DISUSUN OLEH :
Kelompok 3
Nama : Fajrin Tuduhu
: Bahrudin Fatah
: Sanjung Alimin
: Aksa Yainahu
: Yusrifal Ajan
: Takdir Lutfi
: Zulfikar Ali Ahmad
Assalamu’allaikum Wr Wb
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala Rahmat dan
hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul : Jenis Dan
Klasifikasi Kapal Ikan dengan baik, salawat serta salam semoga tercurah kepada junjungan
Nabi Muhammad SAW beserta para sahabat dan keluarga yang telah memperjuangkan dinul
islam dan memberi petunjuk jalan kebenaran, amien.
Penulis menyadari, bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak
kekuranagan dan kesalahan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat diharapkan demi melengkapi makalah ini. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi
masarakat khususnya Fakultas Pertanian. Amien.
Wasalamu’alaikum Wr Wb
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Kelaikan Operasi Kapal...............................................................................4
2.2 Sertifikat Kelaikan Kapal............................................................................4
2.3 Persyaratan Pengawakan Kapal Penangkapan Ikan................................4
2.4 Kelaikan Operasi Alat Tangkap..................................................................4
2.5 Pengertian Alat Tangkap Gill Net...............................................................5
2.6 Izin Usaha Perikanan (IUP).........................................................................5
2.7 Surat Penangkapan Ikan (SPI)....................................................................5
2.8 Alat Penangkapan Ikan...............................................................................5
2.9 Log Book Perikanan (LBP) Dan Lembar Lain Operasi (LLO)...............5
2.10 Pengertian Gill Net.....................................................................................5
2.11 Klasifikasi Gill Net......................................................................................6
2.12 Jenis-Jenis Gill Net.....................................................................................6
2.13 Surfice Gill Net............................................................................................6
2.14 Bottom Gill Net...........................................................................................6
2.15 Kontraksi Gill Net.......................................................................................7
2.16 Pengoperasian Gill Net...............................................................................7
2.17 Teknik Operasi Gill Net.............................................................................8
2.18 Kedudukan/Posisi Kapal............................................................................9
2.19 Metode Penangkapan Surface Gill Net...................................................10
2.20 Daerah Penangkapan...............................................................................12
2.21 Metode Penangkapan Midwater Gill Net...............................................12
2.22 Metode Penangkapan Bottom Gill Net...................................................13
2.23 Alat Tangkap Rama Lingkungan............................................................14
2.24 Definisi Pukat Udang................................................................................15
2.25 Alat Tangkap Double Rig Trawl Pukat Udang......................................15
2.26 Cara Pengoperasian Pukat Udang..........................................................17
2.27 Spesifikasi Pukat Udang...........................................................................18
2.28 Teknik Pengoperasian Pukat Udang.......................................................18
2.29 Alat Tangkap Pukat Udang.....................................................................19
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan..................................................................................................22
3.2 Saran............................................................................................................22
PUSTAKA.........................................................................................................23
BAB I
PENDAHULUAN
Klasifikasi kapal perikanan baik ukuran, bentuk, kecepatan maupun konstrusinya sangat
ditentukan oleh peruntukkan kapal perikanan tersebut. Demikian pula dengan kapal
penangkapan yang berbeda. Kapal perikanan secara umum terdiri dari: Kapal penangkap
ikan, kapal pengangkut, kapal survey, kapal latih, dan kapal pengawas perikanan.
Jenis-jenis kapal penangkapan ikan KAPAL PERIKANAN menurut istilah dan definisi
adalah kapal, perahu atau alat apung lain yang dipergunakan atau di manfaatkan, untuk
kegiatan semisal PENANGKAPAN IKAN, mendukung operasi pernangkapan ikan,
pembudidayaan ikan, pengangkut ikan, pengolahan ikan, pelatihan perikanan dan
peneltian/eksporasi perikanan. Sedangkan kapal penangkapan ikan sendiri adalah kapal yang
digunakan untuk mencari ikan termasuk didalamnya menapung dan mengangkut,
menyimpan, mendinginkan atau mengawetkan.
Berdasarkan FAO, pada tahun 2004 terdapat setidaknya empat juta kapal penangkap ikan
komersial Sekitar 1,3 juta merupakan kapal yang memiliki geladak. Hampir semua kapal
bergeladak ini sudah termekanisasi, dan 40 ribu diantaranya berbobot lebih dari 100 ton.
Sekitar dua per tiga dari empat juta kapal tersebut merupakan perahu penangkap ikan
tradisional dengan berbagai tipe, digerakkan dengan layar dan dayung. Perahu tersebut
biasanya digunakan oleh nelayan tradisional.
Penangkapan ikan merupakan salah satu profesi yang telah lama dilakukan oleh manusia.
Menurut sejarah sekitar 100.000 tahun yang lalu manusia Neanderthal (neanderthal man)
telah melakukan kegiatan penangkapan (sahrhange andlundbeck,1991), dengan menggunakan
tangan kemudian profesi ini berkebang secara perlahan dengan menggunakan alat yang
sederhana dan mulai membuat perahu yang sederhana. Dalam pemahaman mengenai cara
penangkapan ikan maka dibutuhkan ilmu yang dapat menyokong pengetahuan teknik
penggunaan alat tangkap dan cara pengoperasiannya serta kapal yang dapat menunjang
keberlangsungan penangkapan, yang disebut dengan Manajemen Operasi Penangkapan Ikan.
Alat tangkap dan teknik penangkapan ikan yang digunakan nelayan Indonesia umumnya
masih bersifat tradisional, namun menurut Ayodhoa (1981) pendapat tersebut tidak semuanya
benar. Jika ditinjau dari prinsip teknik penangkapan ikan diIndonesia terlihat telah banyak
memanfaatkan tingkah laku ikan (behaviour) untuk tujuan penangkapan ikan. Selain itu
nelayan juga telah mengetahui ada sifat-sifat ikan yang
berukuran besar memangsa ikan kecil sehingga dengan adanya ikan kecil ditempat
penangkapan maka ikan-ikan besar pun akan mendatangi ke tempat tersebut. Hal tersebut
membuktikan perkembangan peradaban manusia dapat mendorong manusia untuk semakin
kreatif dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Gill Net sering diterjemahkan sebagai ³jaring
insang´, ³jaring rahang´, dan lain sebagainya. Gill net adalah jaring yang berbentuk empat
persegi panjang, memiliki mata jaring yang sama ukurannya pada seluruh jaring, lebar lebih
pendek jika dibandingkan dengan panjangnya.
Istilah Gill Net didasarkan pada pemikiran bahwa ikan-ikan tertangkap gill net terjerat di
sekitar operculumnya pada mata jaring. Jenis ikan yang umumnya tertangkap dengan gill net
ialah jenis ikan yang berenang pada permukaan laut (cakalang, tuna, saury, fying fish, dan
lain-lain), jenis ikan demersal ( flat fish,katamba, sea bream dan lain-lain), juga jenis udang,
lobster, kepiting dan lain-lain.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
2. Mengenal alat tangkap gill net serta teknik penangkapan menggunakan gill net
4. Mengenal alat tangkap Rig Trawl serta penangkapan menggunakan Rig Trawl.
1.3 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan gill net dan apa tujuannya?
2. Jelaskan ciri-ciri kapal penangkapan ikan?
3. Apa yang dimaksud dengan rig trawl dan apa tujuannya?
BAB II
PEMBAHASAN
2.9 Log Book Perikanan (LBP) dan Lembar Laik Operasi (LLD)
LBP merupakan lembar isian yang berisi data, dan fakta mengenai aktifitas kapal
perikanandalam melakukan operasionalnya. Berdasarkan LBP, kapal perikanandapat
ditentukan kelayakan administrasi dan teknisnya sebelum kapal diperbolehkan melakukan
kegiatan penangkapan. Kelayakan administrasi dan teknis perikanan tersebut selanjutnya
dituangkan dalam bentuk lembar laik operasional (LLO) dan sebagai salah satu persyaratan
untuk mendapatkan Surat Izin Berlayar (SIB).
Pada umumnya yang menjadi fishing ground adalah daerah pantai, teluk, muara yang
mengakibatkan pula jenis ikan yang tertangkap dapat berbagai jenis, misalnya hering, cod,
flat fish, halbut, mackerel, yellow tail, sea bream, udang, lobster dan sebagainya. Seperti
tampak pada gambar di bawah ini :
Gambar 1 bottom gill net
kapal yang dipergunakan. Sehingga dengan demikian gill netdapat disusun di atas kapal pada
:a. buritan kapal b.samping kiri kapalc. samping kanan kapal vWaktu Penangkapan
Penanagkapan ikan dengan menggunakan alat tangkap gill net umumnya dilakukan pada
waktu malam hari terutama pada saat gelap bulan.
Dalam satu malam bila bulan gelap penuh operasi penangkapan aatau penurunan alat dapat
dilakukan sampai dua kali karena dalam sekali penurunan alat, gill net didiamkan terpasang
dalam perairan sampai kira-kira selam 3-5 jam. vDaerah Penangkapan (Fishing Ground)
Setelah semua peralatan tersusun rapi maka kapal dapat dilayarkan menuju kedaerah
penangkapan (fishing ground). Syarat-syarat daerah penangkapan yang baik untuk
penangkapan ikan dengan menggunakan gill net adalah : Øbukan daerah alur pelayaran
umum dan Øarus arahnya beraturan dan paling kuat sekitar 4 knots Ødasar perairan tidak
berkarang vPenurunan Alat Bila kapal telah sampai di daerah penangkapan, segera persiapan
alat dimulai. 1. mula-mula posisi kapal ditempatkan sedemikian rupa agar arah angin
datangnyadari tempat penurunan alat.
vPenarikan Alat dan Pengambilan Ikan Setelah jaring dibiarkan di dalam perairan sekitar 3-5
jam, jaring dapat diangkat (dinaikkan) ke atas kapal untuk diambil ikannya. Bila hasil
penangkapan baik, jarin dapat didiamkan selama kira-kira 3 jam sedangkan bila hasil
penangkapan sangat kuran jaring dapat lebih lama didiamkan di dalam perairan yaitu sekitar
5 jam. Bila lebih lama dari 5 jam akan mengakibatkan ikan-ikan yangtertangkap sudah mulai
membusuk atau kadang-kadang dimakan oleh ikan yang lebih besar.
Urutan pengangkatan alat ini adalah merupakan kebalikan dari urutan penurunan alatyaitu
dimulai dari pelampung tanda, tali selambar belakang, baru jaring, tali slambar muka dan
terakhir pelampung tanda.Apabila ada ikan yang tertangkap, lepaskan ikan tersebut dari
jaring dengan hati-hatiagar ikan tidak sampai terluka. Untuk hal tersebut bila perlu dengan
cara memotong satu atau dua kaki (bar) pada mata jarring agar ikan dilepas tidak sampai
luka/rusak. Ikan-ikan yang sudah terlepas dari jaring segera dicuci dengan air laut yang bersih
danlangsung dapat disimpan ke dalam palka, dengan dicampur pecahan es atau garam
secukupnya agar ikan tidak lekas membusuk.
4. Jaring angkat
Adalah alat penangkapan ikan berbentuk lembaran jaring persegi panjang atau bujur
sangkar yang dibentangkan dengan menggunakaan kerangka dari batang kayu atau
bambu sehingga jaring angkat membentuk kantong.
Selain itu, guna mengurangi tekanan terhadap sumber daya akibat penangkapan udang di alam,
budidaya menjadi salah satu cara yang bisa dipertimbangkan. Budidaya juga berfungsi untuk
mempertahankan dan meningkatkan produksi udang Indonesia. Sementara itu, salah satu komponen
penting yang harus diperhatikan dari aspek budidaya adalah ketersediaan benih berkualitas tinggi
dari induk udang yang berkualitas pula. Induk udang berkualitas tinggi diperoleh dengan cara
penangkapan yang baik dan benar, ramah lingkungan dan tidak melukai induk udang.
Aspek penting lain yang harus menjadi pertimbangan adalah ketersediaan stok udang di alam
sehingga penangkapan induk udang tidak meningkatkan tekanan terhadap sumber daya udang
yang akan mengakibatkan terjadinya.
Udang merupakan pemakan segala (omnivora), menangkap dan mengurai apapun baik hewan
atau tumbuhan yang tersedia di alam
Gambar 7
Pukat Udang (SHRIMP TRAWL)
1. Wire
Wire adalah tali yang terbuat dari besi baja yang berfungsi untuk menarik (hibob) atau
menurunkan (area) alat tangkap dengan dibantu oleh winch utama. Wire terbagi
menjadi 3 yaitu : Main Wire, Bridal Wire, dan Fly Wire.
2. Otter Board
Otter board adalah bagian dari alat tangkap yang berfungsi untuk membuka jaring
secara horizontal dan sekaligussebagai papan penghantar jaring ke dasar perairan.
3. Head Rope
Head rope (tali ris atas), terbuat dari wire yang dilapisi oleh kremona. Fungsi head
rope adalah sebagai penguat jaring bagian atas.
4. Ground Rope
Ground rope (tali ris bawah),terbuat dari wire yang dilapisi oleh kremona. Berfungsi
sebagai penguat jaring bagian bawah.
5. Badan Jaring
Badan jaring adalah bagian utama pada alat tangkap yang berbentuk kerucut dan
terpotong oleh kantong.
6. Kantong
Kantong adalah bagian jaring yang letaknya paling belakang, berfungsi sebagai
tempat penampung hasil tangkapan.
7. Pemberat
Pemberat berfungsi untuk menenggelamkan mulut jaring bagian bawah yang dipasang
pada tali ris bawah.
8. Pelampung
9. BED/TED
BED (By Catch Excluder Device), berfungsi untuk memisahkan hasil tangkapan
utama dengan yang bukan hasil tangkapan utama.
TED (Turtle Excluder Device), berfungsi untuk menghalau penyu agar tidak masuk
ke kantong
Lazy line adalah tali yang diikatkan dari otter board ke pertengahan jaring. Berfungsi
untuk memudahkan pengangkatan jaring ke atas deck.
Persiapan
Sebelum operasi penangkapan, terlebih dahulu segala peralatan dan perlengkapan operasional
agar dipersiapkan secara teliti. Seperti penyusunan alat di tempatnya agar memudahkan saat
diturunkan, pemeriksaan mesin – mesin (mesin induk, mesin winch), pembersihan palka,
perbekalan es (apabila kapal tidak ada mesin pendingin).
Penurunan Jaring
Penurunan jaring pada saat operasi dengan menggunakan pukat udang dapat dilakukan setiap
saat baik siang hari maupun malam hari, asalkan cuacanya baik dan memungkinkan untuk
menurunkan jaring. Setelah kapal sampai di daerah penangkapan yang dituju, jaring dapat
segeran diturunkan. Penurunan jaring mula – mula dari bagian kantong, BED, badan jaring,
sayap, bridle line (apabila menggunakannya), otterboard dan tali penarik.
Penarikan jaring
Selama operasi, jaring tersebut terus ditarik sampai kira – kira 2 jam, kemudian baru dapat
dinaikkan ke atas kapal untuk diambil hasil tangkapannya.
Penaikan jaring
Urutan penaikan jaring merupkan kebalikan dari urutan penurunan jaring. Apabila seluruh
bagian alat tangkap telah naik ke atas kapal, pengambilan hasil tangkapan dapat dilakukan
dengan cara mengangkat pangkal – pangkal kantong dengan menggunakan boom, kemudian
tali pada ujung kantong dibuka agar hasil tangkapan yang berada di dalam kantong dapat
dikeluarkan/tercurah di atas kapal.
Gambar 9.Siklus Hidup Udang
Sayap jaring : Bahan yang digunakan polyethyline dengan ukuran benang no. 39 terdiri dari
sayap kanan dan kiri. Pada bagian atas terdapat tali ris atas (head rope) sepanjang 26,6 meter
yang dilengkapi pelampung sebanyak 13 buah. Pada bagian bawah terdapat tali ris bawah
(ground rope) sepanjang 30,6 meter yang dilengkapi pemberat rantai berukuran 10 mm yang
diikatkan pada ground rope.
Badan jaring : Sesuai dengan desainnya (four seam trawl), maka bagian badan terdiri dari
lapisan atas, lapisan bawah, lapisan sisi kanan, dan lapisan sisi kiri. Pada sudut depan kiri dan
kanan berhubungan langsung dengan sayap kiri dan kanan, sedangkan bagian belakang badan
berhubungan langsung dengan TED. Ukuran mesh size badan jaring 55 mm, ukuran benang
no. 39 terbuat dari bahan polyethyline.
Kantong jaring (cod end) : Terdiri dari kantong dalam dan kantong luar. Kantong dalam
terbuat dari bahan polyethyline dengan ukuran benang no. 39, mesh size 45 mm dengan
panjang 180 mata dan lebar 150 mata. Kantong luar terbuat dari bahan polyethyline dengan
ukuran benang no. 30, mesh size 45 mm kantong luar ini berfungsi untuk menahan beban
apabila hasil tangkapan terlalu banyak.
b. Towing
Kecepatan kapal pada saat penarikan jaring berkisar 3 knot hal ini dapat diketahui melalui
GPS. Jika terlalu lambat maka posisi otter board dan bukaan mulut jaring tidak optimal
sehingga akan banyak mengeruk lumpur dan sampah. Sebaliknya jika terlalu cepat maka
posisi otter board dan bukaan mulut jaring juga tidak akan optimal sehingga alat tangkap
akan melayang. Lamanya waktu penarikan jaring selama 2 jam.
c. Hauling
Setelah waktu yang diperlukan atau diperkirakan hasil tangkapan sudah cukup maka jaring
segera diangkat sampai otter board berada diujung rigger. Kemudian lazy line ditarik
sampai posisi kantong menggantung di atas dek untuk kemudian hasil tangkapan
ditumpahkan di atas dek tersebut. Setelah itu kantong diikat kembali lalu dapat diturunkan
untuk memulai setting berikutnya.
Diniah (2001) menjelaskan, alat penangkapan uadang yang paling efektif saat ini
masih diakui adalah trawl. Trawl dasar menurut Nedelec and Prado (1990) didefinisikan
sebagai sebuah jaring yang mempunyai bentuk kerucut (cone-shaped net), terdiri dari sayap
(wing) yang membentuk mulut atau bukan (opening) melebar ke depan, badan (body) yang
berbentuk kerucut di tengah dan kantong (cod-end) yang tetutup di bagian belakang, ditarik
dengan kecepatan dan selama waktu tertentu di sepanjang dasar perairan. Mulut jaring
terbuka melebar (horizontal) oleh papan pembuka-siwakan (otter-boards) yang diikatkan
pada sayap, sedangkan mulut jaring terbuka tegak (vertical) oleh pelampung yang diikatkan
pada tali pelampung (float rope) di bagian atas dan pemberat pada tali pemberat (ground
rope) di bagian bawah. Karena konsrtuksi dan cara penangkapannya, trawl merupakan alat
tangkap yang tidak selektif, dimana saat jaring dioperasikan akan menelan semua benda yang
dilewatinya.
Pukat udang merupakan mdifikasi dari trawl yang menurut Subani dan Barus (1988)
didefinisikan sebagai alat penangkap ikan, udang dan biota lainnya yang terbuat dari jaring
kantong besar, melebar, mulut jaring yang terbuka pada kedua sayap jaring yang terbaring di
bagian depan pada masing-masing sisinya, meruncing pada akhir jaring dan menuntun hasil
tangkapan ke bagian kantong. Di antara badang jaring dan kantong (cod-end) terdapat by-
catch excluder device (BED) yang digunakan untuk menyaring ikan-ikan masuk ke dalam
kantong. Seperti gambar di bawa ini:
Pukat udang pada prinsionya terdiri dari jaring, tali ris atas (head rope) dan tali ris bawah
(ground rope) m pelampung dan pemberat, otter board, tali penarik (warp), bridle line dan
BED (lihat pada gambar 4).
1. Jaring, jaring pukat udang terbagi menjadi badan jaring (square,baiting dan belly),
sayap (wing) dan kantong (cod-end). Ukuran mata jaring dari masing-masing bagian
tersebut tidak sama. Mata jaring terkecil terdapat pada kantong dan terbesar pada
bagian sayap. Badan jaring adalah bagian tengah jaring, bagian badang jaring
terbagi atas square, baiting dan belly. Square adalah bagian depan dari sisi atas
badang pukat udang yang membuat melut di sebelah atas lebih menjorok ke depan.
Belly dan baiting adalah bagian tengah badan jaring dimana belly terletak di bawah
sedangkan baitting di atas.
2. Sayap terdiri dari dua bagian, yaitu bagian kanan dan kiri.Masing-masing bagian
tersebut terdiri dari dua bagian, yaitu dari bawah. Pada bagian atas dan bawah
tersebut terdapat tali ris atas dan tali ris bawah. Pada tali ris atas dipasang
pelampung (float) agar sayap bagian atas terangkat pada saat jaring dioprasikan.
Ujung tali ris atas belakang dihubungkan dengan square, sedang ujung sayap belakang
bawah dihubungkan dengan bolly.
3. Kantong adalah bagian paling belakang jaring. Kantong merupakan tempat
terkumpulnya hasil tangkapan. Kantong ini memiliki ukuran mata jaring kecil
dimaksudkan agar ikan hasil tangkapan tidak terlepas kembali dan juga agar lebih
kuat menahan tekanan yang besar sehingga tidak mudah rusak.
4. Tali ris atas (head rope) dan ris bawah (ground rope) yang dimaksud dengan tali ris
atas adalah tali yang dipasang dari ujung sayap kiri sampai ujung sayap kanan, dengan
melalui bossom sebagai bagian yang terletak di antara kedua sayap tersebut. Pada ris
atas ditempatkan pelampung yang daya apungnya lebih besar dari bagian yang lain.
Tali ris bawah adalah tali yang dipasang dari ujung sayap kiri hingga ujung sayap
kanan. Tali ris bawah lebih panjang dari tali atas sehingga pada waktu jaring
dioperasikan tetap tali ris bawa agak ke belakang. Pada tali ris bawah ditempatkan
pemberat (sinker).
5. Pelampung dan pemberat, fungsi dari pelampung dan pemberat ini adalah untuk
membantu terbukanya mulut jaring secara vartikal. Pelampung menarik atau
mengangkat tali ris atas sedangkan pemberat menarik jaring agar turun kedasar
perairan sesuai yang diinginkan. Pelampung biasanya terbuat dari logam, kaca tabel,
plastik, kayu dan gabus.
6. Otter board, otter board berfungsi untuk membuka jaringan secara horizontal. Bentuk
otter board bermacam-macam dan banyak yang digunakan adalah tipe rectanguler.
7. Tali penarik (werp), tali ini merupakan tali yang digunakan untuk menarik jaring yang
menghubungkan otter board bagian depan winch di kapal. Tali penarik ini biasanya
terbuat dari serat-serat baja yang terbentuk cabledyam. Adapun maksud menggunakan
tali dari baja adalah untuk menahan tagangan yang besar pada saat penarikan jaring
sehingga tidak mudah terputus.
8. Bridle line, merupakan tali yang menghubungkan otter board dengan jaring. Dengan
adanya bridle line ini mulut jaring akan terbuka lebar. Selain itu juga, bridle line
berfungsi sebagai penggring ikan atau udang.
9. Alat pereduksi ikan, alat pereduksi (API) merupakan alat yang wajib dipasang pada
pukat udang. API biasa di sebut juga BED yang awalnya ditunjukan untuk
meloloskan penyu yang tertangkap trawl, sehinga disebut turtel excluder devices
(TED). Alat ini ditemukan dan dikembangkan oleh NMFS-NOOA-USA sekitar tahun
1980-an. Sejak ditemukannya, alat ini telah mengalami perubahan kontruksi secara
terus menerus, hingga saat ini yang direkomendasikan adalah BED type super shooter
yang mempunyai kontruksi lebih simpel dan mempunyai performansi lebih baik
didalam mereduksi hasil tangkapan sampingan dibanding yang diperkenalkan
sebelumnya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasrkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa Jenis alat tangkap di Indonesia
sangalah beragam, meskipun prinsip kerjanya sama namun beberapa alat tangkap ikan
memiliki nama berbeda. Perkembangan Perikanan Tangkap di Indonesia masih belum merata
meskipun potensinya sangat besar.
3.2 Saran
http://statistik.kkp.go.id/index.php/arsip/c/65/Kelautan-dan-Perikanan-Dalam-Angka-2013/
Vol. 2 (2):154-163.
Sondita, M.F.A. (2010). Manajemen Sumber Daya Perikanan. Jakarta: Universitas Terbuka.
Subani,W. 1978. Alat dan Cara Penangkapan Ikan di Indonesia,jilid I. LPPL. Jakarta.
Yonvitner. (2007). Produkstivitas Nelayan, Kapal dan Alat Tangkap di Wilayah Pengelolaan