Suprijono. 2008. Inspeksi Visual Asam


Asetat (IVA) Untuk Deteksi Dini Lesi Prakanker Serviks. Media Medika
Indonesiana Vol. 43 No. 3.

Anda mungkin juga menyukai