Anda di halaman 1dari 7

PROSEDUR PENGGUNAAN APAR

Mengetahui pentingnya prosedur penggunaan apar atau Standar Operasional Prosedur (SOP) penggunaan APAR sangat penting
dikuasai oleh personel atau staff maupun pribadi pada organisasi maupun individu. Terutama bagi petugas yang berwenang
menangani permasalahan umum (general affair) di sebuah gedung atau kantor untuk menanggulangi kejadian kebakaran
sehingga terhindari dari hal hal yang mengakibatkan kerugian yang lebih besar pada aset maupun kelangsungan operasional
perusahaan.
Artikel ini kami sajikan secara umum dengan pembahasan yang komprehensif mengenai hal hal yang berkaitan dengan prosedur
penggunaan APAR atau SOP penggunaan APAR sehingga menjadi pedoman umum bagi petugas yang berwenang maupun
individu dalam menyadari pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja di lingkungan perusahaan.
sebagai pengetahuan dasar dan menambah wawasan dan pengetahuan serta ketrampilan Anda dalam memahami
Penanggulangan Bahaya Kebakaran sesuai dengan regulasi pemerintah melalui Peraturan Menteri No. 4 Tahun 1980.

Prosedur Penggunaan APAR


Langkah langkah dan tata cara penggunaan APAR sangat penting untuk diketahui. Sebagai ringkasan, kami sajikan infografik
berikut:
KAPAN DAN BAGAIMANA
1. Hadapi atau Tinggalkan
Keselamatan Anda adalah hal yang sangat penting untuk diperhatikan antara lain;
- Suhu Panas adalah menjadi pertimbangan utama Anda
- Apakah terdapat asap tebal atau uap
- Apakah ada kemungkinan besar Anda terjebak pada api.
Karena itu, bila keadaan api sangat besar dan Anda tidak dapat melakukan pemadaman awal, segera tinggalkan lokasi
kebakaran dan segera dapatkan bantuan dengan meminta tolong dan memanggil petugas pemadam kebakaran via telepon
113.

2. Panggil Petugas Pemadam Kebakaran


Anda harus terlebih dahulu memanggil Petugas Pemadam Kebakaran terdekat sebelum melakukan aksi pemadaman bila
keadaan api atau kebakaran sudah membesar dan tidak terkendali.

3. Pilih Jenis Isi Bahan APAR Yang Tepat


Perhatikan jenis kebakaran yang terjadi sehingga dapat menentukan pilihan jenis bahan isi pemadam yang akan diambil dan
digunakan. Misalnya untuk jenis kebakaran karena listrik dapat menggunakan powder atau yang lebih baik adalah dengan
menggunakan APAR clean agent (klasifikasi api ABC).

Bila kebakaran yang terjadi karena bensin, dapat menggunakan jenis APAR CO2 (Carbondioxide) dan atau Foam / Busa
(kelas BC atau AB). Dan bila kebakaran jenis kayu kertas plastik dapat menggunakan jenis bahan APAR Powder. (Keterangan
selengkapnya pada no. 4 di bawah ini)

4. Gunakan Tabung Pemadam Kebakaran Yang Tepat


Terdapat beberapa tipe bahan dan kelas api Tabung Pemadam Kebakaran sehingga harus lebih awal memperhatikan jenis
api yang terbakar.
- Kelas A adalah kebakaran kayu, kertas, plastik, bahan rumah tangga, karet dan lainnya.
- Kelas B adalah kebakaran minyak, oli , bensin, solar dan bahan mudah terbakar lainnya.
- Kelas C adalah kebakaran listrik, elektronik seperti komputer, kabel dll.
- Kelas D adalah kebakaran metal, potasium, sodium, titanium, logam.
Menggunakan Tabung Pemadam

Tarik Segel, Cabut Pin, Tekan dan Sembur atau Pull, Aim, Squeeze and Sweep (PASS). Tarik Segel / Tanggalkan alat
keselamatan dari pemadam api
 Pastikan alat pemadam api ditegakkan.
 Cabut Pin / Tanggalkan alat keselamatan yang dilengkapkan yaitu kunci valve (Pen)
 Arahkan muncung alat (Nozzle) ke pangkal api
 Pastikan anda berada pada jarak kira-kira 1 hingga 1.5 meter dari api
 Tekan pegangan / valve atas alat pemadam api.

5. Setelah Pemadaman
Api kadang menyala kembali. Pastikan Petugas yang melakukan Pemadaman Kebakaran melakukan pengecekan kembali. Bila
masih ada, gunakan tabung pemadam kebakaran untuk menyapu bersih api timbul. Tabung pemadam kebakaran sangat cepat
digunakan karena itu sediakan tabung cadangan untuk menghadapi hal ini.

Langkah Langkah
Dalam rangka melakukan tindakan pencegahan dan keselamatan pada aset maupun gedung Anda, perlu dilakukan hal hal sebagai
berikut :
1. Penilaian dan Pendataan Resiko
2. Rencana Tanggap Darurat
3. Pemutahiran Peralatan Keselamatan dan Pencegahan
LANGKAH-LANGKAH PENANGGULANGAN KEBAKARAN

Jika terjadi kebakaran, Langkah-langkah Penanggulangan Kebakaran pertama yang harus dilakukan adalah :
1. Memadamkan secara langsung dengan alat pemadam api yang sesuai yang diletakkan pada tempat terdekat.
2. Jika api tidak padam, panggil teman terdekat dan segera hubungi kepala gedung (fire marshall).
3. Bunyikan alarm / tanda bahaya kebakaran jika api belum padam.
4. Apabila alarm otomatis berbunyi, bantu evakuasi (pengosongan gedung) melalui pintu darurat dan segera lakukan pemadam
dengan alat pemadam yang tersedia.
5. Hubungi unit pemadam kebakaran untuk minta bantuan dengan identitas yang jelas.
6. Amankan lokasi dan bantu kelancaran evakuasi (pengosongan gedung) dan bantu kelancaran petugas pemadam
7. Beritahu penolong atau petugas pemadam tempat alat pemadam api dan sumber air.
1.8. Utamakan keselamatan jiwa dari pada harta benda

LANGKAH-LANGKAH PENANGGULANGAN KEBAKARAN :


Penyelamatan Diri
1. Buat rencana penyelamatan diri, dengan menentukan sedikitnya dua jalur keluar dari setiap ruangan. Ini bisa melalui pintu
ataupun jendela, jadi perhatikan apakah pembatas ruangan akan mengganggu rencana ini. Buatlah denah penyelamatan
diri.
2. Persiapkan petunjuk arah di pintu darurat.
3. Saat kebakaran, sebenarnya asap yang membuat orang menjadi panik dan tidak dapat bernafas dengan leluasa.
Merangkaklah atau merunduk di bawah, tutup mulut dan hidung dengan kain yang dibasahi.
4. Keluarlah dari pintu atau jendela yang terdekat menuju ke tempat yang aman. Pastikan bahwa pintu dapat dengan cepat
dibuka pada kondisi darurat, demikian pula jika harus melalui jendela.
5. Apabila terjebak api, pastikan balut tubuh anda dengan selimut tebal yang dibasahi. Ini hanya dilakukan sebagai pilihan
terakhir apabila tidak ada jalan lain kecuali menerobos kobaran api.

Penanggulangan Kebakaran :
A. Tindakan Pencegahan / Preventif
Segala upaya yang dilakukan agar kebakaran tidak terjadi kebakaran :
1. Memberikan penyuluhan, pendidikan dan pelatihan
2. Menempatkan barang-barang yang mudah terbakar di tempat yang aman dan jauh dari api
3. Tidak merokok dan melakukan pekerjaan panas di tempat barang-barang yang mudah terbakar
4. Tidak membuat sambungan listrik sembarangan
5. Tidak memasang steker listrik bertumpuk-tumpuk
6. Memasang tanda-tanda peringatan pada tempat yang mempunyai resiko bahaya kebakaran tinggi
7. Menyediakan apar ditempat yang strategi
8. Matikan aliran listrik bila tidak digunakan
9. Buang puntung rokok di asbak dan matikan apinya
10. Bila akan menutup tempat kerja, periksa dahulu hal-hal yang dapat menyebabkan kebakaran

B. Tindakan Pemadaman / Represif


Tindakan yang dilakukan untuk memadamkan kebakaran sebagai upaya memperkecil kerugian yang ditimbulkan dan mencegah
agar kebakaran tidak meluas
Teknik dan taktik penanggulangan kebakaran
A. Teknik penanggulangan kebakaran
Kemampuan maksimal dalam menggunakan peralatan yang tersedia guna memadamkan kebakaran
B. Taktik penanggulangan kebakaran
Kemampuan maksimal tentang cara-cara yang digunakan dalam rangka pemadaman kebakaran

C. Sistem Pemadaman
A. Sistem Isolasi
Cara pemadaman dengan tidak memberi oksigen pada benda yang terbakar
1. Menutup dengan karung basah
2. Menimbun dengan tanah, pasir atau lumpur

B. Sistem Pendinginan
Cara pemadaman dengan menurunkan suhu pada benda yang terbakar
1. Menyiram dengan air
2. Menimbun dengan daun, batang pohon yang mengandung air

C. Sistem Urai
Cara pemadaman dengan membagi-bagi benda yang terbakar menjadi bagian kecil sehingga api mudah dikendalikan Bila sistem
isolasi dan pendinginan tidak dapat dilakukan
Untuk lengkapnya, dapatkan File Download Modul Penanggulangan Kebakaran.
Presentasi yang lebih baik tentang Penanggulangan Kebakaran kami sajikan dari Bpk. Eko Kiswanto, Senior Engineering yang
memiliki file Slide Share dengan link sebagai berikut
TEKNIK PENGGUNAAN APAR :
Dalam menggunakan APAR ada teknik yang harus selalu diingat yaitu PASS (Pull, Aim, Squeeze, Sweep):
 Pull: menarik safety pin dari tabung APAR
 Aim: mengarahkan ujung selang/nozzle ke sumber api
 Squeeze: menekan tuas APAR untuk mengeluarkan media APAR
 Sweep: menyemprotkan media dari kiri ke kanan (atau sebaliknya) untuk memadamkan sumber api

Dalam menggunakan APAR, Anda juga harus memperhatikan arah angin. Jangan sampai angin malah membawa media APAR
yang Anda semprotkan ke arah sebaliknya dan membuat upaya pemadaman menjadi tidak maksimal.
Setelah mengetahui SOP pelatihan penggunaan APAR, diharap Anda bisa mendapat informasi utuh tentang pelatihan APAR.
Meski mendapat informasi mengenai pelatihan APAR, namun sangat disarankan untuk melakukan pelatihan APAR dengan
dibimbing oleh teknisi atau trainer APAR berpengalaman dan profesional. Ini agar Anda mendapat pengalaman pelatihan APAR
yang maksimal.

Standard Operasional Prosedur Alat Pemadam Api Ringan

A. TUJUAN
Dalam rangka untuk mensiap siagakan pemberantasan pada mula terjadinya kebakaran, maka setiap alat pemadam api
ringan penggunaannya harus sesuai dengan dasar hukum Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik
Indonesia nomor : Per-04/Men /1980 tentang SYARAT – SYARAT PEMASANGAN DAN PEMELIHARAAN ALAT PEMADAM
API RINGAN

B. PEMASANGAN APAR
1. Setiap satu atau kelompok alat pemadam api ringan harus ditempatkan pada posisi yang mudah dilihat dengan jelas,
mudah dicapai dan diambil serta dilengkapi dengan pemberian tanda pemasangan.
2. Pemberian tanda pemasangan tersebut harus sesuai dengan tanda untuk menyatakan tempat alat pemadam api ringan
yang dipasang pada dinding.
3. Tinggi pemberian tanda pemasangan tersebut adala 125 cm dari dasar lantai tepat diatas satu atau kelompok alat
pemadam api ringan bersangkutan.
4. Pemasangan dan penempatan alat pemadam api ringan harus sesuai dengan jenis dan penggolongan kebakaran.

5. Kebakaran dapat digolongkan :


 Kebakaran bahan padat kecuali logam ( Golongan A ).
 Kebakaran bahan cair atau gas yang mudah terbakar ( Golongan B ).
 Kebakaran instalasi listrik bertegangan ( Golongan C )
 Kebakaran logam ( Golongan D ).

6. Jenis alat pemadam api ringan terdiri dari :


 Jenis cair ( air ).
 Jenis busa.
 Jenis serbuk Kering.
 Jenis gas ( Hydrocarbon berhalogen dan sebagainya ).

7. Penempatan alat pemadam api ringan yang satu dengan lainnya atau kelompok satu dengan lainnya tidak boleh
melebihi 15 meter, kecuali ditetapkan oleh pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja.

8. Setiap alat pemadam api ringan harus dipasang ( ditempatkan ) menggantung pada dinding dengan penguat sengkang
atau dengan konstruksi penguat lainnyaatau ditempatkan dalam lemari atau peti ( box ) yang tidak dikunci.

9. Lemari atau peti ( box ) dapat dikunci dengan syarat bagian depannya harus diberi kaca aman dengan tebal maximum
2 mm.

10. Sekang atau konstruksi penguat lainnya tidak bo;leh dikunci atau digembok atau diikat mati.

11. Ukuran panjang dan lebar bingkai kaca aman, harus sesuai dengan besarnya alat pemadam api ringan yang ada dalam
lemari atau peti ( box ) sehingga mudah dikeluarkan.

12. Pemasangan alat pemadam api rinagn harus dipasang sedimikian rupa sehingga bagian paling atas berada pada
ketinggian 1,2 m dari permukaan lantai, kecuali CO2 dan serbuk kering dapat ditempatkan lebih rendah dengan syarat
jarak antara dasar alar pemadam api ringan tidak kurang 15 cm dari permukaan lantai.

13. Alat pemadam api ringan tidak boleh dipasang dalam ruangan atau tempat dimana suhu melebihi 49 derajat C atau
turun samai minus 44 derajat C kecuali apabila alat pemadam api ringan tersebut dibuat khusus unutuk suhu diluar
batas tersebut di atas.

14. Alat pemadam api ringan yang ditempatkan di alam terbuka harus dilindungi dengan tutup pengaman.

C. PEMELIHARAAN ALAT PEMADAM API RINGAN (APAR)


1. Setiap alat pemadam api ringan harus diperiksa 2 ( dua ) kali dalam setahun, yaitu :
 Pemeriksaan dalam jangka 6 ( enam ) bulan.
 Pemeriksaan dalam jangka 12 ( dua belas ) bulan.

2. Cacad pada alat perlengkapan pemadam api ringan yang ditemui waktu pemeriksaan, harus segera diperbaiki atau
alat tersebut segera diganti dengan yang tidak cacad.

3. Pemeriksaan dalam jangka 6 ( enam ) bulan meliputi dengan cara :


 Berisi atau tidaknya tabung, berkurang atau tidaknya tekanan dalam tabung, rusak atau tidaknya segi
pengaman tabung.
 Bagian luar tabung tidak boleh cacad termasuk handle dan label harus selalu dalam keadaan baik.
 Mulut pancar tidak boleh tersumbat dan pipa pancar yang terpasang tidak boleh retak, atau menunjukan tanda
– tanda rusak.
 Untuk alat pemadam jenis busa diperiksa dengan mencampurkan sedikit larutan sodium bicarbonate dan
alumunium sulfat di luar tabung, apabila cukup kuat, maka alat pemadam api ringan tersebut dipasang kembali.
 Untuk alat pemadam api ringan hydrocarbon berhalogen kecuali jenis tetra chloride diperiksa dengan cara
menimbang, jika beratnya sesuai dengan aslinya dapat dipasang kembali.
 Cara – cara pemeriksaan tersebut dapat dilakukan dengan cara lain sesuai dengan perkembangan.

4. Pemerikasaan dalam jangka 12 ( dua belas ) bulan meliputi dengan cara :


a. Untuk alat pemadam api ringan jenis busa dilakukan pemeriksaan dengan membuka tutup kepala secara hati –
hati dan dijaga supaya tabung dalam posisi berdiri tegak, lalu di teliti :
 Isi alat pemadam api harus sampai batas permukaan yang ditentukan.
 Pipa pelepas isi yang berada dalam tabung dan saringan tidak boleh tersumbat atau buntu.
 Ulir tutup kepala tidak boleh cacad, dan saluran penyemprotan tidak boleh tersumbat.
 Perlatan yang bergerak tidak boleh rusak, dapat bergerak dengan bebas, mempunyai rusuk atau sisi yang
tajam dan bak gasket atau packing harus masih dalam keadaan baik.
 Gelang tutup kepala harus dalam keadaan baik.
 Bagian dalam dari alat pemadam api tidak boleh berlubang atau cacad karena karat.
 Untuk jenis cairan busa yang dicampur sebelum dimasukakan larutannya harus dalam keadaan baik.
 Lapisan pelindung dari tabung gas bertekanan harus dalam keadaan baik.
 Tabung gas bertekanan harus berisi penuh sesuai dengan kapasitasnya.
 Untuk alat pemadam api jenis busa harus tahan terhadap tekanan coba sebesar 20 kg per cm2.

b. Untuk alat pemadam api jenis hydrocarbon berhalogen dilakukan dengan cara :
 Isi tabung harus diisi dengan berat yang ditentukan.
 Pipa pelelas isi yang berada dalam tabung dan saringan tidak boleh tersumbat atau buntu.
 Ulir tutup kepala tidak boleh rusak, dan saluran keluar tidak boleh tersumbat.
 Gelang tutup kepala harus dalam keadaan baik.
 Lapisan pelindung dari tabung gas harus dalam keadaan baik.
 Tabung gas bertekanan harus terisi penuh sesuai dengan kapasitasnya.

5. Petunjuk cara – cara pemakaian alat pemadam api ringan harus dapat dibaca dengan jelas.

6. Untuk setiap alat pemadam api ringan dilakukan percobaan secara berkala dengan jangka waktu tidak melebihi 5
tahun sekali dan harus kuat menahan tekanan coba.

7. Untuk alat pemadam api ringan jenis carbon dioxide ( Co2 ) harus dilakukan percobaan tekan dengan syarat :
 Percobaan tekana pertama satu setengah kali tekana kerja.
 Percobaan tekan ulang satu setengah kali tekanan kerja.

8. Setiap tabung alat pemadam api ringan harus diisi kembali dengan cara :
 Untuk asam soda, busa, bahan kimia, harus diisi setahun sekali.
 Untuk jenis cairan busa yang dicampur dahulu harus diisi 2 tahun sekali.
 Untuk jenis tabung gas hydrocarbon berhalogen, tabung harus diisi 3 tahun sekali.
 Untuk tabung selainnya diisi selambat – lambatnya 5 tahun sekali.

9. Semua alat pemadam api ringan sebelum diisi kembali harus dilakukan pemeriksaan atau tindakan sebagai berikut :
 Isinya dikosongkan secara normal.
 Setelah seluruh isi tabung dikeluarkan, katup kepala dibuka dan tabung serta alat – alat diperksa.
 Bagian dalam dan luar tabung harus diteliti untuk memastikan tidak terdapat lubang – lubvang atau cacad.
 Ulir katup kepala harus dberi gemuk tipis, gelang tutup ditempatkan kembali dan tutup kepala dipasang dengan
mengunci sampai kuat.
 Apabila ge;ang tutup terbuat dari karet harus dijaga gelang tersebut tidak terkena gemuk.
 Tanggal, bulan dan tahun pengisian harus dicatat pada badan alat pemadam api ringan tersebut.
 Alat pemadam api ringan ditempatkan pada posisi yang tepat.

D. REFFERENSI
Refferensi Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor : Per- 04//Men/1980

Anda mungkin juga menyukai