Anda di halaman 1dari 31

Makalah:

Jenis Dan Klasifikasi Kapal Ikan

DISUSUN OLEH :
Kelompok 3
Nama : Fajrin Tuduhu
: Bahrudin Fatah
: Sanjung Alimin
: Aksa Yainahu
: Yusrifal Ajan
: Takdir Lutfi
: Zulfikar Ali Ahmad

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN (THP)


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALUKU UTARA
(UMMU) TERNATE
TAHUN 2017
KATA PENGANTAR

Assalamu’allaikum Wr Wb

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala Rahmat dan
hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul : Jenis Dan
Klasifikasi Kapal Ikan dengan baik, salawat serta salam semoga tercurah kepada junjungan
Nabi Muhammad SAW beserta para sahabat dan keluarga yang telah memperjuangkan dinul
islam dan memberi petunjuk jalan kebenaran, amien.
Penulis menyadari, bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak
kekuranagan dan kesalahan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat diharapkan demi melengkapi makalah ini. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi
masarakat khususnya Fakultas Pertanian. Amien.

Wasalamu’alaikum Wr Wb

Ternate, November 2017


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang....................................................................................................1
Tujuan..................................................................................................................3
Rumusan Masalah..............................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Kelaikan Operasi Kapal...............................................................................4
2.2 Sertifikat Kelaikan Kapal............................................................................4
2.3 Persyaratan Pengawakan Kapal Penangkapan Ikan................................4
2.4 Kelaikan Operasi Alat Tangkap..................................................................4
2.5 Pengertian Alat Tangkap Gill Net...............................................................5
2.6 Izin Usaha Perikanan (IUP).........................................................................5
2.7 Surat Penangkapan Ikan (SPI)....................................................................5
2.8 Alat Penangkapan Ikan...............................................................................5
2.9 Log Book Perikanan (LBP) Dan Lembar Lain Operasi (LLO)...............5
2.10 Pengertian Gill Net.....................................................................................5
2.11 Klasifikasi Gill Net......................................................................................6
2.12 Jenis-Jenis Gill Net.....................................................................................6
2.13 Surfice Gill Net............................................................................................6
2.14 Bottom Gill Net...........................................................................................6
2.15 Kontraksi Gill Net.......................................................................................7
2.16 Pengoperasian Gill Net...............................................................................7
2.17 Teknik Operasi Gill Net.............................................................................8
2.18 Kedudukan/Posisi Kapal............................................................................9
2.19 Metode Penangkapan Surface Gill Net...................................................10
2.20 Daerah Penangkapan...............................................................................12
2.21 Metode Penangkapan Midwater Gill Net...............................................12
2.22 Metode Penangkapan Bottom Gill Net...................................................13
2.23 Alat Tangkap Rama Lingkungan............................................................14
2.24 Definisi Pukat Udang................................................................................15
2.25 Alat Tangkap Double Rig Trawl Pukat Udang......................................15
2.26 Cara Pengoperasian Pukat Udang..........................................................17
2.27 Spesifikasi Pukat Udang...........................................................................18
2.28 Teknik Pengoperasian Pukat Udang.......................................................18
2.29 Alat Tangkap Pukat Udang.....................................................................19
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan..................................................................................................22
3.2 Saran............................................................................................................22
PUSTAKA.........................................................................................................23
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Defenisi Umum Kapal Perikanan Kapal, perahu atau alat apung lain yang digunakan
untuk melakukan penangkapan ikan, mendukung operasi penangkapan ikan, pembudidayaan
ikan, pengangkutan ikan, pengolahan ikan, pelatihan perikanan, dan penelitian/eksplorasi
perikanan.

Kapal Penangkapan Ikan


Kapal yang secara khusus dipergunakan untuk menangkap ikan, termasuk penampung,
menyimpan, mendinginkan, dan/atau mengawetkan.

Kapal Pengangkut Ikan


Kapal yang secara khusus dipergunakan untuk mengangkut ikan, termasuk memuat,
menampung, menyimpan, mendinginkan, dan/atau mengawetkan. Satuan Armada
Penangkapan Ikan Kelompok kapal perikananyang dipergunakan untuk menangkap ikan
yang dioperasikan dalam satu kesatuan sistem operasi penangkapan, yang terdiri dari kapal
penangkap ikan, kapal pengangkut ikan, dengan atau tanpa kapal lampu, dan secara teknis
dirancang beroperasi optimal apabila dalam satu kesatuan sistem operasi penangkapan.

Alat Penangkap Ikan


Sarana dan perlengkapan atau benda-benda lainya yang dipergunakan untuk menangkap ikan.
Perahu Penangkap Ikan
Sarana apung penangkapan yang tidak mempunyai geladak utama dan bangunan atas/rumah
geladak dan hanya memiliki bangunan atas/rumah geladak yang secara khusus dipergunakan
untuk menangkap ikan, termasuk menampung dan mengangkut, menyimpan, mendinginkan
atau mengawetkan.

Rakit Penangkap Ikan


Sarana apung penangkapan yang terdiri dari susunan batang bambu, kayu, pipa atau bahan
lainnya yang berdaya apung secara khusus dipergunakan untuk menangkap ikan, termasuk
menampung dan mengangkut, menyimpan, mendinginkan atau mengawetkan.
Menurut Kepmen nomor : KEP 02/MEN/2002 Kapal perikanan adalah kapal atau perahu
atau alat apung lainya yang digunakan untuk melakukan penangkapan ikan termasuk
melakukan survai atau eksplorasi kelautan.

Klasifikasi kapal perikanan baik ukuran, bentuk, kecepatan maupun konstrusinya sangat
ditentukan oleh peruntukkan kapal perikanan tersebut. Demikian pula dengan kapal
penangkapan yang berbeda. Kapal perikanan secara umum terdiri dari: Kapal penangkap
ikan, kapal pengangkut, kapal survey, kapal latih, dan kapal pengawas perikanan.

Jenis-jenis kapal penangkapan ikan KAPAL PERIKANAN menurut istilah dan definisi
adalah kapal, perahu atau alat apung lain yang dipergunakan atau di manfaatkan, untuk
kegiatan semisal PENANGKAPAN IKAN, mendukung operasi pernangkapan ikan,
pembudidayaan ikan, pengangkut ikan, pengolahan ikan, pelatihan perikanan dan
peneltian/eksporasi perikanan. Sedangkan kapal penangkapan ikan sendiri adalah kapal yang
digunakan untuk mencari ikan termasuk didalamnya menapung dan mengangkut,
menyimpan, mendinginkan atau mengawetkan.

Berdasarkan FAO, pada tahun 2004 terdapat setidaknya empat juta kapal penangkap ikan
komersial Sekitar 1,3 juta merupakan kapal yang memiliki geladak. Hampir semua kapal
bergeladak ini sudah termekanisasi, dan 40 ribu diantaranya berbobot lebih dari 100 ton.
Sekitar dua per tiga dari empat juta kapal tersebut merupakan perahu penangkap ikan
tradisional dengan berbagai tipe, digerakkan dengan layar dan dayung. Perahu tersebut
biasanya digunakan oleh nelayan tradisional.

Penangkapan ikan merupakan salah satu profesi yang telah lama dilakukan oleh manusia.
Menurut sejarah sekitar 100.000 tahun yang lalu manusia Neanderthal (neanderthal man)
telah melakukan kegiatan penangkapan (sahrhange andlundbeck,1991), dengan menggunakan
tangan kemudian profesi ini berkebang secara perlahan dengan menggunakan alat yang
sederhana dan mulai membuat perahu yang sederhana. Dalam pemahaman mengenai cara
penangkapan ikan maka dibutuhkan ilmu yang dapat menyokong pengetahuan teknik
penggunaan alat tangkap dan cara pengoperasiannya serta kapal yang dapat menunjang
keberlangsungan penangkapan, yang disebut dengan Manajemen Operasi Penangkapan Ikan.

Alat tangkap dan teknik penangkapan ikan yang digunakan nelayan Indonesia umumnya
masih bersifat tradisional, namun menurut Ayodhoa (1981) pendapat tersebut tidak semuanya
benar. Jika ditinjau dari prinsip teknik penangkapan ikan diIndonesia terlihat telah banyak
memanfaatkan tingkah laku ikan (behaviour) untuk tujuan penangkapan ikan. Selain itu
nelayan juga telah mengetahui ada sifat-sifat ikan yang

berukuran besar memangsa ikan kecil sehingga dengan adanya ikan kecil ditempat
penangkapan maka ikan-ikan besar pun akan mendatangi ke tempat tersebut. Hal tersebut
membuktikan perkembangan peradaban manusia dapat mendorong manusia untuk semakin
kreatif dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Gill Net sering diterjemahkan sebagai ³jaring
insang´, ³jaring rahang´, dan lain sebagainya. Gill net adalah jaring yang berbentuk empat
persegi panjang, memiliki mata jaring yang sama ukurannya pada seluruh jaring, lebar lebih
pendek jika dibandingkan dengan panjangnya.

Istilah Gill Net didasarkan pada pemikiran bahwa ikan-ikan tertangkap gill net terjerat di
sekitar operculumnya pada mata jaring. Jenis ikan yang umumnya tertangkap dengan gill net
ialah jenis ikan yang berenang pada permukaan laut (cakalang, tuna, saury, fying fish, dan
lain-lain), jenis ikan demersal ( flat fish,katamba, sea bream dan lain-lain), juga jenis udang,
lobster, kepiting dan lain-lain.

Kapal Jaring Insang


Kapal penangkap ikan yang mengoperasikan alat tangkap jaring insang yang dilengkapi
dengan perlengkapan penangkapan ikan berupa pangsi penggulung jaring.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :

1. Memberikan pengetahuan tentang Operasi Penangkapan Ikan dan udang di Indonesia


dengan menggunakan alat tangkap gill net dan Rig Trawl

2. Mengenal alat tangkap gill net serta teknik penangkapan menggunakan gill net

3. Mengenal alat tangkap rama lingkungan

4. Mengenal alat tangkap Rig Trawl serta penangkapan menggunakan Rig Trawl.
1.3 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan gill net dan apa tujuannya?
2. Jelaskan ciri-ciri kapal penangkapan ikan?
3. Apa yang dimaksud dengan rig trawl dan apa tujuannya?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kelaikan Operasional Kapal


Berdasaran Surat Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 46 Tahun 1986 Sertifikasi
Kelaiklautan Kapal Penangkap Ikan ”Setiap kapal penangkap ikan yang akan berlayar harus
memenuhi persyaratan kelaik lautan kapal penangkap ikan dan kapal penangkap ikan yang
dinyatakan memenuhi persyaratan kelaiklautan diberikan surat dan sertifikat berupa Surat
Tanda Kebangsaan Kapal dan Sertifikat Kelaikan dan Pengawakan Kapal Penangkap Ikan”.

2.2 Sertifikat Kelaikan Kapal


Kelaikan kapal penangkap ikan meliputi:
Konstruksi dan tata susunan kapal
Stabilitas dan garis muat kapal
Perlengkapan kapal
Permesinan dan listrik kapal
Sistem dan perlengkapan pencegahan dan pemadam kebakaran
Sistem dan perlengkapan pencegahan pencemaran dari kapal
Jumlah dan susunan awak kapal

2.3 Persyaratan Pengawakan Kapal Penangkapan Ikan


Sesuai dengan peraturan pemenntah RI Nomor 7 tahun 200 tentang
Kepelautan untuk pengawakan kapal penangkap ikan bahwa setiap
kapal penangkap ikan yang berlayar harus diawali:
■ Seorang nakhoda dan beberapa perwira kapal yang memiliki
■ Sertifikat keahlian pelaut kapal penangkap ikan dan
■ Sertifikat keterampilan dasar pelaut sesuai dengan daerah pelayaran, ukuran kapal dan day
penggerak kapal.
■ Sejumlah awak kapal ( ABK ) yang memiliki sertifikat keterampilan dasar pelaut.
■ Sertifikat keahlian pelaut nautika kapal penangkap ikan
■ Sertifikat Ahli Nautika Kapal Penangkap Ikan tingkat I
■ Sertifikat Ahli Nautika Kapal Penangkap Ikan tingkat II
■ Sertifikat Ahli Nautika Kapal Penangkap Ikan tingkat III
■ Sertifikat keahlian pelaut tekhnik permesinan kapal penangkap ikan:
■ Sertifikat Ahli Mesin Kapal Penangkap Ikan tingkat I
■ Sertifikat Ahli Mesin Kapal Penangkap Ikan tingkat II
■ Sertifikat Ahli Mesin Kapal Penangkap Ikan tingkat III
■ Persyaratan pengawakan kapal penangkap ikan sesuai dengan ukuran kapal dan daerah
operasinya

2.4 Kelaikan Operasional Alat Kapal


Keadaan kapal penangkap ikan yang memenuhi persyaratan kelaiklautan dan operasional
penangkapan ikan sesuai dengan peraturan yang berlaku dalam melakukan kegiatan usaha

2.5 Pengertian Tentang Alat Tangkap Gill Net


Dalam bahasa Jepang gill net disebut dengan istilah sasi ami´, yang berdasarkan
pemikiran bahwa tertangkapnya ikan-ikan pada gill net ialah dengan proses bahwa ikan-
penangkapan ikan harus memenuhi ketentuan dan persyaratan yang telah ditentukan sesuai
surat keputusan menteri kelautan dan perikanan No. 10 tahun 2003 tentang perizinan usaha
penangkapan
ikan.ikan tersebut menusukkan diri pada jaring-ami´. Di Indonesia penamaan gill net ini
beraneka ragam, ada yang menyebutkannya berdasarkan jenis ikan yang tertangkap (jaring
kuro, jaring udang dsbnya), ada pula yang disertai dengan nama tempat (jaring udang
Bayeman), dan lain sebagainya. Tertangkapnya ikan ikan-ikan dengan gill net ialah dengan
cara bahwa ikan-ikan tersebut terjerat (gilled) pada mata jaring atupun terbelit-belit
(entangled) pada tubuh jaring.

2.6 Izin Usaha Perikanan (IUP)


Yaitu surat izin yang harus dimiliki oleh perusahaan/perorangan yang akan melakukan
usaha penangkapan ikan dilaut dengan menggunakan kapal dengan daerah penangkapan dan
jumlah kapal perikananyang akan dioperasikan.

2.7 Surat Penangkapan Ikan (SPI)


Yaitu surat izin yang harus dimiliki setiap kapal perikananberbendera
Indonesia untuk melakukan kegiatan penangkapan ikan di wilayah
pengelolaan perikanan.

- Koordinat daerah penagkapan


- Alat penangkap ikan yang digunakan
- Pelabuhan penangkapan
- Jalur penangakapan ikan yang terlarang
- Identitas kapal- Jumlah dan daftar penempatan ABK.

2.8 Alat Penangkap Ikan


Alat penangkap ikan yang digunakan sesuai dengan ketentuan yang
ditentukan Ditjen Perikanan Tangkap tentang spesifikasi alat penangkap ikan.

2.9 Log Book Perikanan (LBP) dan Lembar Laik Operasi (LLD)
LBP merupakan lembar isian yang berisi data, dan fakta mengenai aktifitas kapal
perikanandalam melakukan operasionalnya. Berdasarkan LBP, kapal perikanandapat
ditentukan kelayakan administrasi dan teknisnya sebelum kapal diperbolehkan melakukan
kegiatan penangkapan. Kelayakan administrasi dan teknis perikanan tersebut selanjutnya
dituangkan dalam bentuk lembar laik operasional (LLO) dan sebagai salah satu persyaratan
untuk mendapatkan Surat Izin Berlayar (SIB).

2.10 Pengertian Gill Net


Jaring insang (gillnet) merupakan salah satu jenis alat penangkapan ikan yang sifatnya
menetap. Berdasarkan metode pengoperasiannya dikenal tiga macam gillnet, yaitu gillnet
permukaan (surface gillnet), gillnet dasar (bottom gillnet), gillnet pertengahan (midwater
gillnet) dan gillnet yang dihanyutkan (drift gillnet). Berdasarkan kedudukan alat pasang,
gillnet dibedakan menjadi 2 yaitu gillnet tetap dan gillnet hanyut. Gillnet merupakan alat
tangkap yang berbentuk persegi panjang dengan pelampung pada tali ris atas dan pemberat
pada tali ris bawah. Prinsip pengoperasian alat tangkap gill net yaitu ikan tertangkap dengan
terjerat pada bagian insangnya dan terpuntal pada badan jaring. Dalam paper ini jenis gillnet
yang akan dibahas adalah gillnet tetap atau set gillnet.

2.11 Klasifikasi Gill Net


Gillnet yaitu jaring insang yang dipasang secara menetap untuk sementara waktu dengan
menggunakan jangkar. Dalam hal ini kadang-kadang jaring diberi jangkar atau diikatkan pada
suatu tempat yang tetap. Menurut Klust, 1987 jaring insang (gillnet) adalah satu jenis
alatpenangkap ikan dari bahan jaring yang bentuknya empat persegi panjang dimana ukuran
mata jaring (mesh size) sama, jumlah mata jaring ke arah horizontal (meshlenght / ML) jauh
lebih banyak dari jumlah mata jaring ke arah vertikal (meshdepth / MD). Pada lembaran
jaring bagian atas diletakkan pelampung (floats) dan pada bagian bawah diletakkan pemberat
(sinkers). Dengan menggunakan dua gaya yang berlawanan arah, yaitu bouyancy dari floats
yang bergerak ke atas dan sinking force dari sinker di tambah berat jaring dalam air yang
bergerak ke bawah, maka jaring akan terentang (Ayodhyoa, 1981).

2.12 Jenis-jenis Gill Net


Adapun jenis Gillnet berdasarkan cara operasi ataupun kedudukan jaring dalam perairan
maka Ayodhyoa (1981) membedakan menjadi 3 jenis yaitu sebagai berikut :

2.13 Surfice Gill Net


Surfice Gillnet adalah jaring insang yang di operasikan pada permukaan perairan yang
mana pada salah satu ujung jaring ataupun pada kedua ujungnya diikatkan tali jangkar,
sehingga letak (posisi) jaring jadi tertentu oleh letak jangkar. Beberapa piece digabungkan
menjadi satu, dan jumlah piece harus disesuaikan dengan keadaan fishing ground. Float line
(tali pelampung, tali ris atas) akan berada di permukaan air (sea surface). Dengan begitu arah
rentangan dengan arah arus, angin dan sebagainya akan dapat terlihat.
Gerakan turun naik dari gelombang akan menyebabkan pula gerakan turun naik dari
pelampung, kemudian gerakan ini akan ditularkan ke tubuh jaring. Jika irama gerakan ini
tidak seimbang, juga tension yang disebabkan float line juga besar, ditambah oleh pengaruh-
pengaruh lainnya. Kemungkinan akan terjadi peristiwa the rolling up of gill net yaitu
peristiwa dimana tubuh jaring tidak lagi terentang lebar, jaring tidak berfungsi lagi sebagai
penghalang/penjerat ikan.

2.14 Bottom Gill Net


Bottom Gillnet adalah jenis jaring insang yang di operasikan di dasar perairan. Dimana
pada kedua ujung jaring diikatkan jangkar, sehingga letak jaring akan tertentu. Hal ini sering
disebut set bottom gill net. Jaring ini direntangkan dekat dengan dasar laut, sehingga
dinamakan bottom gill net, berarti jenis-jenis ikan yang menjadi tujuan penangkapan ialah
ikan-ikan dasar (bottom fish) ataupun ikan-ikan demersal. Posisi jaring dapat diperkirakan
pada float berbendera/bertanda yang diletakkan pada kedua belah pihak ujung jaring.

Pada umumnya yang menjadi fishing ground adalah daerah pantai, teluk, muara yang
mengakibatkan pula jenis ikan yang tertangkap dapat berbagai jenis, misalnya hering, cod,
flat fish, halbut, mackerel, yellow tail, sea bream, udang, lobster dan sebagainya. Seperti
tampak pada gambar di bawah ini :
Gambar 1 bottom gill net

2.15 Kontruksi Gill Net


Ayodhyoa (1974) menyatakan bahwa pada konstruksi umum, yang disebutkan dengan
gillnet ialah jaring yang berbentuk persegi panjang yang mempunyai mata jaring yang sama
ukurannya pada seluruh jaring, lebar jaring lebih pendek jika dibandingkan dengan
panjangnya, dengan kata lain, jumlah mezh depth lebih sedikit jika dibandingkan dengan
jumlah mezh size pada arah panjang jaring. Pada lembaran-lembaran jaring, pada bagian atas
dilekatkan pelampung (float) dan pada bagian bawah diletakkan pemberat (sinker). Dengan
menggunakan gaya yang berlawanan arah, yaitu bouyancy dari float yang bergerak menuju
ke atas dan sinking force dari sinker ditambah dengan berat jaring di dalam air yang bergerak
menuju ke bawah, maka jaring akan terlentang. Detail konstruksi, kedua ujung jaring
diikatkan pemberat. Posisi jaring dapat diperkirakan pada float berbendera atau bertanda yang
dilekatkan pada kedua belah pihak ujung jaring. Karakteristik, gillnet berbentuk empat
persegi panjang yang dilengkapi dengan pelampung yang terbuat dari plastik, pemberat
pemberat yang terbuat dari timah, tali ris atas dan tali ris bawah yang bahannya terbuat dari
plastik. Besarnya mata jaring bervariasi tergantung sasaran yang akan ditangkap baik udang
maupun ikan.
Warna jaring pada gillnet harus disesuaikan dengan warna perairan tempat gillnet
dioperasikan, kadang dipergunakan bahan yang transparan seperti monofilament agar jaring
tersebut tidak dapat dilihat oleh ikan bila dipasang diperairan (Sadhori, 1985).

2.16 Pengoperasian Gill Net


Secara umum pengoperasian gillnet dilakukan secara pasif, tetapi ada juga yang
dilakukan secara semi aktif pada siang hari. Pengoperasian gillnet secara pasif umumnya
dilakukan pada malam hari, dengan atau tanpa alat bantu cahaya. Kemudian gillnet dipasang
di perairan yang diperkirakan akan dilewati ikan atau hewan lainnya dan dibiarkan beberapa
lama sampai ikan menabrak dan terjerat memasuki mata jaring. Lama waktu pemasangan
gillnet disesuaikan dengan target tangkapan atau menurut kebiasaan nelayan yang
mengoperasikan (Martasuganda, 2005).

2.17 Teknik Operasi Gill Net


Setting Pada saat melakukan setting, kapal diarahkan ke tengah kemudian dilakukan
pemasangan jaring bottom gill net oleh Anak Buah Kapal ( ABK). Jaring
bottom gill net dipasang tegak lurus terhadap arus sehingga nantinya akan dapat menghadang
gerombolan ikan yang sebelumnya telah dipasangi rumpon, dan gerombolan ikan pada
tertarik lalu mengumpul disekitar rumpon maupun light fishing dan akhirnya tertagkapkarena
terjerat bagian operculum (penutup insang) atau dengan caraterpuntal. vHolling Setelah
dilakukan setting dan ikan yang telah terkumpul dirasa sudah cukup banyak, maka dilkukan
holling dengan menarik jaring botol gill net dari dasar perairan kepermukaan ( jaring di tarik
keatas kapal).
Setelah semua hasil tangkap dan jaring ditarik ke atas kemudian baru dilakukan kegiatan
penyortiran. vPersiapan Alat Sebelum operasi dimulai semua peralatan dan perbekalan harus
dipersiapkandengan teliti. Jaring harus disusun di atas kapal dengan memisahkan antara
pemberat dan pelampung supaya mudah menurunkannya dan tidak kusut. Penyusunan gill net
diatas kapal penangkpan ikan disesuaikan dengan susunan peralatandi atas kapal atau tipe

kapal yang dipergunakan. Sehingga dengan demikian gill netdapat disusun di atas kapal pada
:a. buritan kapal b.samping kiri kapalc. samping kanan kapal vWaktu Penangkapan
Penanagkapan ikan dengan menggunakan alat tangkap gill net umumnya dilakukan pada
waktu malam hari terutama pada saat gelap bulan.
Dalam satu malam bila bulan gelap penuh operasi penangkapan aatau penurunan alat dapat
dilakukan sampai dua kali karena dalam sekali penurunan alat, gill net didiamkan terpasang
dalam perairan sampai kira-kira selam 3-5 jam. vDaerah Penangkapan (Fishing Ground)
Setelah semua peralatan tersusun rapi maka kapal dapat dilayarkan menuju kedaerah
penangkapan (fishing ground). Syarat-syarat daerah penangkapan yang baik untuk
penangkapan ikan dengan menggunakan gill net adalah : Øbukan daerah alur pelayaran
umum dan Øarus arahnya beraturan dan paling kuat sekitar 4 knots Ødasar perairan tidak
berkarang vPenurunan Alat Bila kapal telah sampai di daerah penangkapan, segera persiapan
alat dimulai. 1. mula-mula posisi kapal ditempatkan sedemikian rupa agar arah angin
datangnyadari tempat penurunan alat.

2.18 Kedudukan/ Posisi Kapal


setelah kedudukan/ posisi kapal sesuai dengan yang dikehendaki, jaring dapatditurunkan.
Penurunan jaring dimulai dari penurunan jangkar, pelampung tandaujung jaring atau lampu,
kemudian tali slambar depan, lalu jaring, tali slambar pada ujung akhir jaring atau tali
slambar belakang, dan terakhir pelampungtanda. 3. pada saat penurunan jaring, yang harus
diperhatikan adalah arah arus laut. Karena kedudukan jaring yang paling baik adalah
memotong arus antara 45-90.

vPenarikan Alat dan Pengambilan Ikan Setelah jaring dibiarkan di dalam perairan sekitar 3-5
jam, jaring dapat diangkat (dinaikkan) ke atas kapal untuk diambil ikannya. Bila hasil
penangkapan baik, jarin dapat didiamkan selama kira-kira 3 jam sedangkan bila hasil
penangkapan sangat kuran jaring dapat lebih lama didiamkan di dalam perairan yaitu sekitar
5 jam. Bila lebih lama dari 5 jam akan mengakibatkan ikan-ikan yangtertangkap sudah mulai
membusuk atau kadang-kadang dimakan oleh ikan yang lebih besar.

Urutan pengangkatan alat ini adalah merupakan kebalikan dari urutan penurunan alatyaitu
dimulai dari pelampung tanda, tali selambar belakang, baru jaring, tali slambar muka dan
terakhir pelampung tanda.Apabila ada ikan yang tertangkap, lepaskan ikan tersebut dari
jaring dengan hati-hatiagar ikan tidak sampai terluka. Untuk hal tersebut bila perlu dengan
cara memotong satu atau dua kaki (bar) pada mata jarring agar ikan dilepas tidak sampai
luka/rusak. Ikan-ikan yang sudah terlepas dari jaring segera dicuci dengan air laut yang bersih
danlangsung dapat disimpan ke dalam palka, dengan dicampur pecahan es atau garam
secukupnya agar ikan tidak lekas membusuk.

Pembagian alat tangkap ikan secara umum adalah sebagai berikut:


1. Pukat kantong (seine net)
Adalah alat penangkapan ikan berbentuk kantong yang terbuat dari jaring dan terdiri
dari 2 (dua) bagian sayap, badan, dan kantong jaring, bagian kantong terletak di
belakang bagian badan yang merupakan tempat terkumpulnya hasil tangkapan ikan.
Alat tangkap ini digunakan untuk menangkap berbagai jenis ikan pelagis, dan
demersal. Pukat kantong terdiri dari pukat payang, pukat layang, dogol dan pukat
pantai.

2. Pukat Cincin (purse seine)


Adalah jenis jaring penangkap ikan berbentuk empat persegi panjang atau
trapesium, dilengkapi dengan tali yang dapat digulung untuk mengurung
gerombolan ikan.

3. Jaring insang (gill net)


Merupakan alat penangkapan ikan berbentuk lembaran jaring empat persegi panjang,
yang mempunyai ukuran mata jaring merata. Dilengkapi dengan sejumlah pelampung,
pemberat, tali ris atas, dan rali ris bawah atau tanpa tali ris bawah untuk menghadang
ikan sehingga ikan tertangkap dengan cara terjerat dan atau terpuntal. Jaring insang
dioperasikan di permukaan, pertengahan, dan dasar secara menetap, hanyut dan
melingkar dengan tujuan menangkap ikan pelagis dan demersal. Jaring insang terdiri
dari beberapa jenis, tergantung dari jenis tangkapan utamanya, antara lain jaring
kembung, jaring kerapu, jaring kakap, jaring udang, dan
lain-lain.

4. Jaring angkat
Adalah alat penangkapan ikan berbentuk lembaran jaring persegi panjang atau bujur
sangkar yang dibentangkan dengan menggunakaan kerangka dari batang kayu atau
bambu sehingga jaring angkat membentuk kantong.

2.19 Metode Penangkapan Surface Gill Net


Metode penang kpan surface gill net ( jarring insang permukaan) - Setelah tiba pada
suatu fishing ground: Yang telah ditentukan maka yang pertama diturunkan adalah
pelampung tanda dan jangkar, selanjutnya dilakukan penurunan jaring (setting). Setelah
semua jaring telah diturunkan dan telah terentang dengan sempurna, maka dalam jangka
waktu tertentu, biasanya2-5 jam dilakukan penarikan jaring (hauling). Pada saat hauling,
jarring diatur dengan baik sehingga memudahkan untuk operasi berikutnya Operasi
penangkapan banyak dilakukan pada malam hari, tetapi pada pagi hari penangkapan bisa pula
dilakukan, yang penting bagaimana warna jaring tidak terlihat oleh ikan. Oleh sebab itu
warna jaring sering sama dengan warna perairan. - jaring ditebar melintang melawan arus -
Surface gillnet akan berada di permukaan air, sampai lapisan pertengahan perairan seperti
yang ditunjukan gambar berikut:
Gambar 2 jenis-jenis alat penangkapan ikan

Gambar 3. jaring insang


a. jaring insang hanyut (drift gill net)
b. jaring insang labuh (set gill net)

2.20 Daerah Penangkapan


Sebaiknya bukan daerah pelayaran, biasanya daerah penangkapan mengikuti keberadaan
ikan dan perhitungan ekonomi kegiatan penangkapan ini. Kemudiandiperhitungkan juga
jarak, dan kekuatan kapal dalam melakukan proses penangkapan tersebut. - Daerah yang
sebenarnya ideal untuk pengoprasian gill net adalah perairan luas tak Berkarang, yang
merupakan tempat gerombolan ikan bermigrasi baik untuk mancari makan ataupun untuk
baerpijah -Daerah perikanan di Indonesia yang banyak menggunakan gillnet dalam usaha
penangkapan antara lain: Samarinda, Jawa Timur, Papua, Minahasa Selatan,Bali, Jawa
BaratdanAmbon. Kemungkinan hasil: Ikan-ikan pelagis kecil (c/ sarden, baby tuna, rucah,
dll) tergantung ukuran mesh size jaring itu sendiri.

2.21 Metode Penangkapan Midwater Gill Net ( Jarring Insane Pertengahan):


Hampir sama seperti surface gill net, yang berbeda hanyalah posisi di dalam lapisan
perairannya. Midwater gill net , atau biasa disebut juga dengan floating net inikarena
posisinya yang mengapung di lapisan tengah perairan laut yang disebabkan oleh berat jangkar
dan pelampung yang disesuaikan supaya gill net ini dapat terapung. Setelah di setup, Akan
tampak seperti gambar dibawah ini:
Gambar 4. Jaring insang lingkar

2.22 Metode Penangkapan Bottom Gill Net ( Jaring Insang Dasar)


Hampir sama seperti surface gill net, yang berbeda hanyalah posisi di dalam lapisan
perairannya. Bottom gill net ini dibuat supaya terbentang dibawah/dasar laut. Dengan cara
bobot pemberat/jangkar dibuat lebih berat sehingga gill net dapat tenggelam tetapi tetap
terbentang dengan adanya pelampung dibagian atas gill net.-Setelah di setup. Akan tampak
seperti gambar dibawah ini:

Gambar 5 Bottom Gill Net


Sumber : PPN Palabuhanratu (2010)
Gambar 6 Kapal motor gillnet

Menurut (Ayodhyoa,1979) umumnya jaring insang hanyut direntangkan pada perairan


lepas pantai dan dibiarkan hanyut bersama arus. Bila dioperasikan pada malam hari biasanya
dilengkapi dengan pelampung yang bercahaya light bouy, dipasang pada kedua ujungnya
guna mengetahui kedudukan jaring. Jenis ini pada umumnya digunakan untuk menangkap
ikan pelagis.Drift gillnet dipasang diperairan dengan tujuan untuk menghadang arah renang
ruaya dari ikan.
Dengan penghadangan ini, ikan tersebut akan menabrak jaring, dengan demikian ikan
tersebut akan terjerat (gilled) pada mesh size atau terbelit (entangled) pada tubuh jaring. Drift
gillnet dapat digunakan untuk mengejar gerombolan ikan, dengan demikian merupakan alat
yang penting untuk perikanan laut bebas. Karena posisi tidak ditentukan oleh jangkar maka
pengaruh dari kecepatan arus terhadap kekuatan tubuh jaring dapat diabaikan (Ayodhyoa,
1981). Panjang drift gillnet umumnya 20 - 30 piece, lebar 5 – 6 meter dengan bahan atau
materi dari bahan alami hingga bahan sintesis buatan pabrik (Gunarso, 1996)

2.23 Alat Tangkap Rama Lingkungan


Sumber daya laut, serta memicu konflik sosial antar nelayan. Alat tangkap ini bebas
beroperasi di Indonesia hingga tahun 1980. Selanjutnya, Pemerintah pada saat itu
mengeluarkan Keppres no 39/ 1980 tentang pelarangan trawl karena karena banyak
terjadi konflik sosial akibat pengoperasiannya. Nelayan tradisional merasa dirugikan karena
trawl tidak hanya merusak habitat udang namun jenis ikan lain.

Walaupun sebenarnya melalui peraturan tersebut Pemerintah hanya mengizinkan


penggunaan trawl di wilayah perairan perbatasan dan Laut Arafura, namun nelayan di lokasi
lain memodifikasi trawl yang dimiliki sehingga tidak masuk dalam kategori alat tangkap yang
dilarang. Hingga pada tahun 2015, Pemerintah menerbitkan Peraturan Menteri Kelautan dan
Perikanan Republik Indonesia No. 2/ Permen-KP/ 2015 tentang larangan penggunaan alat
tangkap pukat hela (termasuk trawl) dan pukat tarik di seluruh Wilayah Pengelolaan
Perikanan (WPP) Indonesia.

Penggunaan alat tangkap udang ramah lingkungan menjadi keharusan setelah


terbitnya peraturan tersebut untuk menjamin kelestarian udang di alam. Trammel Net (Jaring Lapis
Tiga atau Jaring Klithik) merupakan salah satu alat tangkap udang ramah lingkungan dengan dampak
terhadap lingkungan yang minim, lebih baik dari trawl. Alat tangkap ini cukup efektif dan dapat
dioperasikan oleh nelayan skala kecil, dengan modal lebih rendah.

Selain itu, guna mengurangi tekanan terhadap sumber daya akibat penangkapan udang di alam,
budidaya menjadi salah satu cara yang bisa dipertimbangkan. Budidaya juga berfungsi untuk
mempertahankan dan meningkatkan produksi udang Indonesia. Sementara itu, salah satu komponen
penting yang harus diperhatikan dari aspek budidaya adalah ketersediaan benih berkualitas tinggi
dari induk udang yang berkualitas pula. Induk udang berkualitas tinggi diperoleh dengan cara
penangkapan yang baik dan benar, ramah lingkungan dan tidak melukai induk udang.

Aspek penting lain yang harus menjadi pertimbangan adalah ketersediaan stok udang di alam
sehingga penangkapan induk udang tidak meningkatkan tekanan terhadap sumber daya udang
yang akan mengakibatkan terjadinya.

Udang merupakan pemakan segala (omnivora), menangkap dan mengurai apapun baik hewan
atau tumbuhan yang tersedia di alam

Gambar 7
Pukat Udang (SHRIMP TRAWL)

2.24 Definisi Pukat Udang


Pukat udang adalah jenis jaring berbentuk kantong dengan sasaran tangkapannya udang.
Jaring dilengkapi sepasang (2 buah) papan pembuka mulut jaring (otter board) dan Turtle
Excluder Device/TED, tujuan utamanya untuk menangkap udang dan ikan dasar (demersal),
yang dalam pengoperasiannya menyapu dasar perairan dan hanya boleh ditarik oleh satu
kapal motor.

2.25 Alat Tangkap Double Rig Trawl Si Pukat Udang


Pukat udang adalah alat tangkap yang dioperasikan dengan cara menyeret alat tangkap di
dasar perairan. Khusus untuk jenis Double Rig Trawl, alat tangkap ini berbeda dengan pukat
udang pada umumnya dikarenakan kapal yang menggunakan alat tangkap ini
mengoperasikan 2 pukat udang sekaligus, yaitu pada bagian kanan dan kiri kapal.
Bagian-bagian alat tangkap Double Rig Trawl adalah :

1. Wire

Wire adalah tali yang terbuat dari besi baja yang berfungsi untuk menarik (hibob) atau
menurunkan (area) alat tangkap dengan dibantu oleh winch utama. Wire terbagi
menjadi 3 yaitu : Main Wire, Bridal Wire, dan Fly Wire.

2. Otter Board

Otter board adalah bagian dari alat tangkap yang berfungsi untuk membuka jaring
secara horizontal dan sekaligussebagai papan penghantar jaring ke dasar perairan.

3. Head Rope

Head rope (tali ris atas), terbuat dari wire yang dilapisi oleh kremona. Fungsi head
rope adalah sebagai penguat jaring bagian atas.

4. Ground Rope

Ground rope (tali ris bawah),terbuat dari wire yang dilapisi oleh kremona. Berfungsi
sebagai penguat jaring bagian bawah.

5. Badan Jaring
Badan jaring adalah bagian utama pada alat tangkap yang berbentuk kerucut dan
terpotong oleh kantong.

6. Kantong

Kantong adalah bagian jaring yang letaknya paling belakang, berfungsi sebagai
tempat penampung hasil tangkapan.

7. Pemberat

Pemberat berfungsi untuk menenggelamkan mulut jaring bagian bawah yang dipasang
pada tali ris bawah.

8. Pelampung

Pelampung berfungsi untuk membuka mulut jaring secara vertikal. Pelampung


dipasang pada tali ris atas.

9. BED/TED

BED (By Catch Excluder Device), berfungsi untuk memisahkan hasil tangkapan
utama dengan yang bukan hasil tangkapan utama.

TED (Turtle Excluder Device), berfungsi untuk menghalau penyu agar tidak masuk
ke kantong

10. Lazy Line

Lazy line adalah tali yang diikatkan dari otter board ke pertengahan jaring. Berfungsi
untuk memudahkan pengangkatan jaring ke atas deck.

Gambar 8. Jaring pukat udang


2.26 Cara Pengoperasian Pukat Udang
Menurut Usemahu, A.R. dan Tomasila, L.A. (2001), cara pengoperasian meliputi tahap –
tahap sebagai berikut :

Persiapan
Sebelum operasi penangkapan, terlebih dahulu segala peralatan dan perlengkapan operasional
agar dipersiapkan secara teliti. Seperti penyusunan alat di tempatnya agar memudahkan saat
diturunkan, pemeriksaan mesin – mesin (mesin induk, mesin winch), pembersihan palka,
perbekalan es (apabila kapal tidak ada mesin pendingin).

Penurunan Jaring
Penurunan jaring pada saat operasi dengan menggunakan pukat udang dapat dilakukan setiap
saat baik siang hari maupun malam hari, asalkan cuacanya baik dan memungkinkan untuk
menurunkan jaring. Setelah kapal sampai di daerah penangkapan yang dituju, jaring dapat
segeran diturunkan. Penurunan jaring mula – mula dari bagian kantong, BED, badan jaring,
sayap, bridle line (apabila menggunakannya), otterboard dan tali penarik.

Penarikan jaring
Selama operasi, jaring tersebut terus ditarik sampai kira – kira 2 jam, kemudian baru dapat
dinaikkan ke atas kapal untuk diambil hasil tangkapannya.

Penaikan jaring
Urutan penaikan jaring merupkan kebalikan dari urutan penurunan jaring. Apabila seluruh
bagian alat tangkap telah naik ke atas kapal, pengambilan hasil tangkapan dapat dilakukan
dengan cara mengangkat pangkal – pangkal kantong dengan menggunakan boom, kemudian
tali pada ujung kantong dibuka agar hasil tangkapan yang berada di dalam kantong dapat
dikeluarkan/tercurah di atas kapal.
Gambar 9.Siklus Hidup Udang

2.18 Spesifikasi Pukat Udang


Pukat udang yang digunakan dalam operasi penangkapan terdiri dari dua jenis jaring
yang di pasang pada sisi kanan dan kiri lambung kapal. Otter board : Otter board yang
digunakan adalah tipe flat rectangular, terbuat dari susunan papan dengan bingkai penguat
dari plat besi atau baja. Ukuran panjang 254 cm, lebar 110 cm, lebar sepatu 17 cm, tebal
sepatu 3 cm, ukuran rantai 19 mm. Pada sambungan papan terdapat celah seluas 2 cm yang
berfungsi mengurangi tekanan yang disebabkan oleh air pada saat dilakukan penarikan jaring.

Sayap jaring : Bahan yang digunakan polyethyline dengan ukuran benang no. 39 terdiri dari
sayap kanan dan kiri. Pada bagian atas terdapat tali ris atas (head rope) sepanjang 26,6 meter
yang dilengkapi pelampung sebanyak 13 buah. Pada bagian bawah terdapat tali ris bawah
(ground rope) sepanjang 30,6 meter yang dilengkapi pemberat rantai berukuran 10 mm yang
diikatkan pada ground rope.

Badan jaring : Sesuai dengan desainnya (four seam trawl), maka bagian badan terdiri dari
lapisan atas, lapisan bawah, lapisan sisi kanan, dan lapisan sisi kiri. Pada sudut depan kiri dan
kanan berhubungan langsung dengan sayap kiri dan kanan, sedangkan bagian belakang badan
berhubungan langsung dengan TED. Ukuran mesh size badan jaring 55 mm, ukuran benang
no. 39 terbuat dari bahan polyethyline.

Kantong jaring (cod end) : Terdiri dari kantong dalam dan kantong luar. Kantong dalam
terbuat dari bahan polyethyline dengan ukuran benang no. 39, mesh size 45 mm dengan
panjang 180 mata dan lebar 150 mata. Kantong luar terbuat dari bahan polyethyline dengan
ukuran benang no. 30, mesh size 45 mm kantong luar ini berfungsi untuk menahan beban
apabila hasil tangkapan terlalu banyak.

2.28 Teknik Pengoperasian Pukat Udang


Sebelum kapal bertolak dari fishing base menuju fishing ground terlebih dahulu
dilakukan persiapan yang meliputi kelengkapan surat-surat kapal, pengisian bahan bakar,
bahan makanan, air tawar, bahan alat tangkap, pemeriksaan mesin kapal serta menentukan
rencana daerah penangkapan.
Waktu yang dibutuhkan dari fishing base menuju fishing ground selama 5 hari
perjalanan dengan kecepatan kapal rata-rata 10 knot. Selama perjalanan menuju fishing
ground diadakan pembagian jam kerja, untuk ABK terbagi dalam dua kelompok yang selalu
bergantian selama 8 jam kerja sedangkan untuk nahkoda dan mualim pergantian dilakukan
selama 12 jam kerja. Selain pembagian kerja juga dilakukan pembagian makanan untuk
setiap ABK. Pada saat kapal sudah mendekati fishing ground kecepatan kapal mulai
dikurangi dan dilakukan persiapan setting, sebelumnya dimulai dengan membuka rigger
(boom) dan merakit alat tangkap.
a. Setting
Sebelum setting dimulai, faktor utama yang harus diperhatikan adalah keadaan cuaca
terutama arah dan kekuatan arus, gelombang serta kedalaman perairan. Jika arus terlalu
kuat maka setting sebaiknya dilakukan mengikuti arah arus, hal ini dimaksudkan jika
melawan arus maka kapal akan susah bergerak maju sehingga pada saat otter board
diturunkan, otter board tersebut tidak akan terbuka secara sempurna karena kecepatan
yang diperlukan pada saat setting 4 – 7 knot.

b. Towing
Kecepatan kapal pada saat penarikan jaring berkisar 3 knot hal ini dapat diketahui melalui
GPS. Jika terlalu lambat maka posisi otter board dan bukaan mulut jaring tidak optimal
sehingga akan banyak mengeruk lumpur dan sampah. Sebaliknya jika terlalu cepat maka
posisi otter board dan bukaan mulut jaring juga tidak akan optimal sehingga alat tangkap
akan melayang. Lamanya waktu penarikan jaring selama 2 jam.

c. Hauling
Setelah waktu yang diperlukan atau diperkirakan hasil tangkapan sudah cukup maka jaring
segera diangkat sampai otter board berada diujung rigger. Kemudian lazy line ditarik
sampai posisi kantong menggantung di atas dek untuk kemudian hasil tangkapan
ditumpahkan di atas dek tersebut. Setelah itu kantong diikat kembali lalu dapat diturunkan
untuk memulai setting berikutnya.

d. Penanganan Hasil Tangkapan


Penanganan hasil tangkapan di atas kapal harus dilakukan secepat mungkin, terhindar dari
panas matahari dan efek pengeringan oleh angin serta tidak boleh menyebabkan kerusakan
fisik seperti diinjak-injak, dilempar dan lain-lain.

2.29 Alat Tangkap Pukat Udang


Jaring reawl adalah alat tangkap yang terbuat dari bahan jaring, berbentuk seperti
kantong atau kerucut. Alat tangkap ini terdiri atas dua lembar sayap (wing) yang
dihubungkan dengan tali penarik (warp) badan (body) dan kantong (cod-end). Jaring ditarik
secara horisontal di dalam air sehingga mulut jaring akan terbuka selam operasi
penangkapan. Hal ini dilakukan agar ikan maupun udang yang menjadi tujuan penangkapan
dapat tertangkap kemudian terkumpul didalam kantong (Ayodhyoa. 1981). Untuk membuka
mulut jaring secara vartikal maupun secara horisontal digunakan otter board dan pelampung
dibagi atas mulut jaring. Otter trawl diperkenalkan sejak tahun 1870 di Irlandia, nelayan
Inggris telah memakai alat tangkap ini perairan Sungai Themmes (Nomura dan Yamazaki
1997).

Diniah (2001) menjelaskan, alat penangkapan uadang yang paling efektif saat ini
masih diakui adalah trawl. Trawl dasar menurut Nedelec and Prado (1990) didefinisikan
sebagai sebuah jaring yang mempunyai bentuk kerucut (cone-shaped net), terdiri dari sayap
(wing) yang membentuk mulut atau bukan (opening) melebar ke depan, badan (body) yang
berbentuk kerucut di tengah dan kantong (cod-end) yang tetutup di bagian belakang, ditarik
dengan kecepatan dan selama waktu tertentu di sepanjang dasar perairan. Mulut jaring
terbuka melebar (horizontal) oleh papan pembuka-siwakan (otter-boards) yang diikatkan
pada sayap, sedangkan mulut jaring terbuka tegak (vertical) oleh pelampung yang diikatkan
pada tali pelampung (float rope) di bagian atas dan pemberat pada tali pemberat (ground
rope) di bagian bawah. Karena konsrtuksi dan cara penangkapannya, trawl merupakan alat
tangkap yang tidak selektif, dimana saat jaring dioperasikan akan menelan semua benda yang
dilewatinya.
Pukat udang merupakan mdifikasi dari trawl yang menurut Subani dan Barus (1988)
didefinisikan sebagai alat penangkap ikan, udang dan biota lainnya yang terbuat dari jaring
kantong besar, melebar, mulut jaring yang terbuka pada kedua sayap jaring yang terbaring di
bagian depan pada masing-masing sisinya, meruncing pada akhir jaring dan menuntun hasil
tangkapan ke bagian kantong. Di antara badang jaring dan kantong (cod-end) terdapat by-
catch excluder device (BED) yang digunakan untuk menyaring ikan-ikan masuk ke dalam
kantong. Seperti gambar di bawa ini:

Gambar 10 Bagian Pukat Udang

Pukat udang pada prinsionya terdiri dari jaring, tali ris atas (head rope) dan tali ris bawah
(ground rope) m pelampung dan pemberat, otter board, tali penarik (warp), bridle line dan
BED (lihat pada gambar 4).

1. Jaring, jaring pukat udang terbagi menjadi badan jaring (square,baiting dan belly),
sayap (wing) dan kantong (cod-end). Ukuran mata jaring dari masing-masing bagian
tersebut tidak sama. Mata jaring terkecil terdapat pada kantong dan terbesar pada
bagian sayap. Badan jaring adalah bagian tengah jaring, bagian badang jaring
terbagi atas square, baiting dan belly. Square adalah bagian depan dari sisi atas
badang pukat udang yang membuat melut di sebelah atas lebih menjorok ke depan.
Belly dan baiting adalah bagian tengah badan jaring dimana belly terletak di bawah
sedangkan baitting di atas.
2. Sayap terdiri dari dua bagian, yaitu bagian kanan dan kiri.Masing-masing bagian
tersebut terdiri dari dua bagian, yaitu dari bawah. Pada bagian atas dan bawah
tersebut terdapat tali ris atas dan tali ris bawah. Pada tali ris atas dipasang
pelampung (float) agar sayap bagian atas terangkat pada saat jaring dioprasikan.
Ujung tali ris atas belakang dihubungkan dengan square, sedang ujung sayap belakang
bawah dihubungkan dengan bolly.
3. Kantong adalah bagian paling belakang jaring. Kantong merupakan tempat
terkumpulnya hasil tangkapan. Kantong ini memiliki ukuran mata jaring kecil
dimaksudkan agar ikan hasil tangkapan tidak terlepas kembali dan juga agar lebih
kuat menahan tekanan yang besar sehingga tidak mudah rusak.
4. Tali ris atas (head rope) dan ris bawah (ground rope) yang dimaksud dengan tali ris
atas adalah tali yang dipasang dari ujung sayap kiri sampai ujung sayap kanan, dengan
melalui bossom sebagai bagian yang terletak di antara kedua sayap tersebut. Pada ris
atas ditempatkan pelampung yang daya apungnya lebih besar dari bagian yang lain.
Tali ris bawah adalah tali yang dipasang dari ujung sayap kiri hingga ujung sayap
kanan. Tali ris bawah lebih panjang dari tali atas sehingga pada waktu jaring
dioperasikan tetap tali ris bawa agak ke belakang. Pada tali ris bawah ditempatkan
pemberat (sinker).
5. Pelampung dan pemberat, fungsi dari pelampung dan pemberat ini adalah untuk
membantu terbukanya mulut jaring secara vartikal. Pelampung menarik atau
mengangkat tali ris atas sedangkan pemberat menarik jaring agar turun kedasar
perairan sesuai yang diinginkan. Pelampung biasanya terbuat dari logam, kaca tabel,
plastik, kayu dan gabus.
6. Otter board, otter board berfungsi untuk membuka jaringan secara horizontal. Bentuk
otter board bermacam-macam dan banyak yang digunakan adalah tipe rectanguler.
7. Tali penarik (werp), tali ini merupakan tali yang digunakan untuk menarik jaring yang
menghubungkan otter board bagian depan winch di kapal. Tali penarik ini biasanya
terbuat dari serat-serat baja yang terbentuk cabledyam. Adapun maksud menggunakan
tali dari baja adalah untuk menahan tagangan yang besar pada saat penarikan jaring
sehingga tidak mudah terputus.
8. Bridle line, merupakan tali yang menghubungkan otter board dengan jaring. Dengan
adanya bridle line ini mulut jaring akan terbuka lebar. Selain itu juga, bridle line
berfungsi sebagai penggring ikan atau udang.
9. Alat pereduksi ikan, alat pereduksi (API) merupakan alat yang wajib dipasang pada
pukat udang. API biasa di sebut juga BED yang awalnya ditunjukan untuk
meloloskan penyu yang tertangkap trawl, sehinga disebut turtel excluder devices
(TED). Alat ini ditemukan dan dikembangkan oleh NMFS-NOOA-USA sekitar tahun
1980-an. Sejak ditemukannya, alat ini telah mengalami perubahan kontruksi secara
terus menerus, hingga saat ini yang direkomendasikan adalah BED type super shooter
yang mempunyai kontruksi lebih simpel dan mempunyai performansi lebih baik
didalam mereduksi hasil tangkapan sampingan dibanding yang diperkenalkan
sebelumnya.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasrkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa Jenis alat tangkap di Indonesia
sangalah beragam, meskipun prinsip kerjanya sama namun beberapa alat tangkap ikan
memiliki nama berbeda. Perkembangan Perikanan Tangkap di Indonesia masih belum merata
meskipun potensinya sangat besar.

3.2 Saran

Perikanan Tangkap di Indonesia bisa berkembang jika pemerintah melakukan


pemerataan pembangunan khususnya bidang perikanan di wilayah yang memiliki potensi
perikanan tangkap besar namun belum dioptimalkan
DAFTAR PUSTAKA

Ayodhyoa,A.U.1983.Metode Penangkapan Ikan. Cetakan pertama. Faperik. IPB. Bogor.

FAO. 1995. Code of Conduct for Responsible Fisheries. Rome.

http://statistik.kkp.go.id/index.php/arsip/c/65/Kelautan-dan-Perikanan-Dalam-Angka-2013/

Diunduh pada tanggal 12 April 2015

Sitanggang, E.P. (2008). Landasan Pengembangan Perikanan Tangkap. Pacific Journal,

Vol. 2 (2):154-163.

Sondita, M.F.A. (2010). Manajemen Sumber Daya Perikanan. Jakarta: Universitas Terbuka.

Subani,W. 1978. Alat dan Cara Penangkapan Ikan di Indonesia,jilid I. LPPL. Jakarta.

Yonvitner. (2007). Produkstivitas Nelayan, Kapal dan Alat Tangkap di Wilayah Pengelolaan

Perikanan Indonesia. Jurnal Perikanan, IX (2):254-266.

Anda mungkin juga menyukai